II. LANDASAN TEORI
Di antara ragam jenis buku, salah satu jenis buku yang paling penting dan fungsional bagi para pelajar adalah buku teks. Setiap mata pelajaran seharusnya ditunjang oleh minimal satu buku teks. Dengan buku, pelaksanaan pendidikan dapat lebih lancar. Dalam dunia pendidikan, buku teks merupakan sarana yang pokok untuk keberhasilan pembelajaran. Seorang guru erat kaitannya dengan buku teks. Penggunaan buku teks dalam pembelajaran merupakan hal yang penting karena buku teks memberikan dua hal sekaligus yaitu menyediakan materi pelajaran yang akan diajarkan serta mengurutkan materi tersebut dengan sistematis.
Dalam pembelajaran di kelas guru tidak lepas dari buku yang digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran. Selain itu, guru juga dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien melalui sarana buku teks. Siswa pun dalam mengikuti kegiatan belajar akan dapat maksimal dengan menggunakan buku teks.
Keberhasilan pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh penyediaan buku teks yang berkualitas. Buku teks sebagai buku pendukung dalam pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting yaitu karena guru menggunakan buku teks tersebut sebagai acuan dalam membelajarkan materi. Jika kualitas buku teks yang digunakan oleh guru di sekolah baik, besar kemungkinan kualitas pembelajaran
10
yang dilakukan akan baik. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat mempertimbangkan buku yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
2.1 Hakikat Buku Teks Banyak para pakar yang mendefinisikan pengertian dari buku teks. Definisi para pakar tersebut menyatakan Buku teks adalah rekaman pikiran rasional yang disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional (Hall Quest dalam Tarigan, 2009: 12). Bacon (dikutip Tarigan, 2009: 12) mengatakan bahwa buku teks
adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat
disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi. Berbeda dengan Buckingham (dikutip Tarigan, 2009: 12) mengatakan bahwa buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran.
Selain ketiga definisi di atas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Dari beberapa definisi tersebut, di dalam buku Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia (Tarigan, 2009: 13—14) disimpulkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang
11
disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud dan tujuan-tujuan intruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.
2.2 Fungsi Buku Teks Penyusunan buku teks dalam upaya pengembangan pembelajaran di sekolah tidaklah disusun tanpa fungsi yang jelas. Fungsi dan peranan buku teks itu adalah sebagai berikut. 1. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan. 2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana keterampilanketerampilan
ekspresional
diperoleh
di
bawah
kondisi-kondisi
yang
menyerupai kehidupan yang sebenarnya. 3. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi. 4. Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi syaratsyarat tertentu, misalnya harus menarik, menantang, merangsang, bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari buku teks tersebut. 5. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
12
6. Sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan tepat guna. (Green dan Petty dalam Tarigan 2009: 17).
2.3 Kurikulum 2013 Kurikulum merupakan bahan tertulis yang berisi segala kegiatan dan pengalaman belajar, berbagai strategi pembelajaran, alat-alat pembelajaran, dan teknik-teknik penilaian yang diprogramkan dan dilaksanakan secara bersistem oleh suatu lembaga pendidikan dengan maksud untuk mencapai pendidikan tertentu (Husen, 1997: 6).
Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahanperubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Kurikulum juga dapat mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum. Perubahan kurikulum itu berkaitan dengan perubahan dasar-dasarnya, baik mengenai tujun maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu (Nasution, 2008: 251—252).
Kurniasih dan Sani (2014:3) mengatakan bahwa kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum ibarat jantung pendidikan, jika jantung itu berfungsi dengan baik maka keseluruhan badanpun akan berfungsi dengan baik. Demikian dengan kurikulum, Jika kurikulum itu dapat berfungsi dengan baik maka tujuan dan sasaran pendidikan akan tercapai.
Saat ini pemerintah telah menetapkan Kurikulum 2013 sebagai penyempurna dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
13
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
2.4 Buku Teks Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari empat keterampilan berbahasa yaitu berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Dalam Kurikulum 2013, bahasa Indonesia tidak hanya difungsikan sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana berpikir. Bahasa adalah sarana untuk mengekspresikan gagasan, dan sebuah gagasan yang utuh biasanya direalisasikan dalam bentuk teks. Teks dimaknai sebagai ujaran atau tulisan yang bermakna, yang memuat gagasan yang utuh. Dengan asumsi tersebut, fungsi pembelajaran bahasa adalah mengembangkan
kemampuan
memahami
dan
menciptakan
teks
karena
komunikasi terjadi dalam teks atau pada tataran teks. Pembelajaran berbasis teks inilah yang digunakan sebagai dasar pengembangan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia ranah pengetahuan dan keterampilan dalam Kurikulum 2013 (Priyatni, 2014: 37). Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di seluruh jenjang pendidikan. Arah pembelajaran pada semua jenjang pendidikan adalah sama, yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana tercantum dalam kurikulum yang berlaku. Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan teks sebagai sarana pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Pada jenjang SMP/MTS terdapat 14 jenis teks, yaitu teks hasil observasi, teks tanggapan deskriptif, teks eksposisi, teks eksplanasi, teks cerita
14
pendek, teks cerita moral, teks ulasan, teks diskusi, teks cerita prosedur, teks cerita biografi, teks eksemplum, teks tanggapan kritis, teks tantangan, dan teks rekaman percobaan (Permendikbud No.68 Tahun 2013 Tentang Kurikulum SMP-MTS).
2.5 Kualitas Buku Teks Buku teks yang baik, tentu memunyai kriteria-kriteria tertentu. Menurut Greene dan Petty kriteria penilaian buku teks dapat dikatakan berkualitas tinggi adalah sebagai berikut. 1. Buku teks haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang mempergunakannya. 2. Buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya. 3. Buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya. 4. Buku teks itu seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya. 5. Buku teks itu isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya; lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana, sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu. 6. Buku teks itu haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya. 7. Buku teks itu haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa yang memakainya.
15
8. Buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandangan atau “point of view” yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya yang setia. 9. Buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilainilai anak dan orang dewasa. 10. Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa pemakainya. (Grenee dan Petty dalam Tarigan dikutip Husen,1997:187—188). Selain kualitas buku teks yang disampaikan oleh Green dan Petty di atas, buku teks yang dinyatakan layak pakai bagi satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh peraturan menteri. Dalam hal ini, Peraturan Pemerintah (PP) No. 19/2005 pasal 43 ayat 5 menyatakan bahwa “Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri”.
2.6 Penilaian Buku Teks Mengenai pemilihan dan pemakaian buku teks pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan masalah pemilihan dan pemakaian materi pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa buku teks berisi rangkaian materi pembelajaran. Sebagaimana yang terjadi pada pemilihan materi bahan ajar, masalah umum pemilihan buku teks meliputi jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan terhadap materi pembelajaran, kesesuaian dengan kurikulum, dan kekinian. Hal ini harus benar-benar dipahami guru sebelum menjatuhkan pilihan buku teks yang akan dipakai sebagai rujukan pembelajaran. Sebab selama ini ada kecenderungan guru memilih buku teks lebih
16
dititikberatkan pada pertimbangan penampilan buku teks, harga, dan kemudahan atau fasilitas bagi guru.
Ditinjau dari jumlah, jenis, maupun kualitasnya, buku teks yang berada di lapangan sangatlah bervariasi. Sementara itu, buku teks pada umumnya menjadi rujukan utama guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara umum, ada dua kategori buku teks yang beredar saat ini yaitu sebagai berikut. 1. Buku teks yang telah terstandar. 2. Buku teks yang tidak/belum terstandar. Secara legalitas-formal, buku teks yang dianggap standar adalah buku yang telah dinyatakan lulus penilaian oleh Pusat Perbukuan dan/atau Badan Standar Nasional Pendidikan. Tanda kelulusan ini ditandai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Buku yang tidak standar atau belum standar adalah buku teks yang belum mendapat penilaian atau tidak lulus penilaian dari Pusat Perbukuan dan/atau Badan Standar Nasional Pendidikan. Penilaian dalam rangka standardisasi buku teks ini dilakukan secara berkala untuk semua jenis mata pelajaran pada semua tingkat satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK). Dengan demikian, buku-buku yang diedarkan telah memenuhi standar mutu.
Terkait dengan penilaian buku teks, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah mengembangkan instrumen penilaian buku teks. Instrumen ini dipakai untuk menentukan kelayakan sebuah buku teks untuk dapat dikategorikan sebagai buku standar. Menurut BSNP (2007), buku teks yang berkualitas wajib memenuhi empat unsur kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan dan kelayakan kegrafikaan.
17
2.6.1 Penilaian Kelayakan Isi Dalam Standar Isi (SI) KTSP kita mengenal adanya Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang memuat pokok-pokok materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Pada kurikulum 2013 istilah yang dipakai adalah Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) , Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.
KI terdiri dari empat kelompok yang saling terkait, yakni berkaitan dengan sikap keagamaan/spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI 4). KI 1 dan KI 2 tidak diajarkan dalam bentuk materi, melainkan secara tidak langsung (indirect teaching) pada saat siswa mempelajari aspek pengetahuan (KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI 4). KI 1 dan KI 2 ditanamkan melalui keteladanan sikap guru dan lingkungan belajar. Sedangkan KD adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran.
Dalam hal kelayakan isi, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1) kesesuaian uraian materi dengan Kurikulum Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan; (2) keakuratan materi; dan (3) pendukung pembelajaran.
18
2.6.1.1 Kesesuaian Materi dengan KI dan KD Sudah merupakan keharusan sebuah materi yang ada pada sebuah buku teks pelajaran memiliki relevansi yang erat dengan Kurikulum Inti
(KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) sebuah kurikulum yang berlaku saat ini. KI dan KD merupakan dasar penyusunan sebuah materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Kesesuaian KI dan KD ini meliputi dua aspek yaitu kelengkapan materi dan kedalaman materi. 2.6.2.2 Keakuratan Materi Indikator keakuratan materi diarahkan pada sasaran berikut. a. Akurasi Konsep dan Definisi Materi dalam buku teks harus disajikan secara akurat untuk menghindari miskomunikasi yang dilakukan siswa, konsep dan definisi harus dirumuskan dengan tepat untuk mendukung tercapainya KI dan KD. b. Akurasi Prinsip Prinsip yang tersaji dalam buku teks perlu dirumuskan secara akurat agar tidak menimbulkan multi-tafsir bagi siswa. c. Akurasi Prosedur Prosedur harus dirumuskan secara akurat sehingga siswa tidak melakukan kekeliruan secara sistematis. d. Akurasi Contoh, Fakta, dan Ilustrasi Konsep, prinsip, prosedur, atau rumus harus diperjelas dengan contoh, fakta, ilustrasi yang disajikan secara akurat. e. Akurasi Soal Penguasaan siswa atas konsep, prinsip, prosedur, harus dibangun oleh soal-soal yang disajikan secara akurat.
19
2.6.1.3 Materi Pendukung Pembelajaran Menurut Masnur Muslih (2010: 295), indikator materi pendukung pembelajaran diarahkan pada hal-hal berikut. a. Kesesuaian dengan Perkembangan Ilmu dan Teknologi Materi (termasuk contoh dan latihan) yang terdapat dalam buku teks harus sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. b. Keterkinian Fitur, Contoh, dan Rujukan Fitur (termasuk uraian, contoh, dan latihan) mencerminkan peristiwa atau kondisi terkini. Keterkinian ini terlihat pada sumber atau rujukan yang digunakan. c. Penalaran (Reasoning) Penalaran berperan pada saat siswa harus membuat kesimpulan. Oleh karena itu, materi dalam buk teks perlu memuat uraian, contoh, tugas, pertanyaan, atau soal latihan yang mendorong siswa untuk secara runtut membuat kesimpulan yang valid. d. Pemecahan Masalah (Problem Solving) Pemecahan masalah meliputi memahami masalah, merancang model, memecahkan model, memeriksa hasil (mencari solusi yang layak) dan menafsirkan solusi yang diperoleh. e. Keterkaitan Antar-konsep Keterkaitan antar-konsep dalam buku teks dapat dimunculkan dalam uraian atau contoh. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam membangun jaringan pengetahuan yang utuh. f. Komunikasi (Write dan Talk)
20
Materi dalam buku teks hendaknya memuat contoh atau latihan untuk mengomunikasikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis untuk memperjelas keadaan atau masalah yang sedang dipelajari. g. Penerapan (Aplikasi) Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, contoh, atau soal-soal yang menjelaskan penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar siswa dalam menerapkan dalam kehidupan nyata setiap konsep yang dipelajari. h. Kemenarikan Materi Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, strategi, gambar, foto, cerita sejarah, atau soal-soal menarik yang dapat menimbulkan minat siswa untuk mengkaji lebih jauh. i. Mendorong untuk Mencari Informasi Lebih Jauh Materi dalam buku teks hendaknya memuat tugas-tugas yang mendorong siswa untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari berbagai sumber. j. Materi Pengayaan (Enrichment) Materi dalam buku teks sebaiknya menyajikan uraian, contoh-contoh atau soal pengayaan yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan sehingga sajian materinya lebih luas dari materi yang dituntut KD.
2.6.2 Penilaian Kelayakan Penyajian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Hasan Alwi, 2000 : 979) penyajian adalah proses, cara, perbuatan menyajikan, pengaturan penampilan. Dalam hal kelayakan penyajian, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1) teknik
21
penyajian; (2) penyajian pembelajaran; dan (3) kelengkapan penyajian. Berikut ini penjelasan dari masing-masing indikator kelayakan penyajian.
2.6.2.1 Teknik Penyajian Dalam hal teknik penyajian, Masnur Muslich dalam bukunya yang berjudul “Text Book Writing” mengemukakan beberapa indikator teknik penyajian buku teks. Menurut Masnur Muslich (2010: 297—298), indikator teknik penyajian buku teks diarahkan pada hal-hal berikut. a. Sistematika penyajian 1. Setiap bab dalam buku teks minimal memuat pembangkit motivasi, pendahulu, dan isi. 2. Pembangkit motivasi dapat disajikan dalam bentuk gambar, ilustrasi, foto, sejarah, susunan kalimat, atau contoh penggunaan dalam kehidupan seharihari yang sesuai dengan topik yang disajikan. 3. Pendahulu minimal memuat materi prasyarat yang diperlukan oleh siswa untuk memahami pokok bahasan yang akan disajikan. 4. Isi memuat hal-hal yang tercakup dalam subkomponen kelayakan isi. b. Keruntutan Penyajian 1. Penyajian dalam buku teks sesuai dengan alur berpikir induktif dan deduktif. 2. Penyajian alur berpikir induktif (khusus ke umum) untuk membuat kesimpulan dari suatu fakta dan data. 3. Penyajian alur berpikir deduktif (umum ke khusus) untuk menyatakan kebenaran suatu proporsi. Konsep disajikan dari yang mudah ke yang sukar,
22
dari yang sederhana ke yang kompleks, atau dari yang informal ke yang formal sehingga siswa dapat mengikutinya dengan baik. 4. Materi prasyarat disajikan mendahului materi pokok sehingga siswa dapat memahami materi pokok dengan baik. c. Keseimbangan Antar-bab Uraian substansi antar-bab (tercermin dalam jumlah halaman) tersaji secara proposional dengan tetap mempertimbangkan KI dan KD. Uraian substansi antarsubbab dalam bab (tercermin dalam jumlah halaman) juga tersaji secara proposional dengan mempertimbangkan KD yang ingin dicapai.
2.6.2.2 Penyajian Pembelajaran Menurut Masnur Muslich (2010: 299—301) indikator penyajian pembelajaran dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Berpusat pada Siswa Penyajian materi dalam buku teks bersifat interaktif dan partisipatif sehigga memotivasi siswa untuk belajar mandiri, misalnya dengan menggunakan petanyaan-pertanyaan, gambar yang menarik, kalimat-kalimat ajakan, dan sebagainya. b. Mengembangkan Keterampilan Proses Penyajian dan pembahasan dalam buku teks lebih menekankan pada keterampilan proses (berpikir dan psikomotorik) sesuai dengan kata kerja operasional pada KI dan KD, bukan hanya pada perolehan hasil akhir. c. Memerhatikan Aspek Keselamatan Kerja 1. Kegiatan yang disajikan untuk mengembangkan keterampilan proses aman dilakukan oleh siswa. Bahan, peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan yang
23
dilakukan tidak mengandung bahaya bagi siswa. Apabila ada risiko bahaya, maka perlu ada petunjuk yang jelas.
2. Observasi, Investigasi, Eksplorasi atau Inkuiri a. Sajian materi dalam buku teks memuat tugas observasi, investigasi, eksplorasi atau inkuiri. b. Observasi dilakukan untuk mengenal, mendeteksi pola, fenomena yang sama/berulang, atau ciri-ciri untuk membangun pengetahuan siswa secara informal. c. Investigasi adalah suatu aktivitas dalam memecahkan masalah, yang berpeluang memiliki lebih dari satu jawaban. d. Eksplorasi adalah kegiatan yang diawali dengan masalah, pengumpulan data, atau informasi, analisis data, dan diakhiri dengan penyimpulan. e. Inkuiri
adalah
suatu
proses
menyusun
pertanyaan-pertanyaan
dan
mengumpulkan data yang relevan serta memuat kesimpulan berdasarkan data tersebut.
3. Masalah Kontekstual a. Materi dalam buku menyajikan masalah kontekstual yang akrab, menarik, atau bermanfaat bagi siswa. b. Masalah kontekstual sedapat mungkin dimunculkan pada bagian awal sajian dengan maksud untuk memfasilitasi penemuan konsep, prinsip, atau prosedur. c. Masalah tersebut dapat pula disajikan di bagian akhir sebagai uji pemahaman, ilustrasi aplikasi, atau generalisasi.
24
4. Menumbuhkan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Inovatif a. Penyajian materi dalam buku teks memuat masalah yang dapat merangsang tumbuhnya pemikiran kritis, kreatif, atau inovatif. b. Sajian materi yang dapat menumbuhkan berpikir kritis adalah sajian materi yang membuat siswa tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, atau tajam analisisnya dalam menguji kebenaran jawaban. c. Sajian materi yang dapat menumbuhkan kreativitas siswa ditandai oleh dimilikinya daya cipta siswa yang tinggi atau kemampuan siswa dalam mencipta. d. Sajian materi yang dapat menumbuhkan inovasi siswa ditandai oleh adanya pembaruan atau kreasi baru dalam gagasan atau metode penyajian.
5. Memuat Hands-on Activity a. Penyajian dalam teks hendaknya memuat hands-on activity yang merupakan bagian dari upaya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan dan mengidentifikasi. b. Aktivitas ini dapat memacu siswa untuk berinteraksi dan mengomunikasikan gagasan yang sedang dipelajari. c. Aktivitas ini berupa kegiatan nyata yang antara lain meliputi mengidentifikasi, memotong atau menggunting, memasangkan, atau menyusun benda sehingga terbentuk pola atau keteraturan yang merupakan sifat, rumus, atau teorema.
6. Variasi Penyajian a. Materi disajikan dengan berbagai metode agar tidak membosankan, misalnya deduktif (umum ke khusus), induktif (khusus ke umun). Demikian pula
25
digunakan berbagai jenis ilustrasi (gambar, foto, grafik, tabel, atau peta) untuk mendukung materi yang disajikan. b. Untuk ilustrasi-ilustrasi yang dilindungi, harus dicantumkan sumbernya.
2.6.2.3 Kelengkapan Penyajian Indikator kelengkapan penyajian dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut. a. Bagian Pendahuluan Menurut Iyan WB (2007: 18) secara sederhana, pendahuluan dapat diartikan sebagai pengantar dan pembuka isi buku. Pendahuluan dapat memberikan pengenalan kepada pembaca tentang materi yang akan dibahas di dalam buku sedangkan Masnur Muslich (2010: 302) pada bagian awal buku teks terdapat prakata, petunjuk penggunaan dan daftar isi dan/atau daftar simbol atau notasi. 1. Prakata memuat secara umum isi buku yang dibahas. 2. Petunjuk penggunaan memuat penjelasan tujuan, isi buku, serta petunjuk pemakaian buku bagi siswa untuk mempelajarinya. 3. Daftar isi memberikan gambaran mengenai isi buku yang diikuti dengan nomor halaman kemunculan. 4. Daftar simbol atau notasi merupakan kumpulan simbol atau notasi beserta penjelasannya yang dilengkapi dengan nomor halaman kemunculan simbol atau notasi dan disajikan secara alfabetis.
b. Bagian Isi Bagian isi merupakan inti dari sebuah buku. Oleh karena itu, bagian isi harus disusun secara terpadu dengan bagian lainnya. Penyajian materi dalam buku teks dilengkapi dengan gambar, ilustrasi, tabel, rujukan/sumber acuan, soal latihan
26
bervariasi dan bergradasi, atau rangkuman setiap bab. Menurut Masnur Muslich (2010: 302) dijelaskan sebagai berikut. 1. Gambar, ilustrasi, atau tabel disajikan dengan jelas, menarik, dan sesuai dengan topik yang disajikan sehingga materi lebih mudah dipahami oleh siswa. Teks, tabel, dan gambar yang bukan buatan sendiri (dikutip dari sumber lain) harus menyebutkan rujukan atau sumber acuan. 2. Rujukan atau sumber acuan dapat langsung disebutkan atau disertakan dalam daftar rujukan atau sumber. 3. Penyajian setiap bab atau subbab memuat soal latihan bervariasi dengan tingkat kesulitan bergradasi secara proposional yang dapat membantu menguatkan pemahaman konsep atau prinsip. Penyajian setiap bab atau subbab memuat soal latihan bervariasi dengan tingkat kesulitan bergradasi, secara proposional yang dapat membantu menguatkan pemahaman konsep atau prinsip. Tingkat pertanyaan berdasarkan kata kunci pertanyaan menurut Kurniasih dan Sani (2014: 48-51) terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat kognitif yang lebih rendah dan tingkat kognitif yang lebih rendah. Berikut ini adalah tabel tingkat prtanyaan. Tabel 2.1 Tingkat Pertanyaan No. 1.
Tingkatan Kognitif yang lebih rendah
Subtingkatan Pengetahuan
Pemahaman
Kata-Kata Kunci Pertanyaan Apa... Siapa... Kapan... Di mana... Sebutkan... Jodohkan atau pasangkan... Persamaan kata... Golongkan... Berikanlah nama... Dll. Terangkanlah... Bedakanlah...
27
Penerapan
2.
Kognitif yang lebih tinggi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Terjemahkanlah... Simpulkanlah... Bandingkan... Ubahla... Berikanlah iterpretasi... Gunakanlah... Tunjukanlah... Buatlah... Demonstrasikanlah... Carilah hubungan... Tulislah contoh... Siapkanlah... Klasifikasikanlah... Analisislah... Kemukakanlah buktibukti... Mengapa... Identifikasikanlah... Tunjukanlah sebabnya... Berilah alasan... Ramalkanlah... Bentuklah... Ciptakanlah... Susunlah... Rancanglah... Tulislah... Bagaimana kita dapat memecahkan... Apa yang terjadi seandainya... Bagaimana kita dapat memperbaiki... Kembangkanlah... Berilah pendapat... Alternatif mana yang lebih baik... Setujukah anda... Kritiklah... Berilah alasa... Nilailah... Bandingkanlah... Bedakanlah...
Sumber: Kurniasih dan Sani (2014: 48-51) 4. Rangkuman merupakan kumpulan konsep kunci, bab yang dinyatakan dengan kalimat ringkas dan bermakna, serta memudahkan siswa untuk memahami isi
28
bab. Rangkuman ini dapat disajikan pada akhir setiap bab agar siswa dapat mengingat kembali hal-hal penting yang telah dipelajari.
c. Bagian Penyudah Bagian penyudah merupakan bagian akhir sebuah buku sebelum sampul belakang. Keberadaan bagian penyudah di dalam buku, tidak dapat dipisahkan dari bagian sebelumnya. Pada akhir buku teks terdapat daftar pustaka, indeks subjek, daftar istilah (glosarium), atau petunjuk pengerjaan/jawaban soal latihan terpilih. Apabila tidak terdapat di awal buku, daftar simbol atau notasi dapat dicantumkan pada akhir buku. Masnur Muslich (2010: 303) mengemukakan hal-hal sebagai berikut. 1. Daftar pustaka menggambarkan bahan rujukan yang digunakan dalam penulisan buku dan ditulis secara konsisten. Setiap pustaka yang dibuat diawali dengan nama pengarang (disusun secara alfabetis), tahun terbit, judul buku, tempat, dan nama penerbit. 2. Indeks subjek merupakan kumpulan kata penting, antara lain objek materi sajian, nama tokoh,
atau pengarang, yang diikuti dengan nomor halaman
kemunculan dan disajikan secara alfabetis. 3. Daftar istilah merupakan kumpulan istilah penting beserta penjelasannya yang dilengkapi dengan nomor halaman kemunculan istilah yang disajikan secara alfabetis. 4. Petunjuk pengerjaan (hint) atau jawaban soal latihan terpilih disajikan pada akhir suatu bahasan, atau akhir buku disertakan.
29
Tabel 2.2 Kriteria Kelayakan Penyajian Buku Teks Indikator 1. Teknik Penyajian
Sub Indikator a. Sistematika Penyajian
b. Keruntutan Penyajian c. Keseimbangan Antar-bab
2. Penyajian Pembelajaran
a. Berpusat Pada Siswa
b. Mengembangkan Keterampilan Proses
c. Memerhatikan Aspek Keselamatan
Deskriptor 1) Pada awal bab dalam buku teks minimal memuat pembangkiatan motivasi yang disajikan dalam bentuk gambar. 2) Pada awal bab dalam buku teks minimal memuat pembangkiatan motivasi yang disajikan dalam uraian. 3) Setiap bab dalam buku teks minimal memuat pendahulu. Pendahulu minimal memuat materi prasyarat yang diperlukan oleh siswa untuk memahami pokok bahasan yang akan disajikan dalam bentuk tujuan pembelajaran. 4) Isi memuat kesesuain uraian materi dengan KI dan KD yang menjadi tujuan pembelajaran. 1) Penyajian dalam buku teks sesuai alur berpikir deduktif atau induktif. 1) Uraian substansi antar-bab (tercermin dalam jumlah halaman) tersaji secara proporsional dengan tetap mempertimbangkan KI dan KD. 2) Uraian substansi antarsubbab dalam bab (tercermin dalam jumlah halaman) juga tersaji secara proporsional dengan mempertimbangkan KD yang ingin dicapai. 1) Penyajian materi dalam buku teks bersifat interaktif dan partisipatif dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. 2) Penyajian materi dalam buku teks memuat kegiatan kelompok. 1) Penyajian dan pembahasan dalam buku teks lebih menekankan pada keterampilan proses berfikir dan psikomotorik) sesuai dengan kata kerja operasional pada KI dan KD, bukan hanya pada perolehan hasil akhir. 1) Kegiatan (observasi, inquiri, eksplorasi atau sebagainya) yang disajikan untuk mengembangkan
30
Kerja
3. Kelengkapan Penyajian
keterampilan proses aman dilakukan oleh siswa. Bahan, peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan yang dilakukan tidak mengandung bahaya dan logis dilakukan oleh siswa. 2) Materi dalam buku menyajikan masalah kontekstual yang akrab, menarik atau bermanfaat bagi siswa yang disajikan baik pada awal materi maupun akhir. 3) Variasi Penyajian Materi disajikan dengan berbagai metode agar tidak membosankan, misalnya deduktif (umum ke khusus), induktif (khusus ke umum).
1) Bagian Pendahuluan
1) Pada bagian awal buku teks terdapat prakata 2) Terdapat petunjuk penggunaan. 3) Terdapat daftar isi 4) Terdapat dan/atau daftar tabel, gambar, simbol atau notasi.
2) Bagian isi
1) Penyajian materi dalam buku teks yang memuat gambar, ilustrasi, atau tabel disertai rujukan atau sumber acuan. 2) Penyajian materi setiap subbab/ bab dilengkapi soal latihan. Bervariasi dengan tingkat kesulitan bergradasi.
5) Bagian Penyudah
Sumber : Muslich ( 2010: 297—303)
3) Penyajian materi dalam buku teks dilengkapi rangkuman setiap bab. 4) Petunjuk pengerjaan (hint) atau jawaban soal terpilih disajikan pada akhir suatu bab, akhir suatu bahasan, atau akhir buku disertakan. 1) Pada akhir buku teks terdapat daftar pustaka 2) Buku teks terdapat halaman indeks, 3) Buku teks terdapat daftar istilah (glosarium). 4) Buku teks terdapat jawaban soal terpilih
31
2.6.3 Penilaian Kelayakan Bahasa Dalam hal kelayakan bahasa, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1) kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa; (2) pemakaian bahasa yang komunikatif; dan (3) pemakaian bahasa memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur perpikir.
2.6.3.1 Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Siswa Menurut Masnur Muslich (2010: 304) indikator pemakaian bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa diarahkan pada hal-hal berikut. a. Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Intelektual Bahasa yang digunakan dalam buku teks untuk menjelaskan konsep atau aplikasi konsep atau ilustrasi sampai dngan contoh yang abstrak sesuai dengan tingkat intelektual siswa (yang secara imajinatif dapat dibayangkan oleh siswa). b. Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Sosial Emosional Bahasa yang digunakan dalam buku teks sesuai dengan kematangan sosial emosional siswa dengan ilustrasi yang menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan terdekat (lokal) sampai dengan lingkungan global.
2.6.3.2 Kekomunikativan Bahasa Masnur Muslich (2010: 304—305) menyebutkan bahwa indikator pemakaian bahasa yang komunikatif diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Keterbacaan Pesan Pesan dalam buku teks disajikan dengan bahasa menarik, jelas, tepat sasaran, tidak menimbulkan makna ganda (menggunakan kalimat efektif), dan lazim dalam
32
komunikasi tulis bahasa Indonesia sehingga mendorong siswa untuk mempelajari buku tersebut secara tuntas. b. Ketepatan kaidah bahasa Kata dan kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengacu pada kaidah bahasa Indonesia, ejaan yang digunakan mengacu pada pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep, prinsip, asas, atau sejenisnya harus tepat makna dan konsisten.
2.6.3.3 Keruntutan dan Keterpaduan Alur Pikir Masnur Muslich (2010: 305) menyebutkan bahwa indikator keruntutan dan keterpaduan alur pikir dalam pemakaian bahasa diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Keruntutan dan Keterpaduan Antar-bab Penyampaian pesan antara satu bab dan bab lain yang berdekatan dan antarsubbab dalam bab mencerminkan hubungan yang logis. b. Keruntutan dan Keterpaduan Antar-paragraf c. Penyampaian pesan antarparagraf yang berdekatan dan antarkalimat dalam paragraf mencerminkan hubungan logis.
2.6.4 Penilaian Kelayakan Kegrafikaan Dalam hal kelayakan kegrafikaan, ada tiga indikator yang harus diperhatikan dalam buku teks, yaitu (1) ukuran buku; (2) desain buku; dan (3) desain isi buku. 2.6.4.1 Ukuran Buku Indikator ukuran diarahkan pada hal-hal berikut. a. Kesesuaian Ukuran Buku dengan Standar ISO
33
1. Ukuran buku teks adalah A4 (210 x 297 mm), A5 (148 x 210 mm) dan B5 (176 x 250 mm). 2. Toleransi perbedaan ukuran antara 0—20 mm. b. Kesesuaian Ukuran dengan Materi Isi Buku Pemilihan ukuran buku teks perlu disesuaikan dengan materi isi buku berdasarkan bidang studi tertentu. Hal ini akan memengaruhi tata letak bagian isi dan jumlah halaman buku. (Masnur Muslich, 2010: 306)
2.6.4.2 Desain Kulit Buku Indikator desain kulit buku diarahkan pada hal-hal berikut. a. Tata Letak 1. Penampilan unsur tata letak pada kulit muka, belakang, dan punggung secara harmonis memiliki irama dan kesatuan serta konsisten. a. Desain kulit muka, belakang, dan punggung merupakan kesatuan yang utuh. b. Elemen warna, ilustrasi, dan tipografi ditampilkan secara harmonis dan saling terkait satu sama lainnya. c. Adanya kesesuaian dalam penempatan unsur tata letak pada bagian kulit maupun isi buku berdasarkan pola yang telah ditetapkan dalam perencanaan awal buku. 2. Penampilan pusat pandang (center point) yang baik. Sebagai daya tarik awal dari buku yang ditentukan oleh ketepatan dalam penempatan unsur/materi desain yang ingin ditampilkan atau ditonjolkan di antara unsur/materi desain lainnya sehingga memperjelas tampilan teks maupun ilustrasi dan elemen dekoratif lainnya.
34
3. Komposisi dan ukuran unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll.), proporsional, seimbang,dan seirama dengan tata letak isi (sesuai pola). Adanya keseimbangan unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll.) dan ukuran unsur tata letak (tipografi, ilustrasi, dan unsur pendukung lainnya, seperti kotak, lingkaran, dan elemen dekoratif lainnya) secara proporsional dengan ukuran buku. 4. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi tertentu. Memperhatikan tampilan warna secara keseluruhan yang dapat memberikan nuansa tertentu dan dapat memperjelas materi/isi buku. 5. Menempatkan unsur tata letak konsisten dalam satu seri. Tidak ada perbedaan antar penampilan desain kulit buku (tipografi, pola, dan irama) dalam satu serial buku.
b. Tipografi Kulit Buku 1. Huruf yang digunakan menarik dan mudah dibaca. 2. Ukuran huruf judul buku lebih dominan dan proporsional dibandingkan (ukuran buku, nama pengarang, dan penerbit). Judul buku harus dapat memberikan informasi secara cepat tentang materi isi buku berdasarkan bidang studi tertentu. 3. Warna judul buku kontras dengan warna latar belakang. Judul buku ditampilkan lebih menonjol daripada warna latar belakangnya.
c. Penggunaan Huruf 1. Tidak menggunakan terlalu banyak kombinasi jenis huruf. Menggunakan dua jenis huruf agar lebih komunikatif dalam menyampaikan
35
informasi. Untuk membedakan dan mendapatkan kombinasi tampilan huruf, dapat menggunakan variasi dan seri huruf. 2. Tidak menggunakan huruf hias dan jenis huruf sesuai dengan huruf isi buku. (Masnur Muslich, 2010: 306—308)
2.6.4.3 Desain Buku Indikator desain buku diarahkan pada hal-hal berikut. a. Pencerminan Isi Buku 1. Menggambarkan isi/materi ajar dan mengungkapkan karakter objek Dapat dengan cepat memberikan gambaran tentang materi ajar tertentu dan secara visual dapat mengungkapkan jenis ilustrasi yang ditampilkan berdasarkan materi ajarnya. 2. Bentuk, warna, ukuran, dan proporsi objek sesuai realita Ditampilkan sesuai dengan bentuk, warna, dan ukuran ojeknya sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran maupun pengertian siswa. Kemudian warna yang digunakan sesuai sehingga tidak menimbulkan salah pemahaman dan penafsiran. 3. Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola Penempatan unsur tata letak (judul, daftar ilustrasi, dll.) pada setiap awal bab konsisten. Penempatan unsur tata letak pada setiap halaman mengikuti pola,tata letak dan irama yang telah ditetapkan. 4. Pemisahan antarparagraf jelas Susunan teks pada akhir paragraf terpisah dengan jelas, dapat berupa jarak (pada susunan teks rata kiri-kanan/blok) ataupun dengan inden (pada susunan teks dengan alenia).
36
5. Tidak ada widow atau orphan Jumlah baris minimal tiga baris pada paragraf akhir susunan teks yang terpisah dengan halaman berikutnya.
b. Keharmonisan Tata Letak 1. Bidang cetak dan marjin proporsional Penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, teks, ilustrasi, keterangan gambar, dan nomor halaman) pada bidang cetak secara proporsional. 2. Margin dua halaman yang berdampingan proporsional Susunan tata letak halaman genap berpengaruh terhadap tata letak halaman ganjil di sebelahnya, mengacu pada prinsip dua halaman dan terbuka (centered spread). 3. Spasi antara teks dan ilustrasi sesuai Merupakan kesatuan tampilan antara teks dengan ilustrasi dalam satu halaman.
c. Kelengkapan Tata Letak 1. Judul bab, subjudul bab, dan angka halaman/folios a. Judul bab ditulis secara lengkap disertai dengan angka bab (Bab I, Bab II, Bab III, dst.). b. Penulisan subjudul dan sub-subjudul disesuaikan dengan hierarki penyajian materi ajar. c. Penempatan nomor halaman disesuaikan dengan pola tata letak. 2. Ilustrasi dan keterangan gambar (caption) a. Mampu memperjelas penyajian materi, baik dalam bentuk, ukuran yang proporsional, maupun warna yang menarik sesuai objek aslinya.
37
b. Keterangan gambar/legenda ditempatkan berdekatan dengan ilustrasi dengan ukuran lebih kecil daripada huruf teks.
d. Daya Pemahaman Tata Letak 1. Penempatan hiasan/ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul, teks, dan angka halaman. Menempatkan hiasan/ilustrasi pada halaman sebagai latar belakang jangan sampi mengganggu kejelasan dan penyampaian informasi pada teks sehingga dapat menghambat pemahaman siswa. 1. Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan gambar tidak mengganggu pemahaman. Judul, subjudul, ilustrasi, dan keterangan gambar ditempatkan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan sehingga tidak menimbulkan salah interpretasi terhadap materi yang disampaikan.
e. Tipografi Isi Buku 1. Kesederhanaan a. Tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf Maksimal menggunakan dua jenis huruf sehingga tidak mengganggu peserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan. Untuk membedakan unsur teks, dapat mempergunakan variasi dan seri huruf dari suatu keluarga huruf. b. Tidak menggunakan jenis huruf hias/dekoratif Akan mengurangi tingkat keterbacaan susunan teks. c. Penggunaan variasi huruf (bold, italic, all capital, dan small capital) tidak berlebihan
38
Digunakan untuk membedakan jenjang/hierarki judul, dan subjudul, serta memberikan tekanan pada susunan teks yang dianggap penting dalam bentuk tebal/miring. 2. Daya Keterbacaan a. Jenis huruf sesuai dengan isi materi Disesuaikan dengan materi bidang studi. b. Lebar susunan teks antara 45—75 karakter (sekitar 5—11 kata) Sangat mempengaruhi tingkat keterbacaan susunan teks. Jumlah perkiraan tersebut di atas termasuk tanda baca, spasi antarkata, dan angka. c. Spasi antarbaris susunan teks normal Jarak normal yang dapat digunakan antarbaris susunan teks berkisar antara 10%—140 %. d. Spasi antarhuruf (kerning) normal Mempengaruhi tingat keterbacaan susunan teks (tidak terlalu rapat atau terlalu renggang). 3. Daya Kemudahan Pemahaman a. Jenjang/hierarki judul-judul jelas, konsisten, dan proporsional Menunjukkan urutan/hierarki susunan teks secara berjenjang sehingga mudah dipahami. Hierarki susunan teks dapat dibuat dengan perbedaan yang jenis huru, ukuran huruf, dan variasi huruf (bold, italic, all capital, dan small capital). Hierarki judul
ditampilkan secara proporsional dan tidak
menggunakan peredaan ukuran huruf yang terlalu mencolok. b. Tidak terdapat alur putih dalam susunan teks Perlu dihindari agar tidak mengganggu keterbacaan susunan teks. c. Tanda pemotongan kata (hyphenation)
39
Pemotong kata lebih dari dua baris akan mengganggu keterbacaan susunan teks.
f. Ilustrasi Isi Ilustrasi merupakan gambar untuk membantu memperjelas isi buku dan memperjelas gagasan penulis. Ilustrasi isi dalam buku teks berkaitan dengan daya pemerjelas dan mempermudah pemahaman serta kedayatarikan ilustrasi isi. 1. Daya Pemerjelas dan Mempermudah Pemahaman a. Mampu mengungkapkan makna/arti dari objek. Berfungsi untuk memperjelas materi/teks sehingga mampu menambah pemahaman dan pengertian peserta didik pada informasi yang disampaikan. b. Bentuk akurat dan proporsional sesuai dengan kenyataan. Bentuk dan ukuran ilustrasi harus realistis dan secara rinci dapat memberikan gambaran yang akurat tentang objek yang dimaksud. Bentuk ilustrasi harus proporsional sehingga tidak menimbulkan salah tafsir peserta didik pada objek yang sesungguhnya.
2. Kedayatarikan Ilustrasi Isi a. Keseluruhan ilustrasi serasi Ditampilkan secara serasi dengan unsur materi/isi buku (judul, subjudul, teks, dan keterangan gambar) pada seluruh halaman. b. Goresan garis dan raster tegas dan jelas Menghindari salah pemahaman atau kurang kejelasan dari ilustrasi yang ditampilkan.
40
c. Kreatif dan dinamis Menampilkan ilustrasi dari berbagai sudut pandang tidak hanya ditampilkan dalam tampak depan dan mampu divisualisasikan secara dinamis yang dapat menambah kedalaman pemahaman dan pengertian peserta didik. (Masnur Muslich, 2010: 308—312)