Suar Suroso
SATU ABAD KARYA KLASIK LENIN
“IMPERIALISME, TINGKAT TERTINGGI KAPITALISME” “Oom, Tiongkok itu bukan lagi sahabat. Sudah jadi imperialis, karena sudah melakukan ekspor kapital”. Demikianlah dengan jelas kedengaran suara tilpon jarak jauh, dari seorang sahabat. muda. Saya tersentak mendengarnya. Ini menyangkut pemahaman tentang imperialisme, tentang penghisapan mahakejam yang pernah melanda bangsa Indonesia di bawah imperialisme Belanda. Imperialisme adalah musuh utama revolusi Indonesia Maka segera teringat akan ajaran Lenin, tentang imperialisme, yang terbit satu abad yang lalu. Ini adalah karya klasik Lenin yang melanjutkan dan mengembangkan karya Marx Kapital, mengenai hukum perkembangan kapitalisme. Karya Lenin ini adalah senjata teori bagi klas buruh sedunia, mempersiapkan diri menghadapi revolusi sosialis dunia dengan tak terhindarkannya kebangkrutan kapitalisme. Tiongkok yang dinyatakan imperialis itu, kini sedang. melaksanakan ajaran Deng Xiaoping, pembangunan sosialisme berciri Tiongkok. Hasilnya adalah: dari negeri miskin dan terbelakang di pertengahan abad ke-XX, Tiongkok melejit jadi negara kedua terbesar dunia di bidang ekonomi di awal abad ke-21. Ternyata, ada yang menilai, bahwa Tiongkok bukanlah lagi negara sosialis, telah jadi imperialis, menempuh jalan imperialisme. Alasannya adalah, Tiongkok kini melakukan ekspor kapital. Yang dimaksud dengan ekspor kapital itu adalah melakukan banyak investasi dalam pembangunan ekonomi di luarnegeri. Dalam karyanya Imperialisme, Tingkat Tertinggi Kapitalisme Lenin merumuskan lima ciri dari imperialisme: 1.
2. 3. 4.
5.
konsentrasi produksi dan kapital telah mencapai tingkat demikian tingginya hingga membangun monopoli, yang memainkan peranan menentukan dalam kehidupan perekonomian negara kapitalis; berlangsung penggabungan monopoli kapital bank dengan monopoli kapital industri, atas dasar ini terbentuk kapital finans, oligarki finans; mempunyai arti yang istimewa pentingnya adalah ekspor kapital yang berbeda dengan ekspor barang dagangan; proses monopolisasi sudah mencapai taraf terbentuknya monopoli internasional yang perkasa hingga di antara mereka terjadi pembagian daerah perekonomian dunia; telah berakhir pembagian daerah antara para penguasa kapitalis yang kuat. (V.I.Lenin: Imperializm, Kak Visyaya Stadiya Kapitalizma, Popularnii Ocyerk, Polnoye Sobraniye Socinyenii, izdaniye pyatoye, tom 27, Moskva, 1962, hal 299-426, -- Imperialisme, Tingkat Tertinggi Kapitalisme, Risalah Populer, Kumpulan Karya Lengkap, cetakan kelima, jilid 27, Moskow.)
Dengan menggunakan 148 buku dan 232 artikel, Lenin menulis karyanya ini, melanjutkan dan mengembangkan karya Marx Kapital mengenai hukum perkembangan kapitalisme. (Filosofskaya Entsiklopediya, Nauchnii Sovyet Izdatyelstva ‘Sovyetkaya Entsiklopediya’ Institut Filosofii Akademii Nauk SSSR, jilid 2, Moskwa 1962, hal. 253, -Ensiklopedi Filsafat, Balai Penerbitan Ilmu Pengetahuan Sovyet ‘Ensiklopedi Sovyet’, Institut Filsafat Akademi Ilmu Pengetahuan URSS, Moskow.) Dipaparkannya bahwa berlangsung konsentrasi produksi dan konsentrasi kapital. Dengan menggunakan dialektika, Lenin memaparkan bahwa dalam perkembangannya, persaingan bebas ekonomi pasar kapitalisme melahirkan monopoli. Monopoli adalah dasar ekonomi yang paling dalam dari imperialisme. Dan kapitalisme melahirkan pemaduan kapital industri dengan kapital bank. Muncullah kapital finans yang menguasai perekonomian. Lenin menulis: “Khas bagi kapitalisme lama, di waktu persaingan bebas berkuasa penuh, yalah ekspor barang dagangan. Khas bagi tingkat terbaru kapitalisme, di waktu monopoli-monopoli berkuasa, ialah ekspor kapital”. “Kapitalisme adalah produksi barang-dagangan. Pada tingkat tertinggi perkembangannya, tenaga kerja itu sendiri menjadi barangdagangan. Tumbuhnya pertukaran dalamnegeri, dan teristimewa pertukaran internasional, adalah ciri utama karakteristik dari kapitalisme. Perkembangan tidak rata dan secara meloncat-loncat dari perusahaan-perusahaan individuil, cabang-cabang individuil industri dan negeri-negeri individuil tidaklah dapat dihindari lagi di dalam sistim kapitalis” ....”Terjadilah secara besar-besaran melimpah ruahnya kapital yang hebat di negeri-negeri yang sudah maju”. Persaingan bebas adalah kontradiksi yang pemenangnya menjadi memegang monopoli.. Monopoli adalah dasar ekonomi yang paling dalam dari imperialisme. Ini adalah monopoli kapitalis, yaitu monopoli yang tumbuh dari kapitalisme dan terdapat dalam lingkungan umum kapitalisme, produksi barang dagangan dan persaingan, yang terus menerus dengan kontradiksi-kontradiksi terhadap lingkungannya yang tak terpecahkan. Walaupun demikian, sebagaimana pada semua monopoli, adalah tak terhindarkan munculnya kecenderungan stagnasi (kemacetan) dan pembusukan. Ini berlangsung terus sebagai ciri dari monopoli. Sang pemegang monopoli sangat luas, kaya raya dan berkedudukan baik. Lebih lanjut, imperialisme adalah penumpukan kapital uang yang melimpah ruah. Pertumbuhannya yang luar biasa menjadi kreditor, menjadi kapital finans yang bergabung dengan kapital industri, menjadi oligarki finans pemberi pinjaman uang, tukang rente yang mendapat laba dengan cara “menggunting kupon saja”, yang tak ambil bagian dalam kegiatan perusahaan, yang kerjanya hanya bermalas-malas. Kapital yang melimpah itu perlu diekspor. Maka ekspor kapital adalah salah satu dasar ekonomi yang pokok dari imperialisme. Para pemungut rente, rentenir itu sepenuhnya terisolasi dari produksi, jadi menjalankan parasitisme, kebenaluan, penghisap atas seluruh negeri jajahan, yang hidup dari penghisapan kerja rakyat sejumlah negeri seberang laut yaitu koloni-koloninya. “Pengiriman ke luar negeri kapital yang kelebihan, ekspor kapital digunakan untuk tujuan menaikkan laba, tidak untuk tujuan meningkatkan taraf hidup massa di
sesuatu negeri, karena hal ini akan berarti memerosotkan laba bagi kaum kapitalis”. Karya teori Lenin Imperialisme, Tingkat Tertinggi Kapitalisme yang ditulis dalam musim semi tahun 1916 di masa perang ini mempunyai arti sangat penting bagi klas buruh sedunia. Dalam buku ini Lenin menunjukkan bahwa imperialisme adalah tingkat tertinggi kapitalisme, ketika kapitalisme sudah berubah dari kapitalisme yang “progresif” menjadi kapitalisme yang bersifat benalu, menjadi kapitalisme yang sedang sekarat. Ini tentu tidak berarti bahwa kapitalisme akan lenyap sendiri, tanpa revolusi proletariat, bahwa ia akan membusuk sendiri sampai ke akar-akarnya. Lenin selalu mengajarkan bahwa tanpa revolusi klas buruh, kapitalisme tidak mungkin digulingkan. Oleh karena itu, ketika mendefinisikan imperialisme sebagai kapitalisme yang sedang sekarat, bersamaan dengan itu Lenin dalam buku ini menunjukkan bahwa “imperialisme adalah saat menjelang revolusi sosial proletariat” Lenin menunjukkan bahwa penindasan kapitalisme menjadi semakin hebat, bahwa dalam syarat imperialisme, bertambah besar semangat berontak proletariat terhadap dasar-dasar kapitalisme, meningkat unsur-unsur peledakan revolusioner di negeri-negeri kapitalis Lenin menunjukkan bahwa dalam zaman imperialisme krisis revolusioner di negeri-negeri jajahan dan negeri-negeri tergantung menajam, unsur memberontak terhadap imperialisme meningkat, unsur-unsur perang pembebasan terhadap imperialisme meningkat. Ditunjukkannya bahwa dalam syarat-syarat imperialisme, ketidaksamaan perkembangan dan kontradiksi-kontradiksi kapitalisme luar biasa menajamnya, bahwa pergulatan untuk mendapat pasar guna penjualan barang dagangan dan ekspor kapital, pergulatan untuk mendapat jajahan, untuk memperoleh sumber bahan mentah, menyebabkan tak terelakkannya perang imperialis yang periodik untuk pembagian kembali dunia. Justru karena ketidaksamaan perkembangan kapitalisme itulah terjadi perang imperialis, yang melemahkan kekuatan imperialisme dan memungkinkan penjebolan front imperialisme dimana ia ternyata paling lemah. Berdasarkan semuanya itu, Lenin sampai pada kesimpulan bahwa “sepenuhnya mungkin dijebolnya front imperialis oleh proletariat di satu tempat atau di beberapa tempat, bahwa mungkin kemenangan sosialisme mula-mula di beberapa negeri atau bahkan di satu negeri, secara tersendiri, bahwa kemenangan serentak sosialisme di semua negeri tidak mungkin karena ketidaksamaan perkembangan kapitalisme di negeri-negeri itu, bahwa sosialisme menang mula-mula di satu negeri atau di beberapa negeri, sedang negeri-negeri lainnya selama beberapa waktu tetap merupakan negeri-negeri burjuis” Teori ini secara fundamental bertentangan dengan pandangan yang berlaku di kalangan kaum Marxis dalam periode kapitalisme pra-imperialis, ketika kaum Marxis berpendapat bahwa kemenangan sosialisme di satu negeri mana pun tidak mungkin, bahwa kemenangan sosialisme akan terjadi serentak di semua negeri beradab. Lenin, berdasarkan fakta-fakta mengenai kapitalisme imperialis yang dibentangkan dalam buku Imperialisme, Tingkat Tertinggi Kapitalisme, menjungkir balikkan pandangan ini
sebagai sudah menjadi usang. Di samping itu, arti yang tak ternilai dari teori Lenin tentang revolusi sosialis Itu terletak tidak hanya dalam hal bahwa ia telah memperkaya Marxisme dengan teori baru dan mendorong maju Marxisme.. Artinya terletak juga dalam hal bahwa ia memberikan perspektif revolusioner kepada kaum proletar di satu-satu negeri, supaya ia mengembangkan inisiatif mereka dalam usaha serangan terhadap burjuasi nasional mereka sendiri, mengajar mereka menggunakan situasi untuk mengorganisasi serangan itu dan memperteguh kepercayaan mereka akan kemenangan revolusi proletar. Berbeda dengan pandangan Lenin, Trotski dan pendukungnya Preobrazyanski berpendapat bahwa hanya dengan adanya revolusi proletar di Barat baru dapat membimbing Russia ke sosialisme. Kenyataan sejarah menunjukkan, bahwa seusai Perang Dunia kedua perjuangan anti imperialisme, untuk kemerdekaan nasional bergelora di seluruh Asia, Afrika dan Amerika Latin. Di mata rantainya yang lemah, kekuasaan imperialisme rontok satu demi satu. URSS kian terkonsolidasi dan lahir sejumlah negara sosislis di Eropa Tengah dan Timur serta di Tiongkok, Korea dan Vietnam. Ketika Lenin menulis karyanya ini, di dunia terdapat negara-negara imperialis: Inggeris, Perancis, Jerman, Belanda, Sepanyol, Portugal, Itali, Belgia, Jepang, dan Amerika Serikat. Sejarah Indonesia menunjukkan, betapa proses perdagangan yang dilakukan VOC Belanda berkembang menjadi penguasaan atas kerajaan-kerajaan di Indonesia Semua negara imperialis tersebut di atas memiliki daerah jajahan, koloni yang dikuasainya secara ekonomi dan politik. Hubungan nya adalah antara si penjajah dan dan si terjajah. Si terjajah, secara ekonomi dan politik dikuasai oleh si penjajah. Si terjajah, adalah negeri jajahan tidak mempunyai kedaulatan. Ini secara kwalitatif berbeda dengan keadaan hubungan kerjasama ekonomi Tiongkok dengan negeri-negeri tempat Tiongkok melakukan investasi. Tidak satu pun negeri itu kehilangan kedaulatan. Mereka adalah negeri-negeri yang berdaulat, sederajat dengan Tiongkok yang melakukan investasi. Menyatakan Tiongkok adalah imperialis karena melakukan investasi di luarnegeri adalah menyesatkan. Investasi yang dilakukan Tiongkok atau perusahaan swasta Tiongkok di banyak negeri di dunia, tidaklah sama dengan ekspor kapital yang dilakukan oleh negeri-negeri kapitalis di negeri jajahannya. Negeri-negeri imperialis melakukan ekspor kapital adalah melakukan penjajahan, menduduki dan menguasai negeri yang dijajah. Sedangkan Tiongkok melakukan hubungan ekonomi antar negara berdaulat, bukan dalam hubungan penjajahan. Sama sekali tidak mengurangi kedaulatan negeri yang diajak kerjasama ekonomi. Dengan gagasan Xi Jinping Satu Jalur dan Satu Jalan, Jalan Sutera Abad ke 21, kerjasama ekonomi Tiongkok dengan banyak negeri akan berkembang pesat. Yang ditempuh Tiongkok bukanlah jalan oligarki finans, jalan imperialisme, jalan menguasai
negara-negara jajahan, tapi jalan hidup berdampingan secara damai, kerjasama saling menguntungkan. Sosialisme akan dapat mengungguli kapitalisme dalam kerjasama dan persaingan secara damai. Oligarki finans kapitalis yang menguasai perekonomian dunia seusai Perang Dunia kedua kijni tidak mendominasi dunia lagi. Di bidang moneter, monopoli dollar yang mendominasi dunia semenjak Persetujuan Brettonwoods 1946 kini telah berobah. Mata uang Tiongkok, Yuan Ren Min Bi pun sudah tampil jadi salah satu mata uang internasional; di samping, dollar AS, Poundsterling, Euro dan Yen Jepang. Tiongkok yang memiliki valuta asing lebih dari tiga trilyun dollar AS tidak menempuh jalan oligarki finans, tidak dengan kekayaan uang menguasai negeri-negeri lain sebagai jajahan. Tiongkok memanfaatkan kekayaan moneter itu, berinisiatf mendirikan Bank Investasi Infrastruktur Asia, Development Bank of BRIGS dan memberi pinjaman bagi banyak negeri yang membutuhkan untuk pembangunan dari Asia, Afirika dan Amerika Latin. Hubungan dagang dan perekonomian Tiongkok dengan sekian banyak negeri di dunia tidak ada yang bercirikan tindakan oligarki finans kapitalisme. Oleh karena itu, menyatakan Tiongkok sebagai negeri imperialis adalah menyesatkan, adalah fitnah semata-mata. Dalam membangun sosialisme berciri Tiongkok, kemajuan Tiongkok di bidang moneter internasional telah menunjukkan satu langkah keunggulan sosialisme di bidang ekonomi. Inilah kenyataan yang menunjukkan, bahwa sosialisme mampu bersaing secara damai dengan kapitalisme. Karya klasik Lenin Imperialisme, Tingkat Tertinggi Kapitalisme yang ditulis satu abad yang lalu, tetap cemerlang memaparkan hukum kebangkrutan kapitalisme dan menunjukkan jalan bagi klas buruh sedunia menyongsong kemenangan revolusi untuk sosialisme dunia.
3 Maret 2016. ***** .