IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN BUDAYA MUTU PADA SATUAN PENDIDIKAN Zainul Hakim SMA Unggulan BPPT Darus Sholah Jember
Abstrak Terwujudnya sekolah yang berbudaya mutu merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan untuk meningkatkan prestasi. Keberhasilan sekolah dalam meningkatkan budaya mutu merupakan usaha besar bagi kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin yang dengan kemampuan manejerialnya yang transformatif berupaya mewujudkan budaya mutu. Implementasikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan budaya mutu pada satuan pendidikan meliputi: (1) Kepala Sekolah menjabarkan Visi dan misi dalam melaksanakan kepemimpinan transformasionalnya untuk mencapai tujuan Sekolah, (2) nilai-nilai kepemimpinan kepala sekolah adalah kedisiplinan, tanggung jawab, amarma’ruf nahi mungkar dan nilai kebersamaan sebagai sumber dan modal bagi terbentuknya budaya mutu, (3) kepala sekolah memberikan penghargaan pada guru dan siswa berprestasi untuk meningkatkan motivasinya, (4) kepala sekolah melakukan hubungan sosial dan emosional baik pada internal maupun eksternal sekolah, (5) kepala sekolah melakukan hubungan organisatoris secara konsultatif dan kordinatif. Sedangkan Implementasi Budaya Mutu Sekolah tercermin pada (1) kepala sekolah meningkatkan mutu dengan memberikan pelayanan intrakurikuler, ekstrakurikuler dan pelayanan administrasi, (2)
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan peningkatan mutu guru dan staf sekolah, (3) kepala sekolah meningkatkan mutu sarana dan prasarana sekolah.
Kata kunci: kepemimpinan transformasional, kepala sekolah, budaya mutu, Satuan Pendidikan Pendahuluan Masalah kepemimpinan adalah suatu hal yang urgen dalam suatu organisasi, tak terkecuali dalam lembaga pendidikan, kerena kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, semangat dan kekuatan moral yang mampu mempengaruhi anggota untuk mengubah sikap, tingkah laku kelompok atau organisasi menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin oleh interpersonal pemimpin terhadap anak buahnya1 Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok . Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu; (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.2 Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi, sebab pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta prilaku yang
1 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 1998),IX. 2 Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 2.
Zainul Hakim benar yang harus dilakukan secara bersama. Dia juga mampu membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, Sehingga pemimpin mempunyai kesempatan paling banyak untuk mengubah “jerami menjadi emas” atau justru sebaliknya bisa menggantii “setumpuk uang menjadi abu” jika pemimpin salah langkah. Salah satu perubahan yang mendasar dalam organisasi pendidikan adalah sistem manajemen yang sentralistik diganti dengan sistem manajemen desentralistis melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Karakteristik yang melakat pada UU tersebut telah membawa implikasi terhadap manajemen pendidikan nasional. Implikasi tersebut diantaranya bahwa, setiap proses manajemen penyelenggaraan pendidikan nasional harus pula berlandaskan battom up approach, karena disamping organisasi dan manajemen pendidikan nasional harus accaptable bagi masyarakatnya , juga harus accountable dalam melayani public terhadap kebutuhan pendidikan.3 Karena itulah secara teoritis, keragaman itu akan memunculkan sinergisme yang didukung oleh keunggulan komparatif masingmasing daerah, dan bahkan masing-masing satuan pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikannya sesuai dengan semangat yang dituangkan pada visi dan misi kelembagaan. Hal ini pulalah yang menuntut perubahan berbagai komponen dalam organisasi dan juga gaya kepemimpinan. Artinya situasi yang tidak menentu penuh dengan perubahan dan ketidakpastian diperlukan seni dan keahlian dalam bidang kepemimpinan. Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang penuh dengan perubahan. Kepemimpinan transformasional yang efektif yaitu pemimpin yang melihat dirinya sebagai agen perubahan, pemimpin berhati-hati dalam 3 Yoyon Bachtiar Irianto, dan Udin Syaefudin Su’ud, Desentralisasi Sistem Pendidikan Nasional, dalam Manajemen Pendidikan, Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, (Bandung: ALFABETA, 2009), 22
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan mengambil resiko, peka terhadap kebutuhan organisasi, fleksibel dan terbuka terhadap pelajaran dan pengalaman, mempunyai keterampilan kognitif dan memiliki visi yang mempercayai institusi mereka.4 Sementara itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan penyelenggaraan pendidikan pada umumnya untuk memenuhi standar nasional pendidikan yang merupakan standar mutu minimal. Kecuali itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 ini juga mengamanatkan dikembangkannya satuan pendidikan bermutu internasional dan atau berbasis keunggulan lokal. 5 Secara khusus standar mutu pendidikan di Indonesia didasarkan pada ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal (2) yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan sarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian.6 Terkait dengan mutu pendidikan, Bank Dunia menyatakan bahwa tuntutan terhadap sekolah bermutu dari masyarakat luas akan semakin tinggi; mencakup pada keefektifan, efesiensi dan akuntabilitas manajemen secara menyeluruh. Sehingga sekolah bermutu tentu dipimpin kepala sekolah yang mempunyai komitmen kuat terhadap peningkatan
4 Gary Yukl, Kepemimpinan Manajemen (Jakarta: Prengallindo, 19980), 304 – 307. 5 RENSTRA Pendidikan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 (Dinas Pendidikan Provnsi Jawa Timur, 2009), 11. 6 Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sisitem Pendidikan Nasional.
Zainul Hakim mutu. Kepala sekolah merupakan orang yang mangelola secara optimal semua sumber daya pendidikan.7 Perkembangan penelitian terhadap organisasi sekolah mulai mengalami perkembangan cukup menarik. Penelitian pada bidang ini mulai merambah perspektif baru yaitu peran kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari dimensi sosial-budaya sekolah. Artinya kepemimpinan kepala sekolah hendaknya juga memberi peran penting pada terbentuknya budaya sekolah yang kuat. Penjelasan di atas menunjukkan kuatnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menciptakan sekolah yang efektif dan bermutu. Hal ini diindikasikan pada keefektifan organisasi, moral kerja dan produktivitas guru, dan juga prestasi siswa. Dari sinilah dipahami bahwa fungsi-fungsi kepala sekolah: sebagai administrator, pemimpin pembelajaran, dan manajer,8 menjadi intens pada tulisan tentang kekepalasekolahan. Sementara kepemimpinan kepala sekolah terhadap pertumbuhan budaya mutu, yang mengarah pada terbentuknya budaya sekolah yang sehat (health school culture) bagi proses pembelajaran, belum banyak diteliti serta mendapat perhatian dari ahli manajemen pendidikan. Konsep Kepemimpinan 1. Konsep dasar kepemimpinan Dilingkungan masyarakat, dalam organisasi formal maupun non formal selalu ada orang yang dianggap lebih 7
F. Jalal dan D.Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Dae-
rah. (Jakarta: Adicita, 2001),33 8
E. De Roche, How School Administrator Solve Problems. (London: Printice
Hall. 1985),72
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang lainnya. Biasanya orang seperti itu disebut pemimpin atau manajer. Dari kata pemimpin itulah kemudian muncul islilah kepemimpinan (setelah melalui proses yang panjang).9 Istilah kepemimpinan (leadership) telah muncul semenjak kehidupan berkelompok terbentuk hingga dibutuhkan seorang pemimpin pada lingkungan sosial-budaya. Sampai sekarang ini bahwa definisi kepemimpinan berkembang sesuai dengan fokus yang menjadi kajian utama dari para ahli dalam melihat kepemimpinan di organisasi. Belum satu pun definisi kepemimpinan memberi definisi yang umum untuk menjelaskan semua aspek kepemimpinan. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela/suka cita. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan.10 Kepemimpinan selalu berhubungan secara interaktif dan konstruktif antara semua komponen agar terbentuk iklim yang kondusif di organisasi. Sehingga muara akhir dari sebuah kepemimpinan yaitu untuk terbentuknya budaya organisasi yang kuat sebagai bentuk keseluruhan organisasi sebagai sistem sosial. Secara khusus Gery Yukl memahami kepemimpinan sebagai sebuah proses mempengaruhi dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi secara bersama. Hal ini dapat dipahami dari penjelasannya sebagai berikut. 9 Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 1 10 Ibid., 2
Zainul Hakim Kepemimpinan didefinisikan secara luas sebagai proses-proses mempengaruhi, yang memepengaruhi interpretasi mengenai pristiwa-pristiwa para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktifitas-aktifitas tersebut untuk mencapai sasaransasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.11 Kutipan diatas memberikan penjelasan bahwa kepemimpinan merupakan proses-proses mempengaruhi, memotivasi, pengorganisasian aktifitas-aktifitas, hubungan kerja sama dan team work untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Di sini dapat dipahami bahwa kepemimpinan mencakup hubungan pemimpin dengan anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan Lebih khusus dinyatakan bahwa kepemimpinan di sekolah mempunyai penekanan pada pentingnya posisi kepemimpinan kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan sekolah. Sergiovanni dalam Owens, menjelaskan sebagai berikut. ...of cuorse educational organization are more complex for effectivness to be attributed to any single dimension. Nevertheles, leadership quality owens a fair share of responsibility for effectivness. Unlike other factors beyond the control of the school…the nature and quality of leadership seem readily (amenable) to…improvement.12 Dari beberapa kutipan penjelasan tersebut menekankan adanya dimensi sosial budaya dalam kepemGary Yukl, Kepemimpinan Manajemen, 1 R.G. Owens, Organizational Behavior In Education (Boston: Allin and Bacon, 1995), 13 11 12
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan impinan. Di mana dalam kepemimpinan sekolah berlangsung interaksi individual atau kelompok (siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, masyarakat, dan karyawan). Dan muara besar (the grand ending) dari interaksi ini yaitu terbentuknya budaya organisasi sekolah yang kuat sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efesien. Itulah sebabnya kepemimpinan kepala sekolah sangat penting artinya bagi terwujudnya organisasi sekolah yang efektif menuju terwujudnya budaya mutu. 2. Kepemimpinan Dalam Islam Di dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah Imam dan khalifah. Dua istilah yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk “pemimpin”. Kata imam terambil dari kata amma ya’ummu, yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Kata khalifah berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini kata khalifah sering kali diartikan dengan “pengganti”.13 Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah SAW. wafat menyentuh juga maksud yang terkandung di dalam perkataan “amir” (yang jamaknya umara) atau penguasa. Oleh karena itu, kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia disebut pemimpin formal. Namun jika merujuk kepada firman Allah SWT. Dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 30:
ِ ِ ِ َ ض خلِي َفةً قَالُوا أ ِ ِ ِ ِ َ ُّال رب ِ ك ْ ُ ََت َع ُل ف َيها َم ْن يُ ْف ِس ُد ف َيها َويَ ْسف َ ِ ك ل ْل َم ََلئ َكة إِ يِّن َجاع ٌل ِِف ْاْل َْر َ َ ََوإ ْذ ق ِ ِ ]30/ال إِ يِّن أ َْعَل ُم َما ََل تَ ْعلَ ُمو َن [البقرة َ َك ق َ َيس ل َ الد َ يم ُ اء َوََْن ُن نُ َسبي ُح ِبَ ْمد َك َونُ َقد
Artinya: Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”, Mereka berkata, “ Mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah) di bumi 13 M. Quraish Shihab, Secercah cahaya ilahi, Hidup bersama Al-Quran (Bandung: Mizan, 2000), 47
Zainul Hakim itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman, Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. 14 maka kedudukan non formal dari seorang khalifah juga tidak dapat dipisahkan. Selain kata khalifah disebut juga kata Ulil Amri yang satu akar dengan kata amir. Kata Ulil Amri berarti pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam, sebagaimana Firman Alloh SWT dalam Surah Al-Nisa’ (4) ayat 59:
ِ َّ ِ َطيعوا اللَّه وأ ِ ِ ول َوأ [59/ُوِل ْاْل َْم ِر ِمْن ُك ْم [النساء َ الر ُس َّ َطيعُوا َ َ ُ ين آَ َمنُوا أ َ يَا أَيُّ َها الذ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman ta’atilah Allah dan ta’atilah rasul-Nya dan ulil amri diantara kamu {QS AlNisa’ (4):59}15 Dalam Hadist nabi Muhammad SAW. Istilah pemimpin dijumpai dalam kata ra’in, sebagaimana hadist nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
، حدثنا إبراهيم بن حممد بن احلسن، حدثنا حممد بن أمحد بن إبراهيم:وقال ابن َم ْرُدويه عن ابن عمر رضي اهلل، عن نافع، عن لَْيث، حدثنا احملاريب،حدثنا أبو سعيد الكْندي ،” قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم كلكم َر ٍاع وكلكم مسئول عن َر ِعيَّتِ ِه:عنهما قال 16
فاإلمام يُ ْسأل عن الرجل
Artinya: Setiap orang diantara kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
14 Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bumi Restu, 2006), 6 15 Ibid., 87 16 Al-Maktabah Syamilah, )388 ص/ 3 (ج- تفسير ابن كثير
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan Islam itu adalah kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridlai Allah Subhanahu Wata’ala.17 Dalam Islam dasar konseptual kepemimpinan secara normative bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadist Nabi yang terbagi atas empat prinsip pokok, yaitu: a. Prinsip tanggung jawab dalam organisasi. Sebab esensi dari kepemimpinan adalah tanggung jawab. Karena itu kriteria pemimpin harus Amanah. b. Prinsip etika tauhid. Persyaratan utama seorang pemimpin adalah beriman, senantiasa berbuat kemaslahatan, dan perhatian terhadap kesusahan yang menimpa ummatnya. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Ali ‘Imran (3) ayat 118:
ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُّم قَ ْد بَ َد ْ ين آَ َمنُوا ََل تَتَّخ ُذوا بطَانَ ًة م ْن ُدون ُك ْم ََل يَأْلُونَ ُك ْم َخبَ ًاَل َوُّدوا َما َعنت َ ياَ أَيُّ َها الذ ِ الْب ْغضاء ِمن أَفْ و ِاه ِهم وما ُُتْ ِفي ص ُدورهم أَ ْكب ر قَ ْد ب يَّ نَّا لَ ُكم ْاْلَي ا ِ إِ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْع ِقلُو َن [آل َ ُ َ َُ ْ ُُ ُ ََ ْ َ ْ ُ َ َ
[118/عمران
Artinya : Hai orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemadlaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (kami)jika kamu memahaminya. c. Prinsip keadilan. 17
Veithzal dan Deddy, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, 1
Zainul Hakim Untuk menjaga keseimbangan kepentingan, maka azas keadilan harus benar-benar dijaga agar tidak muncul stigma-stigma ketidak adilan seperti kelompok marjinal dan lain-lain. Firman Alloh SWT. Dalam (QS. Shaad 38: 26)
ِ احل يق وََل تَتَّبِ ِع ا ْْلوى فَي ِ ِ ْي الن ِ اك َخلِي َفةً ِِف ْاْل َْر ك َ َود إِنَّا َج َع ْلن َ َّضل ُ يَا َد ُاو َْ َاح ُك ْم ب ْ َض ف ُ ََ َ َْ َّاس ب ِ ِ ِ ِ عن سبِ ِيل اللَّ ِه إِ َّن الَّ ِذ ِ احلِس اب ٌ ين يَضلُّو َن َع ْن َسبِ ِيل اللَّه َْلُ ْم َع َذ َ َْ َ َ ْ اب َشدي ٌد ِبَا نَ ُسوا يَ ْوَم ]26/[ص
Artinya: Hai Dawud sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. d. Prinsip kesederhanaan Rasulullah Sallalahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan bahwa seorang pemimpin itu harus melayani dan bukan meminta untuk dilayani. Sebagaimana sabdanya:
ِ س ال َق ْوِم َخ ِاد ُم ُه ْم ُ َرئْي
Artinya : Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR Abu Na’im)18 Kepemimpinan Rasulullah merupakan sikap kepemimpinan yang menjadi tauladan bagi kita, 18Ibid.,
11
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan karena beliau telah menjadi pemimpin yang berhasil dalam mengembangkan dan memajukan agama Islam di seluruh penjuru dunia. begitu juga dalam membangun budaya organisasi maka sangat diperlukan krteria-kriteria kepemimpinan dalam Islam sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, yaitu beliau selalu menjadi teladan dan senang membantu bawahan yang tidak mampu mengerjakan tugas dan menjadi pemuka yang selalu berada di garda depan dalam melaksanakan tugas-tugas kerasulannya. Dari beberapa konsep di atas maka dapat diambil benang merah bahwa konsep kepemimpinan dalam Islam selalu dikaitkan dengan pemberian tugas yang berupa kekuasaan dan kepercayaan Allah kepada manusia untuk mengatur kehidupan di dunia karena manusia diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kemuliaan dengan diberi berbagai kapabilitas untuk mengembangkan sifat-sifat Allah, Sehingga seseorang pemimpin dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat atau criteria pemimpin. Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan transformasional yaitu sikap kepemimpinan yang selalu menunjukkan kepada proses membangun komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada pengikut untuk mencapai sasaran yang menjadi tujuan organisasi. Beberapa teori kepemimpinan transformasional juga mempelajari bagaiamana para pemimpin mengubah dan membangun budaya organisasi agar lebih konsisten untuk mencapai sasaran organisasional. Konsep awal tentang kepemimpinan ini diformalisasikan oleh Burn yang menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai sebuah proses yang ada pada pemimpin dan pengikutnya
Zainul Hakim saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin tersebut mencoba menimbulkan kesadaran kepada pengikutnya untuk menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral.19 Saat ini, sebagian besar hubungan antara pemimpin dan bawahannya telah berubah sama sekali, telah bergeser fokusnya pada pendekatan transformasional, sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi bawahan tidak hanya melalui penggunaan alasan logis, tetapi juga melalui penggunaan emosi. Pendekatan transformasional pada teori kepemimpinan berusaha memperbaiki teori-teori kepemimpinan yang telah ada sebelumnya dengan menekankan pada rasionalitas dan emosi sebagai dasar motifasi dari perilaku bawahan. Studi kepemimpinan ditandai dengan kuatnya perhatian pada kepemimpinan transformasional untuk menciptakan tingginya komitmen, upaya (effort), dan kesediaan bawahan untuk mengambil resiko dalam mendukung organisasi atau misinya pada tingkat diatas minimal yang diharapkan. Bass and Avolio sebagaimana dikutip Babun, mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki empat dimensi karakteristik (the Four I’s). Dimensi karakteristik pertama, pengaruh keteladanan (idealized influence), mencerminkan prilaku pemimpin yang menghasilkan perasaan kagum, rasa hormat dan keyakinan bawahan yang mencakup pembagian resiko pada pihak pemimpin, mempertimbangkan kebutuhan bawahan melebihi kebutuhan pribadi, serta prilaku yang didasarkan pada etika dan moral. Dimensi karakteristik kedua, motifasi inspirasional (inspirational motivation), mencerminkan prilaku pemimpin dalam memberikan pengertian dan tantangan pada pekerjaan bawahannya yang mencakup prilaku mengartikulasikan harapan secara jelas dan 19J.M.Burn,
Prinsip-Prinsip Leadership, (Yogyakarta: Liberty, 1978), 440
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan menunjukkan komitmen semuanya untuk tujuan organisasional, serta menimbulkan semangat kelompok melalui antusiasme dan optimism. Dimensi karakteristik ketiga, stimulasi intelektual (intellectual stimulation), adalah prilaku pemimpin mencari ide baru dan pemecahan masalah yang kreatif dalam dari bawahannya, dan mendorong munculnya hal baru serta pendekatan baru untuk melaksanakan pekerjaan. Dimensi karakteristik keempat, konsiderasi individualis (individualis consideration), mencerminkan perilaku pemimpin dalam mendengarkan dengan penuh perhatian secara personal dan memberikan perhatian khusus pada perkembangan dan pencapaian kebutuhan bawahan. Dan pemimpin juga menghargai dan menerima perbedaan individual dalam hal kebutuhan dan minat.20 Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif Kajian-kajian tentang karakteristik kepemimpinan yang efektif berkembang seiring dengan perkembangan dinamika organisasi. Sungguhpun demikian bahwa dalam studi tentang keefektifan organisasi cenderung ditemukan keragaman karaketristik kepemimpinan yang efektif. Dalam organisasi industri manufaktur telah terjadi perubahan yang mendasar tentang kepemimpinan yang efektif. Semula kepemimpinan yang efektif identik dengan kepemimpinan birokratik dan ilmiah, tapi hingga sekarang telah ditemukan strategi kepemimpinan baru, dengan menempatkan aspek sosial budaya sebagai faktor yang menciptakan keefektifan organisasi. Faktor sosial budaya merupakan bagian utama yang menjadi perhatian pemimpin organisasi industri jasa dan manufaktur dalam meningkatkan kinerja, produktivitas dan mutu. Sehingga sekolah yang dianggap penyedia jasa pendidikan 20Babun Suharto, Kepemimpinan Transformasional Dalam Pendidikan, Studi Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional terhadap kepuasan dan Kinerja Bawahan (Surabaya: AprintA, 2006), 4-5
Zainul Hakim berkembang mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya masyarakat. Kepala Sekolah secara definitif Menurut SNP adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Dalam membuat kebijakan pengelolaan sekolah diharapkan mampu saling berkonsultasi dengan unsur ketenagaan sekolah secara pedagogis yang dapat mengembangkan potensi guru, staf administrasi dalam melakukan aktifitas untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada satuan pendidikan. Dengan kepemimpinan kepala sekolah yang dialogis, komunikatif akan dapat mendukung perubahan prilaku guru dalam perbaikan-perbaikan mutu pendidikan. Komunikasi atau dialogis yang baik dari kepala sekolah dapat dideskripsikan dalam berbagai bidang kegiatan operasional sekolah antara lain: 1) Komunikasi dengan siswa dalam upaya pembinaan siswa 2) Komunikasi dengan orang tua siswa tentang prestasi murid-murid 3) Komunikasi dengan guru dalam waktu tertentu dalam membahas kebijakan baru yang akan diterapkan 4) Komunikasi umum terhadap komite sekolah tentang informasi program perbaikan sekolah 5) Komunikasi dengan mass media dalam mengakses keberhasilan dan hambatan yang dialami sekolah. Kekepalasekolahan merupakan bagian dari pembahasan manajemen pendidikan, yang secara khusus mendalami peran kepala sekolah dalam memimpin organisasi sekolah. Kekepalasekolahan (principalship) dalam ilmu administrasi pendidikan merupakan istilah khusus yang menunjuk pada halhal yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah. Peran dan tanggung jawab kekepalasekolahan meliputi aspek keorganisasian, kependidikan, birokrasi, dan budaya sekolah, yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan a. Pengertian Kekepalasekolahan Istilah “kekepalasekolahan” merupakan istilah yang berkiatan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola organisasi sekolah. Kekepalasekolahan menunjuk pada berbagai peran, tugas, dan tanggung jawab kepala sekolah dalam memimpin pendidikan di sekolah. Dalam beberapa kajian ada dua fungsi kepala sekolah yang mendasar yaitu kepemimpinan pendidikan dan kepemimpinan sekolah (educational leadership and school leadership). Kedua peran kepemimpinan tersebut merupakan dimensi mendasar bagi kepala sekolah dalam mengarahkan semua sumber daya sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan upaya kepala sekolah untuk mengarahkan semua potensi sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien di sekolah. Sedangkan kepemimpinan sekolah menunjuk pada upaya-upaya kepala sekolah untuk meningkatkan keefektifan organisasi sekolah untuk meningkatkan budaya dan iklim yang kondusif bagi terwujudnya proses pendidikan yang berkualitas dan unggul. b. Dimensi Kekepalasekolahan Kekepalasekolahan, selama ini dalam beberapa literatur administrasi pendidikan, dilihat dengan latar belakang keefektifan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran (intructional leadership) dengan menekankan peran-peran kepemimpinan pada pengembangan kurikulum, programprogram pembelajaran, dan pengembangan lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang 21 kondusif. Kekepalasekolahan identik dengan kepemimpinan 21Rossow B, Kombrough, & Charles W. Burkert. The Principalsihp ; Concept & Practic,(London: Prentice Hall Inc, 1990), 114
Zainul Hakim pendidikan di sekolah. Sekolah sebagai wahana penting dalam pembentukan sumber daya manusia berkualitas akan dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan. Kesuksesan untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dari masingmasing kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dan menejer sekolah mempunyai peran utama untuk meningkatkan keefektifan dan efesiensi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah sebagai agen perubahan; dimana ia yang melakukakan inisiasi inovasi pendidikan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan. Jadi, peran utama kepala sekolah yaitu bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan, adaministrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan, dan penggunaan sarana dan prasarana.22 Budaya Organisasi Budaya organisasi muncul dalam dua dimensi, yaitu dimensi yang tidak tampak (intangiable) dan dimensi yang tampak (tangiable). Dimensi yang tidak tampak yaitu meliputi: nilai-nilai, keyakinan, dan idiologi yang dimanifestasikan dalam dimensi yang tampak, meliputi: kalimat, baik tertulis maupun lisan yang digunakan, perilaku yang ditampilkan, bangunan, fasilitas, serta benda yang digunakan di sekolah. Sedangkan Sergiovanni mengutip pendapat Lundberg menyebutkan bahwa budaya organisasi muncul dalam empat tingkatan, yaitu: (1) artifacts, (2) perspectives, (3) values, dan (4) assumption. Pada tingkatan artifacts, budaya organisasi terwujud dalam cerita/kisah, mitos, ritual, seremoni, serta produk-produk yang merupakan simbolisasi nilai-nilai. Wujud budaya organisasi 22
PP No.29. Th.1990.
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan pada tingkatan perspectives adalah peraturan-peraturan dan norma yang dijadikan acuan dalam menyelesaikan problema yang dihadapi oleh organisasi dan menjadi pedoman bersikap dan berperilaku anggota. Wujud budaya organisasi pada tingkatan values adalah nilai yang dijadikan acuan dalam segala keputusan dan tindakan anggota organisasi serta yang mencerminkan tujuan, identitas, dan standar penilaian terhadap segala sesuatu. Sedang wujud budaya organisasi pada tingkatan assumption merupakan pandangan anggota organisasi mengenai dirinya dan orang lain yang mengarahkan pada hubungan antara dirinya dengan orang lain tempat ia berada.23 Budaya Mutu Sekolah Budaya mutu di sekolah merupakan nilai-nilai, aktivitasaktivitas dan simbol-simbol yang menjadi komitmen semua elemen sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Secara kontekstual pada penelitian ini ditemukan bahwa budaya mutu di sekolah meliputi mutu layanan sekolah, mutu guru dan staf sekolah, dan mutu sarana/prasarana sekolah. Sehingga perhatian dan upaya kepala sekolah untuk meningkatkan mutu tercermin pada peningkatan mutu layanan, guru dan staf, dan mutu sarana/prasarana sekolah.24 Dalam dunia industri manufaktur mutu telah dikenal lama semenjak tahun 60-an. Pada dekade ini upaya-upaya untuk meningkatkan mutu produksi sangat terikat dengan lingkungan internal organisasi. Hal ini dipengaruhi oleh masih kuatnya pendekatan ilmiah dan birokratis terhadap organisasi. Sehingga mutu menjadi milik organisasi sendiri. Akan tetapi sekitar tahun 80-an penelitian tentang mutu mengalami revolusi yang 23T.J. Sergiovanni, The Principalship: A. Reflective Practice Perspective. (E Allin and Bacon, 1987), 128. 24 J. W.Cortada, Total Quality Management (ed. Indonesia). (Yogyakarta: Penertbit ANDI, 1996), 100
Zainul Hakim menakjubkan. Para ahli ekonomi manufaktur, dalam sejumlah penelitiannya, menemukan bahwa mutu merupakan milik pelanggan. Penemuan ini melatarbelakangi, kemudian, persaingan global pada industri manufaktur dan jasa berkompetisi untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan tentang barang dan jasa yang diinginkannya.25 Sejauh ini, pemahaman dasar tentang budaya mutu di sekolah merupakan terobosan baru dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa pendidikan secara terorganisir dan profesional. Di tengah tuntutan masyarakat, orang tua, dan stakeholder terhadap mutu pendidikan yang semakin tinggi dan bervariasi, maka sekolah harus mampu untuk membangun tradisi mutu yang berkesinambungan dan terus-menerus. Sekolah-sekolah yang memiliki keunggulan atau keberhasilan pendidikan oleh Owens, dinyatakan lebih dipengaruhi dari kinerja individu dan organisasi itu sendiri yang mencakup ni1ai-nilai (values), keyakinan (beliefs), budaya, dan norma perilaku yang disebut sebagai the human side of organization (sisi/aspek manusia dan organisasi).26 Hal tersebut sesuai apa yang telah dilakukan oleh Frymier dan kawan-kawan dalam melakukan penelitian One Hundred Good Schools, yang dalam penelitiannya mereka menyimpulkan bahwa iklim atau atmosphere sekolah, seperti hubungan interpersonal, lingkungan belajar yang kondusif, lingkungan yang menyenangkan, moral dan spirit sekolah berkorelasi secara positif dan signifikan dengan kepribadian dan prestasi akademik lulusan. Dengan demikian, budaya sekolah dapat dikatakan bermutu bilamana memungkinkan bertumbuhkembangnya sekolah dalam mencapai suatu keberhasilan pendidikan. Budaya mutu sekolah adalah keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, Ibid., 101 G. Owens. Organizatiol behavior in education, Thir edition New Jersey Englewood (Chiffs:Prentice-Hall, Inc, 1987), 81 25
26Robert
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan sifat, dan iklim sekolah secara produktif mampu memeberikan pengalaman dan bertumbuhkembangnya sekolah untuk mencapai keberhasilan pendidikan berdasarkan spirit dan nilai-nilai yang dianut oleh sekolah. Dalam hal ini, Depdiknas telah merumuskan beberapa elemen budaya mutu sekolah sebagai berikut: (1) informasi kualitas untuk perbaikan, bukan untuk mengontrol, (2) kewenangan harus sebatas tanggungjawab, (3) hasil diikuti rewards atau punishment, (4) ko1aborasi, sinergi, bukan persaingan sebagai dasar kerjasama, (5) warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya, (6) atmosfir keadilan, (7) imbal jasa sepadan dengan nilai pekerjaan, dan (8) warga seko1ah merasa memiliki sekolah. 1. Pengertian Budaya Mutu Budaya mutu dapat didefinisikan sebagai seperangkat norma yang dilandasi oleh nilai-nilai dan keyakinan kemudian termanifestasi pada prilaku-prilaku, aktivitas-aktivitas, dan simbol-simbol di sekolah untuk mencapai tingkat keunggulan yang diharapakan dan diinginkan serta bagaimana mencapianya agar tercipta akuntabilitas sekolah.27 2. Hakekat Budaya Mutu Selama enam dekade pembangunan pendidikan nasional berlangsung isu tentang mutu pendidikan tetap menjadi bagian penting dalam sistim pendidikan nasional di Indonesia secara makro, akan tetapi ia belum menjadi sebuah tradisi yang kuat dan mengakar dalam sistim pendidikan secara mikro. Ia belum menyentuh sistim persekolahan secara profesional. Kemudian UU RI No. 20 27Pokja Bappenas-Depdiknas dlm F. Jalal, dan D. Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah,(Jakarta: Adicita, 2001), 87. Baca juga pada J. W.Cortada, 1996. Total Quality Management (ed. Indonesia). (Yogyakarta: Penertbit ANDI, 1996), 102
Zainul Hakim tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah memberikan apresiasi tentang mutu pendidikan pada tingkat sekolah dalam konteks manajemen sekolah. Dalam UU Sisdiknas tersebut ditegaskan bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.28 Selanjutnya budaya mutu secara eksplisit dapat dipahami dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pada pasal 35 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 35 poin (1) standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Selanjutnya poin (3) pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan mutu, dan pengendalian mutu pendidikan. Ada tiga aspek utama tersirat tentang mutu, dalam UU Sisdiknas No. 20. tahun 2003, yaitu kompetensi, akreditasi, dan akuntabilitas yang harus dimiliki suatu sekolah. Kompetensi menyangkut mutu luluasan dipersyaratkan untuk memenuhi kompetensi-kompetensi yang terstandar nasional. Akreditasi menyangkut kelengkapan 28UU
No. 20. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan sekolah dengan sumber daya pendidikan sehingga ia dapat memenuhi jaminan lulusan bermutu. Sedangkan akuntabilitas terkait dengan kemampuan suatu sekolah yang terakriditasi dan menghasilkan lulusan yang bermutu dapat dipelihara dalam suatu tradisi atau budaya mutu yang berkelanjutan.29 Untuk meningkatkan mutu, sebagai bagian penting dalam sistim manajemen sekolah, maka dibutuhkan upaya-upaya di sekolah. Di sinilah pentingnya kepala sekolah untuk memimpin budaya mutu sebagai peta mental (mental map) berupa nilai-nilai, aktivitas-aktivitas, strategi-strategi bagi semua elemen sekolah dalam memberikan jasa pelayanan pemebelajaran untuk meningkatkan mutu secara maksimal. C. Wujud Budaya Mutu Di Sekolah Wujud budaya mutu sebagai bentuk nyata dari upayaupaya kepala sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan, mencakup mutu layanan sekolah, mutu guru dan staf sekolah dan mutu sarana/prasarana sekolah. a. Mutu layanan sekolah Peningkatan mutu layanan sekolah merupakan bagian penting yang dapat mempengaruhi terciptanya mutu pendidikan. Untuk itulah pihak kepala sekolah berupaya untuk melakukan perbaikan mutu layanan sekolah melalui inovasi pendidikan. Misalnya pada kasus Satuan Pendidikan Jember, peningkatan mutu layanan sekolah melalui strategi pembelajaran “Full day school”, dan lainnya. Layanan sekolah sangat erat hubungannya dengan siswa, guru, staf dan masyarakat luas. Itulah sebabnya mutu pelayanan sekolah merupakan bagian penting dari sekolah. 29Jalal,
dan Supriadi, Reformasi Pendidikan, 139-142
Zainul Hakim Sekolah sebagai organisasi pendidikan memberikan layanan kepada warga sekolah, utamanya terhadap siswa sebagai pelanggan utama. Layanan sekolah dapat dikelasifikasikan menjadi layanan intrakurikuler, layanan ekstrakurikuler dan layanan administrasi. Layanan intrakurikuler ditingkatkan dengan memberikan kondisi pembelajaran yang kondusif di sekolah seperti perbaikan strategi pembelajaran, kurikulum, jadwal pembelajaran tersusun lebih awal dan lain-lain. Layanan ekstrakurikuler merupakan layanan yang mendukung kegiatan intrakurikuler. Sehingga ia sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa terhadap mata pelajaran. Pada konteks penelitian ini ditemukan bahwa peningkatan layanan ekstrakurikuler dilakukan dengan menciptakan keragaman kegiatan seperti adanya klub mata pelajaran, kajian keagamaan, kesenian dan olah raga. Demikian, juga layanan administrasi menjadi bagian penting dari layanan sekolah. Di mana layanan ini akan memberikan dampak pada terbentuknya iklim sekolah yang profesional. Layanan ini terkait dengan upaya untuk menciptakan sistem administrasi yang profesional seperti layanan SPP, surat-menyurat, administrasi keuangan, dan lain-lain. Maka untuk meningkatkan layanan sekolah, kepala sekolah hendaknya meningkatkan layanan tersebut guna terbentuknya budaya mutu sekolah yang kuat. b. Mutu guru dan staf sekolah Sumber daya manusia merupakan bagian penting dari organisasi sekolah. Adapun cakupannya antara lain; guru, staf dan siswa. Mutu sumber daya manusia menentukan proses pendidikan yang bermutu di sekolah. Artinya, sumber daya manusia yang berkualitas dan
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan profesional berpengaruh pada upaya peningkatan mutu pendidikan. Itulah sebabnya, upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru, staf dan siswa hendaknya dilakukan secara profesoional. Untuk meningkatkan mutu guru dan staf sekolah dilakukan berbagai upaya antara lain supervisi, pendidikan, pelatihan, pembinaan teman sejawat. Peningkatan profesionalisme guru sebagai upaya untuk meningkatkan komptensi guru dalam pembelajaran. Di sinilah kepala sekolah mempunyai peran utama untuk terus membina guru untuk meningkatkan motivasi dan prestasi kerjanya secara profesional. Tanpa dukungan komptensi guru yang memadai maka sulit tercipta peningkatan mutu pembelajaran di kelas, yang akhirnya berdampak pada mutu yang tidak baik. Demikian staf sekolah merupakan sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian dari kepala sekolah. Staf sekolah yang terlibat secara aktif dalam proses administrasi sekolah hendaknya mendapatkan pembinaan, baik melalui pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan profesionalisme layanan administrasi. Staf sekolah tersebar pada unit-unit kerja sekolah seperti di tata usaha, laboratorium, perpustakaan, koprasi, kantin, cleanening servisces, satfam dan lain-lain. Staf-staf tersebut akan sangat mendukung terciptanya budaya sekolah yang bermutu. c. Mutu sarana/prasarana sekolah Sekolah yang berupaya meningkatkan mutu pendidikan selalu memberikan perhatian pada peningkatan mutu saran/prasarana pendidikan. Mutu sarana/prasarana sekolah merupakan hal penting yang menjadi komponen sekolah dalam upaya meningkatkan
Zainul Hakim mutu pendidikan. Mutu sarana/prasarana memberi dampak pada proses pendidikan dan pembelajaran. Dan akhirnya, akan berdampak pada peningkatan mutu lulusan. Peningkatan mutu sarana/prasarana sekolah terkait dengan upaya menciptakan pendidikan bermutu di sekolah. Artinya, sekolah akan melahirkan lulusan dengan prestasi otimal apabila sekolah memiliki sarana/prasarana yang memadai dan mendukung proses pendidikan. Misalnya, kelengkapan media pembelajaran, laboratorium, perpustakaan, dana sarana lainnya. Untuk itulah, kepala sekolah hendaknya berupaya untuk meningkatkan mutu sarana/prasarana sekolah secara berkesinambungan untuk memperbaiki mutu pembelajaran. D. Perbaikan Mutu Terus Menerus Komitmen dan upaya sekolah untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap mutu sekolah hendaknya menjadi perhatian semua komponen sekolah. Karena sekolah sebagai organisasi dituntut untuk memperbaiki secara berkesinambungan sumber daya pendidikan sehingga mutu sekolah terus mengalami peningkatan. Guru, staf, dan siswa hendaknya berupaya secara intensif dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Mutu sekolah tidak saja dapat dilihat pada prestasi siswa, tapi juga pada menejemen sekolah yang efektif dan efesien. Artinya, sejauh mana sekolah dapat mengelola aspek institusional agar dapat mendukung pencapaian tujuan utama pendidikan. Sehingga kepemimpinan kepala sekolah untuk melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap mutu sekolah sangat dibutuhkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan yang bertanggung jawab dalam memimpin perbaikan sekolah dituntut untuk
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan melakukan upaya-upaya organisatoris dalam memperbaiki mutu di sekolah. Langkah-langkah itu meliputi: memahami masalah organisasi, identifikasi dan dukumentasi prosesproses, mengukur unjuk kerja, mengembangkan dan mengembangkan ide-ide, menerapkan solusi dan mengevalusi. Untuk itulah kepala sekolah dituntut memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan perbaikan mutu sekolah secara berkesinambungan. Komitmen kepala sekolah terhadap perbaikan mutu diharapakan dapat dimiliki oleh semua komponen sekolah lainnya. Dengan adanya komitmen yang kuat maka sekolah selalu respon atas perkembangan dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung peningkatan mutu sekolah. Karena tuntutan peningkatan dan perbaikan mutu berlangsung dengan cepatnya, seiring tingkat perkembangan kebutuhan siswa dan masyarakat luas. E. Langkah-Langkah Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolaha Dalam Peningkatan Budaya Mutu Model Kepemimpinan Transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan budaya mutu sekolah dituntut untuk dapat mengembangkan budaya unggul (the culture of exellence) di sekolah. Karena itu, angkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: memahami budaya dan komunitas sekolah, memahami nilai-nilai keunggulan, elemen-elemen budaya, kualitas, dan membangun perubahan budaya sesuai tuntutan masyarakat. Dalam kondisi ini, maka kepemimpinan yang dibutuhkan dalam membangun budaya organisasi adalah kepemimpinan yang mencakup kemampuan teknis, manusiawi, dan kependidikan. Dari pemahaman dasar diatas, langkah-langkah kongkrit sebagai bentuk implementasi kepemimpinannya, kepala sekolah perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
Zainul Hakim 1. Kepala sekolah mengartikulasikan visi dan misi sekolah dalam rangka menciptakan kesatuan idea (the unity of idea) tentang sekolah yang dicita-citakan oleh semua anggota organisasi. 2. Mengartikulasikan nilai-nilai dan keyakinan dalam organisasi sekolah. 3. Menciptakan desain dan struktur organisasi sekolah 4. Membangun sistem reward yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada di sekolah. 5. Membangun hubungan sosial dan emosional antara siswa, guru, dan masyarakat atas dasar komitmen dan visi organisasi sekolah. 1. Artikulasi Visi dan Misi Dalam proses kepemimpinan bahwa seorang kepala sekolah dituntut untuk merumuskan dan menciptakan visi dan misi sekolah sebagai kesatuan ide dan perekat bagi anggota organisasi sekolah. Visi dan misi menjadi milik sekolah yang berusaha untuk diwujudkan dalam mengembangkan peran dan tugas masing-masing individu atau kelompok di sekolah. Terbentuknya visi dan misi sekolah yang kuat merupakan hasil dari sudut pandang (view of state) dan harapan kepala sekolah terhadap sekolah yang sedang dipimpinnya30 Visi dan misi yang dimiliki sekolah harus merupakan karakteristik unik dari organisasi yang dapat diterjemahkan dalam aktifitas-aktifitas yang lebih operasional. Sehingga dalam melahirkan visi dan misi sekolah yang baik setidaknya mencakup tugas dan fungsi, filosofi dasar organisasi, apa yang ditawarkan, untuk siapa dan untuk apa sekolah tersebut. 30 M. Ekosusilo, Sistem Nilai Dalam Budaya Organisasi Sekolah (Disertasi Universitas Negeri Malang: 2003), 68
Unggul,
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan Lebih lanjut Ekosusilo menjelaskan bahwa visi yang setidaknya mempunyai ciri-ciri; (1) memperjelas arah tujuan, (2) mudah dimengerti dan diartikulasikan dengan baik, (3)mencerminkan cita-cita yang tinggi, dan menetapkan standar of exellence, (4) menubuhkan inspirasi, semangat, kegairahan, dan komitmen (5) menciptakan makna bagi anggota organisasi, (6) merefleksikan keunikan atau keistimewaan organisasi, (7) menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi, (8) kontekstual, berhubungan dengan organisasi dengan lingkungan dan sejarah perkembangan organisasi. Organisasi yang tidak memiliki visi yang kuat (the strong vision) akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme dan kinerja kerja anggota organisasi. Visi organisasi yang lemah akan menjadikan sekolah kehilangan arah, ke mana dan akan jadi apa sekolah tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Sehingga visi sekolah yang lemah akan mendatangkan kerugian bagi siswa, guru, karyawan dan bahkan masyarakat luas, sebagai pihak yang berkepentingan terhadap lulusan sekolah. 2. Nilai dan Keyakinan Sekolah sebagai organisasi mempunyai nilai-nilai yang diyakini oleh anggota organisasi yang termanifestasi pada cara berpikri bertindak dan menyikapi hal-hal yang terkait sekolah. Nilai dan keyakinan dalam kepemimpinan merupakan landasan filosofis semangat organisasi (spirit of organization). Sehingga roda organisasi dapat bergerak sesuai dengan visi dan misi yang diharapkan. Nilai dan keyakinan seorang pemimpin tentang organisasi yang dipimpinnya merupakan dimensi terdalam dari nilai-nilai universal yang diemban
Zainul Hakim sekolah, yang merupakan refleksi dari nilai dan keyakinan masyarakat sekolah. Nilai dan kayakinan yang dimiliki seorang pemimpin, biasanya, termanifestasi dalam diri organisasi. Di mana pemimpin berupaya agar nilai dan keyakinannya dapat menjadi harapan dan milik anggota organisasi. Peran dan tanggung jawab kepala sekolah adalah untuk mentransformasi nilai dan keyakinan agar terwujud sebagai bentuk prilaku organisasi. Kepala sekolah mengarahkan nilai dan keyakinan untuk membangun budaya sekolah yang unggul (culture of exellence school). Ekosusilo menemukan bahwa keunggulan sekolah tercapai karena didukung dengan nilai-nilai dasar yang diyakini kepala sekolah dan anggota organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut bersifat laten dan termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari seperti; nilai keunggulan, nilai pengabdian dan pelayanan, dan nilai ibadah (pengabdian) dan nilai amanah (tanggung jawab).31 Sejauh mana nilai dan keyakinan dapat memberikan kontribusi besar dalam menggerakkan roda organisasi sangat tergantung pada peran dan tanggung jawab kepala sekolah. Ia dituntut untuk mengkomunikasikan nilai dan keyakinan organisasi agar memberikan dampak positif terhadap perilaku anggotanya. Siswa, guru, staf, orang tua, dan masyarakat harus memahami, menghayati dan mengartikulasikan nilai dan keyakinan sekolah untuk menggerakkan semua sumber daya sekolah dalam mencapai tujuan. Norma dapat dipahami sebagai seperangkat ketentuan yang berlangsung secara alami atau ditetapkan 31
Ibid., 141
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan oleh suatu kelompok untuk ditaati bersama. Norma dapat berupa kebiasaan, adat-istiadat dan peraturan. Sekolah yang memiliki budaya mutu dapat dilihat dari kemampuan sekolah ini untuk menciptkan seperangkat norma sebagai acuan anggota organisasi dalam berperilaku di sekolah. Kepala sekolah , guru, siswa, karyawan dan pihak lainnya tanpa norma yang tertanam dalam aktivitas sehari-hari maka akan sulit untuk mencapi tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Di sinilah kepala sekolah dituntut untuk membangun norma sekolah agar tercipa iklim sekolah yang bermutu. Seperangkat peraturan sekolah meruapakan bentuk norma yang terorganisir dalam suatu organisasi sekolah. Peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis merupakan bagian dari norma sekolah, yang merupakan budaya sekolah. Semakin tinggi norma yang ditetapkan dalam sekolah maka ia akan terbangun budaya mutu yang berkualitas. 3. Penghargaan Menurut Rebore jenis penghargaan yaitu bersifat intrinsik dan ektrinsik. Penghargaan intrinsik yaitu penghargaan yang diberikan karena melaksanakan tugastugasnya. Penghargaan ekstrinsik ada yang bersifat kompensasi langsung dan tidak langsung. Kompensasi langsung bisa berupa upah yang diberikan atas tugas tambahan yang diberikan. Sedangkan kompensasi tidak langsung berupa imbalan yang diberikan dalam jangka waktu yang cukup lama. Penghargaan yang dilakukan kapala sekolah hendaknya dapat menjadi motivasi bagai para guru dan karyawan untuk meningkatkan ujuk kerja. Pentingnya penghargaan bagi seorang pemimpin karena ia dapat menjadi sumber kekuasaan yang dapat digunakan dalam mempengaruhi anggota organisasi.
Zainul Hakim Dari dimensi fungsional, penghargaan juga dapat berfungsi sebagai sumber kekuasaan. Sehingga pemimpin untuk mempengaruhi kinerja bawahan dapat dilakukan melalui penghargaan. 32 Penghargaan yang diberikan kepada semua karyawan baik dalam bentuk uang, promosi, penghargaan dan atau pengakuan akan memberikan motivasi yang kuat bagi terwujudnya budaya yang baik bagi organisasi. Penghargaan mempunyai tingkat formalitas organisatoris, seperti gaji yang diberikan kepada guru dan karyawan akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap moralitas kerja guru . Gaji merupakan salah satu faktor perantara yang dapat mempengaruhi peningkatan moral kerja guru di sekolah. Sementara penghargaan di sekolah bisa dilakukan dalam bentuk yang sederhana seperti pujian, dorongan dan motivasi yang dilakukan kepala sekolah kepada guru, karyawan dan siswa. Kepala sekolah dapat memberikan penghargaan kepada semua orang di sekolah sesuai dengan peran dan tugas masing-masing. Kepala sekolah mempunyai peran penting untuk menciptakan sistem reward yang baik bagi peningkatan kinerja dan profesionalisme di sekolah. Di sinilah pentingnya peran kepala sekolah untuk mendisain sistem penghargaan secara profesional dan dapat diterima oleh bawahannya, sebagai sistem organisasi yang baik.
32Gerry A. Yukl, Leadership in Organization. New Jersy USA, Prentice Hall. Alih Bahasa Jusuf Uday. Kepemimpinan dalam Organisasi. (Jakarta: Prenhelindo, 1998), 63
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan 4. Hubungan Sosial dan Emosional Hubungan emosional dan sosial pemimpin dengan bawahan harus mampu menciptakan budaya organisasi yang sehat. Kemampunan kepala sekolah dalam membangun hubungan sosial dan emosiaonal yang baik di sekolah sangat ditentukan aspek interpersonal dan intrapersonal kepala sekolah. Aspek interpersonal terkait dengan kemampuan kepala sekolah untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan aspek intrapersonal terkait dengan keperibadian kepala sekolah. Baik aspek interpersonal atau pun intrapersonal akan mempengaruhi sejauh mana kepala sekolah dapat menciptakan hubungan sosial dan emosional dengan guru, siswa, dan staf. Kepala sekolah dalam membina hubungan sosial dan emosional hendaknya memperhatikan perilakuperilaku bawahan agar diarahkan untuk terciptanya lingkungan sosial sekolah yang harmonis. Dalam rangka ini, ia dapat melakukan kritik yang membangun, meningkatkan integritas pribadi, dan mengembangkan pola hubungan yang manusiawi antara anggota organisasi. 5. Desain Organisasi Desain organisasi merupakan pola hubungan organisatoris antara komponen baik yang bersifat vertikal atau horizontal. Menurut Robbin dkk. disain terdiri dari dua model yaitu, mechanistic structure dan organic structure. Yang pertama, mempunyai karaktersitik kompleksitas tinggi, formalitas tinggi, dan sentralisasi. Yang kedua,
Zainul Hakim kompleksitas rendah, formalitas rendah, dan desentralisasi.33 Sebuah desain dan struktur selalu berangkat dari kebutuhan organisasi untuk mewujudkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Visi dan misi sering mewarnai bagaimana struktur dan desain akan diarahkan. Karena disain organisasi sering merupakan rangkaian sistem kerja yang dibangun untuk menciptakan keefektifan dan efesiensi dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Desain organisasi sekolah menjadi bagian penting untuk meningkatkan keefektifan dan efesiensi organisasi. Organisasi sekolah berupaya mengembangkan langkahlangkah organisatoris untuk menciptakan kondisi sekolah yang profesional. Keterlibatan unsur pimpinan dalam menciptakan disain organisasi organisasi akan memberi pengaruh pada peningkatan kualitas pengelolaan sekolah. Desain organisasi mencerminkan hubungan kekuasaan dan wewenang (power and authority relations), koordinasi (coordination), rentang kontrol (span of control), kesatuan pemerintah (unity of command), hubungan antara guru dan staf (line and staf) di sekolah.34 Melalui desain yang baik akan meningkatkan keefektifan sekolah bagi semua komponen dalam menjalankan tugas-tugas keorganisasian. Sehingga diharapkan desain dan struktur mencerminkan budaya sekolah yang diinginkan semua komponen sekolah. Schen berpendapat bahwa desain, struktur, prosedur organisasi akan memciptakan
33 Robbins, Alih Bahasa Yusuf Udaya, Teori Organisasi &Struktur Organisasi, (Jakarta: Arean, 1994). 105 34J.M.Liphmn, RE. Rankin, and JA. Hoeh, The Principalship: Concept, Competencies and Cases, (New York: Longman, 1985), 28-31
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan mekanisme kerja kepemimpinan secara efektif dan efesien.35 F. Kesimpulan Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan didalam meningkatkan kualitas pendidikan untuk menuju pada sekolah yang berbudaya mutu. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran (intructional leadership) dengan menekankan peran-peran kepemimpinan pada pengembangan kurikulum, programprogram pembelajaran, dan pengembangan lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang kondusif. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dan menejer sekolah mempunyai peran utama untuk meningkatkan keefektifan dan efesiensi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah sebagai agen perubahan, dimana ia yang melakukakan inisiasi inovasi pendidikan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatakan budaya mutu sekolah merujuk pada bagaimana ia dapat mengembangkan budaya unggul (the culture of exellence) di sekolah. Kepala sekolah hendaknya menekankan akan pentingnya membangun budaya yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas proses pendidikan di sekolah. Langkah-langkah yang perlu dilakukan seperti, memahami budaya sekolah, komunitas sekolah memahami nilai-nilai keunggulan, elemen-elemen budaya, kualitas, membangun perubahan budaya sesuai tuntutan masyarakat. Dalam kondisi ini, maka kepemimpinan yang dibutuhkan dalam membangun budaya organisasi adalah 35H.E.Schen, Organizatinonal Culture and Leadership. (San Fracisco: JooseyBass Publishers, 1992), 246
Zainul Hakim kepemimpinan yang mencakup manusiawi, dan kependidikan.
kemampuan
teknis,
DAFTAR RUJUKAN Burn, J.M. 1978. Prinsip-prinsip Leadership, Yogyakarta: Liberty. Caldwell. B.J & Spink , JM. 1992. Leading The Self Managing School. London: The Falmer Press. Danim S., 2009. Manajemen Dan Kepemimpinan Transfomasional Kekepalasekolahan, Jakarta: PT Rineka Cipta Depertemen Agama Republik Indonesia, 1995. Al-Qur’an dan terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press Deperteman Agama RI. 2006. Al-Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Bumi Restu. Ekosusilo, M. 2003. Sistem Nilai Dalam Budaya Organisasi Sekolah Unggul (Studi Kasus di SMU Negeri 1, SMU Regina Pacis, dan SMU al-Islam 01 Surakarta) (Disertasi Universitas Negeri Malang tidak dipublikasi). Irianto, Y.B. dan Su’ud, U.S. 2009. Desentralisasi Sistem Pendidikan Nasional, dalam Manajemen Pendidikan, Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: ALFABETA Jalal, F dan Supriadi D. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: Adicita. Kartono K. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kombrough, R. B & Charles W. Burkert. 1990. The Principalsihp ; Concept & Practice. London: Prentice Hall Inc.
Implementasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Peningkatan Budaya Mutu pada Satuan Pendidikan Liphmn, J.M., Rankin, RE., dan Hoeh, JA. 1985. The Principalship: Concept, Competencies and Cases. New York: Longman. Owens, R.G. 1987. Organizational Behavior In Education. Thir Edition New Jersey Englewood. Chiffs: Prentice-Hall, Inc. RENSTRA Pendidikan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur V., Mulyadi D. 2009, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Robbin, S.P. 1994. Alih Bahasa Yusuf Udaya, Teori Organisasi & Struktur Organisasi, Jakarta: Arean. Sallis, E. 2007. Total Quality Management In Education. Jogjakarta. IRCiSoD. Schen, H.E. 1992. Organizatinonal Culture and Leadership. San Fracisco: Joosey-Bass Publishers. Sergiovanni. T.J. 1987. The Principalship: A. Reflective Practice Perspective. E Allin and Bacon Shihab, M. Quraish 2000. Secercah cahaya ilahi, Hidup bersama AlQuran. Bandung: Mizan. Suharto, Babun. 2006. Kepemimpinan Transformasional Dalam Pendidikan, Studi Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional terhadap kepuasan dan Kinerja Bawahan. Surabaya: AprintA. Undang-Undang Sisdiknas No 20. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yukl, G. 1980. Kepemimpinan Manajemen, Jakarta: Prengallindo.
Zainul Hakim