III. METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji dan Laboratorium Riset dan Development PT Indesso Aroma, Cibubur, Bogor. Penelitian ini dimulai bulan Desember 2011 sampai Maret 2012. B. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak pala (Myristica fragrans Houtt) asal Jawa dan Sulawesi; minyak nilam (Pogostomon cablin Benth) asal Jawa, Sumatra dan Sulawesi; minyak jahe segar (Zingiber officinale Roscoe) asal Jawa; minyak akar wangi (Vetiveria zizanioides) asal Jawa barat; minyak lada hitam (Piper nigrum) asal Jawa; minyak kenanga (Canangium odoratum Baill forma macrophylla) asal Jawa; minyak ylang-ylang (Canangium odoratum Baill forma genuina) asal Jawa; minyak terpentin (Pinus merkusii) asal Jawa Barat, minyak daun jeruk purut (Citrus D.C., Rutaceae) asal Jawa dan minyak sereh wangi (Cymbopogan winterianus Jowitt) asal Jawa. Keseluruhan minyak atsiri yang diteliti sebagian besar berasal dari pengumpul minyak atsiri yang berlokasi di Jawa Barat yang sampelnya diambil dari para penyuling di daerah di Indonesia Alat instrumentasi yang digunakan dalam analisis adalah GC merk Agilent type 7890 dengan menggunakan column non polar yaitu HP-1 (methyl siloxane) dengan spesifikasi 30 m (panjang) x 25 µm ( diameter luar) x 0.25 µm ( diameter dalam) dan GC-MS merk Agilent type MSD 5975 dengan triple axial detector. Column yang digunakan di GC-MS adalah HP-1 MS dengan spesifikasi 30 m x 25 µm x 0.25 µm. Limit deteksi alat GC dan GC-MS tersebut adalah 0.1 ppm sedangkan limit kuantifikasi 10 ppm. C. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu : 1.
Persiapan Sampel Dalam tahapan ini semua minyak atsiri yang sudah diperoleh dari daerah
di Indonesia ditempatkan dalam kondisi kering dan tertutup rapat (menggunakan botol) sehingga terhindar dari kontaminasi silang, sinar ultraviolet dan penguapan.
22
2.
Identifikasi Senyawa Volatil Minyak Atsiri Analisis minyak atsiri dilakukan dengan alat GC (gas chromatography)
untuk penentuan kadarnya dalam bentuk persentase area dan alat GC-MS untuk penentuan jenis senyawa volatil dalam minyak atsiri. Konsentrasi minimum senyawa volatil yang dideteksi > 0.1% ( persentase area) baik itu untuk analisa GC atau GC-MS kecuali untuk senyawa volatil yang dipersyaratkan dalam standar yang memiliki konsentrasi < 0.1%. Persentase area komponen senyawa dihitung dari area komponen per area total x 100% tanpa faktor koreksi. Metode untuk setting GC-MS sama dengan metode setting alat GC untuk semua jenis minyak atsiri hanya ada setting tambahan untuk MS (Mass Spectrometry) dimana energy yang dipakai 70 eV, emission 35 µA, suhu ion source : 250 0C, suhu quadoprole : 200 0C, EMV : < 2000 V, scan mass (amu) : 10 – 550, carrier gas yang dipakai adalah helium.
Tabel 13 Kondisi setting alat GC-MS untuk uji semua sampel minyak atsiri Parameter Suhu ion source Suhu quadoprole Scan mass (amu) Emission Energy WMV Setting column, program suhu, injektor dan detektor (Sumber : PT Indesso Aroma 2011)
Setting 250 0C 200 0C 10 - 250 35 µA 70 eV < 2000 V Sama dengan setting GC
Analisis senyawa volatil dilakukan dengan menggunakan alat GC-MS terlebih dahulu dengan metode analisis disesuaikan karakteristik minyak atsirinya. Identifikasi senyawa volatil dilakukan dengan software MSD Data Analysis dimana prinsip kerjanya spektra massa suatu senyawa volatil dibandingkan dengan library standar yang digunakan yaitu Wiley, NIST dan Adam. Probability tingkat kemiripan antara pola spektrum massa senyawa yang diidentifikasi dengan spektrum massa senyawa standar pada library menjadi dasar utama identifikasi. Selain itu juga didukung dengan data sekunder seperti jurnal yang sudah dipublikasi. Jika hasil kualitatif sudah didapatkan dilanjutkan dengan analisa kuantitatif dengan alat GC untuk mengetahui persentase area dari integrator tanpa menggunakan response factor. Persentase area senyawa volatil
23
dihitung dari area senyawa per area total x 100% tanpa faktor koreksi. Analisa setiap sampel dilakukan 3 kali dan data yang disajikan merupakan rerata. 3.
Kuantifikasi Senyawa Volatil Minyak Atsiri Kuantifikasi senyawa volatil minyak atsiri menggunakan alat GC (gas
chromatograpy) dengan kondisi setting GC sama atau berbeda untuk beberapa jenis minyak atsiri tertentu. Tabel 14 dan Tabel 15 adalah kondisi setting GC untuk minyak atsiri yang diteliti.
Tabel 14 Kondisi GC (gas chromatography) untuk uji sampel minyak pala, minyak akar wangi, minyak sereh wangi, minyak ylang-ylang, minyak kenanga dan minyak terpentin. Jenis Sampel
Parameter uji dengan GC (gas chromatography) Jenis column Injektor Progam suhu Detektor Minyak pala, Column non Suhu Carrier gas Detector : 275 0 minyak akar polar HP-1 Injektor : nitrogen, flow C, H2 flow : 30 0 , wangi, minyak (Methyl 275 C rate : 0.5 ml/min, air flow : sereh wangi, siloxane) mode split ml/min, oven : 400 ml/min. minyak ylang ( rasio split 100 0C (hold Make up flow : ylang, minyak 100 : 1) time 10 min) , 25 ml/min 0 kenanga 100 – 200 C pada rate 5 0 C/min, 200 – 250 0C pada rate 2 0C/min (hold time 5 min), 250 – 300 0 C pada rate 5 0 C (hold time 15 min) Minyak terpentin Column non Suhu Carrier gas Detector : 275 polar HP-1 injektor : nitrogen, oven : 0C, H2 flow : 30 (Methyl 275 0C, 100 0C (hold ml/min, air flow : siloxane) mode split time 5 min) , 400 ml/min. 0 ( rasio split 100 – 200 C Make up flow : 100 : 1) pada rate 10 25 ml/min 0 C/min (hold time 15 min) (Sumber : PT Indesso Aroma 2011)
24
Tabel 15 Kondisi GC (gas chromatography) untuk uji sampel minyak nilam, minyak daun jeruk purut, minyak lada hitam dan minyak jahe segar
Jenis Sampel
Parameter uji dengan GC (gas chromatography) Injektor Progam suhu Detektor
Jenis column Column non polar HP-1 (Methyl siloxane)
Suhu injektor : 275 0C, mode split ( rasio split 100 : 1)
Minyak daun jeruk purut
Column non polar HP-1 (Methyl siloxane)
Suhu injektor : 275 0C, mode split ( rasio split 100 : 1)
Minyak lada hitam
Column non polar HP-1 (Methyl siloxane)
Suhu injektor : 275 0C, mode split ( rasio split 100 : 1)
Minyak jahe segar
Column non polar HP-1 (Methyl siloxane)
Suhu Injektor : 275 0C, mode split ( rasio split 100 : 1)
Minyak nilam
(Sumber : PT Indesso Aroma 2011)
Carrier gas nitrogen, oven : 150 0C, 150 – 250 0 C pada rate 5 0 C/min (hold time 10 min) Carrier gas N2, oven : 150 0C, 150 – 190 0C pada rate 2 0 C/min (hold time 10 min), 190 – 250 0C pada rate 2 0C/min (hold time 10 min) Carrier gas N2, oven : 75 0C, 75 100 0C pada rate 2 0C/min, 100 – 200 0C pada rate 5 0C/min, 200 250 0C pada rate 2 0C/min (hold time 20 min) Carrier gas N2, oven : 100 0C, 100 – 200 0C pada rate 5 0 C/min, 200 – 250 0 C pada rate 10 0 C/min (hold time 5 min), 250 – 300 0 C pada rate 10 0 C (hold time 10 min)
Detector : 275 0 C, H2 flow : 30 ml/min, air flow : 400 ml/min. Make up flow : 25 ml/min Detector : 275 0 C, H2 flow : 30 ml/min, air flow : 400 ml/min. Make up flow : 25 ml/min
Detector : 275 0 C, H2 flow : 30 ml/min, air flow : 400 ml/min. Make up flow : 25 ml/min
Detector : 275 0 C, H2 flow : 30 ml/min, air flow : 400 ml/min. Make up flow : 25 ml/min
25
4.
Analisis Data (Gap Analysis) Dari data hasil penelitian tersebut diambil angka rerata dan kemudian
dilakukan gap analysis dengan membandingkan antara data hasil penelitian ini dengan standar acuan baik Standar Nasional Indonesia (SNI), standar industri flavor dan fragran ataupun standar internasional seperti ISO, FCC (Food Chemical Codex) dan literatur.