10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Olahraga
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Pendidikan olahraga dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Olahraga Pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian,keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. 2. Olahraga Rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai
11
budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan. 3. Olahraga Prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengandukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.selain itu dalam pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan keilmuan yang menyeluruh dengan jalan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkankaedah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbuktikebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat, danaplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah adaatau menghasilkan teknologi baru bagi kegiatankeolahragaan.
Jadi pendidikan olahraga adalah pendidikan yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan untuk mengembangkan, dan membina potensipotensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia yang sportif, jujur, dan sehat.
B. Hakikat Olahraga
Salah satu karakteristik makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia adalah melakukan gerakan. Antara manusia dan aktivitas fisik merupakan dua hal
12
yang sulit atau tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat bahwa sejak manusia pada jaman primitif hingga jaman moderen, aktivitas fisik atau gerak selalu melekat dalam kehidupan sehari-harinya. Berarti aktivitas fisik selalu dibutuhkan manusia.
Neilson (1978: 3) mengemukakan bahwa manusia berubah sangat sedikit selama 50.000 tahun yang berkaitan dengan organisasi tentang struktur dan fungsi yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa perubahan utama bukan pada manusianya, melainkan pada kebutuhan dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan besar di dalam lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia. Manusia berusaha memodifikasi lingkungannya dengan mencoba-coba, eksplorasi dan dengan eksploitasi.
Pada jaman primitif gerakan pada mulanya merupakan gejala emosional murni yang dilakukan manusia untuk kesenangan dan komunikasi dengan dewa. Selanjutnya, gerakan berkembang dari pelaksanaan gerak yang tidak terencana ke kondisi gerak yang hingar-bingar pada upacara seremonial dan komunikasi untuk kerja seni. Karena aktivitas gerak sangat penting baik untuk kelangsungan hidup maupun komunikasi dengan dewa, maka aktivitas fisik tersebut merupakan yang terpenting untuk eksistensi manusia. Oleh karena itu, mereka mulai menyusun struktur geraknya ke dalam bentukbentuk yang bermanfaat, tepat dan sadar. Semua peristiwa penting dalam siklus kehidupan orang primitif yang memiliki makna praktis dan religius disimbulkan dalam gerakan-gerakan tubuh yang terstruktur. Di seluruh
13
periode evolusinya, aktivitas fisik sangat penting untuk kelangsungan hidup dan tetap penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimum.
Harrow (1977: 5) mengemukakan bahwa ada tujuh pola gerak yang sangat penting untuk eksistensi orang primitif yang merupakan dasar gerakan keterampilan. Aktivitas gerak ini adalah inheren dalam diri manusia, yakni lari, lompat/loncat, memanjat, mengangkat, membawa, menggantung, dan melempar.
Hingga kini aktivitas fisik atau gerak, juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena gerak dipandang sebagai kunci untuk hidup dan untuk keberadaan dalam semua bidang kehidupan. Jika manusia melakukan gerakan yang memiliki tujuan tertentu, maka ia mengkoordinasikan aspekaspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
Secara internal, gerak manusia terjadi secara terus menerus, dan secara eksternal, gerak manusia dimodifikasikan oleh pengalaman belajar, lingkungan yang mengitari, dan situasi yang ada. Oleh karena itu, manusia harus disiapkan untuk memahami fisiologis, psikologis dan sosiologis agar dapat mengenali dan secara efisien menggunakan komponen-komponen gerak secara keseluruhan. Dengan demikian, antara manusia dan aktivitas fisik tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya.
C. Olahraga Permainan
Untuk mengembangkan olahraga agar tidak membosankan, pada saat ini banyak sekali model latihan yang menggunakan model permainan. Misalnya
14
pada cabang atletik, basket, sepakbola dan lain-lain. Hal ini membuat olahraga menjadi semakin bervariasi. Jika dahulu model latihan olahraga hanya menitik beratkan pada skill dan fisik, namun dengan adanya variasi latihan permainan tersebut, atlit menjadi tidak bosan untuk melakukan latihan.
Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan tentang pengertian permainan diantaranya adalah :
Menurut Hans Daeng (dalam Ismail, Andang 2009: 17) permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak. Selanjutnya Ismail, Andang (2009: 26) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian : “Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.”
Selain dari kedua ahli tersebut, ada juga para ahli yang mengemukan tetang pengertian permainan. . Lain halnya dengan (Ismail, Andang 2009: 27) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Jadi pengertian permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses
15
kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
Dalam perkembangannya, permainan juga bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak. Manfaat dari terapi ini antara lain :
1. Pertama, anak-anak ‘terjaga’ ketika berhadapan dengan prospek ‘bermain’. Mereka langsung terlibat dalam situasi sosial yang mengajarkan keterampilan saat mereka sedang bersenang-senang. Mereka yang akrab dengan unsur-unsur bermain seperti turn-taking, aturan menjaga, menang, kalah dan ko’operasi. 2. Kedua, sementara anak-anak secara aktif terlibat dengan proses bermain game, tantangan sosial dan emosional muncul saat mendidik atau krisis terjadi, sehingga memberikan pengalaman belajar bermakna dengan segera. 3. Ketiga, terapi bermain anak-anak dengan menyediakan lingkungan yang aman untuk mempraktekkan keterampilan baru. Anak-anak merasa santai dan arus diskusi mudah dalam pengaturan ini. 4. Keempat, pengamatan klinis dapat dilakukan dan ditarik kesimpulan tentang anak-anak yang tidak meningkatkan penggunaan keterampilan prososial setelah pembelajaran ekstra dan pemanduan praktek. Adanya sindrom organik, masalah kesehatan mental atau masalah perlindungan anak perlu diselidiki.
Kemajuan permainan pada pengembangan keterampilan dan kompleksitas dengan fokus yang kuat pada intervensi awal, mulai dari usia 4-14. Permainan
16
dapat digunakan secara berurutan selama enam sampai delapan minggu dan satu sesi untuk menutup keterampilan tertentu. Anak-anak muda akan mulai dengan permainan ‘Persiapan Bersama’ dan bekerja dengan ’Teman yang Ramah’ dan mungkin untuk ‘Pemikir Ulang’.
Jadi olahraga adalah suatu permainan yang menekankan pada fisik. Sedangkan permainan itu mempunyai dua aspek yaitu penekanan pada fisik dan penekanan intelektual. Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
D. Hakikat Bermain Bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Mungkin, mayoritas orang, seringkali mendengar kata-kata bermain. Bahkan mereka seringkali melakukan permainan. Namun, seringkali orang belum mampu memberikan definisi bermain. Para ahli, mendefinisikan konsep bermain berbeda-beda menurut perspektif masing-masing.Berikut ini adalah beberapa definisi bermain menurut sebagian kecil para ahli : Freeman, Joan dan Munandar, Utami (1996) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
Ismail, Andang (2009: 26) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian.
17
a. Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. b. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.
Berdasarkan beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu yang sifatnya menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
E. Belajar Keterampilan Gerak
Belajar keterampilan gerak, tidak bisa dipisahkan dari pembahasan belajar pada umumnya. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sedangkan belajar keterampilan gerak akan menghasilkan umpan balik untuk memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajari, sehingga dapat menghasilkan gerakangerakan yang benar. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar keterampilan gerak adalah usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku motorik, guna mencapai suatu tujuan.
Belajar mengajar motorik adalah upaya-upaya dengan sengaja mengubah perilaku motorik melalui kondisi, dan situasi yang sengaja diciptakan agar proses perubahan itu menjadi efektif dan efisien. Proses perubahan itu akan
18
menjadi efektif dan efisien, apabila guru atau pelatih mengetahui apa yang akan dilakukan oleh siswa atau atlet, seperti yang dikemukakan oleh Weineck (2001:25), berbunyi: “Agar proses perubahan itu menjadi efektif maka kita harus mengetahui apa yang harus dilakukan oleh seorang siswa atau atlet yaitu tugas utama dalam belajar gerak adalah menerima dan menginterprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari, kemudian mengolah dan menyusun informasi-informasi tersebut sedemikian rupa, sehingga memungkinkan suatu realisasi gerakan secara optimal.” Belajar ketrampilan gerak yang akan dibahas adalah belajar keterampilan bermain tenis meja, terutama dalam mempelajari teknik pukulan forehand drive. Untuk mempelajari keterampilan gerak tersebut melalui beberapa fase, seperti yang dikemukakan oleh Fitts dan Dosner (1967) yaitu: a. Fase Kognitif
Fase Kognitif merupakan tahap awal dalam belajar gerak di dalam fase ini seorang berusaha untuk memahami bentuk gerakan yang dipelajarinya. Di dalam hal ini teknik gerakan pukulan forehand drive tenis meja, maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara melakukan teknik gerakan tersebut. Pada fase ini aktivitas berfikir masih sangat menonjol, karena harus berusaha memahami bagaimana bentuk gerakan dan bagaimana harus melakukannya. Oleh sebab itu seseorang harus mampu membayangkan gerakan forehand drive tenis meja, kemudian mempraktekannya di dalam gerakan. Untuk memindahkan bayangan gerakan ke dalam gerakan yang nyata tidaklah mudah, tetapi dengan dilakukannya pengulangan-pengulangan, maka diharapkan seseorang akan
19
mampu melakukan gerakan tersebut sesuai dengan bayangan yang apa adanya.
Belajar pukulan forehand drive tenis meja, perlu diberikan informasi mengenai teknik-teknik pukulan, baik teknik berdiri, cara memegang bat, teknik ayunan, maupun gerakan lanjutan. Setelah itu, diberikan informasi tentang teknik pukulan yang benar sesuai dengan struktur gerak. Jadi pada fase ini seseorang dituntut untuk mengingat, memahami dan mampu mengaplikasikan, serta memahami gerakan pukulan forehand drive tenis meja.
b. Fase Asosiatif
Fase asosiatif merupakan fase ke dua dalam belajar gerak. Pada fase ini diperlukan pengulangan yang banyak, yaitu pengulangan dari bagianbagian gerakan yang telah dilakukan pada fase kognitif. Jadi fase ini seseorang sudah sampai pada taraf merangkai gerakan secara keseluruhan, hal ini dapat dilakukan apbila bagian-bagian tersebut telah dapat dilakukan atau dikuasai.
Pada fase ini gerakan dilakukan secara berulang-ulang. Penguasaan atas gerakan akan semakin meningkat, peningkatan penguasaan keterampilan gerakan akan tampak dalam hal gerakan semakin lancer, semakin sesuai dengan kemauan atau semakin sesuai dengan bayangan gerakan yang ingin dilakukan, kesalahan gerakan semakin berkurang dan semakin konsisten,
20
serta pelaksanaannya semakin baik dan hampir menyerupai gerakan sesungguhnya.
c. Fase Otonom
Fase otonom merupakan fase akhir dalam belajar gerak. Pada fase ini seseorang mencapai tingkat penguasaan gerak yang tertinggi, yaitu seseorang dapat melakukan rangkaian gerakan secara otonom dan secara otomatis. Pada fase ini seseorang telah mampu melakukan aktivitas yang sempurna dan melakukan gerakan dengan baik tanpa memikirkan unsurunsur bentuk gerakan yang ingin dilakukan itu. Hal ini dapat pula disebut otomatisasi. Untuk mencapai fase otonom, diperlukan pengulangan gerakan secara teratur dengan jumlah ulangan yang banyak dan dalam jangka waktu relatif lama. Untuk mencapai fase ini kemampuan tiap individu tidak sama, dan untuk mencapai tingkat yang sama, jangka waktu yang diperlukan berbada-bada. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor bakat dan minat. Menurut Coker (2004), Untuk membantu dalam memahami keahlian gerak dasar dan melakukan suatu kewajiban beberapa system klasifikasi/ taksonomi harus membuat organisasi keahlian gerak berdasarkan keadaan mereka. Keterampilan gerak kasar dan halus digunakan dalam penyesuaian pendidikan jasmani dan perkembangan gerak, dimana di dalam system klasifikasi ini terdapat perbedaan antara keduanya, yaitu:
21
a) Keterampilan Gerak Halus, yaitu keterampilan gerak yang meliputi gerakan normal dan kemudian dsempurnakan dengan menggunakan kekuatan otot yang kecil. b) Keterampilan Gerak Kasar, yaitu keterampilan gerak yang menekankan pada ketelitian dan tipe gerakan dengan memanfaatkan keluasan anggota badan. Taksonomi kedua tentang klasifikasi keterampilan di bagi dalam 3 kategori di samping struktur dasar, yaitu: a) Keluasan Keterampilan, yaitu keterampilan memulai dan mengakhiri suatu nilai. b) Keterampilan Bersambung, suatu keterampilan gerak yang menyusun angka dalam gerak yang luas di mana penampilan yang utuh sangat penting untuk mencapai hasil. c) Keterampilan Lanjutan, Suatu keterampilan yang memulai dan mengakhiri seiap nilai atau menentukan beberapa factor lingkungan dan menyelesaikannya sendiri. Taksonomi ketiga yaitu dalam memperkirakan lingkungan suatu keterampilan yang berkelanjutan dan dapat merubah tinggi dan rendahnya suatu perkiraan, diantaranya: a) Keterampilan Tertutup, keterampilan untuk memilih objek untuk melakukan suatu tindakan di dalamnya. b) Keterampilan Terbuka, Keterampilan gerak di mana penampilan tidak dapat di prediksi selama masih ada perubahan lingkungan.
22
F. Tenis Meja
Negara asal tenis meja yang sebenarnya tidak diketahui. Olahraga ini dimulai kira-kira di tahun 1890-an sebagai permainan pendatang. Tenis meja menjadi populer pada tahun 1920-an dan klub-klub bermunculan di seluruh dunia. Nama aslinya adalah pingpong, diambil dari nama merk dagang Parker Brother. Kemudian dari pingpong diubah menjadi tenis meja. Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) didirikan pada tahun 1926.
Tenis meja adalah cabang olahraga yang sangat mengandalkan kemampuan skill yang tinggi dan kondisi tubuh yang prima. Faktor kematangan skill mutlak menentukan dalam permainan tenis meja, hal ini mengingat bentuk lapangan yang relatif kecil, bola yang kecil, pemukul yang kecil. Ciri khas permainan tenis meja yang lain adalah kecepatan. Kecepatan ini tidak hanya pada gerakan-gerakan saja, melainkan hitungannyapun cepat. Dalam satu set permainan dibutuhkan 11 angka yang diperoleh pada setiap bola mati, baik oleh sendiri maupun lawan. Sifat permainan tenis meja rally point memerlukan kematangan teknik dan mental untuk mengambil keputusan yang cepat untuk menyerang dan bertahan. Rally point yaitu suatu sifat permainan yang apabila bola mati langsung menghasilkan angka. Kecepatan memukul, ketepatan menganalisa pukulan lawan mutlak menentukan. Pengembalian bola yang tepat, setiap jenis pukulan mempunyai efek terhadap bola yang berbada pula. Oleh sebab itu di dalam penelitian ini, penulis akan berusaha membahas masalah pukulan forehand drive tenis meja.
23
G. Latihan
Dalam permainan tenis meja, pengembangan kemampuan memukul dapat ditempuh dengan latihan. Latihan yang baik dan sistematis mengarahkan seorang pemain tenis meja menjadi pemain yang mampu menguasai gerakan dan teknik memukul yang baik. Usaha untuk meningkatkan prestasi dari seorang atlet harus diperhatikan kesiapan, ketekunan dan kedisiplinan dalam mengikuti latihan. Perubahan apapun yang ingin dicapai harus dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang berdasarkan pada prinsip belajar dan latihan. Sedangkan kesiapan itu sendiri harus disesuaikan dengan rangsangan.
Sukadiyanto (2005:1) menerangkan bahwa pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih.
Bompa (1994:4) latihan adalah aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Harsono (2000:28) mengatakan bahwa: Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari menambah jumlah beban latihannya. Latihan itu merupakan suatu kerja secara sadar mempunyai tujuan memperbaiki prestasi. Latihan yang berkesinambungan dapat meningkatkan prestasi itu sendiri. Dijelaskan pula oleh Woeryanto (2003:1) bahwa:
24
Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan prestasi olahraga harus ada program pembinaan dan kegiatan yang seksama, teratur, sistematis dan bertahap secara berkesinambungan sepanjang tahun tanpa selinganselingan sedikitpun, latihan suatu cabang olahraga yang dilakukan secara insidentil adalah bukan suatu program dan tidak ada artinya sama sekali bahkan mungkin dapat merusak atlit dikemudian hari. Dengan kata lain latihan yang teratur dan sistematis akan dapat memberikan peningkatan kemampuan memukul dan rasa percaya diri. Dikemukakan oleh Fitts dan Posner (1967) Dalam latihan lama waktu yang diperlukan sesuai dengan tingkat kesulitan keterampilan gerak,jika tingkat kesulitan garakan rendah maka latihan dapat dilakukan selama 2 bulan dengan pengulangan 3kali dalam 1 minggu tetapi jika tingkat kesulitan gerakan tinggi atau gerakan lebih kompleks maka latihan dapat dilakukan selama 3 bulan atau lebih dengan pengulangan 3kali dalam 1 minggu.
Pengulangan bentuk latihan adalah merupakan keadaan yang penting untuk mempelajari teknik dari suatu keterampilan. Dengan pengulangan yang dilakukan terus menerus akan mengakibatkan peningkatan teknis baik kualitas maupun kuantitas. Pengembangan dari aspek latihan juga harus diikuti dengan prinsip latihan. Ada beberapa macam prinsip latihan, namun yang paling mendapat perhatian khusus adalah : a. Hukum overload (beban lebih) b. Hukum reversibility (kompensasi) c. Hukum specificity (kekhususan) pemulihan Bentuk latihan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa diikuti dengan penambahan beban, tidak akan ada artinya. Dalam arti kata tidak akan ada peningkatan prestasi, tanpa melakukan hukum overload. Kemudian lebih lanjut Rahantoknam menjelaskan bahwa “overload dapat dicapai dengan
25
peningkatan beban secara progresif dengan peningkatan kecepatan penampilan, berat beban, jumlah ulangan, atau kombinasi dari ketiganya. Secara fisiologis, dengan adanya prinsip overload ini akan mempengaruhi kemampuan otot”. Beban yang ditambahkan pada setiap latihan akan merangsang kerja otot untuk berkembang. Seorang atlet pertama kali melakukan latihan pembebanan tersebut. Respon awal yang dirasakan yaitu pelaku akan mengalami kelelahan. Jika pemberian pembebanan dihentikan maka dengan sendirinya tubuh akan melakukan proses berlangsung. Kemudian Harsono (2000:100) lebih lanjut mengatakan bahwa: Beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan berulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi. Kalau latihan dilakukan sistematis maka diharapkan tubuh atlit dapat menyesuaikan diri semaksimal mungkin kepada latihan berat yang diberikan, serta dapat bertambah terhadap stress-stress yang ditimbulkan oleh latihan berat tersebut, baik stress fisik maupun stress mental. Setelah tubuh dapat mengadaptasikan proses pembebanan tersebut dan tubuh telah mampu melaksanakan tugas yang lebih berat dan kondisi telah meningkatkan, kemudian dilanjutkan pada hukum reversibility (kompensasi). Hukum ini bermanfaat bagi pemeliharaan tubuh terhadap pembebasan yang telah dilakukan. Pemeliharaan tersebut akan dapat terjadi apabila seorang pelaku tidak melakukan latihan secara teratur. Dinyatakan oleh Freeman, Joan , dkk (2009) bahwa: Melalui hukum reversibilitas, efek latihan akan disesuaikan bila latihan berhenti dan tidak dilakukan sesering mungkin atau dengan intensitas rendah manfaatnya akan hilang dengan cepat. Hal ini dapat dicegah dengan melanjutkan terus latihan pada tahap pemeliharaan setelah kondisi yang diinginkan telah tercapai.
26
Kemudian setelah latihan itu dijalankan maka latihan ditingkatkan ke arah yang lebih spesifik. Latihan harus dikonsentrasikan untuk pembentukan kemampuan individual atlet. Woeryanto (2003) mengungkapkan bahwa :
Semenjak latihan spesifikasi itu tiap atlet harus mendapat perhatian dari pelatihnya secara individual, berupa : a. b. c. d.
Individual Training Individual Load Individual Speed Individual Streght, dll.
Setelah latihan dilakukan dengan teratur dengan mengikuti prinsip-prinsip latihan dan dengan pengulangan-pengulangan, pada akhirnya semua gerakan itu menjadi gerakan otomatisasi. Artinya gerakan yang semula sukar untuk dilakukan, akhirnya mudah dilakukan dan otomatis. Gerakan otomatisasi itu terjadi, disebabkan oleh latihan yang dilakukan berulang-ulang, dan memungkinkan tubuh untuk melakukan adaptasi-adaptasi terhadap gerakangerakan yang dilakukan. Harsono (2000:28) mengungkapkan bahwa: dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan maka organisasi-organisasi mekanisme neurophysiologis kita menjadi bertambah baik.
1. Tujuan Latihan
Tujuan dari latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin Harsono (1992:2). Untuk mencapai latihan tersebut, ada empat aspek yang perlu diperhatikan oleh setiap pelatih olahraga yaitu:
27
a) Latihan Fisik Ditujukan untuk mengembagkan dan meningkatkan kondisi fisik atlet yang mencakup : kekuatan otot, kelentukan, kecepatan, koordinasi dan lain-lain b) Latihan Teknik Ditujukan untuk mempelajari atau memahirkan teknik seperti latihan menggiring bola dalam permainan sepak bola. c) Latihan Taktik Ditujukan untuk menumbuhkan perkembangan daya tafsir atlet tentang pola-pola permainan. d) Latihan Metal Mental adalah hal yang menyangkut batin dan watak manusia. Di dalam latihan mental lebih menekankan pada perkembangan menjadi dewasa atau kematangan atlet dan perkembangan emosional implusif (bersifat cepat dan dan bertindak secara tiba-tiba menurut garak hati), seperti percaya diri, sportifitas, dan semangat bertanding. 2. Prinsip-Prinsip Latihan
a) Prinsip Beban Berlebih (Over load) Dalam latihan selalu meningkatkan suatu afek latihan yang baik. Untuk mendapatkan efek latihan yang baik, maka organ tubuh harus diberikan beban berlebih dari beban yang biasa diterima dalam aktivitas seharihari. b) Prinsip Beban Bertambah
28
Agar prinsip beban berlebih (over load) memiliki efek, haruslah mengikuti prinsip beban bertambah. Prinsip over load secara progresif berarti beban dalam latihan mendekati maksimal dan secara terus menerus meningkat, sebagai akibatnya kapasitas seseorang semakin meningkat pula. Peningkatan dapat dilakukan dengan cara: meningkatkan beban, set, repetisi, frekuensi maupun lamanya latihan. c) Prinsip Interval Dikatakan bahwa, interval adalah istirahat, jeda waktu diantara babak satu dan dua, yang lamanya tergantung pada peraturan permainan itu sendiri. Dikatakan pula interval adalah jarak antara dua nilai yang diketahui antara dua macam bentuk latihan yang dilakukan. d) Prinsip Individu Dalam melakukan latihan yang efektif maka harus mengetahui tingkatan masing-masing individu agar dapat dilatih secara sistematis dan metodis untuk mencapai prestasi. Latihan adalah masalah individual, faktor-faktor seperti umur, pekerjaan, beban studi, keadaan tubuh, waktu yang tersedia untuk tidur dan istirahat merupakan pertimbangan dalam menyusun program latihan untuk setiap orang. (Abdullah, 1994: 141). e) Prinsip Kekhususan Dalam beberapa hal, latihan berbeban hendaknya bersifat khusus. Setiap cabang olahraga atau bagian dari cabang memerlukan persiapanpersiapan khusus dan khas dalam menyusun program latihan. Beban latihan harus mengikuti azas frekuensi dan intensitas. Beban harus berat
29
dan frekuensi ditentukan sehingga tubuh dapat menyesuaikan sampai batas maksimalnya dalam satu aktivitas tertentu (Abdullah, 1994:143). f) Prinsip Beban Sepanjang Tahun Tanpa Selingan Mengingat penyesuaian kualitas gerak terhadap beban itu bersifat lebih dan sementara. Maka untuk mencapai prestasi maksimal merupakan suatu keharusan bahwa beban latihan diberikan sepanjang tahun secara teratur dan berkelanjutan. Atlet yang telah mempunyai prestasi tinggi hendaknya menyesuaikan beban latihannya agar prestasinya tidak menurun lagi, sehingga dapat mempertahankan prestasi yang telah dicapai. g) Prinsip Beban Gawat atau Prinsip Stres Beban latihan harus dapat menimbulkan kelelahan lokal maupun kelelahan total dari jasmani seseorang. Kelelahan lokal itu disebabkan oleh beban yang diberikan dengan waktu tetap dan intensitas maksimal yang mengakibatkan kelelahan sistem fungsi otot. Sedangkan kelelahan total disebabkan oleh beban latihan yang diberikan dengan volume yang besar dan intensitas yang tinggi. Beban gawat diberikan untuk meningkatkan peredaran darah dan pernapasan yang diperlukan organorgan tubuh seseorang dalam meningkatkan prestasi olahraga. h) Prinsip Edukatif Prinsip edukatif dalam latihan menyangkut perubahan sikap yang ditimbulkan sebagai akibat latihan. Perubahan sikap tercermin dalam kemampuan diri meraih prestasi yang dicapai secara optimal sehingga
30
kemampuan itu memberikan dampak yang positif terhadap diri atlet dan orang lain untuk mentaati aturan-aturan yang berlaku. i) Prinsip Nutrisi Prinsip makanan sangat penting bagi tubuh seseorang untuk meningkatkan prestasi serta kondisi fisik agar tetap prima. Keseimbangan kebutuhan zat makanan dengan pengeluaran tenaga, akan dapat mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan dan menurunnya kemampuan fisik dan psikis akibat kelebihan latihan. j) Prinsip Psikologis Prinsip ini bertujuan untuk menanamkan kepercayaan kepada diri agar terkontrol dan tergugah secara emosional yang stabil dinamis dan mantap baik secara edukatif maupun kemandirian di lapangan. Prinsip ini merupakan faktor penting dalam prolehan prestasi yang optimal. k) Prinsip Biologis Dalam prinsip biologis berhubungan erat dengan perkembangan fungsifungsi pernapasan, sistim peredaran darah dan organ-organ lainnya. Jantung mengembang dan aliran darah menjadi lancar disebabkan adanya pemberian zat asam ( oksigen ) yang lebih banyak ke dalam otot-otot, mengurangi juga kelelahan dan memperpanjang ketahanan tubuh dengan kata lain menambah daya tahan hasil terhadap kelancaran organ-organ tubuh, terutama pada otot-otot akan mengikat kekuatan, daya gerak dan ketahanannya. l) Prinsip Biomekanis
31
Prinsip biomekanis meliputi bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari latihan untuk melakukan kerja fisik tanpa kelelahan yang berlebihan, kemampuan ini akan ditunjang oleh faktor-faktor fisik antara lain ketahanan jantung dan paru-paru, kekuatan otot, keseimbangan dan sebagainya .
3. Dampak Latihan Dampak latihan berpengaruh dan mengubah kebanyakan reponses fisiologis manusia tergantung pada kapasitas latihan dan lamanya latihan yang dilakukan. Berikut daftar perubahan yang dihasilkan dari latihan ( Abdullah,1987:23) a). Penambahan kekuatan otot dan perbaikan koordinasi neuromuscular. b). Efisiensi mekanis lebih besar dengan ukuran konsumsi oksigen lebih rendah untuk sejumlah pekerjaan. c). Konsumsi oksigen maksimum terbesar. d). Volume denyut jantung maksimum yang lebih besar, dengan penambahan yang lebih sedikit frekuensinya dan tekanan darah maksimal.
Latihan yang dilakukan secara baik dan benar serta dilakukan dengan rasa tanggung jawab dan disiplin maka latihan itu tidak hanya akan berdampak pada faktor fisiolagis saja. Melainkan banyak aspek yang terkandung dalam latihan itu sendiri khususnya latihan pada olahraga. Latihan bias mengembangkan kepribadian yaitu dengan jalan menghubungkan secara erat dengan aspek pendidikan yang bersifat edukatif. Dimana jika dalam
32
latihan anak ditanamkan moral dan sikap kepada anak didik dikembangkan sekaligus secara sungguh-sungguh serta sistematis maka akan muncul pengembangan intelek anak didik dan kerja praktis dengan sendirinya ( Abdullah, 1987:24)
H. Metode Latihan Bagian
Metode latihan bagian disebut juga metode elementer. Metode ini cara penyampainnya secara bertahap yaitu dengan jalan membagi-bagikan materi pelajaran menjadi bagian yang lebih kecil atau sederhana. Metode ini dipergunakan untuk mempelajarai materi pelajaran yang luas dan kompleks agar dapat dibagi-bagi menjadi beberapa unit, supaya dapat mempermudah mempelajarinya. Menurut pendapat Skinner (Winaputra, 2001:30) metode bagian yaitu : “Kecakapan yang kompleks dapat dipelajari secara efektif dan bila hal yang kompleks tersebut diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan sederhana”. Metode bagian menurut Hutabarat ( 2005: 32), yaitu : “Bila kita belajar sesuatu, maka kita pelajari dahulu bagian pertama sampai kita kuasai, kemudian kita beralih mempelajari bagian kedua, sesudah bagian kedua ini kita pelajarai dan kuasai, kita beralih lagi ke bagian ketiga dan setelah itu dikuasai kita pindah ke bagian berikutnya. Demikianlah seterusnya sampai semua pelajaran itu kita pelajari dan kuasai.”
Setelah melihat dari pendapat-pendapat di atas, metode bagian dilaksanakan secara bertahap dengan membagi sesuatu yang kompleks menjadi beberapa bagian yang kecil agar kita dapat mempelajarinya secara benar. Melalui metode bagian ini diharapkan individu yang belajar dapat menguasai metode yang cukup efisien untuk dilaksanakan, sebab metode ini dapat membantu atlet dan pelatih untuk mengetahui sejauh mana penguasaan atlet terhadap
33
suatu materi yang diberikan. Dengan metode ini, atlet harus menguasai terlebih dahulu suatu bagian, barulah ditambah dengan bagian lainnya, sehingga dapat diketahui bagian-bagian yang telah dikuasai maupun yang belum dikuasai oleh seorang atlet, oleh sebab itu pelatih lebih mudah untuk mencari di bagian mana kekurangan seorang atlet, dan lebih mudah untuk memperbaikinya.
Gambar 1. Metode Latihan Bagian
Metode bagian dapat pula digunakan dalam keterampilan gerak yaitu permainan tenis meja terhadap beberapa materi, diantaranya materi pukulan forehand drive. Pada teknik awal pukul forehand, terdapat tiga tahap gerakan, yaitu: sikap awal (cara berdiri), cara memukul, kemudian gerakan lanjutan (follow through), pertama-tama kita mempelajari sikap awal, kemudian setelah dikuasai barulah kita pelajari tahap yang kedua yaitu cara memukul, yang telah masuk ke gerakan-gerakan lanjutan. Setelah masing-masing tahap dikuasai dengan baik, kemudian ketiga tahap tersebut digabungkan secara keseluruhan. Jadi dengan kata lain metode bagian adalah suatu cara belajar
34
yang beranjak dari suatu bagian ke yang menyeluruh atau dari yang khusus ke yang umum.
Untuk melatih keterampilan gerak diperlukan pengulangan dan pembagian materi menjadi beberapa bagian seperti yang dikemukakan oleh Woeryanto (2003: 2) yaitu : “Melatih keterampilan (skill) dan teknik harus dilakukan dengan cara bagian perbagian (part by part) kemudian dikoreksi dengan ulangan-ulangan yang cukup banyak pada bagian itu.” Selain itu metode bagian membutuhkan waktu yang lebih singkat dari metode lain dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat B. E. Rahantoknam sebagai berikut: Bila kita membagi suatu tugas menjadi bagianbagian, maka kita telah mendistribusikan session latihan. Berlatih bagianbagian merupakan suatu unit latihan yang lebih singkat dari berlatih keseluruhan.
Gambar 2. Metode Latihan Bagian
35
Pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa metode bagian merupakan metode yang baik untuk diterapkan di dalam mempelajari keterampilan gerak dari yang mudah ke yang sukar. I.
Metode Latihan Keseluruhan
Metode keseluruhan disebut juga metode global dan merupakan kebalikan dari metode bagian. Metode keseluruhan merupakan suatu metode latihan yang mana cara penyampaiannya diberikan secara keseluruhan. Metode keseluruhan menurut Supandi dan Lauren Seba (2003:14), yaitu : “Belajar secara global adalah proses dalam situasi yang mendorong untuk mempelajari blok materi pelajaran secara total dan serentak.” Pada metode ini, diharapkan atlet dapat mempelajari materi yang diberikan oleh pelatih secara keseluruhan. Proses latihan di awali dengan penanaman konsep secara keseluruhan, sampai konsep tersebut dipahami benar barulah dialihkan ke dalam bagian yang lebih sederhana.
Gambar 3. Metode Latihan Keseluruhan
36
Metode keseluruhan, didukung oleh aliran psykologi Gestal. Gestal berpendapat bahwa belajar mengandung komponen yang jauh lebih kompleks, dan menolak adanya pengotakan unsur gerakan manusia, sebab manusia merupakan sesuatu unsur yang utuh yang tidak dapat dikotakkotakan atau dipisah-pisahkan. Menurut Gestal, keseluruhan yang menentukan tingkah laku bagian-bagian, kita memahami sesuatu sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan dan bukan sebagai bagian-bagian.
Teori Gestal ini merupakan dasar dari pengajaran yang bersifat keseluruhan yaitu hal yang utuh akan berkembang sebagai hal yang utuh pula, dan hal yang utuh adalah penting dari pada jumlah dari bagian-bagian. Metode keseluruhan, dapat dipakai untuk mempelajari suatu keterampilan gerak, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2003:3), yaitu: “Metode praktik keseluruhan adalah cara pendekatan dalam mengajar dimana untuk menguasai suatu rangkaian gerak, kepada atlet diajarkan semua unsur rangkaian gerak secara keseluruhan sekaligus dan dipraktikan secara keseluruhan sekaligus.”
Gambar 4. Metode Latihan Keseluruhan
37
Menurut pendapat di atas suatu materi pelajaran itu diberikan sekaligus kepada siswa, sampai siswa mengerti benar materi yang diberikan contoh gerakan dan siswa melakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang sampai materi tersebut dapat dikuasai secara keseluruhan.
Gambar 5. Metode Latihan Keseluruhan
J.
Pukulan Forehand Drive
Pukulan forehand dilakukan jika bola berada disebelah kanan tubuh Adi, Sapto dan Mu’arifin, (1994:16). Cara melakukan pukulan ini adalah dengan merendahkan posisi tubuh, Lalu gerakkan tangan yang memegang bad kearah pinggang (bila tidak kidal gerakan kearah kanan), siku membentuk sudut kira-kira 90 derajat. Sekarang tinggal menggerakkan tangan kedapan tanpa merubah siku.
1. Cara Memegang Bad (Shakehand Grip) Dalam permainan tenis meja dipengaruhi oleh teknik memegang bad, oleh karena itu pemain harus menguasai teknik dasar memegang bad.
38
Terdapat beberapa variasi dalam memegang bad yaitu shakehand grip, penhold grip, seemiller grip. Namun yang mudah diterapkan oleh siswa ialah memegang dengan cara shakehand grip. Shakehand grip adalah cara memegang bad yang sering digunakan oleh banyak pemain, karena sangat efektif dalam bermain bertahan dan menyerang. Dengan shakehand grip ini pemain dapat dengan mudah memukul dengan kuat ke semua sudut meja.
Gambar 6. Cara Memegang bad shakehand grip
2. Cara pukulan Forehand Drive
Menurut (Muhtar, Tatang dan Sulistyo, Wahyu 2007) untuk melakukan pukulan forehand drive sebagai berikut : a) bahu kiri diputar lebih dekat dengan net, sudut terbuka, tinggi bad hampir sejajar dengan bahu. b) Kaki kiri di depan dan berat badan diletakkan pada tumpuan kaki kanan.
39
c) Saat perkenaan perkenaan terjadi pada saat pantulan bola tertinggi dengan sudut bad tetap terbuka. d) Pada saat perkenaan terjadi, bahu kanan diturunkan bersamaan dengan berpindahnya berat kaki ke depan. e) Sikap akhir gerak lanjutan dari lengan kanan sampai hampir lurus dan bahu kanan berada pada posisi rendah. Berat badan telah benar-benar dipindahkan kaki ke depan.
Gambar 7. Cara melakukan pukulan forehand drive
K. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di
40
sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai.
Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. Menurut Lutan, R (1986:72) ekstrakurikuler adalah: “Program ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum.”
Dengan melihat tujuan di atas, dapat dikemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang menekankan kepada kebutuhan siswa agar menambah wawasan, sikap dan keterampilan siswa baik diluar jam pelajaran.
L. Kerangka Pikir
Mempelajari pukulan forehand drive, dengan metode bagian berarti mempelajari gerakan pukulan secara bertahap, yaitu membagi gerakan menjadi beberapa unsur gerakan yang lebih sederhana sampai ke gerakan yang lebih sulit, sehingga masing-masing bagian gerakan dapat dikuasai.
41
Setelah itu barulah menggabungkan unsur-unsur gerakan menjadi pukulan yang sebenarnya. Tujuan dari metode bagian ini adalah mendapatkan kesempurnaan gerakan dari masing-masing unsur gerakan pukulan melalui pengulangan dan koreksi yang cukup, sehingga menjadi gerakan pukulan yang sempurna.
Dengan metode bagian diharapkan materi yang diberikan akan lebih mudah diterima oleh para siswa, demikian pula koreksi yang dilakukan secara bertahap akan lebih mudah diperbaiki oleh siswa sebab belum menjadi suatu kebiasaan. Untuk mempelajari suatu keterampilan yang kompleks sebaiknya dibagi menjadi bagian-bagian yang kecil agar mudah dikuasai, begitu juga halnya dengan mempelajari keterampilan pukulan forehand drive tenis meja.
Mempelajari keterampilan pukulan forehand dengan metode keseluruhan tidak membagi-bagi ke dalam unsur-unsur gerakan. Hal ini perlu ditanamkan pada diri anak, yaitu belajar berpikir bagaimana keterampilan gerak pukulan itu sendiri. Pada metode keseluruhan, perlu dimasukkan unsur bagian yang dianggap perlu untuk memberikan penguatan. Hal ini tentunya penguatan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbada, karena kesalahan masing-masing individu tidaklah sama berdasarkan konsep berpikir siswa masing-masing tentang pukulan forehand berbada.
Dari permasalahan di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang metode mana yang lebih efektif digunakan dalam belajar keterampilan pukulan forehand drive pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo
42
Tabel 1. Perbedaan metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan. Metode latihan bagian -
Mempelajari gerakan pukulan secara bertahap.
-
Membagi unsur-unsur gerakan dari yang sederhana menjadi lebih sulit.
-
-
-
Mendapatkan kesempurnaan gerakan dengan melalui pengulangan karena gerakan diberikan secara bertahap dan anak tidak mengembangkan diri secara mandiri. Lebih mudah untuk diperbaiki kesalahan siswa sebab belum menjadi suatu kebiasaan. Materi yang diberikan akan lebih mudah diterima karena bagian yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Metode latihan keseluruhan -
Mempelajari gerakan pukulan tidak secara bertahap.
-
Unsur-unsur gerakan merupakan satu kesatuan dan hanya diperbaiki pada bagian yang sulit.
-
Anak melakukan gerakan berdasarkan konsep yang ada, dan mengembangkan sendiri secara mandiri
-
Susah untuk memperbaiki kesalahan siswa karena sudah menjadi suatu kebiasaan
-
Materi yang diberikan akan lebih susah diterima karena anak mengembangkan diri berdasarkan konsep berfikir masing-masing.
Berdasarkan uraian tabel tersebut di atas perbadaan metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan, bahwa metode latihan bagian lebih baik hasilnya, bila diterapkan dalam melatih pukulan forehand drive tenis meja. Metode bagian, merupakan materi latihan diberikan secara bertahap dan dilakukan koreksi yang cukup sehingga untuk memperbaiki kesalahan siswa lebih mudah. Sedangkan metode keseluruhan lebih sukar untuk diterapkan karena mempelajari pukulan tidak secara bertahap dan anak mengembangkan
43
sendiri secara mandiri, apabila ada suatu kesalahan akan sulit dirubah karena sudah menjadi suatu kebiasaan.
M. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan metode latihan bagian terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo. H1 : Seberapa besar pengaruh metode latihan bagian terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan metode latihan keseluruhan terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo. H2 : Seberapa besar pengaruh metode latihan keseluruhan terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo. H0 : Tidak ada perbadaan yang signifikan antara metode bagian dengan metode keseluruhan terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.
44
H3 : Ada perbadaan yang signifikan antara metode bagian dengan metode keseluruhan terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo.
Dalam penelitian ini hasil hipotesis yang diharapkan tercapai adalah: ”Ada perbadaan yang signifikan antara metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler siswa putra SMP N 3 Trimurjo”.