BAB II LANDASAN TEORI
II.A. MAKNA HIDUP II.A.1. Definisi Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Makna hidup berada dalam kehidupan manusia itu sendiri dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. Makna hidup apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan demikian berarti dan berharga (Bastaman, 2007). Makna merupakan pengalaman dalam menghadapi suatu situasi dalam kehidupan, menemukan sesuatu yang unik dan berkomitmen pada diri sendiri ketika menjalani tugas kehidupan (Frankl, 1984). Makna hidup dapat berbeda antara manusia yang satu dengan yang lain dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Makna hidup secara umum bukan hal yang penting, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu (Frankl, 2004).
II.A.2. Karakteristik Makna Hidup Menurut Bastaman (1996), untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai makna hidup perlu diungkapkan mengenai karakteristik makna hidup, yaitu:
23
Universitas Sumatera Utara
1. Unik dan Personal Bagi seseorang sesuatu yang dianggap berarti belum tentu juga berarti bagi orang lain. Bahkan sesuatu dianggap penting dan berarti bagi seseorang pada saat ini, belum tentu sama pentingnya di waktu yang lain. Dalam hal ini, makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya biasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang lain dan mungkin dapat berubah setiap waktu. 2. Spesifik dan Konkrit Makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata seharihari. Makna hidup tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealistis, prestasi-prestasi akademis yang tinggi, atau hasil-hasil renungan filosofis yang kreatif. 3. Memberi Pedoman dan Arah Makna hidup sifatnya memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatankegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang dan mengundang seseorang untuk memenuhinya. Jika makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Selain itu juga akan membuat kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang menjadi lebih terarah.
II.A.3. Komponen-komponen Makna Hidup Bastaman (1996) menyatakan komponen-komponen yang menentukan berhasilnya perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna adalah:
24
Universitas Sumatera Utara
1. Pemahaman Diri (self insight) Pemahaman diri yaitu meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik. 2. Makna Hidup (the meaning of life) Makna hidup yaitu nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatan-kegiatannya. 3. Pengubahan Sikap (changing attitude) Pengubahan sikap dari yang pada awalnya tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi, kondisi hidup dan musibah yang tak terelakkan. 4. Keikatan Diri (self commitment) Keikatan diri terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan. 5. Kegiatan Tearah (directed activities) Kegiatan tearah yaitu upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi pribadi yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. 6. Dukungan Sosial (social support) Dukungan sosial yaitu hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi bantuan pada saat-saat diperlukan. Beberapa komponen makna hidup yang telah disebutkan di atas, digunakan untuk melihat pada pecandu alkohol wanita yang merupakan subjek
25
Universitas Sumatera Utara
penelitian, telah memiliki salah satu ataupun seluruh komponen tersebut. Jika pecandu alkohol wanita yang menjadi subjek penelitian telah memiliki seluruh komponen makna hidup, maka pecandu alkohol wanita tersebut sudah menghayati hidup yang bermakna.
II.A.4. Tahapan Pencapaian Makna Hidup Proses keberhasilan seseorang dalam mencapai makna hidup adalah urutan pengalaman dan tahap-tahap kegiatan seseorang dalam mengubah penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna. Proses keberhasilan merupakan suatu konstruksi teoritis dimana realitasnya tidak mungkin mengikuti suatu urutan tertentu secara tepat. Bastaman (1996) menguraikan tahapan dalam penemuan makna hidup berdasarkan urutannya. yaitu: 1. Tahap Derita (peristiwa tragis dan penghayatan tanpa makna). Dalam tahap ini, individu mengalami pengalaman-pengalaman tragis sehingga hidupnya terasa tak bermakna. 2. Tahap Penerimaan Diri (pemahaman diri dan pengubahan sikap). Dalam tahap ini individu mendapat pemahaman diri dan terdorong untuk mengubah sikap. 3. Tahap Penemuan Makna Hidup (penemuan makna hidup dan penentuan tujuan hidup). Tahap ini merupakan tahap dimana individu berhasil menemukan suatu makna. 4. Tahap Realisasi Makna (keikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna hidup).
26
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap keempat individu mengalami tahap realisasi makna dimana individu merasakan keikatan diri dan menjadikannya terarah dalam berperilaku. 5. Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan bermakna dan kebahagiaan). Pada tahap terakhir, individu benar-benar mampu menghayati makna hidupnya dan menghantarkannya pada kebahagiaan. Pecandu alkohol wanita yang sebagai subjek penelitian ini akan dilihat sampai tahap mana proses yang dilakukan untuk mencapai makna hidup. Jika sudah berada di tahap terakhir atau tahap 5 maka pecandu alkohol wanita tersebut sudah memiliki makna hidup.
II.A.5. Sumber Makna Hidup Menurut Bastaman (1996) makna hidup memiliki beberapa nilai yang menjadi sumber makna hidup bagi seseorang, yaitu: 1. Nilai-nilai Kreatif (creative values) Nilai ini intinya adalah memberikan sesuatu yang berharga dan berguna pada kehidupan. Lingkup kegiatannya sangat luas, mulai dari memberikan sebuah hadiah sederhana kepada seorang anak kecil yang diterimanya dengan mata berbinar, hingga peciptaan karya ilmiah dan karya seni yang menganggumkan. 2. Nilai-nilai Penghayatan (experiential values) Nilai ini merupakan nilai dalam mengambil sesuatu yang bermakna dari lingkungan luar dan mendalaminya. Mendalami nilai penghayatan berarti mencoba memahami, meyakini dan menghayati berbagai nilai yang ada dalam kehidupan, seperti keindahan, kebenaran, kebajikan, keimanan, kebijakan dan
27
Universitas Sumatera Utara
cinta kasih. Menghayati cinta kasih misalnya dapat menimbulkan rasa bahagia, kepuasan, ketentraman dan perasaan diri bermakna. 3. Nilai-nilai Bersikap (attitudinal values) Nilai ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengambil sikap yang tepat terhadap kondisi dan peristiwa-peristiwa tragis yang telah terjadi dan tidak dapat dihindari lagi. Dalam hal ini yang dapat diubah adalah sikap, bukan peristiwa tragisnya. Sumber-sumber makna hidup ini akan dilihat pada pecandu alkohol wanita. Apakah pecandu alkohol wanita yang menjadi subjek penelitian ini memiliki beberapa nilai tersebut dalam hidupnya.
II.A.6. Metode Menemukan Makna Hidup Menurut Bastaman (1996) ada beberapa metode untuk menemukan makna hidup, yaitu: 1. Pemahaman Pribadi Metode ini pada dasarnya membantu memperluas dan mendalami beberapa aspek kepribadian dan corak kehidupan seseorang. Misalnya seperti mengenali keunggulan dan kelemahan pribadi serta kondisi lingkungannya, menyadari keinginan masa kecil, masa muda dan sekarang serta memahami kebutuhan yang mendasari keinginan-keinginan tersebut, merumuskan dengan jelas dan nyata hal-hal yang diinginkan untuk masa yang akan datang serta menyusun rencana yang realistis untuk mencapainya.
28
Universitas Sumatera Utara
2. Bertindak Positif Metode ini menekankan pada tindakan nyata yang mencerminkan pikiran dan sikap yang baik dan positif. Untuk menerapkan metode bertindak positif, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu memilih tindakan nyata yang benar-benar dapat dilakukan secara wajar tanpa terlalu memaksakan diri, waktu yang digunakan fleksibel dari yang berlangsung selama beberapa detik hingga jangka panjang yang berkesinambungan, citra diri yang akan dicapai benarbenar diinginkan dan realistis, memperhatikan reaksi-reaksi spontan dari lingkungan terhadap usaha untuk bertindak positif, dan ada kemungkinan untuk bertindak positif pada awalnya dirasakan sebagai tindakan berpura-pura namun jika dilakukan secara konsisten, serius dan dihayati akan menjadi kebiasaan. 3. Pengakraban hubungan Metode ini menganjurkan agar seseorang membina hubungan yang akrab dengan orang tertentu seperti anggota keluarga, teman ataupun rekan kerja. Hal ini penting sebab dalam hubungan pribadi yang akrab seseorang merasa benar-benar dibutuhkan dan membutuhkan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain tanpa mementingkan diri sendiri. Seseorang akan merasa dirinya berharga dan bermakna, baik bagi dirinya sendiri amupun bagi orang lain. Metode ini mementingkan perasaan kedekatan yang senantiasa harus dipelihara dan ditingkatkan karena akan memberikan arti khusus bagi masingmasing pihak. 4. Pendalaman Tri-nilai
29
Universitas Sumatera Utara
Maksud dari metode ini adalah usaha untuk memahami benar-benar nilai berkarya, nilai penghayatan, dan nilai bersikap yang dapat menjadi sumber makna hidup bagi seseorang. 5. Ibadah Metode ibadah yang dimaksud adalah menjalankan ibadah dengan secara khidmat agar menimbulkan perasaan tenteram, mantap dan tabah, serta menimbulkan perasaan seakan-akan mendapat bimbingan dalam melakukan tindakan-tindakan penting. Peneliti dalam penelitian ini akan melihat metode apa yang digunakan pecandu alkohol wanita untuk menemukan makna hidup.
II.B.
PECANDU ALKOHOL
II.B.1. Definisi Pecandu Alkohol Pecandu alkohol adalah individu yang mengkonsumi alkohol secara berlebihan, yang ketergantungan dengan alkohol dan mencapai tingkat dimana sudah menunjukkan gangguan mental secara nyata atau gangguan pada kesehatan tubuh dan mental, hubungan interpersonal dan fungsi sosial ekonomi. Pecandu alkohol merupakan individu yang membutuhkan pengobatan (Goodman, 2000). Seorang alkoholik adalah individu yang mempunyai dorongan dan hasrat untuk minum. Selain itu individu yang dikatakan alkoholik tidak dapat mengontrol kebiasaan minumnya (Tilton, 2005).
30
Universitas Sumatera Utara
II.B.4. Pecandu Alkohol Wanita Praktisi di lapangan mengemukakan faktor psikologis dan sosial yang dapat menjadi pemicu kecanduan alkohol pada wanita antara lain sejarah pecandu alkohol dalam keluarga, mengkonsumsi alkohol ketika masih berusia dini, tidak dapat mengatasi tekanan ketika menghadapi masalah dalam hidup, mencandu alkohol juga dapat menjadi akibat dari perceraian, dan juga lingkungan kerja yang didominasi oleh pria dapat menjadi faktor tambahan yang memicu seorang wanita menjadi pecandu alkohol (Marshall, 2000). Proporsi seorang pecandu alkohol wanita meningkat dari 10% pada tahun 1988 menjadi 17% pada tahun 2002 (Lader dan Meltzer, 2002).
II.B.5. Faktor yang Berhubungan dengan Pecandu Alkohol Wanita Ada beberapa faktor yang berhubungan dan berkaitan dengan pecandu alkohol wanita, yaitu faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor sosial. Berikut akan dijelaskan mengenai faktor-faktor tersebut secara lebih terperinci (Goodman, 2000). II.B.5.a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis yang berkaitan dengan pecandu alkohol wanita yaitu : 1. Masalah gynecological-obstetrical Minuman beralkohol relatif tinggi mempengaruhi berbagai masalah seperti masalah ketidaksuburan, keguguran dan hysterectomies yang terjadi pada pecandu alkohol wanita. Perbandingan kesulitan gynecological-obstretical pada pecandu alkohol wanita dengan grup kontrol, yang mengalami ketidaksuburan, keguguran, dan sulit melahirkan, ternyata signifikan yaitu
31
Universitas Sumatera Utara
78% menunjukkan cenderung menjadi masalah pada pecandu alkohol wanita dan 35% pada grup kontrol. 2. Sindrom fetal alkohol Sindrom fetal alkohol merupakan suatu kerusakan yang dapat berakibat pada janin yang sedang dikandung oleh seorang pecandu alkohol wanita. 3. Komplikasi medis Ternyata ada perbedaan jenis kelamin dalam pengaruh maupun angka kematian yang disebabkan oleh cirrchosis yang terjadi pada pecandu alkohol.
II.B.5.b. Faktor Psikologis Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti tidak hanya menemukan hasil yang rumit, tetapi juga analisa faktor psikologis yang berhubungan dengan masalah minum minuman keras. Beberapa faktor psikologis tersebut antara lain adalah: 1. Pengalaman hidup seperti adanya sejarah penyakit mental di dalam keluarga, kehilangan orang tua, dan penyebab stres lainnya yang menghasilkan kesulitan dalam membentuk hubungan dengan orang lain. Kesulitan ini akan menghasilkan perasaan isolasi dan kesepian. 2. Banyak masalah yang berpotensi menjadikan sikap seorang wanita menjadi hyperfemininity atau overidentification. 3. Berkaitan dengan faktor psikologis di atas, wanita pecandu alkohol ada kecenderungan
menjadi
seorang
yang
pasif
submisif
dan
dapat
menyembunyikan perasaan terluka atau kemarahan dengan baik.
32
Universitas Sumatera Utara
4. Batas toleransi untuk rasa frustrasi dan kecewa yang tidak adekwat atau ambang batas frustrasi yang rendah.
II.B.5.c. Faktor Sosial Besar presentasenya pecandu alkohol wanita yang memiliki significant other seorang pecandu alkohol ketika masa pertumbuhan atau juga di usia dewasa. Bagaimana dengan pengaruh teman sebaya? Sebuah survey menunjukkan hubungan seorang wanita dengan relasi kerjanya dapat menyebabkan menjadi peminum minuman keras. Gambaran yang cocok untuk wanita pecandu alkohol adalah sosok seorang istri yang tinggal di kota besar, juga wanita yang bekerja di luar rumah. Ada asumsi yang mengatakan bahwa perbedaan jumlah wanita pecandu alkohol karena adanya perbedaan etnis, ras,dan kelompok agama. Perbedaan kelas sosial biasanya terlihat signifikan. Wanita dengan sosial ekonomi rendah yang menjadi pecandu alkohol tidak diterima oleh lingkungan sosialnya dan akan selalu diperhatikan ataupun dipandang sebagai deviant. Wanita dengan sosial ekonomi tinggi dan kehidupannya makmur, jika menjadi pecandu alkohol akan dipandang sebagai keadaan seorang wanita karir dengan pekerjaannya, yang relatif hanya akan berlangsung dalam periode lama.
33
Universitas Sumatera Utara