6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merger dan Akuisisi 2.1.1
Pengertian Merger dan akuisisi merupakan dua cara yang lazim dipakai untuk menjalankan strategi. Merger terjadi manakala dua organisasi yang berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu jenis usaha. Akuisisi
terjadi
ketika
sebuah
organisasi
yang
besar
membeli
(mengakuisisi) suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya. Ketika merger atau akuisisi tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, maka dapat disebut pengambilalihan (takeover). Sebaliknya jika diinginkan oleh kedua belah pihak, akuisisi diistilahkan sebagai merger yang bersahabat (friendly merger). (David 2009) 2.1.2
Motif merger dan akuisisi Menurut Brigham dan Houston (2001) menyebutkan terdapat beberapa motif perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi, diantaranya:
1. Sinergi Motif utama dalam sebagian besar merger adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang bergabung. Perusahaan yang melakukan merger berusaha untuk mencapai sinergi, yaitu kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar daripada hasil penjumlahan bagian-bagiannya. Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber: (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis manajemen, pemasaran, produksi, atau distribusi; (2) penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik dari pada analis sekuritas; (3) perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah
merger;
dan
berkurangnya persaingan.
(4)
peningkatan
penguasaan
pasar
akibat
7
2. Pertimbangan pajak Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya sejumlah merger, misalnya perusahaan yang menguntungkan dan termasuk dalam kelompok tarif pajak tertinggi dapat mengambil alih perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian yang besar. Selain itu merger dan akuisisi dapat dipilih sebagai cara untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas berlebih. 3. Pembelian aktiva di bawah biaya penggantian Kadang-kadang perusahaan diambil alih karena nilai penggantian aktivanya yang lebih tinggi daripada nilai pasar perusahaan itu sendiri. Tentu saja, nilai sebenarnya dari setiap perusahaan adalah fungsi daya menghasilkan laba masa depannya, bukan biaya untuk mengganti aktivanya. Jadi, akuisisi harus didasarkan nilai ekonomi aktiva yang diakuisisi, bukan atas biaya penggantinya. 4. Diversifikasi Diversivikasi merupakan salah satu alasan untuk melakukan merger, hal ini karena diversifikasi membantu menstabilkan laba perusahaan sehingga bermanfaat bagi pemiliknya. 5. Insentif pribadi manajer Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada motivasi pribadi daripada analisis ekonomi, begitu juga dengan keputusan merger dan akuisisi. Terkadang ego eksekutif memegang peranan penting dalam keputusan merger dan akuisisi. 2.1.3
Jenis merger Para ekonom mengklasifikasikan merger dan akuisisi menjadi empat jenis (Brigham dan Houston 2001):
1. Merger horizontal Merger horizontal adalah penggabungan dua jenis perusahaan yang menghasilkan jenis produk atau jasa yang sama. Merger ini terjadi apabila perusahaan dalam jenis usaha yang sama saling bergabung, misalnya jika suatu pabrikan komputer mengakuisisi pabrikan lain.
8
2. Merger vertikal Merger vertikal adalah penggabungan atau merger antara satu perusahaan dengan salah satu pemasok atau pelangganya. Contoh merger vertikal adalah pengambilalihan pabrik baja oleh suatu pemasoknya, seperti perusahaan minyak yang mengakuisisi sebuah perusahaan petrokimia yang menggunakan minyak sebagai bahan baku. 3. Merger kongenerik Merger kongenerik adalah penggabungan perusahaan yang bergerak dalam industri umum yang sama tetapi tidak ada hubungan pelanggan dan pemasok diantara keduanya. Merger ini melibatkan perusahaanperusahaan yang berkaitan satu sama lain tetapi bukan merupakan produsen produk yang sama (horizontal) dan juga tidak mempunyai hubungan sebagai produsen pemasok (vertikal). Contoh dari merger jenis ini adalah pengambilalihan Lotus oleh IBM . 4. Merger konglomerat Merger konglomerat adalah penggabungan perusahaan dari industri yang benar-benar berbeda, seperti halnya pengambilalihan Mongtomery oleh Mobil Oil. Penghematan operasi sebagian bergantung pada jenis merger yang terjadi. Pada umumnya merger horizontal dan vertikal memberikan manfaat operasi sinergistik terbesar, untuk itu dalam setiap kejadian perlu untuk mempertimbangkan klasifikasi ekonomi ketika menganalisis merger yang prospektif. 2.2
Analisis Laporan keuangan
2.2.1
Pengertian Harahap
(2004)
mengemukakan
bahwa
laporan
keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahan pada suatu saat tertentu atau suatu jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: neraca atau laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan.
9
Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus kas perusahaan dalam periode tertentu. 2.2.2
Pengertian analisis laporan keuangan Prastowo dan Juliaty (2008) memberi definisi analisis laporan keuangan sebagai suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dalam masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Lebih jauh lagi Prastowo dan Juliaty (2008) menegaskan bahwa disiplin dari suatu analisis terhadap laporan keuangan terletak pada dua landasan pengetahuan, yaitu landasan pemahaman terhadap model-model akuntansi seperti yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan dan landasan penguasaan terhadap alat-alat analisis keuangan.
2.2.3
Tujuan analisis Prastowo dan Juliaty (2008) mengemukakan analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa yang akan datang; sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi, atau masalah lainnya; dan sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Dari semua tujuan tersebut yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, tekanan, dan intuisi; mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakan pada
10
setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti
mengurangi
kebutuhan
akan
penggunaan
pertimbangan-
pertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan tersebut. 2.2.4
Jenis laporan keuangan Jenis
laporan
keuangan
utama
menurut
Harahap
(2004)
diantaranya: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu 2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu 3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Pada laporan ini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode 4. Laporan arus kas. Laporan ini memuat sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode 5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam menentukan harga pokok produksi suatu barang. Dalam hal tertentu harga pokok produksi disatukan dalam harga pokok penjualan. HPPj = HPPd + Persediaaan awal – Persediaan akhir Harga pokok penjualan adalah harga pokok produksi ditambah persediaaan barang awal dikurangi persediaan barang akhir. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 8. Laporan kegiatan keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas. Laporan ini jarang digunakan dan merupakan rekomendasi Trueblood Committee tahun 1974.
11
2.2.5
Metode dan teknik analisis Prastowo dan Juliaty (2008) menyatakan secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu metode analisis horizontal (dinamis) dan metode analisis vertikal (statis). Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun
(periode),
sehingga
dapat
diketahui
perkembangan
dan
kecenderungannya. Metode ini disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda sedangkan disebut analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik analisis yang temasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik perbandingan, analisis trend, analisis sumber dan penggunaan dana, dan analisis perubahan laba kotor. Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama maka disebut metode vertikal. Sedangkan metode ini disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase perkomponen (Common Size), analisis rasio, dan analisis impas. Analisis rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak dipakai dalam praktik. Dalam analisis rasio, hal yang perlu ditekankan adalah arti dan kegunaan dari masing-masing angka rasio tersebut. Ray H. Garrison misalnya mengklasifikasikan analisis rasio menjadi tiga, yaitu rasio investor, rasio jangka pendek, dan rasio kreditor jangka panjang. Agar diperoleh hasil yang optimal, maka analisis terhadap laporan keuangan harus mempunyai fokus yang jelas. Hal ini diharapkan dapat
12
memenuhi kebutuhan umum para pemakai laporan keuangan, analisis laporan keuangan harus difokuskan pada lima area analisis, yaitu menilai likuiditas, struktur modal, return on investment, pemanfaatan aktiva, dan kinerja operasi. Analisis terhadap laporan kinerja keuangan dengan berbagai metode dan teknik analisis serta telah memfokuskan pada area analisis yang jelas akan menghasilkan informasi penting, yaitu informasi mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. 2.2.6
Analisis rasio keuangan
2.2.6.1 Pengertian , tujuan, dan klasifikasi rasio Harahap (2004) menjelaskan rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lain yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Rasio ini menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara satu pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos dan membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Rasio menyediakan profil dari suatu perusahaan, karakteristik ekonomi dan strategi kompetitifnya, juga karakteristik operasional, finansial dan investasinya White et al. (2003).
White et. al. membagi
analisa rasio menjadi empat kategori utama, yaitu: 1. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan dan aset yang dibutuhkan untuk menjaga kesinambungan kegiatan operasi tersebut. Rasio ini dibagi menjadi dua subkategori: a. Short-term (operating) activity, mengukur efisiensi dari penggunaan sumber daya modal jangka pendek. b. Long-term (investment) activity, mengukur efisiensi dari penggunaan investasi modal jangka panjang.
13
2. Rasio likuiditas, membandingkan sumber daya jangka pendek perusahaan terhadap kewajiban jangka pendek perusahaan. 3. Rasio utang jangka panjang dan solvency ratio, mengevaluasi prospek risk dan return perusahaan dalam jangka panjang. 4. Rasio profitabilitas, mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menjaga dan meningkatkan keuntungan. Dibagi menjadi dua subkategori yaitu: a. Return on sales, mengukur hubungan antara biaya dan tingkat penjualan perusahaan. b. Return on investment, mengukur antara keuntungan dan jumlah investasi yang diperlukan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. 2.2.6.2 Keunggulan analisis rasio Menurut Harahap (2004), analisis rasio memiliki keunggulan dibanding dengan teknik analsis lainnya. Keunggulan tersebut adalah: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain 4. Bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score) 5. Menstandarisir size perusahaan 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang 2.3 Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Nugroho 2005). Prosedur
14
yang digunakan pada uji statistik dilandaskan oleh asumsi-asumsi tertentu diantaranya bahwa data harus berdistribusi normal. Selain itu data yang digunakan berupa data kuantitatif dengan skala pengukuran interval dan rasio. Kisaran dari kemungkinan hasil distibusi normal adalah seluruh garis, yaitu semua angka yang terletak diantara -∞ dan +∞. Ekor dari kurva lonceng memiliki panjang tanpa batas kiri dan kanan. (De Fusco et al. 2001)
Gambar 1. Kurva distribusi normal Definisi karakteristik dari distribusi normal menurut De Fusco et al. (2001) diantaranya: 1. Distribusi normal digambarkan oleh dua parameter, yaitu mean µ dan varians σ2. 𝑋~𝑁(µ, σ2 ) …………………………………………………………….(1)
2. Distribusi normal memiliki skewness 0 yang berarti simetris. Distribusi normal mempunyai kurtosis 3 yang berarti yang mengukur puncak, dengan kurtosis yang berlebihan (-3) dianggap 0. Sebagai konsekuensi dari simetri, rata-rata, median, dan semua modus adalah sama untuk variabel acak normal. 3. Kombinasi dari dua atau lebih variasi acak normal juga terdistribusi normal. 2.4 Uji Paired Sample T Test Menurut De Fusco et al. (2001), terdapat tiga jenis uji mengenai hipotesis rata-rata berdasarkan masalahnya: 1. Uji mengenai single mean, digunakan untuk menguji rata-rata populasi dari satu populasi apakah sama, lebih besar, atau lebih kecil dari beberapa nilai hipotesis.
15
2. Uji mengenai perbedaan diantara mean, digunakan untuk menguji sampel yang yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan sampel saling bebas. 3. Uji mengenai perbedaan mean, digunakan untuk menguji dua rata-rata bedasarkan sampel dependen dimana data disusun dalam pengamatan berpasangan dan uji ini disebut dengan uji perbandingan berpasangan atau paired sample t test. Data yang digunakan merupakan data berpasangan dari satu sampel antara sebelum dan sesudah perlakuan tertentu yang kemudian diuji rata-rata perbedaan. De Fusco et al. (2001) merumuskan hipotesis sebagai berikut untuk uji mengenai perbedaan berpasangan dengan sampel dependen. 𝐻0 = 𝜇𝑑 − 𝜇𝑑0 = 0
𝐻1 = 𝜇𝑑 − 𝜇𝑑0 ≠ 0
Untuk menghitung t-statistik atau t-hitung harus ditentukan terlebih dahulu rata-rata perbedaan sample: 1 𝑑̅ = 𝑛 ∑𝑛𝑖=0 𝑑𝑖 ………………………………………………………………..(2)
Dimana n adalah jumlah pasangan pengamatan. Kemudian hitung variasi dengan rumus: 𝑠𝑑2
=
�
𝑛
2
�� �𝑑𝑖 −𝑑
𝑖=0
𝑛−1
…………………………………………………………..…(3)
Hitung standar deviasi dengan mengakarkan nilai variasi: 𝑠𝑑 = �𝑠2𝑑 …………………...………………………………………………..(4) Hitung standar eror dari perbedaan mean dengan rumus: 𝑠𝑑− =
𝑠𝑑
√𝑛
……………………………………..………………………………(5)
Statistik uji yang digunakan untuk pengujian: 𝑡ℎ𝑖𝑡 =
𝑑� − 𝜇𝑑0 𝑠𝑑−
…………….…………………………………………………..(6)
Wilayah kritik dari pengujian, yaitu: 𝑡 < −𝑡∝ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡 > 𝑡∝ ………………………………………………...…(7) 2
2
16
2.5 Penelitian terdahulu Beberapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan diantaranya adalah yang dilakukan Murni Hadingsih (2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa peningkatan dan penurunan yang terjadi pada rasio-rasio keuangan tidak cukup kuat untuk menunjukkan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap rasio keuangan, baik perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan yang diakuisisi. Hal ini dibuktikan dengan tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah merger dan akuisisi dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Payamta dan Setiawan (2004) dalam Murni Hadiningsih (2007) meneliti pengaruh merger dan akuisisi kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun 1990-1996. Dari rasio-rasio keuangan yang terdiri rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas hanya rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Return On Investment, Return On Equity, Net profit margin, Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan. Annisa Meta C. W. (2009) membuktikan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net provit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi. Morck (1990) dalam Ali Riza Pahlevi (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh tujuan manager pengakuisisi terhadap hasil akusisi antara bidder dan target. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 326 akusisi di Amerika Serikat yang dilaksanakan selama periode waktu 1975 sampai 1987. Menurut peneliti (Morck), manager yang buruk akan menghasilkan akusisi yang buruk pula. Alternatifnya manager yang buruk memiliki insentif yang lebih untuk mengakuisisi perusahaan target dengan
17
tujuan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan atau untuk menemukan bisnis baru yang lebih sehat dengan melakukan diversifikasi perusahaan target yang tidak berhubungan (unrelated diversification) dan membeli perusahaan target yang sedang tumbuh guna mengurangi tingkat pengembalian (return) dalam akusisi. Di mana manager yang buruk juga akan menghasilkan keputusan merger dan akuisisi yang buruk pula. Chad Van Mallow (2000) melakukan penelitian untuk menguji pengalaman merger dan akuisisi pada industri jasa keuangan di Amerika Serikat pada tahun 1990-an. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah penggabungan yang telah dilakukan mengakibatkan peningkatan efisiensi operasi. Sebanyak 25 bank terbesar di teliti pada rasio keuangan umum untuk industri jasa keuangan, diantaranya return on equity, return on asset, charge off to loans dan asset growth. Penelitian ini membandingkan kinerja operasi perusahaan selama awal dekade (1991-1993) dengan akhir dekade (19961998). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa bank tidak mengalami peningkatan yang signifikan pada kinerja operasi di seluruh rasio yang umum digunakan pada industri perbankan. Ulku Yaylacicegi (2005) melakukan penelitian mengenai aktivitas merger dan akuisisi pada industri telekomunikasi di Amerika Serikat. Penelitian ini menjelaskan akibat merger dan akuisisi pada industri telekomunikasi menggunakan statistik komunikasi yang umum digunakan pada periode 1988 sampai 2001 dengan menggunakan teknik estimasi analisis data dinamis panel. Penelitian ini menguji efek sinergi dan factor yang mempengaruhi merger dari waktu ke waktu dari segi kinerja keuangan, operasional, dan teknologi yang mengukur keuntungan, pertumbuhan, efisiensi, produkttivitas, skala dan lingkup ekonomi, dan kemajuan teknologi. Dari hasil uji, penelitian ini menemukan bukti bahwa merger dan akuisisi diikuti penurunan laba, kinerja operasional, dan penurunan investasi pada teknologi baru.