3
II. LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, definisi-definisi dan teorema-teorema yang berhubungan dengan penelitian ini.
2.1
Geometri Insidensi (Hilbert, 1971)
Geometri insidensi adalah geometri yang didasari oleh aksioma insidensi, geometri ini dapat dikatakan mendasari geometri Euclides yang telah dikenal sebelumnya. Geometri Euclides didasari pada lima aksioma berikut: 1. Kelompok aksioma insidensi 2. Kelompok aksioma urutan 3. Kelompok aksioma kekongruenan 4. Aksioma kesejajaran Euclides 5. Aksioma kekontinuan Jadi dapat dikatakan bahwa geometri Euclides adalah suatu geometri insidensi yang dilengkapi dengan kelompok aksioma-aksioma 2, 3, 4 dan 5.
4
Suatu geometri dibentuk berdasarkan aksioma yang berlaku dalam geometrigeometri tersebut. Geometri insidensi didasari oleh aksioma insidensi .
2.1.1
Unsur Tidak Terdefinisi (Hilbert, 1971)
Dalam geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tidak terdefinisi, Untuk suatu geometri diperlukan unsur tidak terdefinisi sebagai berikut. 1. Titik 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis 3. Himpunan titik-titik yang dinamakan bidang
2.1.2
Aksioma-Aksioma Insidensi (Rawuh, 2009)
Terdapat unsur tidak terdefinisi yaitu titik, garis dan bidang. Ketiga unsur ini dikaitkan satu sama lain dengan suatu aksioma pada geometri insidensi. Sistem aksioma yang digunakan adalah aksioma insidensi yang terdiri dari enam aksioma sebagai berikut: 1) Garis adalah himpunan titik-titik yang mengandung paling sedikit dua titik. 2) Dua titik yang berlainan terkandung dalam tepat satu garis (satu dan tidak lebih dari satu garis). 3) Bidang adalah himpunan titik-titik yang mengandung paling sedikit tiga titik yang tidak terkandung dalam satu garis (tiga titik yang tak segaris atau tiga titik yang tak kolinier).
5
4) Tiga titik yang berlainan yang tak segaris terkandung dalam satu dan tidak lebih dari satu bidang. 5) Apabila suatu bidang memuat dua titik berlainan dari suatu garis, maka bidang itu akan memuat setiap titik pada garis tersebut (garis terkandung dalam bidang itu atau garis terletak dalam bidang itu). 6) Apabila dua bidang bersekutu pada suatu titik maka kedua bidang itu akan bersekutu pada titik kedua yang lain.
2.1.3
Definisi (Rawuh, 2009)
Suatu himpunan titik-titik bersama dengan himpunan bagian seperti garis dan bidang yang memenuhi aksioma 1 sampai 6 disebut suatu geometri insidensi.
2.1.4
Teorema (Rawuh, 2009)
Dua garis yang berbeda bersekutu paling banyak pada satu titik.
2.1.5
Definisi (Rawuh, 2009)
Suatu garis yang memuat titik ๐ด dan titik ๐ต yang berbeda disebut garis ๐ด๐ต
2.1.6
Teorema (Rawuh, 2009)
Apabila titik ๐ด tidak pada garis ๐ต๐ถ maka titik ๐ด, ๐ต, dan ๐ถ berlainan dan tidak kolinier.
6
Bukti : Menurut ketentuan ๐ต โ ๐ถ. Andaikan ๐ด = ๐ต, oleh karena ๐ต โ ๐ต๐ถ (๐ต pada garis ๐ต๐ถ ) maka ๐ด โ ๐ต๐ถ. Hal ini berlawanan dengan yang diketahui sehingga pengumpamaan ๐ด = ๐ต adalah tidak benar, maka haruslah ๐ด โ ๐ต. Begitu pula dengan cara yang sama dapat dibuktikan ๐ด โ ๐ถ, jadi ๐ด, ๐ต, ๐ถ berlainan. Untuk membuktikan titik ๐ด, ๐ต, ๐ถ tak segaris dimisalkan ๐ด, ๐ต, C segaris maka akan ditunjukkan adanya krontradiksi. Andaikan titik ๐ด, ๐ต, ๐ถ segaris maka ada garis ๐ yang memuat ๐ด, ๐ต, dan ๐ถ. Oleh karena ๐ memuat ๐ dan ๐ถ dan ๐ต โ ๐ถ maka ๐ = ๐ต๐ถ, hal ini kontradiksi dengan yang diketahui bahwa ๐ด tidak pada garis ๐ต๐ถ. Sehingga pengandaian bahwa ๐ด, ๐ต, ๐ถ segaris mengakibatkan kontradiksi. Ini berarti ๐ด, ๐ต, ๐ถ tidak segaris (tidak kolinier).
2.1.7
Teorema (Rawuh, 2009)
Suatu garis dan suatu titik yang tidak pada garis itu termuat dalam tepat satu bidang. Bukti Misalkan ๐ด titik dan ๐ garis dengan ๐ด โ ๐ (tidak pada ๐). Menurut aksioma insidensi yang pertama ada dua titik berlainan pada ๐, misalkan titik tersebut adalah ๐ต dan ๐ถ, sehingga ๐ = ๐ต๐ถ, jadi ๐ด โ ๐ต๐ถ. Menurut aksioma (2) ๐ด, ๐ต dan ๐ถ berlainan dan tidak segaris. Menurut aksioma (4) titik ๐ด, ๐ต dan ๐ถ termuat dalam satu bidang, katakanlah bidang tersebut bidang ๐. Oleh karena ๐ต โ ๐dan ๐ถ โ ๐ maka, menurut aksioma (5) ๐ต๐ถ = ๐ โ ๐ (๐ memuat ๐). Misalkan ada bidang lain
7
๐โฒ yang memuat garis ๐ dan titik ๐ด jadi ๐โฒ memuat pula ๐ต dan ๐ถ. Ini berarti ๐โฒ memuat ๐ด, ๐ต dan ๐ถ, menurut aksioma (4) ๐ โฒ = ๐. Jadi adalah ๐ถ satu-satunya bidang yang memuat ๐ dan ๐ด karena jika ada bidang lain yang memuat ๐ด, ๐ต dan ๐ถ bidang tersebut akan sama dengan bidang ๐.
2.1.8
Definisi (Rawuh, 2009)
1. Misalkan ๐ด โ ๐ (titik ๐ด tidak pada garis ๐), bidang yang memuat garis ๐ dan titik ๐ด kita tulis sebagai ๐๐ด. 2. Misalkan titik ๐ด, ๐ต dan ๐ถ berlainan dan tidak kolinier, bidang yang memuat ๐ด, ๐ต dan ๐ถ kita tulis sebagai ๐ด๐ต๐ถ.
2.1.9
Definisi (Rawuh, 2009)
Dua garis ๐ dan ๐ dinamakan sejajar (ditulis ๐//๐) apabila 1. ๐ dan ๐ termuat dalam satu bidang dan 2. ๐ dan m tidak memiliki titik sekutu
2.1.10
Teorema (Rawuh, 2009)
Apabila ๐//๐ maka ๐ dan ๐ termuat dalam satu bidang.
8
Bukti Menurut definisi kesejajaran garis, ada suatu bidang ๐ yang memuat ๐ dan ๐. Misalkan bidang ๐โฒ juga memuat ๐ dan ๐, apabila pula titik ๐ด โ ๐ maka ๐โฒ dan ๐ memuat ๐ dan titik ๐ด. Menurut Teorema 2.1.7 haruslah ๐ โฒ = ๐, jadi hanya ada satu (unik) bidang yang memuat dua garis yang sejajar.
2.1.11
Teorema (Rawuh, 2009)
Jika dua garis yang berbeda berpotongan, maka garis itu termuat dalam tepat satu bidang. Bukti Misalkan ๐ dan ๐ garis yang berbeda yang berpotongan, misalkan pula ๐ด โ ๐ dan ๐ด โ ๐ (sebab ๐ dan ๐ berpotongan). Menurut Teorema 2.1.4 ada ๐ต โ ๐ dan ๐ต โ ๐ด ; ๐ต โ ๐. Maka ada sebuah bidang ๐ yang memuat ๐ dan ๐ต. Oleh karena ๐ memuat ๐ maka ๐ memuat ๐ด Sehingga ๐ juga memuat ๐. Jadi ๐ memuat ๐ dan ๐ (bukti selesai).
2.1.12
Teorema (Rawuh, 2009)
Apabila dua bidang yang berlainan berpotongan maka himpunan titik potongnya adalah suatu garis.
9
Bukti Misalkan ๐ dan ๐ dua bidang berbeda yang berpotongan, misalkan juga ๐ด salah satu titik temunya (potongnya). Jadi ๐ด โ ๐ dan ๐ด โ ๐, maka ada titik kedua ๐ต dengan ๐ต โ ๐ dan ๐ต โ ๐ (aksioma 6), jadi juga ๐ด๐ต โ ๐ dan ๐ด๐ต โ ๐ (aksioma 5). Ini berarti tiap titik ๐ด๐ต termuat di ๐ dan di ๐ atau ๐ด๐ต โ ๐ โฉ ๐, akan dibuktikan ๐ โฉ ๐ = ๐ด๐ต. Telah dibuktikan di atas bahwa ๐ด๐ต โ ๐ โฉ ๐ selanjutnya membuktikan bahwa ๐ โฉ ๐ โ ๐ด๐ต. Misalkan ๐ถ โ ๐ โฉ ๐ dan misalkan ๐ถ โ ๐ด๐ต. Oleh karena ๐ด๐ต dan ๐ถ termuat dalam ๐ dan dalam ๐, maka ๐ = ๐ (teorema 2.1.7). Hal ini bertentangan dengan yang diketahui. Jadi pemisalan bahwa ๐ถ โ ๐ด๐ต menimbulkan kontradiksi, sehingga haruslah ๐ถ โ ๐ด๐ต ini berarti bahwa ๐ โฉ ๐ โ ๐ด๐ต. Oleh karena telah terbukti bahwa ๐ด๐ต โ ๐ โฉ ๐ maka ๐ โฉ ๐ = ๐ด๐ต. Akibatnya Apabila ada garis g dengan ๐ โ ๐ dan ๐ โ ๐ maka ๐ = ๐ โฉ ๐.
2.1.13
Definisi (Rawuh, 2009)
Dua bidang ๐ dan ๐ disebut sejajar (ditulis ๐ // ๐) apabila ๐ dan ๐ tidak memiliki titik temu (titik temu).
10
2.1.14
Teorema (Rawuh, 2009)
Apabila bidang ๐ sejajar dengan bidang ๐ dan bidang ๐
memotong bidang ๐ dan bidang ๐, maka himpunan ๐ โฉ ๐
dan himpunan ๐ โฉ ๐
adalah garis-garis yang sejajar. Bukti Pertama akan dibuktikan bahwa ๐ โฉ ๐
dan ๐ โฉ ๐
adalah garis-garis. Untuk ini dibuktikan bahwa ๐ dan ๐
berlainan serta ๐ dan ๐
juga berlainan. Misalkan ๐ = ๐
, oleh karena ๐
memotong ๐ maka ini berarti bahwa ๐ memotong ๐. Ini tak mungkin (karena ๐//๐), jadi haruslah ๐ โ ๐
. Ini berarti bahwa ๐ โฉ ๐
adalah sebuah garis katakan garis tersebut garis ๐, begitu pula ๐ โฉ ๐
adalah sebuah garis katakan garis tersebut garis ๐. Garis ๐ dan garis ๐ termuat dalam satu bidang, yaitu bidang ๐
. Misalkan ๐ dan ๐ berpotongan, misalnya ๐ โฉ ๐ = ๐ด maka ๐ด โ ๐ dan ๐ด โ ๐ (karena ๐ โ ๐ โฉ ๐
dan ๐ โ ๐ โฉ ๐
maka ๐ โฉ ๐ = ๐ โฉ ๐, jika ๐ด โ ๐ โฉ ๐ maka ๐ด โ ๐ dan ๐ด โ ๐). Jadi ๐ dan ๐ bertemu di ๐ด, ini tidak mungkin (karena ๐ sejajar ๐). Jadi ๐ dan ๐ terletak pada satu bidang dan tidak memiliki titik temu, berarti ๐ // ๐. (bukti selesai)
2.1.15
Definisi (Rawuh, 2009)
1. Apabila garis-garis ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐ bertemu pada satu titik dinamakan garisgaris ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐ kongruen.
11
2. Apabila bangun geometri ๐ต1 , ๐ต2 , โฆ , ๐ต๐ terletak pada satu bidang, dinamakan bangun-bangun itu sebidang atau koplanar.
2.1.16
Teorema (Rawuh, 2009)
Apabila setiap dua garis dari sekelompok tiga garis koplanar, akan tetapi tidak bertiga koplanar maka bertiga garis itu kongruen atau tiap dua garis diantaranya sejajar. Bukti Diketahui tiga garis ๐, ๐ dan ๐; misalkan ๐ dan ๐ di bidang ๐, ๐ dan ๐ di bidang ๐, ๐ dan ๐ di bidang ๐
. Akan dibuktikan ๐, ๐ dan ๐
berlainan. Misalkan ๐ = ๐ maka ๐, ๐, ๐ sebidang (karena pengandaian ๐ dan ๐ di bidang ๐, ๐ dan ๐ di bidang ๐), ini tidak mungkin (karena ketiga garis tidak bertiga koplanar). Jadi haruslah ๐ โ ๐ begitu pula ๐ โ ๐
dan ๐ โ ๐
. Oleh karena itu maka ๐ โฉ ๐ = ๐, dan ๐ โฉ ๐
= ๐ serta ๐
โฉ ๐ = ๐. Misalkan ๐ โฉ ๐ = ๐ด, karena ๐ด โ ๐ maka ๐ด โ ๐ dan ๐ด โ ๐
dan ๐ด โ ๐ maka ๐ด โ ๐ dan ๐ด โ ๐ . Jadi ๐ด โ ๐ dan ๐ด โ ๐
, sehingga ๐ด โ ๐. Apabila dua garis diantara ๐, ๐ dan ๐ berpotongan maka tiga garis itu kongruen. Apabila setiap dua garis diantara ๐, ๐ dan ๐ tidak berpotongan, maka setiap dua garis itu sebidang sehingga setiap dua garis tersebut sejajar.
12
2.1.17
Teorema (Rawuh, 2009)
Apabila ๐ // ๐ dan titik ๐ด tidak terletak pada bidang yang memuat ๐ dan ๐, maka ada garis tunggal ๐ yang memuat ๐ด sehingga ๐ // ๐ dan ๐ // ๐. Bukti Ada bidang yang memuat ๐ dan ๐ด dan ada bidang ๐ yang memuat ๐ dan ๐ด (Teorema 2.1.7), jelas ๐ โ ๐ sebab ๐ด tidak terletak pada bidang yang memuat ๐ dan ๐ (๐ dan ๐ sejajar). Misalkan ๐ โฉ ๐ = ๐ maka ๐ // ๐ dan ๐ // ๐, akan dibuktikan ๐ tunggal. Misalkan ๐โฒ garis lain yang memuat ๐ด dan ๐โฒ // ๐ dan ๐โฒ // ๐, maka ๐โฒ dan ๐ sebidang misalkan bidang itu adalah bidang ๐
, maka ๐
harus memuat ๐ dan ๐ด. Jadi ๐
= ๐ dan ๐โฒ โ ๐ begitu juga ๐โฒ โ ๐ sehingga ๐โฒ = ๐.
2.1.18
Teorema (Rawuh, 2009)
Tiap bidang memuat paling sedikit 3 garis yang tidak kongruen.
2.1.19
Teorema (Rawuh, 2009)
Di dalam suatu bidang ๐, tiap titik ๐ด termuat dalam paling sedikit dua garis (yang berlainan).
2.1.20
Definisi (Rawuh, 2009)
Apabila dua garis tidak sebidang dikatakan bahwa dua garis itu bersilangan.
13
2.1.21
Teorema (Rawuh, 2009)
Misalkan diketahui 4 titik ๐ด, ๐ต, ๐ถ dan ๐ท yang berlainan, tidak kolinier dan tidak sebidang maka berlaku: 1. Apabila diketahui suatu bidang, maka ada suatu titik yang tidak terletak pada bidang itu. 2. Apabila diketahui suatu garis, maka ada garis yang menyilangnya. 3. Apabila diketahui suatu titik, maka ada suatu bidang yang tidak memuat titik tersebut. 4. Ada paling sedikit enam garis dan paling sedikit empat bidang.
2.1.22
Definisi (Rawuh, 2009)
Suatu model geometri insidensi adalah sistem (๐1 , ๐2 , ๐3 ) yang terdiri atas tiga himpunan tertentu ๐1 , ๐2 , ๐3. Anggota-anggota himpunan tersebut masing-masing dinamakan titik, garis dan bidang yang memenuhi aksioma-aksioma (1) sampai dengan (6), dengan sendirinya teorema-teorema insidensi akan berlaku pada model tersebut. Geometri insidensi disebut planar atau berdimensi dua apabila ๐3 terdiri hanya atas satu bidang. Disebut berdimensi tiga, apabila ๐3 terdiri lebih dari satu bidang.
14
2.2 Definisi Grup (Roman, 2005)
Misalkan ๐บ adalah suatu himpunan tidak kosong dengan operasi biner. Maka ๐บ disebut suatu grup jika tiga aksioma berikut terpenuhi: 1) Hukum asosiatif, yakni untuk sembarang ๐, ๐, ๐ pada ๐บ, berlaku (๐ โ ๐) โ ๐ = ๐ โ (๐ โ ๐) 2) Elemen identitas, yakni terdapat suatu elemen ๐ pada ๐บ sedemikian sehingga ๐โ๐ = ๐โ๐ = ๐ untuk sembarang elemen ๐ pada ๐บ 3) Invers, yakni untuk masing-masing ๐ pada ๐บ, terdapat suatu elemen ๐โ1 (invers dari ๐) pada ๐บ sedemikian sehingga berlaku ๐ โ ๐โ1 = ๐โ1 โ ๐ = ๐ 2.2.1
Grup Komutatif (Roman, 2005)
Suatu grup ๐บ dikatakan grup Abelian atau grup komutatif, jika hukum komutatif berlaku yakni jika ๐โ๐=๐โ๐ untuk setiap ๐, ๐ โ ๐บ
15
2.2.2
Homomorfisma (Connell, 1999)
2.2.2.1 Definisi homomorfisma Diketahui (๐บ,โ) dan (๐บ โฒ ,โโฒ ) merupakan grup. Pemetaan ๐ โถ ๐บ โ ๐บโฒ disebut homomorfisma jika dan hanya jika untuk setiap ๐, ๐ โ ๐บ berlaku ๐(๐ โ ๐) = ๐(๐) โโฒ ๐(๐). 2.2.2.2 Definisi fungsi pada grup a) Fungsi ๐ dari ๐บ ke ๐บโฒ didefinisikan (โ ๐, ๐ โ ๐บ) ๐ = ๐ โน ๐(๐) = ๐(๐). b) Fungsi ๐ disebut onto/pada/surjektif jika ๐(๐บ) = ๐บโฒ atau dengan kata lain: (โ ๐โฒ โ ๐บ โฒ , โ ๐ โ ๐บ) sehingga ๐โ = ๐(๐). c) Fungsi ๐ disebut injektif (1 โ 1) jika (โ๐, ๐ โ ๐บ) ๐(๐) = ๐(๐) โน ๐ = ๐. d) Fungsi ๐ disebut bijektif (korespondensi 1โ 1) jika ๐ injektif dan surjektif. 2.2.2.3 Sifat-sifat homomorfisma 1. Suatu homomorfisma dari ๐บ ke ๐บโ yang injektif (1 โ 1) disebut monomorfisma. 2. Suatu homomorfisma dari ๐บ ke ๐บโ yang surjektif (pada/onto) disebut epimorfisma. 3. Suatu homomorfisma dari ๐บ ke ๐บโ yang bijektif (injektif dan surjektif) disebut isomorfisma. 4. Suatu homomorfisma dari ๐บ ke ๐บโ dan ๐ฎ = ๐ฎโ disebut endomorfisma (suatu homomorfisma dari suatu grup ๐บ ke grup ๐บ itu sendiri). 5. Endomorfisma yang bijektif disebut automorfisma.