IMPLEMENTASI GROUP INVESTIGATION DALAM MODEL PBL MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMAN 2 BATANG.
Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia
oleh Mentari Nur Rizkyawati 4301411125
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
Semarang, 10 Juli 2015
Mentari Nur Rizkyawati 4301411125
i
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Implementasi Group Investigation dalam Model PBL Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMAN 2 Batang. disusun oleh Mentari Nur Rizkyawati 4301411125 telah dipertahankan di hadapan siding Panitia Ujian Skripsi Unnes, tanggal 10 Juli 2015. Panitia : Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si 196310121988031001
Dra. Woro Sumarni, M.Si 196507231993032001
Penguji, Ketua Penguji,
Dr. Endang Susilaningsih, M.S 195903181994122001 Anggota Penguji/ Pembimbing Utama
Anggota Penguji/ Pembimbing Pendamping
Dr. Sri Haryani, M.Si 195808081983032002
Dr. A Tri Widodo 195205201976031004 ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Al- Insyirah 94: 5-6) Selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat kesehatan dan keselamatan dari-Nya. Engkau akan mengetahui kekuatanmu yang sesungguhnya, saat tidak ada pilihan lain bagimu kecuali menguatkan diri. (Mario Teguh) Lakukanlah dengan segala usaha terbaikmu di dunia ini sebagai ladang amal sembari menunggu giliran menghadap Illahi. Harta yang paling berharga di dunia ini hanyalah keluarga.
Persembahan Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini penulis persembahkan untuk : Orang tua tercinta atas segala kasih sayang, perhatian dan kesabarannya dalam mendidik kami menjadi anak yang penuh cinta. Adikku terkasih, Akbar Muhammad Ilham yang selalu memberikan energi positif dalam menyelesaikan skripsi ini. Kakakku terima kasih untuk selalu siaga memberikan dukungan tenaga dan waktu dalam membantu melancarkan penelitian skripsi ini. Sahabat Rombel 4 Pendidikan Kimia 2011 yang selalu siap untuk menjadi teman sharing dalam memberikan pendapat Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Sahabat Himpunan Mahasiswa Kimia 2013 yang selalu memberikan spirit to be better dan juga canda tawa untuk sejenak menyegarkan pikiran.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Group Investigation dalam Model PBL materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Negeri 2 Batang”. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat kerjasama, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Semarang, atas kesempatan menimba ilmu, 2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam penelitian, 3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian, 4. Dr. Sri Haryani, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti selama menyusun skripsi, 5. Dr. A Tri Widodo selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam menyelesaikan skripsi, 6. Dr. Endang Susilaningsih, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran, 7. Kepala SMA Negeri 2 Batang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian, 8. Ibu Srikandi, S.Pd selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri 2 Batang yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini, Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, penulis mengharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Semarang,
Juli 2015
Penulis
iv
ABSTRAK Rizkyawati, Mentari Nur. 2015. Implementasi Group Investigation dalam Model PBL Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing utama Dr. Sri Haryani, M.Si dan Pembimbing Pendamping Dr. A Tri Widodo. Kata Kunci: Group Investigation; model PBL; Kemampuan Pemecahan Masalah. Analisis kebutuhan untuk mambangun pengetahuan sendiri melalui pengamatan merupakan aspek dalam Kurikulum 2013. Pembelajaran kimia materi redoks dengan penyelidikan langsung mengenai penerapannya di lingkungan sekitar di beberapa sekolah masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui hasil belajar dan respon tanggapan siswa dengan menerapkan metode pembelajaran group investigation dalam Model PBL di SMA Negeri 2 Batang. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis eksperimen, dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling setelah diperoleh data bahwa populas berdistribusi normal, homogenitas sama dan memiliki kesamaan rerata awal. Kelas X MIIA 1 dengan jumlah siswa 36 siswa digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIIA 2 sebanyak 36 siswa sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen dalam pembelajarannya dengan menerapkan metode group investigation berbasis model PBL dengan melakukan penyelidikan diberbagai tempat yang berkaitan dengan penerapan materi redoks, sebaliknya dalam kelas kontrol pembelajaran tanpa menerapkan metode group investigation. Metode pengumpulan data dalam penelitian berupa tes kognitif berbentuk pilihan ganda dan uraian, lembar observasi dan dokumentasi serta angket respon. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah diukur melalui tes kognitif berbentuk uraian bermuatan konsep indikator kemampuan pemecahan masalah dengan melihat hasil pretest dan postest setiap siswa. Lembar pengamatan meliputi aspek kognitif dan aspek psikomototik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Analisis ini ditunjukan melalui uji t test yang diperoleh hasil sebesar 4,25 sehingga ada perbedaan nilai postest antara kelas eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis koefisien determinasi menunjukkan bahwa penerapan metode group investigation memberikan kontribusi sebesar 19,36% terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil angket respon siswa menunjukkan bahwa 52,46% siswa menyatakan setuju bahwa penerapan metode ini lebih menyenangkan dan lebih mudah memahami materi. Sehingga dapat disimpulakan bahwa penerapan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa di SMA Negeri 2 Batang.
v
ABSTRACT
Rizkyawati, Mentari Nur. 2015. Implementation Group Investigation in PBL Model Material Redox to Improve Problem Solving Capability Students. Skripsi. Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Semarang. Main Supervisor Dr. Sri Haryani, M.Si and Assistance Supervisor Dr. A Tri Widodo. Keyword : Group Investigation; PBL models; Problem solving capability. Analysis of the need for knowledge, builds itself through the observation of an aspect in 2013 curriculum. Learning material redox chemistry with direct inquiry regarding its application in the neighborhood in some schools still lacking. This study aims to determine the improvement of students' problem solving skills through learning outcomes and response to student responses by applying learning methods in a model of PBL group investigation at SMAN 2 Batang. Research carried out is kind of experimental research, with cluster random sampling technique sampling after data showed that populas normal distribution, homogeneity mean the same and have the same beginning. Class X MIIA 1 with the number of students 36 students used as an experimental class and the class X MIIA 2 were 36 students as the control class. Experimental class in learning by applying model-based method PBL group investigation by investigating various places associated with the application of redox materials, otherwise the control class learning without applying methods of group investigation. Methods of data collection in the form of research on cognitive tests multiple choice and description, documentation and observation sheet and questionnaire responses. Improved problem solving skills through cognitive tests measured the description of chargedshaped indicator concept problem solving skills by looking at the results of the pretest and post-test every student. Observation sheet includes cognitive and psychomotor aspects. The results showed that the learning outcomes as well as the improvement of problem solving ability of students at grade students showed significant improvement compared with the control class. This analysis demonstrated through t test were obtained yield was 4.25 so that there is a difference between the value posttest experimental and control classes. Based on the analysis of the coefficient of determination shows that the application of the methods of investigation group contributed 19.36% to the improvement of students' problemsolving abilities. Results of student questionnaire responses showed that 52.46% of students agreed that the application of this method is more fun and easier to understand the material. So can to take conclution that the application of learning methods group investigation in the model PBL can improve and develop problemsolving abilities of students at SMAN 2 Batang.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………..
i
LEMBAR PENGESAHAN ..…………………………………………….
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………… ……
iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… iv ABSTRAK ……………………………………………………………….
v
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. vii DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. ix DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………
6
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….
7
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………… 7 1.5 Penegasan Istilah ……………………………………………….
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar ………………………………………. 12 2.2 Model Pembelajaran ……………………………………………. 14 2.3 Model Problem Based Learning (PBL) ………………………… 15 2.4 Group Investigasi ………………………………………………. 17 2.5 Kemampuan Pemecahan Masalah………………………………. 19 2.6 Tinjauan Tentang Konsep Redoks ……………………………… 21 2.7 Kerangka Berpikir ……………………………………………… 27 2.8 Hipotesis ………………………………………………………... 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 32 3.2 Subyek Penelitian ……………………………………………….. 32 3.2.1 Populasi …………………………………………………...
vii
32
3.2.2 Sampel …………………………………..………………... 33 3.3 Variabel Penelitian ……………………………………………… 33 3.4 Desain Penelitian ……………………………………………….. 34 3.5 Prosedur Penelitian ……………………………………………… 36 3.6 Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 37 3.7 Metode Analisis Data …………………………………………… 38 3.7.1 Analisis Data Awal ………………………………………… 38 3.7.2 Analisis Instrumen …………………………………………. 41 3.7.3 Analisis Data Akhir ………………………………………… 51 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………….. 55 4.1.1 Analisis Data Tahap Awal …………………………………. 55 4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir …………………………………. 58 4.2 Pembahasan …………………………………………………… 78 4.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation dalam Model PBL ……………………………………………...…. 86 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ……………………………………………………… 88 5.2 Saran ………………………………………………………….. 88 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 90 LAMPIRAN ……………………………………………………………… 93
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gambaran peran Guru, Murid dan Masalah dalam Pembelajaran Model PBL…………………………………………………….. 17 Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Batang………… 32 Tabel 3.2 Desain Penelitian Eksperimen………………………………… 34 Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal………………………….…… 43 Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal Uji Coba Instrumen………………. 44 Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran dan Kriteria Soal Kemampuan Pemecahan Masalah………………………………………………………… 47 Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda……………………………………….. 47 Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi Awal ……………………. 55 Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi………………………………. 56 Tabel 4.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Dalam Kelas (Uji Anava)…………… 57 Tabel 4.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi …………………………. 57 Tabel 4.5 Data Postest Hasil Belajar Siswa Materi Redoks……………… 58 Tabel 4.6 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Redoks.... 59 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Hasil Belajar..…. 59 Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Postest ……………………. 60 Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest dan Postest …… 61 Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Postest …………… 62 Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kanan ………. 62 Tabel 4.12 Hasil Observasi Aspek Psikomotorik ………………………… 65 Tabel 4.13 Hasil Observasi Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan Kontrol ………………………………………………..……… 66 Tabel 4.14 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah ………………. 67 Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah ……. 70 Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pretestdan Postest …………………… 70 Tabel 4.17 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretst dan Postest …… 71 Tabel 4.18 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Postest Soal Uraian ... 72 ix
Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Soal Uraian ………………………………………………………… 72 Tabel 4.20 Hasil Angket Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran …. 77
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian …………………... 30 Gambar 4.1 Nilai N-gain Siswa Kelas Eksperimen …………..…………… 64 Gambar 4.2 Nilai N-gain Siswa Kelas Kontrol ……………………….…. 64 Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……………………………….. 67 Gambar 4.4 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas Eksperimen …………………………………………… 68 Gambar 4.5 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas Kontrol ……………........…………………………… 69 Gambar 4.6 Tingkat Pencapaian N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ……………………..…………………… 74 Gambar 4.7 Tingkat Pencapaian N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol………………………………………………... 74
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Penggalan Silabus …………………………………………… 93 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………………… 98 Lampiran 3. Bahan Ajar Siswa ……………………………………………. 129 Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa …………………………………………. 136 Lampiran 5. Soal Essay Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah … 150 Lampiran 6. Kisi-Kisi Soal Kognitif ……………………………………… 156 Lampiran 7. Soal Uji Coba Kognitif ……………………………………… 158 Lampiran 8. Lembar Observasi Penilaian Sikap(Afektif) ………………… 167 Lampiran 9.Lembar Observasi Penilaian Ketrampilan (Psikomotorik) ….. 170 Lampiran 10. Lembar Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ...174 Lampiran 11 Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda ……………………… 175 Lampiran 12 Analisis Uji Coba Soal Uraian ……………………………… 177 Lampiran 13 Data Nilai Kondisi Awal Populasi …………………………. 178 Lampiran 14 Analisis Data Normalitas Kelas X MIIA 1 ………………… 179 Lampiran 15 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 2 ………………… 180 Lampiran 16 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 3 ………………… 181 Lampiran 17 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 4 …………………. 182 Lampiran 18 Analisis Uji Homogenitas Awal Populasi …………………. 183 Lampiran 19 Analisis Uji Anava Awal Populasi …………………………. 184 Lampiran 20. Analisis Uji Kesamaan Varians Data Populasi ……………. 186 Lampiran 21 Daftar Nama Siswa ………………………………………… 187 Lampiran 22 Nilai Pretest Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………. 188 Lampiran 23 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen……………………………………………. 189 Lampiran 24 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ……………………………………………..… 190 Lampiran 25 Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar Kognitif ……………………………………………..……… 191 xii
Lampiran 26 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Hasil Belajar ………………………………………………………. 192 Lampiran 27 HAsil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……… 193 Lampiran 28 Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen ………………………………………………… 194 Lampiran 29 Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Kontrol …………………………………………………….. 195 Lampiran 30 Analisis Uji Homogenitas Data Postest Hasil Belajar ……….196 Lampiran 31 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Hasil Belajar ………………………………………………..…….. 197 Lampiran 32 Uji t Pihak Kanan Data Postest Hasil Belajar ……………… 198 Lampiran 33 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Hasil Belajar ….. 199 Lampiran 34 Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Kognitif Siswa ………… 200 Lampiran 35 Ananlisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Afektif …. 202 Lampiran 36 Analisis Lembar Observasi Aspek Afektif ………………... 203 Lampiran 37 Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Psikomotorik ……………………………………………….. 205 Lampiran 38 Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik …………. 206 Lampiran 39 Data Hasil Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah …. 208 Lampiran 40 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas Eksperimen ………………………………………………..... 209 Lampiran 41 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas Kontrol ………………………………………………..……. 210 Lampiran 42 Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ……………………………………….. 211 Lampiran 43 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Soal Uraian ………………………………………………………. 212 Lampiran 44 Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah .... 213 Lampiran 45 Analisis Uji Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas Eksperimen …………………………………………….…... 214
xiii
Lampiran 46 Analisis Uji Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas Kontrol ……………………………………………..………. 215 Lampiran 47 Analisis Uji Homogenitas Data Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ……………………………………….. 216 Lampiran 48 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Soal Uraian ……………………………………………………… 217 Lampiran 49 Analisis Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Soal Uraian ………. 218 Lampiran 50 Analisis Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Soal Uraian …………………………………………………….… 219 Lampiran 51 Analisis Uji N-gain Soal kemampuan Pemecahan Masalah ... 220 Lampiran 52 Analisis Uji Pengaruh Antar Variabel (Korelasi Biserial) ..… 222 Lampiran 53 Uji Signifikansi Pengaruh Antar Variabel ………………….. 223 Lampiran 54 Analisis Koefisien Determinasi ……………………………. 224 Lampiran 55 Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen …………………………………………... 225 Lampiran 56 Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ……………………………………………….. 226 Lampiran 57 Analisis Reliabilitas Angket Respon Minat Siswa ………… 227 Lampiran 58 Analisis Lembar Angket Respon Minat Siswa ……………. 228 Lampiran 59 Lembar Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 229 Lampiran 60 Lembar Soal Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 234 Lampiran 61 Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……………………………………………...……… 239 Lampiran 62 Dokumentasi Hasil Pretest dan Postest ……………………. 241
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan kemajuan teknologi, kesadaran manusia akan pendidikanpun meningkat sehingga dorongan untuk memperbaiki sistem dan kualitas semakin giat dilakukan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Terdapat pola kesinambungan antara murid dengan guru dalam suatu proses pembelajaran yang ditunjang dengan adanya sumber belajar. Untuk menghasilkan pembelajaran yang baik maka proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dan pendidik harus berjalan kondusif. Menurut Sardiman (2005) dengan adanya komunikasi yang baik maka akan terjaminlah kelanjutan hidup masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia. Secara tidak langsung maka penyampaian materi dari guru terhadap peserta didik berjalan multiarah dan sesuai dengan usia penerima informasi agar mudah dipahami dan untuk kelancaran proses belajar mengajar itu sendiri. Setiap peserta didik pada dasarnya sudah memiliki bermacam pengetahuan dasar yang diperoleh sejak dini baik itu diperoleh dari keluarga maupun lingkungan. Pengetahuan dasar dan pengalaman yang telah diperoleh
2
tadi, peserta didik kemudian dapat membangun sistem berpikirnya untuk bisa memahami
informasi-informasi
pengetahuan
baru
dari
lingkungannya.
Pemahaman tersebut dibangun oleh guru ketika proses pembelajaran pada permasalahan yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik setelah peserta didik berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya (Hamdani, 2010). Pada era pembelajaran modern seperti saat ini, dalam interaksi pembelajaran peserta didik tidak hanya berperan sebagai subjek penerima pesan tetapi peserta didik juga bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Kondisi tersebut akan menjadikan komunikasi berlangsung secara multi arah, maka proses pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik. Aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran menunjukan adanya kesadaran peserta didik untuk mengontrol proses berpikir dirinya sendiri, dan kesadaran tersebut sangat menentukan minat dan kemauan peserta didik untuk lebih memahami dan memaknai apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajaran. Kesadaran peserta didik untuk belajar ini menunjang ketercapaian kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru. Ilmu kimia yang merupakan bagian dari disiplin ilmu Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga kimia erat kaitannya dengan fenomena yang ada di lingkungan. Penerapan dan isu-isu hangat pada berbagai materi kimia sering dijumpai.
3
Chemistry is one of the most important branches of science; it enable learners to understand what happened around them (Sirhan, 2007). Isi materi dalam mata pelajaran kimia umumnya bersifat abstrak, sehingga kimia dikategorikan sebagai salah satu bidang studi yang sukar dan tak jarang peserta didik dihinggapi rasa bosan serta enggan untuk mempelajarinya. Guru sebagai fokus utama dalam memberikan pelajaran kimia dituntut untuk menyampaikan materi secara inovatif tanpa mengabaikan unsur akademis, agar peserta didik mudah dalam memahami pelajaran Kimia. Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan terhadap guru Kimia Ibu Srikandi, S.Pd di SMA Negeri 2 Batang pada tanggal 29 Maret 2014, peneliti mendapatkan informasi bahwa rata-rata nilai hasil belajar peserta didik kelas X masih berada di bawah KKM 75, dari 36 peserta didik dalam satu kelas sekitar 4-5 peserta didik yang tuntas dalam pelajaran kimia. Kegiatan belajar mengajar yang terlihat di SMA Negeri 2 Batang masih menggunakan metode ceramah sehingga sebagian peserta didik yang terlihat kurang berpartisipasi aktif. Menurut beliau, pembelajaran kimia dengan melakukan metode diskusi kadangkala pernah dilakukan, namun tidak mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai karena pada saat pelaksanaan hanya segelintir peserta didik yang aktif. Penyampaian pelajaran dengan metode ceramah perlu dilengkapi dengan metode lainnya sebagai alternatif untuk mengoptimalkan pemahaman serta keaktifan peserta didik di dalam belajar. Wawancara yang dilakukan dengan sebagian peserta didik kelas X menyatakan bahwa pelajaran kimia sukar untuk
4
dipahami dan rumit sehingga mereka sering merasa bosan di kegiatan pembelajaran. Kebosanan dalam pembelajaran materi Kimia ini secara otomatis menurunkan minat peserta didik untuk belajar. Akibatnya murid hanya mengutamakan pada aspek produk pembelajaran tanpa memperhatikan dan memahami aspek prosesnya. Seperti dalam mengerjakan soal, peserta didik hanya berorientasi pada hasil jawaban soal tanpa memahami alur proses dalam memperoleh hasil tersebut. Secara tidak langsung ini sangat berpengaruh terutama kepada cara pandang peserta didik dalam memperoleh informasi dan menganalisisnya. Perihal tersebut tidak hanya tentang kemampuan kognitif tetapi juga tentang komitmen moral dengan standar kritis dan sifat (Guo Mei, 2013). Sehubungan dengan hal ini mengakibatkan kemampuan penalaran, komunikasi, dan koneksi akademis serta pemecahan masalah peserta didik dirasa kurang mumpuni. Untuk menjawab permasalahan ini diperlukan upaya yang nyata, rencana yang matang, dan dikaji dengan saksama agar kemampuan peserta didik dalam mencari solusi terhadap suatu masalah dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi peserta didik masing-masing. Upaya yang dirancang adalah dengan memberikan pembelajaran yang berbasis masalah atau PBL dengan melakukan penyelidikan secara berkelompok (group investigation). Pelaksanaan pembelajaran yang berupaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran seperti yang dimaksud pada paragraf sebelumnya adalah dengan memberikan model pembelajaran PBL secara otomatis dapat merangsang peserta didik untuk belajar mandiri menggali lebih dalam mengenai suatu materi dan berlatih memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajran PBL ini peserta didik akan dikaitkan dengan hal-hal faktual tentang kimia. Menurut Nurhayati, et al (2013) PBL adalah model pembelajaran yang memposisikan peserta didik dalam posisi belajar yang paling baik karena mereka terhubung dengan proses pembelajaran dan menemukan pengetahuan untuk diri mereka sendiri, bukan ketika guru menjelaskan materi di dalam kelas dan memberikan pengetahuan untuk mereka. Menerapkan group investigation dalam kegiatan pembelajaran dapat melatih peserta didik bekerja sama untuk mempelajari isu suatu masalah yang kemudian akan mereka rancang suatu solusi dari pemecahan masalah tersebut. Harapannya dengan menerapkan penyelidikan secara berkelompok dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran atau ilmu Kimia. Berdasarkan penelitian sebelumnya pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan media crossword dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar pada materi minyak bumi sebesar 53,27% pada siklus I dan 64,49% pada siklus II (Nurhayati et al, 2013). Penerapan model PBL berbantuan media transvisi di SMA Negeri 1 Randublatung dapat meningkatkan kemampuan KPS sebesar 62,39% dan peningkatan hasil belajar peserta didik sebesar 49,43% (Rahayu et al, 2012). Model PBL juga dapat meningkatkan kemampuan mahapeserta didik dalam partisipasi belajar dan hasil belajar dari 74,56 menjadi 82,04 yaitu 11% di Undhiksa (Suci, 2008). Penelitian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah juga dilakukan pada Peserta didik SMP dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Hertiavi et al, 2010). Peningkatan
6
kemampuan pemecahan masalah di bidang matematika pada pemebalajaran multimedia interaktif berbantuan komputer juga berhasil dilakukan oleh Rahayuningrum (2008). Penelitian yang dilakukan dengan model PBL untuk meningkatkan kemampuan penalaran di bidang matematis peserta didik SMP pernah di teliti oleh Tatang Herman pada tahun 2008. Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan melihat penelitian terdahulu, maka peneliti hendak melakukan penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan group investigation dalam model PBL materi redoks untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik SMA Negeri 2 Batang. Harapannya dengan menerapkan pembelajaran dengan peserta didik membentuk kelompok pengamatan dengan bantuan media penunjang dalam model pembelajaran berbasis masalah ini peserta didik dapat lebih mudah dalam pemahaman konsep materi kimia serta merangsang peserta didik untuk lebih memperluas cara pandangnya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang diteliti yaitu : (1) Apakah penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi redoks ? (2) Apakah
penerapan
group investigation
dalam model PBL dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Kimia materi redoks?
7
(3) Bagaimana respon peserta didik terhadap penerapan group investigation dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui adanya peningkatan dalam penerapan group investigation model pembelajaran berbasis masalah (PBL) materi redoks terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik. (2) Mengetahui adanya peningkatan penerepan group investigation dalam model PBL pada materi redoks terhadap peningkatan hasil belajar Kimia. (3) Mengetahui respon peserta didik terhadap penerapan pembelajan group investigation dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks .
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini bermanfaat
untuk menambah wawasan mengenai
penerapan group investigation dalam model pembelajaran PBL sebagai salah satu alternatif dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas.
8
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi sekolah, khususnya untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran dan peningkatan mutu sekolah tersebut. 1.4.2.2 Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengetahuan dalam proses pembelajaran, untuk lebih meningkatkan kualitas suatu materi Kimia dengan penerapan group investigation model PBL berbantuan media. 1.4.2.3 Bagi Peserta didik Pelaksanaan pembelajaran yang berbeda dari biasanya yaitu penerapan group investigation dalam model PBL, diharapkan peserta didik dapat lebih tertarik dan mudah dalam pemahaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Modal kemampuan yang diperoleh selanjutnya peserta didik dapat menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karir di lingkungan dengan kondisi yang kian hari semakin kompleks. 1.4.2.4 Bagi Peneliti Dapat mengembangkan penelitian dengan acuan hasil penelitian yang didapat untuk lebih memajukan pendidikan di Indonesia.
9
1.5 Penegasan Istilah Agar tidak menimbulkan kesalahan dalam mengartikan atau mengungkap maksud penelitian, maka perlu dijelaskan dan dibatasi pengertianpengertian yang terdapat dalam judul skripsi. 1.5.2 Implementasi Implementasi adalah kata ilmiah untuk penerapan. Penerapan adalah proses pemasangan atau pemanfaatan suatu benda agar dapat digunakan untuk dapat melakukan suatu kegiatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Mengacu pada pengertian tersebut penerapan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. 1.5.3 Group investigation Group investigation adalah suatu strategi pembelajaran dimana peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diarahkan untuk melakukan penyelidikan terkait materi yang dipelajari secara mendalam, dalam hal ini peserta didik melakukan penyelidikan mengenai penerepan materi redoks dalam kehidupan sehari-hari untuk mengetahui penyebab utama dan pencegahan yang dilakukan pada reaksi redoks yang terjadi.
10
1.5.4 Problem Based Learning (PBL) PBL atau pembelajaran yang berbasis masalah adalah pembelajaran yang dihadapkan pada masalah-masalah kontekstual yang relevan dengan materi yang dipelajari agar peserta didik dapat membangun pengetahuannya. Pelaksanaan model pembelajaran ini peserta didik diorientasikan kepada permasalahan yang kemudian dilakukan penyelidikan dan disajikan hasil penyelidikan tersebut dalam suatu karya untuk dianalisa dan evaluasi bersama. 1.5.5 Peningkatan Peningkatan merupakan perbedaan yang terjadi pada sebelum dilakukan dan setelah dilakukannya penelitian. Peningkatan untuk penelitian ini yang dimaksudkan adalah dalam hal kemampuan pemecahan peserta didik mengalami perkembangan atau lebih baik dari sebelumnya. Pengukuran untuk mengetahui tingkat peningkatan dalam kemampuan pemecahan masalah dilakukan dengan mengukur selisih hasil antara post test dan pretest. 1.5.6 Pemecahan Masalah Pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki individu untuk menghubungkan segala pengetahuan yang didapat dengan persoalan yang dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah merupakan keterampilan utama yang harus dikembangkan kepada peserta didik agar lebih analitis untuk mengambil setiap keputusan. (Herviati dkk, 2010). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini diukur dengan memberikan instrumen tes yang berupa soal uraian bermuatan indikator
11
kemampuan pemecahan masalah kepada peserta didik pada awal dan akhir pembelajaran. 1.5.7 Hasil Belajar Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh peserta didik sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai peserta didik untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima peserta didik (Samino, 2011). Penilaian hasil belajar dilakukan dengan menekankan pada hasil belajar peserta didik setelah peserta didik menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dilihat melalui tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan berbagai instrument penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang ada dalam kompetensi dasar. Aspek kognitif diukur melalui test, aspek afektif dan psikomotorik diukur dengan menggunakan lembar observasi.
12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh individu secara berulang agar memahami atau memperoleh suatu hal yang berarah positif. Menurut Lindgren, sebagaimana dikutip oleh Saptorini (2011) dalam buku yang berjudul Strategi Pembelajaran Kimia mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana seseorang mengalami perubahan tingkah laku, peningkatan kinerja, pembenahan pemikiran atau penemuan konsep-konsep dan cara-cara yang baru. Sehingga belajar merupakan usaha seseorang untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam suatu bidang dan tujuan tertentu. Sapari (2013) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar sekarang bukan hanya tentang mengingat materi yang sudah didapat sebelumnya melainkan sebuah pengalaman dan pemahaman mendasar. Haryanto (2010) menjelaskan bahwa belajar memiliki tiga teori yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif yang diamati dalam pembelajaran. Teori kontruktivisme belajar merupakan sebuah proses dimana pelajar aktif membangun ide ide baru atau konsep. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Salah satu peneliti teori pembelajaran kognitif adalah Bruner, yang
13
menekankan pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. Teori kognitif ini cukup relevan dengan pengembangan kemampuan pemecahan masalah peserta didik karena melatih peserta didik untuk mengonsep solusi permasalahan yang didapat dari informasi-informasi lingkungan maupun sumber. Beberapa pengertian dan teori tentang belajar tersebut di atas, dalam belajar terdapat juga beberapa dimensi dan indikator sebagai berikut (Ismail, 2009) : (1) Belajar ditandai dengan perubahan sikap, tingkah laku dan keterampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai dengan tujuan yang diharapkan; (2) Belajar terjadi melalui latihan dan pengamalan yang dijalani yang bersifat secara komulatif; (3) Belajar merupakan proses aktif konstrukstifyang terjadi melalui mental proses, meliputi persepsi (perception), perhatian (atention), mengingat (memory), berpikir (thinking, reasoning) memecahkan masalah. Umumnya dalam akhir kegiatan belajar diadakan suatu tes yang digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik tentang sejauh mana pemahamannya terhadap suatu materi terutama hasil belajar kognitif. Hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai tujuantujuan pengajaran yang hendak dicapai (Sudjana, 2009). Aspek-aspek hasil belajar yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu Taksonomi Bloom dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Aspek Kognitif meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintetis (synthesis), evaluasi (evaluation); (2) Aspek Afektif
14
meliputi penerimaan (receiving/attending), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organizing), karakteristik (characterization); dan terakhir (3) Aspek Psikomotorik meliputi kesiapan (set), meniru (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption), menciptakan (origination). (Solichin, 2012)
2.2 Model Pembelajaran Pembelajaran secara umum adalah segala kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk membimbing tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik (Hamdani, 2010). Kegiatan pembelajaran ini dilakukan atas dasar kesadaran setiap individu dari tidak tahu menjadi tahu tentang segala hal yang akan menjadi bekal di kehidupan. Pembelajaran merupakan bagian proses pendidikan yang berlangsung seumur hidup (life long education). Hal ini berarti bahwa usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia itu lahir sampai tutup usia, sepanjang manusia itu mampu menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya (Munib, 2011). Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran ini, guru membutuhkan model-model dalam pembelajaran. Santyasa (2007) menerangkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model-model pembelajaran akan mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan kurikulum yang diterapkan. Penerapan kurikulum 2013 terjadi perubahan dan atau pergeseran mind set, peserta didik diharapkan dapat secara aktif untuk belajar karena yang
15
ditekankan adalah keterampilan proses. Perubahan penekanan dari subject oriented ke process oriented dengan memperhatikan empat pilar pembelajaran menurut UNESCO yaitu learning to know, to do, to be and to live together sebagai modal intelektual (Saptorini, 2011). Joyce & Weil yang dikutip oleh Santyasa (2007) menjelaskan bahwa model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu (1) syntax, yaitu langkah langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam kegiatan pembelajaran, (3) principles of reaction, mengenai gambaran yang hendak menjadi perilaku guru seperti cara dalam memandang, memperlakukan, dan merespon peserta didik, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang dapat diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang hendak dicapai (instructional effects) dan hasil belajar diluar yang hendak dicapai (nurturant effects).
2.3 Model Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah adalah strategi pembelajaran peserta didik melalui permasalahan-permasalahan praktis dalam kehidupan nyata (Rubi & Zamtimah, 2010). Model pembelajaran PBL ini melatih peserta didik untuk dapat memberi solusi dari permasalahan yang muncul dengan mencari informasi data yang dapat mereka peroleh dari berbagai sumber. PBL ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar suatu proses dalam mana pembelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan belajar
16
yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran. (Suci, 2008). Teori yang dikembangkan ini mengandung dua prinsip penting yaitu (1) belajar adalah suatu proses konstruksi bukan proses menerima (receptive process), (2) belajar dipengaruhi oleh faktor interaksi social dan sifat kontektual dari pelajaran (Gisjelairs, 1996). Barrows (1996) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu (1) pembelajaran bersifat student centered, (2) pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, (3) dosen atau guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, (4) masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan problem solving, (5) informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning). Hafismuaddab (2011) mengungkapkan bahwa ada lima strategi untuk menerapkan pembelajaran berbasis masalah yaitu : (1) permasalahan sebagai kajian; (2) permasalahan sebagai penjajakan pemahaman; (3) permasalahan sebagai contoh; (4) permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses; (5) permasalahan sebagai stimulus permasalahan otentik. Peran guru, murid, dan permasalahan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan seperti pada Tabel 2.1
17
Tabel 2.1 Gambaran Peran Guru, Murid Dan Masalah Dalam Pembelajaran Model PBL Guru sebagai pelatih Peserta didik sebagai Masalah sebagai awal problem solver tantangan dan motivasi a) Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran) b) memonitor pembelajaran c) probbing ( menantang peserta didik untuk berfikir ) d) menjaga agar peserta didik terlibat e) mengatur dinamika kelompok f) menjaga berlangsungnya proses
a) peserta yang aktif b) terlibat langsung dalam pembelajaran c) membangun pembelajaran
a) menarik untuk dipecahkan b) menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari
Sumber : (Hafis, 2011)
2.4 Group Investigation Group adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti kelompok, yaitu kumpulan lebih dari dua orang yang bergabung untuk melakukan hal yang sama. Sedang investigation adalah kata yang juga berasal dari bahasa Inggris yaitu investigasi atau pengamatan. Ulfah (2014) mengungkapkan bahwa Group investigation adalah metode pembelajaran yang berbasis penemuan, metode ini sangat relevan dalam meningkatkan keterampilan proses peserta didik. Sehingga metode ini dirasa cocok oleh peneliti dalam menunjang proses pembelajaran PBL, karena memiliki tujuan akhir yang hendak dikembangkan oleh peserta didik yaitu peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Metode group investigation memiliki tiga konsep utama, yaitu : penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group (Udin, 2008). Penerapan pembelajaran dengan group investigation peserta didik diajak untuk mengamati suatu permasalahan yang dihadapi dengan teman-teman
18
sebayanya untuk mencari solusi yang sesuai berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan informasi yang diperoleh. Penelitian ini adalah proses dinamika kepada peserta didik untuk menghadapi masalah dan usaha untuk memecahkan masalah tersebut dengan tepat. Pelaksanaan group investigation dalam proses pembelajaran yaitu dengan membagi peserta didik dalam satu kelas menjadi 4 sampai 6 kelompok (Wiryadi, 2010). Setiap kelompok mendapatkan permasalahan yang sesuai dengan materi yang diajarkan, kemudian dalam pelaksanaanya ada beberapa tahapan yaitu : 1) tahap pembentukan kelompok; 2) tahapan perencanaan; 3) tahap penyelidikan; 4) tahap pengorganisasian; 5) tahap presentasi; 6) dan tahapan evaluasi. Kemal., et al, sebagaimana dikutip oleh Ulfah (2014) mengungkapkan bahwa penerapan pembelajaran tipe Group Investigation dapat memberikan dampak positif terhadap pengalaman belajar peserta didik. Pembelajaran dengan group investigation memiliki beberapa kelebihan yaitu peserta didik secara bekerjasama berlatih untuk menginvestigasi atau mengamati permasalahanpermasalahan berbeda yang ada dengan topik yang sama, pembelajaran yang dilakukan akan mengaktifkan peserta didik karena satu sama lain akan berinteraksi untuk mencari solusi tanpa memandang latar belakang tiap peserta didik, peserta didik akan dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, sehingga dengan penerapan metode group investigation ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
19
2.5 Kemampuan Pemecahan Masalah Kurikulum 2013 yang saat ini sudah dijalankan adalah mengedepankan kemandirian peserta didik dalam belajar, artinya peserta didik tidak hanya mengandalkan orang lain untuk mencerdaskan dirinya. Peserta didik tahu apa yang sedang dipelajari, apa yang telah dipelajari dan apa yang harus dipelajari. Pelajaran kimia pada materi reaksi oksidasi dan reduksi misalnya peserta didik dapat menganalisis sendiri mengenai materi tersebut, apa yang sudah diketahui dan yang perlu diperdalam, serta dapat memilah intisari materi yang akan dipelajari. Implementasi pelaksanaan kurikulum 2013 ini, maka kemampuan pemecahan masalah peserta didik ini harus mulai diberikan. Kemampuan pemecahan masalah berarti kecakapan menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang baru dikenal (Hertiavi
dkk,
2010).
Kegiatan
pembelajaran
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah , maka akan melatih peserta didik untuk mencari solusi dari materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan sebelumnya sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya. Secara otomatis peserta didik akan mampu menyelesaikan masalahmasalah serupa ataupun berbeda dengan baik karena peserta didik sudah mendapat pengalaman konkret dari permasalahan terdahulu (Trianto, 2007) Kegiatan belajar mengajar juga mengandung permasalahan yang hendak dipecahkan oleh peserta didik atau sekelompok peserta didik yaitu sutu pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Dalam aktivitas sehari-hari
20
kemampuan ini juga berguna bagi peserta didik, karena dalam kehidupan tak terlepas dari permasalahan, sehingga ada bermacam solusi yang menjadi pegangan peserta didik dalam memecahkan masalah tersebut. Guru yang mengajarkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik berarti menjadikan peserta didik lebih analitis dalam mengambil keputusan dalam kehidupan nyata (Herviati dkk, 2010). Ini berarti peserta didik diharuskan untuk mencari solusi permasalahan dengan mencari referensi, informasi yang relevan, menganalisis informasi, mengumpulkan data, meneliti kembali data dan kemudian menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi. Gagne menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Gelar & Munasprianto (2008) bahwa dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah terdapat lima langkah yang harus dilakukan, sebagai berikut : … menyajikan masalah dalam bentuk lebih jelas; menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional; menyusun hipotesishipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk digunakan dalam memecahkan masalah itu; mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasil; mengecek atau memeriksa kembali apakah hasil yang didapat sudah benar atau memiliki solusi pemecahan yang lebih baik. (Gelar&Munasprianto, 2008) Kimia merupakan mata pelajaran yang terkait dengan isu-isu lingkungan
sekitar,
sehingga
dalam
pembelajarannya
haruslah
dapat
menyelaraskan dengan fenomena yang ada. Seperti halnya dalam materi redoks, banyak persoalan dikehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi ini untuk dilakukan suatu pemecahan agar dapat diberikan solusinya. Perkaratan atau peristiwa korosi pada besi misalnya yang dibiarkan begitu saja sehingga terjadi
21
kontak langsung dengan air dan oksigen, hal inilah yang merupakan penyebab utama terjadinya korosi. Peristiwa korosi atau perkaratan tersebut merupakan salah satu contoh persoalan terkait redoks dalam kehidupan sehari-hari yang dibutuhkan suatu pemecahan yang realistis untuk melakukan pencegahannya. Perkembangan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam kurikulum merupakan hal yang diperhatikan sehingga penyilidikan masalah kimia dalam setiap pokok bahasan diperlukan, dalam hal ini peran guru begitu penting. Pentingnya peran Guru dalam memngembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah dengan aktivitas selama pembelajaran, misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan selama kegiatan belajar secara berkelanjutan dan efektif dapat merangsang peserta didik untuk mencari penyelesaian yang tepat. Apabila peserta didik dirasa kurang memahami atau kesulitan dalam mencari solusi, guru dapat menuntun peserta didik dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan acuan sebagai motivasi peserta didik atau bisa juga peserta didik melakukan kegiatan diskusi dengan beberapa teman kelasnya untuk mencari penyelesaian dari permasalahan yang terjadi. Dengan demikian pemberian otonomi seluas-luasnya kepada peserta didik dalam berpikir untuk menyelesaikan permasalahan dapat menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah dan berpikir strategis secara optimal (Herman, 2008).
2.6 Tinjauan Tentang Konsep Redoks Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) banyak ditemukan dikehidupan seharihari, maupun dalam industri. Beberapa contohnya yaitu perkaratan logam, reaksi
22
pembakaran, reaksi respirasi, dan proses pengolahan logam dari bijihnya. Pengertian oksidasi dan reduksi sendiri telah mengalami perkembangan, seiring dengan kemajuan ilmu kimia. Pada awalnya, reaksi oksidasi-reduksi dikaitkan dengan pengikatan dan pelepasan oksigen, kemudian dikembangkan menjadi proses serah-terima elektron dan perubahan bilangan oksidasi. 2.6.1 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Reaksi Terhadap Oksigen Reaksi
antara
Mg
dan
O2
merupakan
contoh
reaksi
penerimaan/pengikatan oksigen disebut reaksi oksidasi. Ini berarti bahwa zat yang mengalami oksidasi adalah Mg. Reaksi ini dapat ditulis sebagai berikut : 2Mg (s) + O2(g)
2MgO (s)
Sebaliknya reaksi yang mengalami pelepasan oksigen disebut reaksi reduksi. Contoh : PbO (s) + CO (g)
Pb (s) + CO2 (g)
2.6.2 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Transfer Elektron Tidak semua reaksi kimia melibatkan oksigen, sehingga butuh konsep lain untuk menjelaskan salah satunya dengan serah-terima elektron. Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah proses penangkapan electron. Sedangkan oksidasi adalah proses pembebasan electron. Contoh : a) Penangkapan elektron (reduksi)
Zn2+ + 2e- Zn
b)
Cu Cu2+ + 2e-
Pembebasan electron (oksidasi)
23
2.6.3 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi Bilangan oksidasi adalah besarnya muatan yang diemban oleh sutu atom dalam suatu senyawa, jika semua electron ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih elektronegatif. Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah peristiwa penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan oksidasi adalah persitiwa naiknya bilangan oksidasi. Contoh :
Oksidasi 0 Cr2O3 (aq) + 2Al (s) +3
+3 2Al2O3 (aq) + 2Cr (s) 0
Reduksi Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jadi, sebagian dari zat itu mengalami oksidasi dan sebagian lagi mengalami reduksi. Contoh : 3I2 + 6KOH 0 reduksi
5KI + KIO3 + 3H2O -1 +5
oksidasi Pada reaksi ini I2 mengalami penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. sehingga reaksi ini disebut reaksi autoredoks. Kebalikan reaksi disproporsionasi adalah reaksi konproporsionasi, yaitu reaksi redoks yang mana hasil reduksi dan oksidasinya sama.
24
Contoh :
Pada rekasi ini, H2S berfungsi sebagai reduktor, sedangkan SO2 sebagai oksidator. Sedangkan untuk unsur S merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi. (Purba, 2007) 2.6.4 Penerapan Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-hari Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, seperti di bawah ini : a.
Reaksi redoks dalam pengolahan logam Reaksi redoks ini diterapkan pada proses setelah dipisahkan dari batu reja
(karang) baik secara kimia maupun fisika yang kemudian dipekatkan menjadi bijih pekat. Bijih pekat tersebut direduksi dengan zat pereduksi yang paling tepat. Contoh : 3 C(s) + 4 Al3+(l) + 6 O2-(l) 4 Al(s) + 3 CO2(g) +3
0
25
b.
Reaksi redoks pada sel aki Pada saat aki digunakan terjadi reaksi redoks, di mana Pb mengalami
reaksi oksidasi membentuk PbSO4 dan PbO2 mengalami reaksi reduksi membentuk PbSO4 Reaksi penggunaan sel aki adalah sebagai berikut :
26
c.
Reaksi redoks pada pengolahan air limbah Konsep reaksi redoks sering dimanfaatkan dalam proses pengolahan air
limbah. Di dalam suatu tempat pengolahan, limbah dilewatkan pada serangkaian sekat dan ruangan yang di dalamnya dilakukan beberapa proses, termasuk proses kimia untuk mengurangi kotoran dan zat racun. Pada umumnya, proses pengolahan air limbah terdiri dari tiga fase pengolahan utama, yaitu primer, sekunder, dan tersier.
27
2.7 Kerangka Berpikir Upaya untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh model yang diterapkan oleh guru. Model pembelajaran yang tepat akan menarik minat peserta didik untuk berperan aktif dan membuat pembelajaran menjadi berfokus pada peserta didik atau students centered. Hal inilah yang menjadi indikator penting dalam menunjang keberhasilan proses. Pengembangan cara berpikir peserta didik ini perlu dilatih dalam suatu pembelajaran dengan memberikan masalah-masalah yang dipecahkan dengan membentuk group investigation. Penerapan metode tersebut maka peserta didik akan melakukan proses dinamika untuk memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut (Ulfah, 2014). Penerapan group investigation memiliki andil besar dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik karena secara otomatis peserta didik memperoleh pengalaman yang dalam mencari solusi permasalahan dan pengetahuan secara lebih faktual. Hal ini akan merangsang pola berpikir peserta didik dalam mencari solusi dan mengambil keputusan, dorongan-dorongan ini yang kemudian mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik karena melakukan penyelidikan secara berkelompok akan terjun langsung dilapangan untuk mengatasi permasalahan terkait materi yang dipelajari. Penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah juga akan
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik jika
28
dibandingkan dengan model pembelajaran ceramah karena dengan pembelajaran yang berbasis masalah peserta didik dikaitkan dengan penerapan materi kehidupan sehari-hari serta kecerdasan dalam pengambilan keputusan untuk mencari solusi. Santoso (2011) menyatakan bahwa dengan menerapkan group investigation dalam pembelajaran memiliki beberapa manfaat yaitu (1) memiliki dampak positif dalam hasil belajar peserta didik, (2) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (3) menerapkan group investigation dalam pembelajaran membuat peserta didik saling berinteraksi dan bekerjasama didalam kelompok tanpa memandang latar belakang, dan (4) mendorong dan memotivasi peserta didik untuk aktif dalam proses belajar. Pelaksanaan group investigation dalam penelitian ini saat proses belajar mengajar pada materi redoks yaitu dengan membagi peserta didik dalam beberapa kelompok penyelidikan. Tiap-tiap kelompok penyelidikan mendapatkan tugas yang berbeda, menyelidiki tentang penerapan redoks dalam kehidupan seharihari, seperti (1) penyelidikan tentang kondisi logam pada rumah warga di tepi laut, (2) menyelidiki reaksi redoks yang terjadi pada aki mobil, (3) menyelidiki reaksi redoks yang terjadi pada saat penyambungan besi atau logam, (4) menyelidiki reaksi redoks pada pembuatan tape, (5) menyelidiki pencegahan korosi pada logam menara pemancar dan (6) menyelidiki reaksi pengolahan logam menjadi barang bernilai ekonomis. Penelitian ini menggunakan sampel dua kelas yaitu kelas X MIIA 1 sebagai kelas eksperimen dan X MIIA 3 sebagai kelas kontrol, dalam hal ini diharapkan setelah penelitian kelas eksperimen akan memperoleh hasil belajar
29
yang lebih baik dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terkait kelebihan dari penerapan metode group investigation dalam model PBL sendiri yang diterapkan pada kelas eksperimen yaitu dengan menghadapkan peserta didik dengan masalah yang ada dilingkungan sekitarnya sehingga mereka memperoleh langsung pengetahuan yang dipelajari dan pengalaman yang lebih baik juga. Selanjutnya peserta didik dalam kelompok penyelidikannya berusaha secara aktif mencari informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan secara tidak langsung ini mengaktifkan peserta didik. Sehingga dengan partisipasi aktif peserta didik ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar peserta didik bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik di SMA N 2 Batang.
30
Secara ringkas penelitian yang akan dilakukan disajikan seperti pada Gambar 2.1 berikut : Fakta di sekolah : Pembelajaran kimia masih berpusat pada guru Minat peserta didik dalam pembelajaran Kimia masih kurang Peserta didik yang tuntas KKM kurang dari 25% Dalam pembelajarannya peserta didik masih kurang terlibat aktif
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah : 1. Memahami masalah 2. Merencanakan penyelesaian 3. Melakukan perhitungan 4. Penalaran logis 5. Menemukan suatu pola 6. Pengecekan kembali
Seharusnya di sekolah : Pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, guru hanya sebagai fasilitator Kegiatan pembelajaran yang digunakan harus dilengkapi metode lain untuk mengaktifkan peserta didik Peserta didik merasa antusias dan senang dalam pembelajaran Kimia
Kemampuan pemecahan masalah peserta didik harus dilatih agar berkembang
Pembelajaran dengan berbasis Masalah (PBL)
Sintak PBL : 1. Orientasi pada masalah 2. Mengorganisasikan kegiatan belajar 3. Penyelidikan mandiri 4. Menyajikan karya 5. Analisis & evaluasi
Implementasi Group Investigation dalam model PBL pada Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik SMAN 2 Batang Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian
31
3.8 Hipotesis Mengacu dari latar belakang yang ada dan teori yang mendasari penelitian ini, maka hipotesis yang dapat ditarik adalah : (1) Implementasi group investigation dalam pelaksanaan model PBL materi Redoks dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang. (2) Implementasi group investigation dalam model PBL pada materi Redoks dapat meningkatkan hasil belajar Kimia peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang. (3) Implementasi group investigation dalam pelaksanaan model PBL materi Redoks dapat memberikan respon positif kepada peserta didik dalam pelajaran Kimia kelas X SMA Negeri 2 Batang.
32
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 2 Batang pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015
3.2
Subyek Penelitian
3.2.1 Populasi Populasi adalah obyek atau subyek yang memiliki karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian eksperimen ini harus memenuhi prasyarat homogenitas dan normalitas, gunanya untuk kemudahan dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak diberikan. Kesamaan ciri yang dimaksud dalam populasi ini meliputi kurikulum, materi pelajaran, kemampuan guru, jam pelajaran serta rata-rata hasil belajar awal yang sama. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MIA SMAN 2 Batang yang terbagi dalam empat kelas pararel. Daftar kelas dan jumlah peserta didik dalam populasi ini disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Jumlah peserta didik populasi kelas X SMA Negeri 2 Batang Nomor Kelas Jumlah Peserta didik 1 2 3 4
X MIIA 1 X MIIA 2 X MIIA 3 X MIIA 4 Jumlah
36 36 36 36 144
33
3.2.2 Sampel Berdasarkan populasi tersebut diambil sampel untuk pelaksanaan penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010) 3.2.2.1 Sampling Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu metode yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi sedemikian rupa sehingga anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Penentuan 2 kelas sebagai sample (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dengan teknik cluster random sampling ini dilakukan secara acak dengan pertimbangan populasi yang ada terbagi dalam kelas-kelas yang berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama dengan data yang diambil dari nilai mid semester ganjil mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 2 Batang. Metode yang digunakan adalah metode undian karena jumlah populasi kecil yaitu 4 kelas. Dari hasil undian tersebut didapatkan dua kelas yaitu kelas X MIIA 1 dan X MIIA 3 sebagai kelas sampel. Dari kedua kelas tersebut, satu sebagai kelas pembanding (kontrol) yaitu kelas X MIIA 3 dan yang satu sebagai kelas perlakuan (eksperimen) yaitu kelas X MIIA 1.
3.3 Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian, atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah :
34
a. Variabel bebas Variabel bebas yang digunakan yaitu metode pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL yang diterapkan pada kelas eksperimen dan metode ceramah serta diskusi biasa diterapkan pada kelas kontrol. b. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang pada materi Redoks dengan melihat hasil belajarnya serta minat peserta didik pada pembelajaran. c. Variabel kontrol Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru, kurikulum, mata pelajaran dan jumlah jam pelajaran yang sama serta bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran yang sama.
3.4 Desain Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan pretest–posttest control group design, yaitu penelitian dengan melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Desain Penelitian Eksperimen Kelas Keadaan Awal Perlakuan
Keadaan Akhir
Eksperimen
T1
X
T2
Kontrol
T1
Y
T2
35
Keterangan : X :Pembelajaran kimia dengan menerapkan group investigation menggunakan model PBL. Y :Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran ceramah dan diskusi serta praktek redoks. T1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest T2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest
Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai obyek penelitian, kelas X MIIA 1 sebagai kelas ekaperimen dan kelas X MIIA 3 sebagai kelas kontrol. Pengambilan dua kelas untuk penelitian ini sesuai dengan teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling dengan memerhatikan analisis data awal yaitu semua kelas dalam populasi berdistribusi normal, kesamaan rata-rata awal antar kelas dan homogenitas sama. Sebelum kegiatan pembelajarn dilaksanakan, masing-masing kelas diberi pretest terlebih dahulu. Selanjutnya pada kelas eksperimen dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan group investigation dengan model PBL sedangkan untuk kelas kontrol kegiatan pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan metode ceramah disertai dengan pelaksanaan percobaan sederhana. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, observer melakukan pengamatan terhadap sikap dan keterampilan peserta didik. Setelah masing-masing kelas dillaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya sebagain langkah akhir diberikan posttest dengan maksud untuk mengetahui perkembangan peserta didik (sebagai evaluasi).
36
3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Persiapan Penelitian Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut : 1. Membuat perangkat pembelajaran 2. Membuat instrumen (silabus, RPP, bahan ajar, lembar penilaian keterampilan peserta didik, lembar penilaian sikap peserta didik, lembar angket respon peserta didik, lembar penilaian kemampuan pemecahan masalah, soal pretest dan posttest) 3. Melakukan uji coba instrumen soal pretest dan posttest 4. Analisa hasil uji coba instrumen 5. Melakukan uji homogenitas dan normalitas kelas yang akan digunakan sebagai sampel penelitian. 3.5.2 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut : (1) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan group investigation dengan model PBL (pada kelas eksperimen). (a) Memberikan pretest pada peserta didik (b) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok. (c) Guru membagikan lembar tugas investigasi kepada masing-masing kelompok
37
(d) Kelompok-kelompok melakukan penyelidikan langsung dengan berkunjung di berbagai tempat seperti rumah warga tepi laut untuk mengetahui kondisi logam disana, bengkel mobil untuk mengetahui penerapan redoks pada aki, bengkel las untuk menyelidiki penerapan redoks pada penyambungan logam, pembuatan tape, dll. (e) Menyajikan hasil penyelidikan dengan membuat artikel ilmiah secara individu yang memuat hasil investigasi seperti penerapan yang dilakukan, reaksi yang terjadi, penanggulangan yang ditawarkan, teori yang mendukung serta dokumentasi. (f) Memberikan posttest (2) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan tidak menerapkan group investigation dengan model PBL (pada kelas kontrol). (a) Memberikan pretest kepada peserta didik (b) Guru menerangkan materi (c) Memberikan posttest
3.6 Teknik Pengumpulan Data a.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi dalam penilitian ini digunakan untuk memperoleh
data mengenai jumlah populasi, jumlah sampel, nama-nama peserta didik anggota sampel.
38
b. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mengungkap data tentang penerapan group investigation dalam model PBL materi konsep redoks terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang c.
Metode Observasi Metode ini digunakan untuk menilai afektif dan psikomotorik peserta
didik serta untuk mengungkap data tentang penerapan group investigation dalam model PBL untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang. d. Metode Angket atau Kuesioner Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana respon peserta didik tentang penerapan group investigation dalam model PBL pada kegiatan pembelajaran Kimia. 3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Data Awal 3.7.1.1 Uji Normalitas Analisis ini bertujuan untuk mengetahui data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk menguju kenormalan data ini adalah dengan Chi-Kuadrat. 𝑘
(Oi − Ei )2 𝜒 =∑ Ei 2
𝑡=1
Keterangan: X2 = Chi kuadrat Oi = Frekuensi hasil pengamatan Ei = Frekuensi harapan k = Banyaknya kelas interval
39
Kriteria : Tolak Ho jika χ2 data ≥ χ2
(0,95)(k-3)
atau χ2 dengan taraf
konfidensi 0,95 derajat kebebasan k-3. Dalam hal lainnya Ho diterima artinya data yang diuji berdistribusi normal (Sudjana, 2005). 3.7.1.2. Uji Homogenitas Populasi Uji ini digunakan untuk mengetahui bahwa dalam populasi memiliki homogenitas yang sama dan memiliki rata-rata yang sama. Uji kesamaan homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Rumusnya sebagai berikut: (i) Menghitung varians gabungan dari semua kelas : ∑(𝑛𝑖 − 1)𝑆𝑖2 𝑆 = ∑(𝑛𝑖 − 1) 2
(ii) Menghitung harga satuan B : 𝐵 = (𝑙𝑜𝑔𝑆 2 ) ∑(𝑛𝑖 − 1) (iii) Menghitung nilai statistik chi-kuadrat dengan rumus:
2 (ln 10)[ B (ni 1) log Si ] 2
Keterangan: Si2 S ni B χ2
= variansi masing-masing kelas = variansi gabungan = banyaknya anggota dalam kelas/kelas = koefisien Bartlett = harga konsultasi homogenitas sampel (Sudjana, 2005)
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut: H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (12 = 22 = ... = n2)
40
H diterima jika t2hitung < t2tabel (1-t)(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogenitasya sama). Uji homogenitas populasi merupakan langkah awal untuk menentukan teknik pengambilan sampel. Apabila populasi homogenitasnya sama, maka pengambilan sampel yang tepat adalah cluster random sampling, sedangkan apabila populasi tidak homogenitas maka dapat menggunakan teknik purposive sampling. 3.7.1.3. Uji Kesamaan Rata-Rata Antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA) Uji Anava dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan awal populasi sama atau tidak (Sudjana, 2002). Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi, dengan H : μ1 = μ2 =….= μk. Hipotesis diterima apabila Fhitung < Ftabel (0,95) (k-1) (n-k). Perhitungan menggunakan rumus berikut:
𝐹=
𝐴𝑦/(𝐾−1) 𝐷𝑦/ ∑(𝑛−𝐾)
Dengan: (i) Jumlah kuadrat rata-rata (Ry) (∑ X)2 n (ii) Jumlah kuadrat antar kelas (Ay) Ry =
Ay =
(∑ Xi)2 ni
− RY
(iii) Jumlah kuadrat total (Jk tot) JK tot = ∑ Xi2 Jk tot = jumlah kuadrat – kuadrat (Jk) dari semua nilai pengamatan
41
(iv) Jumlah kuadrat dalam (Dy) Dy = Jk tot – Ry – Ay 3.7.2 Analisis Instrumen 3.7.2.1 Analisis Butir Soal Kognitif a. Validitas Validitas tes diketahui dengan menggunakan rumus korelasi point biserial, dengan rumus sebagai berikut. 𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 =
𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝 √ 𝑆𝑡 𝑞
R pbis yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus t. 𝑡=
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 √𝑛 − 2 √1 − 𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 2
Kriteria: jika t hit ˃ t tab, maka butir soal valid, dengan dk = (n-2) dan n adalah jumlah peserta didik. Setelah dilakukan perhitungan validitas tiap-tiap butir soal dihitung dengan
menggunakan
rumus
korelasi
point
biserial
kemudian
dikonsultasikan dan diperoleh t Tabel = 1,7, sehingga perhitungan validitas soal diperoleh hasil sebagai berikut : Soal valid berjumlah 37 butir soal yaitu pada nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13,15, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27,28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, dan 49. Sedangkan soal yang tidak valid berjumlah 13 butir yaitu nomor 2, 6, 9, 14, 16, 17, 18, 24, 29, 45, 47, 48, dan 50. Perhitungan analisis hasil uji coba soal pilihan ganda selengkapnya dapat di lihat pada Lampiran 11 halaman 175-176.
42
b. Reliabilitas Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus K-R21:
k
r11 1 k 1
M (k M ) kVt
Keterangan: r11 : reliabilitas instrumen, instrumen reliabel bila r11 ≥ 0,7 k : banyaknya butir soal M : skor rata-rata Vt : varians total Reliabelitas yang didapatkan sebesar 0,70 yang termasuk kedalam kriteria reliabelitas tinggi. Perhitungan reliabilitas yang selengkapnya terdapat dalam Lampiran 11 halaman 175-176. c. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p kapital), singkatan dari kata “proporsi”. Rumus mencari P adalah: IK
B JS
Keterangan: IK = Indeks kesukaran B = Jumlah peserta didik menjawab benar butir soal JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
43
Kriteria tingkat kesukaran soal uji coba instrumen disajikan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kriterian Tingkat Kesukaran Soal Interval Indeks Kesukaran 0,00-0,30 0,31-0,70 0,71-1,00
Kriteria Sukar Sedang Mudah
Berdasarkan analisis tingkat kesukaran soal dapat dikategorikan dalam beberapa kriteria, yang termasuk kriteria sukar adalah nomor 5, 7, 8, 10, 11, 13, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 33, 35, 37, 39, 41, dan 49. Butir soal yang termasuk kriteria sedang terdapat pada nomor 1, 3, 4, 15, 19, 28,30, 31, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 43, dan 44. Untuk soal yang tergolong mudah yaitu nomor 12, 27, dan 46. Perhitungan lebih lengkap mengenai tingkat kesukaran dapat di lihat pada Lampiran 11 halaman 175-176. d. Daya Beda Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya data pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Daya pembeda dinyatakan dalam rumus: D=
𝐵𝑎 𝐽𝑎
𝐵𝑏
− 𝐽𝑏
Keterangan: Ja Jb Ba Bb
: banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah :banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
44
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal uji Coba Instrumen Interval Indeks Daya Kriteria 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah 3.7.2.2 Analisis Soal Pemecahan Masalah Analisis instrumen soal ini digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Soal yang diterapkan berbentuk essay sesuai indikator ketercapain kompetensi dasar yang bervisi pada indikator kemampuan pemecahan masalah. a.
Validitas Butir Soal Instrumen dapat dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang
hendak diukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut. 𝑟𝑥𝑦 =
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌) √{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 N ∑𝑋 ∑Y ∑ 𝑋2 ∑ 𝑌2
: Koefisien korelasi antara X dan Y : Banyaknya subjek/peserta didik yang diteliti : Jumlah skor tiap butir soal : Jumlah skor total : Jumlah kuadrat skor butir soal : Jumlah kuadrat skor total (Arikunto, 2010).
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment, dengan taraf signifikansi 𝛼 = 5%. Jika 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal tersebut valid. Analisis kevalidan soal uraian ini yang terdapat sejumlah 5 butir
45
soal didapat kevalidan secara berturut-turut yaitu 0,66; 0,66; 0,77; 0,52; dan 0,60. Perhitungan kevalidan uji soal uraian terdapat pada Lampiran 12 halaman 177. b. Reliabilitas Suatu instrumen tes dapat dikatakan baik apabila instrumen tersebut dapat digunakan berulang kali dengan syarat saat pengukuran tidak berubah serta memberikan hasil tes yang sama. Reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena tes berupa soal uraian atau essay. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen tes adalah : 𝑟11 = [
𝑘 Ʃ𝜎𝑏2 ] [1 − 2 ] 𝑘−1 𝜎𝑡
Varians :
𝜎𝑡2 =
𝜎𝑏2 =
(Ʃ𝑦)2 𝑁 𝑁
Ʃ𝑦 2 −
(Ʃ𝑥)2 𝑁 𝑁
Ʃ𝑥 2 −
Ʃ𝜎𝑏2 = 𝜎12 + 𝜎22 + ⋯ … … … . +𝜎𝑛2 Keterangan : r11 : reliabilitas tes, instrumen reliabel bila r11 ≥ 0,7 k : banyaknya butir pertanyaan atau butir soal 2 Ʃ𝜎𝑏 : jumlah varians butir 𝜎𝑡2 : varians total (Ʃx)2 : kuadrat jumlah skor item (Ʃy)2 : kuadrat jumlah skor total N : banyaknya subjek pengikut tes (Arikunto, 2002)
46
Kriteria pengujian tes yaitu setelah didapat harga r11 dan harga r11 tersebut ≥ 0,7, maka soal tersebut reliabel. Setelah melakukan analisis data butir soal diperoleh harga reliabilitas sebesar 0,80. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 12 halaman 177. c. Tingkat Kesukaran Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu disebut indeks kesukaran (difficult index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan tingkat kesukaran soal. 0,00 Sukar
1,00 Mudah
Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal adalah: 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑜𝑎𝑙
(Arifin, 2012) Untuk menginterpolasikan tingkat kesukaran soal digunakan tolak ukur sebagai berikut: Kriteria: TK = 0,00 – 0,30 (Item sukar) TK = 0,31 – 0,70 (Item sedang) TK = 0,71 – 1,00 (Item mudah) Dalam soal uraian ini untuk meneliti tingkat kemampuan pemecahan masalah dari lima soal yang diujicobakan didapatkan hasil seperti dalam Tabel 3.5 berikut, untuk analisis terdapat pada Lampiran 12 pada halaman 177.
47
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran dan Kriteria Soal Kemampuan Pemecahan Masalah 1 2 3 4 5 Nomor Tingkat 0,30 0,38 0,48 0,48 0,43 Kesukaran Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Kriteria d. Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta didik yang kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi). Logikanya adalah peserta didik yang pandai tentu akan lebih mampu menjawab dibandingkan dengan peserta didik yang kurang pandai (Arifin, 2012). Rumus untuk menentukan daya pembeda pada butir soal uraian adalah: 𝐷𝑃 =
𝑚𝑒𝑎𝑛 𝐾𝐴 − 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝐾𝐵 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠 (Arifin, 2012)
Keterangan: DP Mean KA Mean KB Skor Maks
= daya pembeda = rata-rata kelompok atas = rata-rata kelompok bawah = skor maksimum
Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda Daya Pembeda Keterangan ≥ 0,40 Sangat baik 0,30 - 0,39 Baik Cukup, soal perlu 0,20 – 0,29 perbaikan Kurang baik, soal harus ≤ 0,19 dibuang Berdasarkan analisis daya beda dalam soal uraian ini untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik didapatkan daya beda
48
pada angka 0,41 dengan kriterian sangat baik. Sehingga dengan kriteria ini soal uraian dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya mengenai daya pembeda uji soal uraian terdapat pada Lampiran 12 halaman 177. 3.7.2.3 Analisis Lembar Observasi Penilaian aspek psikomotorik dan afektif merupakan instrumen non tes, pada kedua aspek tersebut diukur dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini disusun dengan memuat indikator-indikator terkait keterampilan pada kurikulum yang berlaku. Tahap selanjutnya diukur validitas dan reliabilitas pada tiap aspekya sama dengan langkah sebagai berikut : a. Validitas Lembar Observasi Lembar observasi akan dikatakan valid apabila validitas isi telah divalidasi oleh pakar menggunakan lembar validasi, (Mardapi, 2008). b. Reliabilitas Lembar Observasi Lembar observasi akan reliable jika r11 ≥ 0,70 menggunakan rumus inter raters reliability:
𝑟11 =
𝑉𝑝 − 𝑉𝑒 𝑉𝑝 + (𝑘 − 1)𝑉𝑒
Keterangan: r11
= reliabilitas ≥ 0,70
Vp
= varian persons/responden/testee
Ve
= varian eror
k
= jumlah rater/observer (Mardapi, 2008)
Lembar observasi dalam penelitian ini ada dua jenis, yang pertama yaitu untuk lembar observasi untuk mengukur ketercapaian aspek afektif atau sikap
49
peserta didik diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,75 perhitungan reliabilitas ini terdapat pada Lampiran 35 halaman 202. Kedua adalah lembar observasi untuk mengukur ketercapaian aspek keterampilan atau psikomotorik peserta didik dalam analisisnya diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,71 untuk perhitungan selengkapnya mengenai reliabilitas lembar observasi psikomotorik ini dapat dilihat pada Lampiran 37 halaman 205. 3.7.2.4 Analisis Lembar Angket Analisis lembar angket ini digunakan untuk mengetahui dan atau mengukur tingkat respon dan minat peserta didik terhadap pembelajaran dengan penerapan group investigation dalam model PBL pada materi Redoks. Tiap aspek dari pembelajaran kimia dengan menerapkan metode group investigation dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap indikator dalam kelas eksperimen. Dalam menganalisis data yang berasal dari angket bergradasi atau berperingkat satu sampai dengan lima, peneliti menyimpulkan makna setiap alternatif sebagai berikut: 1) “Sangat setuju” menunjukkan gradasi paling tinggi. Untuk kondisi tersebut diberi nilai 5 2) “Setuju”, menunjukkan peringkat lebih rendah dibandingkan dengan kata “Sangat”. Oleh karena itu kondisi tersebut diberi nilai 4 3) “Biasa Saja”, karena berada dibawah “Setuju”, diberi nilai 3 4) “Tidak Setuju” yang berada di bawah “Kurang Setuju”, diberi nilai 2 5) “Sangat Tidak setuju” yang berada dibawah “Tidak Setuju”, diberi nilai 1.
50
Besarnya presentase tanggapan peserta didik dihitung dengan rumus: Rata - rata nilai tiap aspek
Jumlah nilai Jumlah responden
Tiap aspek dalam penilaian angket dapat dikategorikan sangat tinggi jika rata-rata nilai 3,4 – 4,0, kategori tinggi jika rata-rata nilai 2,8 – 3,4, kategori sedang jika rata-rata nilai 2,2 – 2,8, kategori rendah jika rata-rata nilai 1,6 – 2,2, dan kategori sangat rendah jika rata-rata nilai 1,0 – 1,6 a. Validitas Lembar Angket Angket akan dikatakan valid apabila validasi isi dilakukan oleh pakar dan dikatakan valid menggunakan lembar validasi angket, (Mardapi, 2008). b. Reliabilitas Angket Reliabilitas angket dapat dihitung menggunakan rumus α-Cronbach sebagai berikut: 𝑟11
𝑛 ∑𝑆𝑖 2 =( ) {1 − } 𝑛−1 𝑆𝑡 2
Keterangan: r11 = reliabilitas, instrument reliabel bila r11 ≥ 0,7 n = jumlah soal Si2 = varian butir soal 2 St = varian total (Mardapi, 2008) Analisis reliabilitas angket dalam penelitian ini memperoleh harga 𝑟11 sebesar 0,85. Reliabilitas yang diperoleh tersebut sudah sesuai dengan kriteria tingkat reliabel instrumen. Analisis reliabilitas lembar angket selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 57 halaman 227.
51
3.7.3 Analisis Data Akhir 3.7.3.1 Uji Normalitas Data Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Rumus yang digunakan untuk menguju kenormalan data ini adalah dengan Chi-Kuadrat. 𝑘
(Oi − Ei )2 𝜒 =∑ Ei 2
𝑡=1
Keterangan: χ2 = Chi kuadrat Oi = Frekuensi hasil pengamatan Ei = Frekuensi harapan k
= Banyaknya kelas interval
Kriteria : Tolak Ho jika χ2 data ≥ χ2
(0,95)(k-3)
atau χ2 dengan taraf
konfidensi 0,95 derajat kebebasan k-3. Ho diterima artinya data yang diuji berdistribusi normal (Sudjana, 2005). 3.7.3.2 Uji Kesamaan Dua Varian Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogenitas sama) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk menentukan rumus t-test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir. Rumus yang digunakan adalah: 𝐹=
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Kriteria pengujiannya adalah: 1. Jika FHitung ˃ F0,5α(n1-1)(n2-1), berarti varians kedua kelas sampel berbeda. 2. Jika FHitung ˂ F0,5α(n1-1)(n2-1), berarti varians kedua kelas sampel sama.
52
3.7.3.3. Uji Average Normalized Gain
Uji ini dilakukan untuk menguji peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan menggunakan rumus N-gain. 𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Kategori peningkatannya adalah sebagai berikut : g tinggi
= N-gain > 0,7
g sedang = 0,7 > N-gain > 0,3 g rendah
= N-gain < 0,3
3.7.3.4 Uji Hipotesis a. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Uji hipotesis dilakukan dengan statistik satu pihak, yaitu pihak kanan dengan rumus uji t. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (Sudjana, 1996) Berdasarkan uji kesamaan dua varian : i)
Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda (S12 = S22) digunakan rumus t.
x1 x 2
t hitung s
1 1 n1 n2
dengan
s2
n1 1s12 n2 1s2 2 n1 n2 2
ii) Jika dua kelas mempunyai varians yang berbeda (S12 ≠ S22) digunakan Rumus t’.
53
x1 x2
𝑡 ′ ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=
2 2 √(𝑆1 ⁄𝑛 ) + (𝑆2 ⁄𝑛 ) 1 2
Keterangan : x1 = rata-rata post test kelas eksperimen x2 = rata-rata post test kelas kontrol n1 = jumlah peserta didik kelas eksperimen n2 = jumlah peserta didik kelas kontrol s1 = simpangan baku kelas eksperimen s2 = simpangan baku kelas kontrol s = simpangan baku gabungan b. Uji Korelasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan group investigation dalam model PBL pada kelas eksperimen dan ceramah serta diskusi pengamatan percobaan sederhana pada kelas kontrol. Penelitian dapat dikatakan signifikan jika hasil 𝑟𝑏 > 1,96 x 𝑆𝐸𝑟 . Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji koefisien korelasi biserial. 𝑟𝑏 =
(𝑌1 − 𝑌2 )𝑝. 𝑞 𝑢. 𝑠𝑦
Keterangan: rb = koefisien korelasi biserial Y̅1 = rata-rata variable Y yang didapat karena kategori pertama Y̅2 = rata-rata variable Y yang didapat karena kategori kedua sy = simpangan baku untuk semua nilai Y p = proporsi pengamatan yang ada di dalam kategori pertama q = proporsi pengamatan yang ada di dalam kategori kedua u = tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q.
54
c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi disebut koefisien penentu karena varian yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel bebas. Harga koefisien determinasi adalah rb2, sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui. Koefisien determinasi = rb2 . 100% Keterangan: rb2 = indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb koefisien korelasi biserial.
55
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Batang pada bulan
Maret-April, maka hasil penelitian disajikan dalam bentuk hasil analisis data tahap awal, dan hasil analisis data tahap akhir. 4.1.1 Analisis Data Tahap Awal 4.1.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan diambil sampelnya. Suatu data dikatakan normal jika χ2hitung < χ2Tabel . Hasil uji normalitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Populasi Awal 2 2 No Kelas 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Distribusi
1.
X MIIA 1
3,38
7,81
Berdistribusi normal
2.
X MIIA 2
7,69
7,81
Berdistribusi normal
3.
X MIIA 3
7,07
7,81
Berdistribusi normal
4.
X MIIA 4
3,24
7,81
Berdistribusi normal
Sumber : Data Primer Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2hitung untuk setiap data kurang dari χ2Tabel dengan dk = 4 dan α = 5% maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini berarti bahwa data populasi berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Hasil uji normalitas disajikan pada Lampiran 14 – 17 dengan halaman 179-182.
56
4.1.1.2 Uji Homogenitas Populasi Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dalam penelitian ini homogenitas atau tidak. Dalam penelitian ini jumlah kelas yang diteliti ada dua kelas. Setelah data homogen selanjutnya akan dilakukan analisis uji kesamaan rata-rata populasi baru diambil sampel dengan teknik cluster random sampling. Uji kesamaan varians dari k buah kelas ( k > 2 ) populasi digunakan dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu populasi dikatakan homogen jika 2 2 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi 2 Data 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Nilai mid semester gasal Sumber : Data Primer
1,91
2 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Kriteria
3,84
Homogen
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2hitung kurang dari 2 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan dk = 3 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan Ho diterima. Hal ini
berarti bahwa keempat populasi mempunyai varians yang sama (homogen). Perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 18 dengan halaman 183. 4.1.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Populasi Dalam Kelas (Uji Anava) Uji kesamaan rata-rata dalam kelas atau Uji Anava dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan awal populasi sama atau tidak (Sudjana, 2002). Dalam penelitian ini terdapat empat kelas reguler X MIIA 1 – X MIIA 4. Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi, dengan H : μ1 = μ2 =….= μk. Hipotesis diterima apabila Fhitung < Ftabel (0,95) (k-1) (n-k). Hasil uji kanava dapat dilihat pada Tabel 4.3.
57
Tabel 4.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Dalam Kelas (Uji Anava) JK Sumber Variasi Dk KT F 1 288548.03 288548.03 Rata-rata 3 2676.02 892.01 Antar Kelompok 140 40928959.95 292349.72 0.003 Dalam Kelompok 144 41550916 Total
Berdasarkan analisis tersebut diperoleh bahwa Fhitung sebesar 0,003 < Ftabel sebesar 2,57. Sehingga dapat dikatakan bahwa didalam populasi tidak terdapat perbedaan yang signifikan maka Ho diterima. Selanjutnya dapat dilakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan uji kesamaan rata-rata kelas dalam populasi dapat di lihat pada Lampiran 19 dengan halaman 184. 4.1.1.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi Uji kesamaan varians bertujuan mengetahui apakah data populasi mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data populasi mempunyai varians yang sama pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung < FTabel. Hasil pangujian data populasi terangkum dalam Tabel 4.4 Tabel 4.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi Data Ftabel Fhitung Keterangan X MIA 1 – 1,96 1,52 Varians sama X MIA 4 Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel sehingga Ho diterima yang berarti bahwa populasi mempunyai varians yang tidak berbeda. Perhitungan uji kesamaan dua varianas data populasi terdapat pada Lampiran 20 halaman 186.
58
4.1.2
Analisis Data Tahap Akhir Analisis data tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah
dikemukakan. Data yang digunakan dalam analisis tahap akhir adalah pre-test dan tes akhir (post-test) pemahaman konsep serta keterampilan proses sains. Jadi dilihat perbandingan langsung hasil post-test antara kelompok eksperimen dan kontrol setelah pembelajaran selesai. Pada analisis tahap akhir dilakukan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji perbedaan dua rata-rata, analisis terhadap pengaruh antar variabel, penentuan koefisien determinasi, N-Gain, analisis lembar observasi dan analisis angket. Hasil post-test pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Sedangkan hasil post-test selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27 dengan halaman 193. Tabel 4.5 Data Post-test Hasil Belajar Materi Redoks Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N 36 36 Rata-rata 65.18 52.86 SD 4.98 6.93 Nilai Tertinggi 77 72 Nilai Terendah 52 43 Jumlah yang Tuntas 2 0 Aspek Psikomotorik 93% 87.96% Aspek Afektif 96.43% 91.96% Sumber : Data Primer
59
Tabel 4.6 Data Post-test Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Redoks
N Rata-rata SD Nilai Tertinggi Nilai Terendah Jumlah yang Tuntas Sumber : Data Primer
Kelas Eksperimen 36 70.64 6.41 82 55
Kelas Kontrol 36 62.86 8.92 80 47
15
6
Berdasarkan data hasil postest seperti tabel tersebut di atas, terlihat bahwa kelas eksperimen memperoleh hasil postest lebih baik daripada kelas kontrol baik itu pada postest hasil belajar maupun peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Hal ini membuktikan bahwa penerapan group investigation dalam model PBL memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah. 4.1.2.1 Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Hasil Belajar Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data pre-test dan post-test dapat disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Hasil Belajar 2 Uji Normalitas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 Dk Keterangan 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kelas Kelas Eksperimen Kontrol Berdistribusi Pre-test 3 1,22 6,29 7,81 Normal Berdistribusi Post-test 3 4,53 6,85 7,81 Normal Sumber : Data Primer
60
Berdasarkan perhitungan diperoleh χ2hitung Pre-test dan Post-test kelas eksperimen masing-masing 1,22 dan 6,29; sedangkan χ2hitung Pre-test dan Post-test kelas kontrol masing-masing 4,53 dan 6,85. Untuk α = 5% dengan dk =3, diperoleh χ2Tabel =7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung < χ2Tabel sehingga Ho diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya memakai statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data pre-test terdapat pada Lampiran 23–24 halaman 189-190 dan data post-test pada Lampiran 28–29 dengan halaman 194-195. 4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah test dalam penelitian ini homogen atau tidak dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu test dikatakan 2 2 homogen jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil uji homogenitas pretest dan postest ini dapat
dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest 2 2 Uji Homogenitas 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Pre-test Post-test Sumber : Data Primer
3,31 3,73
3,84 3,84
Kriteria Homogen Homogen
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2hitung kurang dari 2 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan dk = 2 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa pre-test dan
post-test dalam penelitian ini berhomogenitas. Analisis uji homogenitas selengkapnya terdapat Lampiran 25 pada halaman 191 dan 30 pada halaman 196.
61
4.1.2.3 Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test Hasil Belajar Uji kesamaan dua varians bertujuan mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan post-test mempunyai varians yang sama pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung < FTabel. Hasil pangujian data pre-test dan post-test terangkum dalam Tabel 4.9 Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test Data Fhitung FTabel Keterangan Varians Tidak Pre-test 1,86 1,96 Berbeda Varians Tidak Post-test 1,93 1,96 Berbeda Sumber : Data Primer
Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung Pre-test dan Post-test masingmasing 1,86 dan 1,93, untuk α = 5% dengan dk pembilang dan penyebut = 35, diperoleh FTabel = 1,96. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel sehingga Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda. Perhitungan uji kesamaan dua varianas data hasil pre-test dan data post-test antara kelompok eksperimen dan kontrol terdapat pada Lampiran 26 dan 31 dengan letak halaman pada lembar ke 192 dan 197. 4.1.2.4 Uji Perbedaan Dua Rata-rata ( Uji Dua Pihak ) Uji perbedaan dua rata-rata ini, data dikatakan mempunyai perbedaan signifikan jika thitung > tTabel. Berdasarkan hasil uji-t, dapat dikatakan bahwa Ho diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan pada skor post-test antara kelas
62
eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikansi 5%. Hasil pengujian antara data pre test dan post-test dengan uji-t dapat dilihat dalam Tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post-Test Data thitung tTabel Keterangan Post-Test
8,66
1,99
Ada Perbedaan
Sumber : Data Primer Hasil post test terdapat perbedaan hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh implementasi group investigation dalam model PBL terhadap pemahaman konsep peserta didik. Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data post-test terdapat pada Lampiran 33 dengan halaman 199. 4.1.2.5 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan (Uji Satu Pihak) Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata pemahaman konsep peserta didik kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol, sehingga dapat pula disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam Model PBL berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Data Post Test Data
thitung
tTabel
Keterangan
Post Test
8,66
1,99
Kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol
Sumber : Data Primer Pada perhitungan uji satu pihak diperoleh thitung lebih dari tTabel dengan dk=68 dan α=5% maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti bahwa
63
rata-rata hasil pemahaman konsep peserta didik yang diberi pembelajaran dengan group investigation dalam Model PBL lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran dengan Model PBL tanpa group investigation, sehingga dapat pula disimpulkan bahwa implementasi group investigation memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep. Perhitungan uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan terdapat pada Lampiran 32 halaman 198. 4.1.2.6 N-Gain Hasil Belajar Peserta didik Data hasil pretest dan postest peserta didik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan uji N-Gain untuk mengetahui kriteria peningkatannya. Analisis tersebut memperoleh hasil bahwa pada kelas eksperimen seluruh siswa mengalami peningkatan yang sedang pada hasil belajar, sedangkan pada kelas kontrol 25 dari 36 peserta didik mengalami peningkatan sedang dan sisanya menunjukan peningkatan yang rendah. Berikut pada Gambar 4.1 dan 4.2 disajikan data hasil normalitas Gain (N-gain) pada kelas eksperimen dan kontrol serta peningkatanya.
64
36
40 35 30 25 20 15 10
0
5
0
0 Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.1 Nilai N-Gain Siswa Kelas Eksperimen
25 25 20
11
15 10 5
0
0 Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.2 Nilai N-Gain Peserta didik Kelas Kontrol Tingkat pencapaian N-gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disajikan pada gambar diatas menunjukkan bahwa rata-rata normalitas Gain kelas Eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol walaupun kriteria yang didapat sama yaitu Sedang. Perhitungan normalitas gain hasil belajar ini dapat di lihat pada Lampiran 34 dengan halaman 200-201.
65
4.1.2.7 Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Lembar
observasi aspek psikomotorik peserta didik digunakan untuk
mengetahui keterampilan peserta didik dalam pembelajaran baik itu saat diskusi, presentasi dan laporan hasil diskusi/pengamatan. Pada kelas eksperimen lembar observasi psikomotorik juga dinilai dari laporan hasil percobaan sederhana dan penyelidikan sedangkan kelas kontrol pada diskusi dan pengamatan terhadap percobaan sederhan. Hasil lembar observasi aspek psikomotorik disajikan pada Tabel 4.12. Perhitungan analisis lembar observasi aspek psikomotorik ini dapat dilihat pada Lampiran 38 halaman 206-207. Tabel 4.12 Hasil observasi aspek psikomotorik Kelas Psikomotorik Eksperimen Pembagian Tugas 1 Pemecahan Masalah 0,91 Aspek Sumber Belajar 1 A Laporan Hasil Diskusi 0,89 Ketepatan Pengumpulan 0,96 Penyampaian 0,93 Aspek Saran dan Kritik 0,88 B Ketepatan Pengambilan Keputusan 1 Sumber : Data Primer
Kelas Kontrol 0,86 0,85 0,95 0,85 0,94 0,73 0,76 0,82
4.1.2.8 Analisis Lembar Observasi Aspek Afektf Lembar observasi aspek afektif yaitu ketrampilan sikap digunakan untuk mengamati sikap peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek afektif yang dinilai dalam penelitian ini mengacu pada kompetensi inti yang terdapat pada kurikulum 2013. Penilaian tiap aspeknya antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Hasil analisis lembar observasi aspek afektif ini dapat disajikan dalam Tabel 4.13 dan Lampiran 36 pada halaman 203-204 .
66
Tabel 4.13 Hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol. Afektif Kehadiran Menyampikan Pendapat Disiplin Sopan Santun Tanggungjawab Kepedulian Percaya Diri 4.1.2.9
Kelas Eksperimen 0,99 0,94 0,96 0,99 0,96 1 0,91
Kelas Kontrol 0,98 0,78 0,99 1 0,97 0,89 0,83
Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Penelitin ini disamping mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik juga untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan penerapan group investigation dalam model PBL pada kelas eksperimen dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas kontrol dengan pembelajaran model PBL biasa tanpa penerapan group investigation. Analisis kemampuan pemecahan masalah ini dilihat dari hasil pretest dan posttest yang terdapat pada soal uraian bermuatan indikator pemecahan masalah yaitu memahami masalah, penalaran logis, mengevaluasi
kembali
solusi,
menemukan
suatu
pola
dan
memperhtungkan segala kemungkinan. Analisis yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan dua varians,uji perbedaan dua rata-rata, N-Gain untuk kemampuan pemecahan masalah, analisis terhadap pengaruh antar variable dan penentuan koefisian determinasi serta analisis angket respon minat peserta didik.
67
Hasil posttest kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.14, sedangkan hasil pretest dan posttest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39 halaman 208 dan Lampiran 44 halaman 213. Tabel 4.14 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
N
Eksperimen (X MIIA 1) 36 Kontrol (X MIIA 3) 36 Sumber : Data Primer
Ratarata 70,64 62,86
SD 6,41 8,92
Nilai tertinggi 82 80
Nilai terendah 55 47
Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Berdasarkan Tabel 4.14 terihat bahwa hasil postest kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol, ini menunjukan bahwa penerapan group investigation dalam Model PBL berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik daripada pembelajaran tanpa group investigation. Penelitian ini mengambil 5 indikator pemecahan masalah
68
dari 10 indikator yang ada, 5 indikator ini terdapat dalam 5 soal uraian yaitu pada soal nomor 1 memuat indikator memperhitungkan segala kemungkinan, soal nomor 2 indikator penalaran logis, nomor 3 terdapat indikator memahami masalah, nomor 4 indikator untuk menemukan suatu pola pemecahan masalah dan nomor 5 memuat indikator kemampuan pemecahan masalah untuk mengevaluasi kembali solusi. Analisis peningkatan tiap-tiap indikator kemampuan pemecahan masalah ini dilihat dari skor tiap butir soal pada pretest dan posttest setiap peserta didik antara kelas eksperimen dan kontrol. Analisis peningkatan indikator kemampuan pemecahan masalah ini terdapat pada Lampiran 55 dan 56 halaman 225-226.
Gambar 4.4 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik Kelas Eksperimen
69
Gambar 4.5 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik Kelas Kontrol Berdasarkan dua gambar di atas diketahui bahwa di kelas eksperimen
peningkatan
tiap
indikator
kemampuan
pemecahan
masalahnya lebih baik daripada peningkatan yang terdapat dalam kelas kontrol. Kecuali pada indikator nomor 3 yaitu memahami masalah pada kelas kontrol persentase peningkatannya lebih baik daripada kelas eksperimen karena di kelas kontrol setiap permasalahan didiskusikan bersama sedangkan pada kelas eksperimen permasalah dipecahkan sendiri berdasarkan penyelidikan di lapangan. 4.1.2.10 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistic parametrikatau nonparametrik. Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan pemecahan masalah data pretst dan posttest dapat disajikan pada Tabel 4.15.
70
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah 2 Uji Normalitas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 Dk Keterangan 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kelas Kelas Eksperimen Kontrol Berdistribusi Pre-test 3 7,13 3,69 7,81 Normal Berdistribusi Post-test 3 5,27 1,45 7,81 Normal Berdasarkan perhitungan diperoleh χ2hitung Pre-test dan Post-test kelas eksperimen masing-masing 7,13 dan 5,27; sedangkan χ2hitung Pre-test dan Posttest kelas kontrol masing-masing 3,69 dan 1,45. Untuk α = 5% dengan dk =3, diperoleh χ2Tabel =7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung < χ2Tabel sehingga Ho diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya memakai statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data pre-test dan data post-test terdapat pada Lampiran 40-41 halaman 209-210 dan Lampiran 45-46 pada halaman 214-215. 4.1.2.11 Uji Homogenitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah test dalam penelitian ini homogen atau tidak dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu test 2 2 dikatakan homogen jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil uji homogenitas untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pre-test dan Post-test 2 2 Uji Homogenitas 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Kriteria
Pre-test 2,1437 3,84 Homogen Post-test 3,7428 3,84 Homogen Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh Sumber: χ2hitung Data kurang dari Primer 2 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan dk = 2 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa pre-test dan
71
post-test untuk tingkat kemampuan pemecahan ,asalah peserta didik dalam penelitian ini berhomogenitas. Lampiran 42 dan 47 halaman 211 dan 216. 4.1.2.12 Uji Kesamaan Dua Varians Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Uji kesamaan dua varians bertujuan mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan post-test kemampuan pemecahan masalah pada soal uraian pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol mempunyai varians yang sama pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung < FTabel. Hasil pangujian data pre-test dan post-test terangkum pada Tabel 4.17 Tabel 4.17. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test Data Fhitung FTabel Keterangan Pre-test 1,64 1,96 Varians Tidak Berbeda Post-test 1,93 1,96 Varians Tidak Berbeda Sumber : Data Primer Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung Pre-test dan Post-test masingmasing 1,64 dan 1,93; untuk α = 5% dengan dk pembilang dan penyebut = 35, diperoleh FTabel = 1,96. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel sehingga Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda. Perhitungan uji kesamaan dua varians data hasil pre-test dan data post-test kemampuan pemecahan masalah antara kelompok eksperimen dan kontrol terdapat pada Lampiran 43 halaman 212 dan Lampiran 48 halaman 217. 4.1.2.13 Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji Dua Pihak) Pada uji ini data dikatakan mempunyai perbedaan signifikan jika thitung > tTabel. Berdasarkan hasil uji-t, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan
72
pada skor post-test soal uraian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikansi 5%. Hasil pengujian antara data pre test dan post-test dengan uji-t dapat dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.18. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Post-Test Soal Uraian Data thitung tTabel Keterangan Post-Test
4,25
1,99
Ada Perbedaan
Sumber : Data Primer Pada hasil post test soal uraian terdapat perbedaan hasil kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen dan kontrol yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh implementasi group investigation dalam model PBL terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data post-test terdapat pada Lampiran 50 dengan halaman 219. 4.1.2.14 Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol, sehingga dapat pula disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam model PBL berpengaruh positif terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada Tabel 4.19. Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Soal Uraian Data thitung tTabel Keterangan Kelas eksperimen lebih baik Post Test 4,251 1,99 dari kelas kontrol Sumber : Data Primer
73
Pada perhitungan uji satu pihak diperoleh thitung lebih dari tTabel dengan dk=70 dan α=5% maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang diberi pembelajaran dengan group investigation lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran dengan tanpa group investigation, sehingga dapat pula disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam model PBL memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep. Perhitungan uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan terdapat pada Lampiran 49 di halaman 218. 4.1.2.15 Harga N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Harga N-Gain untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik di kelas eksperimen sebesar 0,65 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,51. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan harga normalitas Gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol walaupun keduanya berada pada kriteria yang sama yaitu sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang menerapkan metode group investigation dalam model PBL memberikan pengaruh positif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dibanding dengan pembelajaran diskusi biasa. Selanjutnya tingkat pencapaian N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Gambar 4.6 dan Gambar 4.7. Analisis perhitungan normalitas gain selengkapnya terdapat pada Lampiran 51 halaman 220-221.
74
Gambar 4.6 Pencapain N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen
Gambar 4.7 Tingkat Pencapain N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik Kelas Kontrol 4.1.2.16 Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran group investigation dalam Model PBL pada kelas eksperimen (X MIIA 1) dan pembelajaran PBL tanpa group investigation pada kelas kontrol (X MIIA 3). Data post-test dianalisis menggunakan analisis koefisien korelasi biserial
75
untuk mengetahui adanya pengaruh dan koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya pengaruh. 4.1.2.16.1 Analisis Terhadap Pengaruh Antar Variabel Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran, yaitu penerapan metode pembelajaran group investigation dalam Model PBL di kelas eksperimen dan metode ceramah disertai diskusi pada kelas kontrol, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah peserta didik Kelas X SMA Negeri 2 Batang pada materi redoks. Untuk menentukan besarnya pengaruh pembelajaran yang menggunakan group investigation digunakan koefisien korelasi biserial. Berdasarkan data diperoleh besarnya X1 = 70,64; X2 = 62,86; Sy = 10,98; p = 0,5; q = 0,5 dan u = 0,3989 (diperoleh dari Tabel daftar E). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial pemahaman konsep peserta didik ( rb ) sebesar 0,44. Perhitungan koefisien korelasi biserial pemahaman konsep peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 52 (halaman 222) dan uji signifikansi terdapat pada Lampiran 53 (halaman 223). 4.1.2.16.2
Penentuan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk menentukan kontribusi suatu variabel bebas terhadap variabel terikat. Kontribusi dalam penelitian ini yaitu pengaruh
pembelajaran
yang
menerapkan
metode
pembelajaran
group
investigation dalam Model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik materi reaksi oksidasi dan reduksi.
76
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial pemahaman konsep ( rb ) sebesar 0,44 dan termasuk dalam kategori sedang, sehingga besarnya koefisien determinasi (KD) adalah 19,36%. Jadi besarnya pengaruh pembelajaran yang menerapakan metode pembelajaran group investigation dalam Model PBL terhadappeningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik materi reaksi oksidasi dan reduksi sebesar 19,36%. Perhitungan koefisien determinasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Lampiran 54 di halaman 224. 4.1.2.17 Analisis Angket Respon Tanggapan Peserta didik Penyebaran angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerimaan peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL materi reaksi oksidasi dan reduksi. Penyebaran angket diberikan pada kelas eksperimen pada akhir pembelajaran, dimana dalam penelitian ini diberikan di kelas X MIIA 1 SMA Negeri 2 Batang. Hasil penyebaran angket respon dapat dilihat pada Tabel 4.20.
77
Tabel 4.20 Hasil Angket Respon Peserta didik terhadap Pembelajaran SS S BS No Pernyataan 1. Saya merasa senang dan asyik mengikuti pelajaran Kimia dengan 44,4% 52,8% 2,8% melakukan investigasi secara berkelompok. 2. Dalam melakukan investigasi dan diskusi kelompok saya dan temanteman saling membantu dalam mencari 30,6 % 63,9% 5,6% penyelesaian 3. Saya belajar Kimia dengan sungguhsungguh agar nilai saya dan kelompok 52,8% 44,4% 2,8% saya baik 4. Dengan diskusi dan investigasi langsung saya merasa lebih mudah 19,4% 66,7% 13,9% memahami materi Kimia 5. Saya menyukai cara guru dalam materi dengan diskusi dan kemudian dilakukan 44,4% 50% 5,6% pembahasan 6. Saya termotivasi untuk mengikuti 8,3% 83,3% 5,6% pembelajaran Kimia selanjutnya 7. Dengan melakukan investigasi langsung saya merasawaktu diluar sekolah lebih 19,4% 55,6% 25% bermanfaat
TS
STS
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
2,8%
0%
0%
Berdasarkan Tabel hasil angket respon peserta didik yang telah terkumpul kemudian dianalisis diketahui bahwa sebesar 52,46% peserta didik menyatakan setuju bahwa dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL karena lebih menyenangkan, menarik, dan dapat membuat peserta didik lebih mudah memahami materi, hal ini dapat dilihat dari rasa ingin tahu peserta didik yang meningkat dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi untuk giat belajar. Selanjutnya peserta didik yang sangat setuju untuk menyukai penerapan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL sebesar 25,05%; untuk peserta didik yang menyatakan biasa saja dalam penerapan metode pembelajaran ini sebesar 7,97%; kategori tidak setuju 0% dan sangat tidak setuju 2,8%. Sehingga
78
dengan mengacu kepada hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik menyukai pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL karena memberikan pengaruh positif kepada peserta didik terutama dalam hal mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data awal maupun data akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol baik itu hasil belajar dalam aspek kognitif, psikomotorik dan afektif peserta didik. Hasil belajar pada kelas eksperimen dalam aspek kognitif mengalami peningkatan sebesar 0,53 berdasarkan uji normalitas Gain dengan seluruh peserta didik tergolong dalam kelompok kreteria prestasi sedang, sedangkan pada kelas kontrol peningkatan hanya sebesar 0,36 dengan peserta didik kelompok prestasi sedang 25 dari 36 peserta didik dan sisanya pada kelompok peserta didik prestasi rendah. Kelas eksperimen memberikan hasil belajar yang lebih baik dibanding kelas kontrol, hal ini dikarenakan dalam kelas eksperimen peserta didik melakukan diskusi dengan penyelidikan sehingga peserta didik dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Perlakuan berbeda dengan kelas kontrol dalam proses pembelajarannya dengan melakukan diskusi tanpa penyelidikan. Variasi perlakuan ini memberikan pengalaman yang berbeda, sehingga berpengaruh dengan pemahaman konsep materi yang didapatkan.
79
Kurikulum 2013 menilai hasil belajar peserta didik dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Sejalan dengan hasil belajar aspek kognitif begitu juga dengan aspek psikomotorik dan aspek afektif menunjukkan bahwa dalam kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Penilaian aspek psikomotorik ini dilakukan saat peserta didik melakukan presentasi solusi pemecahan masalah dari hasil diskusi yang telah dilakukan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tingkat ketercapaian ketrampilan peserta didik dalam memecahkan suatu masalah diukur dengan lembar observasi aspek psikomotorik. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada aspek psikomotorik seluruh indikator ketercapaian pada kelas eksperimen sebesar 93,17% sedangkan kelas kontrol sebesar 87,96%. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan semua indikator ketercapaian dalam aspek psikomotorik ini sudah mencapai kriteria yang tinggi baik itu pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kriteria tinggi yang tercapai ini karena peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melaksanakan diskusi untuk mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi dengan sungguhsungguh. Indikator dalam aspek psikomotorik yang perlu ditingkatkan baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator saran dan kritik, pada indikator ini peserta didik dalam memberikan saran dan kritik masih kurang sesuai dengan solusi pemecahan yang ditemukan. Kemudian untuk indikator-indikator selain saran dan kritik tingkat ketercapaian peserta didik baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah baik.
80
Ditinjau dari aspek afektif dari tujuh indikator ketercapaian dalam kelas eksperimen jauh lebih tinggi rata-rata persentase keseluruhan jika dibanding kelas kontrol yakni sebesar 96,43% dan 91,96%. Indikator kehadiran antara kelas eksperimen dan kontrol memiliki ketercapaian yang hampir sama tinggi yaitu 0,99 dan 0,98. Indikator menyampaikan pendapat dalam kelas eksperimen memiliki tingkat ketercapaian yang lebih tinggi 0,93 daripada kelas kontrol 0,78 karena pada kelas eksperimen setiap solusi pemecahan masalah mereka temukan secara mandiri sehingga setiap kelompok berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan pendapatnya. Indikator ketiga yaitu kedisiplinan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki tingkat ketercapaian yang hampir sama tinggi, begitu juga dengan indikator sopan dan santun serta indikator tanggungjawab. Selanjutnya pada indikator kepedulian kelas eksperimen memperoleh ketercapaian yang sempurna dibanding kelas kontrol 0,89 dikarenakan pada kelas eksperimen setiap anggota dalam kelompok berusaha mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi sehingga antar anggotanya memiliki rasa kepedulian yang tinggi untuk membantu mencari solusi. Kemudian indikator percaya diri pada kelas eksperimen memperoleh hasil 0,91 lebih tinggi dibanding kelas kontrol 0,83 hal ini karena pada kelas eksperimen setiap solusi yang ditemukan merupakan hasil pemikiran setiap kelompok sehingga dalam mempresentasikan jauh lebih memiliki rasa percaya diri. Analisis kemampuan pemecahan masalah dilihat dari instrumen tes yang berupa soal uraian yang bermuatan indikator pemecahan masalah. Indikator pemecahan masalah yang sesuai dalam penelitian ini ada lima yakni tingkat pemahaman terhadap suatu masalah, menemukan suatu pola pemecahan, penalaran
81
logis terhadap masalah, memperhitungkan semua kemungkinan solusi dan mengevalusi kembali solusi yang telah ditawarkan dalam diskusi. Penelitian untuk mengembangkan pemecahan masalah dengan pengaruh penggunaan artikel ilmiah di internet pada tahun 2009 menunjukkan hasil bahwa pada kelas eksperimen memperoleh tingkat hasil belajar lebih baik dibanding kelas kontrol (Supardi & Putri, 2009). Sehubungan dengan hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan artikel ilmiah di internet yang sangat beragam dapat membangun pola pengetahuan peserta didik. Pengetahuan yang diperolehpun tidak hanya mengenai konsep materi namun juga penerapannya dikehidupan sehari-hari. Berbeda dengan kelas kontrol yang bersumber pada buku paket, sehingga peserta didik dalam kelas ini kurang leluasa dalam memilih masalah untuk diselidiki (Supardi & Putri, 2009). Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini dengan memfokuskan pada langkah-langkah PBL yang selaras dengan indikator kemampuan pemecahan masalah. Indikator kemampuan pemecahan masalah yang pertama yaitu memperhitungkan semua kemungkinan pemecahan, indikator ini mengalami peningkatan yang tertinggi diantara lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil analisis uji normalitas Gain
pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 0,8
kategori tinggi, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,45 dalam kategori sedang. Peningkatan ini terjadi karena adanya faktor pendukung yang terfasilitasi yaitu dengan langkah-langkah PBL. Perlakuan awalnya dengan mengorientasikan peserta didik pada masalah. Hal ini peserta didik diberikan permasalahan yang umum dalam lingkungan sekitar seperti perkaratan pada besi. Selanjutnya yaitu
82
mengorganisasikan dalam kegiatan belajar, dalam hal ini perserta didik dalam kelompoknya berdiskusi dan bertukar informasi sebab terjadinya dan pencegahan yang dilakukan dalam peristiwa perkaratan. Perlakuan dalam langkah membimbing penyelidikan mandiri yaitu dengan memberikan tugas kelompok untuk menginvestigasi reaksi yang terjadi dalam peristiwa perkaratan pada beberapa logam serta pencegahannya. Mengembangkan dan menyajikan karya dilakukan setelah investigasi selesai, setiap kelompok merancang laporan hasil penyelidikan disertai dokumentasi untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas. Terakhir dalam langkah analisis dan evaluasi, kelompok pendengar bertugas untuk memberikan saran kritik serta pendapat kepada kelompok yang sedang presentasi sehingga solusi yang didapat lebih beragam dan baik lagi serta analisis kemampuan pemecahan masalah peserta didik berkembang. Indikator kemampuan pemecahan masalah yang kedua yaitu penalaran logis, dalam hal ini peserta didik diorientasikan pada permasalahan yang terjadi dalam dirinya yaitu proses pembakaran dalam tubuh. Pengorganisasian dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok diskusi tentang proses pembakaran glukosa didalam tubuh. Membimbing penyelidikan mandiri ini peserta didik berdiskusi serta menganalisis hubungan redoks yang terjadi dengan proses pembakaran dari beberapa literatur. Selanjutnya hasil diskusi tersebut dikembangkan menjadi sebuah karya berupa laporan hasil diskusi sesuai petunjuk guru untuk kemudian dipresentasikan. Analisis dan evaluasi dilakukan tiap kelompok kepada kelompok yang bertugas presentasi dengan pengawasan guru
83
agar pokok pembahasan tetap pada jalur. Hasilnya indikator penlaran logis ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan selisih yang tipis antara kelas eksperimen maupun kontrol. Berdasarkan uji normalitas Gain kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 0,74 kategori tinggi sedangkan kelas kontrol 0,67 dalam kategori sedang. Indikator kemampuan pemecahan masalah yang ketiga yaitu pemahaman terhadap
permasalahan.
Peserta
didik
diarahkan
kepada
permasalahan
permasalahan terkait materi redoks yang terdapat di dalam lingkungan sekitar yang beragam selain peristiwa korosi. Peserta didik diorientasikan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan redoks tidak hanya sebatas pada perkaratan pada logam. Permasalahan-permasalahan yang mereka temukan terkait redoks tersebut kemudian didiskusikan dalam kelompoknya. Selanjutnya dilakukan penyelidikan dengan beberapa sumber referensi, seperti halnya penggunaan pemutih pakaian, peristiwa fotosintesis dan pencoklatan pada apel yang telah dibelah. Hasil penyelidikan dan diskusi kelompok tersebut kemudian dipresentasikan dan di analisis serta evaluasi oleh kelompok lain serta guru agar tidak terjadi miskonsepsi. Hasil dari fasilitas perlakuan dengan PBL ini dengan analisis normalitas Gain diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 0,37 dan kelas kontrol 0,5 dalam kategori yang sama yaitu sedang. Kelas eksperimen mengalami peningkatan yang sedikit rendah daripada kelas kontrol karena perbedaan perlakuan pada langkah penyelidikan mandiri. Kelas eksperimen dalam penyelidikan secara mandiri di luar jam pembelajaran, sedangkan kelas kontrol dalam kelas dengan sumber informasi
84
dan bimbingan guru sehingga segala penjelasan permasalahan dalam pantauan guru. Indikator kemampuan pemecahan masalah selanjutnya adalah menemukan suatu pola, dengan menggunakan langkah PBL peserta didik dapat memberikan suatu gambaran atau alur pemecahan suatu masalah. Indikator ini mengalami peningkatan dalam kategori yang sedang baik pada kelas eksperimen (0,65) dan pada kelas kontrol (0,43). Langkah PBL pertama yang diterapkan adalah dengan mengorientasi peserta didik kepada masalah. Permasalahan tersebut kemudian diorganisasikan dalam kegiatan belajar seperti pada pengolahan limbah industri dengan metode lumpur aktif. Selanjutnya setiap kelompok melakukan diskusi serta investigasi mengenai permasalahan tersebut, baik itu langkah-langkah pengolahan limbah maupun prinsipnya. Hasil diskusi kelompok kemudian dibuat sebuah karya berupa laporan yang kemudian akan dianalisis serta evaluasi bersama dengan kelompok lain dan guru. Indikator pemecahan masalah kelima yakni mengevaluasi kembali solusi. Hasil analisisi normalitas Gain menyatakan bahwa pada kelas eksperimen maupun kontrol
mengalami
peningkatan
yang
sedang.
Perlakuan
awal
dengan
mengorientasikan peserta didik kepada permasalahan pencoklatan buah seperti pisang, apel dan kentang setelah dikupas dan dibiarkan begitu saja. Permasalahan tersebut diorganisasikan dalam kegiatan belajar salah satunya dengan menampilkan sebuah video. Gambaran permasalahan yang sudah ditangkap siswa kemudian dilakukan penyelidikan mandiri secara berkelomopok. Hasil diskusi kelompok dibuat sebuah karya berupa laporan pengamatan. Hasil laporan tersebut dianalisis
85
dan dievaluasi bersama dengan dampingan guru. Setiap peserta didik wajib menulis hal-hal penting terkait solusi pemecahan masalah ini, untuk menguji kembali solusi yang pernah dibahas dan untuk meningkatkan indiaktor evaluasi kembali solusi maka permasalahan ini diujikan dalam soal test. Data yang diperoleh dari nilai pretest dan postest kemudian di analisis menggunakan uji N-Gain untuk mengetahui peningkatan setiap indikatornya. Perhitungan N-Gain setiap indikator kemampuan pemecahan masalah secara umum menunjukkan peningkatan yang lebih baik pada kelas eksperimen dibanding kelas kontrol. Hasil analisis keseluruhan mengenai peningkatan kemampuan pemecahan masalah dapat disimpulkan bahwa penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Penelitian yang dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 27 Palembang tahun 2010 menunjukkan hasil yang serupa bahwa metode investigasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan tingkat keberhasilan setiap indikator minimal 60% (Anggraini, 2010). Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan melakukan penyelidikan langsung maka peserta didik akan memperoleh langsung permasalahannya sehingga akan lebih paham dalam mengambil penyelesaian yang tepat dan sesuai.
86
4.2.1
Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Batang dan
melihat analisis data yang diperoleh, maka dapat diketahui mengenai kelebihan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran group investigtion sebagai berikut : (1) Peserta didik lebih mudah dalam memahami materi karena dalam proses pembelajarannya peserta didik menggali pemahaman materi secara diskusi kelompok dan bimbingan guru. (2) Ketrampilan kemampuan pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berlatih memecahkan masalah yang ada dilingkungannya (Tawil & Liliasari, 2013) (3) Peserta didik dapat lebih percaya diri dalam membuat keputusan serta berpartisipasi aktif dalam diskusi (4) Peserta didik berlatih untuk bekerja secara kelompok sehingga berlatih bekerjasama, kekompakan dan saling tolong menolong. (5) Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran (6) Kemandirian peserta didik dalam belajar dapat terlihat, dimana peserta didik dapat mencari materi sendiri dalam pemecahan masalah dari masalah yang ditemui. Selain keunggulan, penggunaan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL juga terdapat kekurangan, antara lain:
87
(1) Menuntut kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan membangkitkan semangat berkompetisi peserta didik (2) Tempat penyelidikan yang diberikan kepada setiap kelompok kurang bervariasi, ini disesuaikan dengan kota tempat penelitian.
88
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: (1) Penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik, sesuai dengan uji t yang telah dilakukan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. (2) Penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Kimia materi redoks, berdasarkan analisi pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik memperlihatkan bahwa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Sebagian besar peserta didik memberikan tanggapan dan respon positif terhadap penerapan pembelajaran dengan metode group investigation dalam model PBL melalui pengisian angket.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan : (1) Tempat-tempat yang digunakan sebagai tugas penyelidikan pada penelitian selanjutnya lebih beragam dan lebih luas lagi, agar pengetahuan penyelidikan siswa lebih mendalam.
89
(2) Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran menentukan hasil belajar peserta didik, oleh karena itu guru disarankan mempunyai cara-cara yang tepat untuk mengaktifkan peserta didik.
90
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, L., Siroj, R.A. & Putri, R.I.I., 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1). 72-84. Arifin Z. 2012. Evalusi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. 2002a. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010b. Prosedur Penelitian (Ed Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Barrows, H. 1996. New direction for teaching and learning “Problem Based Learning medichine and beyond:A brief overbiew. Jossey Bass Publishers. Supardi, Kasmadi Imam & Putri, Indraspuri Rahning. 2010. Pengaruh Penggunaan Artikel Kimia dari Internet pada Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1). 574-581 Guo, M. 2013. Developing Critical Thinking in English Class: Culture-based Knowledge and Skills. Theory and Practice in Language Studies, 3:[3], pp. 503-507 [Tersedia di http://e-resources.pnri.go.id:2061/media] Hafismuaddab. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). [Tersedia di http://hafismuaddab.files.wordpress.com/2011/06/problem-based-learningprocess] Hamdani, M.A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV.Pustaka Setia Haryanto, 2010. Macam-macam Teori Belajar. http://belajarpsikologi.com/ [diakses 27-01-2015) Herman, T. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(1). 22-28. Hertiavi, M.A; H. Langlang & S. Khanafiyah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika 6(2010): 53-57. Ismail, S M. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Semarang: Rasail. Media Grup.
PAIKEM.
91
Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes Nontes. Yogyakarta: PT Mitra Cendekia. Munib, A. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press Nurhayati, L; K S Martini & T Redjeki. 2013. Peningkatan Kreativitas Dan Prestasi Belajar Pada Materi Minyak Bumi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Crossword. Jurnal Pendidikan Kimia, 2(4): 1-8. Nurhayati. 2013. Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar pada materi minyak bumi melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan media crossword. Mengutip dari Gentry, E. (2000). Creating Student-centered, Problembased Classrooms.Huntsville: University of Alabama. Tersedia di http://aspire.cs.uah.edu/ [diakses 15- 04- 2014] Rahayu, I P; Sudarmin & Wijanto. 2012. Penerapan Model PBL Berbantaun Media Transvisi Untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar. Chemistry in Education, 2(1). Rahayuningrum, R H. 2008. Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII F dI SMP Negeri 2 Imogiri Bantul. Peran ICT untuk Mendukung Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika. Artikel. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Rubi, A P & Zamtinah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Praktik Dasar Intalasi Listrik (PDIL) Di Smk Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Santoso, E B. 2011. Model Pembelajaran Group Investigation. http://www.raseko.co.cc [diakses pada 4 Februari 2015] Sapari. 2013. Penerapan Cooperative Learning Melalui Strategi Crossword Puzzle dalam Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Akidah Akhlak Materi Asmaul Husna Kelas IV MI Krajankulon Kaliwungu Kabupaten Kendal. Skripsi. Semarang : IAIN Walisongo Semarang Saptorini. 2011. Strategi Pembelajaran Kimia. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA Unnes Sardiman A.M. 2005. Interaksi & Motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
92
Sirhan, Ghassan. 2007. Learning Difficulties in Chemistry: An Overview. Journal of Turkish Science Education (TUSED). 4(2) Solichin, Mohammad Muchlis. 2012. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Suka Press Suci, N M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. 2(1): 74-86 Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2002a. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana. 2005b. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2011. Metoda Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan proses pembelajaran Matematika 1. Semarang: Jurusan Matematika Tawil, Muh & Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Udin S W. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Ulfah, A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Proses Ketrampilan Sains Pada Materi Koloid di SMA. Jurnal Pendidikan Kimia 3(10): 2-10. UU Nomor 20 tahun 2003. 2011. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wiryadi, Ni Ketut. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Kimia Dengan Mempertimbangkan Kreativitas Siswa (Studi Eksperimen terhadap Para Siswa SMA Dwijendra Denpasar). Jurnal Pascasarjana Undhiksa 7(1): 2841.
93
Lampiran 1. Penggalan Silabus PENGGALAN SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA MATERI REDOKS Satuan Pendidikan : SMA Kelas :X Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi dengan melakukan investigasi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami ,menerapkan, menyelidiki, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik dengan melakukan investigasi pada penerapannya sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan Kompetensi Dasar 1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud
Indikator Kompetensi 1.1.1 Peserta didik mampu mengagungkan kebesaran Tuhan YME
Materi Pembelajaran Pokok Konsep reaksi Mengamati Melakukan oksidasi penyelidikan reduksi mengenai penerapan konsep redoks
Penilaian Tugas Melakukan investigasi mengenai penerapan
Alokasi Sumber Waktu Belajar 3 mgg x Lembar 3 jp kerja siswa
94
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
1.1.2 Peserta didik mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita 1.1.3 Peserta didik mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah diberikan Tuhan YME
dikehidupan sehariredoks dalam hari semisal reaksi kehidupan seharipembakaran, kondisi hari diberbagai logam pada daerah tempat seperti pinggir laut, pada pinggir laut, bengkel bengkel las untuk las, bengkel mobil menyelidiki dll. penyambungan besi dan reaksi redoks yang terjadi serta karat besi untuk Observasi menjelaskan reaksi Sikap dan oksidasi-reduksi ketrampilan saat Melakukan diskusi melakukan berbasis masalah investigasi serta saat tentang perkembangan presentasi artikel konsep reaksi oksidasi-reduksi dan ilmiah dan hasil bilangan oksidasi lembar investigasi unsur dalam senyawa atau ion. Portofolio Melakukan percobaan Artikel ilmiah sederhana terkait Lembar investigasi materi redoks dengan Lembar hasil meletakkan logam pada beberapa larutan percobaan sederhana
Buku Kimia kelas X Berbagai sumber belajar lainnya
95
(larutan asam, larutan Tes Tertulis basa dan garam) Pemahaman konsep Menanya redoks, perubahan Mencari solusi untuk bilangan oksidasi menjawab dan aplikasi redoks permasalahn dalam dalam pemecahan penyelidikan yang masalah lingkungan. dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan di tempat penyelidikan. Mengapa besi bisa berkarat? Bagaimana menuliskan persamaan reaksinya? Bagaimana menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion? Pengumpulan data Mencatat segala informasi yang diperoleh saat melakukan penyelidikan. Mencari informasi terkait solusi untuk
96
menjawab penyelidikan yang dilakukan Merancang percobaan sederhana mengenai peristiwa korosi serta mempresentasikan hasilnya untuk mencegah misskonsepsi. Mendiskusikan hasil kajian literatur untuk menjawab pertanyaan tentang bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion. Mengasosiasi Menganalisis data untuk menyimpulkan reaksi perkaratan yang terjadi pada logam besi di berbagai jenis larutan Menuliskan reaksi korosi hasil percobaan.
97
Menyamakan jumlah unsur sebelum dan sesudah reaksi. Menuliskan reaksi serah terima elektron hasil percobaan. Menganalisis dan menyimpulkan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion. Mengkomunikasikan Menyajikan hasil percobaan sederhana .reaksi perkaratan pada logam besi Menyajikan penyelesaian penentuan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion. Melakukan pemaparan terkait hasil penyelidikan yang dilakukan.
98
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
A. Identitas Sekolah Satuan Pendidikan
: SMA Negeri 2 Batang
Kelas / Semester
:X/2
Materi Pokok
: Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi
Alokasi Waktu
: 3 x pertemuan (3 x 45 menit)
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompentensi KD dari KI 1: 1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif. Indikator : 1.1.1 Peserta didik mampu mengagungkan kebesaran Tuhan YME 1.1.2 Peserta didik mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita 1.1.3 Peserta didik mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah diberikan Tuhan YME KD dari KI 2: 2.1
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka,
mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. 2.2
Menunjukkan perilaku kerjasama,santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
99
2.3
Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan Indikator : 2.1.1 Peserta didik memiliki rasa ingin tahu 2.1.2 Peserta didik secara jujur dan bertanggungjawab mampu dalam menggunakan data untuk penyelidikan 2.1.3 Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data (mampu melakukan penyelidikan secara runtut dan konsisten terhadap langkah-langkah serta kebenaran hasil) 2.2.1 Peserta didik secara ulet mampu mencari sumber pengetahuan yang mendukung penyelesaian masalah 2.2.2 Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu bekerjasama dalam diskusi 2.2.3 Peserta didik peduli lingkungan dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar 2.3.1 Peserta didik secara responsive dan aktif mampu memecahkan setiap masalah dan mampu membuat keputusan dengan tepat dan cepat.
KD dari KI 3 3.9 Menganalisis
perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi serta
menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion. Indikator: 3.9.1 Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan reaksi redoks. 3.9.2 Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa atau ion. 3.9.3 Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari KD dari KI 4 4.9
Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan reaksi oksidasi-reduksi.
100
Indikator: 4.9.1 Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. 4.9.2 Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh materi redoks dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan investigasi diberbagai tempat seperti di bengkel mobil untuk mengetahui penerepan redoks dalam aki, dll 4.9.3 Peserta
didik
dengan
penuh
tanggungjawab
dapat
mempresentasikan hasil penyelidikan mengenai reaksi redoks.
C. Tujuan Pembelajaran 1.
Peserta didik secara sadar dapat mengagungkan kebesaran Tuhan YME dengan mempelajari materi Redoks
2.
Peserta didik dengan penuh keyakinan mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita melalui hasil investigasi
3.
Pesrta didik secara sadar mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah diberikan Tuhan YME melalui pembelajaran Redoks
4.
Peserta didik secara mandiri memiliki rasa ingin tahu terhadap materi redoks dengan melakukan investigasi di berbagai tempat.
5.
Peserta didik secara jujur dapat mengambil solusi pemecahan dengan menggunakan data yang diperoleh melalui penyelidikan
6.
Peserta didik dengan rasa percaya diri dapat mempertanggungjawabkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari penyelidikan dan percobaan sederhana dengan menyajikan karya.
7.
Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data hasil pengamatan dalam percobaan sederhana dan hasil penyelidikan dengan menyajikan sebuah karya dan laporan sederhana dengan kebenaran hasil.
8.
Peserta didik secara tekun dan ulet mampu mencari sumber informasi yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi untuk mengambil solusi
101
relevan yang mendukung penyelesaian masalah melalui diskusi kelompok. 9.
Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu melakukan kerjasama dalam diskusi kelompok untuk mengambil solusi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
10. Peserta didik secara mandiri dan sadar dapat memperdulikan lingkungan dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar dengan melakukan penyelidikan kelompok diberbagai tempat dengan potensi dan permasalahan yang berbeda. 11. Peserta didik secara responsif dan aktif mampu mengambil solusi-solusi untuk memecahkan setiap permasalahan dengan tepat dan cepat melalui diskusi dalam kelompok. 12. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi. 13. Peserta didik secara cermat dapat menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa atau ion dengan benar melalui diskusi kelompok. 14. Peserta didik secara mandiri dapat melakukan investigasi mengenai penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari seperti mengetahui kondisi logam yang terdapat pinggir laut, penerapan redoks di aki dengan menyelidiki bengkel mobil, reaksi redoks yang terjadi saat penyambungan logam dengan menyelidiki di bengkel las. 15. Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan dengan benar oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks melalui group investigation secara tepat. 16. Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil diskusi mengenai materi redoks dengan antusias. 17. Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.
102
D. Materi Pembelajaran Pertemuan Ke 1 Perkembangan Reaksi Redoks 1. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Oksigen 2. Konsep Reaksi Oksidai Reduksi Berdasarkan Elektron 3. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Pertemuan Ke 2 dan Ke 3 Bilangan Oksidasi 1. Presentasi hasil investigasi dan percobaan sederhana
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Model
: problem based learning
Pendekatan : scientific Strategi
: group investigation
Metode
: diskusi, tanya jawab dan penugasan
F. Media dan Sumber Belajar 1. Media 2. Sumber Belajar
: Laptop dan LCD. :
LKS ( lembar kerja peserta didik) Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Unggul Sudarmo. Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Michael Purba dan Sunardi. Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Arya Duta oleh Jamiludin Hidayat Buku Kimia Dasar I, Universitas Negeri Semarang oleh Kasmadi Imam Supardi dan Gatot Luhbandjono.
103
G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 (3 x 45 menit) Kegiatan Pendahuluan
Langkah
Deskripsi
PBL
Guru memberikan salam.
Alokasi Waktu 100 menit
Guru menanyakan kehadiran peserta didik. Guru mempersilahkan salah satu peserta didik memimpin doa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberikan pretest. Guru memberikan beberapa pertanyaan tentang reaksi oksidasi dan reduksi di kehidupan sehari-hari. “Anak-anak pernahkah kalian melihat menara pemancar ? terbuat dari apa pemancar tersebut ? Bagaimana jika besi tersebut mengalami korosi dan kemudian roboh ?” Inti
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok group investigation (1 kelompok terdiri dari 6 orang). Mengamati:
35 menit
104
Mengorientasi
- Guru mengarahkan salah
Peserta Didik Pada
satu siswa dari setiap
Masalah
kelompok untuk maju kedepan kelas mengambil lembar diskusi yang berisi tugas mengenai perkembangan konsep redoks.
Mengorganisasikan Kegiatan Belajar
- Guru memberikan pengantar diskusi yang berupa masalah terkait. Di sekeliling kita banyak reaksi kimia yang terjadi baik itu yang kita sadari maupun tidak, ayo sebutkan reaksi reaksi kimia yang kalian ketahui ? apakah semua reaksi yang terjadi dengan unsur yang sama ? apakah selalu dengan oksigen?. Kemudian anak-anak diberi waktu dan kesempatan untuk berdiskusi.
Membimbing
- Lembar diskusi ini berisi
Kegiatan
reaksi-reaksi kimia yang
Penyelidikan
berhubungan dengan
Mandiri
perkembangan konsep redoks. Dari reaksi-reaksi tersebut siswa
105
mengelompokkan reaksireaksi yang ada dalam jenis perkembangan reaksi redoks. Setelah semua reaksi terkelompokkan, setiap kelompok membuat dan atau mencari reaksi yang berbeda untuk menggenapi contoh tiap perkembangan reaksi redoks.
Menanya: - Peserta didik mendapat contoh mengenai salah satu penerapan redoks dilingkungan sekitar yaitu mengenai peristiwa perkaratan atau kororsi pada besi yang dibiarkan begitu saja tanpa dilakukan perlindungan. - Dari contoh penerapan redoks, peserta didik menyelidiki reaksi yang terjadi pada perkaratan besi dan kemudian menghubungkannya dengan perkembangan konsep redoks dengan
106
mencari berbagai contoh reaksi kimia lainnya. - Peserta didik mendiskusikan tugas bersama anggota kelompok dan termasuk dalam perkembangan konsep redoks apa dan mencari dan atau membuat reaksi lain yang berbeda. Pengumpulkan data: Mengembangkan
- Masing-masing kelompok
dan Menyajikan
diperkenankan mencari
Karya
informasi yang berkaitan dengan masalah atau soal yang dihadapi serta menafsirkannya, berkaitan dengan golongan perkembangan redoks dan alasannya disertai contoh lainnya. - Menuliskan jawaban atau solusi dari hasil diskusi pada kertas yang disediakan. Mengasosiasikan: - Meminta seluruh peserta didik untuk menulis semua perkembangan konsep redoks yang telah didiskusikan oleh
107
kelompok sendiri maupun kelompok teman. Serta membuat kesimpulan dari setiap perkembangan konsep redoks. - Guru dan observer melakukan penilaian ketrampilan serta penilaian afektif. Mengkomunikasikan: - Kelompok yang sudah Analisis dan Evaluasi
menyelesaikaan diskusi terlebih dahulu memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan atau membacakan hasil diskusinya didepan kelas serta memperoleh penghargaan sebagai kelompok terbaik.
Penutup
Meminta salah satu peserta didik membacakan kesimpulan yang telah dibuat. Guru melengkapi atau menyempurnakan kesimpulan dari siswa untuk mencegah tejadinya salah paham konsep.
5 menit
108
Guru memberi tugas kepada tiap-tiap kelompok memulai melakukan investigasi dengan penyelidikan yang didapat. Guru menutup pertemuan dengan do’a dan salam penutup
Pertemuan Ke 2 (3 x 45 menit) LANGKAH KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN PBL
Pendahuluan
- Guru memberikan salam. - Guru menanyakan kehadiran peserta didik. - Guru mempersilahkan salah satu peserta didik memimpin doa. - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. - Melakukan apresepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan peserta didik ke materi yang akan dipelajari. Kemarin kita sudah mempelajari perkembangan konsep redoks, sekarang kita akan mempelajari tentang bilangan oksidasi, “apa itu biloks ? bagaimana cara menentukan biloks?”. Namun
ALOKASI WAKTU 15 menit
109
sebelumnya dilakukan presentasi mengenai hasil investigasi. Inti
PRESENTASI HASIL INVESTIGASI Guru mengarahkan peserta didik untuk duduk mengelompok bersama kelompok investigasinya. Mengamati Mengorientasi
- Tugas yang diberikan oleh Guru
Peserta Didik
pada pertemuan sebelumnya
Pada Masalah
untuk melakukan penyelidikan di berbagai tempat tiap kelompoknya, mengenai penerapan redoks di kehidupan sehari-hari dan bagaimana reaksi yang terjadi serta solusi yang bisa ditawarkan dilakukan oleh peserta selama satu minggu.
Mengorganisa
- Hasil penyelidikan yang
si Kegiatan
diperoleh kemudian
Belajar
dipresentasikan secara berkelompok. Menanya - Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelidikannya secara mandiri tanpa ditunjuk. Mengumpulkan Data - Data hasil penyelidikan yang telah dilakukan kemudian dianalisis.
60 menit
110
Membimbing
Untuk menganalisis data dan
Kegiatan
menjawab identifikasi masalah
Penyelidikan
siswa diperbolehkan membaca
Mandiri
atau mencari di berbagai sumber belajar. Mengasosiasikan - Setiap kelompok dapat mempresentasikan hasil
Mengembang
diskusinya dengan bebas dalam
kan dan
berbagai bentuk hasil
Menyajikan
penyelidikan. Yang didalamnya
Karya
termuat solusi-solusi penawaran pada permasalahan yang ada. Mengkomunikasikan - Kelompok yang tidak bertugas presentasi diperkenankan untuk
Analisis dan Evaluasi
memberikan tanggapan
pendapat pada
atau
kelompok
presentasi. DISKUSI PENENTUAN BILOKS Mengamati Mengasosiasi
- Setiap kelompok mendapat lembar
Peserta Didik
diskusi yang berupa penentuan
Pada Masalah
bilangan oksidasi dengan menggunakan rumus lewis dan tingkat keelektronegatifan suatu atom. Menanya
Mengorganisa sikan
- Guru memberi arahan tentang langkah menyelesaikan diskusi ini dengan mengaitkan dan
35 menit
111
Kegiatan
mengingatkan siswa pada materi
Belajar
sebelumnya yaitu pada materi Sistem Periodik Unsur. - Guru menunjuk salah seorang
Membimbing
siswa maju kedepan kelas untuk
kegiatan
menjawab soal diskusi nomor satu
Penyelidikan
dengan tuntunan guru.
Mandiri
Mengumpulkan Data - Dalam menyelesaikan diskusi siswa diijinkan untuk mencari sumber mengenai tingkat kelektronegatifan dan nomor atom unsur dari manapun. Mengasosiasi - Jawaban hasil diskusi bukan
Mengembang
hanya mengenai biloks dengan
kan dan
rumus lewis. Namun dilengkapi
Menyajikan
juga dengan penjelasan tingkat
Karya
kelektronegatifan setiap unsurnya sehingga biloks tersebut bernilai positif ataukah negatif.
Mengkomunikasikan - Setiap kelompok perwakilan maju kedepan kelas untuk menuliskan jawaban hasil diskusinya satu nomor saja. - Kemudian hasil jawaban tiap-tiap Analisis dan Evaluasi
nomor
dari
masing-masing
kelompok dianalisis oleh Guru.
112
Penutup
- Guru mengumumkan kelompok 25 menit terbaik dalam dua diskusi ini, kemudian memberikan
sebuah
apresiasi. - Guru memberikan tugas lanjutan kepada
peserta
didik
untuk
melakukan percobaan sederhana mengenai
pengaruh
larutan
terhadap korosi. - Guru
memutarkan
langkah
percobaan sederhana yang hendak dilakukan peserta didik. - Guru menutup pertemuan dengan do’a dan salam.
Pertemuan Ke-3 (3 x 45 menit) Kegiatan Pendahuluan
Langkah
Deskripsi
PBL
Guru memberikan salam. Guru menanyakan kehadiran peserta didik. Guru mempersilahkan salah satu peserta didik memimpin doa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran di pertemuan akhir ini, yaitu untuk mengetahui hasil percobaan sederhana yang telah dilakukan oleh setiap kelompok.
Alokasi Waktu 10 menit
113
Inti
Mengamati: Mengorientasi Peserta
Didik
Pada Masalah
- Setiap perwakilan kelompok maju kedepan kelas untuk membacakan hasil percobaan sederhana yang telah diamatinya selama 3 hari. Menanya:
Mengorganisasi
- Kelompok 1 membacakan
kan Kegiatan
hasil percobaan sederhananya
Belajar
bersama kelompok 4, karena
Membimbing
yang diamati adalah hal yang
Kegiatan
sama kemudian dibandingkan
Penyelidikan
hasilnya kemudian dibahas
Mandiri
bersama. Begitu juga yang dilakukan oleh kelompok 2 dengan kelompok 5 dan kelompok 3 bersama kelompok 6. Pengumpulkan data:
Mengembangka
- Hasil pengamatan dalam
n dan
percobaan sederhana yang
Menyajikan
dilakukan selama tiga hari itu
Karya
kemudian di analisis dan dibahas. Kemudian pada bagian akhir ditarik kesimpulannya. Mengasosiasikan: - Dalam menganalisi dan membahas hasil pengamatan dikaitkan dengan materi redoks yang telah dipelajari
20 menit
114
pada perteuan sebelumnya, baik itu perkembangan konsep redoks maupun perubahan bilangan oksidasinya. Mengkomunikasikan: - Kelompok dengan Analisis dan Evaluasi
pengamatan pada objek yang sama melakukan perbandingan hasil pengamatan. Kemudian dipresentasikan hasilnya.
Penutup
Meminta salah satu peserta didik memberikan kesimpulan mengenai pengaruh jenis larutan tehadap korosi logam. Siswa mengatur tempat duduk dan memasukkan segala sumber belajar kecuali peralatan tulis. Guru melakukan posttest Guru mengumumkan kelompok terbaik untuk diskusi percobaan sederhana dan memberikan kenangan kepada murid-murid. Guru menutup pertemuan dengan berpamitan dan do’a serta salam penutup
115menit
115
H. Penilaian 1. Penilaian Pengetahuan (terlampir) 2. Penilaian Sikap (terlampir) 3. Penilaian Ketrampilan (terlampir)
Semarang,
Januari 2015
Mengetahui, Guru Pamong
Guru Praktikan
Mentari Nur Rizkyawati NIP
NIM 4301411125
116
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS KONTROL)
A. Identitas Sekolah Satuan Pendidikan
: SMA Negeri 2 Batang
Kelas / Semester
:X/2
Materi Pokok
: Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi
Alokasi Waktu
: 5 x pertemuan (1 jp x 45 menit)
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompentensi KD dari KI 1: 1.1
Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif. Indikator : 1.1.4 Peserta didik mampu mengagungkan kebesaran Tuhan YME 1.1.5 Peserta didik mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita 1.1.6 Peserta didik mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah diberikan Tuhan YME
KD dari KI 2: 2.4
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka,
mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. 2.5
Menunjukkan perilaku kerjasama,santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
2.6
Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
117
Indikator : 2.1.1 Peserta didik memiliki rasa ingin tahu 2.1.2 Peserta didik secara jujur dan bertanggungjawab mampu dalam menggunakan data hasil percobaan sederhana 2.1.3 Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data (mampu melakukan percobaan sederhana secara runtut dan konsisten terhadap langkah-langkah serta kebenaran hasil) 2.2.1 Peserta didik secara ulet mampu mencari sumber pengetahuan yang mendukung penyelesaian masalah 2.2.2 Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu bekerjasama dalam diskusi 2.2.3 Peserta didik peduli lingkungan dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar 2.3.1 Peserta didik secara responsive dan aktif mampu memecahkan setiap masalah dan mampu membuat keputusan dengan tepat dan cepat. KD dari KI 3 3.9 Menganalisis
perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi serta
menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion. Indikator: 3.9.1
Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan reaksi redoks.
3.9.2 Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa atau ion. 3.9.3 Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari KD dari KI 4 4.9
Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan reaksi oksidasi-reduksi. Indikator: 4.9.4 Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
118
4.9.5 Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh materi redoks dalam kehidupan sehari-hari dai pelaksanaan diskusi berbasis masalah seperti perkaratan dan pencoklatan pada apel. 4.9.6 Peserta
didik
dengan
penuh
tanggungjawab
dapat
mempresentasikan hasil diskusi mengenai reaksi redoks.
C. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik secara sadar dapat mengagungkan kebesaran Tuhan YME dengan mempelajari materi Redoks. 2. Peserta didik dengan penuh keyakinan mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita melalui pelaksanaan diskusi berbasis masalah. 3. Peserta didik secara sadar mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah diberikan Tuhan YME melalui pembelajaran Redoks. 4. Peserta didik secara jujur dapat mengambil solusi untuk menarik kesimpulan dalam pemecahan masalah yang tersedia didalam diskusi kelompok. 5. Peserta didik dengan rasa percaya diri dapat mempertanggungjawabkan data hasil pengamatan dalam percobaan sederhana dengan menyajikan karya. 6. Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data hasil percobaan sederhana dengan laporan sederhana pada kebenaran hasil. 7. Peserta didik secara tekun dan ulet mampu mencari sumber informasi yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi untuk mengambil solusi relevan yang mendukung penyelesaian masalah melalui diskusi kelompok. 8. Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu melakukan kerjasama dalam diskusi kelompok untuk mengambil solusi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
119
9. Peserta didik secara mandiri dan sadar dapat memperdulikan lingkungan dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar melakukan percobaan sederhana. 10. Peserta didik secara responsif dan aktif mampu mengambil solusi-solusi untuk memecahkan setiap permasalahan dengan tepat dan cepat melalui diskusi dalam kelompok. 11. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi. 12. Peserta didik secara cermat dapat menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa atau ion dengan benar melalui diskusi kelompok. 13. Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil diskusi mengenai materi redoks dengan antusias. 14. Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.
D. Materi Pembelajaran Pertemuan Ke 1 1. Pelaksanaan pretest. Pertemua Ke 2 Perkembangan Reaksi Redoks 1. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Oksigen 2. Konsep Reaksi Oksidai Reduksi Berdasarkan Elektron 3. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi Pertemuan Ke 3 Bilangan Oksidasi 1. Penentuan Bilangan Oksidasi Pertemua Ke 4 1. Pengamatan Percobaan Sederhana
120
Pertemuan Ke 5 1. Pelaksanaan posttest.
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan : scientific Strategi
: kolaboratif
Metode
: diskusi, ceramah dan penugasan
Model
: problem based learning
F. Media dan Sumber Belajar 1. Media 2. Sumber Belajar
: Laptop dan LCD. :
LKS ( lembar kerja peserta didik) Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Unggul Sudarmo. Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Michael Purba dan Sunardi. Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Arya Duta oleh Jamiludin Hidayat Buku Kimia Dasar I, Universitas Negeri Semarang oleh Kasmadi Imam Supardi dan Gatot Luhbandjono
G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 (2 x 45 menit) Kegiatan
Deskripsi
Pendahuluan
Guru memberikan salam. Guru memperkenalkan diri sebagai mahasiswa penelitian
Alokasi Waktu 5 menit
121
Guru mempersilahkan salah satu peserta didik memimpin doa. Guru menanyakan kehadiran peserta didik Guru memberikan pretest. Inti
Pelaksanaan pretest
90 menit
Penutup
Guru memberikan arahan peserta didik
5 menit
untuk mengumpulkan soal dan lembar jawab pretest. Guru menutup pertemuan dengan do’a dan salam penutup
Pertemuan Ke 2 (1 x 45 menit) LANGKAH KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN PBL
Pendahuluan
- Guru memberikan salam. - Guru menanyakan kehadiran peserta didik. - Guru mempersilahkan salah satu peserta didik memimpin doa. - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. - Melakukan penyegaran kepada siswa dengan memberikan pertanyaan terkait materi yang akan dipelajari yaitu Redoks, “Pernah melihat besi berkarat ? mengapa bias besi tersebut berkarat?”
ALOKASI WAKTU 10 menit
122
Guru membagi peserta didik dalam 30 menit
Inti
beberapa kelompok kecil. Mengamati - Guru mengomando siswa untuk duduk bersama kelompok diskusinya. Mengorientasi
- Guru membagikan lembar diskusi
Peserta Didik
kepada tiap-tiap kelompok
Pada Masalah
mengenai perkembangan konsep redoks dengan memberikan sebuah permasalahan mengenai perkaratan pada besi yang biasa dijumpai dalam lingkungan sekitar. Menanya
Mengorganisa
- Peserta didik melakukan diskusi
sikan
sesuai dengan petunjuk yang
Kegiatan
tertera dalam lembar diskusi.
Belajar
- Bersama anggota kelompoknya peserta didik mengelompokkan reaksi-reaksi
yang
disediakan
dalam kelompok perkembangan konsep redoks dan reaksi bukan redoks. Mengumpulkan Data Membimbing
- Dalam menjawab persoalan dalam
Kegiatan
diskusi peserta didik dibebaskan
Penyelidikan
untuk mencari diberbagai sumber
Mandiri
belajar. Mengasosiasikan
123
- Guru
bersama
observer
melakukan penilaian pada aspek afektif dan psikomotorik siswa. Mengkomunikasikan Mengembang
- Tiap
kelompok
bertugas
kan dan
mempresentasikan hasil diskusi
Menyajikan
yang telah dilakukannya.
Karya Analisis dan Evaluasi
- Kelompok yang tidak mendapat giliran presentasi bertugas untuk memberikan pendapat maupun kritik-saran
kepada
kelompok
yang presentasi. Penutup
- Guru memberikan analisis hasil 10 menit kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. - Guru
memberikan
apresiasi
kembali kepada kelompok dengan hasil
diskusi
terbaik.
Dan
memberikan motivasi tambahan kepada peserta didik lain untuk terus belajar. - Guru menutup pertemuan dengan do’a dan salam.
Pertemuan Ke 3 (2 x 45 menit) Kegiatan Pendahuluan
Langkah PBL
Deskripsi - Guru memberikan salam. - Guru menanyakan kehadiran peserta didik.
Alokasi Waktu
124
- Guru mempersilahkan salah satu peserta didik memimpin doa. - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. - Guru memberikan pertanyaan mengenai perkembangan konsep redoks berdasarkan perubahan biloks. “Anak-anak apakah yang dimaksud dengan reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan konsep perubahan bilangan oksidasi ? Inti
Guru menginstruksikan kepada Peserta didik untuk duduk bersama anggota kelompoknya. Mengamati: Mengorientasi
-
Setiap kelompok mendapat lembar
Peserta Didik
diskusi yang berupa penentuan
Pada Masalah
bilangan oksidasi dengan
Mengorganisasi
menggunakan rumus lewis dan
kan Kegiatan
tingkat keelektronegatifan suatu
Belajar
atom. Menanya:
Membimbing
- Guru memberi arahan tentang
Kegiatan
langkah menyelesaikan diskusi ini
Penyeidikan
dengan mengaitkan siswa pada
Mandiri
materi di semester sebelumnya. Kemudian memberikan contoh penyelesaian diskusi pada nomor 1. Pengumpulkan data: - Dalam menyelesaikan diskusi siswa diijinkan untuk mencari
65 menit
125
sumber informasi dari segala sumber mengenai keelektronegatifan dan nomor atom suatu unsur. Mengasosiasikan: - Dalam menjawab hasil diskusi Mengembangka
siswa harus menyelesaikan dengan
n dan
menuliskan rumus lewis dan
Menyajikan
penjelasan mengenai tingkat
Karya
keelektronegatifan sehingga biloks atom dapat diketahui. Mengkomunikasikan: - Perwakilan setiap kelompok maju
Analisis dan
untuk menjawab satu nomor dari
Evaluasi
diskusi yang telah dilakukan dan ditulis di papan tuis untuk dianalisis secara bersama.
Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik dalam pelaksanaan diskusi. Guru memberikan tugas lanjutan kepada peserta didik untuk mempelajari kembali materi redoks yang dipelajari hari ini dan pertemuan sebelumnya Guru menutup pertemuan dengan do’a dan salam penutup.
10 menit
126
Pertemuan Ke 4 (1 x 45 menit) Kegiatan
Langkah
Deskripsi
PBL
Pendahuluan
Alokasi Waktu
- Guru memberikan salam. - Guru menanyakan kehadiran peserta didik. - Guru mempersilahkan salah satu peserta didik memimpin doa. - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Inti
- Guru memhimbau kepada peserta didik untuk duduk bersama kelompok investigasinya. Mengamati: Mengorientasi
- Guru memutar sebuah video
Peserta Didik
mengenai demonstrasi pengaruh
Pada Masalah
jenis larutan terhadap kecepatan korosi. - Kemudian Guru menunjukkan hasil percobaan sederhana yang dilakukan selama tiga hari. Menanya:
Mengorganisas
- Dari hasil percobaan sederhana
ikan Kegiatan
dalam demonstrasi kemudian setiap
Belajar
kelompok mendiskusikannya sesuai dengan lembar diskusi. Pengumpulkan data: - Data yang diperoleh kemudian diamati dan dicari solusi pemecahannya. Dalam mencari
30 menit
127
Membimbing
pemecahannya peserta didik dapat
Kegiatan
membuka segala sumber informasi
Penyelidikan
yang relevan.
Mandiri
Mengasosiasikan: - Kemudian setiap kelompok
Mengembangk
menarik kesimpulan dari percobaan
an dan
sederhana ini berdasarkan solusi
Menyajikan
pemecahan yang didapat.
Karya
Mengkomunikasikan: - Masing –masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dengan penuh semangat. - Kelompok yang tidak bertugas mempresentasikan hasil diskusinya
Analisis dan Evaluasi
dapat memberikan saran dan kritik kepada kelompok yang sedang presentasi.
Penutup
Meminta salah satu peserta didik membacakan kesimpulan yang telah dibuat. Guru membetulkan jika masih ada yang salah. Guru memberi arahan kepada peserta didik agar tetap semangat belajar karena dipertemuan selanjutnya akan diadakan posttest.
10 menit
128
Pertemuan Ke 5 (2 x 45 menit) Kegiatan
Alokasi
Deskripsi
Waktu
Guru memberikan salam dan memimpin
Pendahuluan
90 menit
doa. Guru menanyakan kehadiran peserta didik Guru membagikan lembar soal dan jawaban postest. Inti
Pelaksanaan posttest.
Penutup
Guru memberikan arahan peserta didik untuk mengumpulkan soal dan lembar jawab postest. Guru memberikan kenang-kenangan kepada Peserta didik. Guru menutup pertemuan dengan do’a dan salam penutup
H. Penilaian 1. Penilaian Pengetahuan (terlampir) 2. Penilaian Sikap (terlampir) 3. Penilaian Ketrampilan (terlampir)
Semarang,
Januari 2015
Mengetahui, Guru Pamong
Guru Praktikan
Mentari Nur Rizkyawati NIP
NIM 4301411125
129 129
Lampiran 3. Bahan Ajar Siswa
Bahan Ajar Kimia Kelas X MIPA Semester Genap
Reaksi Reduksi dan Oksidasi (REDOKS)
Oleh : MENTARI NUR RIZKYAWATI
130
Reaksi Reduksi dan Oksidasi Mengapa daging buah apel yang tadinya berwarna putih setelah dibiarkan di udara berubah warna menjadi cokelat? Apakah ada buah lain yang dapat mengalami hal serupa? Pada kehidupan sehari-hari sering dijumpai besi berubah menjadi karat besi. Mengapa logam besi bisa berkarat? Bagaimana dengan logam-logam lainnya? Kedua contoh tersebut merupakan proses terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi. Nah, sekarang kita akan mempelajari konsep reaksi redoks dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. A. Konsep Redoks Redoks adalah singkatan dari Reduksi dan Oksidasi. Seiring dengan meningkatnya pemahaman kimia, konsep redoks juga mengalami pertumbuhan sebagai berikut : 1. Berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen. Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah proses pelepasan oksigen. Sedangkan oksidasi adalah peristiwa pengikatan oksigen. Contoh : a) Pelepasan oksigen (reduksi) : 2 KClO3 2 KCl + O2 (di sini yang mengalami reduksi adalah KClO3) b) Pengikatan oksigen (oksidasi)2 Fe + 3O2 2 Fe2O3 (di sini yang mengalami oksidasi adalah Fe) 2. Berdasarkan penangkapan dan pembebasan electron. Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah proses penangkapan electron. Sedangkan oksidasi adalah proses pembebasan electron. Contoh : c) Penangkapan elektron (reduksi) Zn2+ + 2e- Zn d) Pembebasan electron (oksidasi) Cu Cu2+ + 2e3. Berdasarkan perubahan bilangan oksidasi. Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah peristiwa penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan oksidasi adalah persitiwa naiknya bilangan oksidasi. Contoh :
131
B. Bilangan Oksidasi Bilangan oksidasi adalah angka atau nilai yang menentukan jumlah electron yang dapat diterima dan dilepas oleh suatu atom dalam bentuk molekul atau ion. Penentuan bilangan oksidasi dari suatu atom unsur dalam molekul atau ion mengikuti beberapa aturan sebagai berikut : a) Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomic, dan poliatomik) dan molekul bebas serta dalam bentuk senyawa adalah nol (0) b) Bilangan oksidasi atom logam dalam senyawa selalu positif. Khusus untuk logam golongan IA, IIA, dan logam Al, bilangan oksidasinya sama dengan golongannya. c) Bilangan oksidasi atom H dalam senyawa atau ion umumnya adalah +1, kecuali jika berikatan dengan unsur logam (senyawa hidrida), misalnya, KH (bilangan oksidasi H = -1). d) Bilangan oksidasi atom O dalam senyawa adalah -2, kecuali bila berikatan dengan atom F, senyawa peroksida, dan superperoksida. OF2 : bilangan oksidasi dari O = +2 H2O2 : bilangan oksidasi dari O = -1 KO2
: bilangan oksidasi dari O = -1/2
e) Jumlah bilangan oksidasi atom dalam molekul / senyawa netral adalah nol (0). f) Jumlah bilangan oksidasi atom dalam suatu senyawa ion sama dengan jumlah muatan ion. C. Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang mengandung peristiwa perubahan bilangan oksidasi (penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. dalam suatu reaksi redoks, unsur yang mengalami penurunan bilangan oksidasi disebut oksidator, sedangkan yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi disebut reduktor. Contoh :
132
Reduktor Oksidator
: H2S...... : HNO3
hasil oksidasi : hasil reduksi : NO
S
D. Reaksi Autoredoks (disproporsionasi) Reaksi Autoredoks terjadi jika salah satu unsur mengalami reduksi dan oksidasi (penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi). contoh :
Pada reaksi ini Cl2 mengalami penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. sehingga reaksi ini disebut reaksi autoredoks. Kebalikan reaksi disproporsionasi adalah reaksi kompromisasi. Contoh :
Pada rekasi ini, H2S berfungsi sebagai reduktor, sedangkan SO2 sebagai oksidator. E. Aplikasi Reaksi Redoks dalam Kehidupan Sehari-hari.. Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari atau dalam industri. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aplikasi reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari dan industri. 1. Reaksi Redoks pada Pengolahan logam. Reaksi redoks ini diterapkan pada proses setelah dipisahkan dari batu reja (karang) baik secara kimia maupun fisika yang kemudian dipekatkan menjadi bijih pekat. Bijih pekat tersebut direduksi dengan zat pereduksi yang paling tepat. Contoh : reaksi elektrolisis logam aluminium. 3 C(s) + 4 Al3+(l) + 6 O2-(l) 4 Al(s) + 3 CO2(g)
133
reduksi 2. Reaksi Pembakaran Pencernaan makanan didalam tubuh juga dapat dikategorikan sebagai reaksi pembakaran dan merupakan salah satu contoh dari reaksi redoks. Karena kandungan makanan yang kita makan seperti glukosa akan mengalami oksidasi dengan oksigen yang kita hirup. Peristiwa oksidasi tersebut kemudian akan menghasilkan energi untuk tubuh kita dan mengeluarkan zat sisa berupa CO2 dan H2O. Reaksi yang terjadi : C6H12O6(aq) + 6O2 (g)
Energi + 6CO2 (g) + 6H2O(g)
3. Reaksi Redoks pada Penyambungan Besi. Rel-rel besi dilas dengan proses termit. Campuran aluminium dan besi oksida disulut untuk memulai reaksi redoks dan panas yang dihasilkan dapat melumerkan permukaan rel. Reaksi : 2 Al(s) + Fe2O3(s) 2 Fe(s) + Al2O3(s) 4. Reaksi Redoks pada Sel Aki. Reaksi penggunaan sel aki sebagai berikut
Aki Pada saat aki digunakan terjadi reaksi redoks, di mana Pb mengalami reaksi oksidasi membentuk PbSO4 dan PbO2 mengalami reaksi reduksi membentuk PbSO4 5. Oksidasi Pada Buah Apel Buah apel yang dibelah dan kemudian dibiarkan beberapa saat maka bagian yang terbelah tersebut akan mengalami perubahan warna manjadi kecoklatan ini terjadi karena adanya reaksi oksidasi antara
134
zat yang terkandung dalam buah apel dengan lingkungan sekitar (O2)
6. Reaksi Redoks pada Baterai (Sel Leclanche). perubahan bilangan oksidasi pada reaksi pemakaian baterai.
7. Reaksi Aluminotermik Salah satu pemanfaatan aluminium adalah dengan adanya Reaksi Aluminotermik. Reaksinya adalah sebagai berikut : 4Al + 3O2
2Al2O3
Reaksi ini tahan dengan suhu yang cukup tinggi, biasanya reaksi aluminotermik digunakan untuk melindungi logam-logam yang tahan dengan suhu tinggi namun tidak tahan terhadap korosi dan oksidasi logamnya cukup buruk contohnya yaitu niobium dan tantalium (logam refraktori), reaksi aluminotermik ini digunakan sebagai pelindung logam-logam tersebut terhadap korosi dan oksidasi logam tersebut. Dilihat dari reaksi aluminotermik sendiri yang menggunakan oksigen, sehingga reaksi ini termasuk dalam konsep perkembangan redoks berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen. 8. Reaksi Redoks pada Pengolahan Air Limbah. Konsep reaksi redoks sering dimanfaatkan dalam proses pengolahan air limbah. Di dalam suatu tempat pengolahan, limbah dilewatkan pada serangkaian sekat dan ruangan yang di dalamnya dilakukan beberapa proses, termasuk proses kimia untuk mengurangi kotoran dan zat racun. Pada umumnya, proses pengolahan air limbah terdiri dari tiga fase pengolahan utama, yaitu primer, sekunder, dan tersier. a. Pada pengolahan primer, sebagaian besar zat padat dan zat-zat anorganik dihilangkan dari limbah.
135
b. Pada pengolahan sekunder. Zat-zat organic dikurangi dengan mempercepat proses-proses biologi secara alamiah. Untuk mengurangi zat-zat organic dalam air limbah dilakukan reaksi oksidasi menggunakan lumpur aktif yang mengandung banyak bakteri aerob. Reaksinya sebagai berikut : CH2O + O2 CO2 + biomasa Senyawa N organic NH4+ + NO3Senyawa P organic H2PO4- ; HPO42c. Pada proses tersier, sisa-sisa zat padat, zat-zat beracun, logam berat, dan bakteri dihilangkan dari air, sehingga air tersebut bebas dari kotoran yang mungkin terdapat di dalamnya.
136
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa A.
Pertemuan I TUGAS 1
LEMBAR DISKUSI PERKEMBANGAN KONSEP REDOKS
Kelompok
:
Anggota
:
Petunjuk Pelaksanaan Diskusi : 1. 2. 3. 4.
Isilah terlebih dahulu identitas kelompok pada kolom yang telah disediakan. Pelajarilah terlebih dahulu materi mengenai Perkembangan Konsep Redoks pada sumber belajar yang kalian miliki. Setiap anggota kelompok wajib berpartisipasi aktif dalam diskusi untuk menambah poin kelompok. Kerjakan dengan teliti dan cermat, lembar diskusi ini dikerjakan sesuai waktu yang ditentukan guru. TUJUAN : Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan reaksi redoks. Fase 1 : Memahami Masalah Siswa akan dihadapkan pada permasalahan awal mengenai reaksi redoks yang ada disekelilingnya yaitu peristiwa perkaratan logam atau korosi logam.
PERMASALAHAN
Pernahkah kalian melihat benda-benda yang rusak karena korosi ? korosi atau perkaratan biasa kita lihat pada logam besi yang dibiarkan begitu saja. Terjadi karena adanya kontak langsung dengan air dan oksigen, sehingga besi teroksidasi yang akhirnya mengalami korosi. Tapi ?? apakah semua reaksi kimia menggunakan oksigen ?? apakah reaksi yang menggunakan oksigen saja yang dapat mengalami oksidasi dan reduksi ? bagaimana dengan oksidasi dan reduksi pada reaksi lain yang tidak menggunakan oksigen ?
137
Fase 2 : Mengorientasikan Dalam Kegiatan Belajar Dari permasalahan yang dihadapkan kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi dan penyelidikan awal. Fase 3 : Melakukan Penyelidikan Mandiri Siswa yang terbagi dalam beberapa kelompok kecil melakukan diskusi awal sebagai pengantar penyelidikan yaitu mengenai perkembangan konsep redoks. TUGAS
Dari permasalahan diatas jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. 2.
3. 4. 5. 6.
7.
Bilamana semua logam-logam misal sejenis Fe, Al, Zn, Sn, dan Pb mengalami peristiwa korosi ? Benda-benda disekeliling kita seperti pagar, jembatan dan tiang sebagian besar terbuat dari logam besi (Fe) yang kita ketahui bahwa besi mudah terkorosi. Dalam peristiwa korosi pada besi tersebut terjadi sebuah reaksi kimia, tunjukkan reaksi korosi yang terjadi ! (Tunjukkan pula oksidator dan reduktornya) Sebutkan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghambat terjadinya korosi pada berbagai jenis logam ? Tunjukkanlah 15 reaksi-reaksi kimia yang kamu ketahui baik itu menggunakan oksigen maupun tidak ! Apakah semua contoh reaksi yang kalian temukan tersebut merupakan contoh dari reaksi redoks ? Pisahkan antara yang redoks dan bukan redoks ? Tidak semua reaksi redoks yang kalian temukan menggunakan oksigen, sehingga konsep redoks mengalami perkembangan. Sekarang coba jelaskan menurut pandangan kalian mengenai perkembangan konsep redoks yang ada termasuk penjelasan mengenai oksidasi dan reduksinya ! Dari reaksi-reaksi yang termasuk redoks tadi yang kalian temukan, sekarang kelompokkanlah sesuai dengan jenis perkembangan konsep redoks yang ada!
Fase 4 : Mengembangkan Dan Menyajikan Karya Dari hasil diskusi yang dilakukan siswa kemudian membuat sebuah lembar jawab yang kemudian dipresentasikan hasilnya didepan kelas JAWAB : 1.
Logam-logam jenis Fe, Al, Zn, Sn, dan Pb yang dibiarkan begitu saja...... .....................................................................................................................
138
..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 2.
Reaksi korosi yang terjadi pada Fe .......................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... .....................................................................................................................
3.
Pencegahan yang dapat kita lakukan pada................................................... .....................................................................................................................
4.
15 reaksi kimia ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... .....................................................................................................................
5. No.
Reaksi redoks dan bukan redoks Reaksi Redoks
Bukan Redoks
Alasan
139
6.
Konsep Perkembangan Redoks a. Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Oksigen ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... b.
Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Elektron ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... .....................................................................................................................
c.
Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... .....................................................................................................................
7.
Berikut disediakan beberapa reaksi kimia, kelompok reaksi-reaksi berdasarkan perkembangan konsep redoks yang ada.
Konsep Redoks Berdasarkan Oksigen
Konsep redoks Berdasarkan Elektron
Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan Biloks
140
Fase 5 : Analisis dan Evaluasi Siswa setelah melakukan presentasi mengenai hasil diskusi yang dilakukan, kemudian hasil tersebut kemudian kelompok yang sedang tidak bertugas presentasi memberikan analisis mengenai hasil kelompok lain dan evaluasi jawabannya dilakukan oleh kelompok presentasi dengan bimbingan guru
141
LEMBAR KERJA SISWA MANDIRI
TUGAS 2
PENENTUAN BILANGAN OKSIDASI
Kelompok
:
Anggota
:
TUJUAN :
Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan
oksidasi
atom unsur dalam suatu senyawa atau ion. Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
PERMASALAHAN
,
Pada semester sebelumnya, kalian sudah mempelajari mengenai Sistem Periodik Unsur serta Ikatan kimia bukan ?? ayo diingatingat lagi!!!! Terutama pada bagian sifat keperiodikan unsur mengenai keelektronegatifan dan struktur lewis pada ikatan Kimia. Sudah mengingatnya sekarang ? ayo lakukan diskusi berikut untuk mengetahui biloks setiap unsur .....
PENGANTAR : Atom-atom dalam suatu senyawa mengemban muatan listrik tertentu. Misalnya HCl, atom hidrogen mengemban muatan positif sedangkan klorin mengemban muatan negatif karena keelektronegatifan klorin lebih besar daripada keelektronegatifan hidrogen. Besarnya muatan yang diemban oleh suatu atom
142
dalam senyawa, jika semua elektron ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih elektronegatif disebut Bilangan Oksidasi. TUGAS
Tentukan bilangan-bilangan oksidasi setiap unsur dalam senyawa berikut dengan menggunakan rumus lewis dan tentukan tingkat kelektronegatifannya!
1. Berapakah bilangan oksidasi H dan O dalam senyawa H2O ? 2. Berapakah bilangan oksidasi H dan O dalam senyawa H2O2 (Hidrogen peroksida) ? 3. Berapakah bilangan oksidasi O dalam O2 ? 4. Berapakah bilangan oksidasi Na dan H dalam senyawa NaH ? 5. Berapakah bilangan oksidasi O dan F dalam senyawa OF2 ? 6. Berapakah bilangan oksidasi CL dalam Cl2 ? Jawab = 1. Rumus lewis H2O :
........................................................... Oleh karena O lebih elektronegatif daripada H, maka elektron ikatan didistribusikan pada atom O. Jadi, bilangan oksidasi O = -2, sedangkan H masingmasing = +1. 2. Rumus Lewis H2O2
selamat mengerjakan
143
B. Pertemuan II
LEMBAR PENYELIDIKAN SISWA MATERI REDOKS
TUJUAN : Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh materi redoks dalam kehidupan sehari-hari. Fase 1 : Mengorganisasikan Masalah Siswa dalam kelompok investigasinya dihadapakan dengan contoh permasalahan atau fenomena dikehidupan nyata terkait redoks yaitu buah apel. Kemudian setiap kelompok dihadapkan kembali dengan permasalahn yang berbeda-beda mengenai pemecahan masalah juga dikehidupan nyata. Kemudian dari permasalahan terkait buah apel dan yang didapatkan dilakukan penyelidikan berkelompok. PERMASALAHAN Penerapan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan masalah lingkungan sangat beragam. Dari yang sederhana yaitu ketika kita memakan buah apel yang kemudian dibiarkan begitu saja akan berubah menjadi coklat, karena senyawa didalam buah apel teroksidasi dengan oksigen diudara. Mengapa bisa buah apel teroksidasi ? bagaimana dengan buah yang lain ? permasalahan serupa juga yang harus kalian pelajari terkait penerapan redoks dan cari solusinya !!
144
Fase 2 : Mengorientasikan dalam Kegiatan Belajar Dua permasalahan yang didapatkan oleh setiap kelompok kemudian dilakukan penyelidikan dan dicari informasinya mengenai solusi dan reaksi redoks yang terjadi. Fase 3 : Melakukan Penyelidikan Kelompok Siswa melakukan penyelidikan berkelompok pada setiap tempat untuk mengetahui penerapan redoks yang terjadi. Kemudian dari penyelidikan tersebut dikumpulkanlah data.
TUGAS Tiap kelompok penyelidikan yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya untuk melakukan pengamatan peristiwa reaksi oksidasi pada apel dan investigasi lapangan mengenai penerapan materi Redoks dalam kehidupan sehari-hari yang didapat. Dari hasil investigasi tersebut kemudian dibuat sebuah presentasi kelompok. Fase 4 : Mengembangkan dan Menyajikan Karya Data hasil dari penyelidikan kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya dari berbagai sumber. Kemudian data-data tersebut dibuat sebuah karya untuk dipresentasikan.
145
Tugas Investigasi Lapangan Lokasi Investigasi yang akan di pilih oleh tiap kelompok : 1. Rumah warga di dekat atau tepi laut Melakukan penyelidikan untukmengetahui kondisi logam yang terdapat ditepi laut, penyelidikan di rumah warga untuk mengetahui perkaratan logam yang disebabkan oleh air laut. 2. Bengkel mobil Penyelidikan yang dilakukan di bengkel mobil, untuk mengetahui penerapan konsep redoks yang terjadi di aki kendaraan. 3. Toko besi/ Bengkel las Melakukan penyelidikan di bengkel las atau toko besi, untuk mengetahui penerapan konsep redoks pada saat penyambungan logam besi. 4. Menara pemancar Melakukan penyelidikan diarea menara pemancar untuk mengetahui kondisi logam dan perlakuan yang diterapkan sehingga menara tidak cepat korosi dan keropos sehingga tidak mudah roboh. 5. Toko perhiasan Penyelidikan yang dilakukan di toko perhiasan atau aksesoris yang terbuat dari logam, untuk mengetahui penerapan konsep redoks pada pengolahan logam sehingga dapat dibentuk sedemikian rupa. 6. Tempat jual-beli rongsok Penyelidikan yang dilakukan ditempat jual-beli rongsok atau logam bekas, untuk mengetahui perlakuan dalam menanangi logam yang sudah mengalami perkaratan atau korosi. 7. Tempat Pembuatan Tape Melakukan penyelidikan di tempat pembuatan tape, untuk mengetahui reaksi redoks yang diterapkan dalam pembuatan tape. Fase 5 : Analisis dan Evaluasi Hasil dari penyelidikan kemudian dipresentasikan dan dilakukan analisis oleh kelompok lain dan dievalusi secara bersama-sama dengan bimbingan guru
146
LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK MATERI REDOKS
Kelompok
:
Anggota
:
Petunjuk Umum : Isilah indentitas pada kolom yang sudah disediakan. Pelajarilah lembar investigasi terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan investigasi. Lembar investigasi ini diisi berdasarkan tugas investigasi yang diperoleh oleh tiap kelompok Tugas investigasi dilakukan selama satu minggu, setiap hasil investigasi dicatat dalam tabel data yang disediakan. Lengkapi lembar kerja dibawah ini dengan cermat dan teliti sesuai dengan data dan teori yang relevan. Ketua kelompok wajib mencatat dan menilai kinerja setiap anggota kelompok dalam melakukan investigasi.
Tujuan Pembelajaran : 1.
Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi.
2.
Pesrta didik secara mandiri dapat melakukan investigasi mengenai penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari
3.
Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.
4.
Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil diskusi mengenai materi redoks dengan antusias.
147
Fase 1 : Mengorganisasikan Masalah Siswa dengan kelompok investigasinya kembali melakukan penyelidikan. Namun kali ini penyelidikan berupa percobaan sederhana mengenai redoks. Tentang pengaruh korosi terhadap jenis larutan disekitarnya. PERMASALAHAN Alam telah menyediakan segala sesuatunya dengan sedemikian begitu juga dengan larutannya terdiri dari tiga jenis yaitu larutan asam, basa, dan garam. Masing-masing jenis larutan tersebut memiliki sifat yang berbeda satu sama lain. Coba sekarang dengan kelompok investigasimu, lakukanlah sebuah penyelidikan dari setiap jenis larutan tersebut dengan meletakkan sebuah logam didalamnya. Ayo lakukanlah penyelidikan berikut ...............
Fase 2 : Mengorientasikan dalam Kegiatan Belajar Setiap kelompok investigasi melakukan pengamatan pada percobaan sederhana mengenai redoks ini dengan rentang waktu yang ditentukan. a. Alat dan Bahan …………...........….sebagai lerutan asam
………………………………
………….................sebagai larutan basa
………………………………
……………...........sebagai larutan garam
………………………………
b. Identifikasi Permasalahan Di alam ini terdapat tiga jenis larutan yaitu larutan asam, basa, dan garam. Salah satu dari larutan tersebut ada yang bersifat korosif pada logam, contohnya yaitu besi. Dalam penyelidikan sederhana ini disediakan 3 larutan yaitu larutan jeruk nipis sebagai asam, larutan sabun pemutih pakaian sebagai basa, dan larutan garam tentunya sebagai garam serta 3 buah logam dengan jenis yang sama.
148
Kemudian dilakukan pengamatan mengenai kondisi logam dalam tiap-tiap larutan. Bagaimana kondisi logam setelah beberapa waktu terendam di tiap-tiap larutan ? Logam manakah yang mengalami perubahan mencolok ? Mengapa ? Reaksi apa yang terjadi ? Termasuk dalam konsep redoks apa ? Fase 3 : Membimbing Penyelidikan Mandiri Setiap Siswa dengan kelompoknya melakukan penyelidikan pada percobaan sederhana untuk mencari data pada pengaruh jenis larutan terhadap korosi.
c. Mengumpulkan Data Data Investigasi No
Waktu
Air Jeruk Nipis
Pengamatan Larutan Uji Air Sabun Air Garam/Laut
d. Menganalisis Data Pada awal logam dimasukkan dalam tiap-tiap larutan apakah yang terjadi ? Setelah beberapa hari terendam, logam dalam larutan manakah yang mengalami perubahan signifikan ? Mengapa larutan tersebut dapat mengubah kondisi logam secara signifikan ? Bagaimana kalian menghubungkannya dengan materi redoks ? Tuliskan reaksi yang terjadi !
149
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………… ………………………………………………………………………………… e. Kesimpulan ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………… Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan karya Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan kemudian setiap siswa membuat sebuah laporan sederhana mengenai hasil pengamatan yang dilakukan disertai dengan analisis dan teori yang mendukung. TUGAS INVESTIGASI KELOMPOK Tugas Investigasi Berkala Dalam Kelas Kelompok I & IV Membawa = - 3 paku bekas - 1 buah jeruk nipis - 1 sendok detergen - 1 buah garam krosok - 3 air mineral gelas
Kelompok II & V Membawa = - 3 potongan kecil kaleng bekas - 1 buah jeruk nipis - 1 sendok detergen - 1 buah garam krosok - 3 air mineral gelas
Kelompok III & VI Membawa = - 3 potongan kecil cutter - 1 buah jeruk nipis - 1 sendok detergen - 1 buah garam krosok - 3 air mineral gelas
Fase 5 : Analisis dan Evaluasi Setiap kelompok membuat presentasi berupa power point mengenai hasil pengamatan yang dilakukan beserta analisis dan kesimpulan. Kemudian setelah presentasi dilakukan sesi tanya jawab guna untuk menganalisis dan evaluasi bersama hasil percobaan yang didapat.
150
Lampiran 5. Soal Essay Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah KISI-KISI SOAL URAIAN
Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi serta menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion.
Indikator Ketercapaian
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Ranah Kognitif
3.9.1 Peserta didik Memperhitungkan Segala secara teliti Kemungkinan mampu Menyajikan mengindentifikasi pertanyaan dengan perkembangan jawaban benar reaksi redoks. lebih dari satu. C4
Soal
1. Aluminium merupakan jenis logam yang ringan, logam yang aktif dan mudah teroksidasi menjadi ion +3. Logam aluminium ini biasa digunakan sebagai pelapis untuk melindungi logam yang mengalami korosi dengan reaksi yang disebut sebagai Reaksi Aluminotermik. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut : 4Al + 3O2 2Al2O3 Dari reaksi tersebut diatas, jelaskan dengan salah satu perkembangan konsep redoks yang menurut kalian paling tepat ! Skor : 10
151
Penalaran Logis Menyajikan pertanyaan tentang penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari, kemudian menganalisis peristiwanya termasuk oksidasi ataukah reduksi. 3.9.3 Peserta didik Memahami Masalah secara mandiri Menyajikan dapat masalah yang biasa menjelaskan dijumpai dalam penerapan redoks lingkungan sekitar dalam kehidupan kemudian mencari sehari-hari masalah yang serupa namun dengan jenis lain.
C4
2. Glukosa adalah zat makanan yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. Didalam tubuh glukosa dicerna melalui proses pembakaran, dimana proses pembakaran ini termasuk contoh reaksi redoks. Jelaskan reaksi pembakaran yang terjadi dalam tubuh jika dikaitkan dengan materi redoks apakah mengalami reaksi oksidasi atau reduksi dan tunjukkan pula reaksi yang terjadi ! Skor : 10
C4
3. Penerapan konsep redoks yang sering kita jumpai adalah peristiwa korosi atau perkaratan yang terjadi pada logam besi. Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi pada logam besi tersebut ! Sebutkan pula 2 contoh lain mengenai penerapan konsep redoks beserta penjelasannya yang kalian ketahui selain yang terdapat pada soal-soal ini ! Skor :10
152
4.9.2 Peserta didik Menemukan Suatu Pola secara cermat Menyajikan dapat pertanyaan yang mendeskripsikan berupa pemecahan pengaruh materi redoks dalam redoks dalam lingkungan sekitar kehidupan seharipada bidang hari. industry. Siswa diharapkan dapat menjawab dengan suatu alur atau pola dalam lumpur aktif ini. Mengevaluasi Kembali Solusi. Menyajikan pertanyaan berupa permasalahan terkait materi redoks yang sudah dibahas solusinya secara bersama.
C3
C4
4. Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif itu misalnya menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke lingkungan. Kemukakan prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif tersebut ! Skor : 10
5.
Buah apel yang dibelah dan dibiarkan begitu saja mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan, mengapa hal tersebut terjadi dan apa kaitannya redoks ? Skor : 10
153
KUNCI JAWABAN DAN JENJANG SKOR NILAI SOAL URAIAN SOAL URAIAN
KUNCI JAWABAN
1. Aluminium merupakan jenis logam yang Bila dilihat dari reaksi aluminotermik tersebut yang menggunakan oksigen didalamnya dapat kita golongkan dalam perkembangan ringan, logam yang aktif dan mudah konsep redoks yang berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen. teroksidasi menjadi ion +3. Logam 4Al + 3O2 2Al2O3 aluminium ini biasa digunakan sebagai pelapis untuk melindungi logam yang Dari reaksi tersebut mengalami peristiwa oksidasi dimana logam Al mengalami korosi dengan reaksi yang menangkap sejumlah oksigen untuk membentuk senyawa. disebut sebagai Reaksi Aluminotermik. ATAU Reaksi kimianya adalah sebagai berikut : 4Al + 3O2 2Al2O3 Reaksi aluminotermik tersebut setiap unsurnya mengalami perubahan bilangan oksidasi, sehingga juga dapat digolongkan dalam Dari reaksi tersebut diatas, jelaskan dengan perkembangan konsep redoks berdasarkan perubahan biloks. salah satu perkembangan konsep redoks 4Al + 3O2 2Al2O3 yang menurut kalian paling tepat ! 0
SKOR NILAI
Skor 5
Skor 10
Skor 5
+6
0
-6
Al mengalami kenaikan biloks 0 menjadi +6 = Reaksi Oksidasi Oksigen mengalami penurunan biloks 0 menjadi -6 = Reaksi Reduksi 2. Glukosa adalah zat makanan yang Kandungan glukosa dari makanan yang kita makan akan mengalami dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. proses pembakaran di dalam tubuh, ini berkaitan dengan oksigen yang Didalam tubuh glukosa dicerna melalui kita hirup.
Skor 10
Skor 2,5
154
proses pembakaran, dimana proses pembakaran ini termasuk contoh reaksi redoks. Jelaskan reaksi pembakaran yang terjadi dalam tubuh jika dikaitkan dengan materi redoks apakah mengalami reaksi oksidasi atau reduksi dan tunjukkan pula reaksi yang terjadi !
Proses pembakaran glukosa di dalam tubuh mengalami reaksi oksidasi.
Skor 5
Peristiwa oksidasi ini kemudian akan menghasilkan energi untuk tubuh kita dan mengeluarkan zat-zat sisa berupa CO2 dan H2O.
Skor 7,5
3. Penerapan konsep redoks yang sering kita jumpai adalah peristiwa korosi atau perkaratan yang terjadi pada logam besi. Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi pada logam besi tersebut ! Sebutkan pula 2 contoh lain mengenai penerapan konsep redoks beserta penjelasannya yang kalian ketahui selain yang terdapat pada soal-soal ini !
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat dilingkungan (air dan udara) sehingga menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Besi adalah logam yang paling banyak mengalami korosi. Korosi terjadi dimana logam mengalami oksidasi dan oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat.
Reaksi adalah sebagai berikut : C6H12O6 + 6O2
Skor 10
Energi + 6CO2 + 6H2O
Karat pada besi berupa zat berwarna cokelat kemerahan dengan rumus kimia Fe2O3.x H2O penyebab utamanya yaitu oksigen dan air.
Skor 2,5
Skor 5
Contoh lain penerapan konsep redoks :
Reaksi redoks pada sel aki Penyambungan logam Pengolahan bijih besi Fotosintesis
4. Kemajuan industri tekstil membawa Tiga fase dalam pengolahan air limbah : dampak positif dan dampak negatif. a) Pada pengolahan primer, sebagian besar zat padat dan zat-zat Dampak negatif itu misalnya anorganik dihilangkan dari limbah
Skor 7,5 Skor 10
Skor 2,5
155
menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke lingkungan. Kemukakan prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif tersebut !
b) Pengolahan sekunder, zat-zat organic dikurangi dengan mempercepat proses-proses biologi secara alamiah, dengan reaksi oksidasi menggunakan lumpur aktif yang mengandung banyak bakteri aerob. Reaksinya sebagai berikut : CH2O + O2 CO2 + biomassa c) Pada proses tersier, sisa-sisa zat padat, zat beracun, logam berat dan bakteri dihilangkan dari air sehingga air bebas dari kotoran didalamnya. Karena pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif yaitu dengan melibatkan bakter-bakteri aerob didalamnya sehingga prinsipnya adalah oksidasi enzimatis.
5. Buah apel yang dibelah dan dibiarkan Buah apel yang dibelah dan kemudian dibiarkan beberapa saat maka begitu saja mengalami perubahan warna bagian yang terbelah tersebut mengalami perubahan warna menjadi menjadi kecoklatan, mengapa hal tersebut kecoklatan, ini terjadi karena adanya reaksi oksidasi. terjadi dan apa kaitannya redoks ? Kaitannya dengan redoks yaitu kandungan zat yang terdapat dalam buah apel akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan sekitar yaitu oksigen di udara. Sehingga mengalami reaksi oksidasi yang termasuk dalam perkembangan konsep redoks berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
Skor 5
Skor 7,5
Skor 10
Skor 5
Skor 10
156
Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Kognitif KISI-KISI SOAL UJI COBA MATERI REDOKS Kompetensi Dasar 1.9 Menganalisis perkembangan konsep reaksi oksidasi - reduksi serta menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion
Indikator Ketercapaian Kompetensi
Nomor Soal
Ranah Kognitif
3.9.1 Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan reaksi redoks.
1
C2
2
C2
3, 44
C3
8
C2
25
C4
31
C3
35
C4
36
C4
4, 49
C3
6, 18
C2
9, 16, 27
C3
23
C3
32
C2
35
C4
36
C4
40
C1
43
C4
48
C3
7
C2
11, 17, 33
C1
12
C3
14, 21, 45
C4
3.9.2 Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa atau ion.
3.9.3 Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari
157
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan reaksi oksidasi-reduksi.
4.9.1 Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. 4.9.2 Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh materi redoks dalam kehidupan sehari-hari.
4.9.3 Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil diskusi mengenai reaksi redoks.
24
C3
26, 50
C2
34
C4
38
C3
5, 28
C3
19
C2
29, 30
C4
10
C3
20
C2
22, 46
C1
37
C2
13
C3
39
C4
47
C3
15
C3
158
Lampiran 7. Soal Uji Coba Kognitif LEMBAR SOAL UJI COBA Mata Pelajaran Materi Kelas/Semester Waktu
: Kimia : Redoks : X/2 : 90 menit
Petunjuk umum = Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E sebagai jawaban yang paling tepat. 1. 1 Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah . .... . a. 2Cu + O2 2CuO b. H2 + Cl2 2HCl c. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI d. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O e. Mg + Cl2 MgCl2 2. Cermati pernyataan-pernyataan berikut : 1. Reaksi pelepasan oksigen 2. Reaksi pelepasan elektron 3. Reaksi pelepasan hidrogen 4. Reaksi penambahan bilangan oksidasi Pernyataan di atas yang sesuai dengan konsep reaksi oksidasi adalah .... a. 1, 2 dan 3 d. 2 dan 4 b. 1 dan 3 e. 3 dan 4 c. 1 dan 2 3. Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen adalah .... a. 2BaO2 2BaO + O2 b. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3 c. Mg + ½ O2 MgO d. 4Na + O2 2Na2O e. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3
159
4. Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi tertinggi adalah .... a. MnO2 c. Mn2O2 e. KMnO4 b. MnO4 d. K2MnO4 5. Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada .... a. 2S + 3O2 2SO3 b. H2S + O2 SO2 + H2O 2c. SO3 + NO3 + 2H+ SO42- + NO + H2O d. 2S2O32- + I2 S4O62- + 2Ie. SO2 + 2H2 S + 2H2O 6. Persamaan reaksi: Zn + NiCl2 ZnCl2 + Ni, bilangan oksidasi atom Zn berubah dari .... a. 0 menjadi -2 d. +2 menjadi 0 b. 0 menjadi +2 e. -2 menjadi +2 c. -2 menjadi 0 7. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut : Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr , dari reaksi di samping dapat dikatakan bahwa .... a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2 b. Cr2O3 adalah oksidator c. Logam krom adalah reduktor d. Logam krom mengalami oksidasi e. Krom adalah hasil oksidasi. 8. Reaksi oksidasi yang benar adalah .... a. Mg + 2eMg2+ d. Al Al3+ + 3eb. Na Na2+ + 2ee. Ca Ca3+ +3ec. Cu + 2eCu2+ 9. Oksigen merupakan senyawa kimia yang diperlukan makhluk hidup untuk bernafas. Oksigen tersebut mempunyai bermacam-macam bilangan oksidasi. Oksigen dalam senyawa berikut yang mempunyai bilangan oksidasi -1 terdapat pada .... a. H2O d. K2O b. O2 e. H2O2 c. N2O3 10. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung larutan elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat adalah .... a. +1 d. +6 b. +2 e. +8 c. +4 11. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah .... a. Kalium klorida b. Kalsium klorida
160
12.
13.
14.
15.
16.
17.
c. Kalium diklorida e. Kalsium monoklorida d. Karbon diklorida Nama yang benar menurut aturan IUPAC untuk senyawa MnSO4 dan MnO adalah .... a. Mangan sulfide & Mangan oksida b. Mangan (I) sulfat & Mangan oksida c. Mangan (I) sulfit & Mangan (II) oksida d. Mangan (II) sulfat & Mangan (II) oksida e. Mangan (II) sulfide & Mangan (II) oksida Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali .... a. Besi dengan oksigen menjadi karat besi b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida c. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur d. Kayu dibakar menjadi arang e. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif itu misalnya menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke lingkungan. Prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif adalah .... a. Reaksi asam basa b. Reaksi oksidasi enzimatis c. Reaksi elektrolisis d. Reaksi stoikiometris e. Reaksi reduksi Besi banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak dilapisi atau dicat maka besi tersebut akan cepat berkarat karena teroksidasi menjadi senyawa X. Rumus kimia untuk senyawa X tersebut adalah .... a. Fe2O d. Fe3O2 b. FeO e. Fe2O3 c. Fe3O Unsur Br dapat ditemukan dengan bilangan oksidasi -1 sampai +7. Bilangan oksidasi Br pada senyawa KBrO2 adalah .... a. -1 c. +3 e. +7 b. -3 d. +5 Unsur klor dapat bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa dikloro pentaoksida. Senyawa dikloro pentaoksida mempunyai rumus kimia .... a. Cl2O e. Cl2O5 b. Cl2O7 c. Cl2O3 d. Cl2O4
161
18. Cl2 + 2KOH KCl + KClO + H2O Dari persamaan reaksi diatas, bilangan oksidasi klor berubah dari .... a. 0 menjadi -1 dan -2 b. 0 menjadi -1 dan +1 c. -1 menjadi +1 dan 0 d. +1 menjadi -1 dan 0 e. -2 menjadi 0 dan +1 19. Perhatikan reaksi berikut : 4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO Yang bertindak sebagai oksidator adalah .... a. ClO3d. H2O b. N2H4 e. NO c. Cl 20. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam senyawa Na2S2O3 adalah .... a. +1 c. +3 e. +5 b. +2 d. +4 21. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja dengan beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita ketahui bahwa logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah berkarat. Alasan yang benar untuk pernyataan tersebut adalah .... a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat. b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah berkarat. c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah berkarat. d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah berkarat e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah berkarat. 22. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus .... a. P5O d. P2O3 b. P3O5 e. P2O5 c. P3O10 23. Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah .... a. 0 dan +1 d. +2 dan +4 b. 0 dan +2 e. +4 dan +2 c. 0 dan +4
162
24. Pengolahan air limbah dilakukan untuk mengatasi air limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Pada pengolahan air limbah organik dilakukan dengan proses lumpur aktif yang melibatkan .... a. Senyawa kaporit d. Kapur b. Unsur radioaktif e. Tanah liat c. Mikroorganisme pengurai 25. Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi, adalah .... a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O c. Mg + HCl MgCl2 + H2 d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O e. KI + Cl2 KCl + I2 26. Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali .... a. Pembuatan agar-agar d. Fotosintesis b. Pencoklatan apel e. Pembakaran gas metana c. Perkaratan besi 27. Oksigen yang mempunyai bilangan oksidasi dengan harga positif yaitu pada senyawa .... a. CaO d. H2O b. Na2O e. N2O5 c. OF2 28. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut : 1) Zn + 2HCl ZnCl2 + H2 2) 2H2 + O2 2H2O 3) H2 + 2Na 2NaH 4) 2H2O2 2H2O + O2 Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi.... a. 1 dan 2 d. 2 dan 3 b. 1 dan 3 e. 1 dan 4 c. 2 dan 4 29. Diantara spesi berikut yang tidak mungkin digunakan sebagai reduktor adalah .... a. Na d. H2 2+ b. Fe e. Clc. Na+ 30. Belerang yang tidak dapat direduksi lagi terdapat pada senyawa .... a. SO2 e. K2S b. H2SO4 c. Na2S2O3 d. K2SO4
163
31. Diantara ion-ion berikut yang tidak dapat mengalami reaksi autoredoks adalah .... a. ClO4- dan Cl2 d. ClO- dan Clb. ClO4- dan ClOe. Cl2 dan Clc. ClO4- dan Cl32. Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah adalah .... a. H2SO4 d. Na2S2O3 b. Na2SO3 e. Al2S3 c. K2SO3 33. Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut adalah .... a. Natrium bikarbonat d. Natrium bikarbonit b. Natrium karbonat e. Natrium karbonit c. Natrium dikarbonat 34. Rumus molekul senyawa oksida dari unsur seng adalah .... a. Zn2O d. Zn2O5 b. ZnO e. Zn2O7 c. Zn2O3 35. Diantara rumus oksida klor berikut, yang tidak mungkin adalah .... a. ClO d. Cl2O5 b. Cl2O e. Cl2O7 c. Cl2O3 36. Perhatikan tabel berikut ini : No Kation Anion Rumus Kimia Nama + 31 K PO4 K3PO4 Trikalium monofosfat 2+ 32 Ca NO CaNO3 Kalsium nitrat 3+ 23 Fe SO4 Fe2(SO4)3 Besi (III) sulfat 4+ 4 Sn Cl SnCl4 Timah (IV) klorida 4+ 25 NH CO3 (NH4)2CO3 Amonium karbonat Hubungan yang benar adalah .... a. 1, 2, 3 d. 1, 2, 5 b. 2, 3, 4 e. 1, 3, 4 c. 3, 4, 5 37. Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti dibawah ini, kecuali .... a. Dicat b. Melapisi logam dengan Al c. Melindungi logam dari kelembapan d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan karat.
164
38. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan .... a. Oksigen c. Karbondioksida e. Nitrogen b. Karbon d. Hidrogen 39. Perhatikan proses berikut : 1) Karbon organik metana 2) P organik posfat 3) N organik nitrat 4) S organik sulfat Perubahan yang terjadi dalam pengolahan air kotor dengan lumpur aktif ialah .... a. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3 b. 2 dan 4 e. Semua jawaban benar c. 2,3 dan 4 40. Oksigen dengan biloks -1 terdapat dalam senyawa .... a. N2O2 d. O2 b. H2O2 e. Na2O c. H2O Untuk nomor 41- 42. Diketahui reaksi sebagai berikut : CuSO4 + KI
CuI + I2 + K2SO4
41. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh .... a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1 c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan oksigen d. Reaksi redoks tidak stabil e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut 42. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor adalah .... a. I2 karena mempunyai biloks 0 b. CuSO4 karena mengalami reduksi c. CuI karena merupakan hasil reduksi d. KI karena mengalami oksidasi e. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri 43. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn dalam senyawa MnO42- adalah .... a. CrO d. Cr2(SO4)3 b. CrCl3 e. Cr(NO3)3 2c. Cr2O7
165
44. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan pengikatan elektron adalah .... a. Ag Ag+ + e b. 2KNO3 2KNO2 + O2 2+ c. Cu + 2e Cu d. H2S + SO2 S + H2O e. PbO + H2 Pb + H2O 45. Pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif dimaksudkan untuk .... a. Meningkatkan BOD d. Mengurangi DO b. Mengurangi BOD e. Menghilangkan bahan-bahan c. Meningkatkan DO beracun. 46. Apabila suatu unsur melepaskan elektron maka .... a. Biloksnya akan turun d. Muatannya berkurang b. Mengalami reduksi e. Ionnya menjadi negatif c. Terjadi oksidasi 47. Setengah reaksi berikut merupakan reaksi oksidasi adalah .... a. Cl2 + 2e 2Clb. O2 + 4e 2O2c. 6O23O2 + 12e 3+ d. 4Al + 12e 4Al 2+ e. Cu + 2e Cu 48. Pada reaksi : Cl2 + 2KOH KCl+ KClO + H2O. Bilangan oksidasi klorin berubah dari .... a. -1 menjadi +1 dan 0 d. -1 menjadi +2 dan +1 b. +1 menjadi 0 dan -1 e. 0 menjadi -1 dan +1 c. +2 menjadi -1 dan +1 49. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang mengandung senyawa Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa tersebut adalah .... a. +1 d. +4 b. +2 e. +5 c. +3 50. Pengolahan air limbah organik dengan proses lumpur aktif melibatkan .... a. Mikroorganisme pengurai b. Senyawa kaporit c. Tanah liat d. Kapur e. Unsur radioaktif SELAMAT MENGERJAKAN
166
KUNCI JAWABAN UJI COBA SOAL REDOKS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
D D A B E A B B E D E D C B E C E
18. B 19. A 20. D 21. A 22. E 23. C 24. C 25. B 26. A 27. C 28. B 29. C 30. E 31. C 32. E 33. B 34. B
35. A 36. C 37. E 38. A 39. E 40. B 41. B 42. D 43. C 44. E 45. B 46. C 47. C 48. E 49. D 50. A
167
Lampiran 8. Lembar Observasi Penilaian Sikap (Afektif) Siswa Penilaian Sikap N
No
Aspek Yang Dinilai
1
Kehadiran
Skor 4 3
Selalu hadir mengikuti pelajaran kimia Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran kimia 1x Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran kimia 2x Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran kimia lebih dari 2x Penyampaian pendapat masih masih berhubungan dengan materi yang dibahas bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami, suara sudah jelas terdengar. Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Jika semua kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Tidak pernah terlambat dalam mengikuti pelajaran kimia Terlambat mengikuti pelajaran kimia maksimal 5 menit Terlambat mengikuti pelajaran kimia antara 5- 10 menit Terlambat mengikuti pelajaran kimia lebih dari 10 menit tidak menyela pembicaraan saat teman presentasi meminta ijin terlebih dahulu ketika ingin menyampaikan pendapat, meminta ijin ketika ingin meminjam barang milik orang lain.
2 1 2
Menyampaikan pendapat
4
3 2 1 3
Disiplin
4 3 2 1
4
Sopan dan santun
Kriteria
4
3 2
Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
Skor peserta didik
168
1 5
Tanggungjawab
4 3 2
6
Kepedulian
1 4
3 2 1 7
Percaya diri
4
3 2 1
Jika semua kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Mengumpulkan tugas lengkap dan tepat waktu Mengumpulkan tugas tidak lengkap tetapi tepat waktu Mengumpulka tugas lengkap tetapi tidak tepat waktu Tidak mengumpulkan tugas Dapat bekerjasama dengan teman dalam kelompok Mau membantu teman yang belum menyelesaikan pekerjaannya dalam kelompok Menyelesaikan pekerjaan sendiri dalam kelompok dengan baik Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Jika semua kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Berani menyampaikan pendapat, Berani bertanya, Berani menjawab pertanyaan di depan kelas Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Jika semua kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi Skor total diperoleh peserta didik
Keterangan : Pengolahan Nilai Afektif : Nilai = Skot total Skor maksimal
X 100
169
Daftar Nilai Afektif : Afektif No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama
1
2
3
4
5
6
7
Skor total
Nilai
170
Lampiran 9. Lembar Observasi Penilaian Ketrampilan (Psikomotorik) Penilaian Ketrampilan Kode A (Pelaksanaan Group Investigation)
No
Aspek Yang dinilai
Skor 3
1
Pembagian Tugas
2 1 3
2
Pemecahan Masalah
2 1 3
3
Sumber Belajar
2 1
4
Artikel Hasil Diskusi
3
Kriteria Setiap anak melakukan tugas yang didapatkan dengan baik dan cermat Ada satu anak yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik Ada lebih dari 2 anak yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik Solusi pemecahan masalah yang didapat lebih dari 2 solusi Solusi pemecahan masalah yang didapat yaitu 2 solusi saja Solusi pemecahan masalah yang diajukan hanya 1 solusi saja Terdapat lebih dari 3 sumber belajar yang digunakan untuk mencari solusi Terdapat 2-3 sumber belajar yang digunakan untuk mencari solusi Hanya terdapat satu sumber belajar yang digunakan untuk mencari solusi Artikel disertai dokumentasi saat investigasi Bahasa yang digunakan komunikatif (mudah dipahami)
171
2 1 5 B ( Presentasi Hasil Diskusi )
Ketepatan Pengumpulan
3 2 1 3
1
Penyampaian
2 1 3
2
Saran dan Kritik
2 1
3
Ketepatan Pengambilan Keputusan
3
Sistematis, menarik, dan ditulis tangan Jika ada salah satu kriteria di skor 3 yang tidak dipenuhi Jika ada salah dua kriteria di skor 3 yang tidak dipenuhi Tepat waktu Terlambat 1 hari Terlambat 2 hari Penyampaian dengan bahasa yang komunikatif secara bergantian. Penyampaian dengan bahasa yang gugup tetapi secara bergantian. Penyampaian secara komunikatif dan lancar namun tidak bergantian Berani memberikan pendapat/kritik saran kepada 3 atau lebih kelompok Berani memberikan pendapat/kritik saran kepada 1-2 kelompok Tidak memberikan pendapat/kritik saran kepada kelompok yang presentasi Kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang didapat Disajikan sesuai dengan dasar teori yang ditemukan
172
Mudah dimengerti 2 1
Bila 1 kriteria dari skor 3 tidak terpenuhi Bila 2 kriteria dari skor 3 tidak terpenuhi
Total Skor Yang Diperoleh Peserta Didik Keterangan : Pengolahan Nilai Psikomotor : Nilai = Skot total Skor maksimal
X 100
173
Daftar Nilai Ketrampilan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama
A 1
2
3
B 4
5
1
2
Skor 3
total
Nilai
174
Lampiran 10. Lembar Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ANGKET RESPON SISWA Berilah tanda (v) pada kolom respon sesuai dengan kondisi Anda! Nama : Kelas : Respon No.
Aspek Yang Diamati
Keterangan SS
1
Saya merasa senang dan asyik mengikuti pelajaran Kimia dengan melakukan investigasi secara berkelompok
2
Dalam melakukan investigasi dan diskusi kelompok saya dan teman-teman saling membantu dalam mencari penyelesaian
3
Saya belajar materi kimia dengan sungguh-sungguh agar nilai saya dan kelompok saya baik
4
Dengan diskusi dan investigasi langsung saya merasa lebih mudah memahami materi kimia.
5
Saya menyukai cara guru dalam menyampaikan materi dengan diskusi dan kemudian dilakukan pembahasan
6
Saya termotivasi untuk mengikuti pembelajaran Kimia selanjutnya
7
Dengan melakukan investigasi langsung saya merasa waktu di luar sekolah lebih bermanfaat.
KRITIK / SARAN
Keterangan : SS S BS TS STS
:
: Sangat Setuju : Setuju : Biasa Saja : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju
S
BS
TS
STS
175
Lampiran 11. Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda Nama / Nomor Dian Rizki Sabila Mutiara S Wirantiarti A R Serena Maharani P Misak Banul A Muh Hisyam A M Muslih M Dicky Alfian Y H Merita Yuliyani Nisa Nafidina Severa Insani A Erlina Widiastuti Lesta S Dimas Bobby B Kristian W Ikhlasul Amal Umi Rizkiyah Arin Laila F Firsad K Gangga P Sari Dista Fitri Y Rudi Haryanto Mega Dwi S W Nurul Aryani Shinta Adi Asih Ridho Sebastian R Ike Septian H Nuning Nailatu R Nadia Salsabila U Fatchurohman M Hanindhita P A Gabriela Rizki Arief Aji P
1
Jumlah Siswa Jumlah Benar Jumlah Salah D P Q Rerata Xt Xp Simpangan Baku sd Rpbis Rpbis*akar(32) Akar(1-Rpbis^2) t hitung t tabel VALIDITAS Tingkat Kesukaran
33 7 43 0.4375 0.2121 0.7879 15.46 28.143 12.395 4.9789 0.532 3.0093 0.8468 3.5539 1.7 VALID sedang pakai
RELIABILITAS K/(K-1) Xt(K-Xt)/K*St^2 1-(Xt(K-Xt)/K*St^2 RELIABILITAS
2 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.0278 0.3629 0.6371 0.6548
3 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
26 24 -0.188 0.788 0.212
4 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0
6 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0
7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1
8 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0
9 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0
11 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
12 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
13 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0
14 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 20 16 24 17 7 25 12 6 16 4 40 30 34 26 33 43 25 38 44 34 46 0.375 0.313 0.25 0.25 -0.06 0.188 0.25 0.125 0.125 0.938 0.125 0.303 0.606 0.485 0.727 0.515 0.212 0.758 0.364 0.182 0.485 0.121 0.697 0.394 0.515 0.273 0.485 0.788 0.242 0.636 0.818 0.515 0.879
23.73
26.4
1.29 7.295 0 0
0.5833 3.2995 0.8123 4.0621
24.7 24.06 23.88 23.76 25.86 24.76 26.08 26.83 24.44
0.927 5.244 0.375 13.98
0.675 1.112 0.693 0.436 1.33 0.649 0.433 0.705 3.819 6.289 3.918 2.468 7.522 3.673 2.452 3.985 0.738 0 0.721 0.9 0 0.76 0.901 0.71 5.177 0 5.431 2.743 0 4.83 2.721 5.616
26
0.317 1.791 0.949 1.888
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
16 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
19 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0
20 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
21 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
22 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0
23 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
5 8 31 31 45 42 19 19 0 0.4375 0 0.125 0.15 0.2424 0.939 0.939 0.85 0.7576 0.061 0.061
24 19 21 26 31 29 0.125 0.375 0.25 0.727 0.5758 0.636 0.273 0.4242 0.364
20 11 30 39 0.125 0.25 0.606 0.333 0.394 0.667
23.2 25.875 23.48 23.74
24.17 25.579
23.65 25.55
0.26 1.5 0.96 1.55
1.15 0.9533 0.924 6.506 5.3927 5.228 0 0.302 0.382 0 17.857 13.68
0.4764 2.556 2.638 2.6951 14.46 14.92 0.8792 0 0 3.0653 0 0
24.1
0.822 4.649 0.57 8.162
0.577 3.262 0.817 3.994
24 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
25 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
26
27 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1
28 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0
29 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 31 15 17 15 17 30 19 35 33 35 33 0.188 0 0.1875 0.1875 0.9375 0.3125 0.606 0.93939 0.4545 0.5152 0.4545 0.5152 0.394 0.06061 0.5455 0.4848 0.5455 0.4848
0 50 0 0 1
24.4 23.5806
1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
25.6 23.882 23.867 24.294
0.897 2.58674 0.7486 0.7024 0.6209 5.074 14.6328 4.2345 3.9731 3.5121 0.442 0 0.6631 0.7118 0.7839 11.48 0 6.3864 5.5816 4.4802
TIDAK VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID TIDAK TIDAK TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK sulit sedang sedangsulit sulit sulit sulit sulit sulit sulit mudahsulit sulit sedang sulit sulit sulit sedang sulit sulit sulit sulit sulit buang pakai pakai pakai buang perbaikan buang buang perbaikan pakai buang pakai buangbuang buang buang buang pakai pakai perbaikan pakai pakai buang
0.7366 4.1669 0.6763 6.1612
0
0 0 1 0
VALID VALID VALID VALID TIDAK sulit sulit mudah sedang sulit perbaikan pakai buang pakai buang
176 30
31 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
32 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
33 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0
34 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
35 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
36 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
37 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0
38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1
39 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
40 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
41 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
42 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
43 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0
44 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
45 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
46 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1
47 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1
48 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
49 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0
50 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
Ʃ X bar 15 8 35 42 0.3125 0.4375 0.4545 0.2424 0.5455 0.7576 24.6
24.75
0.6749 3.8178 0.7379 5.1737
0.4251 2.4045 0.9052 2.6564
15 16 10 35 34 40 0.438 0.25 0.5625 0.455 0.485 0.303 0.545 0.515 0.697
10 40 0 0.303 0.697
10 40 0.625 0.303 0.697
20 8 9 17 9 18 18 11 30 42 41 33 41 33 32 31 0.13 0.0625 0.1875 0.375 0 0.4375 0.3125 0.3125 0.61 0.2424 0.2727 0.515 0.273 0.54545 0.5455 0.3333 0.39 0.7576 0.7273 0.485 0.727 0.45455 0.4545 0.6667
27 14 5 24 23 36 45 26 0.188 -0.188 -0.063 0.3125 0.818 0.4242 0.1515 0.7273 0.182 0.5758 0.8485 0.2727
24.3
23.1
22.4
23.6 24.375 25.556 25.65 23.89 23.6111 25.278 26.545
23.41
23
23 24.458
24.5 23.821
0.704 0.758 0.4715 3.984 4.29 2.6673 0.71 0.652 0.8819 5.613 6.581 3.0247
0.408 2.306 0.913 2.525
0.3704 2.0953 0.9289 2.2558
0.82 0.4079 0.5 0.849 0.418 0.72244 0.8698 0.6338 4.62 2.3077 2.8282 4.804 2.362 4.08673 4.9203 3.5853 0.58 0.913 0.866 0.528 0.909 0.69144 0.4934 0.7735 8.01 2.5275 3.2656 9.096 2.6 5.91049 9.9719 4.6352
1.364 7.717 0 0
0.5238 2.9629 0.8519 3.4781
0.2578 1.1886 1.4586 6.7238 0.9662 0 1.5096 0
0.3447 1.6008 1.95 9.0556 0.9387 0 2.0773 0
25 25.13
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID sedang sedang sedang sulit sedang sulit sedang sulit sedang sulit buang buang pakai pakai buang buang buang pakai pakai buang
6 28 44 22 0.125 0.1875 0.1818 0.8485 0.8182 0.1515
VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID TIDAK TIDAK VALID sedangsulit sedang sedang sedang sulit mudah sulit sedang sulit buang pakai pakai pakai pakai buang buang buang buang pakai
TIDAK sulit buang
Jumlah Nilai 34 68 31 62 28 56 29 58 28 56 27 54 27 54 27 54 27 54 26 52 26 52 26 52 26 52 25 50 25 50 25 50 23 46 24 48 22 44 24 48 23 46 23 46 22 44 20 40 20 40 20 40 20 40 19 38 17 34 17 34 17 34 14 28 11 22 773 24.156
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Xi - X bar(Xi-X bar)^2 9.87 97.4169 5.87 34.4569 3.87 14.9769 4.87 23.7169 3.87 14.9769 2.87 8.2369 2.87 8.2369 2.87 8.2369 2.87 8.2369 1.87 3.4969 1.87 3.4969 1.87 3.4969 1.87 3.4969 0.87 0.7569 0.87 0.7569 0.87 0.7569 -0.13 -2.13 -0.13 -1.13 -1.13 -2.13 -4.13 -4.13 -4.13 -4.13 -5.13 -7.13 -7.13 -7.13 -10.13 -13.13
Ʃ
0.0169 4.5369 0.0169 1.2769 1.2769 4.5369 17.0569 17.0569 17.0569 17.0569 26.3169 50.8369 50.8369 50.8369 102.6169 172.3969 768.4808
177
Lampiran 12. Analisis Uji Coba Soal Uraian Nama/Nomor Rakhmat Zaenudin M. Irfan Setiyawan Dina Safira M Rovika Vidiayanti Nur Rizky A Eviana Etika K Shabilla M Dhea Ayu N Dwi Kurniasih Maryani Sri Nuruntut Diana Pangestuti M. Machfudh Sekar Rozviona T Fitrotunnisa Hesti Dwi R Fatimatuh Zuhro Nesilia Hendrawati Aeka Putri Nur A Anung Satya Viani Dwintasari Arinta Safira M. Miftah A Eri Triawan M. Multazam Lulu Amilatus S M. Dzikron Abid Febby Nuralisa Kukuh P Rio Ardi S Andwingga K A Rina Sofianingsih Anis Ihsani Dita Maria Rizki Diko Prasetya H
1
2
3
ƩX Ʃ X^2 Ʃ XY rxy Kevalidan Soal ^2 i S ^2 i ^2 t r11 Kriteria
4 8 10 8 8 10 8 4 4 10 10 8 6 0 0 2 0 0 6 2 4 0 4 2 0 0 4 0 4 0 2 0 6 0 2
4 9 9 10 9 10 7 9 3.5 9 3.5 7 9 0 7 7 7 3.5 7 3.5 7 3.5 0 3.5 3.5 7 3.5 7 0 0 3.5 0 0 0 0 0
5
10 5 10 5 7.5 2.5 10 7.5 2.5 2.5 5 2.5 7.5 2.5 2.5 7.5 5 7.5 2.5 5 2.5 5 2.5 2.5 5 2.5 2.5 2.5 0 7.5 5 0 0 2.5 0 Jumlah Rata-rata 3.02857 3.82857 4.8142857 4.8 4.28571 Tingkat Kesukaran 0.30286 0.38286 0.4814286 0.48 0.42857 Kriteria Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Means KA Mans KB Daya Beda
10 10 4 8 6 6 2 4 8 2 2 0 2 2 2 2 2 2 4 2 8 2 0 2 0 4 0 0 2 0 0 8 0 0 0
10 10 4 8 6 8 2 10 4 8 2 4 8 10 10 2 8 2 2 2 0 10 6 6 2 4 0 10 6 0 2 0 0 2 0
29.4412 12.3235 0.41765 Kriteria sangat baik 106 134 168.5 168 150 644 960 1237.25 1264 925 2944 3663 4491.75 4201 3747.5 0.65864 0.66324 0.7653604 0.52822 0.59738 TINGGI TINGGI TINGGI CUKUP CUKUP -320.64 -3326.3 -17419 0.80904 TINGGI
-526.24
-888.24
-876.16
-715
Y
Y^2 43 1849 42 1764 38 1444 38 1444 37.5 1406.25 33.5 1122.25 31 961 29 841 27.5 756.25 26 676 26 676 23.5 552.25 23.5 552.25 21.5 462.25 21.5 462.25 20.5 420.25 18.5 342.25 18.5 342.25 18 324 18 324 18 324 17 289 16 256 16 256 14 196 14 196 13.5 182.25 12.5 156.25 12 144 11 121 9 81 8 64 6 36 4.5 20.25 2 4 728.5 19047.25
Nilai 86 84 76 76 75 67 62 58 55 52 52 47 47 43 43 41 37 37 36 36 36 34 32 32 28 28 27 25 24 22 18 16 12 9 4 1457
178 Lampiran 13. Data Nilai Kondisi Awal Populasi DATA NILAI KONDIS I AWAL (UTS S EMES TER 1) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 ∑Х χ s2 n M ax M in Rentang log n simp angan
Kelas X M IA1
X M IA 2
X M IA3
X M IA 4
36 48 53 28 29 27 57 59 53 65 52 60 27 25 32 47 75 40 21 62 48 40 33 37 62 29 5 19 21 21 35 42 25 25 45 27
66 42 42 41 50 35 37 50 59 32 53 26 48 32 43 66 51 59 32 40 40 27 76 42 41 40 31 59 58 70 70 26 62 88 54 26
37 23 21 37 22 34 65 69 21 54 63 56 52 90 47 57 72 37 57 62 52 44 32 30 47 58 44 84 43 38 39 92 58 26 78 62
44 50 26 27 13 67 32 20 61 16 44 43 31 35 45 57 36 40 32 30 38 37 54 68 42 42 32 37 59 16 42 75 61 37 49 81
1410 39
1714 48
1803 50
1519 42.194444
257.45714 36 75 5 70 1.5563025 16.045471
239.84444 36 88 26 62 1.5563025 15.486912
365.10714 36 92 21 71 1.5563025 19.107777
266.38968 36 81 13 68 1.5563025 16.321449
179
Lampiran 14. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 1 UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 1
1) H0
: Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal 2) α : 0.5 3) Statistik Uji
2
k
Oi E i 2
i 1
Ei
4) Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas Kelas Interval 5 15 25 35 45 55 65 75 85
-
14 24 34 44 54 64 74 84 94
= = = =
75 5 70 8
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Kelas Tengah Batas BawahUntuk ZUntuk Z 4.5 9.5 -2.16 0.02 0.05 14.5 19.5 -1.54 0.06 0.12 24.5 29.5 -0.91 0.18 0.21 34.5 39.5 -0.29 0.39 0.24 44.5 49.5 0.33 0.63 0.20 54.5 59.5 0.96 0.83 0.11 64.5 69.5 1.58 0.94 0.04 74.5 79.5 2.20 0.99 0.01 84.5 89.5 2.83 1.00
Ei 1.68 4.26 7.39 8.81 7.21 4.05 1.56 0.41
c² 2
c
(1-a)(k-3)
c2
7.81 3.38
5) Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
3.38 7.81 2 6) Keputusan : Ho diterima karena c < c2 (1-a)(k-3) 7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
= = = =
0 39.17 16.045 36
Oi
(Oi-Ei)² Ei 0.28 0.02 1.77 0.89 0.01 0.22 0.20 0.83
1 4 11 6 7 5 1 1
= 36
3.38
180 Lampiran 15. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 2 UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X2
1)
H0
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5 3) Statistik Uji k 2
Oi E i 2 Ei
i 1
4) Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas
Kelas Interval 26 34 42 50 58 66 74 82 90
-
= = = =
Batas Bawah
33 41 49 57 65 73 81 89 97
2 (1-a)(k-3) 2 hitung
Kelas 25.5 33.5 41.5 49.5 57.5 65.5 73.5 81.5 89.5
88 26 62 8
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
Nilai Z untuk Peluang Luas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z 29.5 -1.43 0.08 0.10 37.5 -0.91 0.18 0.17 45.5 -0.39 0.35 0.20 53.5 0.12 0.55 0.19 61.5 0.64 0.74 0.14 69.5 1.16 0.88 0.08 77.5 1.67 0.95 0.03 85.5 2.19 0.99 0.01 93.5 2.70 1.00
7.81
7.69
5) Daerah Kritik
Daerah penolakan Ho
Daerah
7.69 6) Keputusan :
7.81 2
2
Ho diterima karena c < c
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
(1-a)(k-3)
= = = =
0 47.61111 15.48691 36
Oi
(Oi-Ei)²
3.76 5.96 7.27 6.84 4.95 2.76 1.19 0.39
8 7 5 5 5 4 1 1
Ei 4.78 0.18 0.71 0.49 0.00 0.55 0.03 0.94
²
= 36
Ei
7.69
181 Lampiran 16. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 3 UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 3
1) H0
Ha
: Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5 3) Statistik Uji k 2
Oi E i 2
Ei
i 1
4) Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas
Kelas Interval 21 29 37 45 53 61 69 77 85 93
-
= = = = Batas Bawah
28 36 44 52 60 68 76 84 92 100
Kelas 20.5 28.5 36.5 44.5 52.5 60.5 68.5 76.5 84.5 92.5
92 21 71 9
Nilai Z untuk Peluang Luas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z 24.5 -1.55 0.06 0.07 32.5 -1.13 0.13 0.11 40.5 -0.71 0.24 0.15 48.5 -0.29 0.39 0.17 56.5 0.13 0.55 0.16 64.5 0.55 0.71 0.13 72.5 0.96 0.83 0.08 80.5 1.38 0.92 0.05 88.5 1.80 0.96 0.02 96.5 2.22 0.99
2 (1-a)(k-3) 7.81 2 hitung
7.07
5) Daerah Kritik
Daerah penolakan
Daerah penerimaan Ho
7.07 6) Keputusan : 7) Kesimpulan :
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
7.81
Ho diterima karena c2 < c2 (1-a)(k-3) Data berdistribusi normal
= = = =
8 50.08333 19.10778 36
Oi
(Oi-Ei)²
2.47 3.93 5.27 5.95 5.65 4.51 3.03 1.71 0.81
5 3 8 4 6 4 2 2 2
Ei 2.60 0.22 1.41 0.64 0.02 0.06 0.35 0.05 1.73
²
= 36
Ei
7.07
182 Lampiran 17. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 4 UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 4
1) H0
: Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal
Ha
2) α : 0.5 3) Statistik Uji
2
k
Oi E i 2
i 1
Ei
4) Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas Kelas Interval 13 23 33 43 53 63 73 83
-
22 32 42 52 62 72 82 92
= = = =
Batas Bawah
Kelas 12.5 22.5 32.5 42.5 52.5 62.5 72.5 82.5
81 13 68 7
Nilai Z untuk Peluang Luas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z 17.5 -1.82 0.03 0.08 27.5 -1.21 0.11 0.16 37.5 -0.59 0.28 0.23 47.5 0.02 0.51 0.23 57.5 0.63 0.74 0.16 67.5 1.24 0.89 0.08 77.5 1.86 0.97 0.02 87.5 2.47 0.99
2 (1-a)(k-3) 7.81 2 hitung 3.24 5) Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
3.24 6) Keputusan :
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
Daerah penolakan Ho
7.81 2
2
Ho diterima karena c < c
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
(1-a)(k-3)
= = = =
9 42.19444 16.32145 36
Oi
(Oi-Ei)²
2.86 5.85 8.32 8.23 5.66 2.70 0.90
4 7 10 6 5 2 2
Ei 0.46 0.23 0.34 0.60 0.08 0.18 1.36
²
= 36
Ei
3.24
183 Lampiran 18. Analisis Uji Homogenitas Awal Populasi UJI HOMOGENITAS POPULASI
1) Ho
:
s 21
=
s 22
=
s 23
….
s 28
H1
:
s 21
≠
s 22
≠
s 23
…
s 28
2) α
:
3)
Statistik Uji
4)
Komputasi
0.5
Sampel
ni
dk = n i - 1
si2
(dk) s i 2
log s i 2
(dk) log s i 2
X MIIA 1
36
35
257.46
9011.1000
2.4107
84.375
X MIIA 2
36
35
239.84
8394.4000
2.3799
83.297
X MIIA 3
36
35
365.11
12778.8500
2.5624
89.685
X MIIA 4
36
35
266.39
9323.6500
2.4255
84.893
∑
144
140
1128.80
39508.0000
9.7786
342.250
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah: = ∑(ni-1) si2 = s2
39508.0000
∑(ni-1) Log s
2
=
282.200
140
=
2.4506
=
(Log s 2 ) ∑ (n i - 1)
Harga satuan B B
χ2
=
2.4506
=
343.0780
=
x
140
(Ln 10) { B - ∑(n i -1) log s i 2 }
=
2.3026
=
1.9064
343.0780
-
342.2501
Untuk a = 5% dengan dk = k - 1 = 4 - 1 = 3 diperoleh c 2 tabel =
3.84
5) Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
1.9064 6)
3,84
Keputusan : Karena χ2 hitung <χ2 tabel maka data antar kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen
7) Kesimpulan:
Kelompok berhomogenitas
184 Lampiran 19. Analisis Uji Anava Awal Populasi UJI ANAVA
1)
Ho :
2) 3)
H1 : Tidak semua μi sama, untuk i = 1,2,3,4 α: 0.5 Statistik Uji
4)
Komputasi No.
μ1 = μ2 = μ3 = μ4
Kelas X MIIA 1 X MIIA 2 X MIIA 3 X MIIA 4
∑X 1410 1714 1803 1519 n 36 36 36 36 X̅ 39.1667 47.61111 50.0833 42.194 Pengujian Hipotesis Jumlah Kuadrat 1. jumlah Kuadrat Rata-rata (RY) RY = (∑X) 2 n = (1410 + 1714 + 1803 + 1519) 2 36 + 36 + 36 + 36 (6446) 2 144 = 288548.03 2. Jumlah Kuadrat antar Kelompok (AY) AY = RY (∑Xi)2 =
ni + (1410) 2 36 = 2676.02 3. Jumlah Kuadrat Total (JK tot) Jk tot = 41550916 = 41220184 4. Jumlah Kuadrat dalam (DY) DY = JK tot = 41220184 = 40928959.95 =
(1714) 2 36
+
(1803) 2
+
36
(1519) 2 36
330732
-
RY 288548.03
AY -
2676
-
288548
185
Tabel Ringkasan Anava Sumber Variasi Rata-rata Antar Kelompok Dalam Kelompok
dk 1 k-1 ∑(ni-1)
Sumber Variasi Rata-rata Antar Kelompok Dalam Kelompok Total F tabel = 2.658 Daerah Kritik Daerah penerimaan Ho
0.003 6) 7)
Keputusan : Kesimpulan :
DY
KT F K= RY : 1 A = AY : (k-1) A D = DY : (∑(ni – 1)) D
∑X2
∑ni
Total
5)
JK RY AY
JK KT 288548.03 288548.03 2676.02 892.01 40928959.95 292349.72 41550916
dk 1 3 140 144
F
0
Daerah penolakan Ho
2.568 Ho diterima
Karena F hitung < F tabel , ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.
186 Lampiran 20. Analisis Uji Kesamaan Varians Data Populasi
UJI KESAMAAN VARIANS DATA POPULASI SISWA KELAS X SMAN 2 BATANG
1)
2) 3)
H₀ : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda Ha : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda α: 5% Statistik Uji Varians terbesar untuk menguji hipotesis digunakan rumus: F
Varians terkecil 4)
Komputasi Dari data diperoleh: Sumber Kelompok Variasi X MIA 1 Jumlah 1410 n 36 Mean 39.00 257.46 Varians (S2 ) Standar deviasi (S) 16.05
Kelompok
X MIA 2 1714 36 48.00 239.84 15.49
Kelompok X MIA 3 1803 36 50.00 365.11 19.11
Kelompok X MIA 4 1519 36 42.19
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F:
365.11 239.84
=
1.52
Pada α = 5% dengan : = 35 dk pembilang : nb-1 dk penyebut : nk -1 5)
= 35
Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho
1.52 6)
7)
1.96
KeputusanHo : diterima Kesimpulan : dalam populasi mempunyai varians yang tidak berbeda. Kelas
266.39 16.32
187
Lampiran 21. Daftar Nama Siswa DAFTAR NAMA SISWA KELAS EKSPERIMEN NAMA KODE ALDISA DWI AGUSTINA E-001 ANANDA NUURIL FITRI HIDAYAH E-002 ANGGI LUKIYANTI E-003 BANGEN SASI PRASANTI E-004 BAYU SAPUTRA E-005 BURHANNUDIN OKTAVIANTO E-006 DESTI PUJIASIH E-007 GALIH RASYID ARROZAQ E-008 GEZA DANAR RULLAH E-009 IKA YULIANTI E-010 IRMA SULISTYANI E-011 JAMIATUL KAMILAH E-012 JULIA CINDRA SALSABILA E-013 KESWANTO E-014 KHARIS AL MAHASIBI E-015 KRISTIYAH E-016 MEISA DELA AGATI E-017 MICKY LUKINANDA E-018 MOH. YUSUF E-019 MUHAMAD IRFAN E-020 MUHAMMAD NIZAR MAULANA E-021 NAELATU ZULFA E-022 NILA AYUNINGTYAS E-023 NOLA EKA CAHYATI E-024 NUR AMILA E-025 OKASYATI LESTARI PUTRI E-026 PELANGI REFOR E-027 PUTU FAHRIZA DWIKA SAPUTRA E-028 RIZKI HANDAYANI E-029 SALMAN NUR AZMII E-030 SOFAN SUSANTO E-031 SONIA DEFEGA PRAFISTANTI E-032 SUNARTI E-033 SUSILOWATI E-034 SYAFIRA NOER FITRIYANIE E-035 VINA DWI LESTARI E-036
KELAS KONTROL NAMA AEKA PUTRI NUR ASRINI ANDWINGGA KRESNA ARDIANSYAH
ANIS IHSANI ANJAS WICAKSONO ANUNG SATYA ARINTA SAFIRA DHEA AYUNINGWIDI NOVITA DIANA PANGESTUTI DIKO PRASETIYO HADI DINA SAFERA MALIK DITA MARIA RIZKI DWI KURNIASIH ERI TRIAWAN EVIANA ETIKA KHUNAINI FATIMATUH ZUHRO FEBBY NURALISA FITROTUNNISA HESTI DWI RESNADI KUKUH PRIBADI LULU AMILATUS SOLEKHA MARYANI MOCHAMAD IRFAN SETIYAWAN MOCHAMAD MULTAZAM MOHAMMAD MACHFUDH MOKHAMAD MIFTAH ARDIANSYAH
MUHAMMAD DZIKRON ABIED NESILIA HENDRAWATI NUR RIZKY AMALIA RAKHMAT ZAENUDIN RINA SOFIANINGSIH RIO ARDI SANTOSO ROVIKA VIDIAYANTI SEKAR ROSVIONA TYARTA SHABILLA MARGIYANTI SRI NURUNTUT VIANI DWINTASARI
KODE K-001 K-002 K-003 K-004 K-005 K-006 K-007 K-008 K-009 K-010 K-011 K-012 K-013 K-014 K-015 K-016 K-017 K-018 K-019 K-020 K-021 K-022 K-023 K-024 K-025 K-026 K-027 K-028 K-029 K-030 K-031 K-032 K-033 K-034 K-035 K-036
188 Lampiran 22. Nilai Pretest Hasil Belajar Kognitif Siswa DAFTAR NILAI PRETES Nomor
Kelas Eksperimen Kontrol
28.5 32 27 30 26 40 32.5 25.5 26 30 32 17 27 22 13 19 25 24 22 23.5 25 22 32.5 28 21.5 29 24 29 23.5 28 27 23 28 27 28 23
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
21 17 21 24 20 16 37.5 30.5 29 30.5 16 30 30 32.5 32 19 27 16 25.5 30 32.5 42 20 34 30 25.5 16 30 32.5 25 30 34.5 20 25 27.5 32.5
∑
940.5
961.5
X
26.13
26.71
ni
36
36
ni - 1
35
35
Si2
23.89
44.42
(ni-1) Si2
836.19
1554.69
Log Si2
1.38
1.65
2
48.24
57.67
Si
4.89
6.66
Nilai Maks.
40
42
Nilai Min.
13
16
Rentang
27
26
Log ni
1.56
1.56
(ni-1) Log Si
S
X² Eksperimen Kontrol
49.5
812.25
441
49
1024
289
48
729
441
54
900
576
46
676
400
56
1600
256
70
1056.25
1406.25
56
650.25
930.25
55
676
841
60.5
900
930.25
48
1024
256
47
289
900
57
729
900
54.5
484
1056.25
45
169
1024
38
361
361
52
625
729
40
576
256
47.5
484
650.25
53.5
552.25
900
57.5
625
1056.25
64
484
1764
52.5
1056.25
400
62
784
1156
51.5
462.25
900
54.5
841
650.25
40
576
256
59
841
900
56
552.25
1056.25
53
784
625
57
729
900
57.5
529
1190.25
48
784
400
52
729
625
55.5
784
756.25
55.5
529
1056.25
1902
25406.75
27234.75
189
Lampiran 23. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Eksperimen UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)
1) 2) 3)
H0
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
α : 5% Statistik Uji 2
4)
k
Oi E i 2
i 1
Ei
Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas Kelas Interval 13 20 27 34 41
-
19 26 33 40 47
= = = =
40 13 27 4
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
= = = =
Batas Bawah Z untuk
Peluang Luas Ei Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z 12.5 -2.78 0.00 0.09 3.08 19.5 -1.35 0.09 0.44 15.97 26.5 0.08 0.53 0.40 14.51 33.5 1.51 0.93 0.06 2.29 40.5 2.94 1.00 ²
5)
2 (1-a)(k-3)
7.81
2 hitung
1.22
Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
1.22 6) 7)
Keputusan : Ho diterima Kesimpulan : Data berdistribusi normal
7.81
6 26.11 4.887 36 Oi
(Oi-Ei)²
3 15 17 1
Ei 0.00 0.06 0.43 0.73
= 36
1.22
190 Lampiran 24. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Kontrol UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST KELAS KONTROL (X MIIA 3)
1)
H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
2)
α
:
5%
3)
Statistik Uji : 2
4)
k
Oi E i 2
i 1
Ei
Komputasi Nilai Maksimal
=
42
Panjang Kelas
=
7
Nilai Minimal
=
16
Rerata Kelompok
=
26.71
Rentang
=
26
Simpangan Baku
=
6.66
Banyak Kelas
=
4
n
=
36
Batas Bawah
Z untuk
Ei
Oi
Kelas Interval
5)
Kelas
Peluang
Batas Bawah Untuk Z Untuk Z
(Oi-Ei)² Ei
13
-
20
12.5
-2.13
0.02
0.16
5.73
9
1.86
21
-
28
20.5
-0.93
0.18
0.43
15.49
9
2.72
29
-
36
28.5
0.27
0.61
0.32
11.64
16
1.64
37
-
44
36.5
1.47
0.93
0.07
2.42
2
0.07
45
-
52
44.5
2.67
1.00 ²
=
6.29
2 (1-a)(k-3)
7.81
2 hitung
6.29
36
Daerah Kritik
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
6.29 6) 7)
Luas
Keputusan : Ho diterima Kesimpulan :Data berdistribusi normal
7.81
191 Lampiran 25. Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar Kognitif UJI HOMOGENITAS HASIL PRETES
1) H0 :
2
s
=
1
2
s
2
2 Ha : Tidak semua s i sama, untuk i = 1, 2 2) α : 5% 3) Statistik Uji
4) Komputasi Kelas
ni
dk = ni - 1
Si
(dk) Si
log Si
2
(dk) log Si
Eksperimen
36 36 72
35 35 70
23.89 44.42 68.3100
836.1500 1554.7000 2390.8500
1.3782 1.6476 3.0258
48.2376 57.6652 105.9028
Kontrol Jumlah
2
2
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah: 2390.8500 = = S2 S(ni-1) Si2 70 S(ni-1) 2 = 1.53 Log S
2
= 34.1550
Harga satuan B = (Log S2 ) S (ni - 1) = 1.53 x 70 = 107
B
2
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2 } 107.3418 105.9028 = 2.3026 = 3.3134
Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2 tabel 3.8415 = 5) Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
3.3134
3.8415
6) Keputusan : Ho diterima 7) Kesimpulan :
Karena 2 hitung < 2 (1-a)(k-1) maka populasi mempunyai homogenitas yang sama
192 Lampiran 26. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Hasil Belajar
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL PRETEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
1)
H₀ : Ha :
2) 3)
α: Statistik Uji
F
5%
Varians terbesar Varians terkecil
4) Komputasi Dari data diperoleh: Sumber Kelompok Variasi Eksperimen Jumlah 940 n 36 Mean 26.11 23.89 Varians (S2 ) Standar deviasi (S) 4.89
Kelompok
Kontrol 960.5 36 26.68 44.42 6.66
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F:
44.42 23.89
=
Pada α = 5% dengan : = dk pembilang : nb-1 = dk penyebut : nk -1 5)
1.86
35 35
Daerah Kritik
Daerah penolakan Ho
Daerah
1.86
1.96
6) Keputusan : Ho diterima 7)
Kesimpulan : kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
193 Lampiran 27. Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol DAFTAR NILAI POSTEST HASIL BELAJAR Nomor
Kelas Eksperimen Kontrol
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
69.5 64 59 64.5 61 62 62 62 76 69 62.5 63.5 67 63.5 67 64.5 77 66 64.5 65 65.5 63 63 71 67 71 66 71 56 72 63 61 63.5 69.5 62.5 52
44 54 59 57 48 58 52 56.5 43 48 47 44 64 62 43 50 55 57.5 50.5 48 55 65 50.5 55 57.5 45 58.5 44.5 58.5 52 46 72 54 44 50.5 54.5
S
X² EksperimenKontrol
113.5
4830.3
1936
118
4096
2916
118
3481
3481
121.5
4160.3
3249
109
3721
2304
120
3844
3364
114
3844
2704
118.5
3844
3192.25
119
5776
1849
117
4761
2304
109.5
3906.3
2209
107.5
4032.3
1936
131
4489
4096
125.5
4032.3
3844
110
4489
1849
114.5
4160.3
2500
132
5929
3025
123.5
4356
3306.25
115
4160.3
2550.25
113
4225
2304
120.5
4290.3
3025
128
3969
4225
113.5
3969
2550.25
126
5041
3025
124.5
4489
3306.25
116
5041
2025
124.5
4356
3422.25
115.5
5041
1980.25
114.5
3136
3422.25
124
5184
2704
109
3969
2116
133
3721
5184
117.5
4032.3
2916
113.5
4830.3
1936
113
3906.3
2550.25
106.5
2704
2970.25
S
2346.5
1903
4249.5
X
65.18
52.86
118.04
ni
36
36
72
153816 102276.5
ni - 1
35
35
71
48.491
Si 2
24.85
48.05
48.49
6.9636
(ni-1) Si2
869.58
1681.81
3442.87
Log Si2
1.40
1.68
1.69
(ni-1) Log Si2 Si
48.83
58.86
119.68
4.98
6.93
6.96
Nilai Maks.
77
72
133
Nilai Min.
52
43
106.5
Rentang
25
29
26.5
Simpangan baku
4.98
6.93
194
Lampiran 28. Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1) 1) H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5% 3) Statistik Uji 2
k
Oi E i 2
i 1
Ei
4) Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas
= = = =
77 52 25 5
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
= = = =
Batas Bawah Z untuk Peluang Kelas Luas Ei Interval Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z 50 - 55 49.5 -3.15 0.00 0.03 0.91 56 - 61 55.5 -1.94 0.03 0.20 7.34 62 - 67 61.5 -0.74 0.23 0.45 16.18 68 - 73 67.5 0.47 0.68 0.27 9.84 74 - 79 73.5 1.67 0.95 0.05 1.63 80 - 85 79.5 2.88 1.00 ²
2 (1-a)(k-3)
7.81
2 hitung
4.53
5) Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
4.53 6) Keputusan : Ho diterima 7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
Daerah penolakan Ho
7.81
6 65.18 4.98 36 Oi 1 4 22 7 2 = 36
(Oi-Ei)²
Ei 0.01 1.52 2.10 0.82 0.08 4.53
195
Lampiran 29. Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Kontrol UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST KELAS KONTROL (X MIA 3) 1) H0 : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal 2) α : 5% 3) Statistik Uji 2
k
Oi E i 2
i 1
Ei
4) Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas
= = = =
72 43 29 5
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
= = = =
Batas Bawah Z untuk Peluang Luas Kelas Interval Ei Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z 40 - 47 39.5 -1.93 0.03 0.19 6.94 48 - 55 47.5 -0.77 0.22 0.43 15.44 56 - 63 55.5 0.38 0.65 0.29 10.41 64 - 71 63.5 1.54 0.94 0.06 2.12 72 - 79 71.5 2.69 1.00 0.00 0.13 80 - 87 79.5 3.84 1.00 c² c2 (1-a)(k-3) c2
7.81 6.85
5) Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
6.85 6) Keputusan : Ho diterima 7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
7.81
8 52.86 6.93 36 Oi 9 15 9 2 1 = 36
(Oi-Ei)² Ei 0.61 0.01 0.19 0.01 6.03 6.85
196 Lampiran 30. Analisis Uji Homogenitas Data Postest Hasil Belajar
UJI HOMOGENITAS DATA POSTEST HASIL BELAJAR
1)
H0
:
s21
=
s 22
2) 3)
Tidak semua s2i sama, untuk i = 1, 2 α : 5% Statistik Uji
4)
Komputasi
Ha
:
Kelas
ni
dk = ni 1
Eksperimen
36 36 72
35 35 70
Kontrol Jumlah
Si2
(dk) Si2
24.8500 869.7500 48.0500 1681.7500 72.9000 2551.5000
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah: 2551.5000 = = S2 S(ni-1) Si2 70 S(ni-1) 2 = 1.561698 Log S
log Si2
(dk) log Si2
1.3953 1.6817 3.0770
48.8364 58.8593 107.6957
=
36.4500
Harga satuan B B = (Log S2 ) S (ni - 1) = 1.561698 x 70 = 109.3188 2 = (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2 } 2.3026 109.32 107.6957 = 3.7374 = Untuk α = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2 tabel =3.8415 5)
Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
3.7374 6) 7)
Keputusan :
3.8415
Ho diterima
Kesimpulan : Karena 2
hitung <
2 (1-a)(k-1) maka data mempunyai homogenitas yang sama
197 Lampiran 31. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Hasil Belajar
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL 1) H₀ :
Ha :
Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
2) α : 5% 3) Statistik Uji F
Varians terbesar Varians terkecil
4) Komputasi Dari data diperoleh: Sumber Kelompok Kelompok Variasi Eksperimen Kontrol Jumlah 2346.5 1903 n 36 36 Mean 65.18 52.86 24.85 48.05 Varians (S2) Standar deviasi (S) 4.98 6.93 Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F:
48.05 24.85
=
Pada α = 5% dengan : dk pembilang : nb-1 =
1.93
35
dk penyebut : nk -1
=
35
5) Daerah Kritik
Daerah penolakan
Daerah
1.93 1.96 6) Keputusan : 7) Kesimpulan :
Ho diterima Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
198 Lampiran 32. Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Hasil Belajar UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI POSTTEST (UJI t PIHAK KANAN)
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL 1) Ho
:
m1
< m2
Ha
:
m1
> m2
2) α : 5% 3) Statistik Uji Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: Dimana, x1 x 2 t 1 1 n 1 1s12 n 2 1s 22 s s n1 n2 n1 n 2 2 4) Komputasi Dari data diperoleh: Sumber variasi Jumlah n X̅
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
2347 36 65.18
1903 36 52.86
24.85 4.98
48.05 6.93
Varians (s2) Standart deviasi (s)
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: 1 48.05 36 1 24.85 + 36 s = = 6.037 36 + 36 2 65.18 52.86 t = = 8.658 + 1 1 6.04 36 36 Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 =68 diperoleh t (0.95)(68) 1.9944371 = 5) Daerah Kritik
-1.994
0
1.994
8.658
6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho 7) Kesimpulan :Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
199 Lampiran 33. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Hasil Belajar
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI POSTTEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL 1) 2) 3)
4)
Ho : m1 = m2 Ha : m1 ≠ m2 α : 5% Statistik Uji Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: Dimana, x1 x2 t n 1 1s12 n 2 1s 22 1 1 s s n1 n 2 2 n1 n2 Komputasi Dari data diperoleh: Sumber variasi Jumlah n x̅ Varians (s2) Standart deviasi (s) s t
5)
= =
Kelompok eksperimen 2347 36 65.18 24.85 4.98
36 -1 65.18 6.037
Kelompok kontrol 1903 36 52.86 48.05 6.93
24.85 + 36 -1 48.05 = 36 + 36 2 52.86 = 8.657 1 + 1 36 36
6.037
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 = 68 diperoleh t (0.95)(68) 1.994 = Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
-1.994 6) 7)
Keputusan : Kesimpulan :
0
1.994
8.66
t berada pada daerah penolakan Ho Ada perbedaan rata-rata nilai postest antara kelompok eksperimen dan kontrol
200
Lampiran 34. Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Kognitif Siswa
UJI NORMALITAS GAIN (g) PENINGKATAN RATA-RATA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA Rata-rata Pretest Posttest
Kelas Eksperimen 26.13 65.18
Kriteria Uji (g) :
Kelas Eksperimen (g)
Kelas Kontrol 26.71 52.86
g ˃ 0.7 (tinggi) 0.3 < g < 0.7 (sedang) g < 0.3 (rendah)
= = =
( S post ) 100% 65.18 100 0.528631
( S pre ) ( S pre ) 26.13 26.13 (SEDANG)
( S post ) 100% 52.86 100 0.356802
( S pre ) ( S pre ) 26.71 26.71 (SEDANG)
Kelas Kontrol (g)
= = =
201
UJI NORMALIZED GAIN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DATA KELAS EKSPERIMEN KELAS X MIIA 1 No Testee Pretes Postes g Kriteria 1 E-01 28.5 69.5 0.57 Sedang 2 E-02 32 64 0.47 Sedang 3 E-03 27 59 0.44 Sedang 4 E-04 30 64.5 0.49 Sedang 5 E-05 26 61 0.47 Sedang 6 E-06 40 62 0.37 Sedang 7 E-07 32.5 62 0.44 Sedang 8 E-08 25.5 62 0.49 Sedang 9 E-09 26 76 0.68 Sedang 10 E-10 30 69 0.56 Sedang 11 E-11 32 62.5 0.45 Sedang 12 E-12 17 63.5 0.56 Sedang 13 E-13 27 67 0.55 Sedang 14 E-14 22 63.5 0.53 Sedang 15 E-15 13 67 0.62 Sedang 16 E-16 19 64.5 0.56 Sedang 17 E-17 25 77 0.69 Sedang 18 E-18 24 66 0.55 Sedang 19 E-19 22 64.5 0.54 Sedang 20 E-20 23.5 65 0.54 Sedang 21 E-21 25 65.5 0.54 Sedang 22 E-22 22 63 0.53 Sedang 23 E-23 32.5 63 0.45 Sedang 24 E-24 28 71 0.60 Sedang 25 E-25 21.5 67 0.58 Sedang 26 E-26 29 71 0.59 Sedang 27 E-27 24 66 0.55 Sedang 28 E-28 29 71 0.59 Sedang 29 E-29 23.5 56 0.42 Sedang 30 E-30 28 72 0.61 Sedang 31 E-31 27 63 0.49 Sedang 32 E-32 23 61 0.49 Sedang 33 E-33 28 63.5 0.49 Sedang 34 E-34 27 69.5 0.58 Sedang 35 E-35 28 62.5 0.48 Sedang 36 E-36 23 52 0.38 Sedang Jumlah 941 2347 18.96 Mean 26.13 65.18 Tinggi 0 2 S 23.89 24.85 Sedang 36 S 4.89 4.98 Rendah 0
DATA KELAS KONTROL KELAS X MIIA 3 No Testee Pretes Postes g 1 K-01 21 44 0.29 2 K-02 17 54 0.45 3 K-03 21 59 0.48 4 K-04 24 57 0.43 5 K-05 20 48 0.35 6 K-06 16 58 0.50 7 K-07 37.5 52 0.23 8 K-08 30.5 56.5 0.37 9 K-09 29 43 0.20 10 K-10 30.5 48 0.25 11 K-11 16 47 0.37 12 K-12 30 44 0.20 13 K-13 30 64 0.49 14 K-14 32.5 62 0.44 15 K-15 32 43 0.16 16 K-16 19 50 0.38 17 K-17 27 55 0.38 18 K-18 16 57.5 0.49 19 K-19 25.5 50.5 0.34 20 K-20 30 48 0.26 21 K-21 32.5 55 0.33 22 K-22 42 65 0.40 23 K-23 20 50.5 0.38 24 K-24 34 55 0.32 25 K-25 30 57.5 0.39 26 K-26 25.5 45 0.26 27 K-27 16 58.5 0.51 28 K-28 30 44.5 0.21 29 K-29 32.5 58.5 0.39 30 K-30 25 52 0.36 31 K-31 30 46 0.23 32 K-32 34.5 72 0.57 33 K-33 20 54 0.43 34 K-34 25 44 0.25 35 K-35 27.5 50.5 0.32 36 K-36 32.5 54.5 0.33 Jumlah 962 1903 12.73 Mean 26.71 52.86 Tinggi 2 S 44.42 48.05 Sedang S 6.66 6.93 Rendah
Kriteria Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang 0 25 11
202 Lampiran 35. Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Afektif NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
JKT JKOB JKP JKR VP VE
RELIABILITAS LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF OB 1 OB 2 OB 3 JUMLAH X X KUADRAT AEKA PUTRI NUR ASRINI 77 5929 26 25 26 ANDWINGGA KRESNA A 79 6241 27 26 26 ANIS IHSANI 78 6084 26 26 26 ANJAS WICAKSONO 78 6084 26 26 26 ANUNG SATYA 76 5776 26 25 25 ARINTA SAFIRA 80 6400 27 26 27 DHEA AYUNINGWIDI N 81 6561 27 27 27 DIANA PANGESTUTI 79 6241 27 26 26 DIKO PRASETIYO HADI 76 5776 26 25 25 DINA SAFERA MALIK 81 6561 27 27 27 DITA MARIA RIZKI 84 7056 28 28 28 DWI KURNIASIH 75 5625 25 25 25 ERI TRIAWAN 81 6561 27 27 27 EVIANA ETIKA KHUNAINI 79 6241 27 25 27 FATIMATUH ZUHRO 75 5625 25 25 25 FEBBY NURALISA 82 6724 28 26 28 FITROTUNNISA 83 6889 28 27 28 HESTI DWI RESNADI 81 6561 27 27 27 KUKUH PRIBADI 78 6084 26 26 26 LULU AMILATUS S 81 6561 27 27 27 MARYANI 80 6400 27 26 27 MOCH IRFAN SETIYAWAN 80 6400 27 26 27 MOCHAMAD MULTAZAM 83 6889 28 27 28 MOHAMMAD MACHFUDH 80 6400 28 26 26 MOKH MIFTAH ARDIANSYAH 81 6561 27 27 27 MUH DZIKRON ABIED 78 6084 26 26 26 NESILIA HENDRAWATI 84 7056 28 28 28 NUR RIZKY AMALIA 83 6889 28 27 28 RAKHMAT ZAENUDIN 79 6241 27 25 27 RINA SOFIANINGSIH 81 6561 27 27 27 RIO ARDI SANTOSO 83 6889 28 27 28 ROVIKA VIDIAYANTI 81 6561 27 27 27 SEKAR ROSVIONA T 84 7056 28 28 28 SHABILLA MARGIYANTI 79 6241 27 25 27 SRI NURUNTUT 79 6241 26 26 27 VIANI DWINTASARI 83 6889 28 27 28 JUMLAH Y 970 947 965 2882 230938 Y KUADRAT 940900 896809 931225 2768934 NAMA
95.2962963 8.12962963 72.62962963 14.53703704 2.075132275 0.207671958
RELIABILITAS 0.749840663
203 Lampiran 36. Analisis Lembar Observasi Aspek Afektif
ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK AFEKTIF KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
E-001 E-002 E-003 E-004 E-005 E-006 E-007 E-008 E-009 E-010 E-011 E-012 E-013 E-014 E-015 E-016 E-017 E-018 E-019 E-020 E-021 E-022 E-023 E-024 E-025 E-026 E-027 E-028 E-029 E-030 E-031 E-032 E-033 E-034 E-035 E-036 Jumlah Rerata Persen
1 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 143 135 0.993056 0.9375 99.31% 93.75%
AFEKTIF 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 139 142 138 0.965278 0.986111 0.958333 96.53% 98.61% 95.83%
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 144 1 100%
7 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 131 0.90972 90.97%
204
ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK AFEKTIF KELAS X MIIA 3 (KELAS KONTROL)
No
KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
K-001 K-002 K-003 K-004 K-005 K-006 K-007 K-008 K-009 K-010 K-011 K-012 K-013 K-014 K-015 K-016 K-017 K-018 K-019 K-020 K-021 K-022 K-023 K-024 K-025 K-026 K-027 K-028 K-029 K-030 K-031 K-032 K-033 K-034 K-035 K-036 Jumlah Rerata Persen
AFEKTIF 1 2 3 4 5 6 7 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 142 113 142 144 139 128 119 0.98611 0.784722 0.986111 1 0.965278 0.888889 0.826389 98.61% 78.47% 98.61% 100.00% 96.53% 88.89% 82.64%
205 Lampiran 37. Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Psikomotorik NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
JKT JKOB JKP JKR VP VE
RELIABILITAS LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK NAMA OB 1 OB 2 OB 3 JUMLAH X X KUADRAT AEKA PUTRI NUR ASRINI 68 4624 23 22 23 ANDWINGGA KRESNA A 68 4624 23 22 23 ANIS IHSANI 72 5184 24 24 24 ANJAS WICAKSONO 68 4624 22 23 23 ANUNG SATYA 69 4761 23 23 23 ARINTA SAFIRA 71 5041 24 24 23 DHEA AYUNINGWIDI NOVITA 70 4900 23 24 23 DIANA PANGESTUTI 71 5041 24 23 24 DIKO PRASETIYO HADI 65 4225 21 22 22 DINA SAFERA MALIK 69 4761 23 23 23 DITA MARIA RIZKI 72 5184 24 24 24 DWI KURNIASIH 71 5041 23 24 24 ERI TRIAWAN 68 4624 22 23 23 EVIANA ETIKA KHUNAINI 71 5041 24 23 24 FATIMATUH ZUHRO 72 5184 24 24 24 FEBBY NURALISA 72 5184 24 24 24 FITROTUNNISA 71 5041 24 23 24 HESTI DWI RESNADI 69 4761 23 23 23 KUKUH PRIBADI 69 4761 23 23 23 LULU AMILATUS SOLEKHA 72 5184 24 24 24 MARYANI 63 3969 21 21 21 MOCH IRFAN SETIYAWAN 69 4761 23 23 23 MOCHAMAD MULTAZAM 71 5041 24 23 24 MOHAMMAD MACHFUDH 71 5041 24 24 23 MOKH MIFTAH ARDIANSYAH 71 5041 24 24 23 MUHAMMAD DZIKRON ABIED 71 5041 23 24 24 NESILIA HENDRAWATI 72 5184 24 24 24 NUR RIZKY AMALIA 71 5041 24 23 24 RAKHMAT ZAENUDIN 72 5184 24 24 24 RINA SOFIANINGSIH 72 5184 24 24 24 RIO ARDI SANTOSO 71 5041 24 23 24 ROVIKA VIDIAYANTI 71 5041 24 23 24 SEKAR ROSVIONA TYARTA 72 5184 24 24 24 SHABILLA MARGIYANTI 69 4761 23 23 23 SRI NURUNTUT 72 5184 24 24 24 VIANI DWINTASARI 69 4761 23 23 23 JUMLAH Y 842 839 844 2525 177249 Y KUADRAT 708964 703921 712336 2125221 61.43518519 0.351851852 49.43518519 11.64814815 1.412433862 0.166402116
RELIABILITAS 0.71396
206 Lampiran 38. Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik
ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK PSIKOMOTORIK KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
E-001 E-002 E-003 E-004 E-005 E-006 E-007 E-008 E-009 E-010 E-011 E-012 E-013 E-014 E-015 E-016 E-017 E-018 E-019 E-020 E-021 E-022 E-023 E-024 E-025 E-026 E-027 E-028 E-029 E-030 E-031 E-032 E-033 E-034 E-035 E-036 Jumlah Rerata Persen
Aspek A 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 108 1 100%
2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 98 0.90741 85.18%
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 108 1 100%
Aspek B 4 5 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 96 104 100 95 0.888889 0.962963 0.925926 0.87963 85.18% 94.44% 92.59% 87.96%
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 108 1 100%
207
ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK PSIKOMOTORIK KELAS X MIIA 3 (KELAS KONTROL)
No
KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
K-001 K-002 K-003 K-004 K-005 K-006 K-007 K-008 K-009 K-010 K-011 K-012 K-013 K-014 K-015 K-016 K-017 K-018 K-019 K-020 K-021 K-022 K-023 K-024 K-025 K-026 K-027 K-028 K-029 K-030 K-031 K-032 K-033 K-034 K-035 K-036 Jumlah Rerata Persen
ASPEK B ASPEK A 3 2 1 5 4 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 89 82 79 102 92 103 92 93 0.86111 0.851852 0.953704 0.851852 0.944444 0.731481 0.75926 0.82407 73.15% 75.93% 82.41% 100% 86.11% 90.74% 95.37% 100.00%
208 Lampiran 39. Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah DAFTAR NILAI PRETES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Nomor
Kelas Eksperimen Kontrol
25 15 30 20 20 20 25 25 20 20 20 10 10 20 10 10 10 20 25 15 10 20 25 20 15 10 15 10 15 35 10 15 10 10 25 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
30 15 15 10 20 20 30 25 10 35 15 40 25 35 20 25 30 20 15 25 30 40 18 20 25 17 16 40 35 13 20 30 20 30 25 25
∑
625
864
X
17.36
24.00
ni
36
36
ni - 1
35
35
Si
2
(ni-1) Si2 Log Si2 2
44.98
70.06
1574.31
2452.00
1.65
1.85
57.86
64.59
Si
6.71
8.37
Nilai Maks.
35
40
Nilai Min.
10
10
Rentang
25
30
Log ni
1.56
1.56
(ni-1) Log Si
X²
S
Eksperimen
Kontrol
55
625
900
30
225
225
45
900
225
30
400
100
40
400
400
40
400
400
55
625
900
50
625
625
30
400
100
55
400
1225
35
400
225
50
100
1600
35
100
625
55
400
1225
30
100
400
35
100
625
40
100
900
40
400
400
40
625
225
40
225
625
40
100
900
60
400
1600
43
625
324
40
400
400
40
225
625
27
100
289
31
225
256
50
100
1600
50
225
1225
48
1225
169
30
100
400
45
225
900
30
100
400
40
100
900
50
625
625
35
100
625
1489
12425
23188
209 Lampiran 40. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas Eksperimen UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1)
1) 2) 3)
H0
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
α : 5% Statistik Uji 2
4)
k
Oi E i 2
i 1
Ei
Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas Kelas Interval 10 17 24 31 38
5)
-
= = = =
35 10 25 4
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
= = = =
6 26.11 6.706 36
Peluang Luas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z -2.48 0.01 0.07 -1.43 0.08 0.27 -0.39 0.35 0.40 0.65 0.74 0.21 1.70 0.96
Ei
Oi
(Oi-Ei)²
2.49 9.82 14.22 7.62
6 12 14 4
Ei 4.93 0.49 0.00 1.72
²
= 36
Batas Bawah Z untuk
Kelas 9.5 16.5 23.5 30.5 37.5
16 23 30 37 44
2 (1-a)(k-3)
7.81
2 hitung
7.13
Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
7.13 6) 7)
Keputusan : Kesimpulan :
7.81
Ho diterima Data berdistribusi normal
7.13
210 Lampiran 41. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas Kontrol UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST KELAS KONTROL (X MIA 3) 1) 2) 3)
H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
α
:
5%
Statistik Uji 2
4)
k
Oi E i 2
i 1
Ei
Komputasi Nilai Maksimal
=
40
Panjang Kelas
=
9
Nilai Minimal
=
10
Rerata Kelompok
=
24.00
Rentang
=
30
Simpangan Baku
=
8.37
Banyak Kelas
=
4
n
=
36
Ei
Oi
Kelas Interval
5)
Batas Bawah Z untuk Kelas
Luas
Batas BawahUntuk Z Untuk Z
(Oi-Ei)² Ei
10
-
19
9.5
-1.73
0.04
0.25
9.14
10
0.08
20
-
29
19.5
-0.54
0.30
0.45
16.17
14
0.29
30
-
39
29.5
0.66
0.74
0.22
8.05
9
0.11
40
-
49
39.5
1.85
0.97
0.03
1.11
3
3.21
50
-
59
49.5
3.05
1.00 ²
=
3.69
2 (1-a)(k-3)
7.81
2 hitung
3.69
36
Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho 3.69
6) 7)
Peluang
Daerah penolakan Ho
7.81
Keputusan : Ho diterima Kesimpulan : Data berdistribusi normal
211 Lampiran 42. Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
UJI HOMOGENITAS HASIL PRETES SOAL URAIAN
1) H0 : Ha : 2) α
:
2
s
2
=
1
s
2
Tidak semua s2 i sama, untuk i = 1, 2 5%
3) Statistik Uji
4) Komputasi Kelas
ni
dk = ni - 1
Si2
(dk) Si
log Si
2
(dk) log Si
Eksperimen
36 36 72
35 35 70
42.60 70.06 112.6600
1491.0000 2452.1000 3943.1000
1.6294 1.8455 3.4749
57.0293 64.5915 121.6208
Kontrol Jumlah
2
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah: 3943.1000 = = S2 S(ni-1) Si2 70 S(ni-1) 2 = 1.75074 Log S
=
56.3300
Harga satuan B = (Log S2 ) S (ni - 1) = 1.8 x 70 = 123
B
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2 } 121.6208 = 2.3026 122.551783 = 2.1437 Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2 tabel =3.8415 2
5) Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
2.1437 6) Keputusan : 7) Kesimpulan :
Karena 2 yang sama
3.8415
Ho diterima
hitung <
2 (1-a)(k-1) maka populasi mempunyai homogenitas
2
212 Lampiran 43. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Soal Uraian
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL PRETEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
1) H₀ : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda Ha : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda 2)
α:
5%
3) Statistik Uji Varians terbesar F Varians terkecil 4) Komputasi Dari data diperoleh: Sumber Kelompok Variasi Eksperimen Jumlah 590 n 36 Mean 16.39 2 42.60 Varians (S ) Standar deviasi (S) 6.53
Kelompok
Kontrol 864 36 24.00 70.06 8.37
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F:
5)
70.06 42.60
=
Pada α = 5% dengan : = dk pembilang : nb-1
35
dk penyebut : nk -1
35
=
Daerah Kritik
Daerah penolakan
Daerah penerimaan Ho
1.64 6) 7)
1.64
Keputusan : Kesimpulan :
1.96
Ho diterima
Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
213
Lampiran 44. Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah DAFTAR NILAI POSTEST SOAL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
Nomor
Kelas Eksperimen Kontrol
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
75 80 70 65 66 75 72 75 72 70 73 75 65 75 75 65 75 60 57 70 75 70 65 82 67 70 80 70 55 80 75 75 75 67 65 62
56 68 70 70 60 72 63 65 52 59 58 48 75 80 58 60 67 75 65 48 54 62 57 71 75 52 77 47 65 64 54 75 60 55 57 69
S
5625
3136
148
6400
4624
140
4900
4900
135
4225
4900
126
4356
3600
147
5625
5184
135
5184
3969
140
5625
4225
124
5184
2704
129
4900
3481
131
5329
3364
123
5625
2304
140
4225
5625
155
5625
6400
133
5625
3364
125
4225
3600
142
5625
4489
135
3600
5625
122
3249
4225
118
4900
2304
129
5625
2916
132
4900
3844
122
4225
3249
153
6724
5041
142
4489
5625
122
4900
2704
157
6400
5929
117
4900
2209
120
3025
4225
144
6400
4096
129
5625
2916
150
5625
5625
135
5625
3600
122
4489
3025
122
4225
3249
131
3844
4761
181073
145037
2543
2263
4806
X
70.64
62.86
133.50
ni
36
36
72
ni - 1
35
35
71
Si
(ni-1) Si2
41.09
79.49
120.49
1438.31
2782.31
8554.49
Log Si2
1.61
1.90
2.08
(ni-1) Log Si2 Si
56.48
66.51
147.75
6.41
8.92
10.98
Nilai Maks.
82
80
157
Nilai Min.
55
47
117 40
Rentang
27
33
Simpangan baku
6.41
8.92
Eksperimen Kontrol
131
S
2
X²
214 Lampiran 45. Analisis Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas Eksperimen UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST ) KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1 1) H0
:
Data berdistribusi normal
Ha
:
Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5% 3) Statistik Uji 2
k
Oi E i 2
i 1
Ei
4) Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas Kelas Interval 50 58 66 74 82 90
-
57 65 73 81 89 97
= = = =
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
82 55 27 5
= = = =
Batas Bawah Z untuk
Kelas 49.5 57.5 65.5 73.5 81.5 89.5
Peluang Luas Ei Batas Bawah Untuk Z Untuk Z -3.30 0.00 0.02 0.71 -2.05 0.02 0.19 6.88 -0.80 0.21 0.46 16.59 0.45 0.67 0.28 10.17 1.69 0.95 0.04 1.57 2.94 1.00 ²
5)
2 (1-a)(k-3)
7.81
2 hitung Daerah Kritik
5.27
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
5.27 6) 7)
Keputusan : Ho diterima Kesimpulan : Data berdistribusi normal
7.81
8 70.64 6.41 36 Oi 2 7 12 14 1 = 36
(Oi-Ei)²
Ei 2.35 0.00 1.27 1.44 0.20 5.27
215 Lampiran 46. Analisis Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas Kontrol UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST KELAS KONTROL (X MIA 3) 1) 2) 3)
H0
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
α : 5% Statistik Uji 2
4)
k
Oi E i 2
i 1
Ei
Komputasi Nilai Maksimal Nilai Minimal Rentang Banyak Kelas
80 47 33 5
Batas Bawah
Z untuk
Kelas Interval 40 49 58 67 76 85
5)
-
48 57 66 75 84 93
Kelas 39.5 48.5 57.5 66.5 75.5 84.5
2 (1-a)(k-3) 2 hitung Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
1.45 6) 7)
Panjang Kelas Rerata Kelompok Simpangan Baku n
= = = =
Peluang Luas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z -2.62 0.00 0.05 -1.61 0.05 0.22 -0.60 0.27 0.38 0.41 0.66 0.26 1.42 0.92 0.07 2.43 0.99
7.81 1.45
Daerah penolakan Ho
7.81
Keputusan : Ho diterima Kesimpulan : Data berdistribusi normal
= = = =
9 62.86 8.92 36
Ei
Oi
1.77 7.93 13.84 9.48 2.54
3 8 12 11 2
²
= 36
(Oi-Ei)²
Ei 0.85 0.00 0.24 0.24 0.12 1.45
216 Lampiran 47. Analisis Uji Homogenitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
UJI HOMOGENITAS DATA HASIL POSTES
1)
2
= s2 2
H0
:
s
Ha
:
Tidak semua s i sama, untuk i = 1, 2
1
2
2) 3)
α : 5% Statistik Uji
4)
Komputasi Kelas
ni
dk = ni - 1
Eksperimen
36 36 72
35 35 70
Kontrol Jumlah
(dk) Si2
Si2
41.0900 1438.1500 79.4900 2782.1500 120.5800 4220.3000
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah: 4220.3000 = = S2 S(ni-1) Si2 70 S(ni-1) = 1.78025 Log S2
log Si2
(dk) log Si2
1.6137 1.9003 3.5140
56.4808 66.5109 122.9917
=
60.2900
Harga satuan B B = (Log S2 ) S (ni - 1) = 1.8 x 70 = 124.617 2 = (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2 } 122.9917 = 2.3026 124.62 = 3.7428 2 Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 3.8415 tabel =
5)
Daerah Kritik
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
3.7428 6) 7)
3.8415
Keputusan : Ho diterima Kesimpulan : Karena yang sama
2
hitung <
(1-a)(k-1) maka data mempunyai homogenitas 2
217 Lampiran 48. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Soal Uraian
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL POSTTEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL 1) 2) 3)
H₀ : Ha :
Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang berbeda
α : 5% Statistik Uji F
Varians terbesar Varians terkecil
4)
Komputasi Sumber Variasi
Kelompok Kelompok Eksperimen Kontrol Jumlah 2543 2263 n 36 36 Mean 70.64 62.86 41.09 79.49 Varians (S2) Standar deviasi (S) 6.41 8.92 Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F:
79.49 41.09
=
Pada α = 5% dengan : dk pembilang : nb-1 = 5)
1.93
35
35
Daerah penolakan Ho
1.93
7)
=
Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
6)
dk penyebut : nk -1
Keputusan : Kesimpulan :
1.96
Ho diterima
Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
218 Lampiran 49. Analisis Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Soal Uraian UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA (UJI t PIHAK KANAN) NILAI POSTTEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL 1) Ho
:
m1
< m2
Ha
:
m1
> m2
2) α : 5% 3) Statistik Uji Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: Dimana, x1 x 2 t n 1 1s12 n 2 1s 22 1 1 s s n1 n 2 2 n1 n2 4) Komputasi Dari data diperoleh: Sumber variasi Jumlah n X̅ Varians (s2) Standart deviasi (s)
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
2543 36 70.64
2263 36 62.86
41.09 6.41
79.49 8.92
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: 36 1 41.09 + 36 s = 36 + 36 70.64 62.86 t = = 4.251 1 + 1 7.76 36 36
1
79.49
2
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 =68 diperoleh t (0.95)(68)
=
=
7.765
1.994
5) Daerah Kritik
-1.994 6) Keputusan : 7) Kesimpulan :
0
1.994
4.251
t berada pada daerah penolakan Ho Rata-rat kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
219 Lampiran 50. Analisis Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Soal Uraian
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI POSTTEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL 1) 2) 3)
4)
Ho : m1 = m2 Ha : m1 ≠ m2 α : 5% Statistik Uji Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: Dimana, x1 x2 t n 1 1s12 n 2 1s 22 1 1 s s n1 n 2 2 n1 n2 Komputasi Dari data diperoleh: Sumber variasi Kelompok eksperimen Jumlah 2543 n 36 x̅ 70.64 41.09 Varians (s2) Standart deviasi (s) 6.41 s t
5)
= =
36 -1 70.64 7.765
Kelompok kontrol 2263 36 62.86 79.49 8.92
41.09 + 36 -1 79.49 = 36 + 36 2 62.86 = 4.250 1 + 1 36 36
7.765
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 = 68 diperoleh t(0.95)(68)1.994 = Daerah Kritik
Daerah penerimaan Ho
-1.99 6) 7)
0
1.994
4.25
Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho Kesimpulan : Ada perbedaan rata-rata nilai postest antara kelompok eksperimen dengan kontrol
220 Lampiran 51. Analisis Uji N-Gain Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
UJI NORMALITAS GAIN (g) PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA Rata-rata Pretest Posttest
Kelas Eksperimen 17.36 70.64
Kriteria Uji (g) :
Kelas Eksperimen (g)
Kelas Kontrol 24 62.86
g ˃ 0.7 (tinggi) 0.3 < g < 0.7 (sedang) g < 0.3 (rendah)
= = =
( S post ) 100% 70.64 100 0.644724
( S pre ) ( S pre ) 17.36 17.36 (SEDANG)
( S post ) 100% 62.86 100 0.511316
( S pre ) ( S pre ) 24 24 (SEDANG)
Kelas Kontrol (g)
= = =
221
UJI NORMALIZED GAIN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DATA KELAS EKSPERIMEN KELAS X MIIA 1 No Testee Pretes Postes g Kriteria 1 E-01 25 75 0.67 Sedang 2 E-02 15 80 0.76 Tinggi 3 E-03 30 70 0.57 Sedang 4 E-04 20 65 0.56 Sedang 5 E-05 20 66 0.58 Sedang 6 E-06 20 75 0.69 Sedang 7 E-07 25 72 0.63 Sedang 8 E-08 25 75 0.67 Sedang 9 E-09 20 72 0.65 Sedang 10 E-10 20 70 0.63 Sedang 11 E-11 20 73 0.66 Sedang 12 E-12 10 75 0.72 Tinggi 13 E-13 10 65 0.61 Sedang 14 E-14 20 75 0.69 Sedang 15 E-15 10 75 0.72 Tinggi 16 E-16 10 65 0.61 Sedang 17 E-17 10 75 0.72 Tinggi 18 E-18 20 60 0.50 Sedang 19 E-19 25 57 0.43 Sedang 20 E-20 15 70 0.65 Sedang 21 E-21 10 75 0.72 Tinggi 22 E-22 20 70 0.63 Sedang 23 E-23 25 65 0.53 Sedang 24 E-24 20 82 0.78 Tinggi 25 E-25 15 67 0.61 Sedang 26 E-26 10 70 0.67 Sedang 27 E-27 15 80 0.76 Tinggi 28 E-28 10 70 0.67 Sedang 29 E-29 15 55 0.47 Sedang 30 E-30 35 80 0.69 Sedang 31 E-31 10 75 0.72 Tinggi 32 E-32 15 75 0.71 Tinggi 33 E-33 10 75 0.72 Tinggi 34 E-34 10 67 0.63 Sedang 35 E-35 25 65 0.53 Sedang 36 E-36 10 62 0.58 Sedang Jumlah 625 2543 23.13 Mean 17.36 70.64 Tinggi 10 2 S 44.98 41.09 Sedang 26 S 6.71 6.41 Rendah 0
DATA KELAS KONTROL KELAS X MIIA 3 No Testee Pretes Postes g 1 K-01 30 56 0.37 2 K-02 15 68 0.62 3 K-03 15 70 0.65 4 K-04 10 70 0.67 5 K-05 20 60 0.50 6 K-06 20 72 0.65 7 K-07 30 63 0.47 8 K-08 25 65 0.53 9 K-09 10 52 0.47 10 K-10 35 59 0.37 11 K-11 15 58 0.51 12 K-12 40 48 0.13 13 K-13 25 75 0.67 14 K-14 35 80 0.69 15 K-15 20 58 0.48 16 K-16 25 60 0.47 17 K-17 30 67 0.53 18 K-18 20 75 0.69 19 K-19 15 65 0.59 20 K-20 25 48 0.31 21 K-21 30 54 0.34 22 K-22 40 62 0.37 23 K-23 18 57 0.48 24 K-24 20 71 0.64 25 K-25 25 75 0.67 26 K-26 17 52 0.42 27 K-27 16 77 0.73 28 K-28 40 47 0.12 29 K-29 35 65 0.46 30 K-30 13 64 0.59 31 K-31 20 54 0.43 32 K-32 30 75 0.64 33 K-33 20 60 0.50 34 K-34 30 55 0.36 35 K-35 25 57 0.43 36 K-36 25 69 0.59 Jumlah 864 2263 18.09 Mean 24.00 62.86 Tinggi 2 S 70.06 79.49 Sedang S 8.37 8.92 Rendah
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang 1 33 2
222 Lampiran 52. Uji Analisis Pengaruh Antar Variabel (Korelasi Biserial)
ANALISIS TERHADAP PENGARUH VARIABEL Rumus yang digunakan untuk menghitung pengaruh variabel yaitu :
rb
X
1
Keterangan: rb = = = p = q = u = Sy
X 2 pq uS y
=
koefisien korelasi biserial rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar kelompok kontrol proporsi jumlah siswa pada kelompok eksperimen proporsi jumlah siswa pada kelompok kontrol tinggi ordinat pada kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q simpangan baku untuk semua nilai dari kedua kelompok
Pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi biserial (r b ) Tingkat Hubungan
Interval Koefisien 0,00 ≤ x < 0,20 0,20 ≤ x < 0,40 0,40 ≤ x < 0,60 0,60 ≤ x < 0,80 0,80 ≤ x ≤ 1,00
p
= = =
q
=
u
=
Sy
=
70.64 62.86 36 = 72 1
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
0.5 0.5
=
0.5000
dari nilai p dan q diperoleh z = 0.01 (Daftar F atau tabel kurva normal) dari nilai z = 0.01 didapat tinggi ordinat u = 0.3989 (Daftar E atau tabel ordinat Y untuk lengkungan normal standart pada titik Z) 10.980
maka:
rb
=
70.64
=
0.44
62.86 0.3989 x (SEDANG)
0.5 x 10.98000
0.5
223 Lampiran 53. Uji Signifikansi Pengaruh Antar Variabel
STANDAR ERROR UJI KORELASI Hipotesis: Ho: Tidak ada pengaruh penerapan group investigation dalam model PBL materi Redoks terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa Ha: Ada pengaruh penerapan group investigation dalam model PBL materi Redoks terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: E
b=
.
y
dengan ketentuan, rb > SErb x 1,96, maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: p= 0.50 q= 0.50 y= 0.44 N= 72
E
b
=
. y
=
. . . = 0.134 . . 2
karena rb (0.44) > SErb x 1.96 (0.26), maka Ho ditolak.
224 Lampiran 54. Analisis Koefesien Determinasi
KOEFISIEN DETERMINASI Rumus yang digunakan yaitu :
KD r b x 100% 2
Keterangan : KD = rb =
koefisien determinasi koefisien korelasi biserial
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: KD
= =
(
0.44 )²
x
100%
19.36 %
Kesimpulan : Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa Group Investigation memberikan kontribusi sebesar 19.36 % terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
225 Lampiran 55. Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ANALISIS PENINGKATAN INDIKATOR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1) INDIKATOR KODE Memperhitungkan Nomor
Penalaran
Memahami
Menemukan
Mengevaluasi
Semua Kemungkinan
Logis
Masalah
Suatu Pola
Kembali Solusi
1
2
3
4
5
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest 7.5 2.5 10 2.5 5 5 5 0 10 2.5 E-001 10 5 7.5 0 7.5 0 10 0 5 2.5 E-002 10 7.5 5 5 5 2.5 10 0 5 0 E-003 5 0 7.5 0 5 5 5 0 10 5 E-004 10 2.5 3 0 5 5 10 0 5 2.5 E-005 10 5 5 0 5 5 7.5 0 10 0 E-006 10 5 3.5 0 5 7.5 10 0 7.5 0 E-007 10 5 5 0 5 7.5 7.5 0 10 0 E-008 10 5 5 0 7.5 5 5 0 10 0 E-009 5 7.5 7.5 0 5 0 7.5 0 10 2.5 E-010 10 5 4 0 5 5 10 0 7.5 0 E-011 10 0 5 0 5 0 10 0 7.5 5 E-012 5 0 7.5 0 5 0 5 0 10 5 E-013 5 5 7.5 0 5 0 10 0 10 5 E-014 5 0 7.5 0 5 5 10 0 10 0 E-015 5 0 7.5 0 5 5 5 0 10 0 E-016 7.5 0 7.5 5 7.5 0 5 0 10 0 E-017 5 5 6.5 0 7.5 2.5 5 0 10 2.5 E-018 5 10 5 0 3.5 2.5 5 0 10 0 E-019 5 0 7.5 0 7.5 7.5 5 0 10 0 E-020 10 0 7.5 5 5 0 10 0 5 0 E-021 5 5 7.5 0 5 0 7.5 0 10 5 E-022 7.5 5 7.5 0 5 7.5 7.5 0 5 0 E-023 5 0 7.5 2.5 3.5 0 7.5 7.5 10 0 E-024 5 0 7.5 0 3.5 0 7.5 5 10 2.5 E-025 5 5 7.5 0 5 0 7.5 0 10 0 E-026 10 7.5 7.5 0 7.5 0 10 0 5 0 E-027 5 0 7.5 0 5 5 7.5 0 10 0 E-028 7.5 7.5 5 0 5 0 5 0 5 0 E-029 7.5 10 7.5 0 7.5 7.5 7.5 0 10 0 E-030 7.5 0 7.5 0 7.5 5 5 0 10 0 E-031 10 7.5 7.5 0 5 0 10 0 5 0 E-032 0 5 7.5 0 5 0 10 0 5 0 E-033 7.5 5 7.5 0 3.5 0 5 0 10 0 E-034 10 0 5 0 5 0 7.5 5 5 7.5 E-035 7.5 5 7.5 0 3.5 0 7.5 0 5 0 E-036 260 132.5 239.5 20 192.5 95 270 17.5 297.5 Jumlah 47.5 Rerata 0.13194 0.82639 0.04861 0.75 0.26389 0.53472 0.05556 0.66528 0.36806 0.72222 75% 26.39% 53.47% 5.56% 66.53% 36.81% 72.22% Persen 13.19% 82.64% 4.86%
226 Lampiran 56. Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ANALISIS PENINGKATAN INDIKATOR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KELAS KONTROL (X MIIA 3) INDIKATOR KODE Memperhitungkan Semua Kemungkinan Nomor
K-001 K-002 K-003 K-004 K-005 K-006 K-007 K-008 K-009 K-010 K-011 K-012 K-013 K-014 K-015 K-016 K-017 K-018 K-019 K-020 K-021 K-022 K-023 K-024 K-025 K-026 K-027 K-028 K-029 K-030 K-031 K-032 K-033 K-034 K-035 K-036 Jumlah Rerata Persen
Penalaran
Memahami
Menemukan
Mengevaluasi
Logis
Masalah
Suatu Pola
Kembali Solusi
1 2 3 4 5 Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest 5 5 5 7.5 2.5 4 0 7.5 2.5 4 0 5 0 10 2.5 6.5 0 2.5 5 10 0 5 5 10 0 7.5 0 5 2.5 7.5 0 5 0 10 2.5 5 0 5 2.5 10 0 5 0 7.5 5 7.5 0 5 5 5 0 5 0 10 0 7.5 5 3.5 5 10 0 5 0 4 2.5 7.5 5 7.5 7.5 7.5 0 5 5 7.5 5 7.5 0 5 2.5 7.5 5 5 0 7.5 0 5 0 5 0 3.5 2.5 10 5 5 7.5 7.5 2.5 3.5 5 3.5 0 6.5 0 7.5 2.5 2.5 0 7.5 5 5 5 3.5 2.5 3.5 7.5 7.5 2.5 4.5 5 5 2.5 6.5 2.5 10 2.5 7.5 2.5 3.5 2.5 10 2.5 5 2.5 10 5 7.5 2.5 7.5 5 10 0 6.5 0 2.5 2.5 7.5 2.5 7.5 5 5 0 5 0 7.5 0 5 5 7.5 7.5 5 0 7.5 0 10 5 7.5 7.5 3.5 2.5 5 0 5 0 7.5 5 7.5 0 7.5 5 10 0 5 5 10 0 7.5 2.5 5 0 5 2.5 4.5 0 3.5 5 7.5 2.5 3.5 2.5 5 0 3.5 5 7.5 2.5 7.5 5 7.5 2.5 3.5 2.5 5 5 7.5 5 7.5 5 7.5 5 3.5 0 5 5 7.5 0 7.5 0 3.5 4 5 0 4.5 5 10 0 7.5 2.5 3.5 2.5 10 0 7.5 2.5 10 2.5 7.5 2.5 2.5 5 7.5 0 5 2.5 5 3.5 3.5 0 2.5 2.5 10 0 3.5 0 10 5 7.5 0 7.5 3 10 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 7.5 10 7.5 5 5 2.5 5 2.5 5 5 7.5 5 10 5 4.5 0 10 1.5 2.5 0 7.5 0 7.5 0 5 0 7.5 2.5 3.5 0 2.5 7.5 7.5 2.5 5 2.5 10 5 10 2.5 7.5 2.5 5 0 5 0 10 2.5 7.5 5 2.5 2.5 5 2.5 5 5 5 5 7.5 0 5 2.5 5 2.5 5 2.5 3.5 2.5 7.5 0 7.5 5 5 2.5 7.5 2.5 5 2.5 7.5 0 7 5 7.5 50 188.5 75 267 107.5 235 70 196 142 243 0.1389 0.5236 0.2083 0.74167 0.29861 0.65278 0.19444 0.54444 0.39444 0.675 13.89% 52.36% 20.83% 74.17% 29.86% 65.28% 19.44% 54.44% 39.44% 67.50%
227 Lampiran 57. Analisis Reliabilitas Angket Respon Siswa
Perhitungan Reliabilitas Angket Respon Siswa
Rumus:
Keterangan: n : Banyaknya butir soal Si2 : Jumlah varians butir St2
: Varians total
Kriteria Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh: 2
Si =
𝑆𝑡 2
r
0.30
+
0.30
1062 36
31622 =
= =
+ …
36
7 7
1
1
+
0.44
=
2.19
2
=
8.14
2.19 8.139
0.853
Pada a = 5% dengan n = 36 diperoleh r tabel = 0.320 Karena r > rtabel, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel
228 Lampiran 58. Analisis Lembar Angket Respon Siswa ANALISIS ANGKET RESPON MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN
KODE INDIKATOR SKOR NO RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 SKORKUADRAT 1 E-001 5 4 4 4 4 4 4 29 841 2 E-002 5 3 5 4 5 5 5 32 1024 3 E-003 4 5 5 4 5 4 4 31 961 4 E-004 4 4 4 4 4 4 4 28 784 5 E-005 4 4 4 4 4 4 3 27 729 6 E-006 5 4 4 3 4 4 3 27 729 7 E-007 4 4 4 4 4 4 4 28 784 8 E-008 4 5 4 3 4 4 3 27 729 9 E-009 4 5 4 3 4 4 3 27 729 10 E-010 4 4 5 3 4 3 3 26 676 11 E-011 5 4 4 4 5 4 4 30 900 12 E-012 5 5 5 4 4 4 4 31 961 13 E-013 4 4 4 4 4 4 4 28 784 14 E-014 5 4 5 4 4 4 3 29 841 15 E-015 5 4 5 5 5 4 5 33 1089 16 E-016 4 5 4 4 3 4 4 28 784 17 E-017 4 4 5 4 5 4 4 30 900 18 E-018 5 4 4 5 4 4 5 31 961 19 E-019 5 4 4 5 4 4 5 31 961 20 E-020 4 4 5 5 5 4 3 30 900 21 E-021 5 4 5 4 5 4 5 32 1024 22 E-022 4 4 4 5 3 4 4 28 784 23 E-023 5 5 5 4 5 4 5 33 1089 24 E-024 4 4 3 4 4 3 4 26 676 25 E-025 4 5 5 4 4 4 4 30 900 26 E-026 4 4 5 4 5 4 4 30 900 27 E-027 5 5 5 4 5 5 4 33 1089 28 E-028 5 4 5 4 5 4 5 32 1024 29 E-029 4 5 4 5 5 4 4 31 961 30 E-030 3 4 4 3 4 4 3 25 625 31 E-031 4 4 5 4 4 5 4 30 900 32 E-032 4 4 5 5 5 4 4 31 961 33 E-033 5 4 5 4 5 4 4 31 961 34 E-034 4 3 4 4 5 3 3 26 676 35 E-035 5 5 5 4 4 4 4 31 961 36 E-036 5 5 5 4 5 4 4 32 1024 JUMLAH 159 153 162 146 158 144 142 1064 31622 JUMLAH KUADRAT 713 661 740 604 706 582 576 2 0.30 0.30 0.31 0.33 0.35 0.17 0.44 2.19 σ Kriteria SS Kriteria S Kriteria BS Kriteria TS Kriteria STS
Varian Total 44,4 % 30,6 % 52,8 % 19,4 % 44,4 % 8,3 %19,4 % 52,8 % 63,9 % 44,4% 66,7 % 50% 83,3 %55,6 % 2,8 % 5,6 % 2,8 % 13,9 % 5,6 % 5,6 % 25% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 2,8 % 0%
4.86
229
Lampiran 59. Lembar Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol LEMBAR SOAL PRETEST Mata Pelajaran Materi Kelas/Semester Waktu
: Kimia : Redoks : X/2 : 90 menit
Petunjuk umum = Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E untuk soal pilihan ganda sebagai jawaban yang paling tepat. Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum diserahkan pada pengawas beserta lembar soalnya. Berdoalah sebelum Anda mengerjakan. I. Pilihan Ganda 1. Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah .... a. 2Cu + O2 2CuO b. H2 + Cl2 2HCl c. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI d. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O e. Mg + Cl2 MgCl2 2. Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen adalah .... a. 2BaO2 2BaO + O2 b. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3 c. Mg + ½ O2 MgO d. 4Na + O2 2Na2O e. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3 3. Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi tertinggi adalah .... a. MnO2 c. Mn2O2 e. KMnO4 b. MnO4 d. K2MnO4 4. Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada .... a. 2S + 3O2 2SO3 b. H2S + O2 SO2 + H2O 2c. SO3 + NO3 + 2H+ SO42- + NO + H2O d. 2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
230
e. SO2 + 2H2
S + 2H2O
5. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut : Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr dari reaksi diatas dapat dikatakan bahwa .... a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2 b. Cr2O3 adalah oksidator c. Logam krom adalah reduktor d. Logam krom mengalami oksidasi e. Krom adalah hasil oksidasi. 6. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung larutan elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat adalah .... a. +1 c. +4 e. +8 b. +2 d. +6 7. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah .... a. Kalium klorida d. Karbon diklorida b. Kalsium klorida e. Kalsium diklorida c. Kalium diklorida 8. Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali .... a. Besi dengan oksigen menjadi karat besi b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida c. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur d. Kayu dibakar menjadi arang e. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen 9. Perhatikan reaksi berikut : 4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO Yang bertindak sebagai oksidator adalah .... a. ClO3c. Cle. NO b. N2H4 d. H2O 10. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam senyawa Na2S2O3 adalah .... a. +1 c. +3 e. +5 b. +2 d. +4 11. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja dengan beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita ketahui bahwa logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah berkarat. Alasan yang benar untuk pernyataan tersebut adalah .... a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat. b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah berkarat. c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah berkarat.
230 231
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah berkarat e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah berkarat. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus .... a. P5O c. P3O10 e. P2O5 b. P3O5 d. P2O3 Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah .... a. 0 dan +1 d. +2 dan +4 b. 0 dan +2 e. +4 dan +2 c. 0 dan +4 Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi, adalah .... a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O c. Mg + HCl MgCl2 + H2 d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O e. KI + Cl2 KCl + I2 Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali .... a. Pembuatan agar-agar d. Fotosintesis b. Pencoklatan apel e. Pembakaran gas metana c. Perkaratan besi Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut : 1. Zn + 2HCl ZnCl2 + H2 2. 2H2 + O2 2H2O 3. H2 + 2Na 2NaH 4. 2H2O2 2H2O + O2 Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi.... a. 1 dan 2 c. 2 dan 4 e. 1 dan 4 b. 1 dan 3 d. 2 dan 3 Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah adalah .... a. H2SO4 d. Na2S2O3 b. Na2SO3 e. Al2S3 c. K2SO3 Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut adalah .... a. Natrium bikarbonat d. Natrium bikarbonit b. Natrium karbonat e. Natrium karbonit c. Natrium dikarbonat Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti dibawah ini, kecuali ....
230 232
a. Dicat b. Melapisi logam dengan Al c. Melindungi logam dari kelembapan d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan karat. 20. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan .... a. Oksigen c. Karbondioksida e. Nitrogen b. Karbon d. Hidrogen Untuk nomor 21- 22. Diketahui reaksi sebagai berikut : CuSO4 + KI
CuI + I2 + K2SO4
21. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh .... a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1 c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan oksigen d. Reaksi redoks tidak stabil e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut 22. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor adalah .... a. I2 karena mempunyai biloks 0 b. CuSO4 karena mengalami reduksi c. CuI karena merupakan hasil reduksi d. KI karena mengalami oksidasi e. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri 23. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn dalam senyawa MnO42- adalah .... a. CrO d. Cr2(SO4)3 b. CrCl3 e. Cr(NO3)3 2c. Cr2O7 24. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan pengikatan elektron adalah .... a. Ag Ag+ + e b. 2KNO3 2KNO2 + O2 2+ c. Cu + 2e Cu d. H2S + SO2 S + H2O e. PbO + H2 Pb + H2O 25. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang mengandung senyawa Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa tersebut adalah .... a. +1 b. +2 c. +3
230
d. +4
233
e. +5
II. Soal Essay 1. Aluminium merupakan jenis logam yang ringan, logam yang aktif dan mudah teroksida menjadi ion +3. Logam aluminium ini biasa digunakan sebagai pelapis untuk melindungi logam yang mudah mengalami korosi, dinamakan dengan Reaksi Aluminotermik. Reaksi kimianya sebagai berikut : 4Al + 3O2
2.
3.
4.
5.
2Al2O3
Dari Reaksi Aluminotermik tersebut, jelaskan dengan salah satu perkembangan konsep redoks yang menurut kalian paling tepat ! Glukosa adalah zat makanan yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. Didalam tubuh glukosa dicerna melalui proses pembakaran, dimana proses pembakaran ini termasuk contoh reaksi redoks. Jelaskan reaksi pembakaran yang terjadi didalam tubuh apakah mengalami oksidasi atau reduksi dan tunjukkan pula reaksi yang terjadi ! Penerapan konsep redoks yang sering kita jumpai adalah peristiwa korosi atau perkaratan yang terjadi pada logam besi. Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi pada logam besi tersebut! Sebutkan pula 2 contoh lagi mengenai penerapan konsep redoks beserta penjelasannya yang kalian ketahui selain yang terdapat pada soal-soal ini! Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif itu misalnya menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke lingkungan. Kemukakan prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif tersebut ! Buah apel yang dibelah dan dibiarkan begitu saja mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan, mengapa hal tersebut terjadi dan apa kaitannya dengan redoks ?
Selamat Mengerjakan
230 234
Lampiran 60. Lembar Soal Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol LEMBAR SOAL POST-TEST Mata Pelajaran Materi Kelas/Semester Waktu
: Kimia : Redoks : X/2 : 90 menit
Petunjuk umum = Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E untuk soal pilihan ganda sebagai jawaban yang paling tepat. Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum diserahkan pada pengawas beserta lembar soalnya. Berdoalah sebelum Anda mengerjakan.
1.
2.
3.
4.
I. Pilihan Ganda Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah .... a. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O b. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI c. H2 + Cl2 2HCl d. Mg + Cl2 MgCl2 e. 2Cu + O2 2CuO Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen adalah .... a. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3 b. 4Na + O2 2Na2O c. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3 d. 2BaO2 2BaO + O2 e. Mg + ½ O2 MgO Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi tertinggi adalah .... a. MnO2 c. MnO4 e. K2MnO4 b. Mn2O2 d. KMnO4 Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada .... a. 2S2O32- + I2 S4O62- + 2Ib. 2S + 3O2 2SO3 c. SO2 + 2H2 S + 2H2O d. H2S + O2 SO2 + H2O 2e. SO3 + NO3 + 2H+ SO42- + NO + H2O
230 235
5. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut : Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr dari reaksi diatas dapat dikatakan bahwa .... a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2 b. Krom adalah hasil oksidasi. c. Logam krom mengalami oksidasi d. Logam krom adalah reduktor e. Cr2O3 adalah oksidator 6. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung larutan elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat adalah .... a. +1 c. +4 e. +8 b. +2 d. +6 7. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah .... a. Kalium klorida d. Kalium diklorida b. Kalsium klorida e. Kalsium diklorida c. Karbon diklorida 8. Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali .... a. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida c. Besi dengan oksigen menjadi karat besi d. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur e. Kayu dibakar menjadi arang 9. Perhatikan reaksi berikut : 4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO Yang bertindak sebagai oksidator adalah .... a. ClO3c. H2O e. N2H4 b. Cl d. NO 10. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam senyawa Na2S2O3 adalah .... a. +1 c. +3 e. +5 b. +2 d. +4 11. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja dengan beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita ketahui bahwa logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah berkarat. Alasan yang benar untuk pernyataan tersebut adalah .... a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat. b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah berkarat. c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah berkarat. d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah berkarat e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah berkarat.
230 236
12. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus .... a. P5O c. P2O5 e. P3O10 b. P2O3 d. P3O5 13. Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah .... a. 0 dan +1 d. +2 dan +4 b. 0 dan +2 e. +4 dan +2 c. 0 dan +4 14. Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi, adalah .... a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O c. Mg + HCl MgCl2 + H2 d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O e. KI + Cl2 KCl + I2 15. Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali .... a. Pencoklatan apel d. Pembakaran gas metana b. Fotosintesis e. Perkaratan besi c. Pembuatan agar-agar 16. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut : 1) Zn + 2HCl ZnCl2 + H2 2) 2H2 + O2 2H2O 3) H2 + 2Na 2NaH 4) 2H2O2 2H2O + O2 Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi.... a. 1 dan 2 c. 2 dan 4 e. 1 dan 4 b. 1 dan 3 d. 2 dan 3 17. Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah adalah .... a. Na2S2O3 d. H2SO4 b. K2SO3 e. Al2S3 c. Na2SO3 18. Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut adalah .... a. Natrium karbonat d. Natrium dikarbonat b. Natrium karbonit e. Natrium bikarbonit c. Natrium bikarbonat 19. Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti dibawah ini, kecuali .... a. Dicat b. Melapisi logam dengan Al
230 237
c. Melindungi logam dari kelembapan d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan karat. 20. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan .... a. Karbon c. Hidrogen e. Nitrogen b. Oksigen d. Karbondioksida Untuk nomor 21- 22. Diketahui reaksi sebagai berikut : CuSO4 + KI
CuI + I2 + K2SO4
21. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh .... a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1 c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan oksigen d. Reaksi redoks tidak stabil e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut 22. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor adalah .... a. KI karena mengalami oksidasi b. I2 karena mempunyai biloks 0 c. CuSO4 karena mengalami reduksi d. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri e. CuI karena merupakan hasil reduksi 23. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn dalam senyawa MnO42- adalah .... a. CrO b. CrCl3 c. Cr2O72d. Cr2(SO4)3 e. Cr(NO3)3
230 238
24. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan pengikatan elektron adalah .... a. Ag Ag+ + e b. Cu2+ + 2e Cu c. H2S + SO2 S + H2 O d. PbO + H2 Pb + H2O e. 2KNO3 2KNO2 + O2
25. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang mengandung senyawa Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa tersebut adalah .... a. +1 b. +2 c. +3 d. +4 e. +5 III. Soal Essay 1. Aluminium merupakan jenis logam yang ringan, logam yang aktif dan mudah teroksida menjadi ion +3. Logam aluminium ini biasa digunakan sebagai pelapis untuk melindungi logam yang mudah mengalami korosi, dinamakan dengan Reaksi Aluminotermik. Reaksi kimianya sebagai berikut : 4Al + 3O2
2.
3.
4.
5.
2Al2O3
Dari Reaksi Aluminotermik tersebut, jelaskan dengan salah satu perkembangan konsep redoks yang menurut kalian paling tepat ! Glukosa adalah zat makanan yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. Didalam tubuh glukosa dicerna melalui proses pembakaran, dimana proses pembakaran ini termasuk contoh reaksi redoks. Jelaskan reaksi pembakaran yang terjadi didalam tubuh apakah mengalami oksidasi atau reduksi dan tunjukkan pula reaksi yang terjadi ! Penerapan konsep redoks yang sering kita jumpai adalah peristiwa korosi atau perkaratan yang terjadi pada logam besi. Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi pada logam besi tersebut! Sebutkan pula 2 contoh lagi mengenai penerapan konsep redoks beserta penjelasannya yang kalian ketahui selain yang terdapat pada soal-soal ini! Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif itu misalnya menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke lingkungan. Kemukakan prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif tersebut ! Buah apel yang dibelah dan dibiarkan begitu saja mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan, mengapa hal tersebut terjadi dan apa kaitannya dengan redoks ?
Selamat MengerjakaN
231 239
Lampiran 61. Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen
Pelaksanaan Pretest
Pelaksanaan Postest
Pelaksanaan Diskusi
Perencanaan Investigasi
Presentasi Hasil Diskusi
232 240
Kelas Kontrol
Pelaksanaan Pretest
Pelaksanaan Diskusi
Pelaksanaan Postest
Presentasi Hasil Diskusi
233 241
Lampiran 62. Dokumentasi Hasil Pretest dan Postest Hasil Pretest
234 242
Hasil Postest
235 243
IMPLEMENTASI GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Mentari Nur Rizkyawati*, Sri Haryani, Antonius Tri Widodo Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229 Email :[email protected] Abstrak Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menerapkan metode group investigation berbasis problem based learning (PBL). Penelitian dilakukan dengan desain pretest and postest group design, yaitu dengan membandingkan hasil pretest maupun postest antara kelas eksperimen dan kontrol. Penelitian dilaksanakan di SMAN 2 Batang dari tanggal 3 Maret – 22 April 2015. Sampel yang diambil sebanyak 2 dari 4 kelas X MIA dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistic student (uji t) dan normalitas Gain. Analisis uji t memperoleh data bahwa rata-rata postest kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding kelas kontrol dengan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 4,25 lebih besar dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 1,99. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata postest yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Uji normalitas Gain menunjukkan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih baik dalam perkembangan kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,64 dan kelas kontrol peningkatannya sebesar 0,51 dengan kriteria sedang. Tingkat ketercapaian indikator psikomotorik dan afektif menurut analisis deskriptif menunjukkan rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibanding kontrol. Menurut analisis yang telah dilaksanakan memperoleh hasil bahwa penelitian ini berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa penerapan group investigation berbasis PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Kata kunci :group investigation, kemampuan pemecahan masalah, problem based learning. Abstract This experimental study aims to improve students problem-solving abilities by applying methods based group investigation of problem based learning (PBL). Research carried out by design of pretest and posttest group design, by comparing the results of the pretest and posttest between the experimental and control classes. Research conducted at SMAN 2 Batang from the date of March 3 to April 22, 2015. Samples taken as many as 2 of the 4 class X MIA using cluster random sampling technique. Data were analyzed using student test statistic (t test) and normality Gain. T test analysis to obtain the data that the average posttest experimental class showed better results than the control class with values greater than 4.25 t analysis t table of 1.99. Obtaining experimental class average postest higher than the control class. Gain normality test showed that the experimental class experience better improvement in the development of problem-solving ability of 0.64 and grade control the increase of 0.51 with the criteria of being. The level of achievement indicators psychomotor and affective according to descriptive analysis shows the average grade is better than the control experiment. According to the analysis that was conducted to obtain the results of that research might contribute to improving students' problem-solving abilities. Based on the results of the analysis concluded that the application of PBL based group investigation can improve students' problem-solving abilities. Keywords: group investigation, problem-solving ability, problem based learning
Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Terciptanya interaksi yang baik makaakan terjaminlah kelanjutan hidup masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia (Sadirman, 2005). Menciptakan komunikasi yang baik harus diselaraskan dengan aktifitas didalamnya, sehingga aktifitas siswa didalam pembelajaran menunjukkan adanya kesadaran untuk memaknai apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajaran. Kesadaran siswa dalam belajar ini menunjang ketercapaian kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru (Herman, 2008). Pembelajaran dalam kurikulum 2013 tidak hanya memfokuskan kepada hasil belajar kognitif yang tinggi namun harus sejalan dengan ketercapaian kemampuan kerjasama antar siswa, pengamatan langsung, serta kemampuan pemecahan masalah (Guo, 2013). Penerapan kurikulum 2013 yang memperhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan siswa baik dalam bekerjasama maupun pengamatan masih kurang untuk dilatih. Fokus pencapaian pembelajaran cenderung memperhatikan aspek pengetahuan, sehingga perkembangan aspek ketrampilan dan sikap masih kurang. Hal ini terlihat saat guru melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah siswa masih pasif dan kurang berani dalam menyampaikan pendapat, tetapi saat dilempar pertanyaan dari guru beberapa siswa bisa menjawab (Wiryadi & Ketut, 2010). Sehingga tak jarang mata pelajaran kimia kurang diminati dan dianggap sebagai salah satu disiplin ilmu yang sukar. Diperlukan suatu pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah yang dapat mengaktifkan siswa dan menarik minat siswa (Rahayu et al., 2012). Pembelajaran yang diterapkan ini tanpa mengesampingkan hakekat dalam kurikulum 2013, salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL karena dengan ini siswa selain aktif saat pembelajaran juga dihadapkan dengan suatu permasalahan yang hendak dipecahkan secara mandiri berkelompok dengan melakukan penyelidikan langsung di lapangan. Membiasakan siswa belajar denganlangkah-langkah yang faktual dan kreatif dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam memahami kimia (Supardi & Putri, 2010) Model pembelajaran PBL adalah suatu pembelajaran yang dihadapkan pada suatu permasalahan-permasalahan kontekstual yang relevan dengan materi yang dipelajari agar
siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui interaksi dengan lingkungan (Suci, 2008). Interaksi dengan lingkungan dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran group investigation yang dalam pelaksanaannya siswa secara kelompok mencari solusi terkait masalah yang dihadapi melalui penyelidikan langsung. Penerapan metode pembelajaran group investigation ini berbasis penemuan sehingga cocok jika untuk meningkatkan ketrampilan proses siswa (Ulfah, 2014). Sehubungan dengan hal ini mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah memungkinkan siswa untuk menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan didalam kehidupan (Hertiavi et al., 2010). Penelitian ini dilakukan pada materi reaksi osidasi dan reduksi atau redoks, dimana dalam aplikasi materi ini di kehidupan sehari-hari begitu juga permasalahannya, beberapa diantaranya mengenai perkaratan pada logam, pencoklatan pada buah apel yang dikupas kemudian dibiarkan begitu saja serta penerapan materi redoks dalam aki kendaraan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi redoks? dan (2) bagaimana respon siswa terhadap penerapan group investigation dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks? Penelitian ini bertujuan untuk, (1) mengetahui adanya peningkatan dalam penerapan group investigation model pembelajaran berbasis masalah (PBL) materi redoks terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa, dan (2) mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajan group investigation dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Batang pada tanggal 3 Maret – 22 April 2015 dengan materi kimia reaksi oksidasi dan reduksi. Desain penelitian yang digunakan adalahpretest and postest control group design untuk membandingkan hasil pretest dan postest kelas eksperimen dan kontrol, sehingga diketahui kemampuan siswa yang berkembang optimal (Listyawati, 2012). Sampel diambil sebanyak 2 dari 4 kelas X MIA dengan teknik cluster random sampling agar dalam pemilihannya setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil menjadi sampel (Sugiyono, 2011). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian yaitu penerapan metode pembelajaran, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan variabel kontrolnya berupa kurikulum, mata pelajaran, guru serta jumlah jam pelajaran.
Variasi perlakuan penelitian dalam kelas eksperimen dengan menerapkan pembelajaran metode group investigation dalam model PBL disertai percobaan sederhana mengenai pengaruh larutan dengan peristiwa korosi. Perlakuan dalam kelas kontrol dengan memberikan proses pembelajaran metode diskusi dan juga pengamatan percobaan. Teknik pengambilan data dilakukan dalam beberapa metode beberapa diantaranya adalah metode dokumentasi, metode tes, metode observasi dan metode angket. Adapun metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai populasi yang berupa nilai ujian tengah semester gasal kelas X MIA guna untuk pengambilan sampel. Metode tes digunakan untuk mengungkapkan data tentang pelaksanaan penerapan pembelajaran metode group investigation dalam model PBL materi redoks pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa berupa tes pretest dan postest. Metode observasi diperlukan untuk menilai ketercapaian aspek afektif dan psikomotorik siswa dalam kemampuan pemecahan masalah. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dengan menggunakan lembar angket. Instrumen penelitian dalam mendukung pengambilan data berupa (1) soal pretest – postest berupa soal uraian(2) lembar observasi aspek afektif, (3) lembar observasi aspek psikomotorik, dan (4) lembar angket respon siswa. Instrumen dan data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis. Analisis instrumen berupa uji analisis tes, lembar observasi afektif dan psikomotorik serta lembar angket respon siswa. Analisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam kelas eksperimen dan kontrol menggunakan uji t dan normalitas Gain. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah terlaksana diperoleh data hasil belajar dan respon siswa. Data hasil belajar yang diperoleh meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Aspek kognitif berupa soal uraian sejumlah 5 soal yang bermuatan indikator kemampauan pemecahan masalah. Ada 5 indikator yang digunakan yaitu memahami masalah, penalaran logis, menemukan pola pemecahan, memperhitungkan segala solusi dan mengevaluasi kembali solusi. Rata-rata aspek kognitif pada hasil postest memperlihatkan bahwa kelas eksperimen sebesar 70,64 lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 62,86. Hasil uji normalitas kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama.
Uji kesamaan varian menunjukkan bahwa kedua kelas mempunyai varian yang tidak berbeda. Analisi uji t dilakukan dengan melihat satu pihak kanan menunjukkan bahwa aspek kognitif kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol. Hal ini sesuai pada perolehan thitung sebesar 4,251 dengan harga 𝛼 sebesar 5% dan daerah kritis 68. Analisis uji normalitas Gain (N-Gain) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen sebesar 0,64 dan pada kelas kontrol 0,51 keduanya pada kategori peningkatan sedang. Melihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen berdasarkan uji normalitas Gain lebih baik dibanding kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan tiap peserta didik, pada kelas eksperimen 10 peserta didik pada kategori peningkatan tinggi dan 26 pada kategori sedang. Pada kelas kontrol 1 peserta didik mengalami peningkatan kategori tinggi, 33 peserta didik kategori sedang dan 2 peserta didik kategori rendah. Hipotesis untuk mengetahui besar pengaruh penerapan metode group investigation pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol dengan menggunakan rumus korelasi biserial, diperoleh harga sebesar 0,44 pada kategori sedang. Selanjutnya dengan menggunakan koefisien penentu atau determinasi memperlihatkan bahwa penerapan metode group investigation dalam model PBL memberikan kontribusi sebesar 19,36% terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Penerapan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL ini melatih siswa dengan menghadapkan beberapa masalah terkait redoks dalam kehidupan sehari-hari, kemudian untuk memecahkan masalah tersebut dengan melakukan penyelidikan langsung. Perlakuan seperti ini dapat membuat siswa mengkonstruks pengetahuannya sendiri dan dapat dengan sigap mengambil keputusan untuk solusi permasalahan (Sulistyowati et al., 2012). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di SMP Negeri 27 Palembang memperoleh hasil bahwa dengan menambah intensitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Anggraini et al., 2010). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen terjadi karena pada pelaksanaan pembelajaran siswa dalam kelompoknya melakukan penyelidikan langsung mengenai penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari. Penyelidikan ini dilakukan di beberapa tempat seperti menyelidiki kondisi logam pada rumah-rumah warga di pinggir laut,
di bengkel mobil untuk mengetahui redoks pada aki, industri pembuatan tape, dsb. Selanjutnya hasil penyelidikan di buat presentasi. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari 5 indikator yaitu memperhitungkan semua kemungkinan pemecahan masalah, penalaran logis, memahami masalah yang sedang dihadapi, menemukan suatu pola pemecahan, mengevaluasi kembali solusi yang pernah di tawarkan (Husna et al., 2013). Data yang diperoleh berasal dari nilai pretest dan postest kemudian di analisis menggunakan uji N-Gain untuk mengetahui peningkatan setiap indikatornya. Perhitungan N-Gain setiap indikator kemampuan pemecahan masalah secara umum menunjukkan peningkatan yang lebih baik pada kelas eksperimen dibanding kelas kontrol. Hasil uji N-Gain pada kelas eksperimen indikator memperhitungkan semua solusi sebesar 0,8 dan penalaran logis sebesar 0,74 keduanya pada kategori tinggi. Pada kategori sedang terdapat indikator memahami masalah sebesar 0,37; indikator menemukan suatu pola sebesar 0,65 dan mengevaluasi kembali solusi sebesar 0,56. Selanjutnya pada kelas kontrol memperoleh hasil uji N-Gain pada kategori sedang untuk seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah. Indikator memperhitungkan semua solusi sebesar 0,45; penalaran logis sebesar 0,67; memahami masalah sebesar 0,5; menemukan suatu pola sebesar 0,43 dan mengevaluasi kembali solusi sebesar 0,46. Peningkatan 5 indikator kemampuan pemecahan masalah (A) memperhitungkan semua solusi, (B) Penalaran logis, (C) Memahami masalah, (D) Menemukan pola pemecahan dan (E) Mengevaluasi kembali solusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ini disajikan pula pada Gambar 1.
Gambar 1. Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Sehubungan dengan hal tersebut dikarenakan dengan melaksanakan penyelidikan langsung siswa memperoleh permasalahan sendiri kemudian solusi dicari melalui berbagai sumber baik itu buku pelajaran dan internet, sehingga pengetahuan tentang aplikasi redoks di lingkungan sekitar dapat dipahami menurut cara mereka sendiri. Penerapan model pembelajaran PBL ini memposisikan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, bukan ketika guru menjelaskan materi didalam kelas (Nurhayati et al., 2013). Hal ini sejalan dengan teori belajar konstruktivis menurut Bruner yaitu suatu proses aktif dalam pembelajaran memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal bari diluar informasi yang telah diberikan kepadanya (Udin, 2008). Peningkatan indikator kemampuan pemecahan masalah ini sebagai hasil belajar dalam ranah kognitif, harus disesuaikan pula dengan ketercapaian aspek afektif. Penilaian untuk mengetahui ketercapian setiap indikator dalam aspek afektif ini dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Indikator yang dinilai dalam aspek ini adalah (1) kehadiran,(2) menyampaikan pendapat, (3) disiplin, (4) sopan santun, (5) tanggungjawab, (6) kepedulian, dan (7) percaya diri. Semua indikator dalam aspek afektif memiliki ketercapaian yang tinggi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secara umum ketercapaian dalam kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Ketercapaian indikator-indikator tersebut pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Ketercapaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Indikator Kehadiran Menyampaikan pendapat Disiplin Sopan dan santun Tanggungjawab Kepedulian Percaya diri
Kelas Eksperimen 0.99 0.93 0.97 0.99 0.96 1 0.91
Kelas Kontrol 0.98 0.78 0.99 1 0.97 0.89 0.83
Indikator kehadiran antara kelas eksperimen dan kontrol memiliki ketercapaian yang hampir sama tinggi yaitu 0,99 dan 0,98. Indikator menyampaikan pendapat dalam kelas
eksperimen memiliki tingkat ketercapaian yang lebih tinggi 0,93 daripada kelas kontrol 0,78 karena pada kelas eksperimen setiap solusi pemecahan masalah mereka temukan secara mandiri sehingga setiap kelompok berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan pendapatnya. Indikator ketiga yaitu kedisiplinan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki tingkat ketercapaian yang hamper samatinggi, begitu juga dengan indikator sopan dan santun serta indikator tanggungjawab. Selanjutnya pada indikator kepedulian kelas eksperimen memperoleh ketercapaian yang sempurna dibanding kelas kontrol 0,89 dikarenakan pada kelas eksperimen setiap anggota dalam kelompok berusaha mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi sehingga antar anggotanya memiliki rasa kepedulian yang tinggi untuk membantu mencari solusi. Kemudian indikator percaya diri pada kelas eksperimen memperoleh hasil 0,91 lebih tinggi dibanding kelas kontrol 0,83 hal ini karena pada kelas eksperimen setiap solusi yang ditemukan merupakan hasil pemikiran setiap kelompok sehingga dalam mempresentasikan jauh lebih memiliki rasa percaya diri. Kurikulum 2013 menilai hasil belajar siswa dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian aspek psikomotorik ini dilakukan saat siswa melakukan presentasi solusi pemecahan masalah dari hasil diskusi yang telah dilakukan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tingkat ketercapaian ketrampilan siswa dalam memecahkan suatu masalah diukur dengan lembar observasi aspek psikomotorik. Penilaian psikomotorik dilakukan dalam dua aspek yaitu pada saat pelaksanaan diskusi dan presentasi hasil diskusi. Dalam aspek pelaksanaan diskusi terdapat 6 indikator penilaian yaitu pembagian tugas dalam kelompok, pemecahan masalah, sumber belajar, laporan hasil diskusi dan ketepatan pengumpulan. Pada aspek presentasi hasil diskusi terdapat beberapa indikator penilaian yaitu penyampaian hasil, respon penanggapan saran dan kritik, serta ketepatan pengambilan keputusan. Hasil analisis aspek psikomotorik kelas eksperimen dan kontrol ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Ketercapaian Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Aspek
Indikator
Pelaksanaan Diskusi/Penyelidikan
Pembagian Tugas Pemecahan Masalah Sumber Belajar Laporan Hasil Diskusi Ketepatan Pengumpulan
Kelompok Eksperimen Kontrol 1 0.86 0.85 0.81 1 0.95 0.85 1 0.94
1
Presentasi Hasil Diskusi
Penyampaian Saran dan Kritik Pengambilan Keputusan
0.93 0.88
0.73 0.76
1
0.82
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan semua indikator ketercapaian dalam aspek psikomotorik ini sudah mencapai kriteria yang tinggi baik itu pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kriteria tinggi yang tercapai ini karena siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melaksanakan diskusi untuk mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi dengan sungguh-sungguh. Indikator dalam aspek psikomotorik yang perlu ditingkatkan baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator saran dan kritik, pada indikator ini siswa dalam memberikan saran dan kritik masih kurang sesuai dengan solusi pemecahan yang ditemukan. Kemudian untuk indikator-indikator selain saran dan kritik tingkat ketercapaian siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah baik. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL ini dianalisis dengan melakukan penyebaran lembar angket. Lembar angket ini terdapat 7 pernyataan respon siswa meliputi (a) ketertarikan dalam mengikuti pelajaran kimia, (b) rasa saling membantu dalam mencari solusi, (c) kesungguhan dalam belajar, (d) keefektifan dalam menguasai konsep, (e) antusias dalam diskusi, (f) motivasi dalam belajar, (g) pemanfaatan waktu di luar jam sekolah. Setiap pernyataan memuat 5 tanggapan yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “biasa saja”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Penyebaran angket pada kelas eksperimen ini memperoleh hasil pada pernyataan (a) 44,4% peserta didik menyatakan sangat setuju; 52,8% menyatakan setuju dan 2,8% biasa saja. Pernyataan (b) diperoleh hasil 30,6% peserta didik berpendapat sangat setuju dan 63,9% menyatakan setuju serta 5,6% lainnya menyatakan biasa saja. Pernyataan (c) peserta didik sebanyak 52,8% mengungkapkan sangat setuju; 44,4% menyatakan setuju serta 2,8% berpendapat bahwa pembelajaran biasa saja. Pernyataan (d) sebanyak 19,4% peserta didik menyatakan sangat setuju; 66,7% menyatakan setuju pada penerapan pembelajaran ini dan 13,9% lainnya berpendapat biasa saja. Pernyataan (e) 44,4% peserta didik menyatakan sangat setuju, 50% berpendapat setuju saja sedangkan 5,6% lainnya biasa saja. Pernyataan (f) hanya 8,3% peserta didik yang sangat setuju, 83,3% lainnya menyatakan setuju sedangkan sisanya 5,6% menganggap biasa saja dan 2,8% tidak setuju. Terakhir pernyataan (g) sejumlah 19,4% peserta didik menyatakan sangat setuju pada penerapan pembelajaran ini dan 55,6% lainnya
menganggap setuju saja serta sisanya yakni 25% peserta didik berpendapat biasa saja. Berdasarkan analisis tiap aspek ini diperoleh rerata sebesar 52,46% peserta didik menyatakan setuju. Analisis mengenai angket respon siswa ini disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Respon Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Berdasarkan analisis hasil angket respon siswa yang telah terkumpul kemudian dianalisis diketahui rata-rata sebesar 52,46% siswa menyatakan setuju bahwa dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL karena lebih menyenangkan, menarik, dan dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi, hal ini dapat dilihat dari rasa ingin tahu siswa yang meningkat dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi untuk giat belajar. Sehingga dengan mengacu kepada hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL karena memberikan pengaruh positif kepada siswa terutama dalam hal mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Simpulan Hasil analisis penelitian ini pada aspek kognitif menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas eksperimen 0,64 dan kelas kontrol sebesar 0,51 dengan menggunakan uji normalitas Gain. Aspek psikomotorik dan afektif menunjukkan tingkat ketercapaian yang lebih baik pada kelas eksperimen dibanding kelas kontrol. Penerapan metode group investigation berbasis model PBL memberikan
kontribusi sebesar 19,36% terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode pembelajaran group investigation berbasis model PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X MIA di SMA Negeri 2 Batang. Daftar Pustaka Anggraini, L., Siroj, R.A. & Putri, R.I.I., 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1). 72-84. Guo, M., 2013. Developing Critical Thinking in English Class: Culture-based Knowledge and Skills. Theory and Practice in Language Studies, 3(3). 503-07. Herman, T., 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(1). 22-28. Hertiavi, M.A., Langlang, H. & Khanafiyah, S., 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 4. 53-57. Husna, M., Ikhsan & Fatimah, S., 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang, 1(2). Listyawati, M., 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu di SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(1). 61-70. Nurhayati, L., Martini, K.S. & Redjeki, T., 2013. Peningkatan Kreativitas Dan Pretasi Belajar Pada Materi Minyak Bumi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Crossword. Jurnal Pendidikan Kimia, 2(4). 1-8. Rahayu, I.P., Sudarmin & Sunarto, W., 2012. Penerapan Model PBL Berbantuan Media Transvisi Untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2(1). 1093-178. Sadirman, A.M., 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suci, N.M., 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undhiksa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 2(1). 74-86. Sugiyono, 2011. Metoda Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Sulistyowati, N., Widodo, A.T. & Sumarni, W., 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2(1). 1-7. Supardi, K.I. & Putri, I.R., 2010. Pengaruh Penggunaan Artikel Kimia dari Internet Pada Model Pembelajaran Creatif Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1). 574-82. Udin, S.W., 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Ulfah, A., 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Ketrampilan Proses Sains Pada Materi Koloid di SMA. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(10). 2-10. Wiryadi & Ketut, N., 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Kimia dengan Mempertimbangkan Kreativitas Siswa. Jurnal Pascasarjana Undhiksa, 7(1). 28-41.