II. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
2.1
Bursa Efek Indonesia Keberadaan Bursa Efek di Indonesia sebenarnya telah cukup lama yaitu,
dimulai dengan dibentuknya bursa Efek di Batavia (sekarang Bursa Efek Jakarta) pada tahun 1912 oleh pemerintahan kolonial Belanda. Pada tahun 1925 pemerintah Belanda menambah dua bursa yaitu bursa efek Semarang dan bursa efek Surabaya. Pada masa itu efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia serta obligasi perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia serta obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ketiga bursa tersebut menghentikan aktivitasnya menjelang perang dunia pertama dan dimulai kembali pada tahun 1952 dengan dibukanya bursa efek di Jakarta. Pada tanggal 10 Agustus 1977 pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan di pasar modal dengan membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) yang merupakan sebuah badan pemerintah yang berada di bawah Departemen Keuangan. Pada tanggal 18 Maret 1992 memperoleh izin usaha dan secara resmi sebagai
bursa efek swasta pada tanggal 13 Juli 1992 yang ditandai dengan
penyerahan pengelolaan bursa efek dari Bapepam kepada PT. Bursa Efek Indonesia (PT. BEI). Pada tanggal 22 Mei 1995, BEI meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), yaitu sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
sistem perdagangan manual. Sistem ini dapat menjembatani perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang lebih transparan dan lebih adil dibandingkan dengan sistem manual. Kemudian, pada tahun 2002, BEI juga memulai menerapkan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading), dengan tujuan meningkatkan akses dan efisiensi pasar serta kecepatan dan frekuensi perdagangan. Bursa Efek Indonesia (BEI) / Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta. Pada 1 Desember 2007 BEJ dan Bursa Efek Surabaya melakukan penggabungan usaha yang secara efektif dan mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia. 2.1.1
Tugas bursa efek indonesia Menurut UU pasar modal no.8 tahun 1995 Bursa Efek Indonesia adalah
Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak - Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Adapun tugas BEI antara lain :
Menyediakan sarana perdagangan efek.
Mengupayakan likuiditas instrumen yaitu mengalirnya dana secara cepat pada efek-efek yang dijual.
Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat.
Menarik investor dan perusahaan yang go publik.
Menciptakan instrumen dan jasa baru.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.1.2 Jam perdagangan di Bursa Efek Jakarta Perdagangan Efek di Pasar Reguler, Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi dilakukan selama jam perdagangan setiap Hari Bursa dengan berpedoman pada waktu JATS. Adapun jam perdagangan tersebut antara lain:
Jam perdagangan pasar regular Tabel 2.1. Jam Perdagangan Pasar Reguler Hari Senin – Kamis Jumat Sumber : Bursa Efek Indonesia (2016)
Sesi I II I II
Waktu 09.00 - 12.00 13.30 – 15.49:59 09.30 - 11.30 14.00 - 15.49:59
Jam perdagangan pasar tunai Tabel 2.2. Jam Perdagangan Pasar Tunai Hari Senin - Kamis Jumat
Waktu 09.00 - 12.00 09.00 - 11.30
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2016)
Jam perdagangan pasar negosiasi Tabel 2.3. Jam Perdagangan Pasar Negosiasi Hari Senin – Kamis Jumat Sumber : Bursa Efek Indonesia (2016)
Sesi I II I II
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Waktu 09.00 - 12.00 13.30 – 16.15:00 09.30 - 11.30 14.00 - 16.15:00
14
2.1.3 Mekanisme perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai perdagangan di Jakarta Stock Exchange Building, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. Hingga saat ini, instrument-instrumen yang diperdagangkan di BEI adalah saham, bukti right, waran, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei 1995 sistem perdagangan di BEI sudah menggunakan komputer. Sistem yang digunakan adalah Jakarta Automated Trading System (JATS). Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi Anggota Kliring KPEI. Anggota Bursa Efek bertanggung jawab terhadap seluruh transaksi yang dilakukan di Bursa baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Anggota Bursa Efek bertanggung jawab terhadap penyelesaian seluruh Transaksi Bursa atas nama Anggota Bursa Efek yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam Daftar Transaksi Bursa (DTB), termasuk Transaksi Bursa yang terjadi antara lain karena: 1. kesalahan Peralatan Penunjang dan atau aplikasi Anggota Bursa Efek dalam rangka Remote Trading kecuali kesalahan perangkat lunak JONEC yang disediakan oleh Bursa; dan atau 2. kelalaian atau kesalahan PJPP dalam melaksanakan penawaran jual dan atau permintaan beli ke JATS; dan atau 3. kelalaian atau kesalahan IT Officer Remote Trading dalam pengoperasian Peralatan Penunjang dan atau aplikasi Anggota Bursa Efek; dan atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
4. Adanya akses yang tidak sah yang dilakukan melalui Peralatan Penunjang dan atau aplikasi Anggota Bursa Efek.
2.1.4
Sistem pasar Bursa Efek Jakarta menganut sistem order-driven market atau pasar yang
digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem lelang secara terus menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang. Perusahaan pialang akan membeli dan menjual efek di lantai bursa atas perintah atau permintaan investor. Akan tetapi, perusahaan pialang juga dapat melakukan jual beli efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio mereka. Adapun sistem pasar yang digunakan adalah 1. Pasar regular : pasar dimana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh anggota bursa efek melalui JATS (Jakarta Automated Trading System) dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi bursa (T+3) 2. Pasar Tunai adalah pasar dimana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh anggota bursa efek melalui JATS dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa yang sama dengan terjadinya transaksi bursa (T+0).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3. Pasar negosiasi adalah pasar dimana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan tawar-menawar langsung secara individual dan tidak secara lelang yang berkesinambungan (non continuous auction market) dan penyelesaiannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota bursa efek. 2.2
Pemecahan Saham Stock split merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam suatu
perusahaan. Secara sederhana, stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Menurut Copeland (1979) alasan dilakukannya pemecahan saham adalah untuk mencapai rentang harga optimal (optimal range) pada harga saham sehingga dapat menciptakan pasar yang lebih luas. Berdasarkan teori ini, pemecahan saham didorong oleh harga saham yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan kurang aktifnya perdagangan saham. Stock split mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal (Utami, 2012). Adapun penemu mengenai stock split yang pertama kali, antara lain : 1. Penelitian empiris yang pertama kali mengenai pemecahan saham atau stock split dilakukan oleh Fama, Fisher, Jensen dan Roll pada tahun 1969 yang melaporkan abnormal return di sekitar tanggal pengumuman yang mendukung hipotesis signaling. Hipotesis signaling didasarkan pada gagasan berpendapat bahwa manajer menyampaikan informasi positif tentang kinerja perusahaan melalui stock split. Manajer diasumsikan memiliki informasi superior tentang prospek masa depan perusahaan, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
mereka sering memutuskan untuk membagi saham untuk menyampaikan sinyal positif ke pasar, dan dengan demikian pengumuman stock split berhubungan
dengan
abnormal
return
positif
bagi
perusahaan
memutuskan untuk membagi saham. 2. Teori likuiditas yang diusulkan oleh Baker dan Gallagher pada tahun 1980 dan Lakonishok dan Lev pada tahun 1987 menegaskan bahwa stock split meningkatkan likuiditas bagi perusahaan dengan memindahkan harga saham ke tingkat yang lebih rendah dan membuat saham lebih terjangkau untuk kolam yang lebih besar dari investor dan dengan demikian menghasilkan abnormal return. 3. Gene Fama, seorang peneliti keuangan dari University of Chicago, mendefinisikan efisiensi pasar dalam hal seberapa cepat pasar saham bereaksi terhadap informasi. Dia mendefinisikan efisiensi dalam tiga bentuk yang berbeda: lemah, semi-kuat dan kuat. a. Efisiensi bentuk lemah menyatakan bahwa harga saham perusahaan ini didasarkan pada harga masa lalu dan informasi, sedangkan efisiensi bentuk kuat menyatakan bahwa harga saham merupakan refleksi dari semua informasi, publik dan swasta b. Semi-Kuat menawarkan bentuk efisiensi dengan gagasan bahwa harga saham bereaksi begitu cepat untuk semua informasi publik yang ada investor dapat memperoleh pengembalian atas normal saat bertindak atas informasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
c. Kuat menawarkan efisiensi dengan gagasan bahwa harga saham bereaksi begitu cepat ke seluruh informasi (publik dan swasta) yang ada investor dapat memperoleh pengembalian atas normal saat bertindak atas informasi. 4. Penelitian berikutnya setelah Farma dilakukan oleh Grinbaltt pada tahun 1984 yang menyatakan bahwa menyelaraskan harga saham dapat menarik lebih banyak perhatian untuk saham dan dengan demikian meningkatkan permintaan, menyebabkan efek harga positif. Singkatnya, harga saham yang lebih rendah menarik lebih banyak perhatian dari investor dan menghasilkan volume perdagangan yang lebih besar, atau omset, sehingga meningkatkan likuiditas. Motivasi yang melatar belakangi perusahaan melakukan stock split serta dampak yang ditimbulkan tertuang dalam beberapa teori : 1. Trading range theory merupakan toeri pemecahan saham bertujuan untuk mengatur kembali harga saham pada kisaran harga yang diinginkan. Trading range teori diharapkan bisa memungkinkan investor untuk membeli saham dalam jumlah yang banyak (Purnamasari, 2013). 2. Signaling theory merupakan asimetri antara manajemen dengan investor, di mana manajemen memiliki informasi lebih tentang masa depan perusahaan karena keahlian mereka mengambil keputusan operasi dan investasi dibandingkan dengan investor (Purnamasari, 2013). Teori ini juga menyatakan bahwa stock split
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
memberikan informasi kepada investor tentang peningkatan return masa depan yang substantial. Jadi jika pasar tereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini tidak semata-mata karena informasi stock split yang tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa depan yang bersangkutan. Kegiatan stock split pertama kali dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 1993 (Latifah, 2007). Pada tahun ini perusahaan publik yang melakukan stock split mulai meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini kemungkinan disebabkan stock split dianggap berhasil memenuhi tujuan perusahaan yang antara lain memperbaiki likuiditas saham perusahaan. Pada dasarnya ada dua macam stock split yaitu split-up dan split down. Split-up
merupakan
penurunan
nilai
nominal
perlembar
saham
yang
mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar bertambah. Misal stock split dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split down adalah peningkatan nilai nominal perlembar saham dengan faktor pemecah 1:2, 1:3, 1:4. Penelitian yang dilakukan Ossy (2012) beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan dengan stock split, antara lain : a) Rasio stock split yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap saham lama. Misalnya, rasio 2:1 berarti dua lembar saham baru ditukar dengan satu lembar saham lama. b) Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nominal lama di Bursa Efek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
c) Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal baru di Bursa Efek. d) Tanggal terakhirnya dilakukan penyelesaian transaksi dengan nilai nominal lama. e) Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal baru dan distribusi saham dengan nilai nominal baru ke dalam rekening Efek Perusahaan Efek atau Bank Kustodian di KSEI. 2.2.1
Prosedur pencatatan pemecahan saham Prosedur yang harus dipenuhi perusahaan tercatat yang akan melakukan
pemecahan saham adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan tercatat wajib menyampaikan informasi yang berkaitan dengan rencana penerbitan saham tambahan ke Bursa pada hari Bursa yang sama dilakukannya pengumuman informasi tersebut ke publik. 2. Untuk tambahan saham dari pemecahan saham, perusahaan wajib mengajukan permohonan pencatatan saham tambahan dan wajib disampaikan selambat-lambatnya lima hari bursa sebelum tanggal pengumuman jadwal perdagangan dengan nominal baru di Bursa Permohonan tersebut harus dilampiri informasi dan dokumen berupa hasil RUPS yang menyetujui pemecahan saham, perubahan anggaran dasar yang telah disetujui instansi yang berwenang dan tanda daftar perusahaan dari instansi yang berwenang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/