21
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu pada bulan Maret hingga Juli 2009.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tanaman bawang merah varietas brebes yang ditanam dengan jarak tanam 10 cm x 20 cm, air sebagai pelarut, dan herbisida pendimethalin (Prowl H2O 38,72 %). Sedangkan alat yang digunakan yaitu alat semprot punggung (Knapsack sprayer), timbangan elektrik, “nozzle” biru, pipet tetes, gelas ukur, cat, kuas, ember, cuter, kantung plastik, patok bambu, meteran, kuadran, cangkul, timbangan, oven, dan alat tulis.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) yang terdiri dari 7 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali. Masing-masing perlakuan tertera pada Tabel 1.
22 Tabel 1. Perlakuan herbisida pendimethalin pada lahan budidaya bawang merah. No
Perlakuan
Dosis Formulasi
Dosis Bahan aktif
(l/ha)
(g/ha)
1
Pendimethalin
1,000
387,2
2
Pendimethalin
1,500
580,5
3
Pendimethalin
2,000
774,4
4
Pendimethalin
2,500
968
5
Pendimethalin
3,000
1.161,6
6
Penyiangan mekanis
-
-
7
Kontrol
-
-
Keterangan: Penyiangan mekanis dilakukan satu kali pada 2 minggu setelah aplikasi (2 MSA). Kontrol yaitu gulma tidak dikendalikan.
Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey, kemudian data dianalisis dengan sidik ragam dan uji perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penentuan Petak Perlakuan
Jumlah petak percobaan terdiri atas 28 petak, luas masing-masing petak percobaan 9 m2 (1,5 m x 6 m) . Tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.
23
P5
P2
P7
P4
P6
P3
P1
IV
P4
P7
P1
P6
P2
P5
P3
III
P3
P6
P7
P5
P4
P1
P2
II
P7
P5
P3
P1
P6
P4
P2
I
Gambar 3. Tata letak percobaan. Keterangan: P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
: : : : : : :
Pendimethalin 387,2 g/ha Pendimethalin 580,5 g/ha Pendimethalin 774,4 g/ha Pendimethalin 968 g/ha Pendimethalin 1.161,6 g/ha Penyiangan mekanis Kontrol
3.4.2 Aplikasi Herbisida Pendimethalin
Aplikasi herbisida dilakukan satu kali dengan menggunakan alat semprot punggung (Knapsack sprayer) pada saat satu hari setelah tanam. Metode kalibrasi digunakan adalah metode luas, volume semprot per petak yang diperoleh dari hasil kalibrasi adalah 1000 ml/ha. Dosis masing-masing herbisida yang telah ditentukan untuk setiap perlakuan dilarutkan dalam air sesuai dengan volume semprot hasil kalibrasi, kemudian dimasukkan kedalam tangki dan penyemprotan dilakukan secara merata pada petak percobaan.
24 3.4.3 Pengambilan Sampel Gulma
Pengambilan sampel gulma dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada 2, 4, dan 6 MSA (Minggu Setelah Aplikasi). Bagan pengambilan sampel gulma dari petak percobaan seperti gambar 4.
Sampel gulma diambil dengan menggunakan kuadran berukuran 0,5 m x 0,5 m pada titik pengambilan yang berbeda untuk setiap petak percobaan dan setiap waktu pengambilan sampel. Gulma yang berada di dalam petak kuadran dan masih segar dipotong tepat setinggi permukaan tanah, kemudian dipisahkan menurut spesiesnya.
3
2
1
1
3
2
1.5 m
6.0 m
Gambar 4. Bagan pengambilan sampel gulma pada petak percobaan.
Keterangan: 1
: Petak pengambilan gulma 2 MSA
2
: Petak pengambilan gulma 4 MSA
3
: Petak pengambilan gulma 6 MSA
: Petak panen
25 3.5 Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati pada setiap petak percobaan penelitian ini meliputi:
3.5.1 Pengamatan gulma
3.5.1.1 Persentase Penutupan dan Bobot Kering Gulma Total
Persentase penutupan gulma total dilakukan secara visual, yaitu dengan mengamati penutupan pada masing-masing petak perlakuan. Sedangkan bobot kering gulma dilakukan pada 2, 4 dan 6 MSA (Minggu Setelah Aplikasi). Gulma yang telah dipotong dipilah menurut spesiesnya, dipisahkan antara bagian yang masih segar dan telah mati, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80ºC selama 48 jam atau hingga mencapai bobot kering konstan, kemudian ditimbang.
3.5.1.2 Summed Dominance Ratio (SDR) Pengamatan SDR dilakukan untuk menentukan gulma dominan dan menentukan apakah terjadi perubahan koefisien komunitas gulma. Setelah didapat nilai bobot kering gulma, maka dapat dihitung nilai SDR (Summed Dominance Ratio) untuk masing-masing spesies pada petak percobaan dengan menggunakan rumus: a. Dominansi Mutlak (DM) Bobot kering jenis gulma tertentu dalam petak contoh. b. Dominansi Nisbi (DN) Dominansi Nisbi (DN)
26 c. Frekuensi Mutlak (FM) Jumlah ulangan yang memuat jenis gulma tertentu. d. Frekuensi Nisbi (FN) Frekuensi Nisbi (FN) e. Nilai Penting (NP) Jumlah nilai semua peubah nisbi yang digunakan (DN+FN) f. Summed dominance ratio (SDR)
= Keterangan: Dominansi Mutlak (DM) Frekuensi Mutlak (FM)
: Total bobot kering gulma : Jumlah petak contoh yang terdapat gulma spesies tertentu
3.5.1.3 Pengamatan Bobot Kering Gulma Dominan
Pengamatan gulma dominan dilakukan berdasarkan besarnya tingkat penutupan dan jumlah bobot kering dari gulma yang terdapat pada lahan budidaya yang dapat dilihat dari tabel SDR.
3.5.1.4 Koefisien komunitas (C)
Koefisien komunitas (C) dihitung dengan menggunakan SDR dua komunitas (perlakuan) yang dibandingkan, rumusnya yaitu: C =
x 100%
Keterangan: C : Koefisien komunitas W : Jumlah komunitas dari dua nilai terendah yang dibandingkan untuk masing-masing komunitas.
27 a b
: Jumlah dari seluruh nilai SDR pada komunitas I. : Jumlah dari seluruh nilai SDR pada komunitas II.
Jika nilai C ≥75% maka kedua lokasi memiliki komposisi vegetasi yang sama.
3.5.2 Pengamatan Pertumbuhan Bawang merah
3.5.2.1 Populasi Tanaman Bawang merah
Pengamatan populasi Bawang merah dilakukan dengan cara menghitung jumlah populasi yang terdapat pada masing-masing petak perlakuan.
3.5.2.2 Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal sampai ujung daun teratas. Pengamatan dilakukan terhadap 10 contoh tanaman yang diambil secara acak pada masingmasing petak perlakuan, dan diukur pada umur 2, 4, dan 6 MSA (Minggu Setelah Aplikasi).
3.5.2.3 Fitotoksisitas Tanaman Bawang merah
Tingkat keracunan dinilai secara visual terhadap populasi tanaman bawang merah dalam petak ubinan. Pengamatan dilakukan pada 1, 2, dan 3 MSA (Minggu Setelah Aplikasi) dengan scoring keracunan sebagai berikut: 0 = Tidak ada keracunan (0―5% bentuk/warna daun dan pertumbuhan tidak normal) 1 = Keracunan ringan (lebih dari 5―20% bentuk/warna daun dan pertumbuhan tidak normal)
28 2 = Kercunan sedang (lebih dari 20―50% bentuk/warna daun dan pertumbuhan tidak normal) 3 = Kercunan berat (lebih dari 50―75% bentuk/warna daun dan pertumbuhan tidak normal) 4 = Keracunan sangat berat (lebih dari 75% bentuk/warna daun dan pertumbuhan tidak normal atau sampai mati)