BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 03/01/34/Th.X, 02 Januari 2008
SAKERNAS AGUSTUS 2007 MENGHASILKAN ANGKA PENGANGGURAN PERBANDINGAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DIY :
TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK DI KABUPATEN SLEMAN.
Sakernas 2007 dapat menggambarkan keadaan pengangguran variasi antar kabupaten/kota di Provinsi DIY. Secara relatif (persentase) ditunjukkan oleh Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yang tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta (9,65%) dan yang terendah di Kabupaten Gunungkidul (3,93%). Namun secara absolut (jumlah) yang terbanyak penganggurnya terdapat di Kabupaten Sleman (42 ribu orang) dan yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Kulonprogo (9 ribu orang). Keadaan TPT tahun 2007 pada level Provinsi DIY hampir tidak mengalami perubahan yang bermakna dibandingkan dengan tahun 2006, yakni dari 6,3% menjadi 6,1%. Jumlah pengangguran terbuka di Provinsi DIY pada Agustus 2007 diperkirakan sebanyak 115 ribu orang.
1. PENDAHULUAN Strategi peningkatan kesejahteraan rakyat secara nasional oleh pemerintah Indonesia 20042009 dikenal dengan istilah Triple Track Strategy. Suatu strategi ekonomi holistik yang mengutamakan: 1) Pro-Growth : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengedepankan investasi dan ekspor; 2) Pro-Employment : Menggerakkan sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja; 3) Pro-Poor : Merevitalisasi pertanian, kehutanan, kelautan, dan ekonomi pedesaan untuk menanggulangi kemiskinan, serta program lain yang langsung menyentuh masyarakat miskin. Sementara tema pembangunan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2007 adalah “Perkuatan ekonomi masyarakat melalui pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat”. Tegas sekali prioritas pembangunan Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.03/01/34/Th.X, 2 Januari 2008
1
yang diambil pemerintah Provinsi DIY tahun 2007, yaitu penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja. Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) ditujukan sebagai bahan evaluasi pembangunan nasional maupun daerah dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Sakernas menghasilkan indikator secara makro situasi ketenagakerjaan. Secara khusus Sakernas yang terakhir diselenggarakan pada Agustus 2007 yang lalu dirancang untuk menghasilkan indikator pokok yang bisa menggambarkan situasi wilayah sampai level kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sakernas sebelumnya hanya bisa menggambarkan sampai level provinsi.
2. BEBERAPA KONSEP DASAR Data ketenagakerjaan yang dihasilkan Sakernas dan survei lain oleh BPS menggunakan konsep baku angkatan kerja (Standard Labour Force Concept) rekomendasi ILO (International Labor
Organization). Sakernas mengumpulkan datanya dengan pendekatan rumah tangga. Sejak 2005 Sakernas dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan Agustus. Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu angkatan kerja (AK) dan bukan angkatan kerja (BAK). Angkatan kerja (AK) meliputi penduduk usia kerja yang bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan BAK merupakan penduduk usia kerja yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan, tapi melakukan kegiatan bersekolah, mengurus rumahtangga, atau kegiatan lainnya. Periode rujukan (time reference) pengamatan terhadap kegiatan adalah selama seminggu yang lalu ketika disurvei. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Mereka yang punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok dan sebagainya, tergolong sebagai bekerja. Dikategorikan sebagai penganggur terbuka adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers), atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (future starts). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dapat dihitung dari perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja.
3. PERKEMBANGAN ANGKA PENGANGGURAN PROVINSI DIY Fluktuasi TPT Provinsi DIY dari tahun ke tahun berada dalam kisaran 5-8 persen. TPT tertinggi setelah tahun 2000 terjadi pada Nopember 2005 yang mencapai 7,59 persen. Kenaikan harga BBM yang cukup besar dan musim kemarau panjang pada saat itu kemungkinan dapat menjadi penjelas situasi. Setelah itu TPT cenderung menurun ke angka 6 persen. Pada Februari 2006 2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.03/01/34/Th.X, 2 Januari 2008
TPT sebesar 6,25 persen, pada Agustus 2006 sebesar 6,31 persen, pada Februari 2007 sebesar 6,08, dan terakhir pada Agustus 2007 sebesar 6,10 persen. Lihat Gambar 1. Angka ini relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan TPT nasional yang mencapai sekitar 9-11 persen.
Gambar 1. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Daerah Tempat Tinggal di Provinsi DIY, Februari 2005 – Agustus 2007 (%)
11
10.37
10
8.87
9 8
8.41
8.24
6.08
6.1
3.3
3.11
3.26
Ags 06
'Feb 07
Ags 07
8.36 7.06
7
7.59
6
6.25
5 4
5.05 4.12
3 2
6.31
2.63 Feb-05
Nop-05
Perkotaan
3.64
'Feb 06
Pedesaan
Perkotaan+Pedesaan
Gambar 1 juga menunjukkan bahwa TPT di perkotaan selalu lebih tinggi dibanding di pedesaan. Tingginya TPT di perkotaan dipengaruhi oleh beragamnya lapangan pekerjaan di perkotaan yang biasanya sebagai pusat perekonomian, sementara di pedesaan umumnya didominasi pertanian dengan daya tampungnya yang terbatas. Angkatan kerja baru yang mencari pekerjaan pindah atau mondok di perkotaan, sehingga pengangguran menjadi lebih nampak di daerah perkotaan. Sementara itu, penduduk daerah pedesaan biasanya tidak terlalu selektif dalam memilih pekerjaan, sehingga mereka akan melakukan kegiatan apa saja walaupun hanya sebagai pekerja keluarga. Penganggur yang tersisa di daerah pedesaan mungkin sebagian di antaranya memang mencari pekerjaan di pedesaan juga, dan sebagian lagi tetap tinggal di desanya sambil mencari pekerjaan dengan cara melaju (melajo, commute, ulang-alik, pulang-pergi) ke perkotaan. Di antara penduduk yang sudah bekerja masih terkandung di dalamnya pekerja setengah pengangguran,
yakni yang waktu kerjanya kurang dari 35 jam seminggu. Keadaan Agustus 2007
pekerja setengah pengangguran ini mencakup 28 persen dari pekerja. Jika dihitung jumlahnya mencapai 501 ribu orang. Lebih dari separohnya (15 persen) tergolong ”setengah pengangguran sukarela” karena tidak berusaha mencari pekerjaan lain, dan selebihnya (13 persen) tergolong ”setengah pengangguran terpaksa” karena masih berusaha mencari pekerjaan lain. Sekitar 58 persen dari pekerja ”setengah pengangguran” tersebut adalah perempuan.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.03/01/34/Th.X, 2 Januari 2008
3
4. ANGKA PENGANGGURAN MENURUT KABUPATEN DAN KOTA Pada pelaksanaan Sakernas Agustus 2007 jumlah sampel lebih banyak daripada Sakernas sebelumnya, sehingga memungkinkan dibuat beberapa indikator ketenagakerjaan untuk level kabupaten dan kota. Salah satunya adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT). Gambaran TPT menurut wilayah kabupaten/kota disajikan pada Gambar 2. TPT tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta (9,65 persen), disusul Kabupaten Sleman (7,75 persen) dan Kabupaten Bantul (5,17 persen). TPT terendah terjadi di Kabupaten Gunung Kidul (3,93 persen) dan Kabupaten Kulonprogo (4,34 persen). Tampak bahwa wilayah yang berciri agraris mempunyai TPT yang rendah. Ciri umum perekonomian pada dua kabupaten dengan TPT rendah tersebut didominasi sektor pertanian.
Gambar 2. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, Agustus 2007 (%)
0 Kulonprogo
2
4
6
Sleman
10
12
4.34
Bantul Gunungkidul
8
5.17 3.93 7.75
Yogyakarta
9.65
Jika dibuat perhitungan nominal, jumlah pengangguran paling banyak terdapat di Kabupaten Sleman yang mencapai sekitar 42,5 ribu. Kemudian diikuti secara berurut-turut di Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulonprogo masing-masing terdapat sekitar 25,3 ribu, 22,1 ribu, 16,2 ribu, dan 9,1 ribu. Lihat Gambar 3.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.03/01/34/Th.X, 2 Januari 2008
Gambar 3. Estimasi Jumlah Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, Agustus 2007 (dalam ribuan orang)
0
5
Kulonprogo
10
15
20
25
30
35
40
45
9.1
Bantul
25.3
Gunungkidul
16.2
Sleman
42.5
Yogyakarta
22.1
5. KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Provinsi DIY pada Agustus 2007 tidak mengalami perubahan yang berarti dibanding kondisi periode yang sama tahun sebelumnya. Kesemparan kerja yang tersedia pada Agustus 2007 sebanyak 1,77 juta. Dalam setahun terakhir terjadi pergeseran. Pada awal tahun (Februari) 2007 orang yang bekerja sempat meningkat menjadi 1,84 juta atau bertambah sekitar 80 ribu dibandingkan keadaan Agustus 2006, lalu dengan besaran yang hampir sama (70 ribu) terjadi penurunan pada Agustus 2007. Kesempatan kerja yang sempat bertambah itu nampaknya bersifat temporer, khususnya terjadi di sektor industri dan konstruksi. TPAK (tingkat partisipasi angkatan kerja) yang merupakan perbandingan antara penduduk tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dapat dilihat pada Tabel 1.
Pola
perkembangan TPAK di Provinsi DIY pada periode 2005-2007 menunjukkan pola yang menarik. TPAK pada bulan Agustus cenderung lebih rendah bila dibandingkan kondisi bulan Februari.
Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan di Provinsi DIY, Februari 2005 - Agustus 2007 (dalam ribuan) Uraian
Feb 2005
Nov 2005
Feb 2006
Agst 2006
Feb 2007
Agst 2007
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Angkatan kerja
1.851,2
1.850,8
1.872,0
1.868,5
1.954,4
1.889,4
Bekerja
1.757,7
1.710,4
1.755,0
1.750,6
1.835,5
1.774,3
93,5
140,5
117,0
117,9
118,9
115,2
721,8
799,5
790,8
831,8
771,9
866,4
2.573,0
2.650,4
2.662,8
2.700,3
2.726,3
2.755,8
71,9%
69,8%
70,3%
69,2%
71,7%
68,6%
5,1%
7,6%
6,3%
6,3%
6,1%
6,1%
Pengangguran Terbuka Bukan Angkatan Kerja Penduduk Usia Kerja TPAK TPT
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.03/01/34/Th.X, 2 Januari 2008
5
Sektor pertanian dan perdagangan menyerap pekerja paling banyak yaitu masing-masing sekitar 30,8% dan 24,5% pada Agustus 2007. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah jasa kemasyarakatan (16,8%), industri (11,8%) dan Bangunan (8,6%).
Distribusi Persentase Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Keuangan & Jasa Perusahaan 2.7%
Jasa Kemasyarakatan 16.8%
Pertanian 30.8%
Angkutan dan Pergudangan 3.3%
Pertambangan 1.3%
Perdagangan 24.5% Bangunan 8.6%
Listrik, Gas & Air 0.1%
Industri 11.8%
- *** -
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jl. Brigjend. Katamso Komplek THR Yogyakarta 55152 Telp. 0274-387752 (Hunting) Fax. 0274-375310 Email :
[email protected] [email protected] Homepage : http://yogyakarta.bps.go.id
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.03/01/34/Th.X, 2 Januari 2008