III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi - experimental karena desain eksperimental-semu ini tidak memberikan pengendalian secara penuh dan dengan rancangan
desain
eksperimen
factorial
counterbalanced
design
(desain
berimbang) di mana setiap sampel penelitian menerima semua perlakuan eksperimental untuk beberapa saat lamanya selama masa eksperimen. Tabel 3.1 Desain Faktorial Rancangan Penelitian Perlakuan eksperimental Motivasi
Pembelajaran Kooperatif STAD (1)
Ekspositori (2)
Motivasi Belajar Rendah (1)
Kelas VA (Y11)
Kelas VB (Y21)
Motivasi Belajar Tinggi (2)
Kelas VB (Y12)
Kelas A (Y22)
Keterangan: Y11 = prestasi belajar siswa yang bermotivasi belajar rendah dengan pembelajaran tipe STAD Y12 = prestasi belajar siswa yang bermotivasi belajar tinggi dengan pembelajaran tipe STAD Y21 = prestasi belajar siswa yang bermotivasi belajar rendah dengan pembelajaran ekspositori Y22 = prestasi belajar siswa yang bermotivasi belajar tinggi dengan pembelajaran ekspositori
65 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN I Tekad kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus .
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juni Tahun Pelajaran 2011/2012
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N I Tekad kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.
3.3.2 Sampel Untuk pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti karena adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel (Riduwan, 2004: 63). Dari siswa yang ada, kelas V-A dan V-B yang diambil peneliti dijadikan sebagai kelas eksperimen, atas pertimbangan akumulasi nilai rata-rata berdasarkan nilai raport pada semester sebelumnya.
66 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Tes
Data dalam penelitian ini berupa skor atau nilai tentang prestasi belajar siswa. Cara yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah seperangkat alat tes, yaitu tes tentang penguasaan pelajaran IPS yang diberikan sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) perlakuan berbentuk pilihan ganda yang terdiri atas 50 butir soal.
Analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah selisih antara skor nilai akhir (post-test) dengan nilai skor awal (pre-test) tersebut, dan data berupa skor nilai yang diperoleh dari rata-rata nilai tes akhir setelah selesai pemberian perlakuan. Skor nilai tersebut yang dipandang sebagai nilai prestasi belajar dikelompokkan berdasarkan strategi pembelajaran yang diberlakukan.
3.4.2 Teknik Angket
Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang motivasi
belajar siswa
terhadap mata pelajaran IPS. Angket disusun dalam bentuk pernyataan, responden diberikan pilihan jawaban berupa pernyataan sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Skor untuk angket ini, ditentukan menurut skala likert yaitu dalam bentuk pertanyaan positif untuk mengukur motivasi belajar tinggi. Pernyataan positif diberi skor 4,3,2,1 sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4.
67 3.5 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa dikembangkan dengan menggunakan instrumen tes. Tes dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang diturunkan dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Tes terdiri dari soal pilihan ganda. Untuk mendapatkan tes yang valid di analisis menggunakan Program ANATES pilihan ganda.
3.5.1
Prestasi Belajar IPS
3.5.1.1 Definisi konseptual
Prestasi belajar adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar dalam kurun waktu tertentu, yang merupakan kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan dan digambarkan dengan angka-angka (nilai). Prestasi belajar adalah nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes yang menggambarkan kemampuan kognitif siswa secara individu dalam memahami materi yang diajarkan, yang diukur menggunakan tes. Tes yang digunakan berbentuk tes pilihan ganda. Setiap setelah memberikan perlakuan siswa diberi tes, sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dengan mencari rata-rata nilai dari tes tersebut.
3.5.1.2 Definisi Operasional
Prestasi belajar adalah tingkat penguasaan materi pembelajaran secara kognitif yang diperoleh melalui skor prestasi tes belajar IPS. Pretes dilakukan sebelum perlakuaan dan postes merujuk bahwa pelaksanaan tes prestasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran pada ranah kognitif dilakukan setelah kedua
68 perlakuan selesai. Prestasi belajar adalah selisih antara postest dengan pretest yang diberikan kepada siswa baik pada kelas kontrol maupun pada kelas ekperimen. Evaluasi mengacu pada standar kompetensi mata pelajaran IPS. Skor penilaian prestasi belajar mengacu pada penilaian tes yang disusun atas dasar unsur-unsur dari kompetensi dasar yang membentuk standar kompetensi. Skor tes minimum 0 sampai 100.
3.5.2
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
3.5.2.1 Definisi Konseptual Pembelajaran kooperatif STAD adalah suatu pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa dimasukkan ke dalam kelompok kecil yang harus diawali dari pemberian materi pembelajaran baru. Siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 6 orang untuk pendalaman materi yang diberikan pembelajar. Setelah selesai, mereka menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok. Siswa kemudian diberi tes secara individual.
3.5.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah penilaian terhadap RPP, pelaksanaan prosedur dan alat evaluasi serta tes prestasi belajar siswa yang diperoleh dari selisih pre-test dan post-test dalam menyelesaikan soalsoal setelah selesai pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah dalam operasional pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran dijelaskan dalam tabel 3.2.
69
Tabel 3.2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD Langkah-langkah kooperatif tipe Kegiatan guru STAD 1. Menyampaikan tujuan dan Menyampaikan semua tujuan pelajaran memotivasi siswa
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan motivasi siswa belajar
2. Menyajikan dan menyampaikan Menyajikan informasi kepada siswa informasi
dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
3. Mengorganisasikan siswa dalam Menjelaskan kepada siswa bagaimana kelompok-kelompok belajar
caranya membenruk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar tansisi secara aktif
4. Membimbing kelompok bekerja Membimbing dan belajar
kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
5. Evaluasi
Mengevaluasi
hasil
belajar
materi
telah
diajarkan
yang
masing-masing
tentang atau
kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya 6. Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya
maupun
hasil
belajar
individu dan kelompok (Trianto, 2007:54)
3.5.3
Pembelajaran Ekspositori
3.5.3.1 Definisi Konseptual Pembelajaran ekspositori ini merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru ("teacher centered"), guru menjadi sumber dan pemberi informasi
70 utama. Meskipun dalam strategi ekspositori digunakan metode selain ceramah dan dilengkapi atau didukung dengan penggunaan media, penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran) bukan pada proses pencarian dan konstruksi pengetahuan.
3.5.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional pembelajaran ekspositori adalah tahapan pembelajaran dalam strategi pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut: (1) pada tahap pendahuluan guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, siswa mengikuti dengan mencatat bila perlu, (2) pada tahap penyajian atas materi guru menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan demostrasi untuk memperjelas materi yang disajikan dan diakhiri dengan penyampaian ringkasan atau latihan, (3) pada tahap penutup guru melaksanakan evaluasi berupa tes dan kegiatan tindak lanjut seperti penugasan dalam rangka perbaikan dan pengayaan atau pendalaman materi.
3.5.4
Motivasi Belajar
3.5.4.1 Definisi Konseptual Motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai. Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku
71 seseorang. Begitu pula perilaku seseorang dalam kegiatan belajar mengajar juga memerlukan motivasi untuk belajar. 3.5.4.2 Definisi Operasional Motivasi belajar terhadap mata pelajaran IPS meliputi dorongan untuk melakukan aktivitas belajar dan menentukan tujuan yang hendak dicapai yaitu prestasi belajar yang tinggi.
Indikator-indikator motivasi, antara lain: a) Durasi kegiatan: b)
Fekuensi kegiatan: c) Persistensi; d) Ketabahan, keuletan; e) Devosi: f) Tingkatan aspirasi: g) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk/output yang dicapai dari kegiatan;
h)
Arah
sikap
terhadap
sasaran
kegiatan
(like
(Syamsuddin,2000: 40). Instrumen pernyataan motivasi belajar
or
dislike)
siswa yang
diberikan sebanyak 20 butir pernyataan. Dengan skor minimal 20 sampai 80
3.6 Kisi – Kisi Instrumen 3.6.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Penyebaran butir soal diuraikan melalui kisi-kisi seperti pada Tabel 3.3 berikut: Mata Pelajaran
: IPS
Kelas / Semester
:V/ 2
Jumlah / Bentuk Soal
: 50/ Pilihan ganda
72
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen IPS No Sub Indikator Kompetensi 1 Mendeskripsi 1. Mendeskripsikan kan masa penjajahan perjuangan Belanda para tokoh pejuang pada 2. Mengidentifikasi masa tokoh-tokoh pejuang penjajahan yang melawan VOC Belanda dan Jepang 3. Mengidentifikasi tokoh-tokoh pejuang pada masa pergerakan nasional 4. menceritakan tokoh pejuang melawan penjajah Jepang
5. menceritakan sejarah pendudukan Jepang di Indonesia 6. mendeskripsikan perjuangan pemuda (kongres sumpah pemuda)
Jml Uraian Materi Soal 9 1. Perjuangan melawan penjajah Belanda 4 Tokoh pejuang sebelum abad XX 6
2.
C1
C2
1,2,4,5, 8,30
15,17, 18
3,6,14, 17
7,9,10, 11,12,13
Perjuangan 19,20,21 melawan ,24,25, penjajah 26,27,28 Jepang ,29,31, 38 46,47,4 8,49,50
3.
Sumpah pemuda 28 Oktober 1928
40,41,4 2,43,44 ,45
3.6.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Kisi-kisi instrumen motivasi belajar merujuk pada pengertian motivasi yang dikembangkan oleh Syamsuddin (2000: 40). Kisi-kisi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.
73
Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen Motivasi belajar terhadap mata pelajaran IPS No butir No
Indikator
Deskriptor
Jmlh Positif
1
Durasi Kegiatan
Lamanya waktu dalam melakukan kegiatan belajar
4,15
Frekuensi Kegiatan
Seringnya melakukan kegiatan dalam periode tertentu
1,19
3
Persistensi
Ketepatan dan kelekatan
8,15
4
Ketabahan
Tingkat Aspirasi
Sejauh mana kemampuan dalam 18,20 Menghadapi masalah Maksud, cita- cita, target 2,11,12,14 yang hendak dicapai
Tingkat Kualifikasi
Banyaknya prestasi, produk yang dicapai
Devosi (pengabdian) Arah sikap
Pengorbanan dalam mencapai tujuan Sasaran kegiatan belajar
2
5 6 7 8
Jumlah
negatif 2
3
3 2
13
3
4
17,5
2
7,9,10
3
6,16
2
18
2
20
Syamsuddin (2000: 40)
3.7 Kalibrasi Instrumen 3.7.1 Validitas dan Reliabilitas
1. Pengujian Validitas Instrumen Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Menurut Arikunto (2003: 65) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu isntrumen. Suatu instrumen yang
74 valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Untuk mengetahui validitas butir item dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:
rxy
XY
X Y
N 2 X Y 2 Y 2 2 X N N
Dimana:
rxy = Koefisien korelasi ∑X = Jumlah skor item ∑Y = Jumlah skor total N = Jumlah sampel
(Arikunto, 2002:146).
Selanjutnya validitas suatu tes/instrumen ditandai dengan kriteria sebagai berikut: Indeks 0,000 sampai 0,200 berarti validitas butir soal sangat rendah Indeks 0,201 sampai 0,400 berarti validitas butir soal rendah Indeks 0,401 sampai 0,600 berarti validitas butir soal cukup Indeks 0,601 sampai 0,800 berarti validitas butir soal tinggi Indeks 0,801 sampai 1,000 berarti validitas butir soal sangat tinggi (Arikunto, 2002: 75) Hasil perhitungan validitas tes penguasaan yang berjumlah 50 butir soal pilihan ganda diperoleh 40 soal yang valid yaitu nomor butir: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 49, 50. Kemudian butir yang tidak valid adalah sebanyak 10 butir yaitu nomor butir: 18, 22, 23, 30, 37, 38, 44, 46, 47, 48. Butir yang tidak valid dilakukan revisi dahulu sebelum digunakan untuk penelitian.
75 2.
Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas yang diuji dalam instrumen tes ini adalah reliabilitas internal. Reliabilitas ini diperoleh dengan cara melakukan satu kali pengujian. dilakukan dengan menggunakan cara Split Half atau belah dua. Item-item dikelompokkan dengan skor belah awal dan belah akhir kemudian skor belah awal dan akhir tersebut dikorelasikan. Untuk menghitung reliabilitas dengan teknik reliabilitas internal harus dilalui dengan membuat tabel analisis butir soal. Cara ini dikenal dengan teknik Spearman Brown. Skor belah awal bisa disebut sebagai skor X, sedangkan skor belah akhir bisa disebut skor Y. Kedua skor X dan Y tersebut selanjutnya dikorelasikan (Arikunto, 2006: 144-145). Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi skor XY adalah di bawah ini.
rXY
N XY ( X )( Y )
{N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 }
Keterangan : rxy
: Koefisien antara variabel X dan variabel Y
X
: Item butir genap
Y
: Item butir ganjil
N
: Banyaknya responden
Nilai N merupakan banyaknya respoden, karena reliabilitas merupakan nilai keajegan responden dalam menjawab soal. Indeks korelasi kedua skor tersebut
76 selanjutnya digunakan dalam perhitungan rumus Spearman Brown seperti berikut r11
2 xr 1
1 2 2
(1 r1
1 2 2
)
Keterangan:
r11
=
Reliabilitas instrumen
r1
=
rXY yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
1 2 2
instrumen, yaitu belah awal dan akhir Nilai r11 kemudian dikonsultasikan dengan Tabel Kriteria Butir Soal, sehingga dapat diputuskan apakah instrumen tes mempunyai reliabilitas yang baik atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan nilai reliabilitas yang diperoleh adalah sebesar 0,930. Nilai ini dibandingkan dengan Tabel Kriteria Butir Soal berada pada rentang nilai 0,70 – 1,00.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
instrumen tes memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat digunakan dalam penelitian.
a. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. (Arikunto, 2002: 77). Untuk mencari taraf kesukaran digunakan rumus di bawah ini :
P
B JS
Keterangan : P = tingkat kesukaran B = banyak siswa menjawab benar JS = jumlah seluruh peserta tes (Arikunto, 2002: 78) Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat di kriteriakan seperti berikut ini. 0,00 - 0,15 soal tergolong sangat sukar 0,16 – 0,30 soal tergolong sukar
77 0,31 - 0,70 soal tergolong sedang 0,71 - 0,85 soal tergolong mudah 0,86 – 1,00 soal tergolong sangat mudah
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Instrumen Tes Tingkat Kesukaran Mudah Sedang
Sukar
Nomor Butir 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32 33, 35, 36, 37, 38, 40, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50 12, 18, 19, 25, 29, 34, 39, 41, 42, Jumlah Total
Jumlah
Interprestasi
0 41
Digunakan
9
Digunakan
50
Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran, tabel 3.5 menunjukkan bahwa dari 50 butir soal yang dibuat, 41 butir soal dinyatakan sedang, 9 butir soal dinyatakan tinggi.
b. Daya Beda
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus berikut ini. DP
Mean kelompok atas Mean kelompok bawah Skor maksimum soal
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan
78 tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini (Arikunto, 2002) 0,40 - 1,00 0,30 - 0,39 0,20 - 0,29 0,19 - 0,00
soal diterima baik soal diterima tetapi perlu diperbaiki soal diperbaiki soal tidak dipakai/dibuang
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Instrumen Tes Tingkat Kesukaran Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Nomor Butir 22 23, 26, 30 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50 Jumlah total
Jumlah 1 3 46
Interprestasi Buang Buang Digunakan
50
c. Prosedur Uji N-Gain
Data tes prestasi belajar yang diperoleh untuk mengetahui efektivitas dari kedua strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dan strategi pembelajaran ekspositori pada setiap kelas eksperimen, dianalisis dengan menghitung Normalized Gain (NG) dari skor pre-test dan pos-test. Ng= Keterangan: Ng Spre Spost Smaks
= = = =
(𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡)− (𝑆𝑝𝑟𝑒) (𝑆𝑚𝑎𝑥)−(𝑆𝑝𝑟𝑒)
Gain Skor Pre Tes Skor Pos Tes Skor Maksimum
79 Tabel 3.7 Nilai gain ternormalisasi dan klasifikasinya Rata – rata gain ternormalisasi
Klasifikasi
(g) 0, 70
Tinggi
0, 30 (g) < 0, 70
Sedang
(g) < 0, 30
Rendah
Untuk memudahkan dalam mengolah data maka peneliti menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.
3.8 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari tes prestasi belajar dikelompokkan berdasarkan sel, lalu dianalisis dengan metoda statistik deskriptif. Dari data tersebut ditentukan Mean, Varians dan Standar deviasi. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisis statistik inferensial. Namun sebelum menguji hipotesis, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui masing-masing data berdistribusi normal atau tidak dan uji homogenitas untuk mengetahui homogen tidaknya data. Jika ternyata data homogen, maka data selanjutnya akan dianalisis menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik yang akan digunakan adalah ANAVA DUA JALUR dan uji-t dua pihak dilanjutkan dengan menghitung Normalized Gain (N-Gain) dari skor pre-test dan post-test.
1. Uji Normalitas Data yang diperoleh adalah data berskala interval dan mengikuti asumsi distribusi normal, maka untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas dilakukan dengan
80 menggunakan metode Kolmogorov Smirnov, dengan kriteria uji : jika signifikansi KS > (0.05) maka data sampel berdistribusi normal, dan jika signifikansi KS < (0.05) maka data sampel tidak berdistribusi normal.
a) Kelas Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Hasil uji normalitas data untuk kelas STAD dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut: Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Gain Pada Siswa Kelas STAD Motivasi Tinggi Rendah
Kolmogorov-Smirnov Statistik Sig. 0,180 0,200 0,161 0,200
Ket Normal Normal
Berdasarkan tabel 3.8 motivasi belajar rendah dan tinggi mempunyai nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov yang sama yaitu masing-masing 0,200 dan. Hal ini berarti kedua data di atas berdistribusi normal karena nilai signifikansi untuk kedua data tersebut lebih besar dari 0,05.
b) Kelas ekspositori Hasil uji normalitas data untuk kelas ekspositori dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut: Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Gain Pada Siswa kelas ekspositori
Motivasi Rendah Tinggi
Kolmogorov-Smirnov Statistik Sig. 0,212 ,068 0,216 ,058
Keterangan Normal Normal
Berdasarkan tabel 3.8 untuk kelas ekspositori dengan motivasi belajar rendah nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,068 dan motivasi belajar tinggi untuk nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,058. Hal ini berarti kedua data
81 di atas berdistribusi normal karena nilai signifikan untuk kedua data tersebut lebih besar dari 0.05.
2. Uji Homogenitas Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji levene’s tes, dengan kriteria uji adalah : jika signifikansi < 0,05 maka data tidak homogen. Sebaliknya jika prob. > 0,05) maka data homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut 3.10:
Tabel 3.10 Hasil Uji Homogenitas Nilai F 1,185
Sig. 0,323
Keterangan Homogen
Berdasarkan hasil analisis seperti terlihat pada Tabel 3.10 diperoleh F_hitung = 1,185 dengan sign 0,323. Nilai sign. 0,323 > 0,05, maka data homogen.
3. Uji Hipotesis Jika populasi distribusi normal maka untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik ANAVA. Uji signifikansi hipotesis 1, 2, 3, dan 4 digunakan uji F pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01.
a. Prosedur Pengujian Hipotesis 1, dan 2
Prosedur pengujian hipotesis 1, 2, dan 3 didasarkan pada analisis varians dwifaktor. Analisis varians dwi-faktor ini disebut juga desain faktorial dua faktor (Arikunto, 2002 : 235). Faktor pembelajaran terdiri dari dua kategori yaitu pembelajaran kooperatif STAD dan pembelajaran ekspositori. Faktor motivasi
82 belajar terdiri dari dua kategori yaitu motivasi tinggi dan rendah. Jadi merupakan desain faktorial 2 x 2 antara metode pembelajaran dan kategori motivasi belajar. Langkah-langkah analisis data : 1. Mengelompokkan data sesuai dengan ciri-ciri dan kategori variabel, 2. Menyusun tabel statistik dasar, seperti tabel 3.11
Tabel 3.11 . Statistik Dasar ANAVA Dua Jalur Kategori
Limit
Turunan
∑k
Pembelajaran Ekspositori n2 ∑x3 ∑x32 x Simpangan baku Varians n4 ∑x4 ∑x42 x Simpangan baku Varians
nb1 ∑xb1 ∑xb12 x Simpangan baku Varians nb2 ∑xb2 ∑xb22 x Simpangan baku Varians
nk1 ∑x k1 ∑x k12 x Simpangan baku Varians
n k2 ∑x k2 ∑x k22 x Simpangan baku Varians
nt ∑xt ∑xt2 x Simpangan baku Varians
3. Menghitung Jumlah Kuadrat Total ( JKT ) JKT = ∑xt2 -
∑b
Kooperatif STAD n1 ∑x1 ∑x12 x Simpangan baku Varians n3 ∑x3 ∑x32 x Simpangan baku Varians
( ∑xt2 ) nt
4. Menghitung jumlah Kuadrat antar Kolom JK(k) = ( ∑x k1 )2 + ( ∑x k2 )2 – ( ∑x t )2 nk1 nk2 nt 5. Menghitung Jumlah kuadrat antar Baris
83 JK(b) = ( ∑x b1 )2 + ( ∑x b2 )2 – ( ∑x t )2 nb1 nb2 nt 6. Menghitung Jumlah kuadrat antar Kelompok JKA = ( ∑x 1 )2 + ( ∑x 2 )2 + ( ∑x 3 )2 + ( ∑x 4 )2 – ( ∑x t )2 n1
n2
n3
n4
nt
7. Menghitung Jumlah kuadrat Interaksi antar Kolom dan Baris JK(i) = JKA – JK(b) – JK(k) 8. Menghitung Jumlah kuadrat Dalam Kelompok JKD = JKT - JKA 9. Setelah diperoleh nilai-nilai sesuai dengan rumus di atas, selanjutnya nilainilai itu dimasukkan ke dalam tabel ANAVA (tabel 3.12)
Tabel 3.12 : ANAVA Dua Jalur Sumber Variasi
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Bebas (df)
Kuadrat Mean
Antar Kolom (Metode Pembelajaran Kooperatif) Antar Baris (materi belajar)
JK(k)
K–1
JK(k) k–1
JK(b)
B–1
JK(b) b–1
Kolom dan Baris (Interaksi)
JK(i)
(k – 1) (b – 1)
JK(i) (k – 1)(b – 1)
Antar Kelompok Dalam Kelompok Jumlah Keseluruhan
JKA
kb – 1
JKD
∑ (n – 1)
JKT
nt – 1
JKA kb – 1 JKD ∑ (n – 1) -
10. Rumus Uji
Fhitung
Ftabel
α = 0,05 -
α = 0,01 -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
JK(k) k–1 JKD ∑ (n-1) JK(k) k–1 JKD ∑ (n-1) JK(k) k–1 JKD ∑ (n-1) -
84 Rumus Uji Hipotesis 2 JK(k) k–1 = JKD ∑ (n-1)
Fhitung
Rumus Uji Hipotesis 1 JK(i) (k – 1)(b -1) = JKD ∑ (n-1)
Fhitung
11. Kriteria Uji Tolak Ho Jika Fhitung > Ftabel
b. Prosedur Pengujian Hipotesis 3 dan 4 Untuk menguji hipotesis 3 dan 4 digunakan uji-t (Sudjana, 2002: 232-240) 1. Rumus Uji-t t
x1 x 2
S
S2
1 1 n n 2 1
2 2 = n1 1s1 n2 1s2
n1 n2 2
Keterangan : = rata-rata kelompok STAD x1
x2 s1 2
= rata-rata kelompok ekspositori = varians kelompok STAD
s2 2
= varians kelompok ekspositori
n1
= banyak data kelompok STAD
n2
= banyak data kelompok ekspositori
2. Kriteria Uji
85 Pada taraf = 0,05 terima Ho jika – t ( 1 – ½ ) < t < t ( 1 – ½ ) dengan dk = ni + nj –2
3.9 Hipotesis Statistik a. Hipotesis 1 : H0 :
Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
H1 :
Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.
H0 : A * B = 0
A= Model pembelajaran kooperatif STAD atau ekspositori pada motivasi belajar tinggi/rendah.
H1 : A * B ≠ 0
B= Prestasi belajar
b. Hipotesis 2 : H0:
Rerata peningkatan prestasi belajar IPS yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD tidak lebih tinggi dari strategi pembelajaran Ekspositori
H1:
Rerata peningkatan prestasi belajar IPS yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD lebih tinggi dari strategi pembelajaran ekspositori
86 Hipotesis statistik: H0 : µx1 = µx2 H1 : µx1 ≠ µx2 µx1 =
Rerata prestasi belajar yang menggunakan model kooperatif STAD
µx2 =
Rerata prestasi belajar yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.
c. Hipotesis 3 : H0 :
Rerata peningkatan prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan model kooperatif STAD tidak lebih tinggi dari strategi pembelajaran ekspositori pada motivasi belajar tinggi
H1 :
Rerata peningkatan prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD lebih tinggi dari strategi pembelajaran ekspositori pada motivasi belajar tinggi
H0 : µx11 = µx21 H1 : µx11 ≠ µx21 µx11 =
Rerata peningkatan prestasi belajar yg menggunakan pembelajan kooperatif STAD pada siswa bermotivasi tinggi
µx21 =
Rerata peningkatan prestasi belajar yg menggunakan pembelajaran ekspositori pada siswa bermotivasi tinggi
d. Hipotesis 4:
87 H0:
Rerata peningkatan prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan model kooperatif STAD tidak lebih tinggi dari strategi pembelajaran ekspositori pada motivasi belajar rendah
H1 :
Rerata peningkatan prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD lebih tinggi dari strategi pembelajaran ekspositori pada motivasi belajar rendah
H0 : µx12 = µx22 H1 : µx12 ≠ µx22 µx12 =
Rerata peningkatan prestasi belajar yg menggunakan pembelajan kooperatif STAD pada siswa bermotivasi rendah
µx22 =
Rerata peningkatan prestasi belajar yg menggunakan pembelajaran ekspositori pada siswa bermotivasi rendah