( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.netBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Pengembangan Program Studi Pendidikan Agama Islam Pengembangan prodi PAI
terhadap mutu pendidikan mulai meningkat.
Undang-undang ini banyak menitik beratkan pada monitoring ‘’performance indicators’’ (indikator kinerja) dari proses pendidikan. Akan tetapi indikator-indikator ini, terutama hanya merupakan pedoman untuk mengukur efisiensi mutu pembelajaran atau efektivitas institusi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Jika ingin memperoleh lebih banyak apa yang ada di balik indikator kinerja tersebut, suatu institusi harus di mulai lebih serius pada Total Quality Management (TQM) dengan artian perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) terhadap standar pelanggannya seiring meningkatnya persyaratan mutu pelanggan. Perbaikan mutu menjadi semakin penting dengan meningkatnya persaingan dalam era liberalisasi ini. Otonomi yang semakin besar, harus diimbangi oleh peningkatan tanggung jawab. Lembaga pendidikan tinggi harus bisa mendemonstrasikan bahwa lembaga tersebut mampu menyelenggarakan pendidikan yang bermutu kepada para mahasiswanya. Hal ini sejalan dengan paradigma baru penataan sistem pendidikan tinggi, yang mulai diterapkan pada Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Pengajaran (SP4). Perguruan tinggi harus menyelenggarakan pendidikan yang mengacu kepada mutu
yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pola manajemen yang berasaskan otonomi, namun diiringi akuntabilitas yang memadai. Hal ini hanya akan bisa dicapai bila suatu perguruan tinggi melakukan evaluasi diri secara teratur sebelum dievaluasi oleh pihak ketiga secara eksternal yakni akreditasi. Evaluasi secara teratur dalam bentuk ‘’audit internal’ yang dilanjutkan dengan ‘’review sistem manajemen’’ akan menjamin suatu perguruan tinggi dapat secara kontinyu melakukan perbaikan mutu, dalam mengantisipasi persaingan yang semakin ketat bagi lulusannya dalam meniti karir di dunia kerja. Dalam
rangka
tinggi/universitas/fakultas
melaksanakan
perbaikan
dan program studi khususnya
mutu PAI,
di secara
perguruan kontinyu
(berkelanjutan), Total Quality Management (TQM) merupakan pendekatan yang tepat. TQM merupakan kegiatan pikiran (sikap, gagasan) dan kegiatan praktis (metoda, prosedur, teknik) yang mendorong perbaikan secara kontinyu. Sebagai suatu pendekatan, TQM mengupayakan agar penekanan institusi bergeser secara permanen dan ‘’shorter expediency’’ keperbaikan mutu jangka panjang, inovasi, perbaikan dan perubahan yang terus menerus, perlu ditekankan. Di samping itu, unit-unit kerja yang melaksanakan dilibatkan dalam siklus perbaikan mutu yang kontinyu. Gerakan perbaikan mutu dalam bidang pendidikan di UIN Alauddin, sebenarnya belum terlalu lama. Perintisan Total Quality Management (TQM) dalam bidang pendidikan diawali di Amerika Serikat pada akhir tahun 1980-an, diikuti oleh Inggris. Peningkatan perhatian baru dimulai pada tahun 1990. Dapat disimpulkan bahwa baru sedikit pemahaman pentingnya mutu terpadu bagi
suatu sistem ekonomi dan pendidikan yang sehat. Banyak ahli pendidikan tidak suka membuat analogi antara ‘’proses pendidikan’’ dengan ‘’proses manufaktur’’ pada industri. Dalam rangka melaksanakan perbaikan mutu yang kontinyu (berkelanjutan), TQM merupakan pendekatan yang tepat. TQM merupakan kegiatan pikiran (sikap, gagasan) dan kegiatan praktis (metoda, prosedur, teknik) yang mendorong perbaikan kontinyu. Sebagai suatu pendekatan, TQM mengupayakan agar penekanan institusi bergeser secara permanent dan ‘’shorter expediency’’ ke perbaikan mutu jangka panjang. Inovasi, perbaikan dan perubahan yang terus menerus perlu ditekankan. Di samping itu unit-unit kerja yang melaksanakannya dilibatkan dalam siklus perbaikan mutu yang kontinyu. Penerapan Total Quality management (TQM) dalam suatu lembaga pendidikan tinggi memerlukan ‘’perubahan budaya’’. Perubahan budaya ini merupakan salah satu faktor penghambat yang cukup sulit dan cukup memakan waktu. Budaya mutu mencakup sikap dan metoda kerja staf di samping sistem manajemen dan kepemimpinan. Perencanaan strategis merupakan suatu wahana yang cukup baik dalam menanggulangi hambatan budaya tersebut. Proses perencanaan strategis banyak membantu staf dalam memahami misi perguruan tingginya dan menjembatani komunikasi yang terputus. Staf jadi tahu mau kemana perguruan tinggin menuju dan akan menjadi bagaimana di masa depan. Merancang sistem manajemen mutu dengan adanya sistem manajemen mutu dalam suatu institusi perguruan tinggi, menjamin terlaksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan. Dalam penerapan TQM, institusi harus menyusun sistem mutu dalam bentuk pedoman mutu (Quality Manual), tertulis sebagai acuan bagi semua orang yang terlibat
dalam pencapaian standar-standar kinerja mutu yang ditetapkan. Implementasi sistem manajemen mutu harus diaudit secara berkala dalam rangka memperoleh masukan untuk manajemen review untuk penyempurnaan sistem itu sendiri. Perencanaan sistem mutu merupakan serangkaian langkah-langkah penting yaitu: 1. menetapkan apa yang akan dikerjakan, 2. mencari dan menetapkan metoda-metoda dan prosedur yang diperlukan untuk menjamin mutu, 3. mendokumentasikan apa yang akan dikerjakan (pedoman, metoda, prosedur tertulis (Prosedur Operasional Standar) atau SOP, 4. melaksanakan kegiatan sesuai apa yang disepakati secara tertulis, 5. menyiapkan bukti-bukti tentang apa yang dikerjakan (memungkinkan informasi ini digunakan pihak lain). 6. Sistem Mutu Dalam Bidang Pendidikan Suatu sistem (jaminan) mutu dalam bidang pendidikan, pada umumnya memuat unsur-unsur sebagai berikut: a. Rencana Strategis Rencana strategis memberi visi, misi dan tujuan suatu perguruan tinggi dalam jangka panjang serta memberikan arahan terhadap pelaksanaan seluruh program operasional yang disusun tahun demi tahun. Rencana strategis mengidentifikasi sasaran pasar, positioning dan budaya yang diinginkan dalam memproduksi produk (lulusan) untuk memenuhi pasar tersebut. Rencana strategis sangat penting untuk pencapaian mutu
pelayanan sebab hanya perencanaan yang dapat memberikan perspektif keadaan persaingan di masa mendatang. b. Kebijakan Mutu Kebijakan mutu merupakan acuan umum bagi program-program utama yang semestinya disusun untuk mengantisipasi kebutuhan dan persyaratan mutu masyarakat. Kebijakan ini seyogyanya merupakan persyaratan kepada masyarakat tentang komitmen perguruan tinggi untuk memuaskan harapan pelanggan baik internal maupun eksternal. Kebijakan mutu harus terdokumentasi, dikomunikasikan kepada seluruh staf (akademik dan non akademik) agar dipahami dan selanjutnya memberikan komitmen pada implementasinya. 3. Tanggung Jawab Manajemen Unsur ini meletakkan peranan dan tanggung jawab manajemen puncak, manajemen madya dalam sistem mutu. Harus ditetapkan juga anggota tim senior yang memimpin pelaksanaan program perbaikan mutu. 4. Organisasi Mutu Ruang lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab kelompok pengarah untuk mengimplementasikan sistem mutu perlu ditetapkan kelompok atau tim ini diperlukan untuk: a. mengarahkan langkah awal perbaikan mutu, b. mengelola perubahan budaya mutu,
c. mendukung dan mengendalikan kegiatan-kegiatan unit kerja dalam langkah awal tersebut. d. Memonitor
perkembangan
program
perbaikan
mutu.
Fungsi tim dalam melaksanakan program dan pemecahan masalah merupakan titik berat dari langkah awal perbaikan mutu. Dukungan, kepemimpinan dan sumberdaya serta adanya pelatihan tim diperlukan untuk menyukseskan gerakan awal ini. 5. Pemasaran dan Publikasi Suatu institusi pendidikan, misalnya perguruan tinggi perlu memberikan informasi yang jelas mengenai program-program studi yang ditawarkan secara lengkap. Informasi ini harus didokumentasikan dengan baik dan mudah diperoleh. Bahan-bahan pemasaran (sales kits) seperti selebaran, leaflet, brosur, iklan dan sebagainya harus dibuat dengan jelas dan tepat serta secara teratur diperbaharui. 6. Seleksi Masuk Seleksi masuk merupakan tahapan sangat penting dalam proses pendidikan. Meskipun tidak ada data pendukung, tetapi pengaruh mutu bahan mentah (calon mahasiswa) terhadap mutu lulusan sangat besar. Prosedur seleksi masuk ke perguruan tinggi harus didokumentasikan dengan baik dan di review secara teratur. Hal-hal yang perlu didokumentasikan mencakup pedoman seleksi, surat lamaran asli (termasuk lampirannya), hasil wawancara, daftar nama. 7. Rancangan Kurikulum
Rancangan kurikulum mencakup maksud dan tujuan setiap Program Studi Pendidikan Agama Islam dan spesifikasinya secara rinci, harus didokumentasikan. Studi prosedur pembukaan/program penetapan harus ada dan didokumentasikan. Spesifikasi meliputi silabus dan satuan acara perkuliahan/praktikum harus disahkan oleh pejabat tertentu. Adanya masukan dari mahasiswa, alumni dan ‘’client’’ bagi rancangan kurikulum merupakan bagian sistem mutu yang perlu didokumentasikan dengan baik. Tinjauan secara periodik dalam rangka meningkatkan relevansi dengan dunia kerja perlu diatur secara berkala. 8. Pelaksanaan Kurikulum Pelaksanaan kurikulum juga merupakan tahapan penting dalam proses pendidikan. Metode pengajaran harus dimantapkan dan dijelaskan dalam prosedur-prosedur yang harus diikuti dalam pelaksanaan setiap aspek program studi. Berbagai catatan dalam kaitan ini perlu dipelihara dan didokumentasikan dengan baik, antara lain, jadwal kuliah/praktikum, ‘’course submissions’’, kerangka kerja, catatan kerja, catatan penilaian, rencana kerja dan catatan-catatan prestasi kerja. Demikian pula catatan-catatan kegagalan dan kinerja di bawah standar dan tindakan koreksi yang diambil harus didokumentasikan. Sistem yang dikembangkan untuk membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran juga perlu didokumentasikan. Rincian penilaian formatif dan sumatif serta kriteria untuk kelulusan dan ‘’grading’’ mahasiswa merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan kurikulum. 9. Manajemen Pembelajaran
Proses yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan program dan kurikulum perlu dispesifikasi, termasuk pengaturan untuk kerja tim. Peranan dalam tim, wewenang dan tanggung jawab perlu dijelaskan dengan baik. Paparan audit dari pihak luar merupakan bukti yang baik bila tersedia untuk memberikan gambaran, mutu manajemen pembelajaran. 10. Penyusunan, Pelatihan dan Pengembangan Staf Dosen
harus sesuai dengan tugasnya. Perlu dibuat prosedur seleksi dan
rekruitmen staf, pengukuran prestasi kerja, peningkatan inovasi dan kebijakan pengembangan karir. Pengembangan staf memerlukan perencanaan dan proses analisis kebutuhan serta sistem monitoring dan evaluasi efektivitas program pelatihan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perlu dilakukan standarisasi bagi kualifikasi staf untuk melaksanakan setiap program studi. 11. Monitoring dan Evaluasi Siklus umpan balik sangat vital peranannya untuk menilai dan menjamin mutu pendidikan. Sistem mutu dalam kaitan ini mendokumentasikan mekanisme evaluasi yang digunakan instansi untuk memonitor hasil yang dicapai individu-individu dan keberhasilan program yang dilaksanakannya. Keikutsertaan mahasiswa dalam penilaian kemajuannya sendiri dan pengalaman mereka mengikuti program merupakan unsur penting dalam proses penilaian. Metode yang digunakan dapat terdiri dari analisis dari catatan pencapaian hasil, review meeting, penyebaran kuesioner dan internal audit.
12. Pengaturan Administrasi Perguruan tinggi perlu mendokumentasikan prosedur-prosedur administrasi yang penting meliputi daftar mahasiswa, catatan-catatan mahasiswa, jadwal, prosedur kesehatan dan keamanan, ‘’examination entries and result’’ dan sistem keuangan. Proses pengendalian dokumen penting, namun perlu melakukan spesifikasi terhadap dokumen-dokumen kunci agar tidak terlalu menitik beratkan kepada catatan. Dokumen kunci meliputi silabus terbaru, dokumen persetujuan dan pengesahan, catatan kemahasiswaan, catatan penilaian dan hasil ujian, catatan notulen rapat penting dan sebagainya. 13. Review Manajemen Institusi Perguruan tinggi harus mempunyai suatu cara untuk mengevaluasi keseluruhan kinerja (total performance). Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pemeriksa dari luar. Namun demikian, bisa saja diputuskan bahwa perguruan tinggi melakukan audit sendiri dengan melibatkan pihak luar. Sistem Manajemen Mutu yang disusun harus mencakup: a. Kebijakan mutu dan sasaran mutu. b. Manual mutu, yang terdiri dari struktur organisasi lembaga, struktur organisasi mutu, uraian wewenang dan tanggung jawab fungsi mutu, garis besar sistem manajemen mutu yang diterapkan oleh institusi, serta prosedur-prosedur yang disyaratkan. c. Semua dokumen yang dibutuhkan organisasi untuk memastikan keefektifan pengoperasian dan pengendalian proses. Bisa berbentuk strategi organisasi, prosedur kerja, peraturan/tata tertib.
d. Catatan mutu yang disyaratkan, berisi daftar dokumen yang perlu disimpan, berapa lama penyimpanan serta disimpan oleh siapa menggunakan 8 klausul/prinsip utama, sebagai berikut: 1). Berfokus pada pelanggan, 2). Kepemimpinan, 3). Peran serta setiap orang di dalam organisasi, 4). Pendekatan proses, 5). Pendekatan sistem, 6). Peningkatan terus menerus, 7). Pengambilan keputusan harus dengan pendekatan fakta, 8). Hubungan baik dengan pemasok. Rencana Program TQM Untuk Universitas/Fakultas dan Program Studi Rencana program kerja TQM pada suatu Universitas/Fakultas/Program Studi, adalah sebagai berikut: 1. Merancang sistem manajemen mutu, dalam bentuk pedoman mutu (quality manual) secara tertulis sebagai acuan bagi civitas akademika yang terlibat dalam pencapaian standar-standar kinerja mutu yang ditetapkan. 2. Membuat Tim Pengarah dan Tim Pelaksana untuk mendesain, mendiagnosa sistem manajemen mutu sebelum dilembagakan dalam struktur organisasi.
3. Menyusun serta menetapkan kebijakan dan tujuan mutu di tingkat program studi, serta mengusulkannya di tingkat fakultas dan universitas. Kemudian menyusun indikator kinerja mutu dan sasaran kinerja mutu. 4. Mulai melaksanakan proyek-proyek perbaikan mutu di Fakultas/Program Studi, antara lain: Penyusunan Buku Pedoman Akademik untuk Mahasiswa; Buku Kurikulum dengan seluruh derivasinya seperti: Satuan Acara Perkuliahan, Analisis Instruksional, Modul Plan, Course Outline, Bahan Ajar Program Studi, pengembangan manajemen sumberdaya manusia, sumberdaya sarana fisik/fasilitas dan sarana komunikasi dan informasi teknologi, keuangan, evaluasi akademik untuk mahasiswa dan staf pengajar, proses belajar mengajar, proses tugas akhir, proses ujian akhir semester dan ujian sarjana dan sebagainya. 5. Menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen mutu di Fakultas/Program Studi, dan melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja mutu dengan indikator yang telah ditetapkan. B. Manfaat dan Fungsi Pengembangan Program Studi Pendidikan Agama Islam Manfaat dan fungsi pengembangan lembaga pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses
demokratisasi belajar
dam merencanakan pengembangan
pembelajaran. Suatu proses pendemokratisasi yang mencerminkan bahwa belajar adalah atas prakarsa anak. Demokrasi belajar berisi pengakuan hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan karakteristiknya. Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat belajar yang demokratis adalah pengemasan pembelajaran yang beragam
dengan cara menghapuskan penyeragaman kurikulum, strategi pembalajaran, bahan ajar, dan evaluasi belajar. Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan sktivitas mahasiswa dalam arti yang luas. Peranan Dosen bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Dalam pembelajaran dosen harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir mahasiswa, dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan mahasiswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh dosen. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner yang mengatakan bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. Menurut pandangan Bruner teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu preskriptif. Dengan demikian, setiap pendidik perlu memahami bahwa pembelajaran bukan sekedar mengajarkan bahan ajar di depan kelas atau menjelaskan pengetahuan kepada peserta didik tanpa perencanaan yang jelas. Selanjutnya Suyanto menjelaskan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu: Pertama, proses pembelajaran melibatkan proses mental mahasiswa secara maksimal, bukan hanya menuntut mahasiswa sekedar mendengar, mencatat, tetapi menghendaki aktivitas mahasiswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam proses pembelajaran dibangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantunya untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Gaffar menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Pengajaran adalah suatu usaha manusia yang penting dan bersifat kompleks. Dikatakan kompleks karena banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat di dalamnya. Dikatakan sangat penting, sebab pengajaran adalah usaha membentuk manusia yang baik. Kegagalan pengajaran dapat merusak satu generasi masyarakat. Ada yang memahami bahwa pengajaran tidak dapat disamakan dengan pendidikan. Pengajaran lebih sering dipahami dalam pengertian suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis, dan obyektif, serta terampil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya terampil menulis, berenang, memperbaiki alat elektronik dan sebagainya. Pandangan tentang istilah pengajaran terus-menerus berkembang dan mengalami kemajuan. Ada beberapa pemahaman tentang pengajaran di antaranya yaitu: 1)
pengajaran identik dengan kegiatan mengajar, 2) pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar, 3) pengajaran sebagai suatu sistem, dan 4) pengajaran identik dengan pendidikan. Dalam terminologinya sebagai suatu sistem, pengajaran mencakup banyak aspek, dan salah satu di antaranya yang cukup urgen adalah perencanaan pengajaran. Thomas E. Curtis dan Wilma W. Bidwell menjelaskan, dalam proses pengajaran di peranan dosen lebih spesifik sifatnya dalam pengertian yang sempit, yakni dalam hubungan proses belajar mengajar. Peranan dosen adalah sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Peranan pertama meliputi peranan-peranan yang lebih spesifik, yakni: 1) Dosen sebagai model, 2) Dosen sebagai perencana, 3) Dosen sebagai peramal, 4) Dosen sebagai pemimpin 5) Dosen sebagai penunjuk jalan atau pembimbing kea rah pusat-pusat belajar. Dalam
kaitan
peranannya
sebagai
perencana,
Dosen
berkewajiban
mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan spesifik dan operasional. Dalam perencanaan itu murid perlu dilibatkan sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka. Peranan tersebut menuntut agar perencanaan senantiasa direlevansikan dengan kondisi masyarakat, kebiasaan belajar
mahasiswa, pengalaman dan pengetahuan mahasiswa, metode belajar yang serasi dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya. Dalam hal urgensinya, perencanaan lembaga pendidikan pendidikan tidak berbeda dari perencanaan bagi suatu organisasi. Perencanaan dipandang penting dan diperlukan bagi suatu organisasi antara lain dikarenakan: 1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan. 2. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan, tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. 3. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun jenis kegiatan usahanya. Dalam mengembangkan persiapan mengajar, terlebih dahulu harus diketahui arti dan tujuannya, serta menguasai teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki oleh dosen, dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi pembelajaran.
Dalam hal pentingnya perencanaan pengajaran, Hamzah B. Uno menegaskan bahwa hal itu perlu dilakukan agar tujuan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dapat tercapai. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi berikut: a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran; b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan sistem; c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar; d. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada mahasiswa secara perorangan; e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada tercapainya tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiringnya dari pembelajaran; f. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya mahasiswa untuk belajar; g. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran; h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. C. Metodologi Pembelajaran Quran Hadis pada Program Studi PAI
Mengajar bukan sekedar ceramah dan berdiri di depan kelas, tetapi bagaimana, pendekatan, metode, dan teknik
serta strategi dosen
dalam mengkomunikasikan
pesan-pesan materi pembelajaran, berinteraksi, mengorganisir, dan mengelola mahasiswa sehingga berhasil dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, salah satu kunci
keberhasilan pembelajaran adalah bilamana dosen memiliki dan menguasai metodologi pembelajaran (didaktik dan Metodik) secara baik. Tidak sedikit kegagalan dosen dalam mengajar disebabkan lemahnya penguasaan metodologi pengajaran tersebut. Dalam bimbingan belajar, metode diperlukan oleh dosen dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah bimbingan belajar berakhir. Seorang dosen tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode pengajaran yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli pendidikan dan psikologi. Dalam pembelajaran, dosen tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi dosen sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalanya pengajaran tidak membosankan bahkan menarik perhatian peserta didik. Faktor yang sangat mempengaruhi penggunaan metode mengajar dalam bidang studi Qur’an-Hadis yaitu: pertama, Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya, kedua, peserta didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya, ketiga, situasi yang berbagai-bagai keadaanya, keempat fasilitas yang berbagai-bagai kualitas serta kuantitasnya, dan kelima, Pribadi dosen serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. Menurut penulis dalam penggunaan metode yang bervariasi tidak akan
menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologispeserta didik. Oleh karena itu, di sinilah kompetensi dosen diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Menurut Basyiruddin metode adalah cara menanamkan pengetahuan kepada seseorang dengan singkat dan pasti. Dengan kata lain metode dapat diartikan suatu ilmu yang membicarakan cara atau prinsip dalam penyampaian bahan pelajaran sehungga dapar dikuasai atau dimiliki oleh siswa yang menerimanya. Jadi menurut penulis motode sangat berkaitan dengan proses pembelajaran. Pengertian metode pembelajaran bidang studi Qur’an-Hadis suatu cara yang teratur dan terpikirkan untuk mencapai maksud atau tujuan pendidikan yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadis. Metode pembelajaran bidang studi Qur’an-Hadis merupakan kegiatan berlangsung secara bersamaan dan memiliki hubungan yang erat dengan nilai-nilai Qur’an. Metode mengajar pada dasarnya merupakan bagian dari kegiatan pendidikan dan merupakan implementasi dari oprasionalisasi dari standar kompetensi dasar
yang terdapat
dalam kurikulum. Kegiatan pembelajaran akan
berlangsung apabila didalamnya terjadi interaksi antara dosen yang mengajar dan siswa yang belajar. Bilamana dikaitkan dengan pengajaran bidang studi Qur’an-Hadis pada prodi di Perguruan tinggi maka batasnya terletak pada metode atau teknik, apakah yang lebih cocok digunakan dalam penyampaian materi Qur’an-Hadis tersebut. tujuan dan prinsip pengajaran yang bagaimanaka yang seharusnya diterapkan oleh dosen dalam kegiatan
pembelajaran bidang studi Qur’an-Hadis, hal tersebut tentunya berkaitan erat
dengan
metodik khusus dan metodik umum. Di samping memperhatikan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam pengajaran secara umum. Juga faktor-faktor seperti;
tingkatan
semester, karakteristik mahasiswa, latar belakang sosial dan pendidikan anak sangat perlu dipertimbangkan. Pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran bidang studi Qur’an-Hadis pada prodi PAI yaitu: 1. Tujuan Metodologi Pembelajaran Tujuan metodologi pembelajaran; a. Minat dan Perhatian Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu bertalian. Seorang peserta didik yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang kadang kala timbul dan adakalanya hilang samasekali. Suatu saat peserta didik kurang perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan oleh dosen di muka kelas bukan disebabkan dia tidak memiliki minat dalam belajar boleh jadi ada ganguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenangannya diruang kelas atau metode yang diterapkan oleh dosen tidak pas dengan naluri anak tersebut b. Memberikan motivasi Metode pembelajaran bidang studi Qur’an-Hadis diharapkan
memberikan
motivasi atau dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk memahami Al-Qur’an
dan Al-Hadis, di mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi instrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.Seorang dosen dapat memberikan bermacam-macam metode sebagai motivasi terhadap peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran bidang studi Qur’an-Hadis secara maksimal c. Memberikan makna yang besar pada pendidik dan peserta didik Dalam hal ini seorang dosen atau pendidik dapat memilih metode mana yang layak dipakai dalam pembelajaran Qur’an-Hadis, mempertimbangkan keunggulan dan kelemahannya, serta kesesuaian metode tersebut dengan karakteristik siswa atau ciri-ciri khas materi yang akan disajikan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapka. Metodologi pengajaran turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap peserta didik yang nantinya akan menjadi dosen/pendidik yang diharapkan. Oleh karena itu pemakaian metode dalam pembelajaran Qur’an-Hadis harus sesuai dan selaras dengan karakteristik peserta didik, materi, kondisi lingkungan (setting) di mana pengajarang berlangsung. Bila ditinjau secara lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain tujuan karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi dosen, serta sarana dan prasarana yang digunakan. Dengan kata lain perbedaan dan penggunaan atau pemilihan suatu metode mengajar bidang studi Qur’an-Hadis disebabkan oleh adanya beberapa
faktor
harus dipertimbangkan, antara lain; pertama, tujuan;
setiap bidang studi
mempunyai tujuan bahkan dalam setiap topik pembahasan tujuan pengajaran bidang studi Qur’an-Hadis ditetapkan lebih terinci dan spesifik sehingga dapat dipilih metode mengajar
yang cocok
dengan pembahasan
ditetapkan. Kedua, karakteristik mahasiswa;
untuk mencapai tujuan
yang telah
adanya perbedaan karakteristik siswa
dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial ekonomi, budaya, tingkat kecerdasan, dan watak mereka yang berlainan antara satu dengan yang lainnya, menjadi pertimbangan dosen dalam memilih metode apa yang terbaik digunakan dalam mengkomunikasikan pesan pengajaran bidang studi Qur’an-Hadis kepada anak. Ketiga, situasi dan kondisi (setting); di samping adanya perbedaan karakteristik siswa, tujuan yang ingin dicapai, juga tingkat sekolah, geografis, sosiokultural, menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode yang digunakan sesuai dengan setting yang berlangsung, Keempat, perbedaan pribadi dan kemampuan dosen; seorang dosen yang terlati bicara desertai dengan gaya dan mimik, gerak, irama, tekanan suara akan lebih berhasil memakai metode ceramah dibanding dosen yang kurang mempunyai kemampuan bicaranya. Kelima, sarana dan prasarana; karena persediaan sarana dan prasarana yang berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, maka perlu menjadi pertimbangan dosen dalam memilih metode mengajarnnya. Sekolah yang memiliki peralatan dan media yang lengkap, gedung yang baik, dan sumber belajar yang memadai akan memudahkan dosen dalam memilih metode yang bervariasi.
D. Kreativitas Dosen dalam Pengembangan Pembelajaran Qur’an Hadis pada Prodi PAI Istilah kreatifitas dalam kamus Ilmiah Populer berarti kemampuan untuk mencipta. Sedangkan Dalam khasana pemikiran Islam, istilah dosen memiliki beberapa pedoman istilah seperti ustadz, mualim, muaddib dan murabbi. Beberapa istilah untuk sebutan dosen itu berkaitan
dengan beberapa istilah untuk pendidikan yaitu ta’lim,
ta’dib dan tarbiyah, istilah mua’allim lebih menekankan Dosen sebagai pengajar, penyampai pengetahuan dan ilmu, Sedangkan istilah mu’addib lebih menekankan Dosen sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan, dan istilah murabbi lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmaniah maupun ruhaniah dengan kasi sayang. Sedang istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustadz yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dosen. Berbicara tentang dosen yang ideal, muncul dibenak penulis pendidik teladan yaitu Muhammad saw. Ia adalah teladan bagi semua orang, baik sikaya maupun simiskin, baik orang berkedudukan maupun orang biasa, tua maupun muda, dan laki-laki maupun perempuan Kreativitas seorang dosen dalam proses pembelajaran khususnya bidang studi Qur’an Hadis di tinjau dari berbagai aspek seperti menciptakan iklim kelas yang kondusif, memenej, umpan balik dan memberi penguatan dalam mengemukakan materi
pembelajaran,
dan pembaharuan diri
dan pengembangan seluruh komponen
pembelajaran. Beberapa hal berdasarkan penelitian berkorelasi dengan
kreatifitas Dosen
dalam hal iklim situasi kelas mencakup hal-hal sebagai berikut; 1. Menciptakan interpersonal yang kuat, khususnya empati, respek dan kesungguhan. 2. Menciptakan hubungan yang baik dengan mahasiswa. 3. Kesungguhan dalam menerima dan peduli terhadap peserta didik. 4. Mengekspresikan ketertarikan dan antusisme. 5. Menciptakan suatu atmosfer kebersamaan dan kepaduan kelompok. 6. Mengikutsertakan peserta didik dalam pengaturan dan perencanaan. 7. Mendengarkan peserta didik dan menghormati hak mereka untuk berbicara dalam resitasi dan diskusi. 8. Meminimalkan perselisihan dalam setiap hal. Adapun strategi pengaturan management dari dosen yang kreatif meliputi; 1. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran 2. Mengajukan pertanyaan atau tugas-tugas yang membutuhkan tingkat pemikiran yang berbeda. 3. Memberikan respon
yang sifatnya mendukung
terhadap
siswa
berkemampuan rendah. 4. Memberikan feed back yang positif terhadap respon-respon siswa. 5. Mengunakan kurikulum dan metode pengajaran yang inovatif.
yang
Dalam proses pembelajaran bidang studi Qur’an-Hadis, dosen merupakan sumber daya edukatif dan sekaligus aktor proses pembelajaran yang utama. Untuk itu kreatifitas seorang dosen selalu menjadi hal yang utama dalam pembelajaran. Perubahan yang cepat dalam teknologi informasi dan teknologi pembelajaran bukan menjadi penghalang bagi dosen sebagai sumber dan aktor pendidikan yang utama, melainkan menjadi tantangan yang menuntut kreatifitas dan kompetensi professional dosen yang lebih tinggi. Satu kunci pokok tugas dan kedudukan dosen sebagai tenaga professional menurut ketentuan pasal 4 UU RI No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 4 dosen adalah sebagai agen pembelajaran (Learning Agent) yang berfungsi meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran dosen memiliki peran sentral dan cukup strategis antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Dosen yang profesional pada intinya adalah dosen yang memiliki daya kreasi dan kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. kompetensi dosen adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri dosen agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Dosen sebagai pendidik harus selalu cermat dalam menentukan langkah, bersifat sabar, teladan, serta tanggap terhadap situasi dan kondisi. Oleh karena itu, kompetensi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang dalam melaksanakan sebuah tugas. Maka dapat dipahami bahwa kompetensi seorang dosen
merupakan suatu komponen yang harus dimiliki atau dikuasai oleh seorang dosen dan sebagai alat untuk memberikan bantuan dan pelayanan terbaik kepada peserta didik. Adapun komponen-komponen tujuan pengajaran
dalam pendidikan agama
Islam meliputi; a.
Tingkah laku terminal Tingkah laku terminal berupa seperangkat perilaku yang harus ditunjukkan atau dikuasai siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Untuk dapat mengetahui tingkah laku
atau perilaku akhir
setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran. b.
Kondisi-kondisi tes Kondisi tes yang dimaksudkan di sini adalah situasi pada saat dilakukan evaluasi atau tes terhadap tujuan pengajaran baik akhir kegiatan proses belajar mengajar maupun pada saat diadakan ulangan harian, ulangan blok atau tes formatif maupun tes sumatif. Kondisi pada saat
dilakukan evaluasi
atau tes harus
benar-benar dipersiapkan oleh dosen. c.
Ukuran-ukuran perilaku Ukuran-ukuran perilaku adalah ukuran-ukuran yang dijadikan
standar
atau
patokan untuk mengukur perubahan tingkah laku siswa selama maupun setelah mengikuti kegiatan belajar. Ukuran prilaku berisi tentang standar minimum prilaku yang harus dikuasai dan diperlihatkan oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh guru dan dosen akan sangat berguna untuk; a. Pedoman dan acuan dalam berbuat merencanakan
rencana pengajaran. Karena dalam
pengajaran dosen harus merumuskan tujuan beserta
langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. b. Pedoman dan acuan bagi dosen
dalam melakukan
langkah-langkah
pengajaran. c. Menilai tingkat keberhasilan pengajaran, yaitu untuk mengukur tercapainya tujuan pengajaran dengan tolak ukur penguasaan materi pelajaran dan perubahan perilaku pada diri siswa. d. Membimbing siswa dalam belajar,
yaitu dimana siswa dapat mengetahui
tingkah laku apa yang harus dikuasai pada saat melakukan proses belajar dengan pengajaran yang dilakukan oleh dosen. e. Media komunikasi baik pada siswa maupun rekan-rekan dosen lainnya serta kepala sekolah. Kemampuan Dosen khususnya Dosen Qur’an Hadis tidak hanya memiliki keunggulan pribadi yang dijiwai oleh keutamaan hidup dan nilai-nilai luhur yang dihayati serta diamalkan. Namun seorang dosen Qur’an Hadis hendaknya memiliki kemampuan paedagogis atau hal-hal mengenai tugas-tugas kependidikan seorang . Oleh karena itu, sudah selayaknya dosen mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas
dan tanggungjawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan menjadikan dosen kreatif dan profesional, baik secara akademis maupun non akademis. Masalah kreatifitas dan kompetensi Dosen merupakan hal urgen yang harus dimiliki oleh setiap dosen dalam jenjang pendidikan apapun. dosen yang kreatif dan terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. Kreatifitas dan kompetensi dosen sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum (Materi Pembelajaran). Ini dikarenakan Materi pembelajaran pendidikan haruslah disusun berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh dosen. Tujuan, program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya, hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi dosen secara umum. Dengan demikian diharapkan dosen tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin. Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kreatifitas dan kompetensi dosen berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya (Materi Pembelajaran), akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kreatifitas dan kompetensi dosen yang mengajar dan membimbing para siswa. yang kreatif akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal. Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka dosen harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi dosen yang harus dimiliki meliputi: Secara umum, dosen harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability dan loyality, yakni dosen itu harus
memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dan mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah kelas. kategori, capability dan loyality tersebut, terkandung dalam macam-macam kompetensi dosen. Kompetensi dosen meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Pertama, Dalam kompetensi personal ini telah mencakup kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang merupakan modal dasar bagi dosen dalam menjalankan tugas secara profesional. Kompetensi personal dosen menunjuk perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju), dan bertanggung jawab. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi ini juga sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, dosen menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya. Kedua, kompetensi sosial dimaksudkan bahwa dosen mampu memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial di masyarakat dan lingkungannya sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, serta masyarakat sekitar. Dalam standar nasional pendidikan, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar
nasional pendidikan. Terdapat sepuluh kemampuan dasar yang menjadi tolok ukur kinerjanya sebagai pendidik profesional, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Dosen dituntut menguasai bahan ajar. Penguasaan bahan ajar dari para dosen sangatlah menentukan keberhasilan pengajarannya. Dosen hendaknya menguasai bahan ajar wajib (pokok), bahan ajar pengayaan dan bahan ajar penunjang dengan baik untuk keperluan pengajarannya, mampu menjabarkan serta mengorganisasikan bahan ajar secara sistematis, relevan dengan tujuan pembelajaran, selaras dengan perkembangan mental siswa, selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu serta tekhnologi (mutakhir) dan dengan memperhatikan kondisi serta fasilitas yang ada di sekolah dan atau yang ada di lingkungan sekolah. 2. Dosen mampu mengolah program belajar mengajar. dosen diharapkan menguasai secara fungsional tentang pendekatan sistem pengajaran, asas pengajaran, prosedur-metode, strategi-teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar, dan mampu merancang penggunaan fasilitas pengajaran. 3. Dosen mampu mengelola kelas, usaha dosen menciptakan situasi sosial kelasnya yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin. 4. Dosen mampu menggunakan media dan sumber pengajaran. Kemampuan dosen dalam membuat, mengorganisasi, dan merawat serta menyimpan alat
pengajaran dan atau media pengajaran adalah penting dalam upaya meningkatkan mutu pengajaran. 5. Dosen menguasai landasan-landasan kependidikan. dosen yang menguasai dasar keilmuan dengan mantap akan dapat memberi jaminan bahwa siswanya belajar sesuatu yang bermakna dari dosen yang bersangkutan. 6. Dosen mampu mengelola interaksi belajar mengajar, dosen mampu berperan sebagai motivator, inspirator, organisator, fasilitator, evaluator, membantu penyelenggaraan administrasi kelas serta sekolah, ikut serta dalam layanan B.K di sekolah. Dalam pengajaran dosen dituntut cakap dalam aspek didaktis-metodis agar siswa dapat belajar giat. 7. Dosen mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Keahlian dosen dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa mempunyai dampak yang luas, data penilaian yang akurat sangat membantu untuk menentukan arah perkembangan diri siswa, memandu usaha, optimalisasi dan integrasi perkembangan diri siswa. Yang pertama-tama perlu dipahami oleh dosen secara fungsional adalah bahwa penilaian pengajaran merupakan bagian integral dari sistem pengajaran. Jadi kegiatan penilaian yang meliputi penyusunan alat ukur (tes), penyelenggaraan tes, koreksi jawaban siswa serta pemberian skor, pengembangan skor, dan menggunakan norma tertentu, pengadministrasian proses serta hasil penilaian dan tindak lanjut penilaian hasil belajar berupa pengajaran remedial serta layanan bimbingan belajar dan
seluruh tahapan penilaian tersebut perlu diselaraskan dengan kemampuan sistem pengajaran. 8. Dosen mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan konseling (BK). Mampu menjadi partisipan yang baik dalam pelayanan BK di sekolah, membantu siswa untuk mengenali serta menerima diri serta potensinya membantu menentukan pilihan-pilihan yang tepat dalam hidup, membantu siswa berani menghadapi masalah hidup, dan lain-lain. 9. Dosen mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah, dosen dituntut cakap atau mampu bekerjasama secara terorganisasi dalam pengembangan kelas. 10. Dosen memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran. Tuntutan kompetensi dibidang penelitian kependidikan ini merupakan tantangan kualitatif bagi dosen untuk masa kini dan yang akan datang. Untuk keberhasilan dalam mengemban peran sebagai dosen, diperlukan adanya standar kompetensi. Berdasarkan UU RI Sisdiknas No. 14 tentang dosen dan dosen pasal 10, menentukan bahwa kompetensi dosen meliputi kompetensi padagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Adapun yang dimaksud kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dosen dalam pengembangan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Pemahaman wawasan / landasan kependidikan 2. Pemahaman terhadap peserta didik 3. pengembangan kurikulum / silabus 4. Perancangan pembelajaran 5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6. Pemanfaatan tekhnologi pembelajaran 7. Evaluasi Hasil Belajar (EHB) 8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai. potensi yang dimilikinya. Sedangkan Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Dalam standar nasional pendidikan, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya. Adapun Kompetensi sosial adalah kemampuan dosen sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan dosen sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: 1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat 2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional 3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik; dan 4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Sedangkan Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi, pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional sebagai berikut : 1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. 3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi 5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. 6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. 8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam proses pembelajaran, dosen, yang sekaligus pendidik, memegang posisi dan peranan utama. Dosen harus mengantar peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mengembangkan segenap potensi pedagogisnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Abdullah Idi menjelaskan peranan Dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Merencanakan unit pengajaran 2. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik 3. Menguraikan kegiatan belajar yang sesuai 4. Menghubungkan pengalaman belajar dengan minat peserta didik secara individual 5. Mengorganisasikan kurikulum 6. Mengevaluasi kemajuan peserta didik Bila diperhatikan lebih jauh, tugas dan tanggung jawab yang mestinya dilaksanakan oleh dosen yang telah dijelaskan tentang adanya kesamaan tugas yang dilaksanaan dosen dengan muballigh/da’i, melaksanakan tugasnya melalui jalur pendidikan non formal. Rasulullah saw. bersabda:
ُهَّللا ىَّلَص َّيِبَّنلا َّنَأ وٍرْمَع ِنْب ِهَّللا ِدْبَع ْنَع )ىراخبلا هاور( ًةَيآ ْوَلَو يِّنَع اوُغِّلَب َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع Artinya: Dari Abdullah bin Amr, dia berkata, ‘Nabi saw. bersabda, “Sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat”. (HR. al-Bukhari) Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui, termasuk pendidik/dosen, adalah menyampaikan apa yang diketahuinya (ilmu) kepada orang yang tidak mengetahui. Dosen merupakan pemimpin pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dosen harus dapat bertanggung jawab terhadap Allah atas kepemimpinannya sebagaimana terdapat dalam hadis.
ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا َلوُسَر ُتْعِمَس ُلوُقَي َرَمُع َنْب ِهَّللا َدْبَع ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُكَو ٍعاَر ْمُكُّلُك ُلوُقَي َمَّلَسَو ِهْيَلَع ِهِتَّيِعَر Artinya: Abdullah bin Umar berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (H.R. al-Bukhari) Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tanggung jawab dalam Islam bersifat pribadi dan sosial. Dalam pendidikan formal, dosen adalah pemimpin di dalam kelas yang bertanggung jawab tidak hanya terhadap perbuatannya, tetapi juga terhadap perbuatan orang-orang yang berada di bawah perintah dan pengawasannya yaitu peserta didik. Apabila dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh dosen, al-Abrasyi yang mengutip pendapat al-Ghazali mengemuka-kan bahwa: 1. Dosen harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memberlakukan mereka seperti perlakuan anak sendiri. 2. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi bermaksud dengan mengajar itu mencari keridaan Allah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. 3. Memberikan nasehat kepada murid pada tiap kesempatan, bahkan menggunakan setiap kesempatan itu untuk menasehati dan menunjukinya. 4. Mencegah murid dari akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran jika mungkin dan dengan jalan terus terang, dengan jalan halus, dan tidak mencela. 5. Seorang dosen harus menjalankan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan perbuatannya.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa tugas dan tanggung jawab dosen bukan hanya mengajar atau menyampaikan kewajiban kepada peserta didik, akan tetapi juga membimbing mereka secara keseluruhan sehingga terbentuk kepribadian muslim. E.
Kerangka Tioritis Peraturan Pemerintah RI No. 55 tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Menurut
penjelasan PP
RI
No.
55/2007
diatas
disebutkan bahwa
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3) berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Atas dasar amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahan Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa strategi pertama dalam mengelola sistem pendidikan nasional adalah “pelaksanaan pendidikan agama dan akhlak mulia”. Selanjutnya, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 37 ayat (1) mewajibkan Pendidikan Agama dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan agama pada jenis pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, dan khusus disebut “Pendidikan Agama”. Penyebutan pendidikan agama ini dimaksudkan agar agama dapat dibelajarkan secara lebih luas dari sekedar mata pelajaran /kuliah agama. Pendidikan Agama dengan demikian sekurang-kurangnya perlu berbentuk mata pelajaran/mata kuliah Pendidikan Agama untuk menghindari kemungkinan peniadaan pendidikan agama di suatu satuan pendidikan dengan alasan telah dibelajarkan secara terintegrasi. Ketentuan tersebut terutama pada penyelenggaraan pendidikan formal dan pendidikan kesetaraan.. Adapun Prinsip Umum Pembelajaran Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode pembelajaran; metode-metode tersebut berkembang mengikuti prinsip-prinsip umum sebagai berikut: a.
Memperhatikan kecederungan-kecenderungan peserta didik
b.
Manfaat aktivitas individual para peserta didik
c.
Merupakan prinsip kebebasan yang rasional di dalam proses pembelajaran tanpa membebani para mahasiswa dengan berbagai perintah atau larangan yang tidak mereka butuhkan.
d.
Menciptakan semangat berkooperasi
e.
Memberi motivasi kepada para peserta didik untuk belajar mandiri untuk melakukan tugas-tugas belajar dan penelitian.
KERANGKA PIKIR
Pengelolaan Prodi PAI Kualitas Input Lembaga
Strategi Pengembangan Prodi PAI Prospek Pengembangan bid. Studi Qur’an-Hadis pada Prodi PAI
- Pengembangan lembaga - Peningkatan Kinerja - Peningkatan SDM yang BerIMTAQ - Diminati Masyarakat