8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembibitan Jamur Tiram 1. Pembuatan media tanam Pelaku usaha dapat membuat media tanam jamur (baglog) dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Persiapan Dalam melakukan budidaya jamur tiram putih, serbuk kayu merupakan komposisi utama untuk media tumbuh. Serbuk kayu yang biasa digunakan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah berasal dari serbuk gergaji kayu sengon (Parasientes falcataria). Selain serbuk kayu, bahan-bahan lain seperti dedak, gips, kapur (CaCO) juga digunakan dalam mempersiapkan media tanam jamur tiram putih. Semua bahan-bahan pembuat media tanam disiapkan sesuai dengan kebutuhan dan komposisi yang sesuai. b.Pengayakan Serbuk
gergaji
yang diperoleh dari pengrajin memiliki
tingkat
keseragaman yang kurang baik karena didalamnya terdapat potongan-potongan yang cukup besar dan tajam yang dapat merusak plastik sebagai pembungkus media tanam jamur tiram putih yang menyebabkan pertumbuhan miselia jamur tidak merata.
Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian disortir
(pengayakan) terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil serbuk gergaji yang baik. Pengayakan dilakukan secara manual.
9
c. Pencampuran Pencampuran disini adalah pencampuran semua bahan baku
sebagai
komposisi untuk membuat baglog. Bahan-bahan tersebut adalah serbuk kayu, dedak, gipsum, kapur dan air. Pencampuran dilakukan secara manual. Bahanbahan seperti dedak, gipsum dan kapur diratakan diatas permukaan serbuk kayu. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur hingga merata dan diberikan air sebanyak +/-40% dari jumlah adonan. Tidak ada standard khusus mengenai jumlah air yang digunakan. Untuk mengukur kadar air yang sesuai dapat dilakukan dengan mengepal adonan yang telah dicampur air. Jika kepalan adonan yang ada tidak mudah hancur dan tidak meneteskan air maka air yang digunakan sebagai campuran dirasa sudah cukup. Pencampuran dilakukan merata agar tidak terdapat gumpalan serbuk gaji dan kapur. Adanya gumpalan tersebut mengakibatkan komposisi media yang diperoleh tidak merata dan berpegaruh terhadap produksi jamur tiram nantinya. d. Pengomposan Bahan-bahan yang telah dicampur untuk membuat baglog selanjutnya dikomposkan selama satu hari. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran tersebut dan menutupnya dengan terpal.
Kadar air pada saat
pengomposan harus diatur agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba yang dapat merusak baglog. e. Pewadahan dan Pembuatan Media Tanam Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkan ke dalam plastik.
Adapun ukuran plastik yang digunakan untuk pembuatan
baglog ini adalah sebesar 17 cm x 35 cm dengan ketebalan 0,3 mm. Pewadahan
10
dilakukan dengan cara memasukkan adonan media hasil pengomposan kedalam plastik media.
Kemudian adonan tersebut dipadatkan.
Proses pemadatan
diperlukan untuk mencegah terciptanya ruang bagi udara untuk masuk kedalam media.
Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya mikroba yang dapat
mengganggu berkembangnya miselium jamur sehingga dapat menurunkan hasil panen. Setelah media padat, baglog yang sudah terisi diikat dengan karet. f. Sterilisasi Media-media yang telah terisi dengan adonan kemudian
disterilisasi.
Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan tidak terdapat mikroba-mikroba yang dapat tumbuh di dalam baglog. Hal ini untuk mensterilkan media dari mikroba maupun kapang yang dapat tumbuh dan mengganggu pertumbuhan miselium jamur. Pada tahap ini, sterilisasi baglog dilakukan dengan menggunakan drum berkapasitas 700 unit baglog. Proses sterilisasi dilakukan selama delapan jam dengan suhu mencapai 90o – 120o C. Setelah itu, baglog kemudian didinginkan selama tujuh jam dengan temperatur baglog pada suhu 30o C sebelum diinokulasi. 2.
Inokulasi (pembibitan) Inokulasi berarti proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari
biakan induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Tujuannya untuk menumbuhkan miselia jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur siap panen. Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya tebaran dan tusukan. Inokulasi secara taburan yaitu menaburkan bibit sekitar tiga sendok makan ke dalam media tanam secara langsung. Sementara itu, inokulasi secara tusukan dilakukan dengan cara membuat lubang dibagian tengah media melalui cincin sedalam ¾ dari tinggi media. Selanjutnya dalam lubang tersebut diisi bibit
11
yang telah dihancurkan. Dalam melakukan inokulasi harus dilakukan dengan hati-hati. Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan saat inokulasi. a. Kebersihan Kebersihan meliputi alat, tempat dan sumber daya atau pelaksananya. Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat sterilitasya. Oleh karena itu, alat dan tempat inokulasi disterilisasi terlebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% dan lampu spirtus. Peralatan yang digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70% kemudian dinyalakan beberapa saat jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu hangus. Sedangkan tempat inokulasi di sterilisasi terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% selama 15 menit. Ruang yang 40oC digunakan untuk inokulasi merupakan ruangan khusus (tidak digunakan untuk hal lain) dan tertutup. b. Bibit Dalam hal ini bibit yang digunakan dalam usaha jamur tiram
putih
merupakan bibit yang memiliki keunggulan, diantaranya jamur tiram putih yang dihasilkan berwarna putih bersih, berkadar air rendah, bertekstur kenyal, bertudung banyak (empat sampai lima tudung dalam satu batang), tebal dan tidak mudah patah. 3. Inkubasi Inkubasi berarti proses penumbuhan miselia jamur sampai
memenuhi
seluruh media tanam. Seluruh media tanam jamur yang telah diinokulasi diangkut ke dalam kumbung inkubasi dan disusun rapi pada rak. Baglog yang sedang dalam tahap inkubasi akan tampak putih merata antara 30-40 hari sejak dilakukan inokulasi.
Suhu yang diperlukan berkisar pada 25o – 30o C. Keberhasilan
12
pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua pekan setelah inkubasi. Apabila setelah dua pekan tidak terdapat tanda-tanda adanya miselia jamur berwarna putih maka kemungkinan besar jamur tersebut tidak tumbuh. Untuk mengatasi media tanam yang gagal ditumbuhi miselia jamur maka diperlukan sterilisasi ulang pada media sampai inokulasi kembali. Namun apabila setelah diinokulasi tidak tumbuh lagi, maka media tanam jamur dibuang karena biasanya media tersebut tidak baik (rusak). 4.
Penumbuhan Media tanam jamur (baglog) yang sudah berumur 30-40 hari dan telah
putih oleh miselia jamur berarti sudah siap untuk dilakukan penumbuhan tubuh buah jamur dengan cara membuka baglog jamur. Pembukaan baglog jamur yang umum dilakukan pada skala usaha jamur tiram putih ini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan membuka cincin dan kertas penutup baglog atau pun dengan menyobek plastik baglog di berbagai sisi baglog. Pada prinsipnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih. Dengan oksigen yang cukup makan dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Jamur tiram menunjukkan pertumbuhan yang baik pada suhu 18o - 25o C, kelembaban relatif 75-90 %. Setelah tujuh sampai sepuluh hari setelah media dibuka, maka akan muncul bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh optimal selama empat sampai tujuh hari. Setelah tubuh buah muncul maka akan muncul primordiam dan akan berkembang pada hari ke delapan. Pada hari ke sembilan terbentuk basidioma dewasa (tubuh buah) yang siap dipanen.
13
5. Penyiraman dan Pengaturan Suhu Ruangan Penyiraman dilakukan dengan frekuensi yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan, penyeraman dilakukan sekali dalam dua hari sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga kelembaban media sehigga miselia dapat tumbuh dengan baik.
Pengaturan suhu dilakukan dengan cara
membuka dan atau menutup ventilasi kumbung serta membasahi dinding dan lantai kumbung agar suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga.
2.2 Teori Supply Chain Supply chain dilihat sebagai urutan (pengambilan keputusan dan eksekusi) proses dan (material, informasi, dan uang) arus yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akhir, yang terjadi dalam dan di antara berbagai tahap sepanjang kontinum, mulai dari produksi hingga konsumsi akhir. Supply chain tidak hanya mencakup produsen dan pemasok, tetapi juga tergantung pada arus logistik, transportasi, gudang, pengecer, dan konsumen sendiri. Dalam arti yang lebih luas, rantai pasokan termasuk juga pengembangan produk baru, pemasaran, operasi, distribusi, keuangan dan layanan pelanggan. Berikut ini adalah beberapa definisi supply chain : 1. Supply chain adalah jaringan perusahaan – perusahaan yang secara bersama – sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan – perusahaan tersebut meliputi pemasok, pabrik, distributor, toko, ritel, dan perusahaan pendukung seperti jasa logistik (Pujawan, 2005:5).
14
2. Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan – perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir (cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al., 1998 dalam Pujawan, 2005:7) 3. Rantai pasokan merupakan proses integrasi yang didalamnya terdapat beberapa pelaku bisnis (misalnya: pemasik, pabrik, distributor, dan pengecer) bekerjasama untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen. (Wang et al., 2004 dalam Anatan, L. dan Ellitan L, 2008:59) 4. Supply chain is activities that get raw materials and subassemblies into
manufacturing operation. Apabila diterjemahkan menjadi “Supply chain adalah kegiatan yang mendapatkan bahan baku dan subassemblies dalam operasi manufaktur” (Roberta Russell & Bernard W. Taylor, III dalam John Wiley & Sons, Inc, 2006).
Gambar 2.1 Skema Diagram dari Supply Chain (Shaded) dalam Total Jaringan Supply Chain Sumber : Food And Agriculture Organization (FAO) of The ed Nations Rome dalam
Vorst et al, 2007 Gambar 2.1 menggambarkan rantai pasokan generik. Hal ini ditunjukkan dalam konteks yang biasanya disebut sebagai “Total Supply Chain Network”. Dalam jaringan tersebut, setiap perusahaan setidaknya memiliki satu supply chain
15
(SC). Perusahaan biasanya memiliki beberapa pemasok dan pelanggan. Sebuah produsen susu, misalnya, memperoleh input seperti pakan dan obat-obatan hewan dari sejumlah pemasok yang berbeda. Dia memberikan susu untuk satu atau lebih prosesor (pengolah) yang pada gilirannya mendistribusikan produk melalui satu atau lebih outlet ritel. Salah satu pandangan tradisional dari supply chain disebut cycle view. Dalam pandangan ini, proses dalam supply chain dibagi menjadi serangkaian siklus, masing-masing dilakukan pada antarmuka antara dua tahap yang berurutan (Gambar 2.2). Setiap siklus dipisahkan dari siklus lain melalui inventarisasi (persediaan), sehingga dapat berfungsi secara independen, mengoptimalkan proses sendiri dan tidak terhalang oleh 'masalah' dalam siklus lainnya. Sebagai contoh, kita mungkin berpikir dari siklus di mana persediaan retailer (pengecer) diisi ulang dengan memberikan produk dari persediaan akhir produk processor (pengolah). Siklus lain mengurus pengisian persediaan prosesor, dengan produksi produk akhir yang baru. Pandangan siklus supply chain jelas mendefinisikan proses yang terlibat dan pemilik masing-masing proses dan peran dan tanggung jawab mereka. Berdasarkan gambar 2.2, salah satu konsep yang masuk ke dalam pandangan push atau pull adalah Costumer Order Decoupling Point (CODP) atau titik pemisahan order pelanggan, juga disebut sebagai Demand Penetration Point (DPP) atau titik penetrasi permintaan; titik ini memisahkan bagian dari rantai pasokan dimana keputusan manajemennya diatur oleh pesanan pelanggan (proses tarik atau pull process) dan bagian dari rantai pasokan di mana rencana produksi
16
dibuat berdasarkan diperkirakan permintaan konsumen dan
atau perintah
diperkirakan dari mitra hilir dalam rantai (proses dorong atau push process).
Gambar 2.2 Tampilan pada Proses Supply Chain (Sumber : Chopra dan Meindl, 2001 dalam Vorst et al., 2007)
2.3 Teori Supply Chain Management (SCM) Rantai pasokan didefinisikan sebagai rangkaian fisik dan pengambilan keputusan kegiatan yang berkaitan dengan arus materi, informasi, dan arus uang serta hak milik yang melintasi batas-batas organisasi. Dalam pandangan ini, rantai pasokan tidak hanya mencakup produsen dan pemasok; tergantung pada arus logistik itu juga mempert imbangkan prosesor, transporter, gudang, pengecer, organisasi pelayanan dan konsumen. Dalam definisi SCM adalah sebagai sesuatu yang terstruktur dan
sebuah proses bisnis yang dapat dilihat terukur.
Serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk menghasilkan output yang ditentukan untuk pelanggan atau pasar tertentu. Di samping proses logistik, dalam rantai pasokan juga meliputi kegiatan operasi, manajemen persediaan dan distribusi, juga terdapat proses bisnis seperti
17
yang terkait dengan pengembangan produk baru, pemasaran, keuangan, dan manajemen hubungan pelanggan. Akhirnya, 'nilai' di sini dipahami sebagai jumlah konsumen yang bersedia membayar untuk apa yang disediankan perusahaan. Hal ini dapat diukur dengan total pendapatan perusahaan. Konsep 'nilai tambah kegiatan atau value-added activity' biasanya mencirikan nilai yang diciptakan oleh suatu kegiatan dalam kaitannya dengan biaya dijalankan. Berikut ini beberapa definisi SCM: 1. SCM is the systematic, strategic coordination of the traditional business functions within particular company and across businesses within the supply chain for the purpose of improving the long-term performance of the individual company and the supply chain as a whole. Apabila diterjemahkan menjadi “Manajemen rantai pasokan adalah sistematis, koordinasi strategis dari fungsi bisnis tradisional dalam perusahaan tertentu dan di bisnis dalam rantai pasokan untuk tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang perusahaan individu dan rantai pasokan secara keseluruhan”. (Council of Logistics Management dalam Pujawan, 2005:7). 2. SCM adalah metode, alat atau pendekatan pengelolaan supply chain (cf. Oliver & Weber, 1982; Lambert et al., 1998 dalam Pujawan, 2005:7). 3. SCM adalah metode atau pendekatan integratif untuk mengelola aliran produk, informasi, dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak – pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa – jasa logistik (Pujawan, 2005:22). Keterangan : a.
Pendekatan integratif dapat diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang padu (Imam Syafi’ie, Mam’ur Saadie, Roekhan, 2001:2.19).
18
b. Penyedia jasa logistik adalah perusahaan yang menyediakan transportasi dan pergudangan secara berbayar (Jayaran dan Tam, 2010).
4. SCM adalah suatu sistem jaringan yang terdiri atas beberapa perusahaan yang memiliki tujuan sama sebagai tempat organisasi menjalankan barang dan jasa kepada pelanggan. (Lee dan Whang, 2000 dalam Anatan, L. dan Ellitan L, 2008:62). 5. SCM merupakan suatu perluasan dari logistic management di perusahaan. Dalam manajemen logistik diketahui bahwa yang dibahas adalah perusahaan, pemasok dan pelanggan (Ma’arif dalam Syibil, M, 2011). 6. SCM is managing flow of information through supply chain in order to attain the level of synchronization that will make it more responsive to customer needs while lowering costs. Apabila diterjemahkan menjadi SCM adalah mengelola arus informasi melalui rantai suplai untuk mencapai tingkat sinkronisasi yang akan membuatnya lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan sambil menurunkan biaya (Roberta Russell & Bernard W. Taylor, III dalam John Wiley & Sons, Inc, 2006).
2.4 Critical Path Method (CPM) CPM merupakan diagram kerja yang memandang waktu pelaksanaan kegiatan yang ada dalam jaringan bersifat unik (tunggal) dan deterministic (pasti), dan dapat diprediksi. CPM lebih mementingkan konsep biaya dalam proses perencanaan dan pengawasan (Levin, Richard I, et al., 2000)
19
Teknik CPM menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network dengan komponen aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Agar teknik ini dapat diterapkan, suatu proyek harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pekerjaan-pekerjaan dalam proyek harus menandai saat berakhirnya proyek 2. Pekerjaan-pekerjaan dapat dimulai, diakhiri, dan dilaksanakan secara terpisah dalam suatu rangkaian tertentu 3. Pekerjaan-pekerjaan dapat diatur menurut suatu rangkaian tertentu Selain ciri-ciri yang harus dimiliki oleh proyek tersebut, untuk membuat suatu network dengan benar diperlukan sejumlah aturan. Berikut ini adalah aturan-aturan tersebut : 1. Setiap aktivitas atau pekerjaan ditunjukkan dengan suatu cabang tertentu 2. Antara suatu cabang dengan cabang yang lainnya hanya menunjukkan hubungan antara aktivitas atau pekerjaan yang berbeda 3. Bila sejumlah aktivitas berkahir pada suatu kejadian maka kejadian ini tidak dapat dimulai sebelum sejumlah aktivitas yang berkahir pada kejadian ini selesai 4. Aktivitas dummy digunakan untuk menggabungkan dua buah kejadian, bila antara suatu kejadian dan kejadian yang mendahuluinya tidak dihubungkan dengan suatu aktivitas tertentu. Aktivitas dummy ini tidak mempunyai biaya dan waktu. 5. Setiap kejadian diberikan angka, sedangkan setiap aktivitas diberikan tanda huruf menurut kejadian awal dan kejadian yang mengakhirinya.
2.5 Penelitian Terdahulu
20
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian sebelumnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi ataupun pembanding, karena terdapat kesamaan prinsip, meskipun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini. Suwoto
(2013)
dalam
penelitian
“Analisis
Waktu
Perencanaan
Pemasangan Komponen Dinding Kubah GRC dengan Metode CPM dan PERT pada Proyek GRM Kemayoran” menunjukkan lintasan kritis terjadi dengan waktu penyelesaian proyek selama 221 hari (kalender) dan probabilitas kegagalan proyek selesai pada target T(d) 210 hari adalah 17,62%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah dalam penggunaan metode CPM. Sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian, waktu penelitian, dan metode PERT. Berdasarkan hasil penelitian “Kinerja Manajemen Rantai Pasok Pada Kana Bakery” menggunakan SCM sebagai pendekatan pengelolaan manajemen perusahaannya. Data dalam penelitian dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kana Bakery sudah melaksanakan kinerja manajemen rantai pasok mulai dari pemasok sampai produk ditangan pelanggan hingga pengembalian produk rusak secara terintegrasi, namun memiliki kekurangan pada kecepatan yaitu pada bagian perencanaan dan proses produksi maupun layanan pelanggan. Perbaikan proses kinerja manajemen SCM dilaksanakan dengan menghilangkan kegiatan administrasi dalam pembuatan nota produksi serta mengefisiensikan proses komputerisasi. Persamaan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang digunakan, yaitu metode deskriptif.
21
Perbedaannya adalah lokasi penelitian dan pendekatan model yang digunakan dalam menganalisis. (Theresia Meta Tri Haryati, 2011) Penelitian “Kinerja Supply Chain Management Ayam Nenek (Grand Parent Stock), Studi Kasus di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi” bertujuan untuk menganalisis mekanisme di PT Galur Prima Cobbindo dalam menjamin ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dari pemasoknya dengan menggunakan alternatif SCM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif, kuantitatif, serta metode CPM dalam menganalisis aktivitas perusahaan. Hasil penelitian ini diantaranya adalah perusahaan dalam satu tahun dapat melakukan penghematan biaya pembelian bahan baku bibit DOC GPS sebesar Rp 13.188.000. dan penghematan pembelian biaya pakan sebesar Rp 13.200.264. Analisis jaringan kerja atau critical path method dengan proses supply chain management menjelaskan aktivitas perusahaan mulai dari pengadaan bahan baku hingga menghasilkan outputnya. Total waktu optimis paling cepat yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menghasilkan outputnya berupa ayam bibit DOC PS adalah sebesar 7301,32 jam dan total waktu optimis saat paling lambat sebesar 7309,32. Sedangkan untuk total waktu realistis paling cepat adalah sebesar 7341,40 jam dan total waktu realistis paling lambat sebesar 7343,40 jam. Total waktu pesimis saat paling cepat sebesar 7388,25 jam dan total waktu pesimis saat paling lambat sebesar 7390,25 jam. Persamaan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang digunakan, yaitu metode CPM. Sedangkan, perbedaan dalam penelitian ini adalah adalah lokasi penelitian. (Wemvi Risyana, 2008)
22
2.6 Kerangka Pemikiran Terdapat sebuah fenomena yang terjadi di Usaha Lancar Abadi. Fenomena ini menggambarkan mengenai planning yang ingin dieksekusi oleh Usaha Lancar Abadi dalam waktu dekat, yaitu meningkatkan produksi. Sehingga diperlukan pemaparan mengenai kondisi perusahaan yang dapat menjadi rekomendasi bagi usaha untuk mengambil keputusan. Berdasarkan Gambar 2.3, pendekatan SCM melalui pengukuran POA, dan analisis CPM mampu menjawab fenomena diatas. POA terdiri dari tujuh dimensi diantaranya ongkos, waktu, kapasitas, utilitas, produtivitas, outcome, dan kapabilitas. Namun, sesuai keadaan di lokasi penelitian, hanya dimensi biaya, waktu, kapasitas, dan kapabilitas yang akan dibahas pada penelitian ini. Melalui pendekatan ini, mampu menggambarkan kinerja/performance rantai pasok, jalur kritis, penghematan waktu, dan biaya crush pada proses produksi di Usaha Lancar Abadi secara keseluruhan.
23
Usaha Lancar Abadi
Supply Chain Management (SCM)
Model Performance of Activity (POA) dan Critical Path Method (CPM)
Mekanisme Supply Chain
Analisis Jalur Kritis
Analisis Waktu dan Biaya Percepatan
Meningkatkan Produksi
Hasil Penelitian
Rekomendasi Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian