IlI PEMBANGUNAN WADAH BUDIDAYA
A. Pendahuluan Pemeliharaan ikan pertama kali dilakukan dengan kolam dan hingga kini penggunaannya masih paling banyak. Kolam adalah tubuh air yang dibangun denian membendung aliran air atau menggali suatu area tanah dan galiannya untuk perr uatan pematang. Secara umum ada dua tipe konstruksi kolam, yaltu kolam pembendungan dan kolam penggalian yang dibangun pada kondisi geografik yang nyata. Kolam pembendungan dibentuk dengan membangun dam, pematang atau bangunan sejenisnya untuk menahan aliran air. Sedangkan kolam galian dibangun dengan menggali dan memindahkan tanah dan area sehingga membentuk lubang yang kemudian diisi air. Kolarn galian yang dibangun pada topografi datar memiliki kelemahan biaya pemindahan yang diperlukan cukup besar dan pengeluaran air harus dipompa. Oleh karena itu, dalam pembangunan kolam bendungan maupun kolam galian, agar dapat mengisi dan mengeluarkan airnya dengan gaya gravitasi, maka diperlukan pemilihan lahan serta perencanaan pembangunan yang baik. Pemanfaatan perairan air tawar secara langsung untuk pemeliharaan ikan juga dilakukan dengan memagar areal perairan (pen) atau membentuk kurungan (cage). Pemagaran areal perairan balk yang stagnan maupun mengalir, bersifat tetap, air bisa mengalir dan ikan tetap terpagari. Sebaliknya tipe kurungan berupa sangkar bersifat portabel (bisa dipindah), air mengalir dan ikan terkurung. Keramba adalah kurungan yang sisi-sisinya terdiri atas kisi-kisi, digunakan untuk pemeliharaan ikan sehingga ikan tidak bisa keluar, air mengalir dan limbah terbuang. Karena portabel, maka penempatannya bisa terapung, melayang ataupun di dasar perairan. Kondisi perairan yang ada mempengaruhi tipe dan ukuran pagar ataupun kurungan yang dibangun. Pada awal pengembangannya, balk sistem pagar maupun keramba adalah untuk memanfaatkan kesuburan makanan ikan yang tersedia, tetapi saat mi kondisi air yang miskinpun bisa digunakan asal diberi pakan buatan. Demikian pula terhadap bahan pembuatan pagar ataupun keramba, yang semula menggunakan bahan yang tersedia di lokasi: bambu dan kayu yang dibentuk anyaman, saat ini berupa kisi-kisi dan bahan janing yang lebih praktis. Oleh karena itu, untuk membuat wadah pemeliharaan ikan berupa pagar ataupun keramba diperlukan pemilihan bahan dan perencanaan pembuatannya.
B. Perencanaan dan Pembangunan Kolam 1. Perencanaan Kolam a. Tata ruang Lahan usaha budidaya ikan air tawar terdiri atas: Universitas Gadjah Mada
1
1) Bangunan budidaya Bangunan budidaya yang terdiri atas petakan-petakan kolam yang ukuran dan fungsinya dapat berbeda-beda. Petakan-petakan kolam dihubungkan oleh jaringan ihgasi, yang meliputi saluran air masuk dan keluar, pintu air masuk dan pintu pembuangan air. 2) Bangunan pendukung Bangunan pendukung meliputi gudang untuk pakan, pupuk dan alat-alat, rumah penjaga, tempat genset, jakan, jembatan, pagar dan lain-lain. Tata letak setiap bangunan diatur agar dapat efisien sesuai dengan topografi lahan, kebutuhan teknik pengelolaan serta seni tata ruang. Dengan demikian lahan usaha budidaya ikan disamping sebagai tempat produksi yang tidak terlalu eksklusif, juga dapat dinikmati keindahannya. b. Desain kolam 1) Ukuran dan bentuk kolam Ukuran dan bentuk kolam ditentukan oleh topografi, fungsi dan sistem pengelolaannya.
Tidak
ada
ukuran
pasti
yang
paling
baik
untuk
budidaya,tetapi secara umum dihindari ukuran kolam yang terlalu besar karena sulit pengelolaannya atau terlalu kecil karena biaya kostruksinya lebih besar. Ukuran terkecil yang bisa disebut kolam adalah 100 m2 (satu are), yang lebih kecil dan ini disebut bak. Bentuk kolam bisa lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang ataupun tidak beraturan. Bentuk persegi panjang dengan raslo panjang dan lebar 1,5-2: 1 relatif ideal untuk kolam ditinjau dan aliran airnya. Kolam ukuran kecil berbentuk persegi panjang, relatif dalam, dengan konstruksi beton biasanya digunakan untuk kolam air deras. Kolam tanah untuk pembesaran yang mudah dikelola dan cukup produktif adalah berkisar 500-2.500 m2 dan berbentuk empat persegi panjang. 2) Kedalaman air Kedalaman air kolam tergantung pada jenis, fungsi dan ukuran ikan serta metode pengeIoIaannya. Kedalaman air berhubungan dengan penghantaran panas penetrasi cahaya matahari serta perkembangan tumbuhan air yang tidak
dikehendaki.
Kolam
yang
terlalu
dalam
kurang
baik
karena
penghantaran panas dan cahaya tidak sampai dasar perairan, sehingga terjadi stratifikasi suhu. IangKan apabila kolam terlalu dangkal akan medorong perkembangan tumbuhan air menjadi cepat. Pada kolam tradisional kedalaman kolam berkisar 0,5-1 ,0 m, seaanaican untuk kolam intensif 1701,5 m, bahkan ada yang 2-3 m. Kedalaman air akan mempengaruhi tinggi dan lebar pematang. Universitas Gadjah Mada
2
3) Pematang Satu unit perkolaman biasanya memiliki pematang yang berbeda-beda ukurannya, yakni pematang primer, skunder dan tersier. Pematang primer adalah pematang utama yang mengelilingi seluruh unit perkolaman dan dapat berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan sarana produksi dan hasil panen. Pematang sekunder adalah pematang pembagi antara petakan kolam, sedangkan pematang tersier adalah pematang pembagi berikutnya. Besar kecilnya pematang juga Ia luas kolam dan jenis tanah. Ukuran profil pematang meliputi:
Lebar atas bervariasi dengan kisaran 1-3 m. Lebar 1m biasanya untuk pematang sekunder dan 2-3 m untuk pematang primer atau untuk jalan.
Tinggi pematang, dihitung dan hash penambahan kedalaman air, kedalaman untuk menahan aksi gelombang, kedalaman untuk bagian pematang yang tidak terkena air, dan kedalaman air yang diperlukan karena penumnan pematang akibat pengeringan tanah. Pematang yang tidak kena air (freeboard) ditambahkan sebagai faktor keselamatan untuk mencegah meluapnya air dan agar ikan tidak meloncat. Tinggi pematang untuk
freeboard
adalah
0,3-0,5 m.
Penurunan
pematang
akibat
penyusutan tanah (settlement allowance) terjadi karena pada waktu pembuatan pematang, tanah harus basah atau mengandung kadar air optimum yang tergantung pada tekstur tanah. Penurunan pematang akibat pengeringan tanah dinyatakan dalam persen tinggi pematang, yaitu berkisar 10-15%
Kemiringan Kemiringan sisi pematang (slope), menunjukkan rasio lebar dasar terhadap tinggi pematang. Apabila lebar dasar sama dengan tinggi pematang, berarti keminngannya 1:1. Sedangkan apabila lebar dasar dua kali tingginya maka kemiringannya 2:1. Dengan kata lain apabila kemiringan pematang 2:1, maka setiap kenaikan tinggi 1 m terjadi penambahan lebar dasar 2 m. Kemiringan sisi pematang tergantung pada jenis tanah. Pada jenis tanah hat dapat digunakan kemiringan antara 1:1 sampai 2:1. Kemiringan sisi pematang bisa dibuat berbeda untuk efisiensi lahan tanpa mengurangi kekuatannya. Sisi miring yang menghadap air (basah) biasanya lebih landai daripada di luar yaitu yang menghadap saluran pembuangan atau kolam lain. Volume tanah untuk pematang adalah Volume (m3) = Luas trapesftm (m2) x panjang total pematang (m).
Universitas Gadjah Mada
3
4) Dasar kolam Secara keseluruhan dasar kolam dibuat miring dan sisi air masuk ke arah sisi air keluar, dengan kemiringan 0,2 - 0,3%. Di tengah-tengah petakan kolam, dan pintu air masuk menuju pintu air keluar, dibuat kemalir dengan lebar 50 cm dan dalam 10-20 cm. Pembuatan kemalir ini bertujuan untuk memudahkan pemanenan dan pengeringan kolam. Di muka pintu air keluar, kemahir ml diperlebar sampal 2-3 m, lebih diperdalam dan dasarnya permanen, yang berguna untuk mengumpulkan dan menangkap ikan pada waktu panen. 5) Saluran air Ada dua macam saluran, yaitu saluran untuk air masuk dan air buangan. Sistem saluran harus dirancang agar setiap kolam tidak tergantung pada kolam lain dalam hal pemasukan dan pembuangan air. Sistem pengairan ini disebut sistem parallel yang lebih menguntungkan daripada system seri. Penampang slauran berbentuk trapezium atau persegi. 6) Pintu air Pintu air terdiri atas pintu air masuk dan keluar. Pintu air masuk dapat dibuat dari bambu, plempem tanah hat, pipa paralon atau semen yang dipasang pada pematang. Pintu air keluar ada dua macam yaitu untuk pengeringan total dan untuk buangan air luapan. Pintu air keluar dapat pula berupa pipa, bangunan beton terbuka dan monik. Pintu air sistem monik paling direkomendasikan untuk digunakan karena paling sesuai atas pertimbangan teknis, biologis, kuantitas dan kualitas air. Pintu air harus dilengkapi dengan saringan. Pintu air masuk dan keluar bisa ditempatkan pada salah satu pematang atau terpisah pada dua pematang pendek yang berseberangan.
2. Prosedur Pembangunan Kolam Pembuatan kolam harus berdasarkan pada desain gambar yang telah dibuat dan hasil pengamatan dan pengukuran lapangan. Dalam desain gambar tersebut tercantum luas dan topografi lokasi, rencana perkolaman, saluran dan fasilitas fasilitas lain. Adapun prosedur pembangunan kolam adalah sebagai berikut : a. Pembersihan lahan Pohon yang ada pada lahan harus ditebang, tonggak, akar pohon, semak belukar dan rumput juga harus dibersihkan. b. Penandaan profil pematang Penandaan profil pematang dan saluran dibuat dengan menggunakan alat bantu berupa patok-patok bambu atau kayu dan tali yang dipasang sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan. Universitas Gadjah Mada
4
c. Pembuatan pematang Sebelum penggalian dan penimbunan tanah untuk pematang, lapisan tanah bagian atas (top soil) di lahan harus dikumpulkan terlebih dahulu. Penimbunan tanah setiap petakan dilakukan selebar penuh ke arah horisontal, lapis demi lapis. Setiap lapisan tebalnya tidak lebih dan 30-40 cm dan tanah yang digunakan harus cukup basah dan dimampatkan sampai 90%. Apabila perlu untuk mencegah rembesan air ke samping melalui pematang (seepage), bagian tengah pematang dalam (di bawah top soil), kemudian ditimbun dengan tanah kedap air. disebut core dari pematang. d. Dasar kolam Dasar kolam dibentuk miring dan dibuat kemalir. Kemiringan dibuat dan sisi air ke arah sisi air keluar, juga dan sisi-sisi lainnya kearah kemalir. Apabila pembentukan dasar kolam sudah selesai, tanah top soil disebarkan ke permukaan Kolam, termasuk permukaan pematang, agar tanah dasar tetap subur. e. Penutupan pematang Untuk mengurangi erosi tanah pematang, permukaan pematang ditutup dengan tanaman rumput. Dalarn jumlah kecil, pematang dapat ditutup dengan gebalan tanaman rumput, tetapi bila jumlah luas gebalan rumput dapat dibagi-bagi kemudian ditanam atau dengan menebar biji rumput ke seluruh permukaan pematang.
Universitas Gadjah Mada
5
yang Iebih menguntungkan daripada sistem sen. Penampang saluran air bisa berbentuk trapesium atau persegi. 7) Pintu air Pintu air terdiri atas pintu air masuk dan keluar. Pintu air masuk dapat dibuat bambu, plempem tanah hat, pipa paralon atau semen yang dipasang pada pematang. Pintu air keluar ada dua macam yaitu untuk pengeringan total dan untuk buangan air luapan. Pintu air keluar dapat pula berupa pipa, bangunan beton uka dan monik. Pintu air sistem monik paling direkomendasikan untuk digunakan
C. Perencanaan Pembangunan Keramba dan Jaring Apung 1. Keramba a. Bentuk dan ukuran Keramba rigid (keras) berbentuk balok adalah paling umum digunakan, Iainnya juga dimungkinkan. Ukuran keramba bervariasi: 1x1x1 m3 – 1x2x1 m3 sesuai kondisi perairannya. Keramba ditempatkan di dalam saluran, sungai, telaga dan waduk, yang airnya tersedia sepanjang waktu dan subur. b. Bahan Bahan pembuatan kisi-kisi adalah belahan bambu, kayu, jaring ataupun kawat besi konstruksi belahan bambu (lebar 3 - 5 cm), jarak 1-2 cm atau jaring D9 - 12, lebar mata jaring 2 cm yang dipasang pada kerangka kayu. Sisi bagian atas bias dibuka dan ditutup dengan memasang engsel. c. Penempatan dan Penggunaan Penempatan di lokasi, dipancang (tetap), sisi atas 5-10 cm di atas permukaan Keramba hanya dapat digunakan untuk pembesaran ikan, biasanya monospesies (satu spesies). 2. Keramba jarring apung Komponen keramba jaring apung (KJA) terdiri atas : a. Kerangka Kerangka adalah tempat pemasangan kantong jaring, sarana pendukung dan tempat kegiatan sehari-hari pemeliharaan ikan dilakukan. Untuk memasang kerangka dibutuhkan areal di pinggir perairan paling tidak dua kali lipat luas rgka. Universitas Gadjah Mada
6
Kerangka dapat dibuat dan bambu, balok kayu, besi (pipa atau siku). ibu memiliki kelebihan bersifat sangat lentur, tersedia di lokasi, mudah didapat harganya murah. Sementara kayu kurang lentur, dan dengan besi harganya tetapi lebih awet trutama besi. Kerangka dibuat dan pasangan empat (bambu) : horizontal (“dlurung”) dengan jarak kira-kira 60 cm, yang mengapit beberapa drum sebagai pelampung sebanyak 4 sisi. Bambu yang digunakan dipilih yang tua, lurus dan relative kering memiliki diameter 10-15 dan panjang 15-20 m dari jenis petung atau ori. Ukuran drum adalah diameter 90 cm dan tinggi 120 cm dan dapat diganti dengan stirifoam dengan ukuran sama dengan drum. Untuk ukuran petak 6-7 m diperlukan 12 buah drum dengan penyebaran 4 buah di tiap pojok dan satu di tengah setiap sisi. Posisi drum pada jepitan bambu diperkuat dengan pemasangan bambu dan pengingatan menggunakan tali plastik, sedangkan untuk menggabung atau nyambung bambu dipantek dengan belahan bambu dan ikatan tali plastik. Satu unit KJA bisa terdiri atas 2 petak sampai 4 petak keramba, ukuran sisinya 6-7 m. Petakan ini juga dapat dibagi lagi menjadi 4 dengan memasang 3 ah bambu petung ataupun ori yang diikat. Di atas keliling kerangka dipasang rakitan bambu apus, diameter 40-60 cm (8-10 batang) sepanjang sisi petakan. Perakitan menggunakan belahan bambu dan diikat dengan tali ijuk. Rakitan bambu dapat diganti dengan papan (lebar 20-30 cm dan tebal 2-3 cm). b. Kantong jaring Ukuran mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara. Ada tiga (3) jenis bahan untuk pembuatan kantong, yakni hapa, waring jaring polyetheline, masing-masing memiliki ukuran mata berbeda. Hapa adalah anyaman senar plastik (monofilamen) kecil tanpa simpul dengan ukuran mata (mesh size 2 mm, sedang untuk waring benangnya lebih besar dengan ukuran mata 5 cm. Ukuran sisi-sisi permukaan jarring 3-7 m, dengan kedalaman 1,5 - 3m dan yang ke dalam air 1-2 m. Kantong hapa dan waring dibuat dengan dijahit dan Keduanya digunakan untuk pendederan, bahkan hapa bisa juga digunakan untuk pembenihan. Jaring memiliki ukuran mata jaring lebih besar, 0,5 – 1 inci tapi untuk pembesaran ikan biasanya menggunakan ukuran 0,75 - 0,1 inci (2,0 - 2,54 cm). Bahan jaring yang tersedia di pasaran berupa gulungan dengan ukuran panjang 50 yard (m) dan dalam/tinggi 300 mata. Untuk pembuatannya harus dianyam, misalkan ukuran 6x6x3 m, caranya adalah sebagai berikut : Jumlah mata jaring yang dibutuhkan untuk keliling 4 x 6 m dan beri tanda (tali raffia) untuk setiap sisi menggunakan rumus : Universitas Gadjah Mada
7
Dimana : Ln = jumlah mata jaring yang dibutuhkan untuk keliling dalam keadaan mata jaring terentang sempurna, Lr = keliling jaring jadi, dalam contoh 24 m S = shortening atau pengkerutan, yaitu 30%, Kemudian hitung jumlah mata yang dibutuhkan untuk tinggi kantong jaring menggunakan rumus :
Dimana: Ds = jumlah mata yang dibutuhkan untuk tinggi dalam keadaan mata jaring terentang sempurna, Da = tinggi jaring jadi, dalam contoh 3 m, S = shortening atau pengkerutan, yaitu 30%
Kemudian untuk dasar jaring dengan panjang sisi-sisinya 6 x 6 m, bisa berdasarkan jumlah mata pada setiap sisi karena nantinya akan dibuat dengan memasukkan tali ris ke masing-masing lubang mata jaring. Untuk menggelar jaring, bagian atas dipasang tali plastik (diameter 0,6 cm) sebagai ris atas, yang dimasukkan ke setiap mata jaring paling atas satu demi satu. Demikian pula di bagian bawah (dasar) yang sekaligus sebagai penyambung antara dengan lembar jaring dasar. Tali ris atas dan bawah sepanjang 4 kali panjang sisi-sisinya (6 m) atau 24 m ditambah untuk sambungan pada setiap ujung 0,5 m. Kemudian untuk menggantungkan jaring sekaligus membatasi tiap sisi, dipasang tali ris (diameter 0,6 cm) pada setiap pojok. Panjang tali ris tegag masing-masing 3 m, ditambah ujung bawah 0,5 m dan ujung atas 1-1,5 m untuk mengikat pada kerangka.Tiap ujung tali ris harus dibakar agar untain tali tidak lepas. Ratakan mata jaring pada tali ris atas maupun bawah, sehingga meter sama jumlahnya dan diikat dengan tali kecil agar mata jaring tidak geser. Kemudian pada setiap pojok disamping gabungan tali harus kuat, juga harus diikat dan salah satu ekstra tali akan digunakan untuk pengikat ke kerangka.
Universitas Gadjah Mada
8
c. Bangunan pendukung Fasilitas
pendukung
rumah
penjaga
dan
gudang,
serta
ponton
penyeberangan. Rumah jaga dan gudang dibuat dengan rangka yang kuat dan pengapung lebih banyak, untuk ukuran 3 x 4 m membutuhkan 12 buah drum. Tiang rumah dibuat dari kayu, dinding sirap bambu atau triplek, atap seng. Ponton juga dibuat dengan menyusun 6 drum untuk ukuran 3 x 1,8 m menjadi 2 baris dengan kerangka bamboo atau besi dilas, diatas dipasang rakitan bambu. Untuk menghubungkan keramba jaring apung dengan daratan dipasang tali plastik (diameter 1,2 cm). d. Pemberat Jaring dan Jangkar Pemberat jaring dimaksud untuk merentangkan jaring ke arah vertikal dan horizontal. Pemberat jaring seberat 5 kg, digantung di bagian luar jarring : tiap pojok dan di tengah dengan jarak 1,5 m. Tiap pemberat dihubungkan tali plastik ke kerangka untuk menarik pembeat ketika jaring akan diangkat. Jangkar yang dilengkapi dengan pemberat (2x50 kg) dipasang sebanyak 4 buah untuk menjaga posisi jaring apung di perairan. Jangkar dan pemberat dihubungkan dengan tali plastik (diameter 2 cm) sepanjang kira-kira 1,5 kedalaman air, maka jangkar dilabuh agak miring pada setiap pojok. D. Rangkuman Lahan usaha budidaya koiam terdiri atas: perkolaman (petak kolam, saluran air, pintu air) dan sarana pendukung (jalan, gudang, rumah jaga dan sebagainya). Ada dua tipe konstruksi kolarn, yaitu kolam pernbendungan aliran air dan konstruksi galian yang tanahnya seianjutnya digunakan untuk pembuatan pematang. Ukuran dan kolam ditentukan oleh topografi / kemiringan, fungsi dan system pengelolaannya. Kedalaman air kolam tergantung pada jenis, fungsi dan ukuran serta metode pengelolaannya. Satu unit kolam memiliki pematang yang berbeda-beda ukurannya, yakni pematang primer, sekunder dan tersier. Profil matang meliputi: lebar atas (crown, tinggi, kemiringan dan lebar dasar. Tinggi atang dirancang dengan mernpertirnbangkan kedalaman air, tinggi pematang tidak terkena air, tinggi gelombang air dan penyusutan tanah. Pengairan kolam paralel ataupun seri, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahannya dan setiap petak dilengkapi pintu air masuk dan keluar. Prosedur kolam meliputi : pembersihan lahan, menandai profil pematang, penggalian dan pemindahan tanah, pembentukan dasar kolam, pembuatan pintu air, penutupan pematang. Budidaya ikan air tawar di perairan terbuka dapat dilakukan menggunakan sistem pemagaran (pen) dan kurungan (cage). Berdasarkan konstruksi dan penempatannya, kurungan konstruksi keras berupa keramba dan keramba lentur berupa keramba jaring Universitas Gadjah Mada
9
apung (KJA). Komponen KJA terdiri atas: kerangka dengan pengapung, kantong jaring, rumah jaga dan gudang, pemberat jaring dan pemberat jangkar, ponton penyeberangan. Jenis dan ukuran mata jaring yang digunakan tergantung pada ukuran ikan yang dipelihara. E. Latihan Soal-soal 1. Variabel apa saja yang mempengaruhi tinggi pematang? 2. Jelaskan bagaimana prosedur pembuatan kolam! 3. Sebutkan komponen-komponen bangunan keramba janng apung! 4. Bagaimana cara membuat kantong jaring dengan bahan jaring poly-ethyline?
F. Daftar Buku Bacaan Bardach, J.E., J.H. Ryther and W.O. McLarney, 1972. Aquaculture: The Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organisms, John Wiley and Sons Inc. Toronto. 868 p. Beveridge, M..M., 1987. Cage Aquaculture. Fishing News Book Ltd. Farnham Surrey 351 p. Wheaton, F. W. 1977. Aquacultural Enineering. John Wiley and bns, Inc. New York. 708 p.
Universitas Gadjah Mada
10
Gambar 5. Kolam Tanah
Gambar 6. Kolam Permanen
Gambar 7. Keramba
Gambar 8. Keramba Jaring Apung
Universitas Gadjah Mada
11