IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI ( Studi Lapangan di Playgroup Auliya-Kota Kendal )
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : RAHMAWATI NIM : 063111013
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Semarang, Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Rahmawati
Desember 2010
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu alaikum Wr. Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara: Nama : Rahmawati NIM : 063111013 Judul : IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI (Studi Lapangan di Playgroup Auliya-Kota Kendal )
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Pembimbing II
H. Mursid, M.Ag NIP. 19670305 200112 1001
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag NIP. 19720928 199703 2001
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185 PENGESAHAN Nama
: Rahmawati
NIM
: 063111013
Fakultas/Jurusan
: Tarbiyah / PAI
Judul Skripsi
: IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI (Studi Lapangan di Playgroup Auliya-Kota Kendal
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal: 22 Desember 2010 Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. Semarang, Januari 2011 Dewan Penguji Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Drs. Ikhrom, M.Ag. NIP. 19650329 199403 1002
Ismail, M.Ag. NIP. 19711021 199703 1002
Penguji I,
Penguji II,
Dra. Muntholi’ah, M.Pd. NIP. 19670319 199303 2 001
Miswari, M.Ag. NIP. 19690418 199503 2 002
Pembimbing I,
Pembimbing II
H. Mursid, M.Ag. NIP 19670305 200112 1 001
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. NIP 197209281997032001
MOTTO
(
)
Amalan-amalan yang disukai Allah adalah amalan-amalan yang dikerjakan secara langgeng (menjadi suatu kebiasaan), walau amalan itu sedikit (HR. Muslim)
1
Ibnu Atsir al Jazari, Jami Al Ushul Fi Ahadits al Rasul Salla Allahu Alaihi wa Sallama, Juz Awwal, (Beirut : Daar al-Kutub al ‘Alamiyah, tt), hlm. 218.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk: v Kedua orang tua tua saya, Bapak Asyari dan Ibu Istrighfaroh yang telah memberikan dukungan penuh baik secara moril maupun spirituil. Terima kasih banyak atas semangat yang diberikan serta tak hentihentinya mengalirkan doa tulusnya untuk kesuksesan saya. v Adikku tersayang ananda Abdul Jamil dan saudaraku Afifatun Nisa’, terima kasih telah memberi semangat bagi saya dan memberi warna indah dalam hidup ini.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dapat dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 10 Desember 2010 Deklarator
RAHMAWATI NIM : 063111013
ABSTRAK
Rahmawati (NIM: 063111013). Implementasi Metode Pembiasaan pada Pengembangan Moral Keagamaan bagi Anak Usia Dini (Studi Lapangan di Playgroup Auliya-Kota Kendal). Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apa materi moral keagamaan anak usia dini di Playgroup Auliya Kota Kendal; (2) Bagaimana implementasi metode pembiasaan pada pengembangan moral keagamaan anak usia dini di Playgroup Auliya-Kota Kendal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode field research atau penelitian lapangan dengan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif. Peneliti langsung terjun ke lapangan, tempat penelitian melihat keadaan disana kemudian memperoleh berbagai informasi dan data-data yang dibutuhkan. Kemudian data-data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan pendekatan deduktif dan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa moral keagamaan anak usia dini di Playgroup Auliya terbilang baik, hal ini bisa dilihat dari kemampuan anak menerapkan isi nilai-nilai moral keagamaan yang diajarkan seperti: kemandirian, mau berinfak atau bershodaqoh, tanggung jawab, percaya diri dan berani, sabar, antusias ibadah, adil, kreatif, kepedulian, kerja sama, empati, suka menolong dan respek, nilai-nilai moral keagamaan tersebut dilakukan setiap hari oleh anak dengan menggunakan metode pembiasaan positif, yang mana nilai-nilai tersebut diajarkan dengan menggunakan pendekatan learning by doing dengan konsep sekolah alam dan full day school sehingga anak langsung mempraktikkan apa yang diajarkan selama seharian di sekolah, tidak sekedar mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan. Anak-anak selalu dibiasakan melakukan hal-hal positif setiap harinya, sehingga benar-benar menjadi kebiasaan baginya, baik ketika berada pada lingkungan sekolah maupun ketika di rumah atau berbaur dengan lingkungan sekitar atau masyarakat. Jadi pembiasaan positif merupakan metode yang tepat dalam mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai moral keagamaan pada anak usia dini. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para pendidik dan pengasuh anak usia dini, para peneliti serta semua pihak yang membutuhkan di lingkungan IAIN Walisongo.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillâhilladzî nawwaranâ bi al ilmi wa al aqli. Segenap puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan bimbingan serta kekuatan lahir batin kepada diri peneliti, sehingga skripsi ini yang merupakan hasil dari sebuah usaha ilmiah dan proses akademik yang cukup panjang dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw, sosok historis yang membawa proses transformasi dari masa
uncivilized
yang gelap gulita ke arah alam yang sangat terang
benderang dan berperadaban ini, juga kepada para keluarga, sahabat serta semua pengikutnya yang setia disepanjang zaman. Penelitian yang berjudul”IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI ( Studi Lapangan di Playgroup Auliya-Kota Kendal ) ” ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Oleh karena itu, karya ilmiah ini merupakan kulminasi-formal akademik yang sudah barang tentu tetap disertai akuntabilitas akademik juga dan bukan hanya untuk memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga sebagai media untuk memberikan wacana dan solusi dalam dunia kependidikan.. Dalam
proses
penyusunan
penelitian
tersebut,
peneliti
banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkan peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah yang telah membantu peneliti sehingga karya sederhana ini bisa menjadi kenyataan, bukan hanya angan dan keinginan semata. Peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. DR. Suja’i, M. Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 2. Ahmad Muthohar, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Nasirudin, M. Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. H. Mursid, selaku Pembimbing I (Bidang Materi), disela-sela jadwalnya yang padat telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya serta dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Hj. Lift Anis Ma’shumah, M. Ag, selaku Pembimbing II (Bidang Metodologi), yang juga telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya serta dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan pencerahan untuk selalu berpikir kritis-edukatif, transformatif-inovatif dalam menggali ayat-ayat qauliyyah dan kauniyyah selama berada di lingkungan Kampus IAIN Walisongo Semarang. 7. Kepala Playgroup AULIYA Kota Kendal yang telah memberikan ijin kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. 8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tak terlupakan bantuannya yang turut dalam penyelesaian penelitian ini. Akhirnya, semoga segala bantuannya yang tidak ternilai ini mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang sepantasnya, dan semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri.
Semarang, 15 Desember 2010 Penulis
Rahmawati
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iii
DEKLARASI .........................................................................................
iv
ABSTRAK .............................................................................................
v
MOTTO...................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN....................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ............................................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Penegasan Istilah .................................................................
6
C. Rumusan Masalah ................................................................
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
10
E. Kajian Pustaka......................................................................
11
F. Metodologi Penelitian...........................................................
14
BAB II : METODE PEMBIASAAN DALAM PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN ANAK USIA DINI A. Metode Pembiasaan .............................................................
17
1. Pengertian Metode Pembiasaan ......................................
17
2. Dasar dan Tujuan Pembiasaan ........................................
19
3. Bentuk-bentuk Pembiasaan ............................................
22
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembiasaan ....................
23
B. Metode pembiasaan pada pengembangan Moral Keagamaan .
25
1. Pengertian Moral Keagamaan ........................................
25
2. Bentuk-bentuk Moral Keagamaan. .................................
26
3. Langkah-langkah untuk mengembangkan Moral Keagamaan 26
C. Metode pembiasaan pada Anak Usia Dini ............................
29
1. Pengertian Anak Usia Dini .............................................
29
2. Karakteristik Anak Usia Dini .........................................
30
3. Perkembangan Anak Usia Dini ......................................
31
BAB III : IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN ANAK USIA DINI DI PLAYGROUP AULIYA KOTA KENDAL A. Gambaran Umum Playgroup Auliya ...................................
37
B. Implementasi Metode pembiasaan di playgroup auliya kota kendal C. Implementasi Metode pembiasaan pada pengembangan Moral Keagamaan di Playgroup Auliya ..........................................
41
D. Implementasi Metode pembiasaan pada anak usia dini di Playgroup Auliya Kota Kendal ............................................................ 42
BAB IV : ANALISIS IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN ANAK USIA DINI DI PLAYGROUP AULIYA KOTA KENDAL Analisis Implementasi Metode Pembiasaan pada Pengembangan Moral Keagamaan Anak Usia Dini di Playgroup Auliya Kota Kendal ............................................
51
BAB V : KESIMPULAN E. Kesimpulan ..........................................................................
57
F. Saran-Saran .........................................................................
58
G. Penutup ................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan cukupnya pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani baik itu yang diberikan oleh orang tua atau keluarga dan lingkungan sekitarnya seperti masyarakat untuk mencapai perkembangan yang optimal. Pengasuhan anak secara benar harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak, yang merupakan kunci sukses dalam mengasuh dan mendidik anak. Menurut ajaran Islam, persiapan mendidik anak dimulai sejak pemilihan jodoh, yaitu pemilihan istri atau suami. Dan pendidikan tidak dapat berawal dari pertengahan jalan. Pendidikan hendaknya bermuara dari kebeningan cinta, dan rasa kasih sayang, melalui tata cara yang dipolakan dengan penuh kehangatan, keamanan, serta berjuang pada pencapaian ridha Allah swt.2 Seorang anak akan tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh orang tua atau keluarga yang dekat dengan anak. Sehingga perkembangan fisik, mental maupun spiritual sangat bergantung pada pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Dalam hadits nabi disebutkan:
(
.
Artinya :
:
).
Dari Abi Hurairah RA sesungguhnya dia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Tidaklah ada seorang anakpun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani Atau Majusi “ (HR, Muslim)
2
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 72. 3 Imam Abu Husein Muslim bin Hajjaj Al- Qusyairi An- Naisaburi, Shahih Muslim, terj. Adib Bisri Mustofa, Juz IV, (Beirut : Daarul Kutb Ilmiah, tt), hlm. 587.
1
Kebutuhan anak berupa pemenuhan kebutuhan rohani, diantaranya adalah pendidikan, harus diprioritaskan mengingat betapa pentingnya pendidikan bagi seorang anak. Adapun pendidikan itu sendiri pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung sepanjang hayat. Sedangkan menurut Langeveld yang dikutip Sutari Imam Barnadib bahwa pendidikan adalah pemberian rangsangan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. Anak mulai dapat dididik kalau sudah mengerti arti kewibawaan (gezag).4 Perlu kiranya ditambahkan bahwa pemenuhan kebutuhan fitriyah yang ada dalam diri anak, sebaiknya disalurkan dengan pengarahan yang dapat menunjang perkembangan dan pembentukan pribadinya. Proses ini hendaknya berlangsung secara benar dan lancar antara orang tua dengan anak. Orang tua harus mengarahkan pada pembinaan adat/watak yang baik dalam diri sang anak dengan cara memupuk kebiasaan dalam rangka menumbuhkan rasa cinta kepada hal-hal yang baik serta kemauan untuk merealisasikannya atau mengikutinya.5 Sebagaimana pendapat Mansur yang dikutip oleh Mursid bahwa pendidikan anak usia dini merupakan suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani dan rohani (moral dan spiritual) motorik, akal pikir, emosional dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.6 Pendidikan usia dini bertujuan untuk memberikan stimulasi dan bimbingan terhadap kelembutan fisik dan pertumbuhannya, sehingga meningkatkan kemampuan intelektual dan hubungan sosial sebagai persiapan
4
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Cet ke-XV (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm. 42. 5 Muhammad ‘Ali Qutb, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung : Anggota IKAPI, 1993), hlm. 77-78. 6 Mursid, Kurikulum Dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), (Semarang : AKFI Media, 2010), hlm. 48.
untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.7 Sesuai pendapat Harun Al Rasyid yang dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmani, beliau mengungkapkan bahwa pemberian pendidikan pada anak usia dini diakui sebagai periode yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia dan periode ini akan datang hanya sekali serta tidak dapat diulang lagi, sehingga pemberian stimulasi dini, salah satunya adalah pendidikan mutlak diperlukan.8 Secara umum Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi anak-anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta membentuk anak Indonesia yang berkualitas, dimana anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan optimal dalam memasuki pendidikan dasar, serta mengarungi kehidupan di masa dewasanya.9 Agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang sesuai dengan falsafah suatu bangsa. Anak perlu dibimbing agar dapat mengetahui fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat kelak. Usia dini merupakan saat yang sangat berharga untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, agama, etika, moral dan sosial yang berguna untuk kehidupan selanjutnya.10 Di Indonesia, pendidikan anak usia dini atau biasa disebut PAUD telah mendapat perhatian dari masyarakat yang sudah mulai peduli dengan masa keemasan anak. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya diselenggarakan PAUD misalnya Playgroup dan TK oleh masyarakat. Tidak hanya oleh masyarakat perkotaan saja, akan tetapi di desapun sekarang PAUD telah menjamur. Dan pemerintahpun menyambut baik respon masyarakat yang peduli akan pendidikan bagi seseorang terutama pendidikan bagi anak usia dini. Sehingga ada payung hukum yang sah yang mengayomi pelaksanaan pendidikan anak
7
Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Stategis Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), hlm. 53. 8 Ibid, hlm. 42. 9 Mursid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, (Semarang: Akfi Media, 2010), hlm.4 10 Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), hlm. 4.
usia dini. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 pada BAB 1 pasal 1 ayat 12 disebutkan: ”Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang “ sedangkan dalam pasal 1 ayat 14, dijelaskan pengertian pendidikan anak usia dini yang berbunyi: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.11 Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan bagi seseorang itu tidak terbatas oleh usia, ruang dan waktu. Nafas pendidikan harus senantiasa mengiringi perjalanan kehidupan manusia, atau dikenal dengan Long Life Education. Dan justru pada usia dinilah, pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakter, kapabilitas dan akuntabilitas anak. Karena, pada usia dini anak mengalami masa pembentukan, konstruksi nalar, psikologis, dan sosial yang berpengaruh terhadap masa depannya. Untuk menciptakan kepribadian yang sukses dunia-akhirat, pendidikan merupakan suatu keharusan yang tak terelakkan. Karena pada usia itulah anak baru mengenal dunianya, sehingga pendidikan usia dini sangat membekas dalam jiwa, menajamkan akal, dan membeningkan nurani. Pendidikan sejak dini akan menjadi fondasi kuat dalam fase perkembangan hidup berikutnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis nabi bahwa pendidikan dilaksanakan sejak dalam buaian sampai ke liang lahat.12 Jika pada fase input ini yang diterima oleh seorang anak positif dan konstruktif, maka ibarat pohon, akan terbangun akar yang kuat. Jadi, seberat dan setinggi apapun daun dan rantingnya, ia akan tetap kokoh, tak mudah goyah oleh terpaan angin yang kencang sekalipun. Fase input berarti masa dimana anak usia dini mengalami fase formasi, konstruksi nalar, psikologis 11
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung : Citra Umbara, 2005), hlm. 4. 12 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Pintar Playgroup, (Yogyakarta : Buku Biru, 2010), hlm. 7
dan sosial yang berpengaruh terhadap masa depannya.13 Maka dari itu pendidikan bagi anak usia dini harus menjadi perhatian kita bersama. Karena pendidikan anak usia dini akan mencetak generasi bangsa mempunyai eksistensi, kepercayaan diri dan orientasi masa depan. Tujuan hidupnya akan terbangun dengan baik, kuat dan kokoh dan telah dipersiapkan sejak dini. Mengingat bahwa pendidikan bagi anak merupakan bagian integral dari pendidikan sekolah, orang tua, dan masyarakat maka peserta didik usia 06 tahun yang tidak terlayani di pos PAUD, tempat penitipan anak, kelompok bermain maupun taman kanak-kanak, berarti menjadi tanggung jawab pengasuhan keluarga. Maka dari itu orang tua menjadi sasaran tidak langsung dari program PAUD agar memperoleh model pengasuhan yang tepat.14 Artinya, PAUD tidak terbatas pada pengasuhan anak saja akan tetapi juga terkait pada pendidikan orang tua tentang pendidikan anak. Sehingga, mereka dapat memberikan pengasuhan yang tepat dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang menitikberatkan pada bagaimana metode yang tepat diberikan pada pendidikan anak usia dini agar berjalan secara efektif dan efisien, tidak hanya materi yang didapatkan oleh seorang anak ketika belajar, tetapi pengalaman dan penerapan dari apa yang telah diperoleh di bangku sekolah, itulah yang lebih penting untuk ditekankan. Tujuan pendidikan pun akan dapat terlaksana dengan baik manakala proses pendidikan dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Melainkan dengan adanya kesadaran diri dari peserta didik yang dilatih melalui proses pembiasaan. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah cara atau metode yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak
13 14
Jamal Ma’mur Asmani, Op. Cit, hlm. 5 Ibid, hlm. 26.
sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam. 15 Sebagai permulaan dan pangkal pendidikan anak usia dini, maka pembiasaan merupakan harus diterapkan pada anak. Sejak dilahirkan anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti dimandikan, ditidurkan pada waktu tertentu, diberi makan dsb. Anak-anak dapat taat dan menurut kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, sekolah, dan juga di tempat lain. 16 Maka dari itu tepatlah kalau pembiasaan dijadikan sebagai metode dalam mendidik anak usia dini. anak bisa diarahkan dan dibimbing pada kebiasaankebiasaan dan perbuatan yang baik, karena anak berada pada usia sensitif, mudah dipengaruhi oleh lingkungan serta suka meniru. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di playgroup Auliya kota Kendal karena disini menggunakan konsep sekolah alam yang baru satu-satunya di Kendal, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak membuat anak jenuh dan bosan belajar di ruang kelas saja akan tetapi juga di luar kelas yang nyaman dan menyenangkan, langsung praktik dengan peralatan yang ada dan menggunakan alam sebagai alat observasi serta sekolahnya pun dilaksanakan seharian atau dikenal dengan Full Day School. Sehingga benar-benar menghindarkan anak dari pengaruh buruk globalisasi. Maka peneliti mengambil judul skripsi: “IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM PENGAMALAN AJARAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK USIA DINI ” (Studi Lapangan di Playgroup Auliya-Kota Kendal)
15
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.110. 16 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 177.
B. PENEGASAN ISTILAH Untuk membatasi luasnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka akan dijelaskan istilah-istilah yang ada. 1. Implementasi Implementasi berasal dari kata “Implementation” yang berarti suatu pelaksanaan, penyelenggaraan. 17Atau penerapan.18Jadi implementasi diartikan dengan penerapan yang berasal dari teori yang kemudian diterapkan pada lapangan (dilaksanakan). Implementasi yang dimaksud disini adalah bagaimana penerapan-penerapan dari teori-teori, ilmu, dsb yang sudah diberikan di sekolah, yang kemudian dijadikan sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik, dalam hal ini adalah pembiasaan-pembiasaan yang diberikan bagi peserta didik Playgroup Auliya-Kota Kendal. 2. Metode Pembiasaan Metode berasal dari kata “Method” yang berarti cara, menurut Kamus Ilmiah Popular Internasional, “Method” atau metode berarti cara yang disusun secara teratur, mapan, sistematis sebagai landasan untuk suatu kegiatan tertentu atau pelaksanaan sesuatu.19 Metode juga diartikan sebagai cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.20 Sedangkan pembiasaan adalah melakukan sesuatu perbuatan atau keterampilan tertentu secara terus menerus dan konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan atau keterampilan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan.21 Dalam ilmu psikologi, proses pembiasaan disebut “Conditioning”. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan (habit) dan 17
Jhons. M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1992), hlm. 313 18 Budiono, Kamus Ilmiah Popular Internasional, (Surabaya: Alumni, 2005), hlm. 240 19 Ibid, hlm.404 20 Tim Penyusun Kamus Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet Ke-IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm.232. 21 Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 2001), hlm.126
kemampuan (ability). Yang akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi (personal habits) yang terperangai dalam perilaku sehari-hari. 22 Dalam hal ini yang dimaksud adalah pembiasaan hal-hal yang baik, susila. Dalam penelitian ini yang dibidik adalah metode pembiasaan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sehingga berpengaruh pada perilaku keseharian anak. Adapun kebiasaan positif dalam kehidupan tidak dapat dikuasai secara langsung oleh seseorang, walaupun berupa kebiasaankebiasaan yang dianggap sepele. Maka dengan alasan tersebut, lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) sejak dini sudah menerapkan metode pembiasaan positif pada peserta didiknya yang disesuaikan dengan daya jangkau bagi anak usia dini. 23 Adapun bentuk-bentuk pembiasaan yang diterapkan di Playgroup Auliya adalah mengaji Qiro’ati dan hafalan juz ’amma, ikrar, minum susu, pemberian materi reguler, makan dan istirahat, bermain bebas, wudhu, menghafal do’a-do’a harian, shalat berjamaah, tidur siang, mandi. Seperti itulah bentuk pembiasaan yang dilakukan di playgroup ini, itulah bentuk pembiasaan yang terjadwal yang mana dalam pembelajaran mengajarkan anak belajar sambil melakukan/mempraktikkan yang dikenal dengan Learning by doing. Sedangkan nilai-nilai moral keagamaan yang dibiasakan seperti disiplin, menjaga kebersihan lingkungan, kerja sama, saling menghargai, membaca basmalah dan do’a setiap mengawali dan mengakhiri suatu kegiatan, tolong menolong, dsb yang dikenalkan dan dibiasakan sesuai dengan tingkat perkembangan fisik maupun psikis anak. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan berdampak besar terhadap kepribadian/akhlak anak ketika mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah.24 Dengan
22
Hanna Djumhana, Op. Cit., hlm.6 Suryati Sidharto dan Rita Eka Izzati, Pengembangan Kebiasaan Positif, (Yogyakarta: Pusat Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini, 2007), hlm. 1 24 Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 261-262. 23
demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik moral dan akhlak anak. 3. Pengembangan Pengembangan
diartikan
dengan
proses,
cara
perbuatan
mengembangkan.25 Adapun yang dimaksud pengembangan dalam skripsi ini yaitu kegiatan untuk melakukan suatu aktivitas atau tugas yang dilaksanakan untuk menyempurnakan sesuatu. 4. Moral keagamaan Moral mengandung beberapa pengertian, yaitu: adat istiadat, sopan santun, dan perilaku. Moral berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores) yang juga mengandung arti adat kebiasaan.26 Moral atau sering disebut moralitas juga didefinisikan sebagai suatu internalisasi norma kultural eksternal. 27 Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti keyakinan dan kepercayaan kepada tuhan, akidah, din.28 Moral keagamaan yang dimaksud disini adalah kapasitas untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, bertindak atas perbedaan tersebut, dan mendapat penghargaan diri ketika melakukan yang benar serta mendapat malu dan bersalah ketika melanggar standar tersebut yang sesuai ketentuan agama. Moralitas memiliki tiga komponen yang terdiri dari afektif, kognitif dan perilaku (psikomotor). Komponen afektif terdiri dari berbagai jenis perasaan misalnya malu, merasa bersalah, perhatian terhadap perasaan orang lain. Yang meliputi tindakan benar atau salah yang memotivasi pemikiran dan tindakan moral. Komponen kognitif merupakan pusat dimana seseorang melakukan konseptualisasi benar dan salah dan memutuskan bagaimana seseorang berperilaku. Komponen perilaku mencerminkan bagaimana seseorang sesungguhnya berperilaku ketika
25
Depknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), hlm. 116. Nurul Zuhriyah, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 17. 27 Charles Scaefer. Bagaimana Mempengaruhi Anak, (Semarang: Dahara Prize, 1989), hlm.129. 28 Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Popular, (Yogyakarta: Absolute, 2004), hlm. 5 26
mengalami godaan untuk berbohong, curang, atau melanggar aturan moral lainnya. Adapun nilai-nilai hidup yang sesuai dengan moral keagamaan menurut Paul Suparno, dkk. Meliputi religiusitas, sosialitas, gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung jawab serta penghargaan terhadap lingkungan.29 5. Anak usia dini Merupakan kelompok manusia yang berumur 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik dalam arti memiliki pola pertumbuhan
dan
perkembangan.30
Menurut
NAEYC
(National
Association for The Education of Young Children) menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga, serta pendidikan anak usia dini baik swasta maupun negeri.31 Perkembangan dan pertumbuhan anak telah dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan. Maka pendidikan pun sebaiknya diberikan sejak dini kepada anak. Sedangkan Anak usia dini disini yang dimaksud adalah peserta didik dari Playgroup Auliya- Kota Kendal, yang dijadikan sebagai objek penelitian.
29
Nurul Zuhriyah, Op. Cit., hlm. 39. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 87-88 31 Siti Aisyah, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 1.3. 30
C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apa materi moral keagamaan anak usia dini di Playgroup Auliya – Kota Kendal? 2. Bagaimana implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di Playgroup Auliya-Kota Kendal?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan uraian rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui apa materi moral keagamaan anak usia dini di Playgroup Auliya-Kota Kendal. b. Mengetahui bagaimana implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan anak usia dini di Playgroup AuliyaKota Kendal. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan wacana baru pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya bagi dunia pendidikan anak usia dini Bagi pengasuh, pendidik dalam memberikan pendidikan moral bagi anak usia dini. b. Memberikan kontribusi pemikiran positif sebagai upaya membantu memecahkan permasalahan-permasalahan dalam dunia pendidikan akhlak/ moral terutama bagi anak usia dini. E. KAJIAN PUSTAKA Sebagai bahan pertimbangan dan penggalian berbagai informasi dan data – data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan berbagai literatur, seperti buku-buku dan skripsi atau hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya:
Pertama, Skripsi saudari Ainun Ni’mah (3104298) lulusan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo jurusan PAI Tahun 2009, yang berjudul “Implementasi Metode Pembiasaan Pada Pendidikan Agama Islam Di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang . Berdasarkan penelitian tersebut, menunjukkan
bahwa
dalam
implementasi
metode
pembiasaan
pada
pendidikan agama Islam dinilai sangatlah tepat karena dalam implementasi metode pembiasaan siswa dilatih dan dibiasakan untuk berfikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam serta mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Kedua, skripsi dari Wachidatul Musyarofah (3101335) lulusan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Jurusan PAI Tahun 2007 dengan judul “Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Rangka Pengamalan Agama Islam Bagi Siswa SMP Hidayatullah Semarang”. Berdasarkan penelitian terebut, hasilnya
menunjukkan
bahwa
siswa
SMP
Hidayatullah
Semarang
mengamalkan ajaran Islam yang diperoleh dari hasil belajar agama Islam yaitu melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan pengalamanpengalaman yang memang sudah menjadi ketetapan peraturan sekolah untuk dibiasakan oleh semua peserta didik maupun civitas akademik yang lainnya. Penelitian ini memperoleh hasil yang memuaskan karena tingkat keberhasilan metode pembiasaan yang diterapkan disini berhasil dan dijadikan kebiasaan bagi siswa-siswanya. Penerapan pengalaman melalui metode pembiasaan yang dilakukan di SMP Hidayatullah Semarang adalah rutin, spontan dengan keteladanan dan terprogram. Pembiasaan merupakan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik untuk membantu membiasakan diri pada perbuatan-perbuatan baik yang dianjurkan oleh agama serta benar-benar mampu mengamalkan ajaran agama yang menjadi keyakinannya. Ketiga, skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Tk Aisiyah Kradenan3 Trucuk Klaten” oleh Sri Wahyuni (073111415) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo jurusan PAI lulus Tahun 2009. Dari penelitian tersebut hasilnya
adalah bahwa penerapan metode pembiasaan dalam pembelajaran agama Islam di TK Aisiyah Kradenan 3 Trucuk –Klaten dilakukan melalui tahap perencanaan dengan menyiapkan program satuan kegiatan harian, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan, dengan melaksanakan proses pembelajaran yang berorientasi pada pembiasaan anak yang dilakukan dengan berbagai cara baik disesuaikan arah pembiasaan yang telah dirancang, selanjutnya merupakan model pembiasaan dengan membiasakan kebersihan dengan memeriksa pakaian, kuku dan tubuh mereka, membiasakan untuk membaca Al Qur’an, menghafal surat-surat pendek, membiasakan membaca do’a-do’a harian dalam kehidupan sehari-hari, pada setiap proses pembelajaran, membiasakan menutup kegiatan belajar mengajar dengan do’a bersama dan saling bersalaman. Dengan demikian maka sangatlah tepat ketika metode pembiasaan dijadikan sebagai metode yang diterapkan bagi anak usia dini, dalam hal ini adalah peserta didik dari TK Aisiyah Kradenan 3 TrucukKlaten. Ke empat, skripsi “Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Anak Di RA Mashitoh Tugurejo Semarang , oleh Asfiyah (073111600) lulus Tahun 2009 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, jurusan PAI. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penanaman nilai-nilai akhlak pada anak di RA Mashitoh Tugurejo Semarang. Sedangkan hasil penelitiannya adalah bahwa proses penanaman nilai-nilai akhlak di RA Mashitoh Tugurejo Semarang dilakukan mulai ketika anak baru datang di RA dengan mengucap salam, membaca do’a-do’a harian dan pembiasaan terhadap hal-hal positif lainnya. Kemudian peneliti juga menggunakan buku yang berjudul“ Pendidikan Anak Prasekolah “ buah karya dari Soemiarti Patmonodewo yang relevan dijadikan sebagai sumber rujukan dalam pembuatan skripsi ini. Yang mana di dalamnya terdapat tokoh-tokoh pendidikan pra sekolah, seluk beluk pendidikan anak pra sekolah, kurikulum, juga berisi tentang orang tua dan pendidikan pra sekolah, dsb.
Adapun penelitian ini akan memfokuskan pada implementasi dari metode pembiasaan positif pada pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di Playgroup Auliya. Sedangkan penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dilaksanakan di sekolah-sekolah reguler, akan tetapi disini penelitian dilaksanakan di playgroup Auliya yang mana kegiatan belajar mengajar berlangsung seharian atau Full Day School. Playgroup ini mempunyai konsep sekolah alam sehingga peserta didik tidak hanya belajar di dalam kelas dan terbatas pada ruangan saja, akan tetapi mereka juga diajak belajar di luar ruangan dan menjadikan alam sebagai “ruang” observasi dan sarana pembelajaran bagi anak.
F. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau field research, karena yang diteliti adalah sesuai yang ada di lapangan secara langsung. Dalam hal ini yang dijadikan obyek penelitian adalah Playgroup Auliya Kendal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut S. Margono penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.32 2. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada implementasi metode pembiasaan pada pengembangan moral keagamaan anak usia dini pada Playgroup Auliya-Kota Kendal. Penelitian ini melibatkan peserta didik sebagai objek penelitian, pendidik, kepala sekolah, komite sekolah, serta orang tua peserta didik. 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode pengamatan (observasi) Pengamatan (observasi) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu proses pengamatan, dengan disertai pencatatan 32
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 36
terhadap keadaan atau perilaku sasaran.33 Dikatakan juga bahwa mengamati adalah menatap kejadian, gerak, atau proses. Mengamati bukanlah hal yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan-kecenderungan yang ada padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa orang. Dengan kata lain seorang pengamat harus objektif. 34 Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi metode pembiasaan yang dilakukan dan apa saja isi moral keagamaan yang diajarkan di Playgroup Auliya serta bagaimana moral dari peserta didik sehingga dapat melihat langsung kondisi yang ada di lapangan. Dalam hal ini pengamatan difokuskan pada bentuk-bentuk pembiasaan yang diberikan pada peserta didik oleh pihak pendidik, serta bagaimana keseharian anak menjalani tugastugas yang diberikan pendidik sehingga menjadi kebiasaan yang positif. b. Metode wawancara (interview) Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.35 Interview merupakan alat pengumpul informasi dengan mengajukan berbagai pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee). Untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif setiap interviewer harus mampu menciptakan hubungan baik dengan interviewee atau responden atau mengadakan raport ialah suatu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa responden bersedia
33
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 104. 34 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 230. 35 Abdurrahmat Fathoni, Op. Cit., hlm. 105.
bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan member informasi sesuai dengan pikiran dan keadaan yang sebenarnya.36 Adapun dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah para pendidik, kepala sekolah, komite sekolah yang secara langsung dekat dan berhubungan dengan peserta didik sehingga benar-benar tahu kondisi dan perkembangan anak. c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang ada, misalnya berupa catatan, arsip, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dsb.37 yang berhubungan dengan penelitian. Metode ini digunakan untuk menghimpun data mengenai sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi dan personalia, serta keadaan peserta didik dan staf karyawan yang ada. Metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang belum didapatkan melalui metode observasi dan interview. 4. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain. 38 Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu data yang telah terkumpul diuraikan dan digambar secara lengkap dalam suatu bahasa, sehingga ada pemahaman antara kenyataan di lapangan dengan bahasa yang digunakan untuk menguraikan data-data yang ada.39Jadi dalam penelitian ini penulis menganalisis data-data yang 36
S. Margono, Op. Cit., hlm. 165. Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 231. 38 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 248. 39 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Ed.III, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm. 68-69. 37
diperoleh dari lapangan yang didasarkan pada konsep dan teori yang ada. Dan dalam analisis, penulis akan mendeskripsikan tentang implementasi metode pembiasaan positif pada pengembangan moral keagamaan anak serta bagaimana isi moral keagamaan yang diajarkan di Playgroup Auliya Kota Kendal.
BAB II METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN ANAK USIA DINI
A. METODE PEMBIASAAN 1. Pengertian Metode Pembiasaan Metode merupakan cara yang telah teratur dan telah terpikir baikbaik untuk mencapai suatu maksud.40 Menurut pendapat Mahmud Yunus yang dikutip Armai Arief, metode adalah “Jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya seseorang sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan, perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya”.41 Secara etimologi, pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “biasa” berarti 1) Lazim atau umum, 2) Seperti sedia kala, 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran pendidikan agama Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. 42 Metode Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang umumnya berhubungan dengan pengembangan kepribadian anak seperti emosi, disiplin, budi
40
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hlm 232. 41 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),hlm. 87. 42 Ibid, hlm. 110.
pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat, dan lain sebagainya.43 Pembiasaan menurut Zainal Aqib merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan perilaku anak, yang meliputi perilaku keagamaan, sosial, emosional dan kemandirian.44 Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukan secara berulang-ulang untuk hal yang sama.45 Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Metode pembiasaan juga tergambar dalam Al-Qur’an dalam penjabaran materi pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan–kebiasaan yang negatif. Kebiasaan ditempatkan oleh manusia sebagai sesuatu yang istimewa. Ia banyak sekali menghemat kekuatan manusia, karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang pekerjaan, berproduksi dan aktivitas lainnya. 46 Demikian halnya dengan cara mendidik anak. Untuk dapat membina agar anak mempunyai sifatsifat terpuji, tidaklah mungkin dengan menggunakan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan hal-hal yang baik yang diharapkan nanti dia akan memiliki sifat itu, serta menjauhi sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah yang membuat dia cenderung untuk melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.47 Maka, semakin kecil umur anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan
43
Ramli, Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini, http://ramlimpd.blogspot.com/2010/10/pembelajaran-untuk-anak-usia-dini.html 44 Zainal Aqib, Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, (Bandung : Yrama Widya, 2009), hlm. 28 45 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hlm. 113 46 http://masmukhorul.Blogspot.com/2009/06/metode-pembiasaan-sebagai-upaya.html. 47 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 73.
agama dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur anak, maka hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu diberikan sesuai dengan tingkat perkembangannya.48 Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembiasaan berarti cara untuk melakukan suatu tindakan dengan teratur dan telah terpikir secara baik-baik dan dilakukan secara berulangulang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan.
2. Dasar dan Tujuan Pembiasaan Pendidikan agama Islam sebagai pendidikan nilai maka perlu adanya
pembiasaan-pembiasaan dalam
menjalankan
ajaran Islam,
sehingga nilai-nilai ajaran Islam dapat terinternalisasi dalam diri peserta didik, yang akhirnya akan dapat membentuk karakter yang Islami. Nilainilai ajaran Islam yang menjadi karakter merupakan perpaduan yang bagus (sinergis) dalam membentuk peserta didik
yang berkualitas, di mana
individu bukan hanya mengetahui kebajikan, tetapi juga merasakan kebajikan dan mengerjakannya dengan didukung oleh rasa cinta untuk melakukannya. Pembentukan karakter seseorang (terutama peserta didik) bersifat tidak alamiah, sehingga dapat berubah dan dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Sebagaimana perintah Rasulullah SAW kepada orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan sholat, tatkala mereka berumur tujuh tahun. Hal tersebut berdasarkan hadits di bawah ini:
( 48
)
Ibid Abi Thib Muhammad Syams al Haq al Adzim Abadi, Aunul Ma bud Syarah Sunan Abi Dawud, Juz II, (Beirut: Daarul Fikr, 1968), hlm. 162. 49
Artinya: “Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan sholat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. ( HR. Abu Dawud ) Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu penting. Sebab dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak dijumpai orang berbuat dan bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata-mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu seseorang harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. 50 Mendidik anak dengan metode pembiasaan juga didasarkan pada hadis nabi Muhammad saw, yang berbunyi :
:
(
)
:
“ Dari Aisyah ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Amalanamalan yang disukai Allah adalah amalan-amalan yang dikerjakan secara langgeng (menjadi suatu kebiasaan), walau amalan itu sedikit (HR. Muslim) Merujuk pada hadits tersebut, maka jelas bahwa dalam mendidik anak usia dini, metode pembiasaan positif sangat tepat digunakan. Zakiah Darajat berpendapat: “ Orang tua adalah Pembina pribadi yang utama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak berlangsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.
52
ketika mencermati pendapat tersebut, maka pendidikan anak usia dini dengan metode pembiasaan positif sangatlah tepat karena pada masa ini anak sedang
mengalami perkembangan yang sangat pesat baik
perkembangan fisik maupun psikisnya. Pada saat ini anak masih mudah 50
http://masmukhorul. Blogspot.com/2009/06/metode-pembiasaan-sebagai-upaya.html Ibnu Atsir al Jazari, Jami Al Ushul Fi Ahadits al Rasul Salla Allahu Alaihi wa Sallama, Juz Awwal, (Beirut : Daar al-Kutub al ‘Alamiyah, tt), hlm. 218. 51
52
Zakiah Darajat, Op. Cit., hlm. 56.
dipengaruhi dan diajak untuk membiasakan diri pada hal-hal yang baik. Sehingga kebiasaan-kebiasaan yang telah ditanamkan sejak dini sangat melekat pada dirinya dan dibawa sepanjang hidupnya. Hal ini juga senada dengan pendapat para tokoh pendidikan seperti John
Locke
yang
terkenal
dengan teori
“Tabularasa”nya
yang
menyampaikan bahwa manusia lahir itu seperti kertas putih yang masih bersih sehingga tergantung dari orang tuanya akan menulisi apa. Menurutnya segala sesuatu yang ada dalam pikirannya berasal dari pengalaman inderawi. Artinya dengan pengamatan panca indera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan yang dengan jalan sintesis, analisis, dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan. Adapun ciri dari didaktis John Locke adalah : a) belajar seperti bermain, 2) mengajarkan mata pelajaran berturut-turut, tidak sama, 3) mengutamakan pengalaman dan pengamatan, 4) mengutamakan budi pekerti. Beliau mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan atau sejak dini anak harus dibiasakan pada hal-hal yang baik. Pendidikan menurut John Locke bersifat utilities, yang didasarkan atas dasar kegunaan. Beliau beranggapan bahwa proses pendidikanlah yang memberi banyak hal kepada anak. 53 Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Sina yang dikutip oleh Abudin Nata tentang metode pengajaran terdapat metode pembiasaan dan teladan bagi anak. Beliau menyampaikan bahwa pembiasaan adalah salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak. Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak.54 Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembiasaan positif yang ditanamkan sejak dini sangat memberikan pengaruh positif pula pada masa yang akan datang. Sebagaimana pepatah arab disebutkan :
53
MIF Baihaqi, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan, (Bandung : Nuansa, 2007), hlm.86-87 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 75-76. 54
" yang artinya adalah “ Barang siapa
"
membiasakan sesuatu di waktu mudanya maka di waktu tuanya akan menjadi kebiasaannya pula “. Yang dimaksud pembiasaan disini adalah pembentukan keterampilan berucap, berbuat sesuai dengan yang diajarkan agama. Pembiasaan ini mempunyai arti yang penting karena merupakan sarana paling efektif guna pembentukan pribadi yang shaleh.55 Lagi pula pada masa usia dini anak cenderung bersifat imitatif atau suka meniru apa yang dilihat dan diketahui. Sehingga ketika yang dilihat dan diketahui oleh anak itu adalah hal-hal yang baik dan dibiasakan sejak dini maka akan sangat efektif bagi pembentukan pribadi yang baik. Al-Ghazali mengatakan: ”Anak adalah amanah orang tuanya. Hatinya yang bersih adalah permata berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas kebaikan itu maka bahagialah ia di dunia dan akhirat, orang tuanya pun mendapat pahala bersama.”56 Kutipan di atas memperjelas kedudukan metode pembiasaan bagi perbaikan dan pembentukan akhlak melalui pembiasaan. Dengan demikian pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan berdampak besar terhadap kepribadian /akhlak anak ketika mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik moral dan akhlak anak. 3. Bentuk-bentuk Pembiasaan Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi
kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral
55
Nur Uhbiyati, Long Life Education : Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang : Walisongo Press, 2009), hlm. 58. 56 http://riwayat.wordpress.com./2008/01/25/metode-mendidik-akhlak-anak/-ftn
dan nilai-nilai agama, pengembangan sosio emosional dan kemandirian. Dari program pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha Esa dan membantu terbinanya sikap anak yang baik. Dan dengan pengembangan sosio emosional anak diharapkan dapat memiliki sikap membantu orang lain, dapat mengendalikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya.57 Adapun bentuk-bentuk Pembiasaan pada anak dapat dilaksanakan dengan cara berikut :58 a. Kegiatan rutin, adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah setiap hari, misalnya berbaris, berdo’a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. b. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan, misalnya meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan baik, dan menjenguk teman yang sakit. c. Pemberian teladan adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi teladan/contoh yang baik kepada anak, misalnya memungut sampah di lingkungan sekolah dan sopan dalam bertutur kata. d. Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang deprogram dalam kegiatan pembelajaran (program semester, SKM, dan SKH) , misalnya makan bersama dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
4. Langkah-langkah pelaksanaan pembiasaan Kebiasaan baik yang dibentuk dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang baik, misalnya kebiasaan dalam berkomunikasi , pengaturan dan penggunaan waktu secara tepat, bersikap baik dan tepat, memilih permainan dan menggunakan saran dengan tepat. Anak perlu dibiasakan sejak dini untuk mengatur dan menggunakan waktu secara tepat, agar kelak bisa menjadi orang disiplin dan bertanggung jawab. Pembiasaan sebaiknya ditanamkan dari hal-hal kecil dan yang mudah dilakukan oleh anak usia dini. Misalnya mengatur waktu antara menonton 57 58
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung : Alfabeta, 2010), hlm.63. Zainal Aqib, Op. Cit., hlm.28.
TV dengan bermain, belajar, istirahat dan kegiatan-kegiatan yang lainnya. Apabila kebiasaan ini sudah dimiliki oleh anak , maka anak sendiri akan menyesuaikan berbagai tindakannya sehingga tidak saling merugikan atau menghambat. Agar pembiasaan dapat segera tercapai dan hasilnya baik, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :59 a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan. b. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus menerus (berulangulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Tapi juga butuh pengawasan dari orang tua, keluarga maupun pendidik. c. Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap
pendiriannya
yang
telah
diambil.
Jangan
memberi
kesempatan anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan. d. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis harus semakin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri. Kebiasaan lain perlu dipupuk dan dibentuk adalah berkomunikasi dengan anggota keluarga, misalnya mendiskusikan hal-hal yang mereka saksikan di lingkungan. Kebiasaan berkomunikasi dan berdiskusi akan memupuk kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dan pengembangan diri. Dalam hal ini orang tua mempunyai peran yang sangat besar dan penting terutama melalui metode pembiasaan dan keteladanan. 60 Sedangkan upaya untuk memelihara kebiasaan yang baik dilakukan dengan cara: 61
59
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 178. 60 Mohammad Surya, Bina Keluarga, (Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2001), hlm.5. 61 Suryati Sidharto dan Rita Eka Izzaty, Social Skill Untuk Anak Usia Dini: Pengembangan Kebiasaan Positif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), hlm. 11-12.
a. Melatihkan hingga benar-benar paham dan bisa melakukan tanpa kesulitan. Sesuatu hal yang baru tentu tidak mudah dilakukan semua anak, maka pembiasaan bagi mereka perlu dilakukan sampai anak dapat melakukan. Pendidik perlu membimbing dan mengarahkan agar anak-anak mampu melakukan. b. Mengingatkan anak yang lupa melakukan. Anak-anak perlu diingatkan dengan ramah jika lupa atau dengan sengaja tidak melakukan kebiasaan positif yang telah diajarkan tapi jangan sampai mempermalukan anak. Teguran sebaiknya dilakukan secara pribadi. c. Apresiasi pada masing-masing anak secara pribadi Pemberian apresiasi dapat membuat anak senang, tetapi harus hati-hati agar tidak menimbulkan kecemburuan pada anak yang lain. d. Hindarkan mencela pada anak Guru merupakan profesi yang professional, maka seluruh perilaku dalam mendidik anak diupayakan agar menguntungkan bagi perkembangan anak dengan tidak mencela anak, walau terdapat kesalahan atau kekurangan padanya. 5. Kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan Pembiasaan merupakan metode yang tepat diterapkan pada pendidikan anak usia dini, mengingat pada masa anak-anak mudah diberi pengaruh dan mudah mengikuti apa yang diajarkan padanya. Namun demikian, dalam setiap metode pembelajaran dalam pendidikan, tentu terdapat kelebihan dan kekurangan. Sama halnya dengan metode pembiasaan terdapat kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 1. Kelebihan Kelebihan metode pembiasaan adalah: a. Dapat menghemat waktu dan tenaga dengan baik b. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah saja tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniah.
c. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak. 2. Kekurangan Kekurangan pada penerapan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam menanamkan suatu nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah dibutuhkannya pendidik pilihan yang benarbenar mampu menyelaraskan antara perkataan dengan perbuatan. Sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai saja tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya kepada anak didik.62
B. METODE
PEMBIASAAN
PADA
PENGEMBANGAN
MORAL
KEAGAMAAN 1. Pengertian moral keagamaan Istilah moral kadang-kadang dipergunakan sebagai kata yang sama dengan etika. Moral berasal dari bahas Latin, mos (adat istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, kelakuan), mores (adat istiadat, tabiat, kelakuan, watak, akhlak, cara hidup). Secara etimologi moral dan etika mempunyai arti yang sama karena keduanya berasal dari kata yang mengandung arti adat kebiasaan. Sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani ethos (jamak: ta etha). Moral diartikan sebagai nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sebagaimana pendapat Helden dan Richards yang dikutip oleh Sjarkawi, moral diartikan sebagai suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan. Selanjutnya, Atkinson berpendapat bahwa moral merupakan pandangan tentang baik dan buruk, benar dan 62
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 115-116.
salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Selain itu juga moral merupakan seperangkat keyakinan dalam suatu masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.63 Sedangkan yang dimaksud disini adalah moral keagamaan, yang berarti nilai atau norma yang dijadikan pegangan bagi seseorang atau kelompok masyarakat yang mengatur tingkah laku dalam kehidupan yang didasarkan pada keyakinan atau agama yang dianut.
2. Bentuk-bentuk Moral Keagamaan Bentuk-bentuk nilai moral yang diterapkan pada anak adalah sebagai berikut :64 a. Religiusitas, terdiri dari membiasakan anak berdoa sebelum dan sesudah melakukan suatu perbuatan, membiasakan anak bersyukur, sikap toleran dan mendalami ajaran agama. b. Sosialitas, terdiri dari membiasakan anak hidup bersama, dan saling memperhatikan serta tolong menolong. c. Gender, berupa kesetaraan atau kesamaan dalam permainan anak. d. Keadilan, berupa pemberian kesempatan yang sama pada anak baik dalam bermain dan belajar. e. Demokrasi, berupa pemberian penghargaan terhadap imajinasi anak, dihargai dan diarahkan. f. Kejujuran, berupa sikap menghargai milik orang lain. g. Kemandirian, berupa sikap anak yang bisa melakukan kegiatan sendiri tanpa dibantu orang lain, misalnya memakai baju, sepatu, makan dan minum, dsb. Serta sekolah tidak ditunggui orang tua atau pengasuh. h. Daya juang, terdiri dari rasa memupuk kemauan untuk mencapai tujuan, serta bersikap tidak mudah menyerah. Bisa berupa kegiatan fisik, jalan-jalan. 63
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006),hlm. 27-28. Nurul Zuhriah, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 39-40. 64
i.
Tanggung jawab, berupa kegiatan memakai dan membereskan alat permainannya sendiri.
j.
Penghargaan terhadap lingkungan alam, berupa sikap anak yang memelihara
tanaman
atau
bunga,
tidak
membuang
sampah
sembarangan.
3. Langkah-langkah untuk mengembangkan moral keagamaan a. Religiusitas Religiusitas pada anak usia dini dapat dikenalkan dengan cara membiasakan diri bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa, akan membawa suasana hidup yang menyenangkan. Untuk melatih hal ini sehingga menjadi suatu kebiasaan yang dapat dilakukan secara dini pada masa pendidikan adalah dengan membiasakan berdoa sebelum atau sesudah melakukan sesuatu. Misalnya, berdoa sebelum dan sesudah belajar, sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah tidur, dsb. b. Sosialitas Sosialitas pada anak usia dini dapat diajarkan dengan cara sekolah menyediakan alat permainan yang jumlahnya teratas untuk anak-anak. Selanjutnya guru mengajak anak mulai memperhatikan sesamanya, mau berbagi dan menyadari bahwa dalam kehidupan bersama dalam masyarakat perlu ada aturan, saling memperhatikan dan saling mendukung. Anak diajak bersikap terbuka, rendah hati, saling menerima dan mau berbagi, serta tidak egois. Langkah awal yang bisa dilakukan berupa sikap dan perilaku mau berbagi mainan dengan teman, mau bergantian dengan teman, serta tidak asyik dengan kepentingan dan kemauan dirinya sendiri. c. Gender Pengenalan gender pada anak usia dini perlu ditanamkan sejak dini, misalnya dengan cara disosialisasikan pada anak melalui
permainan dan kegiatan bersama yang tidak membedakan antara lakilaki dengan perempuan. d. Keadilan Nilai keadilan dapat ditanamkan pada pendidikan anak usia dini dengan cara memberi kesempatan yang sama untuk semua siswa baik laki-laki maupun perempuan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, baik melalui kegiatan menyanyi, permainan, maupun tugas lain. e. Demokrasi Nilai demokrasi pada anak usia dini dapat diajarkan melalui kegiatan menghargai perbedaan yang tahap demi tahap harus diarahkan pada pertanggungjawaban yang benar dan sesuai dengan nalar anak. Untuk memulainya di lingkungan sekolah, anak diberi kebebasan untuk menggambar sesuai imajinasi dan kreativitasnya masing-masing, seperti apapun hasilnya anak diberi apresiasi. Apresiasi yang diberikan merupakan bagian dari penghargaan akan perbedaan.65 f. Kejujuran Nilai kejujuran pada anak usia dini dapat diajarkan melalui kegiatan keseharian yang sederhana dan sebagai suatu kebiasaan, yaitu perilaku yang dapat membedakan milik pribadi dan milik orang lain. Kemampuan dasar untuk membedakan merupakan dasar untuk bersikap jujur. g. Kemandirian Kemandirian pada anak usia dini dapat dibentuk melalui cara: memberi anak-anak pilihan sesuai dengan minat masing-masing, menetapkan batasan-batasan yang jelas, konsisten dan masuk akal tentang suatu pengertian. Misalnya, pada pengenalan tentang aneka buah, maka pendidik memberi pengetahuan tentang ciri dari masingmasing buah baik warna, rasa, atau kulit. dsb. Kemudian menerima 65
Ibid, hlm. 41-44.
irama anak-anak antara kebebasan dan ketergantungan, memfokuskan pada manfaat ketika anak-anak mempraktikkan keterampilan baru bukan pada kesalahan yang mereka lakukan, serta menetapkan harapan yang sesuai dengan kemampuan anak dan memfokuskan kurikulum pada hal-hal nyata atau kegiatan sehari-hari. 66 h. Daya juang Upaya menumbuhkan nilai daya juang pada anak bisa dilakukan dengan mengajak anak jalan-jalan. Kemampuan menempuh jarak tertentu menjadi dasar untuk mengembangkan daya juangnya. Melalui kegiatan ini anak juga diajak mengenal alam sekitar dan cara hidup bersama di jalan umum seperti: disiplin, tertib, hati-hati untuk keselamatan diri dan bersama, menghargai kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Di samping itu anak juga diajak mencintai dan mengakui kebesaran Allah yang menciptakan keindahan alam semesta ini, serta berusaha mensyukuri nikmat yang diberikan dengan cara menjaganya. i. Tanggung jawab Nilai tanggungjawab pada anak usia dini dapat dilakukan melalui kegiatan permainan atau tugas-tugas yang menggunakan alat. Dengan cara memperkenalkan dan melatih tanggungjawab anak menjaga alat permainannya. Selalu minta izin apabila meminjam barang milik temannya. j. Penghargaan terhadap lingkungan alam Penghargaan terhadap lingkungan alam dapat ditumbuhkan dengan cara mengajak dan mengajari anak memelihara tanaman di sekolah. Anak diajak berkebun, dan diberi tanggungjawab memelihara satu tanaman. Serta tidak membuang sampah pada tempatnya.67 Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik/pembimbing utama dan 66 67
Suryati Sidharto dan Rita Eka Izzaty, Op. Cit., hlm. 24 Nurul Zuhriyah, Op. Cit., hlm. 41-45.
pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui anak pada masa kecil merupakan unsur terpenting dalam hidupnya. Sikap anak terhadap agama didapat melalui pengalaman yang didapat dengan orang tua serta keluarga. Kemudian diperbaiki di sekolah. Adapun latihan keagamaan yang menyangkut akhlak dan ibadah sosial, sesuai dengan ajaran agama, jauh lebih penting daripada penjelasan dengan kata-kata. Latihan disini dilakukan melalui contoh yang diberikan oleh guru atau orang tua. Oleh karena itu, guru agama hendaknya mempunyai kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran agama, yang akan diajarkan kepada anak didiknya, lalu sikapnya dalam melatih kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama itu, hendaknya menyenangkan dan tidak kaku.
68
Demikian halnya pada pengembangan moral keagamaan
pada anak, harus dilakukan dengan latihan-latihan langsung dan dibiasakan untuk melakukan, sehingga nilai-nilai moral keagamaan tidak hanya sebatas pengetahuan tentang apa dan bagaimana moral itu sendiri, tetapi bagaimana moral keagamaan itu diterapkan dalam kehidupan seseorang.
C. METODE PEMBIASAAN PADA ANAK USIA DINI 1. Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berumur 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan.69 Anak usia dini atau biasa disebut anak pra sekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun, menurut Biechler dan Snowman (1993) mereka biasanya mengikuti program pra sekolah. Di Indonesia umumnya anak tersebut mengikuti program tempat penitipan anak (3-5 tahun), kelompok bermain (2-4 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mengikuti program taman 68
Zakiah Darajat, Op. Cit., hlm. 74-75. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 87-88 69
kanak-kanak. 70 Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun yang terdiri dari beberapa periode : a. Infant (0-1 tahun) b. Toodler (2-3 tahun) c. Preschool/ kindergarten children (3-6 tahun) d. Early primary school (6-8 tahun). 71 Jadi bisa disimpulkan bahwa anak usia dini atau anak prasekolah adalah golongan anak yang berusia antara 0-6 tahun yang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis. Pada masa ini perkembangan dan pertumbuhan berlangsung sangat pesat, sehingga masa ini biasa disebut dengan masa keemasan atau Golden age. 2. Karakteristik Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan individu yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Maka usia dini dikatakan sebagai usia emas atau Golden Age, yaitu usia yang sangat berharga karena pada masa ini terjadi transformasi yang luar biasa pada otak dan fisiknya yang tidak terjadi pada masa-masa berikutnya. Maka dari itu, pada masa keemasan ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, emosi dan social di masa yang akan datang dengan memperhatikan dan menghargai keunikan setiap anak. Adapun karakteristik dari anak usia dini adalah sebagai berikut :72 a. Kecepatan pertumbuhan dan perubahan fisik b. Secara berangsur-angsur berkurangnya ketergantungan pada pihak lain (ibunya) c. Merupakan fondasi bagi pertumbuhan selanjutnya d. Banyak resiko 70
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 19. 71 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini 72 Mohammad Surya, Op. Cit., hlm. 30.
e. Banyak memerlukan perhatian dari orang tuanya. Karakteristik yang lain adalah 1) anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Eksplorasi anak yang dilakukan anak terhadap benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Anak juga sangat aktif melakukan berbagai kegiatan seperti melompat, berlari dan memanjat 2) kemampuan berbahasa anak semakin baik, sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu, seperti meniru dan mengulang pembicaraan. 3) anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditentukan oleh bawaan, namun lebih banyak pada lingkungan.73 Sedangkan menurut Siti Aisyah karakteristik anak usia dini adalah sebagai berikut:74 1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya dan ingin mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan dengan mengajukan berbagai pertanyaan ketika melihat sesuatu, walau dalam bahasa yang masih sangat sederhana. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya anak sering membongkar pasang segala sesuatu. 2. Merupakan pribadi yang unik Meskipun
banyak
terdapat
kesamaan
dalam
pola
umum
perkembangan, tetapi setiap anak memiliki keunikan masing-masing walaupun pada anak kembar secara genetis. Keunikan tersebut terlihat dalam hal gaya belajar, minat dan latar belakang keluarganya. Maka dari itu, bagi para pendidik, perlu melakukan pendekatan individual selain pendekatan kelompok sehingga keunikan pada anak dapat terakomodasi dengan baik.
73 74
Isjoni, Op. Cit, hlm. 25 Siti Aisyah, dkk, Op. Cit., hlm. 1.4-1.12.
3. Suka berfantasi dan berimajinasi Anak usia dini suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Anak dapat menceritakan berbagai hal dengan sangat meyakinkan seolah-olah dia melihat atau mengalami sendiri hal itu, padahal itu adalah hasil fantasi atau imajinasinya saja. 4. Masa paling potensial untuk belajar Anak usia dini sering disebut dengan istilah Golden Age karena pada rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada berbagai aspek. 5. Menunjukkan sikap egosentris Anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri atau bersifat egosentris. Anak yang egosentrik lebih banyak berfikir dan berbicara tentang diri sendiri daripada orang lain dan tindakannya terutama bertujuan menguntungkan dirinya. 6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek Anak usia dini mempunyai rentang perhatian yang sangat pendek sehingga perhatiannya mudah teralihkan pada hal lain. Apalagi kalau sesuatu itu dirasa tidak menarik lagi baginya. 7. Sebagai bagian dari makhluk sosial Anak usia dini sudah mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mengalah, dan antri menunggu giliran saat bermain dengan teman-temannya. 8.
Bermain merupakan dunia masa anak-anak. Bermain bagi anak merupakan proses mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia orang dewasa, cara bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai hal, membutuhkan hasrat bereksplorasi, melatih pertumbuhan fisik dan imajinasi.
3. Perkembangan Anak Usia Dini a. Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan
fisik
sangat
berkaitan
erat
dengan
perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Pertumbuhan fisik pada masa kanak-kanak berlangsung lebih lambat dibandingkan pada masa bayi. Perbedaan tersebut terletak pada penampilan,
proporsi
tubuh,
berat,
serta
keterampilan-keterampilan yang dimiliki anak.
tinggi
badan
dan
Meskipun selama
masa anak-anak pertumbuhan fisik mengalami keterlambatan tetapi keterampilan-keterampilan motorik halus dan kasar justru berkembang pesat. 1) Perkembangan Motorik Kasar Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya. 2) Perkembangan Motorik Halus Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi
gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan
gerakan
visual
motorik,
seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.75 Secara langsung maupun tidak langsung
perkembangan
fisik
dan
motorik
anak
akan
mempengaruhi konsep diri dan perilaku anak sehari-hari yang kemungkinan akan terus dibawa di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan adanya perhatian yang besar terhadap faktorfaktor
yang
diduga
kuat
memiliki
pengaruh
terhadap
perkembangan fisik dan motorik anak.76 b. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Miller 1993 ) yang dikutip oleh Isjoni Perkembangan kognitif anak pra sekolah yaitu berada pada tahap pra operasional, yaitu tahapan dimana anak belum menguasai operasi mental secara logis. yang mempunyai ciri berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu yang lain dengan menggunakan symbol-simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi
atau
berfantasi
tentang
banyak
hal.
adanya
penguasaan bahasa, meniru, sekalipun cara berfikirnya secara egosentris, memusat dan tidak bisa dibalik. 77
75
http://episentrum.com/artikel-psikologi/perkembangan-motorik-anak-usiadini/ Zainal Aqib, Op. Cit., hlm. 37. 77 Isjoni, Op. Cit, hlm. 27-28. 76
c. Perkembangan Emosi Pada tahap ini emosi anak usia dini lebih rinci atau terdiferensiasi, anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan dan sering berebut perhatian guru. Pada masa ini anak mampu melakukan partisipasi dan mengambil inisiatif dalam kegiatan fisik. Anak sering memiliki keraguan untuk memilih antara apa yang ingin dikerjakan dengan apa yang harus dikerjakan. 78 Ciri khas emosi anak adalah emosinya kuat, sifat tersebut seringkali tampak, emosinya bersifat sementara/ labil, dan emosi tersebut dapat diketahui melalui perilaku anak.79 Menurut Erikson yang dikutip oleh Slamet Suyanto anak usia dini (2-3 tahun) berada pada tahap autonomy vs shame and doubt dimana anak harus sudah mampu menguasai kegiatan memegang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya seperti berjalan dan berlari. Bila ia diberikan kebebasan bergerak dan mampu
menguasai
anggota
tubuhnya
maka
ia
akan
mengembangkan ras percaya dirinya, begitu pula sebaliknya bila lingkungan
tidak
memberinya
kepercayaan
menumbuhkan rasa malu dan ragu-ragu pada anak.
maka
akan
80
d. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentris, individual kea rah interaksi sosial. Pada mulanya anak bersifat egosentris, memandang persoalan dari satu sisi yaitu dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain bisa berpandangan berbeda dari dirinya. Maka pada usia 2-3 tahun anak suka bermain
78
Ibid., hlm. 27-28. Zainal Aqib, Op. Cit., hlm. 40. 80 Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005) hlm. 72. 79
sendiri, selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan orang lain. Ia mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosialnya.81 Masa pra sekolah disebut juga usai pra-gang, karena pada masa ini anak belajar menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya dan mengembangkan pola perilaku yang sesuai dengan harapan sosial.82 Ciri sosial anak usia pra sekolah sudah mulai mudah bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada masa ini juga muncul kesadaran anak akan konsep diri yang berkenaan dengan “ Gender“ yang mana anak telah mampu memahami perannya sebagai anak perempuan dan sebagai anak laki-laki. 83 Oleh karena itu, salah satu keuntungan pendidikan prasekolah adalah dapat memberikan pengalaman sosial di bawah bimbingan guru yang dapat membantu mengembangkan hubungan sosial yang menyenangkan. e. Perkembangan Bahasa Anak pra sekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan dengan orang lain. Merek dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara, misalnya dengan bertanya, melakukan dialog dan menyanyi. Sejak usia dua tahun anak memiliki minat yang kuat untuk menyebut berbagai nama benda. Minat tersebut akan terus meningkat yang sekaligus akan menambah menggunakan
perbendaharaan kata-kata
kata untuk
yang
dimiliki.
menyebut
Dengan
benda
atau
menggambarkan peristiwa akan membantu anak untuk membentuk gagasan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. 84 Perkembangan bahasa anak belumlah sempurna pada masa ini dan akan
terus
berkembang
sepanjang
kehidupan
seseorang.
Perkembangan bahasa berlangsung sepanjang mental manusia aktif 81
Ibid., hlm. 70. Zainal Aqib, Op.Cit., hlm. 41. 83 Isjoni, Op. Cit, hlm.30. 84 Soemiarti Patmonodewo, Op. Cit., hlm. 28-29. 82
dan tersedia lingkungan untuk belajar. Anak usia 3-4 tahun mulai menyusun kalimat Tanya dan kalimat negatif. Misalnya, mama dimana? Dan saya tidak pergi. f. Perkembangan Moral, Disiplin dan Etika Teori perkembangan Kohlberg tentang perkembangan watak berlangsung melalui tiga tingkatan: 1) Tingkat prekonvensional (anak sebelum sekolah), mengetahui baik dan buruk dari orang tua berdasarkan atas konsekwensi dari suatu tingkah laku. Jadi sesuatu itu dianggap baik dan benar apabila mendapat hadiah, dianggap jelek apabila mendapat hukuman. 2) Tingkat konvensional (anak usia sekolah) menganggap bahwa peraturan yang diberikan orang tua atau masyarakat pasti baik dan benar, tapi tidak mengetahui akibat/hasil dari suatu perbuatan. 3) Tingkat otonomi. Anak sudah mulai dewasa dan telah mengetahui baik dan buruk akibat suatu perbuatan, dapat menilai suatu prinsip. Mereka dapat berfikir sendiri, membuat keputusan.85 Pada tahap ini moral anak ditandai dengan kemampuan anak memahami aturan, norma dan etika yang berlaku. Menurut Piaget, yang dikutip Slamet Suyanto anak usia dini berada pada tahap pertama perkembangan moralnya yang disebut premoral. Pada tahap ini anak belum dapat menggunakan pertimbangan moral untuk perilakunya. Hal ini disebabkan anak belum mempunyai pengalaman bersosialisasi dengan yang lain dan masyarakat tempat aturan, etika, dan norma itu ada. Disamping itu anak masih bersifat egosentris, belum dapat memahami cara pandang orang lain. Kedua, disebut moral realism. Pada tahap ini 85
hlm. 130.
Charles Scaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, (Semarang: Dahara Prize, 1989),
kesadaran anak akan aturan mulai tumbuh. Perilaku anak sangat dipengaruhi oleh aturan yang berlaku dan oleh konsekwensi yang harus ditanggung anak atas perbuatannya. Ketiga, disebut moral relativism. Yang mana perilaku anak didasarkan atas berbagai pertimbangan moral yang kompleks yang ada dalam dirinya. Pada tahap ini perilaku anak tidak lagi terbawa arus atau terpengaruh orang lain, tetapi ia sendiri sudah mengembangkan suatu nilai moral yang ia gunakan untuk memecahkan berbagai persoalan yang terkait dengan moral dan nilai. 86
86
Slamet Suyanto, Op. Cit., hlm. 67-68.
BAB III IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI DI PLAYGROUP AULIYA KOTA KENDAL A. Gambaran Umum Playgroup Auliya Playgroup Auliya Kendal bisa dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang masih muda karena baru berdiri pada tahun 2008 oleh yayasan yang diketuai oleh Ibu Nur Indah Ts, S.Psi dengan izin operasional Nomor 421. 1/ 8868 DIKPORA. Playgroup Auliya ini terletak di jalan Soekarno-Hatta No.196 desa Karangsari RT 02/RW 03 Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal (sebelah utara POLRES Kendal), dengan Luas tanah 176 m² dan luas bangunan 88 m². Auliya berada pada tempat yang mudah dijumpai dan strategis karena berada disamping jalan raya dan dekat dengan jantung kota Kendal. Dengan arsitektur gedung yang bergaya etnik nan sejuk halamannya karena ditumbuhi pepohonan yang rindang serta dilengkapi berbagai alat permainan luar dan sarana prasarana yang memadai, menjadikan Auliya tampak asri dan nyaman untuk belajar anak. Playgroup Auliya ini didirikan oleh Lembaga Pendidikan Islam Terpadu (LPIT) yang menggunakan kurikulum secara mandiri tetapi juga tetap mengacu pada pedoman pelaksanaan pendidikan anak usia dini dari Kementerian Pendidikan Nasional. Playgroup Islam Terpadu atau biasa disebut PGIT ini merupakan pionernya playgroup di kota Kendal, karena merupakan satu-satunya playgroup yang menerapkan sistem pendidikan full day school yang mengajarkan anak belajar sambil melakukan dan memiliki program unggulan menerapkan akidah lurus dan kemandirian yang pendidikannya berbasis agama Islam. Full day school adalah sekolah yang dirancang sedemikian rupa layaknya sekolah formal, juga didesain mampu memberikan harapan pasti terhadap masyarakat. Misalnya, nilai plus yang belum diberikan saat pelajaran formal berlangsung, antara lain belajar kelompok, latihan berjamaah shalat wajib dan
sunnah dhuha, latihan membaca doa bersama, dsb.87 Dilihat dari suku katanya yang berbahasa Inggris, Full artinya ‘penuh’ dan day artinya ‘hari’, sedang school artinya ‘sekolah’. Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Dengan demikian, sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Hal yang diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman. 88 Demikian juga pada Playgroup Auliya, Proses belajar mengajar (PBM) berlangsung selama 5 hari, dari hari Senin sampai Jum’at, dan PBM berlangsung dari pukul 07.30-14.30 WIB. Tetapi banyak juga anak yang dijemput orang tuanya sampai sore, kadang sampai jam 17.00 WIB karena menunggu orang tuanya pulang kerja89 Adapun Tujuan berdirinya Playgroup Auliya adalah sebagai berikut ; 1. Membantu para orang tua mengasuh dan membimbing putra-putrinya sehingga orang tua bisa tenang pada pekerjaan sehingga dapat mencapai prestasi kerja yang optimal. 2. Dengan full day school dapat menghindarkan anak dari dampak buruk globalisasi bahkan pengaruh negatif pembantu rumah tangga dan Televisi serta mengurangi sekularisasi masyarakat. Walaupun baru memasuki tahun ketiga, tetapi jumlah anak yang belajar di playgroup ini mengalami peningkatan yang cukup drastis, hal ini terlihat dari data yang diperoleh peneliti dari kepala playgroup bahwa pada awal tahun berdirinya yaitu pada tahun 2008 jumlah anak yang belajar di playgroup Auliya hanya mendapat peserta didik sejumlah 6 anak, kemudian pada tahun berikutnya terdapat 10 anak yang belajar disini. Sedangkan pada tahun ajaran 2010/2011 ini jumlah peserta didiknya kian bertambah dari tahun-tahun
87
Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar ruzz Media, 2009),
hlm. 224. 88
Ibid, hlm. 227. Wawancara dengan Ibu Nur Indah Ts. S.Psi. pendiri Playgroup Auliya, pada hari Senin tanggal 2 November 2010 89
sebelumnya yaitu terdapat 26 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 17 anak perempuan dibawah bimbingan dan pengasuhan 3 orang guru, yaitu Ibu Dwi Listiani sebagai kepala playgroup, Ibu Ermawati sebagai wali kelas, dan Ibu Ratna Widyastuti sebagai guru kelas. Anak-anak yang belajar di Playgroup Auliya ini mempunyai ketentuan umur antara 2-4 tahun dan tahun berikutnya biasanya dimasukkan ke Taman Kanak-Kanak (TK) kemudian ke sekolah dasar. Karena Auliya tidak hanya terdiri dari playgroup saja, tetapi juga ada taman kanak-kanak serta sekolah dasar. Proses penerimaan peserta didik di Playgroup Auliya melalui seleksi dan wawancara orang tua anak, diantaranya adalah telah mencapai umur 2-4 tahun, sehat jasmani dan rohani.90 Playgroup Auliya merupakan lembaga pendidikan Islam terpadu yang menggunakan konsep sekolah alam yang memberikan kebebasan bagi anak untuk belajar dan mengeksplorasi apa yang ada di alam sebagai sarana untuk belajar dan mendapat pengalaman langsung. Di playgroup ini tidak menggunakan visi dan misi secara tersurat, akan tetapi menggunakan sloganslogan dan filosofi pendidikan yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan. Filosofi pendidikan disini didasarkan pada hadits nabi yang artinya : “ Apabila anak adam mati, maka akan terputuslah segala amalnya kecuali ilmu yang bermanfaat, amal jariyah serta anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.” Sehingga investasi ke depan pendidik atau ustad-ustadzah dan orang tua benar-benar pada kepentingan kejayaan dunia akhirat, maka dari itu auliya mendasari filosofinya untuk mencetak anak sholeh. Secara kualitas Playgroup Auliya sudah tidak diragukan lagi meski playgroup ini belum terakreditasi karena baru berdiri 2 tahun yang lalu. Hal ini terlihat dari kepercayaan masyarakat untuk memasukkan anaknya di Playgroup Auliya, dan justru kebanyakan peserta didiknya dari luar kecamatan daerah tersebut. Dan juga kualitas lulusan dari playgroup ini memiliki kesiapan mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya yang mana anak didiknya telah memiliki keterampilan dan mandiri, sudah bisa melakukan sendiri aktivitas 90
Wawancara dengan kepala playgroup Ibu Dwi Listiani pada hari Rabu tanggal 3 November 2010
yang diinginkan, misalnya sudah bisa makan dan minum, cuci tangan, wudhu, shalat, memakai dan melepas pakaian, sepatu sendiri, tanpa dibantu orang tua atau pengasuh, anak juga sudah bisa mandi, gosok gigi dan berdandan, memakai minyak, bedak dsb, karena hal itu telah biasa dilakukan setiap hari di Playgroup Auliya. Pada penguasaan bahasa anak lulusan Playgroup Auliya sudah bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar karena bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa keseharian anak. Anak juga bisa berhitung dan menyebutkan nama-nama benda atau hewan dengan bahasa asing serta hafal doa-doa harian dan sudah bisa membaca Qiro ati. Jadi pada jenjang pendidikan selanjutnya tinggal meneruskan mengarahkan anak dan terus membiasakan pada hal-hal yang baik, tidak dari tahap yang sangat awal karena baru dikenalkan diajarkan. Salah satu faktor pendukung keberhasilan pendidikan adalah adanya fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar. Begitu pula di Playgroup Auliya ini bisa dikatakan telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk proses pembelajaran. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Ruang pembelajaran
: 1 ruang
2. Arena bermain terstruktur
: 1 area
3. Arena bermain bebas
: 1 area
4. Arena belajar entrepreneurship
: 1 ruang
5. Ruang pendidik
: 1 ruang
6. Kamar mandi
: 2 ruang
7. Tempat cuci tangan dan wudhu : 1 ruang 8. Perpustakaan
: 1 ruang
9. Gazebo
: 1 buah
10. Dapur
: 1 ruang
11. Papan tulis
: 1 buah
12. Loker anak
: 20 buah
13. Meja anak
: 3 buah
14. Kursi anak
: 26 buah
15. Matras tempat tidur
: 19 buah
16. Tape recorder
: 2 buah
17. Kipas angin
: 1 buah
18. Rak mainan
: 1 buah
19. Lemari
: 1 buah
Selain sarana dan prasarana yang memadai, Playgroup Auliya juga memiliki berbagai alat permainan edukatif (APE) yang dapat merangsang dan meningkatkan perkembangan motorik halus dan kasar anak. APE dibagi menjadi dua macam yaitu APE dalam dan luar. APE dalam terdiri dari: mainan bongkar pasang, mobil-mobilan, boneka, peralatan rumah tangga, puzzle binatang, buah, huruf, gambar-gambar di dinding yang terdiri dari gambar hewan, buah-buahan, huruf, angka, ekspresi wajah, gambar-gambar keajaiban dunia, tempat-tempat pariwisata, anggota keluarga. Sedangkan APE luar terdiri dari : ayunan, titian, jungkat-jungkit, seluncuran, dan dermolen. Landasan yuridis berdirinya Playgroup Auliya adalah: 1. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 ayat 1 yang menyebutkan bahwa anak usia dini adalah anak yang masuk rentang usia 0-6 tahun. 2. Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14, yang menjelaskan pengertian pendidikan anak usia dini yang berbunyi: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sehingga sasaran Playgroup Auliya adalah balita yang berusia 2-4 tahun, karena untuk usia 4-6 tahun mengikuti program pendidikan taman kanakkanak (TK).91
91
Wawancara dengan Ibu Nur Indah Ts. S.Psi pendiri Playgroup Auliya, pada hari Senin tanggal 2 November 2010
B. Implementasi Metode pembiasaan di Playgroup Auliya Kota Kendal Berbagai materi moral keagamaan yang dibiasakan di Playgroup Auliya Kota Kendal adalah sebagai berikut:92 1. Kemandirian a. Sekolah tanpa ditunggui oleh orang tua b. Mengambil dan mengembalikan sendiri benda yang diinginkan c. Mau berusaha memakai baju, sepatu dan melepasnya sendiri d. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merepotkan orang lain 2. Bershodaqoh dan berinfak a. Setiap hari membawa uang untuk berinfak b. Mau berbagi ketika membawa makanan atau minuman 3. Tanggung jawab a. Bertanggung jawab merapikan pakaiannya sendiri, mainan, setelah selesai bermain b. Bertanggungjawab menghabiskan makanan yang diambil (anak sholeh tidak suka memubadzirkan makanan) c. Bertanggung jawab melipat perlengkapan sholat dan handuk setelah dipakai d. Bertanggung jawab membawa peralatan makan ke dapur setelah selesai makan e. Bertanggung jawab membuang sampah pada tempatnya 4. Percaya diri dan berani a. Berani memimpin ikrar, doa mau makan dan setelah makan b. Berani mengingatkan teman yang salah c. Berani meminta maaf pada teman maupun ustadzah jika salah d. Berani tampil di hadapan teman, ustadzah maupun orang lain 5. Sabar a. Sabar mengantri ketika mau mengambil makanan b. Sabar mengantri ketika mau wudhu, cuci tangan, mandi 92
Wawancara dengan kepala playgroup Ibu Dwi Listiani pada hari Senin tanggal 8 November 2010
c. Sabar ketika menginginkan sesuatu 6. Antusias ibadah a. Berdoa ketika akan dan setelah melakukan sesuatu b. Mengucap syukur ketika diberi sesuatu oleh teman maupun ustadzah dengan ucapan jazakumullah khoiron c. Mengaji bersama d. Shalat berjama’ah 7. Adil a. Mau berbagi pensil warna dengan jumlah yang sama setiap anaknya b. Mendapat kesempatan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan baik dalam pembelajaran maupun bermain serta mendapat makanan atau peralatan sekolah 8. Kreatif a. Membuat mainan sederhana b. Bermain puzzle, pasir, tanah liat, lilin, kertas, bongkar pasang, belajar memasak 9. Kepedulian a. Menjenguk dan mendoakan teman yang sakit b. Memberi bantuan bagi teman atau orang lain yang membutuhkan seperti korban bencana 10. Kerjasama a. Bekerja sama membuat mainan sederhana b. Kerja sama dengan teman ketika ada tugas kelompok c. Bermain rumah-rumahan dengan anak-anak lain, menyusun balok, bermain peran. 11. Empati a. Berani bertanya pada teman yang murung atau menangis, ditanya sebabnya kemudian dihibur dan diajak bermain bersama dengan teman-teman yang lain.
12. Suka menolong a. Menolong teman yang membutuhkan bantuan b. Meminjami peralatan sekolah pada teman lain ketika lupa membawa 13. Respek a. Menghargai orang lain, misalnya teman, ustad ustadzah, menengok dan tersenyum ketika dipanggil, dsb b. Menghargai alam sekitar dengan menjaga kebersihan dan merawat tanaman.
C. Implementasi
Metode
pembiasaan
pada
pengembangan
moral
keagamaan di Playgroup Auliya Kota Kendal Moral keagamaan di Playgroup Auliya dikembangkan melalui metode pembiasaan yang dilakukan secara kontinyu dan Learning by doing. Anak selalu dibiasakan melakukan hal-hal yang positif setiap harinya. Materi pelajaran dan nilai-nilai moral keagamaan diajarkan kepada anak sambil dipraktikkan atau dilakukan, sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Kurikulum yang diterapkan di Playgroup Auliya adalah kurikulum seumur hidup/Life Curriculum dengan harapan apa yang diajarkan sekarang itu dapat dilakukan dan diterapkan oleh anak sepanjang hidupnya, misalnya kemandirian, kepedulian, bertanggung jawab, adil, dsb. Efektifitas tercapainya pendidikan integral didukung dengan menyatunya ustad dan ustadzah yang sekaligus bertindak sebagai penjabar kurikulum, pembimbing anak dan menjadi teladan bagi anak. Jadi para pendidik harus memiliki kepribadian yang baik sehingga bisa jadi teladan bagi anak, Karena anak cenderung imitatif atau meniru apa yang dilihat dan diajarkan padanya. Kurikulum yang dijalankan tidak saja secara tekstual, tetapi para pendidiknya terbimbing secara rutin dalam bentuk kajian Al Qur’an bertindak sebagai kurikulum hidup dan antisipator akurat terhadap perkembangan dinamika sosial dan ilmu pengetahuan. Nilai-nilai moral keagamaan selalu diajarkan dan dibiasakan kepada anak. Secara langsung anak mempraktikkan nilai moral keagamaan yang
diajarkan, misalnya ketika ada anak yang melakukan kesalahan, maka teman lain mengingatkan secara sopan dengan mengucapkan kalimat “mas/mbak itu tidak sholeh kalau dilakukan”, disini juga sangat membiasakan anak untuk saling menghargai orang lain, baik itu teman, ustad/ustadzah, orang tuanya sendiri maupun orang tua temannya. Maka anak dibiasakan untuk memanggil temannya dengan panggilan mas/mbak, walaupun mereka sebaya, tapi ini mengajarkan anak menghormati orang lain baik itu yang sebaya, lebih besar maupun yang lebih kecil darinya. Anak selalu dibiasakan mengucapkan salam kepada para ustadzah ketika mau pulang serta membaca doa-doa harian sebelum dan sesudah melakukan sesuatu. Anak juga diajarkan agar peduli kepada orang lain, mau berbagi mainan atau makanan, serta membiasakan bershodaqoh baik itu berupa makanan atau uang. Para ustad dan ustadzah pun membiasakan diri bersikap bijaksana pada anak, tidak memarahi anak yang nakal atau salah, mengingatkan dengan cara yang halus dan sopan. Karena pada dasarnya anak itu unik, berbeda satu sama lain karakternya sehingga cara menanganinya pun berbeda sesuai dengan kepribadian anak.93 Untuk membiasakan anak dengan berbagai pembiasaan yang berkenaan dengan nilai-nilai moral keagamaan dilakukan dengan cara:94 1. Menjadikan ustad dan ustadzah sebagai teladan bagi anak, karena anak cenderung mengidolakan seseorang dan mengikuti apa yang dilakukan, maka ustad maupun ustadzah diharapkan bisa menjadi tokoh idola bagi anak-anak dan diikuti sifat maupun sikapnya yang baik. 2. Pembiasaan dimulai dari hal-hal yang kecil, misalnya mengucapkan salam kepada pendidik, mengucapkan kalimat-kalimat thoyyibah, seperti Alhamdulillah, subhanallah, berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, dsb. 3. Pembiasaan pada hal-hal positif dilakukan secara terus menerus atau kontinyu sehingga nilai-nilai moral keagamaan yang diajarkan tidak saja 93
Wawancara dengan guru kelas playgroup, Ibu Ratna Widyastuti pada hari Rabu tanggal10 November 2010 94 Wawancara dengan wali kelas playgroup, Ibu Ermawati pada hari Senin tanggal 8 November 2010
digunakan diterapkan di sekolah, tapi juga dibiasakan dan dilakukan di rumah, baik di lingkungan keluarga, maupun masyarakat. 4. Mengingatkan anak yang lupa atau tidak melakukan hal-hal positif yang diajarkan karena bagaimanapun juga anak itu sangat memerlukan pengawasan dan bimbingan dari pendidik dan orang tua.
D. Implementasi Metode Pembiasaan pada Anak Usia Dini di Playgroup Auliya Kota Kendal Proses pembelajaran di Playgroup Auliya menggunakan pendekatan Learning by doing dan pembiasaan positif. Sehingga anak nyaman dalam belajar karena materi disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan tidak membuat anak bosan belajar. Anak-anak juga diajak belajar keluar ruangan kelas dan menyatu dengan alam sehingga benar-benar menikmati belajar karena langsung mengalami. Anak juga selalu dibiasakan dengan melakukan hal-hal yang positif mulai dari awal masuk sampai pulangnya, dan hal itu dilakukan secara terus-menerus setiap hari sehingga menjadi kebiasaan bagi anak yang diharapkan akan terus melekat dalam jiwa dan dibawa sepanjang hidupnya. Adapun jadwal kegiatan keseharian siswa adalah sebagai berikut:
JADWAL KEGIATAN HARIAN SISWA JAM 08.00-08.15
KEGIATAN Ikrar, sebagai janji tauhid dan arena latihan berdisiplin (baris, memimpin,dll)
08.15-09.00
Privat Qiro’ati dan Juz ‘amma
09.00-09.30
Materi reguler sesuai jadwal (motorik halus dan kasar, dll)
09.30-10.00
Bermain bebas
10.00-10.30
Makan snack bergizi (arena bershodaqoh anak yang disediakan orang tua)
10.30-12.00
Tidur siang/istirahat siang, memulihkan kelelahan fisik setelah beraktivitas
12.00-13.30
Wudhu, shalat berjama’ah, makan siang bergizi (sayur, lauk, buah)
13.30-14.15
Mandi, (pulang sekolah dengan keadaan bersih dan wangi)
14.15-14.30
Persiapan pulang, berdo’a
* penyambutan sudah siap dari jam 06.45 wib. Ikrar dilakukan pagi setelah anak berangkat, sebagai awal kegiatan yang dilakukan sebagai janji tauhid dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris dan latihan berdisiplin, seperti baris berbaris, memimpin, dan olahraga fisik bagi anak. Privat Qiro’ati dan juz ‘amma dilakukan secara mandiri pada setiap anak. Alat peraga besar dengan aneka bentuk, dibuat agar anak terpikat untuk mengaji dan dekat/cinta pada Al Qur’an melalui pendekatan persuasif dan mengikuti kemauan sehingga anak tidak merasa terpaksa. Makan snack bergizi dan makan siang bersama dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antar anak juga dengan para ustadzahnya. Snack dan makan siang bergizi sesuai dengan kebutuhan balita dan disuguhkan ‘ala’ adab Islam, yaitu tidak pilih-pilih makanan, makan dengan tangan kanan, makan atau minum sambil duduk, tidak berlebihan, ingat teman karena anak mengambil sendiri, dan mengambil yang terdekat, dsb. Anak diajari wudhu, cuci tangan sebelum makan, shalat berjama’ah, membiasakan membaca doa-doa sesuai dengan konteksnya. Tidur siang diberikan pada anak agar bisa mengistirahatkan gerak fisiknya agar mereka tetap dalam keadaan segar dalam proses tumbuh kembangnnya. Dan ketika anak pulang dalam keadaan fresh karena telah beristirahat dengan banyaknya aktivitas anak. Setelah rangkaian aktivitas harian anak selesai dilakukan, maka sebelum pulang anak mandi dulu dan merapikan diri, sehingga ketika pulang anak sudah dalam keadaan bersih dan wangi. Seperti itulah kegiatan harian di Playgroup Auliya Kota Kendal, tetapi terdapat sedikit perbedaan pada hari Rabu karena ada kegiatan tambahan, atau eksrakurikuler yang dikemas dalam kegiatan yang disebut “Ekspresi Rabu
Krida”. Hari tengah dalam seminggu, setelah berolah raga dan sambutan menu khusus minuman segar (jus buah/cocktail/kolak/susu segar dll) anak-anak mendapat kesempatan yang lebih untuk bebas berekspresi sesuai dengan potensinya masing-masing, seperti: 1. Gagah tarian anak putra 2. Kelincahan tarian anak putri 3. Melukis dan mempresentasikan hasil lukisan 4. Sosiodrama 5. Keterampilan membentuk dari lempung/bahan lain 6. Berenang dengan riang gembira Pada hari Jum’at pagi biasanya anak diajak keluar, jalan-jalan ke lingkungan sekitar, misalnya alun-alun atau taman bermain. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan dan mengenalkan anak secara langsung apa yang terdapat di lingkungan masyarakat seperti kebersihan, berbagai jenis kendaraan, berbagai profesi, lalu lintas dsb. Anak juga diajarkan untuk bersyukur pada Allah SWT atas nikmat yang diberikan apa yang telah diciptakanNya berupa alam semesta ini. Berbagai kompetensi anak yang diajarkan di Playgroup Auliya adalah Perkembangan bahasa yang diajarkan berupa penguasaan anak dalam menyebutkan nama benda, nama hewan, angka, huruf dengan menggunakan bahasa asing (Bahasa Arab dan Inggris), anak juga selalu dibiasakan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia setiap hari. Perkembangan aspek sosio-emosional yang diajarkan pada anak di Playgroup Auliya berupa diajarkan untuk bisa mengungkapkan apa yang diinginkan anak, seperti ketika mau buang air kecil dan besar, ketika menginginkan sesuatu misalnya mau mimun susu, mengambil mainan. Anak juga diajarkan untuk mau berbagi dengan temannya, seperti berbagi mainan, peralatan sekolah, makanan, dsb. Anak juga diajarkan mengucapkan terima kasih ketika diberi sesuatu dan dibantu orang lain serta mendoakan temannya yang sakit. Adapun yang menjadi kendala bagi pengembangan kepribadian anak di Playgroup Auliya adalah pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan
anaknya baik dirumah maupun di sekolah dan tidak tega meninggalkannya. Sehingga menjadikan anak manja dan tidak mandiri, tidak mau ditinggal orang tuanya selama belajar di playgroup. Maka kemandirian bagi anak cenderung lambat adanya dibandingkan dengan anak-anak lain. Sedangkan penilaian bagi anak di Playgroup Auliya berupa penilaian kegiatan regular (Pengenalan huruf hijaiyyah, hafalan juz ‘amma, hafalan do’a-do’a, aqidah-akhlak shiroh, pengenalan bahasa Indonesia, Inggris, pengenalan lingkungan, pengembangan jasmani dan kesehatan, pengenalan matematika awal), perkembangan kepribadian anak (refleksi berinfak dan bershodaqoh, antusias ibadah, kepedulian dan empati, kerja sama, berani, adil, sabar, kejujuran, banyak akal, respek, suka menolong), dan tumbuh kembang anak (perkembangan gerakan (motorik) halus dan kasar, komunikasi aktif dan pasif, perkembangan kecerdasan (kognisi), kemampuan menolong diri sendiri, perkembangan sosial).
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI DI PLAYGROUP AULIYA KOTA KENDAL Lembaga Pendidikan Islam Terpadu (LPIT) Playgroup Auliya merupakan lembaga pendidikan bagi anak usia dini yang berbasis Islam dengan menggunakan konsep sekolah alam yang menggunakan system full day school. Playgroup Auliya dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Islam karena pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pada ajaran agama Islam. Nafas pendidikan Islam senantiasa mengiringi proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari awal masuk anak ke sekolah langsung disambut riang dengan salam dan sapaan hangat dari para pendidiknya, kemudian anak juga diajarkan agar selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah, mengakui keagungan Allah serta menghafalkan rukun iman maupun rukun iman dengan berikrar bersama-sama mengucapkan kalimatkalimat thoyyibah, seperti alhamdulillah, subhanallah. Dengan membiasakan melakukan ikrar tersebut dapat menanamkan akidah pada anak yang merupakan pondasi utama agama seseorang. Sekolah alam, merupakan konsep pendidikan yang diterapkan di Playgroup Auliya. Karena anak diajak menyatu dengan alam, memperhatikan apa yang ada di alam secara langsung, baik itu yang hidup maupun mati, yang dapat bergerak maupun tidak serta yang kelihatan maupun tidak. Anak tidak hanya belajar pada ruangan yang dibatasi oleh dinding-dinding kelas saja, tetapi diajak keluar untuk belajar dan membiarkan mereka bebas bergerak dan bermain serta memperhatikan lingkungan sekitar, karena seperti itulah dunia mereka dan dari situlah anak belajar banyak hal. Playgroup Auliya menerapkan sistem pembelajaran seharian atau full day school, dimana anak selama seharian mulai jam 07.30-14.30 WIB selama lima hari dari hari Senin sampai Jum’at berada pada lingkungan yang kondusif
untuk belajar dan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Mereka masih ada waktu berkumpul bersama dengan keluarga pada akhir pekan, yaitu Sabtu-Minggu, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya dan mengenal masyarakat dimana ia tinggal. Pertumbuhan dan perkembangan anak bisa berjalan secara optimal dengan Full day school yang diterapkan juga dapat menghindarkan anak dari dampak negatif globalisasi yang tidak bisa terelakkan adanya karena anak selalu diajarkan dan dibiasakan melakukan hal-hal yang positif, seperti
membiasakan anak
mengucapkan salam kepada teman, para ustadzah maupun orang lain, selalu membaca doa sebelum dan sesudah melakukan suatu perbuatan, menghargai orang lain baik itu yang sebaya apalagi pada orang yang lebih tua darinya. Hal-hal positif selalu dibiasakan kepada anak secara berulang-ulang dan terus menerus, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak hanya dilakukan ketika anak berada di sekolah saja, tetapi juga diterapkan di rumah maupun pada lingkungan masyarakat. Pendidikan itu akan berhasil manakala tujuan pendidikan, membentuk insan kamil dapat terlaksana. Sehingga keberhasilan pendidikan tidak hanya berupa keberhasilan anak dalam menguasai atau mengulas konsep atau materi pelajaran yang diajarkan, akan tetapi penerapan atau praktik dari apa yang telah diajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan dilakukannya sepanjang hayatnya, justru itu yang lebih penting. Maka dari itu, Playgroup Auliya menerapkan Life Curriculum yang berarti bahwa kurikulum yang diajarkan pada anak tidak hanya berlaku ketika di sekolah saja, tetapi diharapkan dapat diterapkan sepanjang hidupnya mengenai nilai-nilai moral keagamaan. Mencermati standar pendidikan anak usia dini yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, serta menu pembelajaran anak usia dini atau Menu Pembelajaran Generik yang dijadikan acuan pelaksanaan pendidikan anak usia dini, maka dapat dikatakan bahwa Playgroup Auliya secara umum telah memenuhi standar yang ditetapkan, meskipun tidak semua poin yang ada terlaksana
secara sempurna. Standar tingkat pencapaian perkembangan anak, sudah sesuai dengan pedoman yang ada, akan tetapi untuk standar pendidik dan tenaga kependidikan ada yang belum sesuai dengan standar kualifikasi akademik PAUD. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (PERMEN PAUD) No 16 tahun 2007 menjelaskan tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru bahwa guru PAUD jalur pendidikan formal (TK, RA yang sederajat) dan guru PAUD jalur pendidikan nonformal (TPA, KB, dan yang sederajat) yang belum memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Kualifikasi akademik pendidik memiliki ijazah D-II PGTK dari perguruan Tinggi terakreditasi, memiliki ijazah minimal Sekolah Menengah
Atas
(SMA)
atau
sederajat
yang
memiliki
sertifikat
pelatihan/pendidikan/kursus PAUD yang terakreditasi. Standar pengelola dan kepala PAUD juga sesuai dengan ketetapan Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah dan pengelola sebagaimana yang terdapat dalam lampiran.95 Untuk standar isi pada Playgroup Auliya telah memenuhi standar yang ditetapkan karena pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan bermain sambil belajar dan pembiasaan. Lingkup perkembangannya meliputi: nilai-nilai moral keagamaan, fisik, kognitif, bahasa dan sosio-emosional sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (PERMEN PAUD) yang terdapat pada lampiran. Standar proses dan penilaian telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Hal ini bisa dilihat dari pengembangan rencana belajar harian, mingguan maupun semester. Juga memenuhi prinsipprinsip pembelajaran anak usia dini. Standar penilaian yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan yang ada meskipun tidak semua poin diterapkan. Penilaian pada Playgroup Auliya meliputi kegiatan regular, laporan perkembangan kepribadian anak serta laporan tubuh kembang anak. Adapun standar sarana dan prasarana yang ada di Playgroup Auliya telah sesuai dengan ketentuan pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari ketentuan luas ruangan 95
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini No 58 tahun 2009.
kelas, memperhatikan aspek kenyamanan dan keamanan dan sesuai tingkat perkembangan anak dilengkapi dengan berbagai alat permainan edukatif (APE) luar dan dalam, memiliki kamar mandi dan WC serta tempat untuk istirahat bagi anak. Untuk standar pembiayaan di Playgroup Auliya meliputi biaya investasi, operasional, dan personal yang mana biaya tersebut diperoleh dari orang tua anak, pihak yayasan, serta donatur. Adapun faktor yang pendukung dan faktor penghambat penerapan metode pembiasaan positif di Playgroup Auliya Kendal adalah sebagai berikut: 1. Faktor Pendukung a. Para pendidik di Playgroup Auliya dapat dijadikan sebagai tokoh idola dan teladan bagi anak-anak karena untuk menjadi ustad maupun ustadzah melalui seleksi yang ketat dan berbagai tes keagamaan, sehingga tenaga pendidiknya benar-benar pilihan. Para pendidik tidak hanya dituntut untuk dapat mengajar anak dengan baik saja, tetapi juga harus kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran dan memiliki keahlian dalam bidang bakat dan minat. b. Anak-anak berada pada lingkungan yang kondusif dan sangat mendukung anak untuk membiasakan pada hal-hal yang positif karena anak berada pada lingkungan pendidikan selama seharian. c. Pembiasaan pada ha-hal positif selalu diajarkan dan dibiasakan secara terus menerus sehingga nilai-nilai moral keagamaan yang diajarkan dapat berjalan secara efektif dan efisien.. 2. Faktor Penghambat a. Faktor yang menghambat metode pembiasaan berjalan dengan baik di Playgroup Auliya adalah adanya orang tua yang sangat memanjakan anaknya, dan tidak tega meninggalkan anak berada di sekolah sendiri tanpa orang tua. Sehingga hal ini dapat menghambat terbentuknya kemandirian anak dan pembiasaan-pembiasaan pada hal-hal positif lainnya yang menyebabkan pembiasaan cenderung lebih lambat karena anak terlalu bergantung pada orang tua dan tidak ingin jauh darinya.
b. Banyaknya anak yang berusia sangat dini telah dimasukkan ke Playgroup Auliya dengan kondisi kejiwaannya yang masih labil sehingga proses pembiasaan cenderung lebih lama karena anak belum begitu paham dan mengerti tentang aturan.
Sedangkan Faktor pendukung yang dimiliki oleh playgroup Auliya dalam pelaksanaan pendidikan bagi anak usia dini meliputi : 1. Keprofesionalan tenaga pendidik yang telah diseleksi dan mengikuti berbagai pelatihan kependidikan anak usia dini. 2. Kepercayaan masyarakat dan kesadaran orang tua yang tinggi terhadap pendidikan anak usia dini sehingga memasukkan putra-putrinya di playgroup. 3. Tempat yang strategis karena berada di dekat pusat pemerintahan Kota Kendal dan berada di samping jalan raya utama sehingga Playgroup Auliya mudah dijumpai. 4. Tempat belajar yang kondusif nan asri, dengan ruang belajar yang bergaya etnik sehingga menjadikan Auliya terkesan unik dan nyaman untuk belajar. 5. Sarana dan prasarana yang memadai, dilengkapi dengan berbagai alat permainan edukatif dalam dan luar. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pendidikan pada Playgroup Auliya adalah: 1. Kurangnya jumlah pendidik, karena di Playgroup Auliya benar-benar membutuhkan loyalitas yang tinggi terhadap lembaga pendidikan yang mempunyai konsep full day school. 2. Kurangnya tenaga pendidik dengan kualifikasi pendidikan yang sesuai. 3. Mahalnya biaya pendidikan di Playgroup Auliya bagi sebagian masyarakat sehingga tidak semua anak bisa mendapatkan kesempatan belajar disini. Dan tidak semua orang tua mempunyai penghasilan besar untuk menyekolahkan anaknya sejak usia dini
Adapun upaya yang dilakukan oleh komite sekolah dan penyelenggara Playgroup Auliya terkait dengan permasalahan di atas adalah mengadakan rekrutmen tenaga pendidikan untuk menambah jumlah pendidik, mengingat jumlah anak yang belajar di Playgroup Auliya selalu bertambah setiap tahunnya. Dan juga seharusnya pemerintah memerintah memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan non formal seperti playgroup, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terhambat pada masalah pembiayaan mengingat begitu pentingnya betapa pentingnya pendidikan diberikan sejak dini.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari uraian dan pembahasan tentang
”Implementasi Metode
Pembiasaan pada Pengembangan Moral Keagamaan Anak Usia Dini di Playgroup Auliya-Kota Kendal” maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Materi Moral keagamaan yang diajarkan di Playgroup Auliya berisi kemandirian, mau berinfak atau bershodaqoh, tanggung jawab, percaya diri dan berani, sabar, antusias ibadah, adil, kreatif, kepedulian, kerja sama empati, suka menolong dan respek yang mana moral keagamaan diterapkan pada anak dengan metode pembiasaan berjalan efektif karena pada usia tersebut, anak dapat diatur dan diarahkan serta dibimbing untuk melakukan hal-hal positif. Maka dengan pembiasaan dan pengarahan tersebut akan menjadi kebiasaan baginya dalam kehidupan sehari-hari, karena anak juga sudah bisa memahami aturan, dan tentang baik buruk suatu perilaku. 2. Implementasi metode pembiasaan pada pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di Playgroup Auliya Kota Kendal dilakukan secara kontinyu atau terus menerus dengan pengawasan dan dampingan dari para pendidik sehingga berjalan efektif dan efisien, serta diharapkan dapat menjadi kebiasaan positif yang selalu melekat dalam diri anak dan dilakukan selama seharian atau full day school. Anak diajarkan sambil melakukan apa yang dipelajari sehingga anak bisa faham dan langsung mempraktikkan, dengan harapan kebiasaan yang dilakukan sejak kecil di sekolah dapat dijadikan kebiasaan pula ketika berada di lingkungan asyarakat dan dijadikan kebiasaan baik sepanjang hidupnya.
B. SARAN-SARAN Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sehingga dapat dianalisis dan diambil kesimpulan diatas, yang dapat digunakan untuk mengembangkan implementasi metode pembiasaan pada pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di Playgroup Auliya Kota Kendal adalah: 1. Pendidik sebagai pembimbing dan pengasuh dan yang mempengaruhi perkembangan anak karena telah dipercaya oleh orang tuanya, diharapkan benar-benar mau dan mampu memahami karakteristik anak usia dini, yang tentunya tidaklah sama, bersifat unik, berbeda satu sama lain. 2. Hendaknya pihak pemerintah memberikan perhatian yang lebih terhadap pendidikan anak usia dini yang berbentuk non formal seperti playgroup, berupa pemberian dana yang cukup untuk membantu meringankan biaya pendidikan, mengingat betapa pentingnya pendidikan anak usia dini sehingga setiap anak bisa mengenyam pendidikan sejak usia dini dengan kualitas bagus tanpa terkendala mahalnya biaya pendidikan yang harus ditanggung.
C. PENUTUP Ucapan Syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi atas segala nikmat dan karuniaNya yang telah diberikan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tanpa adanya halangan yang berarti. Disamping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang turut membantu dan mendukung pembuatan skripsi ini. Semoga kesediaan dan keikhlasan bagi pihak yang mendukung seperti pihak pengelola dan para pendidik Playgroup Auliya Kota Kendal dan para pembimbing yang 62 senantiasa memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis demi kebaikan pembuatan skripsi ini. Semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis sadar, bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, kritik
dan saran yang konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya kata terakhir yang dapat penulis sampaikan semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga juga dapat menambah khazanah keilmuan bagi kita terutama tentang pendidikan anak usia dini. Amiin ya robbal alamiin...
DAFTAR PUSTAKA Abu Husein Muslim bin Hajjaj Al- Qusyairi An- Naisaburi, Imam, Shahih Muslim, terj. Adib Bisri Mustofa, Juz IV, (Beirut : Daarul Kutb Ilmiah, tt), hlm. 587. Aisyah, Siti, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. Ali Qutb, Muhammad, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, Bandung : Anggota IKAPI, 1993. Aqib, Zainal, Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, Bandung: Yrama Widya, 2009. Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Asmani, Jamal Ma’mur , Buku Pintar Playgroup, Yogyakarta : Buku Biru, 2010. --------------------------------, Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Diva Press, 2009. Atsir al Jazari, Ibnu, Jami Al Ushul Fi Ahadits al Rasul Salla Allahu Alaihi wa Sallama, Juz Awwal, Beirut : Daar al-Kutub al ‘Alamiyah, tt. B. Purwakania Hasan, Aliah, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Ar ruzz Media, 2009. Baihaqi, MIF, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan, Bandung : Nuansa, 2007. Budiono, Kamus Ilmiah Popular Internasional, Surabaya: Alumni, 2005 Chaplin, JP., Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Dr. Kartini Kartono, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1996. Depag RI, Kompetensi Dasar : Raudhatul Athfal, Jakarta : 2004. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999.
Depknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2003. Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Dan Pemuda Dan Departemen Pendidikan Nasional, Acuan Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generic). Djumhana, Hanna, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 2001. Fathoni, Abdurrahmat, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta : Rineka Cipta, 2006. http://masmukhorul.Blogspot.com/2009/06/metode-pembiasaan-sebagaiupaya.html. Imam Barnadib, Sutari, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Cet ke-XV Yogyakarta: Andi Offset, 1995. Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Bandung : Alfabeta, 2010. J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009 Katsir Ibrahim, M, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1993. M. Echols, Jhons. dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1992. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Maulana, Achmad, dkk, Kamus Ilmiah Popular, Yogyakarta: Absolute, 2004. Muhadjir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Ed.III, Yogyakarta : Rake Saras, 1996. Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Semarang : AKFI Media, 2010. ---------, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, Semarang: Akfi Media, 2010. Nata, Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Ramli,
Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini, http://ramlimpd.blogspot.com/2010/10/pembelajaran-untuk-anak-usiadini.html
Scaefer. Charles, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Semarang : Dahara Prize, 1989. Sidharto, Suryati dan Rita Eka Izzati, Pengembangan Kebiasaan Positif, Yogyakarta: Pusat Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini, 2007 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. Surya, Mohammad, Bina Keluarga, Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2001. Suyanto, Slamet, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Hikayat Publishing, 2005. Tafsir, Ahmad, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000. Thib Muhammad Syams al Haq al Adzim Abadi, Abi, Aunul Ma bud Syarah Sunan Abi Dawud, Juz II, Beirut: Daarul Fikr, 1968. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet Ke-IV, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Bandung : Citra Umbara, 2005 Uhbiyati, Nur, Long Life Education : Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Sampai Lansia, Semarang : Walisongo Press, 2009. Zuhriyah, Nurul, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apa materi moral keagamaan yang diajarkan di Playgroup Auliya-Kota Kendal? 2. Bagaimana nilai-nilai moral keagamaan diajarkan kepada anak? 3. Seperti apa peran pendidik dalam mengajarkan nilai-nilai moral keagamaan pada anak? 4. Bagaimana implementasi metode pembiasaan pada pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di Playgroup Auliya-Kota Kendal? 5. Apa yang menjadi kendala implementasi metode pembiaasaan di Playgroup Auliya-Kota Kendal? 6. Apa faktor pendukung implementasi metode pembiasaan pada anak usia dini di Playgroup Auliya Kota-Kendal? 7. Kompetensi apa saja yang dimiliki oleh lulusan Playgroup Auliya-Kota Kendal?
PEDOMAN PENGAMATAN 1. Bagaimana kesiapan anak memulai proses belajar mengajar di Playgroup Auliya-Kota Kendal? 2. Bagaimana cara mengajarkan nilai-nilai moral keagamaan pada anak usia dini di Playgroup Auliya-Kota Kendal? 3. Bagaimana pemahaman anak tentang nilai-nilai moral keagamaan yang diajarkan? 4. Bagaimana anak menerapkan nilai-nilai moral keagamaan yang diajarkan? 5. Seperti apa implementasi metode pembiasaan pada anak usia dini di Playgroup Auliya-Kota Kendal?
DAFTAR PENDIDIK DI PLAYGROUP AULIYA KOTA KENDAL No
NAMA
1
Dwi listiani
2
Ermawati
3
Ratna Widyastuti
TEMPAT/TGL LAHIR Kendal, 1 Agustus 1987
PENDIDIKAN
JABATAN
STIK Kendal
Kepala playgroup
Kendal, 17 November 1987 Kendal, 25 Juli 1987
IAIN Walisongo
Wali kelas
UNDIP
Guru kelas
ALAMAT Sinom, Karang anom, RT07/RW2 Weleri Tambaksari RT 4/RW V Weleri Karang tengah Kaliwungu
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
Kegiatan ikrar di pagi hari
Pemberian quiz di pagi hari oleh ustadzah
Kegiatan olahraga pagi
Latihan kemandirian, anak mau memakai dan melepas sepatu sendiri
Latihan Keterampilan Siswa
Makan snack
Minum susu
Istirahat siang untuk memulihkan fisik anak yang telah beraktivitas sejak pagi
Mandi siang
Anak dibiasakan memakai dan melepas baju sendiri