Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KATA PENGANTAR
Peningkatan nilai tambah potensi perikanan melalui pengelolaan sumberdaya perikanan yang optimal dan penerapan teknologi yang efektif dan efisien serta peningkatan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor merupakan fokus kegiatan sub-sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir khususnya. Meskipun berbagai kendala masih dijumpai, namun peran sub-sektor perikanan dalam mengisi pembangunan diharapkan akan semakin meningkat, karena peluang pengembangan sub-sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir masih sangat berpotensi. Untuk memenuhi peluang pembangunan dari sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir, terdapat beberapa faktor sumberdaya pembangunan yang mendukung keberhasilan. Untuk mendukung hal tersebut, maka perlu dibuat kajian “Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub-Sektor Perikanan Kabupaten Rokan Hilir“, melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Rokan Hilir. Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan dalam penentuan potensi nilai tambah dalam peningkatan produk-produk perikanan. Kajian ini juga dimaksudkan sebagai pedoman dan arahan dalam pengembangan kebijakan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Bagansiapi-api 2013
Penyusun
Halaman | i
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------------------DAFTAR GAMBAR -------------------------------------------------------------------------
i ii v x
BAB
I.
PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------1.1. Latar Belakang ------------------------------------------------------1.2. Perumusan Masalah ----------------------------------------------1.3. Maksud Kegiatan ---------------------------------------------------1.4. Tujuan Kegiatan ----------------------------------------------------1.5. Sasaran Kegiatan --------------------------------------------------1.6. Manfaat Kegiatan --------------------------------------------------1.7. Ruang Lingkup Kegiatan -----------------------------------------1.8. Keluaran Kegiatan --------------------------------------------------
1 1 3 4 4 4 5 5 5
BAB
II.
PROFIL KABUPATEN ROKAN HILIR--------------------------------2.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------2.2. Visi dan Misi Kabupaten Rokan Hilir --------------------------2.3. Kondisi Geografis --------------------------------------------------2.4. Administrasi Wilayah ----------------------------------------------2.5. Pemanfaatan Ruang Saat Ini -----------------------------------2.6. Sektor Pembangunan (pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, kehutanan, wisata) -----------------------------------------------------------------2.7. Kependudukan dan Sosial Budaya-----------------------------
7 7 13 14 17 34
III. METODE KAJIAN ----------------------------------------------------------3.1. Metode Kegiatan ---------------------------------------------------3.2. Pengumpulan Data ------------------------------------------------3.3. Analisis Data ---------------------------------------------------------3.3.1. Responden -------------------------------------------------3.3.2. Analisis Potensi Nilai Tambah Perikanan----------3.3.3. Analisis Pemasaran--------------------------------------3.3.4. Analisis Potensi Pengembangan nvestasi --------3.3.5. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan --------------------------------------------------3.3.6. Analisis Kebutuhan dan Aspirasi Masyarakat -----
71 71 71 72 72 72 72 73
BAB
39 61
73 74
Halaman | ii
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
DAFTAR ISI
3.3.7. Pendekatan Perencanaan dan Strategi Perumusan Pengembangan Perikanan -------------
74
IV. KEADAAN UMUM PERIKANAN KABUPATEN ROKAN HILIR --------------------------------------------------------------------------4.1. Potensi Perikanan Kabupaten Rokan Hilir ------------------4.2. Potensi Perikanan Budidaya ------------------------------------4.3. Potensi Perikanan Tangkap -------------------------------------4.4. Potensi Perikanan Bidang Pengolahan ----------------------4.5. Nilai Ekonomi Produk Unggulan Perikanan ------------------
77 77 78 81 85 87
BAB
V. ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN --------------5.1. Potensi Pengembangan Nilai Tambah Perikanan --------5.2. Analisis Kelayakan Usaha Perikanan ------------------------5.3. Nilai Tambah Produk Perikanan -------------------------------5.3.1. Nilai Tambah Hasil Penangkapan Ikan -------------5.3.2. Pengolahan Hasil Perikanan---------------------------5.3.3. Nilai Tambah Perikanan Hasil Budidaya -----------5.3.4. Nilai Tambah Bidang Ekowisata -----------------------
89 89 92 94 101 102 117 126
BAB
VI. ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN -----------------------------------------------------------------6.1. Analisis Strategi Pengembangan Nilai Tambah Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir ----------------6.1.1. Analisis Lingkungan Internal ---------------------------6.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal ------------------------6.2. Analisis Strategi Pengembangan Nilai Tambah Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir ----------------6.2.1. Analisis Lingkungan Internal ---------------------------6.2.2. Analisis Lingkungan eksternal-------------------------6.3. Analisis Strategi Pengembangan Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir ------------6.3.1. Analisis Lingkungan Internal ---------------------------6.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal ------------------------6.4. Pengembangan Nilai Tambah Ekowisata Perikanan Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------6.4.1. Identifikasi Lingkungan Internal -----------------------6.4.2. Identifikasi Lingkungan Eksternal --------------------6.5. Analisis Strategi Pengembangan Pemasaran --------------6.5.1. Saluran Pernapasan -------------------------------------6.5.2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) -----------------6.5.3. Target Pasar ------------------------------------------------
BAB
BAB
VII. PEDOMAN PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN ROKAN HILIR -------------------------7.1. Pedoman Umum Pengembangan Perikanan Tangkap --7.1.1. Isu Pokok ----------------------------------------------------7.1.2. Sasaran Pencapaian -------------------------------------7.1.3. Arah Kebijakan ---------------------------------------------
132 133 134 136 140 140 143 147 147 149 152 154 155 157 158 158 162
164 164 164 165 165
Halaman | iii
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
DAFTAR ISI
7.1.4. Program/Sub Program/Kegiatan Pokok Umum Perikanan Tangkap ----------------------------7.2. Pedoman Umum Pengembangan Perikanan Budidaya -7.2.1 Isu Pokok ---------------------------------------------------7.2.2. Sasaran Pencapaian -------------------------------------7.2.3. Arah Kebijakan --------------------------------------------7.2.4. Program/Sub Program/Kegiatan Pokok Umum Perikanan Budidaya -------------------------------------7.3. Pedoman Pengembangan Pengolahan Perikanan -------7.3.1. Isu Pokok Permasalahan -------------------------------7.3.2. Sasaran Pencapaian -------------------------------------7.3.3. Program/Kegiatan Pokok -------------------------------7.4. Pedoman Pengembangan Ekowisata Perikanan----------7.4.1. Isu Pokok Permasalahan -------------------------------7.4.2. Sasaran Pencapaian -------------------------------------7.4.3. Arah Kebijakan --------------------------------------------7.4.4. Program/Sub Program/Kegiatan Pokok -------------
165 166 166 166 167 167 168 168 168 169 169 169 170 170 171
BAB VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI --------------------------------8.1. Kesimpulan ----------------------------------------------------------8.2. Rekomendasi ---------------------------------------------------------
172 172 174
DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------LAMPIRAN -----------------------------------------------------------------------------------
177 179
Halaman | iv
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1.
Nama Ibukota dan Luas Kecamatan di Wilayah Kabupaten Rokan Hilir -------------------------------------------------
19
Sebaran dan Produksi Tambang Golongan A yang Dioperasikan oleh PT. CPI di Kabupaten Rokan Hilir---------
24
Klasifikasi Tanah yang Dijumpai di Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------------------
25
Nama-nama Sungai dalam Wilayah Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------------------
32
Catchment Area dan Debit Sungai di Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------------------
33
Luas Lahan Menurut Penggunaan (Ha) Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 -----------------------------------------------
39
Luas Produksi Padi, Palawija, Tanaman Sayur Tahun 2011 ------------------------------------------------------------------------
45
Produksi Tanaman Buah - Buahan Menurut Jenis Tanaman (Ton) Tahun 2011 -----------------------------------------
45
Luas, Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 -------------------------------
46
Tabel 2.10. Produksi Dan Nilai Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir Menurut Jenis Ikan (Kg) Tahun 2011 --------------
53
Tabel 2.11. Produksi Dan Nilai Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir Menurut Jenis Ikan (Kg) Tahun 2010 sampai 2011 --------------------------------------------------------------
53
Tabel 2.12. Banyaknya Usaha Industri Menurut Jenisnya Tahun 2011 ------------------------------------------------------------------------
55
Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 2.5. Tabel 2.6. Tabel 2.7. Tabel 2.8. Tabel 2.9.
abel
2.13. Banyaknya Tenaga Kerja Industri Menurut Jenisnya Tahun 2011 ---------------------------------------------------------------
56
Tabel 2.14. Nilai Produksi Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Jenisnya (Ribuan Rupiah) di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 ---------------------------------------------------------
57
Halaman | v
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
DAFTAR TABEL
Tabel 2.15. Banyaknya Tenaga Kerja Pada Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Jenisnya Tahun 2011 -----------
58
Tabel 2.16. Potensi Produksi Hasil Hutan Menurut Jenisnya Tahun 2009-2011-----------------------------------------------------------------
58
Tabel 2.17. Jumlah Penduduk (Jiwa), Kepadatan (Jiwa/Km²) dan Sex Ratio Penduduk Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 ------------------------------------------------------------------------
61
Tabel 2.18. Perkembangan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2005 sampai 2010 ------------------------------------------------------
62
Tabel 2.19. Sebaran dan Kepadatan Penduduk kabupaten Rokan Hilir tahun 2011 ----------------------------------------------------------
63
Tabel 2.20. Perkembangan Ekspor dan Impor Kabupaten Rokan Hilir Setiap Bulannya ---------------------------------------------------
68
Tabel 2.21. Nilai Ekspor Kabupaten Rokan Hilir Menurut Sektor dan Komoditi Tahun 2011 --------------------------------------------------
69
Tabel 2.22. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 20082010 (%) -------------------------------------------------------------------
70
Tabel 3.1.
Matriks Analisis SWOT ------------------------------------------------
73
Tabel 4.1.
Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008-2012 (Ton) -----------------------------------------------
82
Produksi Perikanan Perairan Umum Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008-2012 (Ton) -----------------------------------------
82
Keadaan Alat Tangkap Ikan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2009-2011 -------------------------------------------------------
84
Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan pada PDRB Non Migas Kabupaten Rokan Hilir 2006-2010. -----------------
87
Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir 2011-2012-----------------------------------------------------------------
90
Produksi Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir 2009-2011-----------------------------------------------------------------
90
Tabel 5.3.
Tingkat LQ Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir ---------------
91
Tabel 5.4.
Kriteria Peluang Pengembangan Usaha--------------------------
92
Tabel 5.5.
Hasil Analisis Kelayakan Usaha Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir -------------------------------------------------
93
Tabel 5.6.
Angka Konversi Berat Ikan Basah ke Berat Ikan Olahan ----
96
Tabel 5.7.
Produksi Perikanan Tangkap Per Komoditi Kabupaten Rokan Hilir ----------------------------------------------------------------
101
Hasil Analisis Nilai Tambah Produk Pengasapan Ikan Selais -----------------------------------------------------------------------
102
Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 5.1. Tabel 5.2.
Tabel 5.8.
Halaman | vi
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Tabel 5.9.
DAFTAR TABEL
Hasil Analisis Nilai Tambah Produk Pengasapan Ikan Baung ----------------------------------------------------------------------
103
Tabel 5.10. Hasil Analisis Nilai Tambah Produk Pengasinan Ikan Senangin ------------------------------------------------------------------
106
Tabel 5.11. Hasil Analisis Nilai Tambah Produk Pengasinan Ikan Gulama --------------------------------------------------------------------
107
Tabel 5.12. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kerupuk Ikan ------
109
Tabel 5.13. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kerupuk Udang ----------------------------------------------------------------------
110
Tabel 5.14. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Terasi Ikan ---------
113
Tabel 5.15. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Terasi Udang ------
114
Tabel 5.16.
Hasil Analisis Nilai Tambah Pembuatan Tepung Ikan -------
116
Tabel 5.17. Produksi Perikanan Budidaya Berdasarkan Jenis Sampai tahun 2011 -----------------------------------------------------
117
Tabel 5.18. Hasil Analisis Nilai Tambah Ikan Nila ------------------------------
119
Tabel 5.19. Hasil Analisis Nilai Tambah Ikan Patin ----------------------------
121
Tabel 5.20. Hasil Analisis Nilai Tambah Ikan Gurami -------------------------
122
Tabel 5.21. Hasil Analisis Nilai Tambah Ikan Lele -----------------------------
124
Tabel 5.22. Prinsip dan Kriteria Ekowisata ---------------------------------------
126
Tabel 6.1.
Tabel 6.2.
Tabel 6.3. Tabel 6.4.
Tabel 6.5.
Tabel 6.6. Tabel 6.7.
Penilaian Internal Factor Analisis Summary (IFAS) Nilai Tambah Usaha Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------------------
136
Penilaian Eksternal Factor Analisis Summary (IFAS) Nilai Tambah Usaha Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir ----------------------------------------------------------------
138
Matriks SWOT Pengembangan Nilai Tambah Perikanan Tangkap di Kabupaten Rokan Hilir ---------------------------------
139
Penilaian Internal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir ----------------------------------------------------------------
142
Penilaian Eksternal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir ----------------------------------------------------------------
145
Matriks SWOT Pengembangan Nilai Tambah Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir -----------------------------------
146
Penilaian Internal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir ----------------------------------------------------------------
149
Halaman | vii
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Tabel 6.8.
DAFTAR TABEL
Penilaian Eksternal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir ----------------------------------------------------------------
150
Matriks SWOT Nilai Tambah Pengolahan Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir -------------------------------------------------
151
Tabel 6.10. Unsur dan Variabel dalam Analisis SWOT Ekowisata --------
153
Tabel 6.11. Lokasi Potensi Ekowisata Kabupaten Rokan Hilir -------------
153
Tabel 6.12. Penilaian internal factor analisis summary (IFAS) untuk nilai tambah pengelolaan ekowisata perikanan Kabupaten Rokan Hilir -------------------------------------------------
155
Tabel 6.13. Penilaian eksternal factor analisis summary (IFAS) untuk nilai tambah pengelolaan ekowisata perikanan Kabupaten Rokan Hilir -------------------------------------------------
156
Tabel 6.14. Matriks SWOT Nilai Tambah Pengelolaan Ekowisata Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir -------------------------------
157
Tabel 6.15. Target Pasar Produk Perikanan dan Ekowisata ----------------
163
Tabel 6.9.
Tabel 7.1. Tabel 7.2. Tabel 7.3. Tabel 7.3.
Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir ---------------------
165
Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir --------------------
167
Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir -----------------
169
Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Ekowisata Perikanan Kabupaten Rokan Hilir -------------------
171
Halaman | viii
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Peta Administratif Kabupaten Rokan Hilir ----------------------
20
Gambar 2.2. Peta Administrasi Desa Kabupaten Rokan Hilir --------------
21
Gambar 2.3. Peta Nama-nama Pulau di Kabupaten Rokan Hilir ----------
22
Gambar 2.4. Peta Penutupan Lahan Kabupaten Rokan Hilir ---------------
38
Gambar 2.5. Peta Kesesuaian Lahan Kering Suatani Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------
42
Gambar 2.6. Peta Kesesuaian Lahan Basah Suatani Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------
43
Gambar 2.7. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Sawit Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------
46
Gambar 2.8. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Karet Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------
47
Gambar 2.9. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Coklat Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------
48
Gambar 2.10. Peta Kesesuaian Lahan Kopi Robusta Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------
49
Gambar 2.11. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Sagu Kabupaten Rokan Hilir --------------------------------------------------------------
50
Gambar 2.12. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Rokan Hilir ---------
64
Gambar 4.1. Kegiatan Budidaya di Kabupaten Rokan Hilir -----------------
78
Gambar 5.1. Pohon Industri Pengolahan Hasil Perikanan ------------------
96
Gambar 5.2. Kegiatan Pengasapan Ikan -----------------------------------------
97
Gambar 5.3. Salah Satu Produk Pengasinan Ikan ----------------------------
98
Gambar 5.4. Produk Kerupuk (ikan/udang)--------------------------------------
99
Gambar 5.5. Produk Terasi (Belacan) --------------------------------------------
100
Halaman | ix
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Rokan Hilir merupakan kawasan strategis untuk dikembangkan mengingat posisi geografis dan potensi daerah yang dimilikinya. Berbatasan dengan Sumatera Utara, tofografi wilayah terdiri dari perairan sungai dan laut. Di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Rokan tersebar anak sungai yang telah dimanfaatkan masyarakat Kabupaten Rokan Hilir sebagai areal perikanan tangkap dan budidaya ikan. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Kabupaten Rokan Hilir dituntut untuk mampu merencanakan sendiri pambangunan daerahnya, serta mampu memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembangunan. Sebagai daerah perairan, serta letaknya yang strategis apabila dikelola, diatur dan dikendalikan dengan baik, akan merupakan kekuatan yang besar yang dapat dijadikan modal yang tak ternilai dalam upaya mewujudkan Visi Rokan Hilir. Kondisi geografis yang demikian memiliki potensi pengembangan ekonomi yang besar didukung oleh potensi sumberdaya perikanan, yang bila dioptimalkan pemanfaatannya dan menyumbangkan pendapatan terhadap perekonomian daerah. Dalam pembangunan Rokan Hilir bidang sub-sektor perikanan memegang peranan penting, karena kegiatan perikanan telah menjadi bagian penting dalam perekonomian Rokan Hilir disamping pertanian. Pengembangan suatu wilayah atau kawasan sering dihadapkan kepada masalah benturan kepentingan, baik horizontal maupun vertikal, serta masalah daya dukung lingkungan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang dimilikinya. Oleh sebab itu diperlukan sebuah perencanaan dan program pengelolaan yang holistik, agar pengembangan suatu wilayah atau kawasan terbebas dari konflik kepentingan serta senantiasa berada dalam batas-batas daya dukung lingkungan yang pada gilirannya, pengembangan sumberdaya alam secara optimal dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Rokan Hilir. Oleh karena itu, integrasi
Halaman | 1
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PENDAHULUAN
perencanaan dan program yang mengacu kepada konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan sebuah keharusan. Pembangunan subsektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir selama ini cenderung mengandalkan sumberdaya alam (resources base), bergerak di sektor primer budidaya perikanan dan produksi-penangkapan ikan, serta belum memiliki keunggulan komparatif yang bisa bersaing secara regional dan nasional. Hal ini mengakibatkan perekonomian daerah menjadi resisten terhadap perubahan lingkungan strategis yang terjadi dengan cepat dan sulit diprediksi. Oleh karena itu pemasaran hasil perikanan Rokan Hilir sangat tergantung pada pasar dalam negeri yang cenderung kurang menjanjikan dan belum berkembangnya industri turunan di daerah, khususnya di daerah Rokan Hilir sendiri sebagai daerah penghasil ikan tangkap. Kajian Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir menyangkut berbagai aspek internal dan eksternal yang menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan (KEKEPETAN). Penyusunan diawali dengan (1) menemukenali dan penelaahan potensi nilai tambah dari produk-produk perikanan di Kabupaten Rokan Hilir (2) analisis permasalahan dalam peningkatan nilai tambah perikanan (3) penentuan arah kebijakan utama pengembangan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Pengembangan
sub-sektor
perikanan
di
Kabupaten
Rokan
Hilir
mengalami banyak kendala, kerena informasi tentang karakteristik potensi dan sifat biofisik sumberdaya air sangat terbatas. Beberapa permasalahan lain dalan pengembangan komoditi perikanan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: (i) potensi nilai tambah produk-produk perikanan belum teridentifikasi; (ii) permasalahan dalam peningkatan nilai tambah produk perikanan di Kabupaten Rokan Hilir; (iii) strategi pengembangan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Pada hakekatnya, pengembangan sub sektor perikanan merupakan usaha peningkatan kualitas hidup manusia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan basis komoditas lokal yang kompetitif, berlandaskan kemampuan regional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Disamping itu, pengembangan perikanan juga memperhatikan kelestarian sumberdaya perikanan. Peningkatan nilai tambah potensi perikanan melalui pengelolaan sumberdaya perikanan yang optimal dan penerapan teknologi yang efektif dan efisien serta peningkatan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor
Halaman | 2
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PENDAHULUAN
merupakan fokus kegiatan sub-sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir khususnya. Meskipun berbagai kendala masih dijumpai, namun peran sub-sektor perikanan dalam mengisi pembangunan diharapkan akan semakin meningkat, karena peluang pengembangan sub-sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir masih sangat berpotensi. Untuk memenuhi peluang pembangunan dari sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir, terdapat beberapa faktor sumberdaya pembangunan yang mendukung keberhasilan, antara lain: 1.
Adanya sumberdaya manusia (SDM) yang berpotensi baik secara kualitas maupun kuantitasnya;
2.
Adanya sumberdaya alam (SDA) yang sangat berpotensi untuk diolah ataupun dikelola dengan baik;
3.
Adanya faktor produksi lainnya yang berpotensi untuk mengatur dan mengayomi suatu kegiatan pembangunan seperti peraturan perundangan-undangan.
Sehubungan dengan uraian terdahulu, maka perlu dibuat kajian “Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub-Sektor Perikanan Kabupaten Rokan Hilir “. Kajian ini diharapkan dapat digunakan dalam penentuan potensi nilai tambah dalam peningkatan produk-produk perikanan. Kajian ini juga dimaksudkan sebagai pedoman dan arahan dalam pengembangan kebijakan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir.
1.2.
Perumusan Masalah Telah diidentifikasi bahwa selama ini masih terdapat sejumlah potensi nilai
tambah sub sektor perikanan serta yang menghambat pengembangan perikanan Kabupaten Rokan Hilir. Secara garis besar permasalahan adalah, belum adanya acuan bagi upaya pengembangan sub-sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dalam hal ini masih memiliki keterbatasan atas akses dan infrastruktur pendukung, jenis, kapasitas dan sebaran potensi perikanan yang dimiliki, dan koordinasi dalam pembangunan perikanan dan terbatasnya perhatian dan kapasitas SDM lokal dalam menangkap peluang berkembangnya sub-sektor perikanan lokal yang potensial. Berdasarkan hal tersebut dapat disusun beberapa rumusan masalah yang perlu mendapat perhatian penting dalam kajian ini yaitu: a). Dapat menentukan potensi produk unggulan sub-sektor perikanan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Rokan Hilir sebagai produk bernilai tambah, b). Dapat menentukan tingkat nilai tambah pada produk perikanan pada sub-sektor
Halaman | 3
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PENDAHULUAN
perikanan di Kabupaten Rokan Hilir, c). Dapat menentukan strategi pengembangan yang tepat untuk produk perikanan yang berpotensi memiliki nilai tambah tinggi.
1.3.
Maksud Kegiatan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi potensi nilai tambah dan pengembangan sub sektor perikanan sekaligus untuk memperoleh langkah-langkah strategis apa yang dibutuhkan dalam mengembangkan sektor perikanan sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat yang bergerak di sub-sektor perikanan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir.
1.4.
Tujuan Kegiatan
Secara umum penyusunan “Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub-Sektor Perikanan Kabupaten Rokan Hilir “ bertujuan untuk menyediakan pedoman tentang arah kebijakan pengembangan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dengan berdasarkan pada pertimbangan potensi nilai tambah sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki guna mewujudkan visi dan misi pembangunan Rokan Hilir. Secara teknis tujuan penyusunan Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub-sektor Perikanan Kabupaten Rokan Hilir ini adalah: a.
Sebagai informasi potensi nilai tambah sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir;
b.
Sebagai pedoman dalam mengoptimalkan potensi nilai tambah sub sektor perikanan;
c.
Sebagai pedoman dalam pengembangan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir.
1.5.
Sasaran Kegiatan
Sasaran yang ingin dicapai dari Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan pengembangan Sub sektor Perikanan Kabupaten Rokan Hilir ini antara lain : 1. Memudahkan dalam menetapkan kebijakan pengembangan sub sektor perikanan jangka panjang, menengah dan pendek di Kabupaten Rokan Hilir.
Halaman | 4
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PENDAHULUAN
2. Memudahkan mengidentifikasi permasalahan dan potensi nilai tambah produk perikanan.
1.6.
Manfaat Kegiatan Tersusunnya buku Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan pengembangan
Sub sektor Perikanan Kabupaten Rokan Hilir diharapkan akan memberikan banyak manfaat antara lain : a.
Tersedianya dokumen potensi nilai tambah sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir;
b.
Sebagai
pedoman
dalam
penyusunan
rencana
jangka
panjang
pengembangan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir, dengan pertimbangan holistik terhadap aspek yang berkaitan dengan sektor perikanan: rencana tata ruang (RTRWK), sumberdaya dan pemanfaatannya, sumberdaya manusia dan infrastruktur.
1.7.
Ruang Lingkup Kegiatan Ruang
lingkup pekerjaan
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan
Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir meliputi: a.
Pekerjaan persiapan kegiatan;
b.
Pelaksanaan survey untuk pengumpulan data di lokasi pekerjaan;
c.
Mengkaji studi-studi terdahulu yang relevan dengan kajian yang dilaksanakan;
d.
1.8.
Menganalisis dan menyelesaikan dokumen kegiatan identifikasi potensi nilai tambah dan pengembangan sub-sektor perikanan di kabupaten Rokan Hilir sebagai hasil dari pekerjaan.
Keluaran Kegiatan Keluaran yang diharapkan dari Kegiatan Identifikasi Potensi Nilai Tambah
dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir adalah sebagai berikut : a.
Diperolehnya dokumen perencanaan sebagai acuan dalam merencanakan dan mengembangkan sub sektor perikanan bernilai tambah di Kabupaten Rokan Hilir;
Halaman | 5
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PENDAHULUAN
b.
Tersedianya dokumen potensi nilai tambah pada sub sektor perikanan di Rokan Hilir;
c.
Sebagai masukan bagi pembuatan kebijakan dalam pengembangan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir.
Halaman | 6
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
2.1.
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Sejarah Kabupaten Rokan Hilir tidak lepas dari kerajaan-kerajaan yang
pernah ada, berikut ini sejarah perkembangan kerajaan-kerajaan di Kabupaten Rokan Hilir. a.
Kerajaan Rokan di Kota Lama Kerajaan Rokan diperkirakan telah berdiri sekitar abad ke-20 M. Pusat kerajaan berada di kota lama. Nama kerajaan diambil dari nama sungai yang mengalir didaerah tersebut, yaitu sungai Rokan. Sungai Rokan merupakan salah satu sungai besar yang mengalir di bagian utara hingga barat Riau dengan panjang ± 400 kilometer. Hingga saat ini, sungai Rokan masih memainkan peranan penting sebagai jalur perhubungan antara rakyat daerah pantai timur hingga pedalaman Sumatra. Berdasarkan peta Portugis, Rokan disebut dengan Arakan. Tetapi menurut satu riwayat, kata Rokan berasal dari bahasa Arab “Rokana” artinya damai atau rukun. Konon, nama ini merupakan refleksi dari keadaan rakyat yang selalu rukun dan mementingkan kedamaian, baik dengan penduduk negeri, maupun dengan orang luar. Dari nama tersebut yang menunjukan adanya pengaruh Arab, juga bisa disimpulkan bahwa, Kerajaan Rokan berdiri setelah Islam masuk ke kawasan tersebut. Sebelum priodesasi Islam dipercayai Rokan kuno telah berdiri pada sekitar abad ke IV hingga VII Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan kuno berupa reruntuhan candi di Sedinginan dan Sintong.
b.
Kerajaan Sintong Kerajan Sintong berada di hulu Sungai Sintong, kira- kira satu kilometer dari muara Sungai Sintong anak Sungai Rokan. Tidak banyak catatan tentang kerajaan ini, selain catatan lisan. Ada sebuah situs yang penting dari
Halaman | 7
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
kerajaan ini yaitu berupa candi yang pernah diteliti oleh tim arkeologi dari Dinas Budsenipar Provinsi Riau. Namun demikian, keberadaan candi tersebut sudah sangat rusak dan kemungkinan sulit dilakukan rekontruksi. Menurut cerita lisan masyarakat setempat, situs itu merupakan tempat ibadah nenek moyang masyarakat Sintong sebelum Islam masuk. Berubahnya keyakinan mereka dari agama lama diperoleh dari pengaruh mubalig- mubalig dan serbuan pasukan yang berasal dari Pasai dan ARU. Kerusakan yang cukup parah justru telah berlangsung sejak zaman pemerintah Belanda. Situs ini digali masyarakat karena dianggap menyimpan benda berharga berupa harta karun seperti emas, intan, perak, dan batu- batu permata yang mahal. Keadaan ini diperburuk lagi ketika masyarakat Sintong membuat masjid dan mereka kekurangan batu bata, maka batu candi ini diangkut untuk pembangunan masjid ditempat itu. Selain situs agama masyarakat Sintong masa lalu, ada lagi yang menarik yaitu mitos kecantikan putri Sintong yang tiada tolok bandingnya. Kecantikan putri Raja Sintong yang terkenal ini, sempat pula mengorbankan nyawa seorang anak Raja Pekaitan yang terjatuh kedalam Sungai Rokan bersama kudanya akibat menyaksikan kemolekan putri Sintong yang sedang mandi. c.
Kerajaan Pekaitan Sejak pertengahan abad XV sesudah pudarnya Kerajaan Rokan pertama di Kotalama, maka berdiri kerajaan Rokan bernama Kerajaan Pekaitan yang mengambil nama berdasarkan nama negeri tersebut yaitu negeri Pekaitan. Rajanya bergelar Yang Bertuan Besar Sungai Daun yang memiliki nama asli Raja Kunto. Negeri Pekaitan terletak di seberang Bagansiapiapi (di sebelah barat Sungai Besar) ± 5 kilometer dari Muara Sungai Rokan. Rajanya senantiasa ingin bersenang-senang dengan rakyatnya. Pesta yang ia adakan (kenduri) biasanya sampai 40 hari 40 malam dengan bermacam kegiatan seperti silat, tari, catur, sabung ayam dan sebagainya. Ibu kota kerajaan bernama Pekaitan, dengan kondisi kota yang luas dan ramai. Permukiman yang padat dan berderet dari Pekaitan sampai di Siarangarang. Panjang kota Pekaitan ± 25 kilometer dengan kondisi penduduk yang makmur dan bermacam mata pencaharian seperti pertanian dan perdagangan. Berbagai macam rempah-rempah hingga daun nipah, rotan, damar dan berbagai hasil hutan lainnya diperdagangkan di Bandar Pekaitan. Bandar Pekaitan berdasarkan cerita sama besarnya dengan Pelabuhan Pasai dan Malaka yang selalu ramai dan selalu disinggahi kapal dagang dari berbagai
Halaman | 8
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
negara seperti India, Arab, Tiongkok, Portugis dan negara Eropa lainnya. Perhubungan Nusantara pada saat itu dari Majapahit – Malaka – Pekaitan – Jambu Air – Pasai – Goa – dan Eropa serta sebaliknya. Para pedagan tersebut mengisi air minum dan membeli hasil bumi penduduk Pekaitan. d.
Kerajaan Tanah Putih Pada masa dulu terdapat sebuah kerajaan yang gemilang bernama Tanah Putih. Konon, sebelum menjadi Tanah Putih negeri ini disebut Tanjung Melawan. Ada lagi kerajaan yang tempatnya berdekatan dengan Kerajaan Tanjung Melawan yaitu Kerajaan Tungtung Kapur. Catatan mengenai keberadaan awal berdirinya negeri Tanah Putih ini sangat sedikit. Informasi yang agak jelas hanyalah setelah Tanah Putih bergabung dengan Kerajaan Siak pada tahun 1730 bersamaan dengan bergabungnya Kerajaan Bangko dan Kubu. Wilayah yang menjadi negeri Tanah Putih adalah Segerogah mengikuti Sungai Rokan, mudik ke Pasir Rumput berbatasan dengan daerah Kunto di Kota Intan, kemudian dari Sarang Lang mengikuti Sungai Rokan mudik kekiri masuk ke Batang Kuman, lalu ke Muara Batang Buruk sampai watas (batas) air mendidih di Kepenuhan. Kemudian dari Sungai Ragung sampai Batin Delapan, dari Tanjung Serogah ke Hulu daratan di Sungai Daun aran kekanan. Ke Sungai Mahna hingga ke Hulu kemudian ke Lengkuas berbatasan dengan Tambusai. Rakyat Tanah Putih terdiri dari 4 suku. Keberadaan suku-suku di Tanah Putih yang disebut dalam Bab Al Kawaid antara lain : Suku Melayu Besar dengan kepala suku bergelar Dt. Setia Maharaja Suku Melayu Tengah dengan kepala suku bergalar Dt. Raja Muda Suku Mesah dengan kepala suku bergelar Dt. Meraja Lela Suku Batu Hampar dengan kepala suku bergelar Dt. Sura Diraja Sedangkan Kepala Negeri Tanah Putih bergelar Datuk Setia Maharaja dari suku Melaya Besar. Menurut Wan Saleh Tamin kepala Negeri Tanah Putih yang terakhir adalah Datuk Harunsyah.
e.
Kerajaan Bangko Hampir setengah abad setelah tenggelamnya Kerajaan Pekaitan dan Batu Hampar, munculah Kerajaan baru di Rokan Hilir, yaitu Kerajaan Bangko. Kerajan Bangko didirikan oleh seorang ulama asal Aceh bernama Syarif Ali. Kerajaan ini berdiri kira-kira pada pertengahan abad XVI. Syarif Ali
Halaman | 9
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
mendirikan kerajaan Bangko di wilayah yang merupakan bekas Kerajaan Batu hampar. Salah satu sumber menyebutkan Syarif Ali adalah keturunan Sultan Malikussaleh. Syarif Ali pergi berlayar dan terdampar disebuah daratan, daratan itu disebut Pembatang, ketika itu Pembatang telah bermukim seseorang yang bernama Datuk Rantau Benuang, ia mengajak Syarif Ali untuk bermukim di Pembatang dan menikahkannya dengan anaknya yang bernama Halimah Putih. Sejak kedatangan Syarif Ali, Islam berkembang pesat didaerah Pembatang dan didaerah sekitarnya, lalu daerah di sekitar Pembatang di beri nama Bantayan, diambil dari nama desa di Aceh, tempat asal Tengku Syarif Ali. Sejak itu beliau menetap di situ dan mengembangkan agama Islam pada penduduk Negeri Bangko. Sejak kedatangan Syarif Ali Batu Hampar ini makin ramai dikunjungi dan dihuni orang. f.
Kerajaan Kubu Bermula dari sebuah manuskrip bertulis Jawi yang berasal dari bekas kerajaan Kubu. Manuskrip tersebut bertajuk Hukum Adat Istiadat Negeri yang disusun oleh kepala suku Hambaraja bernama Abdurrahman bergelar Datuk Indra Setia pada tahun 1929. Kerajaan ini didirikan Tuanku Raja Hitam pada tahun 1084 H ( 1667 M ). Tuanku Raja Hitam konon adalah seorang bangsawan yang berasal dari Padang Nunang di Negeri Rao. Beliau datang ke daerah ini didampingi penasehat dan para pembantunya, yakni Datuk Penghulu Musa, Datuk Merah Pelangi, dan Datuk Kancil. Disamping itu, dalam rombongan Taunku Raja hitam, terdapat tiga orang hulubalang, yakni, Panglima Sati, Panglima Sultan Kaleno, dan Panglima Hundero. Dalam perjalanan menghilir Sungai Rokan, rombongan Tuanku Raja Hitam tiba di muara sungai Rokan sebelah barat Pulau Halang. Mereka kemudian menyusuri sebuah sungai bernama Sungai Baung. Daratan di kiri kanan Sungai Baung masih merupakan hutan lebat. Meskipun demikian beberapa sumber dalam cerita rakyat setempat di Sungai Baung ini telah pernah ada sebuah kampung yang bernama negeri Galangan.
g.
Syekh Abdul Wahab Rokan dan Pengembangan Tariqat Naqsabandiah di Rokan Hilir Pengembangan Tariqat di Rokan Hilir tidak terlepas dari jasa Syekh Abdul Wahab Rokan (1811-1926 M). Ia adalah seorang sufi agung yang hidup pada abad 19 dan 20. Sedari kecil hingga lebih separuh masa hidupnya diabdikan untuk menyiarkan tasawuf yang awalnya diputuskan di Rokan Hilir. Beliau sangat berpengaruh dan memegang peran penting dalam
Halaman | 10
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
sejarah dan perkembangan Islam di Sumatera Timur hingga Semenanjung Malaysia. Ahli dalam berbagai disiplin ilmu agama seperti fiqih, tauhid dan tasawuf dan lain-lain. Syekh Abdul Wahab Rokan adalah wali keenam. Beliau merupakan murid kesayangan seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu Syekh Sulaiman Zuhdi di Habal Abi Qubais, Saudi Arabia. Sekembalinya dari Mekkah, beliau aktif menyiarkan tarekat di berbagai negeri di Sumatera dan Malaysia. Diakhir hidupnya Syekh Abdul Wahab Rokan berhasil mengembangkan pusat Naqsabandiah Al-Khalidiyah terbesar di Sumatera yang terkenal dengan nama Besilam (Babussalam). h.
Kedatangan Orang-Orang Bugis Ke Pasir Limau Kapas Adanya orang-orang Melayu keterunan Bugis di Rokan Hilir tidak dapat dipisahkan dari tokoh mereka yaitu Suliwatang bersaudara. Suliwatang Putih membuka kampung di Pasir Limau Kapas, sedangkan Suliwatang Hitam berkampung di Labuhan Tangga. Rokan Hilir menjadi tujuan rombongan orang-orang Bugis. Mereka adalah para Panglima Raja Haji Fi Sabilillah Marhum Teluk Ketapang. Ia bersama-sama keluarga dan prajurit Bugis lainnya mengundurkan diri dari Riau (Pulau Bintan) setelah kalah dalam memerangi Belanda. Raja Haji Yang Dipertuan Muda (YDM) Riau IV. Beliau adalah anak Daeng Celak Yang Dipertuan Muda Riau (YDM) II yang beristrikan Tengku Mandak adik Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah, Sultan Riau Johor.
i.
Kedatangan Orang-Orang Cina di Bagansiapiapi Tidak diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan gelombang migrasi besar-besaran masyarkat Tionghoa Pesisir di Provinsi Tiongkok ke berbagai wilayah Asia Tenggara pada akhir abad ke-18. Satu berita menyatakan terjadi huru-hara dan pertikaian dengan penguasa yang menyebabkan perang saudara. Berita lain menyatakan karena adanya usaha untuk mencari kehidupan yang lebih baik karena kabar yang mereka peroleh tentang kekayaan sumber daya alam yang dimiliki daerah lintasan khastulistiwa ini. Rombongan awal orang-orang Cina ke Bagansiapiapi berasal dari daerah Hopin di wilayah provinsi yang terletak di Tiongkok Selatan. Kedatangan mereke ke Bagansiapiapi merupakan rangkaian perjalanan yang panjang dan penuh perjuangan pahit mencari tempat yang layak untuk bermukim dan mengembangkan usaha. Sejak berangkat dari wilayah selatan Tiongkok tersebut dari 4 Tongkang yang berlayar hanya 1 tongkang dengan delapan belas orang saja yang tersisa. Kelompok yang dipimpin Ang Mei Kuah ini kemudian menemukan
Halaman | 11
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Bagansiapiapi. Satu kapal akhirnya merapat di Bagansiapiapi hanya memuat 18 penumpang. Mereka inilah yang merupakan orang Tiongkok pertama yang mendiami Bagansiapiapi yakni : 1. 2. 3. 4.
Ang Mie Kuah Ang Mie Ho Ang Se Gun Ang Se Pu
10. 11. 12. 13.
Ang Mie Chai Ang Mie Coan Ang Mie Coa Chai Chan
5. 6. 7. 8. 9.
Ang Se Huan Ang Mie Sia Ang Mie Huan Ang Se Thian Ang Se Pho
14. 15. 16. 17. 18.
Ang Un Phien Ang Un Siong Ang Ci In Ang Se Dian Ang Ci Tui
Tidak sampai dua tahun populasi Bagansiapiapi telah mencapai 200 orang. Hal itu terus bertambah pesat dari tahun ke tahun. Mereka membangun banyak Klenteng untuk tempat ibadah mereka. Yang pertama dan tertua adalah Klenteng In Hok Kiong yang sekarang terletak di Jalan Klenteng Bagansiapiapi. Sekitar tahun 1836 struktur masyarakat Tionghoa telah tersusun baik. Disaat ini penduduk Bagansiapiapi telah mencapai 2000 orang. Pengusaha-pengusaha perikanan mulai mendirikan maskapaimaskapi pelayaran untuk memperkuat permasaran hasil perikanan Bagansiapi-api keberbagai pelabuhan. Disamping itu mereka juga mulai mengadakan peringatan tentang sejarah kedatangan mereka ke Bagansiapiapi, yaitu dengan melaksanakan upacara ziarah Kuburan (Tjing Bing) serta menggelar sembahyang Bakar Tongkang. j.
Upacara Bakar Tongkang Di dalam perahu rombongan yang selamat ke Bagansiapiapi terdapt patung Ki Ong Ya dan Taisun Ong Ya. Patung-patung dewa ini telah mereka bawa dari Tiongkok hingga pelarian mereka dari Thailand Selatan. Menurut keyakinan mereka Dewa-Dewa ini telah memberikan keselamatan selama dalam pelayaran tersebut hingga akhirnya menetap di Bagansiapiapi. Alkisah untuk menghormati para Dewa dan mensyukuri keselamatan yang mereka peroleh hingga menemukan Bagansiapiapi, maka dilaksanakan ritual membakar tongkang. Kegiatan ini dilakukan tiap tahun pada tanggal 15-16 bulan lima Imlek. Tidak diketahui sejak tahun berapa pastinya ritual Bakar Tongkang ini dilaksanakan. Ritual ini dipusatkan di Klenteng In Hok Kiong dan pembakaran tongkang dilakukan di pinggir pantai yang saat ini berada di
Halaman | 12
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
sebuah tanah lapang Jalan Perniagaan Bagansiapiapi. Upacara ini diselenggarakan secara meriah, dimana selain melakukan ritual kepercayaan juga diselingi berbagai hiburan seperti Barongsai, musik-musik tradisional, opera, hingga pagelaran musik modern dengan artis dalam dan luar negeri. Keramaian ini berlangsung selama tiga hari hingga acara selesai saat pembakaran tongkang. Pelaksanaan ritual Bakar Tongkang ini juga dimeriahkan dengan akisi para seniman Barongsai dan Tengki (pemain loya) atau para dukun yang menampilkan atraksi kekebalan dan menusuk badan dengan benda tajam yang diikuti puluhan ribu peserta ziarah yang membawa hio. Kemeriahan upacara bakar tongkang dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama diisi dengan kegiatan sembahyang di Klenteng In Hok Kiong, yakni klenteng tertua di Bagansiapiapi. Para peziarah yang datang dari berbagai penjuru membawa shengle (sesajen) disamping itu mereka juga membakar hio raksasa dan model uang kertas sebagai kiriman untuk para leluhur. Selanjutnya puncak acara dilakukan di temapat pembakaran dimana replika tongkang yang terbuat dari bahan kayu, kertas dan bambu dibakar. Sebelum pulang ke rumah masing-masing para peziarah menunggu sampai tiang layar utama tongkang tumbang. Mengetahui arah tumbang tiang tongkang tersebut berkaitan dengan kekpercayaan mereka tentang hoki atau keberentungan. Jika tumbangnya mengarah kelaut maka sumber penghidupan lebih menguntungkan di laut atau memanfaatkan hasil laut (perikanan). Sebaliknya jika arah tumbangnya ke daratan maka usaha yang mendatangkan hoki selama setahun kedepan adalah berkaitan dengan usaha di darat seperti berkebun, bertani, beternak dan berdagang hasil bumi.
2.2.
Visi dan Misi Kabupaten Rokan Hilir
Visi Kabupaten Rokan Hilir Visi Kabupaten Rokan Hilir adalah: ”Terwujudnya Rokan Hilir sebagai Kawasan Andalan Perekonomian yang Berbasiskan Rakyat”, dengan Misi yaitu; 1) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan aparatur pemerintah yang dilandaskan oleh iman dan taqwa; 2) Pemberdayaan ekonomi rakyat; 3) Peningkatan prasarana dan sarana ekonomi dan sosial; 4) Penataan kelembagaan; 5) Peningkatan pembangunan seni budaya, olahraga dan peningkatan iman dan taqwa; 6) Pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan dan 7) Pelaksanaan otonomi daerah.
Halaman | 13
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Visi Pembangunan Kabupaten Rokan Hilir "Terwujudnya Rokan Hilir yang Maju dan Sejahtera dan Berdaya Saing 2016"
Maju,
Sejatera
dan
berdaya
saing
diukur
melalui
indikator
:
Tingkat Kemakmuran Yang Tercermin Pada Tingkat Pendapatan
Infrastruktur Yang Maju
Tingginya Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingginya Derajat Kesehatan Masyarakat
Laju Pertumbuhan Penduduk Yang Kecil
Angka Harapan Hidup Yang Lebih Tinggi
Kualitas Pelayanan Sosial Yang Lebih Baik
Adanya Peran Serta Rakyat Secara Nyata dan Efektif Dalam Segala Aspek Kehidupan, Baik Ekonomi, Sosial, Politik, Maupun Pertahanan Keamanan.
Misi Pembangunan Kabupaten Rokan Hilir Untuk mewujudkan cita-cita sesuai dengan visi maka misi pembangunan daerah Kabupaten Rokan Hilir adalah sebagai berikut :
1.
Memperkuat Ekonomi Masyarakat Melalui Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengelola Sumberdaya Alam yang Berkelanjutan.
2.
Melanjutkan Pembangunan Infrastruktur Untuk Meningkatkan Pelayanan Pada Masyarakat, Memajukan Sektor Pertanian, Industri dan Jasa.
3.
Memperkuat Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas dan Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat.
4.
Mewujudkan Pemerintahan Yang Handal, Bersih dan Berwibawa.
5.
Memantapkan Pembangunan Masyarakat Yang Berbudaya Melayu Berlandaskan Iman dan Taqwa.
2.3.
Kondisi Geografis
Letak wilayah Kabupaten Rokan Hilir berada pada posisi geografis yang sangat strategis yaitu di jalur pelayaran internasional Selat Malaka. Hal ini menempatkan Kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu gerbang lintas batas
Halaman | 14
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
perdagangan regional yang cukup penting bagi Propinsi Riau. Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas wilayah 8.881,59 km 2 atau 888.159 hektar, terletak pada koordinat 10 14’ sampai 20 45’ Lintang Utara dan 1000 17’ hingga 1010 21’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Rokan Hilir meliputi :
Sebelah Utara
Sebelah Selatan :
:
Selat Malaka Kecamatan Mandau (Kabupaten Bengkalis) dan Kecamatan Kunto Darussalam, Tambusai (Kabupaten Rokan Hulu)
Sebelah Barat
:
Kabupaten Utara)
Sebelah Timur
:
Kecamatan Bukit Kapur (Kota Dumai)
Labuhan
Batu
Kepenuhan,
(Propinsi
Sumatera
Kondisi wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari beberapa sungai dan pulau. Sungai Rokan merupakan sungai terbesar yang melintas sejauh 350 kilometer dari muaranya di Rokan Hilir hingga ke hulunya di Rokan Hulu. Sebagai sungai terbesar, Sungai Rokan memainkan peranan penting sebagai sarana lalu lintas penduduk dan sumber ekonomi masyarakat. Sungai-sungai lainnya adalah Sungai Kubu, Sungai Daun, Sungai Bangko, Sungai Sinaboi, Sungai Mesjid, Sungai Siakap, Sungai Ular dan lainnya. Kabupaten Rokan Hilir mampu berkembang menjadi pusat pelayanan jasa perdagangan. Dengan posisinya yang strategis memiliki potensi menjadi pusat koleksi barang dan jasa dari wilayah daerah pengaruhnya dan sekaligus menjadi pusat distribusi barang dan jasa ke daerah-daerah lainnya. Kota Bagansiapiapi di Kabupaten Rokan Hilir, berada dalam simpul transportasi nasional. Bagansiapi-api mempunyai daerah-pengaruh tidak hanya kawasan di sekitar Kabupaten Rokan Hilir tetapi juga mampu melayani koridor jalan lintas timur Sumatera yaitu ke utara sampai Rantau Prapat Sumatera Utara, ke selatan sampai dengan di Pekanbaru, ke barat sampai di Duri dan wilayah-wilayah barat. Sebagian besar wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa, terutama di sepanjang Sungai Rokan hingga ke muara. Wilayah ini memiliki tanah yang sangat subur dan menjadi lahan persawahan padi terkemuka di Propinsi Riau. Dilihat dari letaknya wilayah Kabupaten Rokan Hilir berada pada posisi geografis yang sangat strategis, yaitu dijalur pelayaran internasional Selat Malaka. Hal ini telah menempatkan Kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu gerbang lintas batas perdagangan regional yang cukup penting bagi Provinsi
Halaman | 15
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Riau, yaitu dari/ke Selangor - Malaysia maupun ke Sumatera Utara. Berdasarkan kebijakan pembangunan Kabupaten Bengkalis sebelum pemekaran, di Kabupaten Rokan Hilir terdapat 2 dari 6 gerbang lintas batas yang ditetapkan, yaitu Panipahan dan Sinaboi. Potensi pengembangan Kabupaten Rokan Hilir sebagai gerbang lintas batas perdagangan regional dapat diuraikan sebagai berikut : Sebagai gerbang lintas batas dari/ke Malaysia (Selat Malaka) melalui pelabuhan-pelabuhan rakyat yang sudah ada, yaitu Pelabuhan Bagan Siapiapi, Pulau Halang, Sinaboi, Panipahan dan Tanjung Lumba-lumba. Pelabuhan tujuan di Malaysia yang pada umumnya menjadi orientasi utama palayaran adalah Port Klang, yang terletak di negara bagian Selangor. Lalu lintas pelayaran antar negara ini merupakan pelayaran tradisional yang telah dilakukan oleh masyarakat sejak lama. Meskipun bersifat tradisonal perdagangan lintas batas melalui kedua pelabuhan ini merupakan salah satu embrio bagi perkembangan kerjasama perdagangan lintas batas antara beberapa Kabupaten di Provinsi Riau dengan negara bagian Malaka dan Selangor. Sebagai
gerbang
lintas
batas
dari/ke
Sumatera
Utara
dengan
memanfaatkan jalan lintas Sumatera yang melintasi wilayah Kabupaten Rokan Hilir, serta beberapa jaringan jalan lokal yang terdapat di bagian wilayah sebelah Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara. Interaksi regional dengan wilayah Sumatera Utara ini telah berlangsung cukup lama, terutama dalam rangka mengangkut berbagai komoditas pertanian dan perkebunan yang dihasilkan masyarakat Kabupaten Rokan Hilir untuk dijual maupun diolah di Sumatera Utara. Selain sebagai gerbang lintas batas perdagangan regional, Kabupaten Rokan Hilir memiliki keunggulan geografis yang lain sehubungan dengan kedekatan dan aksesibilitasnya yang baik ke Kota Dumai. Dalam PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kota Dumai telah ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Provinsi Riau, yang salah satu fungsi utama pelayanannya adalah sebagai pusat kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional, termasuk di dalamnya untuk angkutan CPO dan Migas. Hingga saat ini, keberadaan Pelabuhan Dumai sangat membantu dalam proses angkutan CPO yang diproduksi di Kabupaten Rokan Hilir. Dalam hal ini Kabupaten Rokan Hilir menjadi PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dalam katagori II/B yang mengisyaratkan sebagai daerah sentra produksi. Dalam rangka mengoptimalkan keunggulan geografis wilayah yang berada pada jalur pelayaran
Halaman | 16
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
internasional Selat Malaka diharapkan hal yang lain juga dapat dilakukan dengan peningkatan pelabuhan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir.
2.4.
Administrasi Wilayah
Berdasarkan UU No. 53 tahun 1999 tentang luas wilayah Kabupaten Rokan Hilir adalah 8.881,59 km 2 , yang terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dengan Ibu Kota Kabupaten di Ujung Tanjung. Dalam perkembangannya, guna mengoptimalkan pengelolaan administrasi pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir maka berdasarkan Perda No. 23 dan no. 24 Tahun 2002, wilayah administrasi kecamatan dimekarkan menjadi 11 (sebelas) Kecamatan. Adapun 6 (enam) Kecamatan baru ini, merupakan hasil pemekaran wilayah administrasi dari kecamatan-kecamatan induk sebagai berikut : Kecamatan Kubu
: Kecamatan Kubu dan Kecamatan Pasir Limau Kapas
Kecamatan Bangko
: Kecamatan Bangko dan Kecamatan Sinaboi
Kecamatan Rimba Melintang : Kecamatan Rimba Melintang Kecamatan Bangko Pusako
dan
Kecamatan Bagan Sinembah : Kecamatan
dan
Bagan
Sinembah
Kecamatan Simpang Kanan Kecamatan Tanah Putih
: Kecamatan Tanah Putih, Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan dan Pujud.
Secara Administrasi Kabupaten Rokan Hilir saat ini terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan, yaitu: 1.
Kecamatan Bangko : 5 Kelurahan, 10 Kepenghuluan, yaitu : Kelurahan : Bagan Kota, Bagan Hulu, Bagan Barat, Bagan Punak dan Bagan Timur. Kepenghuluan : Labuhan Tangga Besar, Labuhan Tangga Kecil, Bagan Jawa, Parit Aman, Labuhan Tangga Baru, Bagan Jawa Pesisir, Serusa, Labuhan Tangga Hilir, Bagan Punak Meranti dan Bagan Punak Pesisir.
2.
Kecamatan Sinaboi terdiri dari 4 Kepenghuluan, yaitu Kepenghuluan : Sinaboi, Sungai. Bakau, Raja Bejamu, Sei Nyamuk.
Halaman | 17
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
3.
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Kecamatan Rimba Melintang terdiri dari 1 Kelurahan, 11 Kepenghuluan: Kelurahan : Desa Rimba Melintang . Kepenghuluan : Jumrah, Teluk Pulau Hilir, Teluk Pulau Hulu, Lenggadai Hulu, Lenggadai Hilir, Mukti Jaya, Karya Mukti, Harapan Jaya, Seremban Jaya, Pematang Botam dan Pematang Sikek.
4.
Kecamatan Bangko Pusako terdiri dari 13 Kepenghuluan yaitu : Kepenghuluan : Bangko Kanan, Bangko Jaya, Bangko Sempurna, Bangko Bakti, Bangko Pusako, Bangko Kiri, Sei. Manasib, Teluk Bano I, Bangko Makmur, Pematang Damar, Pematang Ibul, Bangko Permata dan Bangko Mukti.
5.
Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan terdiri dari 5 Kepenghuluan: Kepenghuluan : Melayu Besar, Melayu Tengah, Batu Hampar, Mesah dan Labuhan Papan.
6.
Kecamatan Tanah Putih terdiri dari 2 Kelurahan, 14 Kepenghuluan yaitu : Kelurahan : Kelurahan Sedinginan dan Banjar XI. Kepenghuluan : Sekeladi, Teluk Mega, Putat, Rantau Bais, Ujung Tanjung, Sintong, Mumugo, Teluk Berembun, Sekeladi Hilir, Manggala Sakti, Manggala Sempurna, Sintong Pusaka, Sintong Bakti dan Sintong Makmur.
7.
Kecamatan Kubu terdiri dari 1 Kelurahan, 9 Kepenghuluan. Kelurahan : Teluk Merbau. Kepenghuluan : Tanjung Leban,Sei. Kubu,Rantau Panjang Kanan,Teluk Piyai,Sei. Segajah, Sungai Segajah Makmur, Teluk Piyai Pesisir, Sungai Kubu Hulu dan Sungai Segajah Jaya.
8.
Kecamatan Bagan Sinembah terdiri dari 5 Kelurahan, 28 Kepenghuluan : Kelurahan : Bagan Batu Kota, Bahtera Makmur Kota, Balai Jaya Kota, Balam Sempurna Kota dan Bagan Sinembah Kota Kepenghuluan : Bagan Sinembah, Bagan Batu, Bahtera Makmur, Pasir Putih, Balai Jaya, Balam Sempurna, Pelita, Gelora, Kencana, Bagan Bhakti, Lubuk Jawi, Panca Mukti, Harapan Makmur Salak, Suka Maju, Bagan Manunggal, Bagan Sapta Permai, Bagan Sinembah Utara, Bagan Sinembah Barat, Bakti Makmur, Makmur Jaya, Pasir Putih Utara, Jaya Agung, Harapan Makmur Selatan, Meranti Makmur, Bhayangkara Jaya, Pasir Putih Barat dan Bagan Sinembah Timur.
9.
Kecamatan Pujud terdiri dari 13 Kepenghuluan Kepenghuluan : Pujud, Suka Jadi,Siarang-arang,Teluk Nayang,Tanjung Medan, Air Hitam, Kasang Bangsawan, Sungai Pinang, Sri Kayangan, Tanjung Sari, Sungai Tapah, Pondok Kresek dan Perkebunan TJ. Medan
Halaman | 18
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
10. Kecamatan Simpang Kanan Terdiri dari 6 Kepenghuluan yaitu Kepenghuluan : Simpang Kanan, Kota Parit, Bagan Nibung, Bukit Damar, Bukit Selamat dan Bukit Mas. 11. Kecamatan Pasir Limau Kapas terdiri dari 7 Kepenghuluan Kepenghuluan : Pasir Limau Kapas, Panipahan, Teluk Pulai, Sungai Daun, Panipahan Darat, Panipahan Laut dan Pulau Jemur. 12. Kecamatan
Batu
Hampar
terdiri
dari
5
Kepenghuluan,
yaitu:
Kepenghuluan : Bantaian, Sungai Sialang, Sungai Sialang Hulu, Bantaian Hilir dan Bantai Baru. 13. Kecamatan Rantau Kopar terdiri dari 4 Kepenghuluan, yaitu Kepenghuluan : Rantau Kopar, Sekapas, Sungai Rangau dan Bagan Cempedak. 14. Kecamatan Perkaitan terdiri dari 10 Kepenghuluan, yaitu: Kepenghuluan : Sungai Besar,Pekaitan,Teluk Bano II, Suak Temenggung, Pedamaran, Suak Air Hitam, Rokan Baru, Kubu I, Karya Mulyo Sari dan Rokan Baru Pesisir. 15. Kecamatan Kubu Babussalam terdiri dari 11 Kepenghuluan, yaitu : Kepenghuluan : Pulau Halang Muka, Pulau Halang Belakang, Sungai PanjiPanji, Sungai Pinang, Rantau Panjang Kiri, Sungai Majo, Teluk Nilap, Jojol, Pulau Halang Hulu, Rantau Panjang Kiri Hilir, Sungai Majo Pusako. Tabel 2.1. Nama Ibukota dan Luas Kecamatan di Wilayah Kabupaten Rokan Hilir Kecamatan 1. Tanah Putih 2. Pujud 3. T. P. Tanjung Melawan 4. Rantau Kopar 5. Bagan Sinembah 6. Simpang Kanan 7. Kubu 8. Pasir Limau Kapas 9. Bangko 10. Sinaboi 11. Batu Hampar 12. Rimba Melintang 13. Bangko Pusako 14. Pekaitan 15.Kubu Babussalam Kabupaten Rokan Hilir
Ibu Kota Sedinginan Pujud Melayu Besar Rantau Kopar Bagan Batu Simpang Kanan Teluk Merbau Panipahan Bagansiapapi Sinaboi Bantayan Rimba melintang Bangko Kanan Pedamaran Teluk Nilap Bagansiapiapi
Luas Wilayah (km2) 1.999,23 984,90 198,39 213,13 847,35 445,55 1.061,06 669,63 482,56 335,48 284,31 235,48 732,52 458 8881,59
Persentase Luas (%) 21,77 11,09 2,23 2,40 9,54 5,02 11,95 7,54 5,43 3,78 3,20 2,65 8,25 5,16 100,00
Halaman | 19
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Rokan Hilir
Gambar 2.1. Peta Administratif Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 20
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.2. Peta Adminsitrasi Desa Kabupaten Rokan Hilir
Gambar 2.2. Peta Administrasi Desa Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 21
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.3. Peta Nama-nama Pulau di Kabupaten Rokan Hilir 2.5. Geomorfologi, Tanah dan Geologi
Halaman | 22
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Secara administratif Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari 15 Kecamatan, 127 Desa dan 7 Kelurahan. Kabupaten Rokan Hilir. Peta Administratif Kabupaten Rohil (Gambar 2.1) dan Peta Adminsitrasi Desa (Gambar 2.2). Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Tanah Putih dengan luas 1.933,23 km2, sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Tanah Putih Rimba Melintang yang hanya memilik luas 198,39 km2 . Dari luas wilayah total 8.881,59 km2, dalam penggunaan lahannya, 2.059,10 km2 (205.591 ha) dipergunakan sebagai perkebunan Negara, ini merupakan penggunaan terbanyak dan sekaligus menunjukkan bahwa lahan perkebunan merupakan lahan potensial yang paling besar (Tabel 2.1.), sementara lahan yang digunakan sebagai perkampungan/pemukiman hanya 46.098 ha. Berdasarkan peta geologi, wilayah Kabupaten Rokan Hilir terbentuk dari batuan berumur tersier dan bahan endapan berumur kuarter. A. Batuan berumur tersier ini terdiri dari : 1. Formasi petani (TUP) yang merupakan lapisan palembang tengah dan bawah yang bersusun dari batu lumpur berwarna kehijauan, batu pasir bertufa, sedikit batu lanau dan batu pasir halus. Formasi petani ini terdapat pada bagian tenggara dari Kabupaten Rokan Hilir yaitu Sedinginan ke arah Kota Duri; 2. Formasi telisa (TNT) : formasi ini dicirikan oleh batu lumpur kelabu bergamping dengan sedikit batu lanau dan sisipan batu gamping, lensa gamping terbesar di atas formasi petani; 3. Formasi pematang (Tlpe) : muncul setempat-setempat di bukit batu kerikil dan bukit pelentung yang dicirikan oleh batu lumpur berkaratan ungu sampai jingga dan konglomerat breksia, serving coklat karbonat. B. Bahan endapan berumur kuater terdiri dari : 1. Formasi minas (Qpmi) : terdapat di atas formasi petani (Tup) dan di bawah endapan permukaan tuah (Qp). Formasi ini dicirikan oleh batu lumpur lunak berkaulin dan terurat limonitan, batu lanau, pasir dan kerikil. Formasi minas ini merupakan lipatan dan peralihan antara anti klin dan sinklin; 2. Endapan permukaan tua (Qp) merupakan daerah basa (Basin) dan daerah kering (uplade) formasi ini dicirikan oleh bahan lempung, lanau dan kerikil lempungan serta sisa-sisa tumbuhan; 3. Endapan permukaan muda (Kh) didominasi oleh bahan organik berupa kubah gambut dan hanya sebagian kecil terbentuk dari lempung, lanau dan kerikil licin yang di sepanjang sungai Rokan membentuk alufial sungai.
Halaman | 23
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Berdasarkan jenis batuan yang ada, maka di Kabupaten Rokan Hilir dijumpai potensi bahan tambang yang meliputi bahan galian golongan A (strategis), dan bahan galian golongan C (bahan bangunan, industri, mistrates, strategis dan nirvital). Bahan galian golangan A (strategis) berupa minyak bumi dan gas yang terdapat di Kecamatan Tanah Putih dan Rimba Melintang. Minyak bumi dan gas ini telah dieksploitasi oleh PT Cd. Caltex Pasipic Indonesia (CPI) yang sekarang berganti menjadi PT. Cepron Indonesia, dan masih berlangsung hingga saat ini. Hingga tahun 1991 terdapat 335 sumur minyak yang tersebar di 25 daerah/lapangan minyak, dengan laju produksi 77.865 bopd. Untuk laju produksi gas sebesar 2.076 Mscfd. Dari keseluruhan sumur minyak yang ada maupun laju migas yang terbesar terdapat di lapangan minyak Bangko. Diperkirakan di daerah Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih, memiliki kandungan deposit migas yang dapat dieksploitasi dengan 1.000 pompa angguk. Tabel 2.2. Sebaran dan Produksi Tambang Golongan A yang Dioperasikan oleh PT. CPI di Kabupaten Rokan Hilir Daerah/Lapangan Minyak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Mangga Kerang Genting Damar Benar Bangko SO Balam SE Balam Antara Ubi Sikladi Telinga Tunas Sintong SE Sintong Seruni Perkebunan Nella SO Menggala NO Menggala Singa Pinang Pager Mutiara Tanjung Medan TOTAL
Sumur 1 10 4 3 21 95 67 5 5 16 16 16 16 17 N/A 21 1 2 8 17 1 18 21 2 N/A 335
Rencana Pengembangan Sumur
Laju Produksi Minyak (BOPD) 14 50 10 4 3 1 3 5 3 1 94
346 1.918 337 472 4.181 27.220 9.174 619 619 2.560 2.218 633 278 2.731 83 7.071 167 35 1.975 3.948 0 3.787 6.507 10 678 77.865
Laju Produksi Gas (MSCFD) 0 199 0 4 64 601 148 10 68 54 43 9 0 48 1 308 5 1 8 34 0 135 332 1 4 2.076
Halaman | 24
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Bahan galian golongan C (bahan bangunan, industri, nistrates strategis dan nirvital), di deteksi berupa jenis pasir kwarsa (PK) yang diperkirakan seluas 135 Ha tersebar di Kecamatan Bangko dan Tanah Putih; pasir (PS) seluas 74 Ha di Kecamatan Bangko dan Tanah Putih; tanah urug (TU) dan tanah liat (Ti) terdapat di Kecamatan Bangko. Potensi sumber daya galian golongan C ini, setidaknya dapat menjadi pendorong bagi timbulnya kegiatan pembangunan yang sedang dilakukan saat ini. Namun potensi galian ini, masih memerlukan eksploitasi lebih lanjut dengan mempertimbangkan pada dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan eksploitasi yang akan dilakukan. Keadaan Tanah Tanah merupakan sumber daya lahan yang memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan suatu wilayah, baik dalam upaya pengembangan budidaya pertanian dan kehutanan, maupun non pertanian/kehutanan. Keadaan tanah di Kabupaten Rokan Hilir diperoleh melalui peta pada satuan lahan dan tanah (land unit) (Puslitanah 1990) skala 1:250.000. Adapun keadaan tanah yang dijumpai di Kabupaten Rokan Hilir sebagai berikut : A. Klasifikasi Tanah Peta satuan lahan dari tanah (Puslitanak, 1990) skala 1 : 250.000 di Kabupaten Rokan Hilir menggunakan lembar Bagan Siapiapi, Dumai, sebagian lembar Padang Sidempuan, Sibolga dan Pematang Siantar. Untuk tiap lembar peta menggunakan sistem Taxono, 1983. Di wilayah Kabupaten Rokan Hilir, dijumpai 6 (enam) ordo yang menurunkan sub ordo dan 21 great group. Tabel 2.3. Klasifikasi Tanah yang Dijumpai di Kabupaten Rokan Hilir KLASIFIKASI TANAH (USDA – 1990) Ordo 1. Histosois
Sub Ordo 1. Saprists 2. Hemists 3. Fibrists
2. Entois
4. Aquents 5. Fluvents 6. Psamments
3. Inceptisois
7. Aquents
Great Group 1. Troposaprists 2. Tropohemists 3. Sulfihemists 4. Tropofibrists 5. Fluvaguents 6. Sulfaquents 7. Hydraquents 8. Halaquents 9. Tropaquents 10. Tropofluvents 11. Tripopsamments 12. Sulfaquents 13. Halaquents 14. Tropoquents 15. Humitropepts 16. Dystropepts
PUSLITANAK (TOR P3MT, 1983) Jenis 1. Organosol Saprik 2. Organosol Hemik 3. Organosol Hemik 4. Organosol Fibrik 5. Aluvial 6. Gleisol Tionik 7. Gleisol Hidrik 8. Gleisol Halik 9. Gleisol Haplik 10. Aluvial 11. Regosol Haplik 12. Gleisol Sulfik 13. Gleisol Halik 14. Gleisol Haplik 15. Kambsiaol Humik 16. Kambisol Distrik
Halaman | 25
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
KLASIFIKASI TANAH (USDA – 1990) Ordo 4. Ultisois
Sub Ordo 8. Udults
Great Group 17. Kandiudults 17. 18. Kanhapludults 18. 19. Hapludults 19. 5. Spodosois 9. Humods 20. Tropohumods 20. 6. Oxisois 10. Udox 21. Hapludox 21. Sumber : Peta Satuan Lahan dan Tanah (Puslitanah, Bogor 1990)
PUSLITANAK (TOR P3MT, 1983) Jenis Padsolik Kandik Podsolik Haplik Podsolik Haplik Podsol Hemik Oxisol Haplik
Adapun karakteristik dari masing-masing ordo secara umum, sebagai berikut : 1. Histosois, sering diidentifikasikan dengan tanah gambut, terbentuk dari endapan bahan organik atau bercampur dengan bahan mineral dengan kedalaman 40 cm atau lebih, dan selalu tergenang, kecuali di daerah yag telah memiliki drainase. Di daerah kubah gambut kadar bahan organiknya hampir murni dan mencapai > 95%, dan belum banyak terdekomposisi yaitu dengan tingkat dekomposisi bahan organik di bagian kubah fibrik hingga hemik, serta dibagian pinggiran hemik sampai saprik. Selain itu, miskin unsur hara dan mineral, ketebalan gambut dalam > 2 meter, reaksi asam, sehingga mudah kekeringan (irreversible), terbakar dan tererosi. Untuk didaerah marin atau alluvium sungai, campuran bahan mineralnya < 84 %, dengan tingkat dekomposisi bahan organik umumnya hemik sampai saprik, Di daerah marin banyak mengandung mineral pirit (salfo), kadar K tinggi, P sedang ketebalan gambut tipis (< 2 meter) dengan tanah mempunyai subrat lapisan potensial sulfat asam. Sedangkan di daerah aluvium sungai umumnya berkualitas lebih baik, ketebalan gambut rata-rata < 2 meter, dengan pengendalian tata air banyak tanaman mampu beradaptasi. 2. Entisols, tanah ini umumnya dijumpai pada daratan aluvial dan marin terutama pada landform rawa belakang, selalu tergenang atau sering banjir. Tekstur tanah bervariasi dari halus dengan kesuburan tanah sedang hingga tinggi, reaksi tanah agak masam sampai netral. 3. Inceptisols, dari proses pembentukannya, tanah ini tergolong tanah yang masih muda dengan ciri adanya perubahan kimia yang masih rendah. Tanah ini penyebarannya tidak terikat pada suatu landform pembentuknya. Jenis tanah ini di daratan aluvial dan marin umumnya berdrainase agak terhambat, tingkat kesuburan umumnya baik, penampang tanah dalam dan tekstur dari halus sampai kasar, di daerah pasang surut (marin) ada bahaya ditimbulkan oleh sulfat asam/pirit. Di daerah dataran yang terbentuk dari bahan sulfat
Halaman | 26
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
asam mempunyai kedalaman tanah sedang - dalam, tekstur halus, reaksi tanah asam - sangat asam. Drainase umumnya baik dan tingkat kesuburan tanah rendah. Di daerah perbukitan dan pegunungan umumnya berdrainase baik, tekstur halus bersifat asam - sangat masam dan agak asam - netral. Tingkat kesuburan tanah umumnya rendah - sangat rendah. 4. Ultisois, merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan dan pencucian lanjut, sehingga miskin asam basa, basa (kation), kesuburan tanah rendah. Kesuburan alami jenis tanah ini sangat tergantung pada lapisan atas yang mengandung bahan organik. Penampang tanah sedang - sangat dalam, tekstur lapisan atas lebih ringan bila dibandingkan dengan lapisan bawahnya yang lebih berat dan padat. Tanah ini peka terhadap erosi, drainase umumnya baik, pada lapisan bawah kadang-kadang dijumpai plintit. Kandungan K dan P umumnya sangat rendah, dan kejenuhan aluminium umumnya tinggi - sangat tinggi. 5. Spodosols, merupakan jenis tanah yang perkembangannya paling lanjut, berasal bahan induk endapan pasir kuarsa atau batuan sendimen pasir yang relatif resisten terhadap pelapukan. Terdapat di daerah Beting Pasir Pantai dan dataran aluvial dari pasir kuarsa (lereng < 8 %), sebagian drainase jelek. Penampang tanah sedang - dalam, tekstur tanah pasir kasar, kandungan K dan P rendah, kapasitas tukar kation (KTK) rendah, reaksi tanah masam, miskin Al dan bahan organik. 6. Oxisois, merupakan ordo tanah yang paling lanjut perkembangannya, mineral promer mudah lapuk sudah hampir tidak tersisa, karena itu basa yang dilepaskan sedikit sekali. Penampang tanah dalam - sangat dalam, tersusun dari oksida besi dan aluminium dengan kandungan mineral kaolinit dominan yang mempunyai kapasitas tukar kation rendah dan retensi anion tinggi. Jenis tanah ini pada umumnya tersebar pada landform perbukitan/pegunungan. B. Landform Pengetahuan mengenai landform atau bentukan lahan sangat penting untuk mengenal karakteristik sumberdaya lahan, karena setiap tipe landform memiliki ciri spesifik yang merupakan asosiasi dari karakteristik batuan (geologi), iklim, hidrologi, topografi, tanah (litologi) dan vegetasi. Berdasarkan peta satuan lahan dan bahan (puslitanah, 1990) wilayah Kabupaten Rokan Hilir secara fisiografi dibagi menjadi 4 grup landform yang dari bentang alam/relief, torehan dan litologi dibedakan ke dalam 30 satuan lahan (Tabel 3–7 A–C). Secara umum
Halaman | 27
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
ke 4 (empat) grup landform ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) karakter lahan yaitu lahan kering (upland) dan lahan basah (wetland). 1. Lahan Kering termasuk dalam grup landform daratan. Grup daratan ini berkembang dari bahan sedimen yang telah mengalami pengangkatan atau lipatan. Dataran yang terbentuk di daerah antiklinerium pada formasi petani dan formasi telisa membentuk wilayah berombak sampai bergelombang dan berbukit kecil. Dataran yang terbentuk di daerah formasi minas dan endapan permukaan tua membentuk wilayah datar sampai berombak agak bergelombang. Pembagian lebih lanjut grup dataran didasarkan pada morfologi bentang alam atau relief, tingkat torehan serta litologi. Karena proses pembentukan tanah jauh lebih tua dari proses penorehan (erosi), maka dibeberapa tempat dijumpai perbedaan antara profil tanah yang belum/sedikit tererosi pada daerah punggung dan profil tanah bererosi berat/sedang pada darah berlereng. Berdasarkan litologi, relief dan tingkat torehan grup dataran ini dibedakan menjadi 5 subgrup dan 13 satuan lahan. a. Subgroup dataran rendah menurunkan 4 satuan lahan, yaitu : pq 10, pq 11, lPfg 11. Tanah utama yang dijumpai Tropaquepts, Tropohumod, Humitropepts, Tropopsamments dan sebagian kecil Hapludox, Troposaprists dan Dystropepts. Penyebarannya terdapat paling luas di wilayah Kecamatan Tanah Putih, luas seluruhnya ± 109.375 Ha; b. Subgrup dataran datar sampai berombak yaitu satuan lahan pq 21. Terbentuk dari bahan induk sedimen kasar, bentuk wilayah datar agak berombak dengan lereng < 5%. Tersebar di Kecamatan Tanah Putih luas seluruhnya ± 20.000 Ha, tanah utama yang dijumpai Humitropepts, Hapludok dan sebagian kecil Kandiulus; c. Subgrup dataran berombak, menurunkan 5 satuan lahan yaitu : Pfq 31, Pq 32, Pf 32, Pfq 32 dan Pfq 33. Tanah utama yang dijumpai Kanhapludrults, Kandiudults, Hapludults dan sebagian kecil Dystropepsts, Hapludox dan Tropaquepts. Penyebarannya terdapat di sekitar wilayah Kecamatan Kubu, Bagan Sinembah dan sebagian di Kecamatan Tanah Putih luas seluruhnya ± 106.250 Ha; d. Subgrup dataran berombak sampai bergelombang menurunkan 2 (dua) satuan lahan yaitu Pf 42 dan Pfq 42. Tanah utama yang dijumpai adalah Hapludults, Kanhapludults dan sebagian kecil systropepts, tropaquepts dan Haphudox. Penyebarannya terdapat di wilayah Kecamatan Tanah Putih, luas seluruhnya ± 13.750 Ha;
Halaman | 28
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
e. Subgrup dataran bergelombang, yaitu satuan lahan Pfq 53. Terbentuk dari bahan induk sedimen halus/kasar, sangat teroreh. Tanah utama Kanhapludults dan Hapludox dan sebagian kecil Humitropepts. Penyebarannya terdapat di wilayah Kecamatan Bagan Sinembah, luas seluruhnya ± 9.375 Ha. 2. Lahan basah termasuk dalam grup landform kubah gambut, grup marine dan grup aluvial. Adapun karakteristik dan persebaran dari masing-masing grup ini sebagai berikut : a. Grup kubah gambut, grup ini berkembang dari bahan organik endapan permukaan muda (Qh) dan endapan permukaan tua (Qp). Permukaan air tanah dangkan, kadang-kadang tergenang, secara umum ketebalan gambut makin tebal jika makin jauh dari sungai. Jenis tanah gambut makin tebal jika makin jauh dari sungai. Jenis tanah gambut terbentuk dari timbunan bahan sisa purba yang berlapis-lapis hingga mencapai ketebalan > 30 cm. Proses penimbunan bahan sisa tanaman ini merupakan proses geogenik yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama (didukung sejak 2000 hingga 6000 th yang lalu). Karakteristik gambut umumnya memiliki ketebalan diantara 75 cm, bahkan pada beberapa lokasi dan ada yang mencapai ketebalan hingga > 300 cm (gambut sangat dalam). Berdasarkan derajat kematangannya
(ripeness) tanah gambut di
Kabupaten Rokan Hilir dibedakan atas 3 (tiga) jenis, yaitu Fibrik (gambut yang masih tergolong mentah), Hemik (gambut yang telah mengalami perombakan dan bersifat separoh matang) serta Saprik (gambut yang sudah mengalami perombakan sangat lanjut dan bersifat matang hingga sangat matang). Sedangkan berdasarkan ketebalannya, tanah gambut dibedakan atas gambut dangkal (50 s/d 100 cm), gambut tengahan (100 s/d 200 cm), gambut dalam (200 s/d 300 cm) dan gambut sangat dalam (> 300 cm). Semakin dalam ketebalan gambut (khusunya sekitar lokasi dome), akan semakin rendah derajat kematangannya dan semakin rendah pula tingkat kesuburannya. Dengan demikian berdasarkan pengertian ini, tingkat kesuburan gambut jenis fibrik < jenis hemik < jenis saprik. Ditinjau dari sifat fisikanya, tanah gambut memiliki kadar lengas (nilai pegang air) dan permeabilitas (daya hantar hidrolik) yang jauh lebih besar dari jenis tanah mineral lainnya. Karena kadar lengas dan permeabilitasnya yang tinggi, maka tidak heran bila gambut memiliki
Halaman | 29
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
kemampuan menyerap dan menyimpan air yang baik pada musim penghujan serta mengeluarkannya kembali pada musim kemarau. Semakin rendah kematangan gambut, akan semakin tinggi kadar lengas dan permeabilitas yang dimiliki. Walau demikian, meskipun dari segi kadar lengas dan permeabilitas jenis tanah ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyerap dan memegang air hujan, namun secara khusus bagi pengembangan kegiatan pembangunan dapat sebagai faktor pembatas. Grup kubah gambut di wilayah Kabupaten Rokan Hilir dibedakan menjadi 4 satuan lahan, yaitu : Kubah gambut air tawar dengan ketebalan gambut kurang dari 2 meter (D212). Tersebar di daerah Kecamatan Kubu dan Bangko yaitu daerah peralihan antara tanah mineral dengan gambut dalam. Drainase terhambat, bentuk wilayah datar sampai cekung, tanah utama Tropohemists dan Troposaprists luas seluruhnya 83.125 Ha; Kubah gambut air tawar dengan ketebalan gambut lebih dari 2 meter (D213) tersebar terutama di Kecamatan Bangko dan Kubu dengan luas seluruhnya ± 234.375 Ha. Drainase terhambat bentuk wilayah datar sampai cekung. Jenis tanah utama Tropohemists, Troposaprislts dan Tropofibrists; Kubah gambut yang terpengaruh air asin, ketebalan gambut antara 0,5 s.d 2 meter (D222), tersebar di daerah muara sungai Rokan, luas seluruhnya ± 15.625 Ha. drainase terhambat selalu terkena pasang surut, jenis tanah utama Tropokemisto, Troposaprists dan sebagian Sulfihemists; Kubah gambut yang telah diolah, gambut telah mengalami penurunan permukaan (subsidence) dengan ketebalan 0,5 s.d 2 meter. Drainase baik - agak cepat, tanah utarna Tropohemists, Troposaprists dan Suelihemists. b. Grup marin (B), grup ini menempati daerah sepanjang pantai dengan lebar bervariasi antara 0,5 s.d 5 km dari pantai dan sebagian tersebar di sepanjang kiri - kanan sungai Rokan dan sungai Kubu bagian muara. Daerah ini merupakan hasil dari proses sedimentasi marin dan peimarin (delta dan kuala). Grup marin ini dibedakan menjadi 3 (tiga) subgrup dan menurunkan 8 satuan lahan yang terdiri dari :
Halaman | 30
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Subgrup dataran pasang surut menurunkan 6 satuan lahan yaitu : Bf 42, Bf 43, Bf 44, BF 45, Bf 46 dan Bfq 44. Satuan lahan ini dibedakan atas dasar jenis vegetasi dan posisi bentang alam. Penyebarannya terdapat di sepanjang pantai pasang surut. Tanah utama yang dijumpai adalah sulfaquents, hydraquents tropequents dan sebagian kecil tanah gambut dangkal. Drainase umumnya sangat terhambat dengan bentuk wilayah datar sampai agak cekung; Subgrup rawa belakang pantai (Bf 55). Satuan lahan ini merupakan rawa yang selalu tergenang tersebar di daerah Talang Merbau, luas seluruhnya ± 17.500 Ha. Lahan ini sebagian telah dimanfaatkan oleh petani sebagai areal persawahan. Tanah utama yang dijumpai Tropaquepts, Fluvaquents dan sebagian tanah gambut; Subgrup endapan delta (Bf 6) lahan ini merupakan pulau-pulau kecil. Tanah utama Hydraquents dan Sulfaquents, selalu tergenang, drainase sangat terhambat luas seluruhnya ± 8.750 Ha. c. Grup aluvial (A), grup ini berkembang dari endapan aluvial sungai yang tersebar terutama di sepanjang kiri - kanan sungai Rokan, sungai Kubu dan sungai Sinaboi. Berdasarkan bentang alam, torehan, litologi grup aluvial ini dibedakan menjadi 5 satuan lahan, yaitu: Dataran aluvial luas yang merupakan peralihan ke marin (A 113) tersebar di sekitar pulau Papan dan sungai Rokan. Luas seluruhnya ± 12.500 Ha. Tanah utama Tropaquepts dan Fluvaquents. Lahan ini sebagian terkena pasang kecil; Dataran banjir sungai bermeander (Au 12), tersebar di kiri - kanan sungai Rokan, sungai Bangko dan sungai Kubu. Tanah utama Tropaquepts dan sebagian Troposaprists. Drainase terhambat, kadang-kadang lahan ini terkena banjir musiman Luas seluruhnya ± 51.875 Ha; Tanggul sungai (Au 12), lahan ini merupakan tanggul alam di sepanjang kiri - kanan sungai Rokan. Luas seluruhnya ± 7.500 Ha. Tanah utama Tropaquepts dan sebagian kecil Fluvaquents dan Dystropepts; Rawa belakang (Au 122), satuan lahan ini terdapat di belakang tanggul sungai, selalu tergenang, drainase sangat terhambat, tanah utama Tropaquepts dan sebagian Traposapersts dan Tropohemists. Luas seluruhnya ± 8.750 Ha;
Halaman | 31
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Satuan lahan terras sungai dengan bentuk wilayah datar (Au 41 1). Daerah ini merupakan peralihan antara dataran aluvial dan dataran (upland). Tanah utama Dystropeps, Humitropepts dan sebagian Tropaquepts, luas seluruhnya ± 2.500 Ha.
Hidrologi Kondisi hidrologi (tata air) wilayah Kabupaten Rokan Hilir dipengaruhi oleh keberadaan 17 (tujuh belas) aliran sungai yang ada. Data nama-nama sungai di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Nama-nama Sungai dalam Wilayah Kabupaten Rokan Hilir No.
Kecamatan*
Nama Sungai
1.
Tanah Putih
Sungai Rokan
2.
Kubu
Sungai Kubu Sungai Ular Sungai Tengah Sungai Siandun Sungai Subang Sungai Agas Sungai Lilin
3.
Pasir Limau Kapas
Sungai Daun
4.
Bangko
Sungai Besar Sungai Serusa Sungai Rokan Sungai Bangko
5.
Sinaboi
Sungai Raja Bejamu Sungai Sinaboi Sungai Bakau
6.
Rimba Melintang
Sungai Rokan
*kecamatan sebelum terjadi pemekaran
Sungai Rokan merupakan sungai utama, dengan panjang 350 km dan kedalaman 6 - 8 meter, melintasi Kecamatan Bangko, Rimba Melintang dan Tanah Putih. Sungai ini bermuara ke laut lepas, sehingga dipengaruhi oleh arus pasang surut air laut yang menjangkau hingga ke Kecamatan Rimba Melintang. Sungai Rokan berasal dari 2 cabang anak sungai, yaitu Rokan Kanan dan Rokan Kiri yang hulu anak sungainya tersebar di pegunungan Bukit Barisan pada
Halaman | 32
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
bagian timur Kabupaten Tapanuli Selatan (Sumatera Utara), dan pada bagian barat Kabupaten Rokan Hulu. Peranan dari sungai Rokan, yaitu sebagai prasarana transportasi sungai, pengairan lahan pertanian, sumber air bersih dan memiliki potensi sumber daya perikanan. Adapun secara rinci pemanfaatan sungai Rokan Sebagai berikut : Dalam kaitannya dengan sumber air bersih, pamanfaatan selain guna keperluan bagi Kabupaten Rokan Hilir, juga dimanfaatkan oleh Kota Dumai untuk memenuhi kebutuhan airnya. Oleh karenanya di indikasikan bahwa keberadaan sungai ini dapat menjadi salah satu sumber pandapat asli daerah melalui perjanjian pemanfaatannya dengan Kota Dumai maupun wilayah lainnya yang memerlukan pasokan air. Sungai Rokan keadaannya di pengaruhi oleh pasang surut air laut, maka daerah-daerah rawa di tepi sungai ini sangat baik untuk dikembangkan sebagai daerah persawahan pasang surut Sungai Rokan memiliki potensi sumberdaya ikan, baik berupa kegiatan penangkapan maupun budidaya perikanan darat. Seperti contohnya : aliran Sungai Rokan yang terdapat di Kecamatan Tanah Putih, merupakan sumber daya ikan bagi masyarakat setempat. Hasil tangkapan utama yang diperoleh yaitu udang gantung, udang galah, ikan belido dan ikan toman. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa sungai di Kabupaten Rokan Hilir, sungai Rokan memiliki debit sungai yang terbesar, yaitu 14.231.283.750 dengan catchment area seluas 11.250 Km 2. Kemudian sungai Kubu, dengan debit sungai 1.518.003.600 dan catchment area 1.200 Km2 (Tabel 2.5). Tabel 2.5. Catchment Area dan Debit Sungai di Kabupaten Rokan Hilir
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Sungai
Catchment Area (km²)
Rokan Kubu Bangko Sinaboi Mesjid Raja Bejamu
11.250 1.200 600 199 88 26
Run Off (mm) 1.265.003 1.265.003 1.265.004 1.265.005 1.265.006 1.265.007
Debit Sungai 14.231.283.750 1.518.003.600 759.001.800 251.735.597 110.687.763 32.890.078
Sebagian besar wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan tanah gambut, sehingga memiliki kualitas air tanah dangkal yang umumnya berkualitas kurang baik. Daerah genangan terdapat di bagian selatan Kecamatan Tanah Putih,
Halaman | 33
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
sedang pada bagian utara atau pesisir pantai hingga sepanjang daerah aliran sungai Rokan merupakan daerah yang rawan terhadap genangan. Wilayah Kabupaten Rokan Hilir secara umum merupakan bagian dari keseluruhan kawasan timur Sumatera yang menunjukkan tenggelamnya daerah antiklinorium termasuk dataran rendah dan diikuti naiknya permukaan-permukaan laut pada zaman kuarter awal. Daerah sinklinal keadaan tata airnya dikendalikan oleh gradien kecil sehingga drainase terhambat yang mengakibatkan penggenangan yang luas dengan sifat permanen. Pada wilayah upland dengan bentuk wilayah datar hingga bergelombang mempunyai pola drainase dengan drainase baik.
2.5. Pemanfaatan Ruang Saat Ini Dari hasil interpretasi citra landsat di atas, dan perhitungan dengan menggunakan software map info ver 9.0, diperoleh pemanfaatan lahan didominasi kawasan hutan dengan luas 547.070 Ha atau 58,83% dari seluruh luas daratan di Kabupaten Kokan Hilir. Pemanfaatan lahan daratan yang cukup luas juga adalah perkebunan seluas 205.961,78 Ha (22,80%) dan tanaman pangan seluas 130.088,30 Ha (14,40%). Berdasarkan fungsinya, pemanfaatan ruang daratan terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Mengenai gambaran dari pola pemanfaatan ruang daratan berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada sub bab di bawah ini.
Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Jenis kawasan lindung di wilayah Kabupaten Rokan Hilir, sebagai berikut: Cagar Alam Pulau Berkey ditetapkan berdasarkan SK penunjukkan Memperta No.13/3/1986, dengan luas 500 Ha. Dari hasil perhitungan tata batas berdasarkan temu gelang, diperoleh luasan keseluruhan kawasan cagar alam ini yaitu 559.60 Ha. Letak cagar alam ini, berhadapan dengan Pelabuhan Bagan Siapiapi; Hutan lindung di Kecamatan Tanah Putih, belum memiliki SK serta belum di tata batas. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Rokan
Halaman | 34
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Hulu, memerlukan sinkronisasi pemanfaatan ruang untuk tetap menjaga fungsi lindungnya; Lindung gambut; Sempadan sungai dan danau. Berlangsungnya kegiatan budidaya di kawasan lindung pada prinsipnya dilarang, kecuali kegiatan yang sudah ada sebelumnya ditetapkan dan tidak mengganggu fungsi lindung namun bila mengganggu fungsi lindung harus dicegah perkembangannya. Dalam hal kegiatan budidaya yang telah ada yang mengganggu dan atau terpaksa mengkonversi kawasan fungsi lindung diatur sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1986 Tentang Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) beserta peraturan pelaksanaannya. Di dalam kawasan lindung yang berbatasan dengan kawasan budidaya, perlu dikembangkan suatu kawasan yang berfungsi sebagai penyangga. Kawasan penyangga ini adalah kawasan selain berfungsi lindung, juga berfungsi budidaya. Berdasarkan Keppres 32/1990, kawasan ini dinamakan sebagai hutan produksi. Tujuan dari pembentukan kawasan yang berfungsi penyangga bertujuan agar terjaminnya fungsi kawasan lindung dan pengendalian perkembangan fungsi budidaya. Luasnya persebaran jenis tanah gambut di Kabupaten Rokan Hilir, menyebabkan pengembangan fungsi budidaya di atas lahan gambut harus diperhitungkan secara cermat dari aspek teknis pengelolaannya. Aspek yang harus diperhatikan bukan saja menyangkut jenis kegiatan budidaya yang masih memungkinkan dikembangkan, tetapi justru menyangkut penggunaan teknologi yang sesuai dengan karakteristik tanah gambut, khususnya pada saat reklamasi dan pengaturan tata air. Hal ini penting karena upaya reklamasi dan pengaturan tata air yang keliru (over drainage) akan menyebabkan terjadinya degradasi, yaitu kekeringan hebat pada tanah gambut karena kemampuannya dalam memegang air (kadar lengas) terus berkurang. Bila degradasi ini terjadi, maka tanah gambut kemungkinan besar akan mengalami suatu kondisi irreversible drying (kering tak balik) sehinga rawan terhadap bahaya kebakaran.
Kawasan Budidaya Adapun pemanfaatan ruang untuk areal dari kawasan budidaya khususnya kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan hutan sebagai berikut :
Halaman | 35
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
1. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan, terbagi atas kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah dan lahan kering untuk produksi pangan di sawah dan ladang. Data tanaman pangan meliputi luas panen dan produksi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir. Selama periode 2011 luas panen tanaman padi adalah 45.964 hektar (ha), yang terdiri dari padi sawah 45.770 ha dan padi ladang 194 ha. Sedangkan produksinya 189.459 ton yang terdiri dari padi sawah 178.964 ton dan padi ladang 495 ton. Sedangkan luas panen tanaman pangan lainnya hanya 6,31 persen dari total luas panen tanaman pangan yaitu 3.095 ha dengan produksi 7.240 ton. Luas panen tanaman sayur-sayuran adalah 490 ha dengan produksi 2.265 ton, sedangkan produksi tanaman buah-buahan sebesar 17.742 ton. Pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dari luas areal panennya, persebaran potensi pengembangannya di tiap kecamatan sebagai berikut: a) Potensi pengembangan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah, tersebar di Kecamatan Bangko, Sinaboi, dan Kubu. Dari hasil analisis kesesuaian lahan diperoleh bahwa potensi sumberdaya lahan yang cukup sesuai bagi pengembangan tanaman pangan lahan basah di Kabupaten Rokan Hilir sebesar ± 143.070 Ha. Luas areal panen saat ini yang dikembangkan baru 27.795 Ha atau 19,4% dari potensi lahan yang dimiliki, sehingga guna perwujudan Kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu lumbung beras di Provinsi Riau perlu adanya perlindungan terhadap lahan potensial yang berada di luar kawasan lindung; b) Salah satu potensi pengembangan tanaman pangan lahan kering yang mendukung kebijaksanaan KSP beras di Kabupaten Rokan Hilir yaitu jenis tanaman padi ladang. Dari luas areal panennya, potensi pengembangan jenis tanaman padi ladang tersebar di Kecamatan Bangko, Kubu dan Tanah Putih. Di Kabupaten Rokan Hilir, lahan potensial yang cukup sesuai untuk pengembangan jenis komoditas ini cukup luas yaitu 349.900 Ha. Dari keseluruhan lahan potensial ini yang baru dikembangkan baru seluas 3.997 Ha atau 1,14%. c) Potensi
pengembangan
tanaman
pangan
jenis
palawija
dan
hortikultura berdasarkan luas areal panennya terdapat di Kecamatan
Halaman | 36
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Tanah Putih dan Rimba Melintang. Adapun persebaran jenis komoditasnya di dua kecamatan ini, sebagai berikut : - Kecamatan Tanah Putih areal panen terluas untuk komoditas jagung, ketela pohon, kacang panjang, cabe dan pisang; - Kecamatan Rimba Melintang untuk komoditas kacang kedelai, rambutan, dan durian. Dalam pemanfaatan ruang untuk budidaya tanaman pangan mengalami permasalahan yang perlu diantisipasi yaitu : Secara keseluruhan pemanfaatan ruang untuk budidaya tanaman pangan lahan basah mengalami kenaikan dalam luas panennya, namun sesungguhnya di Kecamatan Bangko mengalami penurunan luas panen. Hal ini merupakan ancaman terhadap fungsi kecamatan ini sebagai kawasan sentra produksi beras di Kabupaten Rokan Hilir; Dalam perkembangannya, kawasan budidaya tanaman pangan ini mengalami ancaman alih fungsi pemanfaatan lahannya ke kegiatan budidaya non tanaman pangan. 2. Kawasan Perkebunan, berdasarkan statusnya terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan swasta. Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan pertanian baik di tingkat nasional maupun regional. Tanaman perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial di daerah ini ialah kelapa sawit, karet dan kelapa. Pada tahun 2011 luas areal perkebunan adalah 240.030 ha dengan produksi 777.612 ton CPO, 26.065 ton karet kering, 5.834 ton kopra, 4 ton kopi dan 1.304 ton kakao. 3. Kawasan Hutan, terdiri dari kawasan hutan sekunder/primer yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan kawasan hutan yang diberikan hak pengelolaan kepada pihak swasta. Luas hutan di Kabupaten Rokan Hilir adalah 903.698 Ha. Bila dirinci menurut fungsinya, kawasan hutan di Kabupaten Rokan Hilir tahun 2008 terdiri dari hutan lindung seluas 86.466 Ha (9,57%), hutan suaka alam seluas 7.153 Ha (0,79%), hutan produksi seluas 220.628 Ha (24,41%), dan 589.451 Ha (65,23%) merupakan kawasan perkebunan, pertanian, pariwisata, industri, dan lain-lain. Kemudian dengan adanya perkembangan, sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Rokan Hilir digunakan untuk perkebunan (34,02 %), rawa yang diusahakan (17,40 %), hutan negara (8,82 %), tegal/kebun/lading/HUMA (8,55 %) dan untuk lahan persawahan seluas 719,45 ha (8,01 %) (Tabel 2.6).
Halaman | 37
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.4. Peta Penutupan Lahan Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 38
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Tabel 2.6. Luas Lahan Menurut Penggunaan (Ha) Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 Penggunaan Lahan 1. Pekarangan/Lahan untuk Bangunan dan Halaman Sekitarnya 2. Tegal/Kebun/ Ladang/Human 3. Padang Rumput 4. Tambak 5. Kolam/Tebat/ Empang 6. Lahan yang Sementara Tidak di usahakan 7. Lahan untuk Tanaman Kayu-kayuan 8. Perkebunan 9. Sawah 10. Rawa-rawa yang tidak diusahakan 11. Hutan Negara 12. Lain-lain Jumlah Total
Luas
Persentase
79.258,00
8,92
64.050,00 212,00 22,00 161,00 19.187,00 20.759,00 365.859,00 55.508,00 109.011,00 62.310,00 111.822,00 888159.00
7,21 0,02 0,00 0,02 2,16 2,34 41,19 6,25 12,27 7,02 12,59 100
Sumber: Profil Kab Rokan Hilir 2012
Dari luasan areal penutupan lahan untuk lahan pekarangan potensi luasanya relative tetap. Peningkatan luasan areal terbesar terjadi pada peruntukan perkebunan, sedangkan luasan yang berkurang sangat besar adalah pada luasan hutan negara. Luasan perkebunan yang ekspansif ini terjadi karena masyarakat banyak mengkonversi arealnya baik tegalan, hutan dan lahan kosong menjadi areal kebun sawit. Hal ini dirasakan wajar karena saat ini komoditi sawit merupakan komoditi yang primadona dengan kemudahan kegiatan penjualan, kemudahan pabrik dan harga yang kadang-kadang sangat tinggi bisa mencapai Rp 2000/kg. Faktor ini yang menjadikan masyarakat berlomba-lomba untuk mengkonversi lahannya menjadi lahan perkebunan.
2.6.
Sektor pembangunan (pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, kehutanan, wisata)
Pertanian Sektor pertanian hingga saat ini masih memegang peranan penting dalam konteks pembangunan daerah. Sebagai daerah agraris yang memiliki potensi cukup besar di bidang pertanian meliputi tanaman pangan (padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedelai, kacangkacang lainnya, sayur-sayuran, dan buah-buahan), perkebunan (kelapa, kelapa sawit, karet, cengkeh, kakao, jambu mete, dll), dan peternakan (sapi, kerbau, kambing, babi, itik, ayam, telur ayam, telur itik, susu sapi, sarang burung walet
Halaman | 39
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
serta hewan peliharaan lainnya) paling banyak menyerap tenaga kerja. Sektor pertanian dalam arti luas tersebut tetap menjadi andalan perekonomian kawasan di masa kini dan masa datang. Dalam rangka meningkatkan nilai tambah yang diterima petani, pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada usaha-usaha peningkatan produktivitas dan kualitas produksi yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan dan persediaan bahan baku industri hasil pertanian. Dengan kata lain memerlukan industri yang memanfaatkan bahan baku lokal (resources based industri), termasuk pemenuhan kebutuhan masyarakat Kabupaten Rokan Hilir khususnya dan Provinsi Riau serta Provinsi lain pada umumnya. Dilihat dari prospektif ketersediaan sumberdaya di bidang pertanian, Kabupaten Rokan Hilir memiliki potensi yang cukup besar dan memungkinkan untuk pengembangan baik di sektor perkebunan, pangan dan holtikultura termasuk sektor peternakan. Demikian pula ketersediaan tenaga kerja dalam bidang pertanian maka sangat memungkinkan Kabupaten Rokan Hilir dikembangkan sebagai salah satu lumbung pangan Provinsi Riau. Terdapat peningkatan penggunaan lahan dalam wilayah Kabupaten Rokan Hilir dari tahun ke tahun. Untuk mewujudkan Kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu lumbung pangan memerlukan berbagai langkah strategis seperti pembangunan sumberdaya manusia yang merupakan prioritas utama disamping penyediaan sarana dan prasarana produksi baik sebagai penunjang kegiatan fisik maupun dalam rangka peningkatan pelayanan kepada petani, masyarakat dan dunia usaha. Pengembangan bidang pertanian seperti kelembagaan tanaman pangan dan hortikultura, sektor peternakan harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan karena mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Disamping itu yang menjadi tujuan dan sasaran pengembangan bidang pertanian adalah terciptanya suatu ketahanan pangan yang menjamin stabilitas perekonomian daerah. Adanya sebagian besar kelompok masyarakat miskin yang masih terkonsentrasi pada bidang pertanian diperlukan adanya upaya guna pengembangan dan peningkatan sektor ini sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan yang terjadi melalui peningkatan kesejahteraan petani. Oleh karena itu pembangunan ekonomi pedesaan dan ekonomi kerakyatan merupakan aspek strategis dalam pemberdayaan. Potensi lahan pertanian di Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah umumnya dikembangkan menjadi lahan pertanian sawah. Sektor pertanian dalam arti luas merupakan leading sektor di Kabupaten Rokan Hilir diperkirakan lebih dari 50% perekonomian di kabupaten ini
Halaman | 40
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
bersumber dari sektor pertanian, karena itu titik berat pembangunan bidang ekonomi di kabupaten ini diarahkan pada pembangunan sektor pertanian guna mendorong dan menopang sektor industri dan perdagangan serta sektor lainnya. Pembangunan sektor pertanian dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan seperti; beras, palawija dan hortikultura. Sedangkan untuk sektor perkebunan diarahkan pada intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit, karet dan kelapa. Sektor pertanian yang dikembangkan adalah tanaman pangan. Tanaman pangan yang dominan terdapat di Kabupaten Rokan Hilir sampai tahun 2010 adalah jenis tanaman bahan makanan, sayursayuran dan buah-buahan. Luas tanaman bahan makanan dalam hal ini yaitu padi sawah mencapai 45.770 ha dengan tingkat produktivitas 178.964 ton. Padi gogo 194 ha dengan produksi sebesar 495 ton. Kemudiaan diikuti luas panen kedelai 2.435 ha dan jagung 365 ha , sedang luas tanaman bahan makanan lainnya kurang dari satu persen. Dari sisi produksi tanaman bahan makanan, tertinggi adalah jenis tanaman padi 178.964 ton untuk padi sawah dan produksi padi ladang 495 ton. Selanjutnya produksi kedelai 2.681 ton. Sementara untuk jenis tanaman pangan lainnya kurang dari satu persen. Tanaman padi sawah relatif tersebar di kecamatan dengan luas panen tertinggi pada kecamatan Bangko 11.728 (47.029,28 ton), Rimba Melintang 9.136 ha (36.726,72 ton) dan Kubu 8.897 (34.698,30 ton). Sementara tujuh kecamatan lainnya kurang dari 3.000
10 ha ha ha
dengan produksi kurang dari 8.000 ton. Sementara untuk padi ladang hanya terdapat di Kecamatan Bagan Sinembah 164 ha dan produksi 328 ton. Tanaman Jagung tersebar di 11 kecamatan dengan luas panen tertinggi di Kecamatan Rimba Melintang 255 ha (535 ton), Simpang Kanan 88 ha (184 ton) dan Bangko Pusako 72 ha (151 ton) serta kecamatan lainnya kurang dari 50 ha dengan produksi kurang dari 100 ton. Untuk tanaman jenis kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai, dan kacang hiijau), tersebar pada sembilan kecamatan, dengan jenis, luas dan produksi yang berda disetiap kecamatan. Tanaman kacang tanah banyak diusahakan di Kecamtan Simpang Kanan, Rimba Melintang, Bagan Sinembah dan Pujud, dengan luas panen antara 12 ha sampai 44 ha dan jumlah produksi antara 11 ton sampai 56 ton. Tanaman kacang kedelai hanya dikembangkan di enam kecamatan yaitu kecamatan Bangko, Rimba Melintang, Kubu, TPTJ Melawan, Bangko Pusako dan Simpang Kanan. Luas dan produksi tertinggi terdapat di kecamatan Bangko, Rimba melintang dan Kecamatan Kubu (diatas 100 ton). Untuk tanaman kacang hijau dominan diusahakan di Rimba Melintang dan di Kecamatan Simpang Kanan.
Halaman | 41
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.5. Peta Kesesuaian Lahan Kering Suatani Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 42
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.6. Peta Kesesuaian Lahan Basah Suatani Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 43
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Jenis tanaman sayur yang terdapat di Kabupaten Rokan Hilir adalah; sawi, bayam, kangkung, terong, kacang panjang, cabe dan ketimun. Jenis sayuran yang paling banyak diusahakan adalah terong, cabe, kacang panjang dan ketimun, dengan tingkat produksi antara 288 ton sampai 599 ton. Tanaman sawi banyak diusahakan di kecamatan Bangko, Bagan Sinembah dan Simpang kanan dengan kisaran produksi antara 12,60 ton sampai 13,40 ton. Tanaman Bayam banyak terdapat di kecamatan Kubu, Pasir Limau Kapas dan Simpang Kanan dengan tingkat produksi 12,95 ton sampai 93,30 ton. Tanaman Kangkung banyak diusahakan di kecamatan Kubu, Pasir Limau Kapas, Simpang Kanan dan Rimba Melintang dengan tingkat produksi 12,34 ton sampai 100,20 ton. Tanaman Terong banyak diusahakan di kecamatan Kubu, Rimba Melintang, Simpang Kanan dan Bagan Sinembah dengan tingkat produksi 30 ton sampai 311 ton. Kacang panjang banyak diusahakan di kecamatan Rimba Melintang, Simpang Kanan dan Kubu dengan tingkat produksi 29 ton sampai 236 ton. Cabe banyak diusahakan di kecamatan Rimba Melintang, Bagan Sinembah, Pasir Limau Kapas, Kubu dan Simpang Kanan dengan tingkat produksi 33 ton sampai 199 ton. Ketimum banyak diusahakan di kecamatan Rimba Melintang, Simpang Kanan, Kubu dan Pujud dengan tingkat produksi 20 ton sampai 152 ton . Produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten Rokan Hilir 16.061 ton, terdiri atas jenis buah: mangga, rambutan, duku/langsat, jeruk, jambu biji, durian, pepaya, pisang, nenas, belimbing, manggis, nangka/cempedak, sawo, dan sirsak. Tanaman buah yang paling banyak diproduksi adalah nangka/cempedak (4.461 ton), pisang (2.850 ton), rambutan (2.804 ton), nenas (1.762 ton), mangga (1.181 ton) dan pepaya (1.033 ton). Tanaman mangga banyak diusahakan di kecamatan Bagan Sinembah. Rambutan banyak terdapat di Rimba Melintang, Pujud dan Kubu. Jeruk dominan diusahakan di Rimba Melintang, Pujud, Bagan Sinembah dan Kubu. Durian diusahakan di Rimba Melintang dan Simpang Kanan. Jambu biji banyak diusahakan di Bagan Sinembah dan Rimba Melintang. Pepaya banyak diusahakan di Rimba Melintang, Bagan Sinembah dan Pujud. Pisang dominan diusahakan di Rimba Melintang, Bagan Sinembah, Kubu dan Pasir Limau Kapas. Nanas diusahakan di Rimba Melintang dan Bagan Sinembah. Manggis banyak terdapat di Rimba Melintang. Nangka/Cempedak diusahakan di Rimba Melintang dan Bagan Sinembah. Sawo banyak terdapat Bagan Sinembah.
Halaman | 44
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Tabel 2.7. Luas Produksi Padi, Palawija, Tanaman Sayur Tahun 2011 Luas dan Produksi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
Jenis Tanaman
1. Padi Sawah 2. Padi Ladang 3. Jagung 4. Ketela Pohon 5. Ketela Rambat 6. Kacang Tanah 7. Kacang Kedele 8. Kacang Hijau 9. Sawi 10. Bayam 11. Kangkung 12. Labu siam 13. Terong 14. Kacang panjang 15. Cabe 16. Ketimun Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Rokan Hilir, 2012
45.770 194 367 183 52 31 2.435 27 32 64 81
178.964 495 858 3.216 429 29 2.681 27 269 120 433
76 100 63 74
438 483 169 353
Tabel 2.8. Produksi Tanaman Buah - Buahan Menurut Jenis Tanaman (Ton) Tahun 2011 Jenis Tanaman 1. Mangga 2. Rambutan 3. Duku/Langsat 4. Jeruk 5. Jambu Biji 6. Durian 7. Pepaya 8. Pisang 9. Nanas 10. Belimbing 11. Manggis 12. Nangka/Cempedak 13. Sawo 14. Alpukat Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Rokan Hilir
Produksi (ton) 1.181 2.804 9 230 193 431 1.033 2.850 1.762 130 28.62 4.461 977 0
Perkebunan Luas Perkebunan di Kabupaten Rokan Hilir yaitu 242.220 ha, sedangkan luas panen 3.386.561,39 ha difokuskan pada pengembangan perkebunan sawit dan karet serta tanaman perkebunan lainnya seperti pinang, kopi dan kakao. Tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditi unggulan yang terdapat di Kabupaten Rokan Hilir.
Halaman | 45
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Tabel 2.9. Luas, Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Tanaman Karet Kelapa Kelapa Sawit Kopi Cengkeh Cokelat Pinang Jumlah Sumber: BPS Kab.Rokan Hilir 2012
Panen Luas Area (Ha) 25.211 5.083 209.447 9 0 202 78 242.220
Produksi (Ton) 26.065 5.834 777.612 4 0 1.304 88 3.386.561,39
Gambar 2.7. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Sawit Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 46
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.8. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Karet Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 47
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.9. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Coklat Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 48
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.10. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Robusta Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 49
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.11. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Sagu Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 50
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Pertambangan Undang-undang Nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuan pokok pertambangan mengelompokkan bahan galian tambang ke dalam 3 golongan yaitu bahan galian golongan A (bahan galian strategis), golongan B (bahan galian vital) dan golongan C (bahan galian yang tidak masuk golongan A dan B). Bahan galian golongan A yang meliputi minyak dan gas bumi, batu bara, timah, bitumen dan bahan galian radioaktif. Bahan galian golongan B yang adalah bauksit, gambut, dan emas. Sedangkan galian golongan C adalah granit, batu gamping, pasir kuarsa, kaolin dan lain-lain. Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi mendukung pembangunan daerah, terutama untuk mendukung sektor-sektor pembangunan lainnya. Untuk itu maka sasaran pembangunan energi adalah menyediakan energi yang cukup, dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Kabupaten Rokan Hilir memiliki potensi pertambangan dan energi yang cukup besar. Seiring dengan pertumbuhan pembangunan daerah, maupun pembangunan sektor-sektor, maka permintaan akan energi khususnya listrik akan terus meningkat. Demikian juga dalam beberapa tahun ke depan dengan adanya proses transisi masyarakat perdesaan menjadi masyarakat perkotaan akan mendorong kebutuhan energi, yang diperkirakan akan terus meningkat. Walaupun demikian, masyarakat yang masih belum terlayani oleh PLN masih cukup besar, yang dapat dilihat dari jumlah rumah tangga yang masih memanfaatkan lampu petromak, Pelita, dan lainnya sebanyak 785 rumah tangga (SUSENAS Riau, 2000). Dengan semakin meningkatnya pengembangan ekonomi kerakyatan (ekonomi perdesaan), kebutuhan akan energi di perdesaan diperkirakan juga akan semakin meningkat pula. Permasalahan pembangunan energi/perlistrikan di Kabupaten Rokan Hilir untuk 5 tahun mendatang adalah mengusahakan bagaimana Pemerintah Daerah mampu mengolah dan mengelola potensi energi yang ada untuk pemenuhan kebutuhan listrik khususnya pengembangan industri serta listrik perdesaan, mengingat kebutuhan listrik di Kabupaten Rokan Hilir setiap tahun terus meningkat, balk untuk keperluan rumah tangga maupun untuk kebutuhan industri dan lain-lain.. Perikanan Total produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir per 31 Desember 2011 meliputi penangkapan ikan dan laut, di perairan umum dan budidaya berjumlah 57.853,538 Ton. Produksi tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang berjumlah 59.808,43 Ton berarti mengalami penurunan sebesar 1954,892 Ton
Halaman | 51
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
atau sebesar 3,27 %. Penurunan produksi perikanan tersebut terjadi akibat penurunan produksi perikanan laut meskipun produksi perikanan budidaya (kolam) terus mengalami trend peningkatan yang baik. Fluktuasi produksi perikanan tangkap perairan laut merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam penangkapan ikan yaitu terjadi kenaikan dan penurunan hasil tangkapan. Penurunan produksi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya mulai berkurangnya frekuensi melaut para nelayan saat musim angin yang kurang bersahabat, luasan areal penangkapan nelayan yang tidak meluas karena keterbatasan kemampuan untuk menjangkau wilayah yang lebih jauh sementara kemampuan lestari alami ikan di wilayah tersebut untuk berkembang sangat lambat. Faktor penyebab lain adalah masih beroperasinya kapal pukat harimau dan atau pukat ikan yang berasal dari propinsi lain, pencurian ikan oleh nelayan negara asing sementara anggaran pengawasan / patroli di laut sangat terbatas, dan faktor lainnya. Khusus pukat ikan, kebanyakan memang memiliki izin penangkapan, namun pukat ikan tersebut dalam operasional penangkapannya memasuki wilayah penangkapan diluar batas yang telah ditetapkan dalam izinnya. Faktor lain yang juga berperan mempengaruhi produksi perikanan laut Kabupaten Rokan Hilir adalah faktor alami berupa degradasi yang pada umumnya disebabkan oleh abrasi dan erosi di sepanjang aliran sungai-sungai yang sebagian besar adalah tempat menetas (spawning ground) dan mencari makan (nursery ground) biota air, terutama ikan dan udang. Penebangan hutan di hulu sungai untuk pembukaan lahan perkebunan maupun untuk pembalakan dan industri kertas, patut diduga berperan dalam mempercepat proses degradasi perairan Kabupaten Rokan Hilir yang pada akhirnya menurunkan kualitas perairan. Produksi perikanan dari kegiatan penangkapan di laut masih memberikan kontribusi terbesar terhadap total produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir. Pada tahun 2011 produksi dari kegiatan penangkapan di laut berjumlah 55.137 Ton atau sebesar 95,30 % terhadap produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir sedangkan produksi perikanan dari kegiatan penangkapan di perairan umum berjumlah 2.097 Ton atau sebesar 3,62 % terhadap produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir sisanya berasal dari kegiatan budidaya baik yang dilakukan di kolam maupun yang dilakukan di keramba dan tambak. Produksi perikanan budidaya mulai menunjukkan perkembangan yang membaik, sampai akhir tahun 2011 produksi perikanan dari kegiatan budidaya baik budidaya di kolam, tambak maupun di keramba adalah sebesar 632,038 Ton atau sebesar 1,09 % terhadap produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir.
Halaman | 52
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Dibanding produksi perikanan budidaya tahun sebelumnya terjadi kenaikan yang relatif tinggi mengingat keadaan budidaya perikanan 2 tahun sebelumnya, yakni sebesar 57,068 Ton atau sekitar 9,11 %. Kenaikan disebabkan makin meningkatnya motivasi masyarakat dalam usaha budidaya ikan. Tabel 2.10. Produksi dan Nilai Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir Menurut Jenis Ikan (Kg) Tahun 2011 Produksi (kg) Kolam Keramba 1. Baung 2.277 − 2. Gabus − − 3. Gurami 6.968 − 4. Patin 30.938 − 5. Toman − − 6. Nila 7.920 − 7. Mas 1.306 − 8. Bawal 924 − 9. Lele 6.894 − 10. Lain-lain 103 − Jumlah Ikan 57.330 − Sumber: BPS Kab.Rokan Hilir 2012 *hanya data kolam Jenis Ikan
Total Produksi (kg)
Nilai (Rp) (ribuan)
2.277 − 6.968 30.938 − 7.920 1.306 924 6.894 103 57.330
70.857 − 128.908 303.606 − 79.200 19.580 18.460 130.966 1.639 753.216
Sedangkan potensi perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir cenderung lebih besar dibandingkan sector perikanan budidaya. Potensi prikanan tangkap pada tahun 2010 sekitar 54790180 kg atau sekitar Rp 426201392000. Sedangkan pada tahun 2011 potensi perikanan tangkap mencapai 54112015 kg atau Rp 54.112015000,-. Dari Tabel ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi perikanan di Kabupaten Rokan Hilir masih bertumpu pada kegiatan perikanan tangkap yang dilakukan oleh para nelayan. Untuk itu dalam rangka peningkatan produktivitas perikanan tangkap maka perlu diperhatikan kebutuhan alat tangkap dan angkutan nelayan tangkap. Tabel 2.11. Produksi dan Nilai Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir Menurut Jenis Ikan (Kg) Tahun 2010 sampai 2011 2010 Jenis Ikan 1. Tenggiri 2. Parang-Parang 3. Senangan 4. Bawal Putih 5. Bawal Hitam 6. Ikan Batu 7. Ikan Merah 8. Kakap 9. Kurau 10. Sembilang
Produksi (kg) 1.413.570 690.380 5.099.980 500.030 220.890 150.355 230.900 340.595 90.890 250.812
2011 Nilai (Rp) (ribuan) 23.323.905 8.629.750 91.799.640 15.000.900 5.522.250 1.804.260 4.156.200 8.514.875 4.998.950 3.009.744
Produksi (kg) 1.431.525 699.147 5.040.780 506.380 223.695 364.085 233.833 344.920 91.800 253.997
Nilai (Rp) (ribuan) 23.620.162,5 8.739.337,5 90.734.040,0 15.191.400,0 5.592.375,0 4.369.020,0 4.208.994,0 8.623.000,0 5.049.000,0 3.047.964,0
Halaman | 53
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
2010
2011 Nilai (Rp) Nilai (Rp) Produksi (kg) Produksi (kg) (ribuan) (ribuan) 11. Malong 350.750 4.559.750 355.205 4.617.665,0 12. Kelampai 190.983 1.909.830 193.408 1.934.080,0 13. Gerot 213.030 1.917.270 215.735 1.941.615,0 14. Manyung 730.900 6.578.100 740.083 6.660.747,0 15. Puput 185.580 2.226.960 187.937 2.255.244,0 16. Talang 103.350 826.800 102.109 816.872,0 17. Layur 260.555 1.302.775 263.866 3.430.258,0 18. Sebelah 370.200 2.961.600 374.501 4.868.513,0,0 19. Belanak 650.450 5.854.050 650.644 6.669.101,0 20. Pari 520.035 5.200.350 526.640 7.636.280,0 21. Hiu 120.800 724.800 122.334 2.079.678,0 22. Gulama 4.100.050 24.600.300 4.090.849 51.135.612,0 23. Lomek 920.353 5.522.118 909.308 11.366.350,0 24. Biang-Biang 490.065 5.880.780 496.289 5.707.323,0 25. Ikan Rucah 27.743.500 41.615.250 27.816.046 55.632.092,0 26. Ikan Lainya 1.970.085 25.611.105 970.832 13.286.350,0 27. Udang Putih 1.111.745 27.793.625 1.125.864 62.766.918,0 28. Udang Merah 3.050.300 45.754.500 3.089.038 139.006.710,0 29. Udang Swallow 1.563.050 31.261.000 1.582.903 39.572.575,0 30. Lain-Lain 1.155.997 17.339.955 1.108.262 6649.572,0 Jumlah 54.790.180 426.201.392 46.210.488 54.112.015,0 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.Rokan Hilir, 2012 Jenis Ikan
Industri Pembangunan industri di Kabupaten Rokan Hilir dikembangkan melalui pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia secara efisien. Peranan industri pengolahan di dalam struktur ekonomi cukup besar, terutama dalam menyerap tenaga kerja. Kegiatan industri pengolahan adalah bagian dari kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan atau barang jadi dengan nilai yang Iebih tinggi. Pembangunan sektor industri diharapkan mampu mendorong transformasi ekonomi yang berdampak Iuas bagi masyarakat dan mempunyai daya tahan dan keunggulan kompetitif. Pembangunan industri diarahkan untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan industri diarahkan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dengan memanfaatkan keunggulan komperatif daerah. Pembangunan industri dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antarindustri dan antara industri dengan sektor ekonomi Iainnya, melalui penciptaan iklim yang lebih kondusif dan pengembangan kawasan industri sesuai dengan pola tata ruang. Industri yang mengolah bahan baku dari hasil pertanian yang didukung oleh komponen dan bahan penolong yang berasal dari sumber
Halaman | 54
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
daya lokal, terus dikembangkan untuk mencapai struktur industri yang efisien dan mengurangi ketergantungan pada impor. Perkembangan industri di Kabupaten Rokan Hilir diharapkan mampu mendukung tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat, di sisi lain serapan tenaga kerja juga akan memberikan peluang bagi masyarakat setempat. Pembangunan industri terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga mampu mendukung pembangunan pertanian di daerah perdesaan. Termasuk Industri kecil dan menengah, kerajinan dan industri rumah tangga menjadi usaha yang efisien dan mandiri, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja, dan semakin berperan dalam penyediaan barang dan jasa baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Industri Rumah Tangga Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2011 terdapat 436 usaha industri, terdiri dari 165 unit (41,20 persen) industri hasil pertanian dan kehutanan, 199 unit (42,52 persen) usaha indiustri logam, mesin dan kimia, serta sisanya 72 unit (16,28 persen) usaha industri aneka. Banyaknya usaha di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2011 mengalami penambahan sebesar 14,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 2.12. Banyaknya Usaha Industri Menurut Jenisnya Tahun 2011 Logam, Mesin Industri Industri Hasil Pertanian Dan dan Kimia Aneka Kehutanan 1. Tanah Putih 10 7 2. Pujud 8 5 3. Tanah Putih Tanjung Melawan 5 2 4. Rantau Kopar 2 5. Bagan Sinembah 15 18 7 6. Simpang Kanan 7 4 1 7. Kubu 12 4 28 28 5 48 8. Pasir Limau Kapas 9. Bangko 80 9 59 10. Sinaboi 7 2 17 11. Batu Hampar 5 1 12. Rimba Melintang 15 3 5 13. Bangko Pusako 5 12 199 72 165 Jumlah 2011 157 62 162 2010 157 62 162 2009 155 47 166 2008 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hilir, 2012 Kecamatan
Halaman | 55
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Sebagian usaha industri berada di Kecamatan Bangko dan Kecamatan Pasir Limau Kipas, masing – masing 59 usaha (35,18 persen). Di Kecamatan Kubu terdapat 28 usaha (17,28 persen), sedangkan untuk kecamatan lain jumlahnya antara 1 sampai 16 usaha. Usaha industri aneka, berupa industri pakaian jadi, industri alas kaki dan industri jasa, reparasi dan lain-lain masingmasing berjumlah 47 usaha, 1 usaha dan 10 usaha. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri pada tahun 2006 sebesar 2.970 orang, terdiri atas tenaga kerja yang ditampung industri logam, mesin dan kimia 542 orang (17,80 persen), industri aneka 744 orang (22,50 persen), serta industri hasil pertanian dan kehutanan 1.684 orang (60,42 persen). Kecamatan dengan jumlah tenaga kerja penyerapan tenaga kerja industri terbesar adalah Bangko 1.531 orang, Kubu 534 orang dan Bagan Sinembah 138 orang. Tabel 2.13. Banyaknya Tenaga Kerja Industri Menurut Jenisnya Tahun 2011 Logam, Mesin Dan Industri Industri Hasil Pertanian Kimia Aneka Dan Kehutanan 29 20 1. Tanah Putih 15 20 2. Pujud 5 8 3. Tanah Putih Tanjung Melawan 4 4. Rantau Kopar 35 70 63 5. Bagan Sinembah 26 10 4 6. Simpang Kanan 28 15 491 7. Kubu 61 50 173 8. Pasir Limau Kapas 250 500 781 9. Bangko 15 30 77 10. Sinaboi 5 5 11. Batu Hampar 49 12 77 12. Rimba Melintang 20 4 18 13. Bangko Pusako 542 744 1.684 Jumlah 2011 476 627 1.684 2010 476 627 1.684 2009 463 623 1.607 2008 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hilir, 2012 Kecamatan
Industri Besar dan Sedang Banyaknya industri perusahaan besar dan sedang di Kabupaten Rokan Hilir tahun 2011 yaitu 174 unit, yang terdiri atas jenis industri: penggergajian kayu 20 unit, pembuatan/galangan/rehab/body kapal 75 unit, pengambilan udang 25 unit dan gilingan terasi 54 unit. Industri yang terbanyak dikembangkan adalah pembuatan/galangan/rehab/body kapal dan gilingan terasi (Tabel 2.18). Dalam kurun waktu 2009-2011, laju pertumbuhan industri besar dan sedang sebesar 1,57% atau rata-rata meningkat 4 unit/tahun. Pertumbuhan setiap jenis industri yaitu
Halaman | 56
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
penggergajian kayu 5,92%/tahun, pembuatan/galangan/rehab/body kapal 0,82%/ tahun, pengambilan udang 1,68%/tahun dan industri gilingan terasi 1,15%/tahun. Industri penggergajian kayu sebanyak 20 unit, tersebar pada 8 (delapan) kecamatan. Kecamatan dengan industri terbanyak yaitu Bagan Sinembah (40%), Bangko dan Rimba Melintang (15%), tanah Putih (10%), Pujud, Rantau Kapor, Simpang Kanan, dan Pasir Limau Kapas (5%). Industri pembuatan/galangan/rehab/body kapal sebanyak 75 unit, tersebar pada 4 (empat) kecamatan. Kecamatan dengan industri terbanyak yaitu Bangko (60%), Pasir Limau Kapas (27%), Kubu (9%), dan Sinaboi (4%). Industri pengambilan udang sebanyak 25 unit, tersebar pada 3 (tiga) kecamatan. Kecamatan dengan industri terbanyak yaitu Kubu (44%), Sinaboi (32%) dan Bangko (24%). Industri pengolahan terasi sebanyak 25 unit, tersebar pada 4 (empat) kecamatan. Kecamatan dengan industri terbanyak yaitu Pasir Limau Kapas (54%), Kubu (22%), Bangko (13%), dan Sinaboi (11%). Tabel 2.14. Nilai Produksi Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Jenisnya ( Ribuan Rupiah) di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 Kecamatan 1. Tanah Putih 2. Pujud 3. TP TJ Melawan 4. Ranta Kopar 5. Bagan Sinembah 6. Simpang Kanan 7. Kubu 8. Pasir Limau Kapas 9. Bangko 10. Sinaboi 11. Batu Hampar 12. Rimba Melintang 13. Bangko Pusako Jumlah 2011 2010 2009 2008
Gergaji Kayu (M3)
Pembuatan/Galangan/Rehab/ Body Kapal (Unit)
Pengambilan Udang (Ton)
− 15.000 − 15.000 300.000 15.000 15.000 26.000 76.000 − − 25.000 15.000 502.000 502.000 420.000 646.000
− − − − − − 27.500 297.140 1.240.000 46.000 − − − 1.610.640 1.610.640 1.610.640 1.610.640
− − − − − − 155.000 − 177.500 177.500 − − − 510.000 510.000 510.000 510.000
Gilingan Terasi (Ton) − − − − − − 5.874.000 254.375 70.400 70.400 − − − 6.269.175 6.269.175 6.269.175 6.269.175
Jumlah serapan tenaga kerja Industri Besar dan Sedang dalam 3 tahun terakhir (2008-2011) masih sangat rendah yaitu rata-rata hanya 0,83%/tahun. Sementara untuk tahun 2011, Jumlah tenaga kerja pada Industri Besar dan Sedang mencapai 1.614 orang, dengan tenaga kerja terbanyak pada gilingan terasi (37%), pembuatan/galangan/rehab/body kapal (31%), kemudian diikuti
Halaman | 57
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
pengambilan udang (23%) dan terendah penggergajian kayu (9%). Kecamatan dengan serapan tenaga kerja terbesar pada Industri Besar dan Sedang adalah Bangko, Kubu dan Pasir Limau Kapas. Tabel 2.15. Banyaknya Tenaga Kerja Pada Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Jenisnya Tahun 2011 Kecamatan
Jenis Industri Penggergajian Pembuatan/Galangan/Rehab/Body Pengambilan Gilingan Kayu Kapal Udang Terasi -
1. Tanah Putih 2. Pujud 3. Tanah Putih Tanjung Melawan 4. Rantau Kopar 5. Bagan Sinembah 64 6. Simpang Kanan 4 7. Kubu 24 56 8. Pasir Limau Kapas 5 20 9. Bangko 30 445 287 10. Sinaboi 12 36 11. Batu Hampar 12. Rimba Melintang 20 13. Bangko Pusako 20 JUMLAH 2011 143 501 379 2010 118 501 379 2009 113 501 379 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hilir, 2012
411 121 26 33 591 591 591
Kehutanan Potensi Sektor kehutanan secara luasan mengalami penurunan, karena terkonversi menjadi perkebunan, pemukiman dan peruntukan lainnya. Kondisi ini berdampak pada berkurangnya produktivitas sector kehutanan baik produksi kayu bulat, kayu bulat kecil, bahan baku serpih, kayu gergajian dan plywood. Kondisi ini akan mempengaruhi sumbangan sector kehutanan bagi pertumbuhan perekonomian Kabupaten Rokan Hilir. Potensi produksi sektor kehutanan di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 2.16. Tabel 2.16. Potensi Produksi Hasil Hutan Menurut Jenisnya Tahun 2009-2011 Jenis Hasil Hutan 1. Kayu Bulat 2. Kayu Bulat Kecil 3. Bahan Baku Serpih 4. Kayu Bakau 5. Arang Bakau 6. Kayu Gergajian
Satuan M3 M3 M3 M3 Ton M3
2009 70.185,87 128.608,47 441.578,01 − − 3.958,89
2010 27.573,08 − 225.980,05 − − 1.843,06
2011 47.042,54 88.005,01 − − − 1.336,99
Halaman | 58
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Jenis Hasil Hutan 7. Wood Working 8. Fancy Wood 9. Block Board 10. Veneer 11. Plywood 12. Moulding 13. Bahan Baku Serpih Akasia 14. Rotan
2009
2010
2011
− − − − 27.022,92 − − 65,00 671.354,16 65,00
− − − − 21.287,21 − − − 276.683,40
− − − − 9.778,14 − − − 146.162,68
Jumlah
Satuan M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3 Ton M3 Ton
Pariwisata Kabupaten Rokan Hilir merupakan salah satu daerah di Provinsi Riau yang memiliki potensi pariwisata yang beragam, baik potensi wisata alam maupun budaya. Kekayaan wisata yang bisa ditonjolkan antara lain wisata bahari, wisata alam dan wisata sejara serta budaya seperti kota nelayan panipahan, Pulau Halang dan Sinaboi, komunitas suku asli (Bonai, Sakai, di Pujud dan Tanah Putih, serta suku Akit di Sinaboi), China Town di Bagansiapiapi, Bandar Bagansiapiapi, serta situs peninggalan sejarah. Objek wisata alam lainnya yang tidak kalah menarik adalah danau laut Napangga dengan sepecies ikan langka Arwana serta atraksi Bono di Sungai Rokan. Ada juga wisata petualangan seperti hutan Hulu Rokan, habitat buaya di Pendamaran serta wisata bahari di pulau Arwah dan Pulau Jemur yang memiliki potensi pantai pasir putih dan habitat penyu. Pengembangan
kegiatan
kepariwisataan
pada hakekatnya
adalah
pengembangan untuk memanfaatkan objek dan daya tarik wisata seperti keindahan alam, keragaman flora dan fauna, keindahan seni budaya, peninggalan sejarah dan lain-lain yang berhubungan dengan tujuan wisata. Pengembangan pariwisata tidak hanya untuk pengembangan objek wisata dan daya tarik wisata, tetapi juga mencakup pengembangan sarana dan prasarana yang dapat menunjang peningkatan arus wisatawan seperti jumlah wisatawan, lamanya tinggal, pengeluaran dan lain-lain sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pembangunan pariwisata sebagai bagian integral dari pembangunan di daerah Rokan Hilir adalah untuk memacu pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat. Pembangunan pariwisata diharapkan mampu mendorong transformasi ekonomi yang berdampak luas bagi masyarakat. Pariwisata di daerah ini bergantung pada pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan sektor strategis di masa globalisasi
Halaman | 59
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
ini. Pembangunan sektor pariwisata dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antara pariwisata dengan sektor ekonomi lainnya, melalui penciptaan iklim yang kondusif. Pembangunan sektor pariwisata terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga mampu pendapatan masyarakat dan memperluas kesempatan kerja.
meningkatkan
Bidang pariwisata diharapkan peningkatan peranannya dalam mengembangkan perekonomian Rokan Hilir. Hal ini disebabkan di Kabupaten Rokan Hilir terdapat banyak objek wisata seperti peninggalan budaya, wisata alam dan lain-lain. Beberapa objek wisata tersebut diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik yang datang ke daerah ini. Untuk meningkatkan pembangunan sektor pariwisata perlu diambil langkah yang menjurus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor pariwisata, pemberdayagunaan sektor pariwisata sehingga dapat memperluas kesempatan kerja dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta merupakan sumber devisa yang sangat strategis. Disamping itu juga ditingkatkan koordinasi antara sektor yang mendukung peningkatan kegiatan pariwisata dan menjaga ketertiban dan keamanan sehingga para wisatawan merasa aman serta terjaminya kelancaran perhubungan antara lain pengangkutan darat, laut, udara, dan telekomunikasi. Beberapa permasalahan bidang kepariwisataan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: 1) Kondisi topografi wilayah daratan yang kurang menguntungkan; 2) Kegiatan wisata yang telah berlangsung selama ini, kurang menonjolkan potensi nyata secara komprehensif, seperti kurangnya nuansa budaya, karakter dan sifat yang spesifik dari masyarakat; 3) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung untuk menuju ke daerah wisata; 4) Kurangnya promosi ke luar daerah maupun ke luar negeri; 5) Membutuhkan manajemen yang spesifik dan besar; 6) Kurangnya perangkat hukum kepariwisataan dan kepedulian masyarakat terhadap wisata daerah kurang. Sedangkan faktor-faktor pendukung pembangunan bidang kepariwisataan di Kabupaten Rokan Hilir adalah: 1) Kecenderungan pariwisata menjadi sektor ekonomi utama dunia; 2) Rekreasi dan wisata telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat mapan; 3) Adanya kelonggaran pada masa libur; 4) Dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah; 5) Membuka peluang usaha sampingan pariwisata; 6) Masih banyak petani yang masih orisinil dan sangat alami; 7) Dominasi luasan wilayah andalan laut dan pantai yang indah; 8) Keunikan pola hidup masyarakat setempat; 9) Alat transportasi yang tradisional; 10) Pola
Halaman | 60
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
pemukiman yang unik; 11) Lokasi yang sangat strategis dengan negara tetangga; 12) Salah satu pintu gerbang pulau Sumatera; 13) Budaya masyarakat masih terbina dengan baik. Dengan demikian maka strategi pembangunan bidang pariwisata untuk Kabupaten Rokan Hilir adalah menggali dan pengembangkan potensi wisata baik wisata alam maupun wisata budaya yang ada di Rokan Hilir dengan manajemen profesional dan mandiri. Potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Rokan Hilir dilihat dari faktor daya tarik, keunikan/kelangkaan, keragaman daya tarik, atraksi budaya dan kondisi lingkungan, kemungkinan penataan dan pengembangan.
2.7. Kependudukan dan Sosial Budaya Kependudukan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam proses perkembangan suatu wilayah. Dalam sub bab ini akan dibahas berbagai aspek kuantitatif kependudukan di Kabupaten Rokan Hilir, yang dilanjutkan dengan pembahasan beberapa aspek kualitatif kependudukan pada beberapa sub bab berikutnya berupa karakteristik sosial - ekonomi, sosial - budaya dan pola pemanfaatan ruang tradisional di wilayah Kabupaten Rokan Hilir.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2010 adalah 620.337 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 8,04% per tahun. Jumlah penduduk ini terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 322.336 jiwa dan perempuan sebanyak 298.001 jiwa. Sex ratio Kabupaten Rokan Hilir adalah 108, yang berarti dari 208 jiwa penduduk, ada 100 perempuan. Selengkapnya data tentang penduduk di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 2.17. Tabel 2.17. Jumlah Penduduk (Jiwa), Kepadatan (Jiwa/Km²) dan Sex Ratio Penduduk Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 NO
Kecamatan
Luas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tanah Putih Pujud Tanah Putih Tanjung Melawan Rantau Kopar Bagan Sinembah Simpang Kanan Kubu Pasir Limau Kapas
1.933,23 984,90 198,39 213,13 847,35 445,55 1,061,06 669,63
Jumlah Penduduk LK PR 33.309 30.745 35.061 32.599 6.578 6.291 3.297 3.135 68.592 63.553 13.921 12.857 24.376 22.378 20.564 19.172
JUMLAH JIWA 64.054 67.660 12.869 6.432 132.145 26.778 46.754 39.736
Sex Ratio 108,34 107,55 104,56 105,17 107,93 108,28 108,93 107,26
Halaman | 61
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
NO
Kecamatan
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Jumlah Penduduk LK PR 35.664 34.298 7.099 6.412 4.419 4.009 22.722 20.999 29.549 27.211 6.729 6.539 322.336 298.001
Luas
9. 10. 11. 12. 13. 14.
Bangko 482.56 Sinaboi 335,48 Batu Hampar 284,31 Rimba Melintang 235,48 Bangko Pusako 732,52 Pekaitan 458 JUMLAH 8.881,59 Sumber: BPS Kabupaten Rokan Hilir 2012
JUMLAH JIWA 69.962 13.511 8.428 43.721 56.760 13.268 602.078
Sex Ratio 103.98 110,71 110,23 108,21 108,59 102,91 107,47
Perkembangan jumlah penduduk periode 2005 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.18. Rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Rokan Hilir selama tiga tahun terakhir dirinci berdasarkan kecamatan memperlihatkan pertumbuhan penduduk dari tahun 2005 – 2010 mengalami peningkatan yang cukup besar. Tabel 2.18. Perkembangan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2005 sampai 2010 Kecamatan
2005
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
2006
41.347 43.501 Tanah Putih 48.020 50.522 Pujud 8.176 8.602 Tanah Putih Tanjung Melawan 6.109 6.427 Rantau Kopar 110.921 116.700 Bagan Sinembah 20.006 21.049 Simpang Kanan 32.036 33.705 Kubu 29.490 31.026 Pasir Limau Kapas 76.885 80.890 Bangko 9.410 9.900 Senaboi 5.648 5.942 Batu Hampar 26.874 28.274 Rimba Melintang 39.331 41.380 Bangko Pusako Pekaitan Jumlah 454.253 477.918 Sumber : BPS Kabupaten Rokan Hilir, 2011
2007
2008
2009
2010
46.301 53.774 9.155 6.841 124.213 22.404 35.875 35.208 86.089 10.538 6.325 30.091 44.043 510.857
48.801 56.678 9.650 7.212 130.921 23.614 37.812 37.109 90.729 11.107 6.667 31.712 46.413 538.425
56.850 62.338 11.932 6.230 124.577 25.090 43.328 38.235 92.530 12.354 7.951 39.776 53.057 574.248
64.054 67.660 12.869 6.432 132.145 26.778 46.754 39.736 69962 13.511 8.428 43.721 56.760 13.268 602.078
Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk di Kabupaten Rokan Hilir tahun 2011 mencapai 70 jiwa/km², dengan Kecamatan Rimba Melintang menjadi kecamatan terpadat dengan 186 jiwa/km². Berdasarkan luas wilayah tiap kecamatan, maka penyebaran penduduk di Kabupaten Rokan Hilir belum merata, seperti Kecamatan Tanah Putih yang merupakan kecamatan terluas, hanya mempunyai kepadatan 33 jiwa/km 2. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.19.
Halaman | 62
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Tabel 2.19. Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Rokan Hilir Kecamatan 1. 2. 3.
Luas
Persentase (%) 21,61 11,11
Tanah Putih 1.933,23 Pujud 984,90 Tanah Putih 198,39 Tanjung Melawan 4. Rantau Kopar 213,13 5. Bagan Sinembah 847,35 6. Simpang Kanan 445,55 7. Kubu 1.061,06 8. Pasir Limau Kapas 669,63 9. Bangko 482.56 10. Sinaboi 335,48 11. Batu Hampar 284,31 12. Rimba Melintang 235,48 13. Bangko Pusako 732,52 14. Pekaitan 458 Jumlah 8.881,59 Sumber: BPS Kab. Rokan Hilir, 2011
Jumlah Jiwa 64.054 67.660
Persentase (%) 10,33 10,91
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²) 33 69
2,24
12.869
2,07
65
2,40 9,56 5,03 11,97 7,55 5,4 3,78 3,20 2,65 8,25 3,90 100
6.432 132.145 26.778 46.754 39.736 69962 13.511 8.428 43.721 56.760 13.268 602.078
1,04 21,30 4,32 7,54 6,41 16,36 2,18 1,36 7,05 9,15 0,17 100
30 156 60 44 59 108 40 30 186 77 3 70
Sosial - Ekonomi Berdasarkan mata pencaharian penduduk di wilayah Kabupaten Rokan Hilir, dominasi penduduk bekeja pada sektor pertanian. Hal ini merupakan ciri dari daerah yang berbasis pertanian. Persebaran penduduk pada suatu wilayah biasanya terkonsentrasi pada lokasi-lokasi tertentu seperti pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan, lokasi industri, maupun perkebunan. Di Kabupaten Rokan Hilir sendiri khususnya Kecamatan Tanah Putih. Kecamatan Kubu, dan Kecamatan Bagan Sinembah dengan kegiatan utamanya pengembangan pertanian tanaman pangan dan perkebunan kelapa sawit berskala besar, mampu menarik tenaga kerja dalam kapasitas besar. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kabupaten Rokan Hilir ini mengakibatkan pula perlunya lapangan usaha baru untuk menyerap tenaga produktif yang tersedia. Tingkat penawaran tenaga kerja yang ada saat ini belum diimbangi dengan kesempatan kerja yang cukup sehingga dikhawatirkan timbul pengangguran. Dimasa depan, diharapkan kesempatan kerja akan terbuka lebar seiring dengan berkembangnya Kabupaten Rokan Hilir dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang ada seperti sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan pertanian tanaman pangan.
Halaman | 63
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Gambar 2.12. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 64
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Untuk saat ini, sektor industri paling banyak menyerap tenaga keja dibandingkan sektor lain dengan keberadaan 26 perusahaan industri besar dan sedang, dan industri perkayuan paling banyak menyerap tenaga kerja sebanyak 1.683 orang dalam satu tahun. Selain itu masih terdapat pula unit usaha seperti pembuatan kapal kayu, pembuatan terasi, dan pengolahan kayu yang menyerap tenaga kerja sebanyak 7.959 orang dengan 2.439 unit usahanya. Industri-industri yang ada tersebut sebagian besar berada di Kecamatan Bangko. Dengan berkembangnya potensi-potensi lain, tentu industri-industri tersebut akan tersebar diseluruh kecamatan yang ada, dan industri perkayuan dimasa depan bukan lagi menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, tetapi diperkirakan akan beralih ke sektor pertumbuhan baru.
Infrastruktur Infrastruktur meliputi sarana perhubungan/transportasi yang meliputi jalan, pelabuhan dan telekomunikasi, sarana pendidikan seperti gedung sekolah, sarana perbankan. Jalan di Kabupaten Rokan Hilir meliputi jalan nasional yaitu jalan lintas timur sumatera (Jalinsum), jalan propinsi dan jalan kabupaten. Pelabuhan di kabupaten Rokan Hilir digunakan sebagai sarana perhubungan antar pulau, antar daerah dan sebagai sarana perekonomian maupun perhubungan. 1. Perhubungan Perhubungan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk memacu perkembangan dan peningkatan perekonomian masyarakat maupun wilayah, khususnya dalam mengembakan komoditas unggulan daerah. Selain faktor lain seperti telekomunikasi, listrik, air minum, pasar, koperasi, dan lembaga keuangan. Kabupaten Rokan Hilir yang terdiri dari 15 kecamatan, sebagian besar (92,30 %) dapat ditempuh melalui perhubungan darat melalui jalan aspal negara sepanjang 120 km. Jalan Propinsi sepanjang 149,65 km, terdapat jalan yang rusak sepanjang 9,20 km. Jalan Kabupaten sepanjang 1.825 km, diantaranya terdapat jalan tanah (908,28 km) dan jalan kerikil (349,23%). Kondisi jalan kabupaten yang rusak 475,12 km dan kondisi rusak berat 126,63 km. Untuk meningkatkan aksesibililtas dari aktivitas sosial maupun perekonomian maka perlu adaya perbaikan jalan yang rusak. Hanya sebagian kecil (7.69 %) wilayah Kabupaten Rokan Hilir yang hanya dapat ditempuh melalui perairan (laut), yakni Kecamatan Pasir Limau Kapas yang dapat ditempuh dari ibukota Kabupaten dengan menggunakan
Halaman | 65
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
kapal laut selama 4 jam. Disamping itu juga ada dua kecamatan yang dapat ditempuh melalui jalan laut dan jalan darat, yakni kecamatan Kubu dan Kecamatan Sinaboi. 2. Komunikasi Infrastruktur komunikasi merupakan salah satu prasyarat dalam mempermudah investor mengembangkan usahanya. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah daerah Kabupaten Rokan Hilir semakin meningkatkan dan memperluas jangkauan informasi sampai ke daerah pedesaan. Hal ini dapat terlihat dengan jelas bahwa hampir semua kecamatan dan desa yang ada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir telah dapat dihubungi melalui hubungan telekomunikasi baik melalui Pos, Telkom, dan saluran-saluran Telekomunikasi lainnya. 3. Energi Listrik Penyedian prasarana dibidang kelistrikan merupakan faktor penting dalam menunjang pembangunan sektor lainnya, termasuk dalam pengembangan industri ungggulan daerah. Sampai tahun 2011 daya yang terpasang pada 26 pembangkit listrik diesel yang dimiliki PT. PLN UPP Bagansiapiapi sebesar 16.016 KWH dengan kapasitas yang dibangkitkan 29.372.616 kWH. Namun, kapasitas terpasang pada tahun 2011 ini relatif tidak mengalami peningkatan dalam empat tahun terakhir (2008-2011). Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, jumlah pelanggan listrik ini meningkat rata-rata sebesar 0,75%/tahun. Sampai tahun 2011 jumlah pelanggan 19.876, dengan pelanggan terbesar yaitu rumah tangga (88,49%), bisnis (8,31%), sosial (2,14%), kantor pemerintah/penerangan jalan (0,94%), dan yang terendah adalah industri (0,12%). Rendahnya pelanggan listrik dari industri merupakan indikasi bahwa kegiatan industri relatif belum berkembang di Kabupaten Rokan Hilir. Sampai tahun 2011, jumlah listrik yang didistribusi ke pelanggan (5.047.599 KWH) masih lebih rendah dibanding dengan tenaga yang dapat dibangkitkan (29.372.616 kWH), masih terdapat cadangan energi listrik sebesar 9.044.650 KWH. Kelebihan ini merupakan faktor mendukung dalam menarik investor ke daerah. Kelebihan ini mampu bertahan sampai tahun 2015, dengan asumsi pelanggan saat ini 10.317 dan pertumbuhan pelanggan 0,75%/tahun serta asumsi rata-rata penggunaan KWH/pelanggan setara 1.970 KWH maka listrik yang harus didistribusikan mencapai 21.905.061 KWH. Kondisi ini pengembangan industri di Kabupaten Rokan Hilir.
memungkinkan
bagi
Halaman | 66
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
4. Koperasi dan Perbankan Koperasi merupakan salah satu pendukung dalam pengembangan industri unggulan daerah, sebab sebagian besar potensi unggulan daerah berbasis sumberdaya alam. Artinya, sektor industri unggulan akan banyak melibatkan langsung masyarakat di perkotaan maupun di pedesaan di Kabupaten Rokan Hilir. Usaha masyarakat hanya akan berhasil apabila didukung oleh sumber pendanaan dan atau bantuan teknologi, dalam hal ini koperasi dapat mengambil peran, selain memanfaatkan jasa perbankan dan atau pengusaha. Sampai tahun 2012 tercatat 86 unit koperasi yang aktif, 345 unit koperasi uang tidak aktif dan 20 unit KUD. Dilihat dari penyebarannya 121 unit koperasi terdapat di Kecamatan Bagan Sinembah. Adanya lembaga koperasi akan mempermudah dalam pengembangan komoditi unggulan indusri daerah, dengan meningkatkan peran dan fungsi koperasi sesuai dengan karakteristuk potensi sumberdaya komoditas di setiap desa dan atau kecamatan. Tujuannya mempermudah petani dan atau pengusaha dalam memperoleh input produksi, bahan baku, peralatan dan dukungan pendanaan dengan memanfaatkan progra revitalisasi industri. Kegiatan Perbankan yang mendukung pengembangan industri unggulan akan menjadi pemicu (trigger) dalam mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi wilayah yang lebih tinggi. Peran perbankan sangat penting terutama dalam membantu pengusaha dalam bentuk pemberian kredit usaha yang berbunga rendah. Sampai tahun 2011 tercatat ada 39 unit cabang bank di Kabupaten Rokan Hilir. Sebaran perbankan menurut kecamatan terdapat satu unit di Kecamatan Sinaboi (Kantor Cabang) dan Kecamatan Bagan Sinembah ( 1 unit Kantor Cabang Pembantu). Keberadaan lembaga perbankan di sekitar wilayah kecamatan merupakan faktor penting dalam pengembangan industri pengolahan di daerah, terutama dalam memberikan bantuan kredit modal kerja dan kredit investasi. Potensi Ekonomi Daerah Ekspor Impor Nilai ekspor Kabupaten Rokan Hilir tahun 2010 adalah 1.591.356. US$, sedangkan nilai impornya 140.056 US$. Maka menghasilkan surplus pembayaran luar negeri sebesar 1.451.300 US$. Tahun 2005 nilai ekspor sebesar 2.720.847 US$. Pelabuhan muat Bagansiapiapi menjadi pelabuhan muat terbesar dengan nilai ekspor 1.160.572 US$ (Tabel 3.33).
Halaman | 67
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
Pada tahun 2010 hanya pelabuhan Bagansiapiapi yang melakukan kegiatan impor dengan nilai 140.056 US$. Komoditas yang diimpor adalah hasil industri, sebagian berasal dari Malaysia dengan nilai 127.955 US$. Tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 36.263 US$. Tabel 2.20. Perkembangan Ekspor dan Impor Kabupaten Rokan Hilir Setiap Bulannya Tahun
Ekspor Berat (Kg)
Impor
Nilai (FOB US$)
Berat (Kg)
Nilai (CIF US$)
2010
6.809.411
1.591.356
2.480.489
140.056
2009
9.832.143
2.720.847
4.729.366
176.319
2008
6.611.022
3.063.508
998.245
44.877
7.470.749
501.623
98.736
5.692.683
2.622.216
54.923
2007
6.932.634 2006 11.035.800 Sumber: BPS Kab.Rokan Hilir 2011
Trend perkembangan nilai ekspor dan impor dalam 5 tahun terakhir (20062010) cenderung fluktuatif yang dipengaruhi oleh jumlah ekspor dan impor, harga komdoitas dan persaingan dengan wilayah atau negara lain. Nilai Ekspor relatif lebih besar dibanding dengan nilai impor (surplus), dengan trend perbedaan positif rata-rata 4.004.846 US$/tahun. Namun demikian meski laju pertumbuhan perbedaan ekspor impor (tonase berat) cenderung menurun dalam kurun waktu 2006 sampai 2010 yaitu rata-rata (-12,45%/tahun). Penurun pertumbuhan selisih ekspr dan impor dalam tonase berat diikuti dengan selisih nilai ekspor dan impor yang semakin menurun yaitu rata-rata sebesar 23,77%/tahun. Trend yang semakin menurun ini perlu diantisipasi dengan segera, untuk menghidari impor lebih besar dari ekspor dalam struktur perekonomian Rokan Hilir, baik dilihat dari tonase (bobot) maupun nilainya. Selisih antar ekspor dan impor yang semakin kecil setiap tahunnya untuk menghindari kebocoran wilayah (regional leakages) dan semakin beratnya pembiayaan pembangunan daerah, akibat nilai ekspor yang semakin dan disisi lain nilai impr semakin tinggi. Hal ini penting karena sebagian besar komoditas ekspor kabupaten Rokan Hilir berbasis pada sumberdaya lokal yaitu dari sektor perikanan dan hasil olahannya. Sampai tahun 2010, ekspor Rokan Hilir ke negara tujuan Malaysia, Tahiland dan Singapore mencaoai 6.809.411 kilogram dengan nilai 1.591.356 US$, setara dengan 0,23 US$ /kilogram. Dari segi jumlah dan nilai ekspor
Halaman | 68
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
terlihat bahwa prokduk industri unggulan daerah dalam bentuk hasil-hasil perikanan sangat dominan. Produk industri yang banyak diekspor adalah udang segar/diawetkan/dibekukan dan yang terendah dalam bentuk produk olahan sarden segar atau dibekukan. Namun jika dibandingkan nilai ekspor terhadap jumlah beratnya, maka komoditas industri perikanan yang paling kompetetif dan menguntungkan adalah jenis produk sarden segar atau dibekukan (0,93 US$/kilogram), kemudiaan diikuti oleh ikan selain salmon dan herring (0,39 US$/kilogram), gantry and bridge cranes (0,37 US$/kilogram), ikan laut segar atau diawetkan (0,35 US$/kilogram), udang lainnya dalam kaleng (0,34 US$/kilogram), dan minyak ikan yang dibekukan (0,33 US$/kilogram). Sementara yang paling rendah adalah jenis kepiting dalam kaleng (0,15 US$/kilogram) dan udang segar atau diawetkan/beku (0,16 US$/kilogram). Terlihat bahwa rata-rata produksi perikanan yang telah mengalami proses pengolahan mempunyai tingkat harga lebih tinggi, meski tidak semua produk olahan tergantung jenis dan permintaan konsumen. Tabel 2.21. Nilai Ekspor Kabupaten Rokan Hilir Menurut Sektor dan Komoditi Tahun 2011 Ekspor
Sektor / Komoditi
Berat (Kg)
Udang Segar Atau Diawetkan/Beku
Nilai (FOB US$)
4.214.220
675.606
Ikan Laut Segar Atau Diawetkan
973.575
342.623
Udang Lainnya Dalam Kaleng
877.750
300.523
Gantry And Bridge Cranes
383.227
145.000
Ikan Selain Salmon Dan Herring
189.187
75.451
Kepiting Dalam Kaleng
60.040
9.006
Udang Karang
34.595
7.690
Minyak Ikan Yang Dibekukan
19.509
6.427
Salai Hati Dan Telur Ikan
11.280
2.266
7.368
6.861
38.660
19.903
6.809.411
1.591.356
Sarden Segar Atau Dibekukan Lainnya Jumlah Sumber: BPS Kab.Rokan Hilir 2012
2011
Laju Pertumbuhan Ekonomi Semakin pesatnya pertumbuhan perekonomian Riau pada tahun 2010 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,66 persen secara tidak langsung juga mempengaruhi roda perekonomian Kabupaten Rokan Hilir. Atas dasar PDRB Tanpa Migas, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rokan Hilir pada
Halaman | 69
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PROFIL KAB. ROKAN HILIR
tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 16,928 persen, sedikit mengalami percepatan pertumbuhan dibanding tahun lalu yang sebesar 14,685. Dampak kenaikan BBM walaupun sedikit berpengaruh pada sector-sektor tertentu namun secara umum dampaknya tidak terlalu terlihat pada aktifitas ekonomi Kabupaten Rokan Hilir. Hal ini dikarenakan perekonomian Kabupaten Rokan Hilir masih didominasi sektor pertanian, dimana bisa dilihat dari konstribusi sektor ini yang cukup besar yaitu diatas 22,99 persen. Pertumbuhan perekonomian tertinggi dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh dari sekitar 54,12 persen dan sektor Industri pengolahan sekitar 12,83 persen. Pertumbuhan ekonomi selanjutnya dialami oleh sektor pertambangan yaitu 7,09 persen. Kondisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rokan Hilir yang cenderung meningkat secara total, harus dicermati dengan hati-hati, sebab namun jika dianalisis persektor usaha terlihat bahwa hanya sektor listrik / air minum dan sektor perdagangan yang linear peningkatannya. Sementara sektor lainnya cenderung fluktuatif (termasuk sektor pertanian dan industri pengolahan) antara tahun 2008 sampai 2010. Hal ini memberikan gambaran bahwa perlu usahausaha yang lebih keras untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, salah satunya dengan mengembangkan industri unggulan daerah yang didukung oleh potensi sumberdaya lokal, pendanaan, peralatan dan teknologi yang memadai, pembinaan SDM, pengembangan kelembagaan industri berbasis cluster, kepastian usaha, peningkatan mutu dan daya saing, mengembangkan informasi dan jejaring pasar ekspor, serta kebijakan iklim investasi yang kondusif. Tabel 2.22. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008-2010 (%) 2008 Rp % 1. Pertanian 6.529 21.5 2. Pertambangan & Penggali 18.324 60.35 3. Industri Pengolahan 2.890 9.52 4. Listrik & Air Minum 0.023 0.08 5. Bangunan 0.120 0.40 6. Perdagangan 1.848 6.08 7. Angkutan & Komunikasi 0.131 0.43 8. Keuangan 0.142 0.47 9. Jasa-jasa 0.354 1.17 Total PDRB Migas 30.362 100.00 Total PDRB Tanpa Migas 12.067 Sumber :BPS Kabupaten Rokan Hilir, 2011 Lapangan Usaha
2009 Rp % 7.872 22.88 19.752 57.41 3.658 10.63 0.027 0.08 0.175 0.51 2.200 6.40 0.147 0.43 0.172 0.50 0.401 1.17 34.404 100.00 14.685
2010 Rp 8.464 19.922 4.725 0.033 0.229 2.611 0.167 0.209 0.451 36.810 16.928
% 22.99 54.12 12.83 0.09 0.62 7.09 0.45 0.57 1.22 100.00
Halaman | 70
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
METODE KAJIAN
3.1. Metode Kegiatan Kegiatan identifikasi potensi nilai tambah dan pengembangan sub sektor perikanan ini dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hilir dengan menggunakan metode survei. Objek survei adalah masyarakat yang dipilih secara sengaja (purposive) yang memiliki usaha di bidang perikanan di Kabupaten Rokan Hilir, dan desa diambil secara purposive dengan pertimbangan mewakili daerah potensi perikanan. Tahapan kajian meliputi tahapan persiapan pelaksanaan, penyusunan kuesioner, pengumpulan data di lapangan, pengolahan dan analisis data, dan penyusunan laporan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan hasil kajian tentang identifikasi potensi nilai tambah dan pengembangan sub sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir.
3.2. Pengumpulan Data Jenis data yang diperlukan dalam kegiatan Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan Kabupaten Rokan Hilir adalah berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei dengan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan. Pengambilan sampel representatif dilakukan dengan menstratifikasi secara proporsional berdasarkan lapangan usaha perikanan masyarakat desa. Informasi dari data primer dan sekunder yang dikumpulkan diperkuat dengan survei non-peluang dengan cara observasi, wawancara mendalam (indept interview), Focus Group Discussion (FGD), dan cara-cara lain yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Melalui observasi langsung.
Halaman | 71
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
METODE KAJIAN
3.3. Analisis Data Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasi, dianalisis, dan diinterpretasi sehingga diperoleh potensi perikanan yang tepat mengenai desa yang diteliti. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif dan didukung dengan data-data kuantitatif. Pendekatan kuantitatif akan memberikan gambaran dan hubungan terukur antara variabel yang diteliti. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan dan melengkapi segala kekurangan dari pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut, diharapkan dapat diperoleh hasil penelitian yang memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi.
3.3.1. Responden Responden dalam pelaksanaan Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan yaitu mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan dan tingkat lokasi pulau. Metode penentuan responden di tingkat Pemerintahan menggunakan pendekatan purposive sampling atas dasar pemahaman terhadap tujuan kegiatan, keterlibatan dalam penyusunan, merupakan pelaku langsung yang terlibat dalam pengembangan sub sektor perikanan. Subyek yang akan diwawancara dalam pelaksanaan pekerjaan ini meliputi: (1) Pemerintah Daerah Kabupaten, (2) Bappeda dan Dinas Terkait, (3) Pemerintah Kecamatan di setiap pulau, (4) Pemerintah Kelurahan/Desa (5) Tokoh Masyarakat. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sesuai dengan stratifikasi kelompok sasaran kajian, dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) keterkaitan dengan tujuan pelaksanaan studi, (2) kemudahan memperoleh informasi, (3) representasi dari populasi, dan (4) ketepatan dalam menjawab setiap pertanyaan.
3.3.2. Analisis Potensi Nilai Tambah Perikanan Dalam rangka pengembangan sub sektor perikanan secara optimal dan berkelanjutan, beberapa analisis yang digunakan meliputi: analisis potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Hasil analisis ini perlu ditunjang dengan analisis peluang pasar.
3.3.3. Analisis Pemasaran Analisis pemasaran berhubungan dengan upaya untuk meningkatkan nilai tambah produksi perikanan masyarakat dengan cara mudah dipasarkan, tepat
Halaman | 72
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
METODE KAJIAN
waktu dan harga yang tepat pula. Salah satu kendala yang dihadapi masyarakat adalah terbatasnya akses untuk memasarkan karena letak jauh, biaya transportasi mahal, produk perikanan yang mudah rusak. Pendekatan analisis yang akan digunakan adalah analisis pola pemasaran produk dan margin keuntungan pada setiap pola pemasaran.
analisis
3.3.4. Analisis Potensi Pengembangan Investasi Analisis potensi pengembangan investasi bertujuan untuk mengetahui jenis investasi yang layak dikembangkan berdasarkan potensi perikanan dan peluang pasar. Pendekatan analisis yang dapat digunakan dalam menilai potensi kelayakan investasi yaitu: R/C ratio atau B/C ratio, peluang pasar dan secara sosial dapat dikembangkan oleh masyarakat tempatan.
3.3.5. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Data dan informasi mengenai komponen nilai tambah dan pengembangan perikanan dianalisis dengan menggunakan pendekatan SWOT Analysis (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman), dalam rangka penyusunan Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan. Unsur-unsur SWOT dihubungkan dalam suatu Matriks SWOT untuk memperoleh alternatif strategi (SO, ST, WO, WT). Setiap alternatif strategi tersebut dijumlahkan bobot nilainya untuk menghasilkan rangking alternatif strategi. Strategi dengan bobot nilai tertinggi merupakan strategi prioritas untuk dilaksanakan. Tabel 3.1. Matriks Analisis SWOT Faktor Internal/Eksternal Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi – SO Ciptakan strategi menggunakan kekuatan memanfaatkan peluang.
Ancaman (T) Strategi – ST yang Ciptakan strategi yang untuk menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi – WO Strategi – WT Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang menghindari ancaman
Halaman | 73
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
METODE KAJIAN
3.3.6. Analisis Kebutuhan dan Aspirasi Masyarakat Berdasarkan hasil analisis dari data sebelumnya yang diharapkan mampu mengambarkan potensi nilai tambah dan pengembangan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir, dan melalui analisis SWOT akan menghasilkan rencana dan strategi umum pengembangan. Rencana strategis pengembangan sub sektor perikanan tersebut, perlu diketahui, dipahami dan diinformasikan kembali kepada masyarakat sebagai subyek dan sekaligus obyek dari pengembangan sub sektor perikanan. Adaptasi dari aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam penyusunan rencana strategis pengembangan sub sektor perikanan. Masyarakat setempat akan dilibatkan secara langsung dalam penyusunan rencana program di wilayah mereka. Metode yang digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan beberapa kelompok stakeholders pengembangan sub sektor perikanan.
yang
berkaitan
dengan
Jika metode FGD tidak memungkinkan untuk dilaksanakan karena sulit mengumpulkan parapihak yang terlibat dalam satu waktu yang bersamaan, maka pilihan metode yang akan dilakukan adalah Wawancara Terfokus kepada para pihak yang sama dalam kegiatan FGD, dengan melakukan kunjungan ke rumah atau di tempat kerja responden. Pendekatan dengan metode wawancara terfokus juga dilakukan di tingkat kabupaten dengan tujuan menjaring data dan informasi mengenai persepsi dan pendapat serta saran keahlian parapihak tentang rencana pengembangan sub sektor perikanan. Wawancara ditingkat kabupaten akan melibatkan unsur Bappeda, Dinas Perikanan dan Kelautan, dan dinas atau institusi terkait lainnya.
3.3.7. Pendekatan Perencanaan dan Strategi Perumusan Pengembangan Perikanan A. Asumsi Dasar Sektor perikanan dimaknai sebagai sektor yang mengelola sumberdaya perikanan secara berkesinambungan. Sektor perikanan mempunyai wewenang dan tanggung-jawab untuk melakukan perencanaan, implementasi, serta pemantauan dan kaji-ulang terhadap sumberdaya perikanan, untuk menjamin kesinambungan pembangunan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Bertitik tolak dari defenisi perikanan serta wewenang dan tanggungjawab sektor perikanan, maka asumsi-asumsi dasar yang diperhatikan dalam pengelolaan pada sumberdaya perikanan adalah:
Halaman | 74
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
METODE KAJIAN
Sumberdaya perikanan budidaya walaupun lebih bersifat private resources, namun pengelolaannya tergantung pada sumberdaya lain yang bersifat public resources (air) dan dipengaruhi oleh dampak dari kegiatankegiatan di sektor lain; Secara kelembagaan, sektor perikanan (Dinas Perikanan) mempunyai akses dan kontrol langsung terhadap sumberdaya perikanan di suatu wilayah/kawasan dan mempunyai peranan penting dalam aspek perencanaan, implementasi, pemantauan dan kaji-ulang, serta koordinasi internal sektor perikanan.
B. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan pengelolaan sumberdaya perikanan dikaitkan dengan tiga asumsi dasar di atas, dan ditentukan oleh:
Kepastian peruntukan kawasan dan status kepemilikan kawasan. Dalam kaitan ini sub-sektor budidaya perikanan melalui koordinasi dengan sektor lainnya diusulkan dan dipastikan fungsi kawasan untuk budidaya perikanan, hak penguasaan dan pengelolaan kawasan, mekanisme dan proses yang perlu dijalankan untuk memastikan fungsi dan status kawasan tersebut.
Kinerja manajemen pengelolaan sumberdaya perikanan pada suatu kawasan, baik yang bersifat public maupun private. Pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan baik oleh perorangan/swasta (private) maupun oleh pemerintah (public). Persyaratan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan pada suatu kawasan dirumuskan dengan mempertimbangkan daya dukung (untuk budidaya perikanan) dan kapasitas lingkungan secara umum, agar kegiatan perikanan dapat berkelanjutan, baik ditinjau dari sudut lingkungan maupun dari sudut ekonomi;
Sarana dan kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya perikanan di kawasan. Koordinasi di dalam sektor (internal) maupun antar sektor diwujudkan kesamaan visi serta penguatan lembaga-lembaga yang terkait dengan sumberdaya perikanan, kemudian kelestarian sumberdaya perikanan diarahkan dengan cara melibatkan semua pihak yang terkait.
C. Penentuan Prioritas Pengembangan Perikanan Prioritas pengembangan budidaya perikanan didasarkan pada nilai LQ dan memperhatikan aspek utilitas setiap kecamatan mencakup prasarana penunjang perikanan dan jalan serta armada transportasi.
Halaman | 75
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
METODE KAJIAN
Strategi dalam menentukan rencana pengembangan perikanan dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT (strength, weakness, oppurtunities, threat). Dalam SWOT akan diidentifikasi potensi wilayah yang mengandung kekuatan dan kelemahan sebagai analisis lingkungan internal. Sementara. peluang dan ancaman akan diidentifikasi sebagai analisis lingkungan eksternal yang disajikan dalam bentuk matrik SWOT. Prioritas pengembangan perikanan di suatu daerah ditentukan dari kombinasi 2 faktor, yaitu: (1) kelas kesesuaian wilayah dan kapasitas peningkatan. Dari kombinasi ini, selanjutnya akan dibagi kedalam 3 (tiga) prioritas. Selanjutnya pada masing-masing prioritas pengembangan perikanan akan disusun dalam bentuk program jangka panjang, menengah dan pendek. Untuk tiap program yang akan disusun perlu dilakukan kegiatan supervisi (jika diperlukan), monitoring dan evaluasi. Oleh karena itu, indikator-indikator untuk monitoring dan evaluasi perlu dirumuskan untuk mengukur dan menilai pencapaian tujuan dari tiap program yang disusun agar tetap dilakukan secara konsisten dan dapat memberikan masukan kepada manajemen program guna perbaikan atau koreksi kegiatan.
Halaman | 76
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KONDISI UMUM PERIKANAN
4.1. Potensi Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Sektor perikanan merupakan suatu kegiatan yang memanfaatkan hasil sumberdaya perikanan baik untuk perikanan laut maupun perikanan darat, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang tinggi. Dengan potensi sumberdaya yang begitu besar, sektor perikanan memiliki peran strategis dalam pembangunan perikanan di Rokan Hilir yang dapat memberikan kontribusi berarti bagi pembangunan, terutama dalam memacu pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan nelayan. Total produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir per 31 Desember 2011 meliputi penangkapan ikan dan laut, di perairan umum dan budidaya berjumlah 57.853,538 Ton. Produksi tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang berjumlah 59.808,43 Ton berarti mengalami penurunan sebesar 1954,892 Ton atau sebesar 3,27 %. Penurunan produksi perikanan tersebut terjadi akibat penurunan produksi perikanan laut meskipun produksi perikanan budidaya (kolam) terus mengalami trend peningkatan yang baik. Fluktuasi produksi perikanan tangkap perairan laut merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam penangkapan ikan yaitu terjadi kenaikan dan penurunan hasil tangkapan. Penurunan produksi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya mulai berkurangnya frekuensi melaut para nelayan saat musim angin yang kurang bersahabat, luasan areal penangkapan nelayan yang tidak meluas karena keterbatasan kemampuan untuk menjangkau wilayah yang lebih jauh sementara kemampuan lestari alami ikan di wilayah tersebut untuk berkembang sangat lambat. Faktor penyebab lain adalah masih beroperasinya kapal pukat harimau dan atau pukat ikan yang berasal dari propinsi lain, pencurian ikan oleh nelayan
Halaman | 77
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KONDISI UMUM PERIKANAN
negara asing sementara anggaran pengawasan / patroli di laut sangat terbatas, dan faktor lainnya. Khusus pukat ikan, kebanyakan memang memiliki izin penangkapan, namun pukat ikan tersebut dalam operasional penangkapannya memasuki wilayah penangkapan diluar batas yang telah ditetapkan dalam izinnya. Faktor lain yang juga berperan mempengaruhi produksi perikanan laut Kabupaten Rokan Hilir adalah faktor alami berupa degradasi yang pada umumnya disebabkan oleh abrasi dan erosi di sepanjang aliran sungai-sungai yang sebagian besar adalah tempat menetas (spawning ground) dan mencari makan (nursery ground) biota air, terutama ikan dan udang. Penebangan hutan di hulu sungai untuk pembukaan lahan perkebunan maupun untuk pembalakan dan industri kertas, patut diduga berperan dalam mempercepat proses degradasi perairan Kabupaten Rokan Hilir yang pada akhirnya menurunkan kualitas perairan.
4.2. Potensi Perikanan Budidaya Jumlah permintaan ikan di Kabupaten Rokan Hilir terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan gizi sementara hasil perikanan tangkap fluktuatif dan mengalami penurunan. Untuk memenuhi permintaan pasar, budidaya ikan dalam kolam/tambak mulai dikembangkan oleh masyarakat.
Gambar 4.1. Kegiatan Budidaya di Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 78
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KONDISI UMUM PERIKANAN
Produksi perikanan budidaya mulai menunjukkan perkembangan yang membaik, sampai akhir tahun 2011 produksi perikanan dari kegiatan budidaya baik budidaya di kolam, tambak maupun di keramba adalah sebesar 632,038 Ton atau sebesar 1,09 % terhadap produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir. Dibanding produksi perikanan budidaya tahun sebelumnya terjadi kenaikan yang relatif tinggi mengingat keadaan budidaya perikanan 2 tahun sebelumnya, yakni sebesar 57,068 Ton atau sekitar 9,11 %. Kenaikan disebabkan makin meningkatnya motivasi masyarakat dalam usaha budidaya ikan. 1. Potensi Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor penting penentu keberhasilan kegiatan budidaya perikanan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir. Umur responden atau pelaku dalam kegiatan usaha budidaya perikanan rata-rata dalam usia produktif yaitu 43 tahun, dan pada kondisi usia ini termasuk pada usia produktif dalam melakukan kegiatan usaha sebagaimana sesuai dengan pendapat Rusli (1984) bahwa usia produktif adalah 16 – 64 tahun. Untuk lama pengalaman dan keterampilan dalam melakukan usaha budidaya ratarata 7 tahun. Pendidikan rata-rata responden atau pelaku kegiatan usaha budidaya perikanan yang berkembang saat ini di Kabupaten Rokan Hilir adalah pendidikan SMA, sehingga dari aspek penguasaan ilmu dan teknologi budidaya merupakan keterampilan yang bersifat turun-temurun sehingga ada keterbatasan dalam mengusahakan kegiatan budidaya perikanan dalam penerapan teknologi budidaya. Aspek penyuluhan dan bimbingan dari pihak terkait sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan usaha budidaya perikanan yang berkelanjutan. 2. Potensi Jenis komoditas Usaha perikanan budidaya yang diusahakan seluruhnya dominan merupakan usaha pembesaran dengan jenis yang diusahakan meliputi nila, lele dan patin. Bibit yang digunakan didatangkan dari daerah luar seperti dari Medan Sumatera Utara, Kampar dan Rumbai (Pekanbaru). Hal ini juga ditegaskan data dari BPS Kabupaten Rokan Hilir tahun 2012, bahwa jenis ikan terbesar yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah ikan patin, nila, gurami dan lele. 3. Potensi Pengelolaan Kolam/Tambak Usaha budidaya perikanan yang dilakukan berorientasi pada tambak dan kolam dengan kepemilikan pribadi dengan skala usaha kecil sampai sedang dengan luas 150 m 2 sampai 40.000 m 2. Karena skala usaha yang relatif kecil, kegiatan pengelolaan tambak/kolam dilakukan oleh anggota keluarga sendiri
Halaman | 79
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KONDISI UMUM PERIKANAN
(tenaga kerja dalam keluarga). Beberapa bentuk pemeliharaan terhadap kolam/tambak adalah yang dilakukan bagi pelaku usaha budidaya yang ada di Kabupaten Rokan Hilir yaitu antara lain : a. Melakukan pembersihan kolam minimal sekali per tahun. b. Pengapuran dan pemupukan minimal sekali per tahun. 4. Potensi Serangan hama Serangan
hama
sering
dialami
dengan
memangsa
ikan
dalam
kolam/tambak. Beberapa hama yang sering menjadi pengganggu adalah biawak, berang-berang dan burung. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hama ini dengan cara antara lain : a. Memberikan bau-bauan bangkai b. Menembak hama c. Memasang jaring d. Memberi racun 5. Hambatan dalam pemasaran Dalam kegiatan pemasaran, para pedagang mengambil langsung ke peternak. Namun terkait dengan harga, terdapat kendala yaitu : a. Harga ikan di pasaran kurang stabil b. Kurangnya informasi pasar Petani ikan atau pelaku (responden) dituntut untuk mampu menyelesaikan permasalahan sendiri, sehingga memberi ruang untuk bersikap pesimistis untuk menghadapi kendala terutama dalam kegiatan pemasaran bidang perikanan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut dengan cara mencari informasi ke sesama petani. Sesuai dengan kondisi terkini mengenai pemasaran produk perikanan hasil kegiatan budidaya, peran pemerintah dan pihak swasta memungkinkan untuk melakukan terobosan dalam kegiatan pemasaran perikanan hasil kegiatan budidaya, dan melakukan berbagai promosi secara berkelanjutan terhadap pemasaran produk perikanan hasil budidaya yang secara keseluruhan kegiatan budidaya merupakan kegiatan yang sangat potencial untuk meningkatkan produksi perikanan dan sekaligus kegiatan budidaya memiliki nilai tambah yang tinggi dalam peningkatan perekonomian masyarakat sesuai dengan jenis komoditas yang dilakukan.
Halaman | 80
KONDISI UMUM PERIKANAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
4.3. Potensi Perikanan Tangkap Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi yang penting di Kabupaten Rokan Hilir karena produksi perikanan jauh lebih tinggi dari perikanan budidaya. Kegiatan penangkapan telah lama dilakukan oleh nelayan sedangkan kegiatan budidaya baru mulai berkembang. Jenis hasil tangkapan meliputi ikan belanak, biang, lomek, duri, bulu ayam, tenggiri, malung, janak, parang , layur, timah dan udang. Produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir sampai akhir tahun 2011 berjumlah sebesar 57.853,538 Ton, dari jumlah tersebut 95,70 % atau sebesar 55.137 Ton berasal dari kegiatan penangkapan di laut. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 56.940 ton maka produksi perikanan laut dari kegiatan penangkapan mengalami penurunan sebesar 1.803 Ton atau sebesar 3,17 %. Selanjutnya
pada
perkembangan
sekarang
ini,
untuk
produksi
Perikanan Kabupaten Rokan Hilir sampai akhir Tahun 2012 mengalami penurunan produksi dari tahun sebelumnya. Dimana produksi perikanan dari kegiatan penangkapan ikan di laut berjumlah 44.903 Ton masih memberikan kontribusi yang terbesar terhadap produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir, sedangkan untuk produksi perikanan Perairan Umum Daratan (PUD) berjumlah 1.878 Ton. Fluktuasi produksi perikanan tangkap perairan laut merupakan fenomena yang wajar terjadi dalam penangkapan ikan di alam yaitu terjadi kenaikan dan penurunan hasil tangkap. Penurunan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang telah dijelaskan di muka. Namun faktor utama yang mendominasi adalah masih beroperasinya kapal pukat harimau dan atau pukat ikan yang berasal dari Propinsi lain dan pencurian ikan oleh nelayan negara asing. Khusus pukat ikan, kebanyakannya mempunyai izin penangkapan, namun pukat ikan tersebut dalam operasional penangkapannya memasuki wilayah penangkapan di luar batas yang telah ditetapkan dalam izinnya. Faktor lain yang juga berperan serta menyebabkan turunnya produksi perikanan laut Kabupaten Rokan Hilir adalah degradasi yang pada umumnya disebabkan oleh abrasi dan erosi di sepanjang aliran sungai-sungai yang sebagian besar adalah tempat menetas (spawning ground) dan mencari makan (nursery ground) biota air, terutama ikan dan udang. Penebangan hutan di hulu sungai untuk pembukaan lahan perkebunan maupun untuk pembalakan dan industri kertas, diduga berperan dalam mempercepat proses degradasi perairan Kabupaten Rokan Hilir.
Halaman | 81
KONDISI UMUM PERIKANAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Produksi perikanan laut dari kegiatan penangkapan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir Tahun 20082012 (Ton) No. 1. 2. 3. 4.
Kecamatan
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
Bangko Kubu Pasir Limau kapas Sinaboi
9.357 23.548 15.696 6.640
9.964 23.850 15.668 7.235
10.015 23.912 15.730 7.283
9.989 22.716 15.149 7.283
7.430 16.809 14.989 5.675
Jumlah
55.241
56.717
56.940
55.137
44.903
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Rokan Hilir
Produksi perikanan Perairan Umum Daratan (PUD) yang berjumalah 1.878 Ton yang berada diwilayah Kabupaten Rokan Hilir, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Produksi Perikanan Perairan Umum Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008-2012 (Ton) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kecamatan Bangko Bangko Pusako Batu Hampar Kubu Pujud Rimba Melintang Sinaboi Tanah Putih Tanah Putih Tanjung Melawan Rantau Kopar Jumlah
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
125 101 65 155 710 170 13 389 115 455
124 102 59 160 695 167 15 381 120 441
115 120 60 163 606 166 17 390 205 432
83 87 46 159 564 147 15 355 205 436
43 80 42 132 525 147 15 321 164 409
2.298
2.263
2.274
2.097
1.878
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Rokan Hilir
Jumlah Produksi Ikan Tahun 2012 sebesar 46.781 Ton, dan Target Produksi Ikan Tahun 2013 sebesar 50.000 Ton. Sedangkan untuk jumlah konsumsi ikan/orang/tahun Kabupaten Rokan Hilir yaitu : 28,9 Kg/orang/2012 dengan jumlah penduduk yaitu 760.000 jiwa, dan ditargetkan untuk Tahun 2013 untuk Konsumsi Ikan Daerah/Kapita sebesar 30 Kg/orang/2013.
Halaman | 82
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
1.
KONDISI UMUM PERIKANAN
Potensi Sumber Daya Manusia Tingkat pendidikan nelayan sebagian besar hanya tamat SD bahkan tidak tamat SD, hanya sebagian kecil yang tamat SLTP dan SLTA. Tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan kemampuan menerima inovasi teknologi. Pengalaman menjadi nelayan seluruhnya diatas 5 tahun. Nelayan di daerah ini merupakan nelayan sambilan, disamping bekerja sebagai nelayan, mereka juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh, penyadap karet, petani dan pekerja bangunan.
2.
Potensi Penerapan Teknologi Teknologi yang digunakan dalam kegiatan penangkapan sangat menentukan hasil tangkapan. Penentuan teknologi penangkapan ikan dan prioritas komoditas potensial merupakan proses yang keberadaan
teknologi
penangkapan
ikan
sangat penting mengingat dan
komoditas
dalam
pengembangan perikanan tangkap. Penggunaan teknologi dalam kegiatan penangkapan terkait dengan ukuran kapal dan mesin, jumlah dan jenis alat tangkap serta pengawetan ikan di atas kapal. Kapal yang digunakan seluruhnya berukuran kecil (< 3 GT) sedangkan
jenis alat tangkap yang digunakan bervariasi seperti gillnet,
jaring, pukat pantai, rawai, trawl dan trawl kecil. Untuk pengawetan, seluruhnya menggunakan es selama penyimpanan di atas kapal. Alat tangkap ikan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir jika dilihat dari cara beroperasinya alat tersebut dibedakan menjadi dua golongan yaitu alat tangkap statis dan alat tangkap dinamis. Alat tangkap statis adalah alat tangkap yang sifatnya tetap atau tidak berpindah-pindah dalam rentang waktu yang cukup lama, alat tangkap jenis ini yang ada di Kabupaten Rokan Hilir adalah bubu tiang. Alat tangkap dinamis memiliki sifat yang berlawanan dengan alat tangkap statis, bila alat tangkap statis sifatnya tetap atau tidak berpindah-pindah maka alat tangkap dinamis sifatnya selalu bergerak atau berpindah-pindah. Alat tangkap yang ada di Kabupaten Rokan Hilir sebagian besar adalah alat tangkap dinamis dan di antara alat tangkap dinamis tersebut yang paling banyak digunakan adalah jaring (gillnet). Daerah penangkapan (fishing ground) atau tempat beroperasinya alat tangkap tersebut sejauh 12 mil dari garis pantai. Jenis dan jumlah alat tangkap ikan yang ada dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Halaman | 83
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KONDISI UMUM PERIKANAN
Tabel 4.3. Keadaan Alat Tangkap Ikan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 20092011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Alat Tangkap
Keadaan Alat Tangkap 2009
2010
2011
Alat Tangkap Ketam Belat Bubu Apung Bubu Tiang Cantrang Cici Jaring Lukah Pengumpul Kerang Pukat Rawai Sondong Songko Tramel Net Tuamang
17 52 140 549 139 4 1036 230 58 56 210 65 61 59 460
17 52 145 549 120 4 1036 230 60 56 210 65 61 59 460
17 52 145 549 95 4 1036 230 60 56 210 65 61 59 460
Jumlah
3.138
3.124
3.099
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Rokan Hilir
Terdapat penurunan jumlah alat tangkap ikan pada tahun 2011 dibanding tahun 2010 dikarenakan dilarangnya penggunaan cantrang di laut sehingga nelayan mulai mengganti alat tangkapnya menjadi alat yang diizinkan. Namun larangan penggunaan cantrang ini masih dilakukan secara bertahap agar tidak memberatkan nelayan yang telah terbiasa menggunakannya sekaligus memberi kesempatan nelayan untuk mengganti alat tangkapnya. Meskipun pada tahun 2011 ada kegiatan bantuan kapal namun sifatnya hanya untuk peremajaan armada kapal yang sudah tidak layak pakai. Pada Tahun 2011 jumlah keseluruhan alat tangkap terdata 3.099 unit (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rokan Hilir, 2012). 3.
Potensi Pemasaran Perikanan Pemasaran merupakan kegiatan distribusi produk dari tangan produsen ke tangan konsumen. Pada proses pemasaran ini ada empat hal yang harus diperhatikan antara lain produk, harga, distribusi, dan promosi. Sebagian besar nelayan mendaratkan hasil tangkapan di tempat masing-masing, dan sebagian di gudang dan koperasi nelayan.
Halaman | 84
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
4.4.
KONDISI UMUM PERIKANAN
Potensi Perikanan Bidang Pengolahan
Tingkat produksi perikanan yang semakin memberikan peluang semakin besarnya produk pengolahan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Ada beberapa produk hasil pengolahan perikanan yang da di Kabupaten Rokan Hilir diantaranya adalah ikan asap, kerupuk udang, ikan asin dan terasi. Selain itu juga ada produksi non pengolahan yaitu industry galangan kapal yang mendukung kemajuan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Beberapa contoh produk industri olahan perikanan yang dapat dijadikan unggulan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi pengolahan ikan di Kabupaten Rokan Hilir yaitu asap (selais, baung,dan lain-lain), kerupuk udang, ikan asin, ebi dan terasi. Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan, selain dipasarkan langsung dalam bentuk segar ada yang terlebih dahulu diolah dalam bentuk ikan olahan (ikan asap). Bentuk pengolahan yang banyak dilakukan oleh nelayan adalah penyalaian (pengasapan ikan), ikan asin, ikan kering tawar, ebi, dan terasi. Kendati perairan Kabupaten Rokan Hilir memiliki potensi hasil ikan yang melimpah kalau dilihat dari ketersediaan sumber bahan baku. Namun ternyata, daerah yang dulunya penghasil ikan terbesar nomor dua di dunia belum memiliki industri perikanan yang dikelola secara modern, sampai saat ini hasil ikan yang melimpah tersebut di ekspor di luar negeri. Hasil laut selama ini hanya dijadikan bahan baku dan dikirim ke berbagai daerah mulai dari ikan segar, terasi hingga ikan asin dan ikan air tawar seperti ikan salai, tak ada satupun usaha industri perikanan yang dikelola secara baik di daerah Kabupaten Rohil ini terutama yang berada pada kawasan pesisir. Harapan besar pada Kabupaten Rokan Hilir kedepan adanya industry perikanan yang dikelola dengan baik (kluster industry perikanan), dengan pertimbangan Kabupaten Rokan Hilir merupakan kawasan yang berada di wilayah pesisir, sebagai wilayah yang potensial menghasilkan hasil laut dengan sumber bahan baku yang banyak. Selama ini yang berkembang adalah pada sektor home industry yang pengolahannya masih bersifat tradisional. Selama ini, kegiatan home industry hanya menyiapkan bahan
Halaman | 85
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KONDISI UMUM PERIKANAN
baku dan tidak menghasilkan produk dalam bentuk jadi yang dikemas dengan baik dengan yang mengunakan merek dan logo sendiri, seperti halnya ikan asin, terasi, ebi, dan ikan asap misalnya, selama ini seperti yang ada di pasaran (kedai-kedai) di Bagansiapiapi dan wilayah sekitarnya dijual dalam kemasan plastik biasa dan tidak ada merek. 1.
Potensi Sumberdaya Manusia Pelaku usaha yang bergerak dibidang pengolahan ikan umumnya adalah mereka yang juga berprofesi sebagai nelayan. Rata-rata berada pada usia produktif (42 tahun) dengan pengalaman berusaha rata-rata 19 tahun atau lebih. Usaha dalam bidang pengolahan merupakan usaha secara turuntemurun yang dilakukan oleh responden/pelaku usaha. Kegiatan ini dilakukan secara home industry dan tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan pengolahan ini secara umum merupakan bagian dari keluarga, sedikit sekali tenaga kerja yang terlibat merupakan dari luar keluarga, karena hal ini dilakukan dalam skala terbatas dan produksi dalam skala masih kecil sehingga kebutuhan tenaga kerja sebagian besar masih merupakan pihak keluarga. Dilihat dari aspek pendidikan responden/pelaku usaha bidang pengolahan hasil perikanan secara umum rata-rata adalah yang tamat SD hingga SLTP, bahkan juga sebagian yang tidak tamat SD, sehingga memang pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki bagi pengusaha pengolahan ikan yang terdapat di kabupaten Rokan Hilir masih terbatas dan keterampilan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun keluarga. Memang butuh pembinaan dan penyuluhan secara kontinyu untuk dapat meningkatkan produkstivitas hasil pengolahan dan mutu hasil produk agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran baik yang berada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir maupun di luar daerah, sehingga potensi pengembangan pasar produk pengolahan hasil perikanan dari Kabupaten Rokan Hilir dapat diandalkan dengan beberapa strategi pengembangan yang tepat.
2.
Potensi Penerapan Teknologi Teknologi yang digunakan dalam menangkap ikan sangat sederhana yaitu Pancing, jala, Lukah dan Bubu sehingga hasil tangkapan 3-7 kg. Dalam mengolah, teknologi penyalaian yang digunakan juga masih sederhana yaitu pengasapan dengan menggunakan drum dan kayu.
3.
Pemasaran Hasil Pemasaran hasil ikan salai tidak hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Rokan Hilir tetapi juga dipasarkan diluar daerah seperti Kota Pekanbaru. Sistem
Halaman | 86
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KONDISI UMUM PERIKANAN
pemasaran yang dilakukan adalah dengan menjual ke pedagang pengumpul yang langsung datang membeli ke rumah.
4.5. Nilai Ekonomi Produk Unggulan Perikanan Subsektor Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Rokan Hilir memiliki peranan yang sangat penting, hal ini dapat dilihat dari besarnya kontribusi Subsektor Perikanan dan Kelautan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rokan Hilir. Dalam lima tahun terakhir Subsektor Perikanan dan Kelautan memberikan kontribusi lebih dari 20% terhadap produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rokan Hilir Tanpa Migas. Kontribusi Subsektor Perikanan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir yang ingin dicapai oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rokan Hilir pada periode tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan pada PDRB Non Migas Kabupaten Rokan Hilir 2006-2010.
Sumber: BPS Kabupaten Rokan Hilir, 2012
Halaman | 87
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KONDISI UMUM PERIKANAN
Dalam prediksi kedepan maka untuk ima tahun kedepan produksi perikanan tangkap Kabupaten Rokan Hilir proyeksikan mencapai 63.640,86 Ton dengan produksi perikanan budidaya mencapai 107,23 Ton. Proyeksi jumlah produksi perikanan tersebut akan dapat memberikan kontribusi terhadap produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Rokan Hilir hingga mencapai 24,03 % sedangkan pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi izin usaha dan hasil usaha diproyeksikan mencapai Rp. 380.270.000,- (tiga ratus delapan puluh juta dua ratus tujuh puluh ribu rupiah).
Halaman | 88
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
5.1. Potensi Pengembangan Nilai Tambah Perikanan Produksi perikanan
dari kegiatan
penangkapan
di
laut
masih
memberikan kontribusi terbesar terhadap total produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir. Pada tahun 2011 produksi dari kegiatan penangkapan di laut berjumlah 55.137 Ton atau sebesar 95,30 % terhadap produksi perikanan Kabupaten
Rokan
Hilir
sedangkan
produksi
perikanan
dari
kegiatan
penangkapan di perairan umum berjumlah 2.097 Ton atau sebesar 3,62 % terhadap produksi perikanan Kabupaten Rokan Hilir sisanya berasal dari kegiatan budidaya baik yang dilakukan di kolam maupun yang dilakukan di keramba dan tambak. Pada tahun 2012 terdapat penurunan jumlah produksi perikanan tangkap. Pada produksi perikanan yang diperoleh dari perikanan tangkap perairan laut dan umum menunjukkan pola penurunan produksi dari waktu ke waktu, untuk melihat data produksi perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 5.1. Sementara itu, produksi ikan dari kegiatan budidaya mulai meningkat. Namun peningkatan produksi sebesar 2.7 ton atau sebesar 13,5 % untuk budidaya
di
keramba
merupakan
peningkatan
yang
tergolong
tinggi
mengingat umumnya keramba hanyalah usaha sampingan nelayan karena digunakan untuk memelihara ikan tangkapan yang masih kecil. Keramba yang digunakan pun hanyalah keramba kecil yang terbuat dari bambu maupun kayu. Data produksi perikanan hasil kegiatan budidaya perikanan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Halaman | 89
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Tabel 5.1. Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir 2011-2012 No
Kecamatan
1
Bagan Sinembah
2
Bangko
3 4 5 6 7 8 9 10
Bangko Pusako Batu Hampar Pujud Rimba Melintang Simpang Kanan Tanah Putih Tanah Putih Tj.Melawan Rantau Kopar
11
Sinaboi
12 13
Perairan Laut (Ton) 2011 2012 9,989.00
Perairan Umum (Ton) 2011 2012
7,430.00
7,283.00
5,675.00
Pasir Limau Kapas
15,149.00
14,989.00
Kubu
22,716.00
16,809.00
Pekaitan Kubu Babussalam Total 55,137.00 44,903.00 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Rohil, 2013
83.00
43.00
87.00 46.00 564.00 147.00
80.00 42.00 525.00 147.00
355.00 205.00 436.00
321.00 164.00 409.00
15.00
15.00
159.00
132.00
2,097.00
1,878.00
14 15
Tabel 5.2. Produksi Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir 2009-2011 No
Kecamatan
Produksi (Ton)
1
Bagan Sinembah
14.20
82.40
2011 138.93
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bangko Bangko Pusako Batu Hampar Pujud Rimba Melintang Simpang Kanan Tanah Putih Tanah Putih Tj.Melawan Rantau Kopar
18.50 4.30 4.00 4.40 8.30 2.00 3.00 1.20
61.52 120.26 2.37 42.79 231.29 3.21 21.71 0.46 0.57
12.49 62.96 7.24 68.02 120.92 1.90 1.99 2.92 0.65
11
Sinaboi
0.07
27.89
12
Pasir Limau Kapas
2.66
120.43
2.13 3.02
6.15 24.36
574.443
596.838
13 14 15
2009
2010
Kubu Pekaitan Kubu Babussalam Total 59.9 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelauatan Kab. Rohil, 2012
Halaman | 90
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Untuk mengetahui apakah suatu komoditas perikanan merupakan komoditas basis atau komoditas nonbasis dan apakah suatu komoditas mempunyai keunggulan komparatif atau tidak di Kabupaten Rokan Hilir dilakukan analisis LQ. Analisis LQ (Location Quotient) digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi suatu komoditas bila dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Hasil analisis LQ sector perikanan per kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Tingkat LQ Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir No
Kecamatan
Perikanan Tangkap Perikanan Laut umum -
Budidaya Kolam
Keramba
96.90*
-
0.23
0.12
-
-
16.00* 23.83* 24.61* 15.13* 27.42* 27.19* 27.54*
40.68* 13.17* 10.43* 43.73* 96.90* 0.54 1.36* 0.14
109.92* 22.55* 13.04* -
Sinaboi
1.04*
0.06
0.37
-
Pasir Limau Kapas
1.04*
-
0.76
-
1.04*
0.19
0.03
-
-
-
96.90* -
-
1
Bagan Sinembah
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bangko Bangko Pusako Batu Hampar Pujud Rimba Melintang Simpang Kanan Tanah Putih T.P. Tj.Melawan Rantau Kopar
1.04*
11 12
13 Kubu 14 Pekaitan 15 Kubu Babussalam Ket : * = Subsektor unggulan
Berdasarkan
hasil
análisis
LQ,
pengembangan
produk
untuk
meningkatkan nilai tambah tiap kecamatan sebagai berikut : a. Perikanan Tangkap Pengembangan produk olahan perikanan tangkap potensial dikembangkan di Kecamatan Bangko, Bangko Pusako, Batu Hampar, Pujud, Tanah Putih, T.P. Tj.Melawan, Rantau Kopar, Sinaboi, Pasir Limau Kapas, Kubu, Pekaitan. b. Perikanan Budidaya Pengembangan produk olahan perikanan budidaya potensial dilakukan di Kecamatan Bagan Sinembah, Bangko Pusako, Batu Hampar, Pujud, Rimba Melintang, Simpang Kanan dan Pekaitan.
Halaman | 91
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
5.2. Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Analisis kelayakan usaha yang dilakukan merupakan analisis secara umum untuk sub-sektor perikanan yang mencakup bidang perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan dengan mengambil beberapa kasus sampling. Melalui analisis aspek finansial melihat sisi keuntungan yang diperoleh dalam satu unit usaha perikanan. Salah satu kriteria yang digunakan untuk melihat suatu usaha layak dilakukan atau tidak adalah dengan nilai RCR (Revenue cost ratio), secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
dimana : TR = Total Revenue (Total penerimaan) TC = Total cost (Total biaya)
Peluang pengembangan didasarkan pada hasil perhitungan RCR masingmasing kegiatan usaha dengan berpedoman pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Kriteria Peluang Pengembangan Usaha Kriteria RCR
Keterangan
RCR < 1
Tidak ada
1 < RCR < 1,3
Kecil
1,3 < RCR < 1,5
Sedang
RCR > 1,5
Sangat besar
Usaha perikanan di Kabupaten Rokan Hilir masih dalam tahap pengembangan, sehingga analisis kelayakan usaha sangat diperlukan. Salah satu indicator kelayakan usaha yang digunakan adalah RCR (revenue cost ratio) yaitu perbandingan antara pendapatan kotor dengan biaya total yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil perhitungan RCR, ketiga usaha perikanan memiliki RCR > 1 artinya kegiatan tersebut layak diusahakan. Hasil analisis kelayakan usaha disajikan pada Tabel 5.5.
Halaman | 92
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Tabel 5.5. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir Yang dapat Dikembangkan. No Jenis Usaha 1 Penangkapan 2 Budidaya (lele)* 3 Budidaya (patin)* 4 Budidaya (nila)* 5 Budidaya (gurami)* 4 Pengolahan (Pengasapan Selais)* 5 Pengolahan (Pengasapan Baung)* 6 Pengolahan (ikan asin) 7 Pengolahan (kerupuk ikan/udang) 8 Pengolahan terasi (ikan/udang) Sumber: Hasil análisis data primer, 2013 *Contoh kasus satu kegiatan
a.
RCR 1.70 1.58 1.37 1.69 1.31 1.14 1.11 1.52 1.39 1.46
Peluang Pengembangan Sangat besar Sangat besar Sedang Sangat besar Sedang Kecil Kecil Sangat besar Sedang Sedang
Perikanan Budidaya Hasil analisis RCR usaha perikanan budidaya, dalam hal ini digunakan kasus budidaya ikan lele dan patin. Untuk ikan lele memiliki nilai RCR sebesar 1.58 artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan dapat memberikan pendapatan (revenue) sebesar Rp 1,58 atau keuntungan sebesar Rp 0,58 dengan peluang pengembangan usaha sangat besar. Untuk ikan patin memiliki nilai RCR sebesar 1.37 artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan dapat memberikan pendapatan (revenue) sebesar Rp 1,37 atau keuntungan sebesar Rp 0,37 dengan peluang pengembangan usaha kategori sedang. Secara umum harga ikan di pasaran yang cukup menjanjikan sementara proses budidaya yang relatif tidak sulit dan ketersediaan pakan alami membuat usaha ini memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pembudidaya.
b.
Perikanan Tangkap Hasil analisis RCR usaha perikanan tangkap sebesar 1.70 artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan dapat memberikan pendapatan (revenue) sebesar Rp 1,70 atau keuntungan sebesar Rp 0,70. Dengan nilai RCR >1.5, peluang pengembangan usaha perikanan tangkap sangat besar. Potensi perikanan di Rokan Hilir dan belum optimal dimanfaatkan memberikan usaha ini memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan.
c.
Pengolahan Perikanan Hasil analisis RCR usaha pengolahan perikanan, dalam hal ini digunakan beberapa sampel pengolahan yang menjadi potensi unggulan pengolahan perikanan yaitu antara lain produk ikan asap (pengasapan ikan selais dan baung), ikan asin (jenis senangin), dan kerupuk udang.
Halaman | 93
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Untuk pengasapan ikan selais memiliki RCR sebesar 1.14 artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan dapat memberikan pendapatan (revenue) sebesar Rp 1,14 atau keuntungan sebesar Rp 0,14. Nilai RCR < 1.3, dikatakan bahwa peluang pengembangan usaha pengolahan perikanan masuk kategori kecil.
Untuk Untuk pengasapan ikan baung memiliki RCR sebesar 1.11 artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan dapat memberikan pendapatan (revenue) sebesar Rp 1,11 atau keuntungan sebesar Rp 0,11. Nilai RCR < 1.3, dikatakan bahwa peluang pengembangan usaha pengolahan perikanan masuk kategori kecil.
Untuk pengolahan ikan asin (senangin) memiliki RCR sebesar 1.52 artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan dapat memberikan pendapatan (revenue) sebesar Rp 1,52 atau keuntungan sebesar Rp 0,52. Nilai RCR > 1.5, dikatakan bahwa peluang pengembangan usaha pengolahan perikanan masuk kategori peluang sangat besar.
Untuk pengolahan kerupuk udang memiliki RCR sebesar 1.39 artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan dapat memberikan pendapatan (revenue) sebesar Rp 1,39 atau keuntungan sebesar Rp 0,39. Nilai RCR antara 1,3 dan 1.5, dikatakan bahwa peluang pengembangan usaha pengolahan perikanan masuk kategori peluang sedang. Kecilnya peluang usaha dikarenakan usaha ini dijalankan secara tradisional sehingga tenaga kerja menyumbang biaya yang besar.
5.3. Nilai Tambah Produk Perikanan Pemanfaatan sumberdaya perikanan belum optimal, hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan konsumsi segar. Upaya untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern. Nilai Tambah adalah pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi mengalami proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan dalam suatu proses produksi (penggunaan/pemberian input fugsional). Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Informasi atau keluaran yang diperoleh dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai tambah, marjin dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemillk faktor produksi (Hayami 1987).
Halaman | 94
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Untuk meningkatkan nilai tambah hasil perikanan, maka dilakukan pengawetan dan atau pengolah hasil-hasil perikanan. Tujuan pengawetan ikan adalah untuk mempertahankakan ikan selama mungkin dengan menghambat atau menghentikan aktivitas mikroorganisme pembusuk. Hampir semua cara pengawetan akan menyebabkan berubahnya sifat-sifat ikan segar, baik itu dalam hal bau, rasa, bentuk ataupun tekstur dagingnya (Rahardi, et al, 1996 dalam Nurhayati, 2004). Beberapa pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan. Beberapa contoh produk industri olahan perikanan yang dapat dijadikan unggulan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi tanaman dan hasil olahannya di Kabupaten Rokan Hilir. Nilai tambah yang diperoleh pada kegiatan usaha pengolahan hasil perikanan terkait dengan faktor teknis dan faktor non teknis. Secara teknis, tingkat teknologi, jumlah bahan baku dan jumlah tenaga kerja yang digunakan akan mempengaruhi besarnya nilai tambah. Unsur non teknis yang juga berpengaruh terhadap besarnya nilai tambah adalah biaya input dan harga output; dalam hal ini harga produk olahan perikanan. Nilai tambah yang diciptakan oleh aktivitas pengolahan perikanan dihitung dengan metode Hayami, secara matematis dirumuskan sebagai berikut : (Syahza, 2007)
dimana : NT O Ibb
= Nilai tambah (Rp/Kg bahan baku) = Output/luaran (Kg/ proses produksi) = Volume bahan baku (Kg/proses produksi)
Ho Hbb Blb
= Harga output/luaran (Rp/Kg) = Harga bahan baku (Rp/Kg) = Biaya diluar bahan baku (Rp/Kg)
Pengolahan pada hakikatnya mempunyai fungsi untuk memaksimumkan manfaat hasil tangkapan, meningkatkan nilai tambah ekonomi dan memperpanjang daya tahan penyimpanan, serta mendiversifikasikan kegiatan dan komoditas yang dihasilkan sehingga sangat berpengaruh terhadap keadaan social ekonomi nelayan. Berikut pohon industri hasil perikanan.
Halaman | 95
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Gambar 5.1. Pohon Industri Pengolahan Hasil Perikanan Dalam kegiatan pengolahan, terdapat beberapa bagian ikan yang dibuang atau hilang karena proses pengolahan. Berikut nilai konversi beberapa produk olahan perikanan. Tabel 5.6. Angka Konversi Berat Ikan Basah ke Berat Ikan Olahan No 1 2 3
Jenis Perlakuan Pengeringan/ Penggaraman Pindang Peragian Terasi Peda
4
Pengasapan
5
Pembekuan
6
Pengalengan
7
Tepung ikan
Konversi (%)
Keterangan
60 – 70
Ikan yang tidak dihilangkan isi perut, insang dan kepala
70 – 85
Ikan yang tidak dihilangkan isi perut, insang dan kepala
30 – 45 70 – 80 70 20 100 60 100 75 30 – 40 50 – 60 20 – 25
Bila dipergunakan udang lainnya Ikan diolah tanpa membuang bagian badan. Ikan diolah setelah dibuang isi perut dan insang Ikan diolah menjadi ikan kayu Udang dibekukan dengan kepala (head on) Udang dibekukan dengan lepas kepala (headless) Ikan dibekukan secara utuh Ikan dibekukan setelah dibuang insang, isi perut, dan sirip. Ikan hanya dikalengkan dagingnya Ikan dikalengkan setelah dibuang isi perut, insang, sirip. Untuk segala jenis ikan dengan keadaan utuh atau tidak
Beberapa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil perikanan melalui usaha pengawetan dan pengolahan, yang secara umum di wilayah kabupaten Rokan Hilir ditemukan beberapa jenis pengawetan dan pengolahan produk perikanan untuk meningkatkan nilai tambah produk yaitu antara lain:
Halaman | 96
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
1. Proses Pengasapan (Penyalaian) Ikan Ikan asap merupakan hasil pengawetan ikan secara tradisional yang pengerjaannya merupakan gabungan dari penggaraman (perendaman dalam larutan garam), pengeringan dan pengasapan sendiri sehingga memberikan cita rasa yang khas pada produk. Lama pengasapan sangat berpengaruh terhadap daya awet ikan asap sehingga akan berdampak sekali pada jangkauan pemasaran lebih luas. Secara umum lama pengasapan ikan diterapkan pada tingkat masyarakat Kabupaten Rokan Hilir berkisar antara 8 hingga 16 jam pengasapan bergantung kepada jenis dan ukuran ikan yang diasapi. Jenis ikan yang dominan dan sering dilakukan pengasapan adalah ikan selais, ikan baung, ikan subhan dan ikan gabus. Proses pengasapan yang dilakukan pada tingkat masyarakat pada umumnya adalah pengasapan dengan system terbuka, artinya proses pengasapan dilakukan pada tempat terbuka sehingga produksi asap dan panas yang dihasilkan banyak yang berperan dalam pengasapan ikan (banyak mengalami kehilangan panas dan asap saat proses pengasapan berlangsung).
Gambar 5.2. Kegiatan Pengasapan Ikan
2. Proses Pengasinan (Penggaraman) Ikan Dalam proses penggaraman ikan, terjadi penetrasi garam kedalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentarsi. Cairan tersebut dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau pengenceran larutan garam. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari tubuh ikan, partikel garam pun masuk kedalam tubuh ikan. Ikan yang diolah dengan proses penggaraman ini dinamakan ikan asin.
Halaman | 97
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Gambar 5.3. Salah Satu Produk Pengasinan Ikan
Penerapan pembuatan ikan asin yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat pengolah di Kabupaten Rokan Hilir melakukan dengan cara metode penggaraman basah (perendaman pada larutan garam) dan ada juga dengan penggaraman kering (ikan ditaburi langsung dengan garam). Penggunaan konsentrasi garam dalam pembuatan ikan asin yang terdapat di wilayah Kabupaten Rokan Hilir, berdasarkan pengamatan langsung lapangan ditemukan variasi kadar garam yang digunakan, hal ini disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan yang akan dijadikan ikan asin. Pada umumnya jenis ikan yang digunakan untuk pengolahan ikan asin adalah jenis ikan laut, seperti ikan senangin, ikan kepala batu, ikan gulama, ikan duri dan lain-lain. Ada beberapa jenis ikan air tawar yang dijadikan ikan asin antara lain ikan sepat, tambakan dan toman. Jumlah konsentrasi garam yang digunakan dalam pembuatan ikan asin yang ada di Kabupaten Rokan Hilir dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Untuk ikan besar, kandungan garam adalah 25% - 35% dari berat ikan.
2. 3.
Untuk ikan sedang, kandungan garam 15% - 20% dari berat ikan. Untuk ikan kecil, kandungan garam 5% - 10% dari berast ikan.
Di Kabupaten Rokan Hilir memiliki potensi ikan asin yang tinggi, selain daerah ini memiliki potensi penghasilan ikan laut, Rokan Hilir didukung lokasi yang strategis karena berada di daerah pesisiran. Secara keseluruhan, jumlah IKM yang bergerak di bidang produksi ikan asin sekitar 57 unit usaha, dengan pemasaran produk ikan asin dominan dipasarkan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir dan sekitarnya (masih domestic), dan banyak ditemukan pada pasar dan outlite tradisional.
3. Kerupuk Ikan Menurut Standar Industri Indonesia (SII) No. 0272-90 kerupuk didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung tapioka
Halaman | 98
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan atau bahan tambahan makanan lainnya yang diijinkan, harus disiapkan dengan cara menggoreng atau memanggang sebelumnya. Dalam proses pembuatan kerupuk, bahan terbesar selain ikan atau udang adalah tepung tapioka sebagai bahan adonan utama.
Gambar 5.4. Produk Kerupuk (Ikan/Udang)
Pengolahan kerupuk yang dilakukan di masyarakat yang ada di Kabupaten Rokan Hilir pada umumnya ada dua jenis kerupuk, yaitu kerupuk udang yang berasal dari berbagai jenis udang, misalnya udang putih, udang duri, dan merah. Kemudian jenis kerupuk ikan, pada umumnya bahan baku yang dibuat adalah jenis ikan rucah hasil tangkapan nelayan. Pemasaran produk kerupuk masih bersifat tradiosional hanya di outlite dan kedai-kedai tradisional.
4. Terasi Produksi terasi bersifat home industry (industria rumah tangga) dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Tenaga kerja yang terlibat dapat dilakukan sendiri atau dibantu tenaga kerja dari anggota keluarga atau dari luar anggota keluarga tergantung dari skala usaha pengolahan terasi dilakukan. Terasi yang dijual dipasaran dalam bentuk harga 1 kiloaan, ½ kiloaan, ¼ kiloaan, 100 gram/kemasan, dan 50 gram/kemasan. Harga terasi dipasaran cukup bervariasi dan tergantung pada jenis vahan baku yang dibuat (ikan atau udang). Pemenuhan kebutuhan terasi bahan baku terasi diperoleh dari nelayan setempat atau hasil tangkapan sendiri (nelayan sendiri). Udang rebon sebagai bahan baku terasi udang yang ditangkap di sekitar perairan pesisir Kabupaten Rokan Hilir. Jenis bahan pendukung dalam pengolahan terasi yang dapat digunakan adalah garam, kertas koran, plastik yang diperoleh dari lingkungan daerah setempat. Berdasarkan observasi dan wawancara, produsen dalam mengolah terasi ikan/udang pada umumnya bersifat monoton, artinya tidak ada inovasi untuk memperbaiki atau meningkatkan efisiensi pengolahan dan mutu produk yang
Halaman | 99
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
dihasilkan. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam pengolahan terasi diperoleh secara turun-temurun yang diperoleh dari keluarga. Selain itu faktor pendidikan juga berpengaruh dalam menerima atau mengadopsi inovasi baru yang sebagian besar pengolahan adalah tamatan SD, dan SMP. Hal ini sebagaimana sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maarif dan Rahardjo (1999), salah satu faktor yang berperan dalam menciptakan mutu produk adalah sumberdaya manusianya yaitu tingkat pendidikan, latar belakang ekonomi, suku, usia dan jenis kelamin. Berdasarkan prosedur pengolahan terasi yang dilakukan di daerah Kabupaten Rokan Hilir pada umumnya relative sama, yaitu terdiri dari tahapan pencucian bahan baku (udang), proses pengeringan udang rebon, penumbukan, pencampuran dengan bahan pembantu (garam, air), proses pengeringan, pencetakan dan penyimpanan (fermentasi). Perbedaan antar sentra produksi terletak pada lama pengeringan dan perbandingan jumlah bahan utama dengan bahan pembantu yang digunakan. Hasil wawancara mendalam terhadap perbedaan ini yaitu produsen beralasan mengenai lama pengeringan dan penggunaan bahan baku dan pembantu yang digunakan, pada prinsipnya memiliki alasan pengetahuan yang diperoleh dari keluarga turunan “leluhur” yang dari dulu hingga sekarang terus dilakukan.
Gambar 5.5. Produk Terasi (Belacan) Karakteristik terasi yang dihasilkan di Kabupaten Rokan Hilir yaitu; dilihat dari warna dan penampakan terasi berwarna merah kecoklatan (udang), dan untuk terasi ikan berwarna agak pucat; aroma terasi tajam dan merangsang khas udang dan ikan, tekstur keras, dan padat. Berdasarkan wawancara terhadap produsen pengolahan terasi memang mereka ingin sekali menjaga mutu tetap sama hasil olahan dari waktu ke waktu. Hal ini mereka lakukan dari proses awal pemilihan penggunaan bahan baku rebon atau ikan rucah dengan melakukan sortasi terhadap tingkat kesegarannya, adanya campuran dari bahan-bahan lain yang bukan udang dan ikan seperti ikan-ikan buntal, kerang-kerangan, dan kotoran lainnya.
Halaman | 100
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
5.3.1. Nilai Tambah Hasil Penangkapan Ikan Produksi perikanan tangkap sebagai penyumbang terbesar sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir belum termanfaatkan secara optimal. Ikanikan tersebut ada yang bernilai ekonomi tinggi dan bernilai ekonomi rendah. Untuk ikan bernilai ekonomi tinggi, prospek pasar sangat luas baik pasar dalam negeri maupun pasar ekspor luar negeri. Perlu upaya pengembangan untuk meningkatkan nilai tambah ikan-ikan tersebut terutama untuk ikan non ekonomis. Hasil perikanan tangkap berdasarkan jenis komoditas disajikan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Produksi Perikanan Tangkap Per Komoditi Kabupaten Rokan Hilir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jenis Ikan Bawal Hitam Bawal Putih Belanak Biang-Biang Gerot Gulama Hiu Ikan Batu Ikan Lainya Ikan Merah Ikan Rucah Kakap Kelampai Kurau Lain-Lain Layur Lomek Malong Manyung Parang-Parang Pari Puput Sebelah Sembilang Senangin Talang Tenggiri Udang Merah Udang Putih Udang Swallow Jumlah
2010 Produksi (kg) 220,890.00 500,030.00 650,450.00 490,065.00 213,030.00 4,100,050.00 120,800.00 150,355.00 1,970,085.00 230,900.00 27,743,500.00 340,595.00 190,983.00 90,890.00 1,155,997.00 260,555.00 920,353.00 350,750.00 730,900.00 690,380.00 520,035.00 185,580.00 370,200.00 250,812.00 5,099,980.00 103,350.00 1,413,570.00 3,050,300.00 1,111,745.00 1,563,050.00 54,790,180.00
Nilai (Rp) (ribuan) 5,522,250.00 15,000,900.00 5,854,050.00 5,880,780.00 1,917,270.00 24,600,300.00 724,800.00 1,804,260.00 25,611,105.00 4,156,200.00 41,615,250.00 8,514,875.00 1,909,830.00 4,998,950.00 17,339,955.00 1,302,775.00 5,522,118.00 4,559,750.00 6,578,100.00 8,629,750.00 5,200,350.00 2,226,960.00 2,961,600.00 3,009,744.00 91,799,640.00 826,800.00 23,323,905.00 45,754,500.00 27,793,625.00 31,261,000.00 426,201,392.00
2011 Produksi (kg) 223,695.00 506,380.00 650,644.00 496,289.00 215,735.00 4,090,849.00 122,334.00 364,085.00 970,832.00 233,833.00 27,816,046.00 344,920.00 193,408.00 91,800.00 1,108,262.00 263,866.00 909,308.00 355,205.00 740,083.00 699,147.00 526,640.00 187,937.00 374,501.00 253,997.00 5,040,780.00 102,109.00 1,431,525.00 3,089,038.00 1,125,864.00 1,582,903.00 54,112,015.00
Nilai (Rp) (ribuan) 5,592,375.00 15,191,400.00 6,669,101.00 5,707,323.00 1,941,615.00 51,135,612.00 2,079,678.00 4,369,020.00 13,286,350.00 4,208,994.00 55,632,092.00 8,623,000.00 1,934,080.00 5,049,000.00 6,649,572.00 3,430,258.00 11,366,350.00 4,617,665.00 6,660,747.00 8,739,337.50 7,636,280.00 2,255,244.00 4,868,513.00 3,047,964.00 90,734,040.00 816,872.00 23,620,162.50 139,006,710.00 62,766,918.00 39,572,575.00 597,208,848.00
Pengembangan lebih lanjut produk hasil perikanan tangkap potensial dikembangkan di Kecamatan Bangko, Bangko Pusako, Batu Hampar, Pujud, Tanah Putih, T.P. Tj.Melawan, Rantau Kopar, Sinaboi, Pasir Limau Kapas, Kubu, Pekaitan.
Halaman | 101
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Berdasarkan jenis komoditasnya, ikan gulama, senangin, udang, dan ikan rucah memiliki produksi yang tinggi. Potensi pengembangan produk olahan dari hasil perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilakukan diversifikasi lain.
5.3.2. Pengolahan Hasil Perikanan 5.3.2.1. Pengasapan Ikan A. Nilai Tambah Produk Ikan Selais Asap Proses pengasapan adalah bentuk pengolahan banyak dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir, terutama untuk Kecamatan Rantau Kopar. Nelayan di Rantau Kopar merupakan nelayan yang melakukan usaha penangkapan ikan di Sungai Rokan. Sesuai kondisi perairan yang ada di Rantau Kopar (perairan umum) kegiatan usaha perikanan yang dilakukan nelayan hanya mampu dilakukan secara sederhana, dengan menggunakan armada penangkapan yang sederhana dan alat tangkap yang sederhana pula. Alat tangkap yang digunakan nelayan adalah; pengilar, jaring, pancing, lukah, dan jala. Alat-alat tangkap ini menangkap ikan-ikan antara lain; ikan Baung, Selais, Kapiek, Gurami, Tambakan, Motan, Lele lokal, dan ikan Gabus. Ikanikan hasil tangkapan oleh nelayan langsung dijual dalam bentuk segar, dan ada pula jenis ikan tertentu sebelum dijual diolah dulu dalam bentuk ikan salai. Hasil kegiatan usaha perikanan (penangkapan dan pengolahan) ini menjadi sumber penghasilan dan kehidupan bagi keluarga nelayan yang akan menentukan status sosial ekonomi keluarga nelayan. Dari beberapa jenis ikan hasil tangkapan yang dihasilkan, jenis ikan selais dan baung merupakan jenis produk yang sangat potensial dan menjadi unggulan untuk produk pengasapan dengan penilaian nilai tambah yang berbeda. Hasil analisis nilai tambah untuk usaha pengasapan ikan selais disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Hasil Analisis Nilai Tambah Produk Pengasapan Ikan Selais No 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Output (kg/proses produksi) (a) Input (kg/proses produksi) (b) Konversi (c=a/b) Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d) Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e) Biaya input lain (f) (Garam, Kayu bakar, penyusutan alat) Nilai output (g=c x d) Nilai tambah (h=g-e-f)
Nilai 5 10 0,5 140.000 20.000 20.000 70.000 30.000
*Perhitungan per proses produksi per kg
Halaman | 102
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Struktur biaya produksi dalam pengolahan perikanan terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa ikan. Biaya input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan ikan seperti garam, kayu bakar, biaya penyusutan paralatan. Bahan baku utama usaha penyalaian adalah ikan yang memiliki persentase terbesar dalam biaya. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah usaha penyalaian ikan selais, diperoleh rata-rata Rp 30.000 artinya setelah dilakukan proses penyalaian, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 30.000 untuk setiap kg ikan selais. Berdasarkan hasil survey diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses pengasapan ikan dalam satu minggu 3-4 kali, sehingga dapat diketahui aktivitas pengasapan ikan selais dalam satu bulan berkisar antara 12 hingga 16 kali melakukan pengasapan ikan selais, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari perairan umum. b. Nilai tambah produk ikan baung asap Hasil kegiatan usaha perikanan (penangkapan dan pengolahan) ini menjadi sumber penghasilan dan kehidupan bagi keluarga nelayan yang akan menentukan status sosial ekonomi keluarga nelayan. Dari beberapa jenis ikan hasil tangkapan yang dihasilkan, jenis ikan selais dan baung merupakan jenis produk yang sangat potensial dan menjadi unggulan untuk produk pengasapan dengan penilaian nilai tambah yang berbeda. Hasil analisis nilai tambah untuk usaha pengasapan ikan selais disajikan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9. Hasil Analisis Nilai Tambah Produk Pengasapan Ikan Baung No
Variabel
Nilai
1
Output (kg/proses produksi) (a)
6
2
Input (kg/proses produksi) (b)
10
3
Konversi (c=a/b)
0,6
4
Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d)
5
Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e)
Rp 20.000
6
Biaya input lain (f) (Garam, Kayu bakar, penyusutan alat)
Rp 20.000
7
Nilai output (g=c x d)
Rp 66.000
8
Nilai tambah (h=g-e-f)
Rp 26.000
9
Keuntungan
Rp 24.600
Rp 110.000
*Perhitungan per proses produksi per kg
Halaman | 103
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Struktur biaya produksi dalam pengolahan perikanan terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa ikan. Biaya input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan ikan seperti garam, kayu bakar, biaya penyusutan paralatan. Bahan baku utama usaha penyalaian adalah ikan yang memiliki persentase terbesar dalam biaya. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah usaha penyalaian ikan selais, diperoleh rata-rata Rp 26.000 artinya setelah dilakukan proses penyalaian, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 26.000 untuk setiap kg ikan baung. Berdasarkan hasil survey diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses pengasapan ikan dalam satu minggu 3-4 kali, sehingga dapat diketahui aktivitas pengasapan ikan selais dalam satu bulan berkisar antara 12 hingga 16 kali melakukan pengasapan ikan selais, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari perairan umum. Untuk pengasapan ikan selais dan baung relative sama dalam kegiatan aktivitas melakukan pengasapan ikan per minggunya maupun per bulannya. c. Aspek Pasar Produk Pengasapan Ikan Aspek pasar merupakan rantai distribusi akhir dalam menentukan produk hasil perikanan memiliki nilai tambah dan daya jual yang tinggi. System pemasaran yang baik maka menentukan tingkat ekonomi yang baik terhadap nilai produk yang dihasilkan dan berimplikasi kepada pelaku kegiatan pengolahan hasil perikanan. Ikan-ikan hasil olahan dipasarkan dipasar lokal dan pasar-pasar luar kecamatan. Ikan-ikan hasil olahan kecamatan Rantau Kopar dipasarkan dipasar kecamatan Mandau, Dumai, Bangkinang, dan Pekanbaru. Dalam pemasaran ikan hasil olahan pedagang pengumpul dari luar kecamatan yang datang langsung membeli kepada nelayan pengolah yang ada di kecamatan Rantau Kopar. Selanjutnya pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang besar, dan pedagang besar mendistribusikan ke pedagang pengecer. Untuk mengusahakan usaha pengolahan ikan asap dibutuhkan modal sekitar Rp 420.000 hingga Rp 1.400.000 tergantung besarnya skala usaha yang dibangun. Sementara kebutuhan biaya produksi untuk satu siklus produksi (per minggu) berdasarkan kemampuan nelayan pengolah menyediakan bahan baku ikan (Selais dan Baung) yang akan di proses berkisar antara Rp 800.000 hingga Rp 2.800.000. Biaya-biaya ini meliputi biaya untuk bahan langsung, biaya tenaga
Halaman | 104
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
kerja langsung, dan biaya overhead. Usaha pengolahan ikan asap cukup menguntungkan dengan tingkat keuntungan diatas 24% dari total penerimaan. Ikan asap yang dihasilkan dipasarkan di pasar-pasar lokal dan pasar luar kecamatan/kabupaten seperti ke wilayah Mandau, Dumai, Bangkinang, dan Pekanbaru. Untuk memasarkan ikan asap secara umum ada tiga jalur pemasaran, dua jalur pemasaran pertama untuk pemasaran lokal, sedang jalur pemasaran ketiga untuk pemasaran luar. Ketiga jalur pemasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) nelayan pengolah langsung memasarkan ke konsumen, (2) nelayan pengolah menjual ke pengecer, dan pengecer menjual ke konsumen, dan (3) pedagang pengumpul membeli ke nalayan pengolah, lalu menjual ke pedagang besar, dan pedagang besar mendistribusikan ke pengecer, dan terakhir pengecer menjual ke konsumen. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha pengasapan adalah dengan menjual kepada pedagang pengumpul. Sistem pemasaran seperti ini memiliki beberapa keunggulan antara lain: 1) produsen tidak perlu membawa hasil produksinya ke pasar, 2) waktu yang terpakai untuk kegiatan pemasaran dapat digunakan untuk kegiatan produksi dan 3) tidak membutuhkan biaya transportasi untuk pengangkutan. Namun, sistem penjualan seperti ini memiliki kelemahan yaitu pedagang pengumpul memilki kekuatan yang lebih besar dalam pembentukan harga. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu wadah atau lembaga seperti koperasi yang dapat menampung produk dari perajin dan membantu memasarkan produk ke pasar yang lebih luas. Angka nilai tambah yang diperoleh semakin besar, maka akan menggambarkan nilai keuntungan yang lebih besar yang dapat diraih dari usaha kegiatan pengolahan hasil perikanan. Pengasapan ikan selais memiliki nilai tambah sedikit lebih tinggi (Rp 30.000,-) dibandingkan dengan pengasapan baung (Rp 26.000,-). Nilai tambah yang cukup tinggi terkait dengan aspek pasar (selera konsumen) yang secara umum dapat mengkonsumsi jenis ikan ini. Pengasapan ikan selain memberikan kontribusi kepada pemilik-pemilik faktor produksi yang mengolah ikan tersebut, juga memberikan nilai tersendiri kepada konsumen. Dewasa ini konsumen membutuhkan pangan yang beraneka ragam dalam jumlah dan jenisnya namun dengan kualitas yang baik, harga yang terjangkau serta kemudahan untuk diolah atau dikonsumsi dan tidak jarang juga prestisenya dalam mengkonsumsi produk perikanan. Umumnya konsumen tidak memiliki hambatan psikologis untuk mengkonsumsi ikan selais asap dan baung asap, bahkan cenderung memiliki gengsi tersendiri.
Halaman | 105
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
5.3.2.2. Nilai Tambah Pengasinan ikan a. Nilai tambah produk ikan asin Senangin Selain pengasapan, pengasinan juga banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Rokan Hilir karena prosesnya yang sederhana, dan mudah dilaksanakan serta pembiayaan yang lebih kecil. Hasil analisis nilai tambah pengolahan ikan asin disajikan pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Hasil Analisis Nilai Tambah Produk Pengasinan Ikan Senangin No
Variabel
Nilai
1
Output (kg/proses produksi) (a)
7.5
2
Input (kg/proses produksi) (b)
10
3
Konversi (c=a/b)
4
Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d)
Rp 75.000
5
Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e)
Rp 20.000
6
Biaya pendukung (f) (Garam, Kemasan, penyusutan alat)
Rp 13.000
7
Nilai output (g=c x d)
Rp 56.250
8
Nilai tambah (h=g-e-f)
Rp 23.250
9
Keuntungan
Rp 20.900
0.75
*Perhitungan per proses produksi per kg
Struktur biaya produksi dalam pengolahan perikanan terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa ikan senangin. Biaya input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan ikan seperti garam, biaya penyusutan paralatan. Bahan baku utama usaha pengasinan adalah ikan dan garam. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah usaha pengasinan ikan senangin, diperoleh rata-rata Rp 23.250 artinya setelah dilakukan proses pengasinan, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 23.250 untuk setiap kg ikan senangin. Berdasarkan hasil survey diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses pengasinan ikan dalam satu minggu 5 - 6 kali dalam seminggu, sehingga dapat diketahui aktivitas pengasinan ikan senangin dalam satu bulan berkisar antara 20 hingga 24 kali melakukan proses pengasinan ikan senangin, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari laut. Untuk pengasinan ikan senangin dan gulama relative sama dalam kegiatan aktivitas melakukan pengasinan ikan per minggunya maupun per bulannya.
Halaman | 106
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
b. Nilai tambah produk ikan asin Gulama Hasil analisis nilai tambah pengolahan ikan asin jenis ikan gulama disajikan pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. Hasil Analisis Nilai Tambah Produk Pengasinan Ikan Gulama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Variabel Output (kg/proses produksi) (a) Input (kg/proses produksi) (b) Konversi (c=a/b) Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d) Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e) Biaya pendukung (f) (Garam, Kemasan, penyusutan alat) Nilai output (g=c x d) Nilai tambah Keuntungan
Nilai 8 10 0,8 Rp 45.000 Rp 13.500 Rp 5.000 Rp 36.000 Rp 17.500 Rp 15.850
*Perhitungan per proses produksi per kg
Struktur biaya produksi dalam pengolahan perikanan terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa ikan senangin. Biaya input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan ikan seperti garam, biaya penyusutan paralatan. Bahan baku utama usaha pengasinan adalah ikan dan garam. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah usaha pengasinan ikan senangin, diperoleh rata-rata Rp 17.500 artinya setelah dilakukan proses pengasinan, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 17.500 untuk setiap kg ikan senangin. Berdasarkan hasil survey diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses pengasinan ikan dalam satu minggu 5 - 6 kali dalam seminggu, sehingga dapat diketahui aktivitas pengasinan ikan senangin dalam satu bulan berkisar antara 20 hingga 24 kali melakukan proses pengasinan ikan senangin, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari laut. Untuk pengasinan ikan senangin dan gulama relative sama dalam kegiatan aktivitas melakukan pengasinan ikan per minggunya maupun per bulannya. c. Aspek Pasar Produk Pengasinan Ikan Aspek pasar merupakan rantai distribusi akhir dalam menentukan produk hasil perikanan memiliki nilai tambah dan daya jual yang tinggi. System pemasaran yang baik maka menentukan tingkat ekonomi yang baik terhadap nilai produk yang dihasilkan dan berimplikasi kepada pelaku kegiatan pengolahan hasil perikanan.
Halaman | 107
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Ikan-ikan hasil olahan ikan asin seperti senangin dan gulama dipasarkan dipasar lokal dan pasar-pasar luar kecamatan/kabupaten. Ikan-ikan hasil olahan Kabupaten Rokan Hilir juga dipasarkan diluar wilayah Kabupaten Rokan Hilir seperti wilayah Mandau, Dumai, dan Pekanbaru. Dalam pemasaran ikan hasil olahan pedagang pengumpul dari luar daerah yang datang langsung membeli kepada nelayan pengolah yang ada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir (Bagansiapi-api, kubu, bangko, pulau halang, senaboi, limau kapas) . Selanjutnya pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang besar, dan pedagang besar mendistribusikan ke pedagang pengecer baik pasar local Kabupaten Rokan Hilir maupun luar daerah. Untuk mengusahakan usaha pengolahan ikan asin (kasus ikan senangin dan gulama) dibutuhkan modal sekitar Rp 380.000 hingga Rp 1.360.000 tergantung besarnya skala usaha yang dibangun. Sementara kebutuhan biaya produksi untuk satu siklus produksi (per minggu) berdasarkan kemampuan nelayan pengolah menyediakan bahan baku ikan (Senangin dan Gulama) yang akan di proses berkisar antara Rp 600.000 hingga Rp 2.600.000. Biaya-biaya ini meliputi biaya untuk bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Usaha pengolahan ikan asin cukup menguntungkan dengan tingkat keuntungan diatas 19% dari total penerimaan. Ikan asin yang dihasilkan kemudian dipasarkan di pasar-pasar lokal dan pasar luar kecamatan/kabupaten seperti ke wilayah Mandau, Dumai, dan Pekanbaru. Untuk memasarkan ikan asin secara umum sama dengan pemasaran ikan asap. Secara umum ada tiga jalur pemasaran, dua jalur pemasaran pertama untuk pemasaran lokal, sedang jalur pemasaran ketiga untuk pemasaran luar. Ketiga jalur pemasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) nelayan pengolah langsung memasarkan ke konsumen, (2) nelayan pengolah menjual ke pengecer, dan pengecer menjual ke konsumen, dan (3) pedagang pengumpul membeli ke nalayan pengolah, lalu menjual ke pedagang besar, dan pedagang besar mendistribusikan ke pengecer, dan terakhir pengecer menjual ke konsumen. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha pengasinan ikan, sebagian besar dilakukan dengan menjual kepada pedagang pengumpul. Sistem pemasaran seperti ini memiliki beberapa keunggulan antara lain: 1) produsen tidak perlu membawa hasil produksinya ke pasar, 2) waktu yang terpakai untuk kegiatan pemasaran dapat digunakan untuk kegiatan produksi dan 3) tidak membutuhkan biaya transportasi untuk pengangkutan. Namun, sistem penjualan seperti ini memiliki kelemahan yaitu pedagang pengumpul memiliki kekuatan yang lebih besar dalam penentuan harga. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan
Halaman | 108
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
suatu wadah atau lembaga seperti koperasi yang dapat menampung produk dari perajin dan membantu memasarkan produk ke pasar yang lebih luas. Angka
nilai
tambah
yang
diperoleh
semakin
besar,
maka
akan
menggambarkan nilai keuntungan yang lebih besar yang dapat diraih dari usaha kegiatan pengolahan hasil perikanan. Pengasinan ikan senangin memiliki nilai tambah sedikit lebih tinggi (Rp 23.250,-) dibandingkan dengan pengasinan ikan gulama (Rp 17.500,-). Nilai tambah yang cukup tinggi terkait dengan aspek pasar (selera konsumen) yang secara umum dapat mengkonsumsi jenis ikan ini. Pengasinan ikan selain memberikan kontribusi kepada pemilik-pemilik faktor produksi yang mengolah ikan tersebut, juga memberikan nilai tersendiri kepada konsumen. Dewasa ini konsumen membutuhkan pangan yang beraneka ragam dalam jumlah dan jenisnya namun dengan kualitas yang baik, harga yang terjangkau serta kemudahan untuk diolah atau dikonsumsi dan tidak jarang juga prestisenya dalam mengkonsumsi produk perikanan. Umumnya konsumen tidak memiliki hambatan psikologis untuk mengkonsumsi ikan asin senangin dan gulama.
5.3.2.3. Nilai Tambah Pengolahan Kerupuk a. Nilai Tambah Kerupuk Ikan Untuk menambah diversifikasi produk, pembuatan kerupuk ikan juga telah dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir sejak lama dan dilakukan secara turun-temurun. Dari kegiatan pengolahan kerupuk ikan dapat diketahui potensi nilai tambah produk yang dihasilkan. Hasil analisis nilai tambah pengolahan kerupuk ikan dapat disajikan pada Tabel 5.12. Tabel 5.12. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kerupuk Ikan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Variabel Output (kg/proses produksi) (a) Input (kg/proses produksi) (b) Konversi (c=a/b) Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d) Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e) Biaya pendukung (f) (Tepung Tapioka, Bumbu-bumbu, Kemasan). Nilai output (g=c x d) Nilai tambah (h=g-e-f) Keuntungan
Nilai 15 10 1,5 Rp 65.000 Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 97.500 Rp 59.500 Rp 51.750
Struktur biaya produksi dalam pengolahan hasil perikanan terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa ikan, dan bahan pengikat. Biaya
Halaman | 109
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan ikan seperti bumbu-bumbu, garam dan sebagainya, serta biaya penyusutan peralatan yang digunakan selama produksi kerupuk ikan. Bahan baku utama usaha kerupuk ikan adalah ikan, tepung, bumbu-bumbu dan garam. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah usaha kerupuk ikan, diperoleh rata-rata Rp 59.500 artinya setelah dilakukan proses pengolahan kerupuk ikan, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 59.500 untuk setiap kg ikan yang diolah. Selanjutnya berdasarkan hasil survey dan observasi diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses pengolahan kerupuk ikan dalam satu minggu 2 - 3 kali dalam seminggu, sehingga dapat diketahui aktivitas pengolahan kerupuk ikan dalam satu bulan berkisar antara 8 hingga 12 kali melakukan proses pengolahan kerupuk ikan, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari laut, dan hasil pemasaran dan pesanan dari konsumen. Untuk proses pengolahan kerupuk ikan dan kerupuk udang secara umum relative sama dalam kegiatan aktivitas melakukan pengolahan kerupuk per minggunya maupun per bulannya. b. Nilai Tambah Kerupuk Udang Untuk menambah diversifikasi produk selain kerupuk ikan juga dilakukan pengolahan menjadi kerupuk udang, untuk pembuatan kerupuk udang juga telah dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir sejak lama dan dilakukan secara turun-temurun yang bersifat industria rumah tangga (home industry). Dari kegiatan pengolahan kerupuk udang dapat diketahui potensi nilai tambah produk yang dihasilkan. Melalui hasil analisis nilai tambah pengolahan kerupuk udang dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kerupuk Udang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Variabel Output (kg/proses produksi) (a) Input (kg/proses produksi) (b) Konversi (c=a/b) Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d) Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e) Biaya pendukung (f) (Tepung Tapioka, Bumbu-bumbu, Kemasan). Nilai output (g=c x d) Nilai tambah (h=g-e-f) Keuntungan
Nilai 16 10 1,6 Rp 75.000 Rp 23.000 Rp 18.000 Rp 120.000 Rp 79.000 Rp 73.300
Halaman | 110
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Struktur biaya produksi dalam pengolahan kerupuk udang terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa udang, dan bahan pengikat (tepung). Biaya input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan ikan seperti bumbu-bumbu, garam dan sebagainya, serta biaya penyusutan peralatan yang digunakan selama produksi kerupuk ikan. Bahan baku utama usaha kerupuk adalah udang, tepung, bumbu-bumbu dan garam. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah usaha kerupuk udang, diperoleh rata-rata Rp 79.000 artinya setelah dilakukan proses pengolahan kerupuk ikan, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 79.000 untuk setiap kg ikan yang diolah. Selanjutnya berdasarkan hasil survey dan observasi diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses pengolahan kerupuk udang dalam satu minggu 2 - 3 kali dalam seminggu, sehingga dapat diketahui aktivitas pengolahan kerupuk udang dalam satu bulan berkisar antara 8 hingga 12 kali melakukan proses pengolahan kerupuk udang, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari laut, dan hasil pemasaran dan pesanan dari konsumen. Untuk proses pengolahan kerupuk ikan dan kerupuk udang secara umum relative sama dalam kegiatan aktivitas melakukan pengolahan kerupuk per minggunya maupun per bulannya. c. Aspek Pasar Produk Kerupuk Aspek pasar merupakan rantai distribusi akhir dalam menentukan produk hasil perikanan memiliki nilai tambah dan daya jual yang tinggi untuk produk kerupuk ikan. System pemasaran yang baik maka menentukan tingkat ekonomi yang baik terhadap nilai produk yang dihasilkan dan berimplikasi kepada pelaku kegiatan pengolahan hasil perikanan. Ikan-ikan hasil olahan menjadi produk kerupuk dipasarkan di pasar lokal dan pasar-pasar luar kecamatan/kabupaten Rokan Hilir. Ikan-ikan hasil olahan berupa kerupuk ikan Kabupaten Rokan Hilir juga dipasarkan diluar wilayah Kabupaten Rokan Hilir seperti wilayah Mandau, Dumai, Bengkalis, Bangkinang, Pelalawan dan Pekanbaru. Dalam proses pemasaran kerupuk ikan pedagang pengumpul dari luar daerah yang datang langsung membeli kepada pengolah yang ada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir (Bagansiapi-api, kubu, bangko, pulau halang, senaboi, pasir limau kapas) . Selanjutnya pedagang pengumpul
Halaman | 111
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
menjualnya ke pedagang besar, dan pedagang besar mendistribusikan ke pedagang pengecer baik pasar lokal Kabupaten Rokan Hilir maupun luar daerah. Untuk mengusahakan usaha pengolahan kerupuk ikan dan udang bervariasi dibutuhkan modal sekitar Rp 650.000 hingga Rp 6.000.000 tergantung besarnya skala usaha yang dibangun. Sementara kebutuhan biaya produksi untuk satu siklus produksi (per minggu) berdasarkan kemampuan nelayan pengolah menyediakan bahan baku ikan yang akan di proses berkisar antara Rp 900.000 hingga Rp 3.200.000. Biaya-biaya ini meliputi biaya untuk bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Usaha pengolahan kerupuk ikan cukup menguntungkan dengan tingkat keuntungan diatas 28% dari total penerimaan. Angka
nilai
tambah
yang
diperoleh
semakin
besar,
maka
akan
menggambarkan nilai keuntungan yang lebih besar yang dapat diraih dari usaha kegiatan pengolahan hasil perikanan. Pengolahan kerupuk udang memiliki nilai tambah sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pembuatan kerupuk ikan. Nilai tambah yang cukup tinggi terkait dengan aspek pasar (selera konsumen) yang secara umum dapat mengkonsumsi produk ini. Pengolahan kerupuk ikan dan udang selain memberikan kontribusi kepada pemilik-pemilik faktor produksi yang mengolah ikan tersebut, juga memberikan nilai tersendiri kepada konsumen. Dewasa ini konsumen membutuhkan pangan yang beraneka ragam dalam jumlah dan jenisnya namun dengan kualitas yang baik, harga yang terjangkau serta kemudahan untuk diolah atau dikonsumsi dan tidak jarang juga prestisenya dalam mengkonsumsi produk perikanan, dan pada umumnya konsumen juga tidak memiliki hambatan psikologis untuk mengkonsumsi produk kerupuk ikan dan udang, justru merupakan menu yang selalu tersedia dalam makanan sehari-hari.
5.3.2.4. Nilai Tambah Pengolahan Terasi a. Nilai Tambah Terasi Ikan Usaha kegiatan untuk menambah diversifikasi produk, pembuatan terasi ikan juga telah dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir sejak lama dan dilakukan secara turun-temurun dan dilakukan secara industria rumah tangga (home industry). Dari kegiatan pengolahan terasi ikan dapat diketahui potensi nilai tambah produk yang dihasilkan. Hasil analisis nilai tambah pengolahan terasi ikan dapat disajikan pada Tabel 5.14.
Halaman | 112
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Tabel 5.14. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Terasi Ikan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Variabel Output (kg/proses produksi) (a) Input (kg/proses produksi) (b) Konversi (c=a/b) Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d) Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e) Biaya pendukung (f) (Tepung Tapioka, Bumbu-bumbu, Kemasan). Nilai output (g=c x d) Nilai tambah (h=g-e-f) Keuntungan
Nilai 8 10 0,8 Rp 50.000 Rp 12.000 Rp 4.500 Rp 40.000 Rp 23.500 Rp 21.980
Struktur biaya produksi dalam pengolahan terasi ikan terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa ikan. Biaya input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan ikan seperti garam dan kemasan, serta biaya penyusutan peralatan yang digunakan selama produksi terasi ikan. Bahan baku utama usaha terasi ikan adalah ikan, dan garam. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah untuk usaha terasi ikan, diperoleh rata-rata Rp 23.500 artinya setelah dilakukan proses pengolahan terasi ikan, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 23.500 untuk setiap kg ikan yang diolah. Selanjutnya berdasarkan hasil survey dan observasi diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses pengolahan terasi ikan dalam satu minggu 2 - 3 kali dalam seminggu, sehingga dapat diketahui aktivitas pengolahan terasi ikan dalam satu bulan berkisar antara 8 sampai 12 kali melakukan proses pengolahan terasi kerupuk ikan, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari laut, dan hasil pemasaran dan pesanan dari konsumen. Untuk proses pengolahan terasi ikan maupun terasi udang secara umum relative sama dalam kegiatan aktivitas melakukan pengolahan terasi per minggunya maupun per bulannya, dan dilakukan secara industry rumah tangga (home industry). b. Nilai Tambah Terasi Udang Sebagai usaha diversifikasi produk selain dalam bentuk terasi ikan juga dilakukan pengolahan menjadi terasi udang, untuk pembuatan terasi udang juga telah dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir sejak lama dan dilakukan secara turun-temurun yang bersifat industri rumah tangga (home industry). Dari kegiatan pengolahan terasi udang dapat diketahui potensi nilai tambah produk yang dihasilkan. Melalui hasil analisis nilai tambah pengolahan kerupuk udang dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Halaman | 113
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Tabel 5.15. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Terasi Udang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Variabel Output (kg/proses produksi) (a) Input (kg/proses produksi) (b) Konversi (c=a/b) Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d) Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e) Biaya pendukung (f) (Tepung Tapioka, Bumbu-bumbu, Kemasan). Nilai output (g=c x d) Nilai tambah (h=g-e-f) Keuntungan
Nilai 7 10 0,7 Rp 110.000 Rp 23.000 Rp 6.000 Rp 77.000 Rp 48.000 Rp 44.125
Struktur biaya produksi dalam pengolahan terasi udang terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa udang. Biaya input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan udang seperti garam dan bahan lainnya, serta biaya penyusutan peralatan yang digunakan selama produksi terasi udang. Bahan baku utama usaha terasi adalah udang, dan garam. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah usaha terasi udang, diperoleh rata-rata Rp 48.000 artinya setelah dilakukan proses pengolahan terasi udang, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 48.000 untuk setiap kg udang yang diolah. Selanjutnya berdasarkan hasil survey dan observasi diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses pengolahan terasi udang dalam satu minggu 2 - 3 kali dalam seminggu, sehingga dapat diketahui aktivitas pengolahan kerupuk udang dalam satu bulan berkisar antara 8-12 kali melakukan proses pengolahan terasi udang, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari laut, dan hasil pemasaran dan pesanan dari konsumen. Untuk proses pengolahan terasi ikan dan terasi udang secara umum relative sama dalam kegiatan aktivitas melakukan pengolahan terasi per minggunya maupun per bulannya. c. Aspek Pasar Produk Terasi Aspek pasar merupakan rantai distribusi akhir dalam menentukan produk hasil perikanan memiliki nilai tambah dan daya jual yang tinggi untuk produk terasi ikan dan udang. System pemasaran yang baik maka menentukan tingkat ekonomi yang baik terhadap nilai produk yang dihasilkan dan berimplikasi kepada pelaku kegiatan pengolahan hasil perikanan dalam bentuk terasi.
Halaman | 114
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Ikan-ikan hasil olahan menjadi produk terasi dipasarkan di pasar lokal dan pasar-pasar luar kecamatan/kabupaten Rokan Hilir. Produk hasil perikanan berupa terasi ikan dan udang Kabupaten Rokan Hilir juga dipasarkan diluar wilayah Kabupaten Rokan Hilir seperti wilayah Mandau, Dumai, Bengkalis, Bangkinang, Pelalawan dan Pekanbaru. Dalam proses pemasaran kerupuk ikan pedagang pengumpul dari luar daerah yang datang langsung membeli kepada pengolah yang ada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Selanjutnya pedagang pengumpul
menjualnya
ke
pedagang
besar,
dan
pedagang
besar
mendistribusikan ke pedagang pengecer baik pasar lokal Kabupaten Rokan Hilir maupun luar daerah. Untuk mengusahakan usaha pengolahan terasi ikan dan udang dari segi modal cukup bervariasi, dan kebutuhan modal dalam pengolahan terasi berkisar antara Rp 520.000 hingga Rp 4.700.000 tergantung besarnya skala usaha yang dibangun. Sementara kebutuhan biaya produksi untuk satu siklus produksi terasi (per minggu 2-3 kali produksi) berdasarkan kemampuan nelayan pengolah menyediakan bahan baku ikan/udang yang akan di proses menjadi terasi yaitu berkisar antara Rp 750.000 hingga Rp 2.400.000. Biaya-biaya ini meliputi biaya untuk bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Usaha pengolahan terasi ini cukup menguntungkan dengan tingkat keuntungan rata-rata diatas 23% dari total penerimaan.
5.3.2.5. Nilai Tambah Pembuatan Tepung Ikan Besarnya potensi ikan rucah dan ikan-ikan non ekonomis yang belum termanfaatkan, maka industri tepung ikan memiliki peluang untuk dikembangkan oleh investor. Tepung ikan adalah bahan baku utama bagi industri pakan ternak terutama pakan ternak unggas dan ikan atau udang. Besarnya pangsa pasar yang ada untuk industri tepung ikan menjadikan permintaan terhadap tepung ikan tinggi. Maka perlu pengembangan pengolahan tepung ikan terutama untuk limbah perikanan dan ikan-ikan yang tidak ekonomis. Melalui hasil analisis nilai tambah pembuatan tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Halaman | 115
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Tabel 5.16. Hasil Analisis Nilai Tambah Pembuatan Tepung Ikan No Variabel Nilai 1 Output (kg/proses produksi) (a) 4 2 Input (kg/proses produksi) (b) 10 3 Konversi (c=a/b) 0.4 4 Harga output rata-rata (Rp/Kg) (d) Rp 90.000 5 Biaya bahan baku (Rp/Kg) (e) Rp 12.000 6 Biaya pendukung (f) Rp 5.000 7 Nilai output (g=c x d) Rp 36.000 8 Nilai tambah (h=g-e-f) Rp 19.000 9 Keuntungan Rp 18.125
Struktur biaya produksi dalam pembuatan tepung ikan terdiri atas biaya pengadaan bahan baku utama berupa ikan rucah. Biaya input lain dikeluarkan selain untuk tenaga kerja dan ikan, serta biaya penyusutan peralatan yang digunakan selama produksi terasi udang. Bahan baku utama usaha pembuatan tepung ikan adalah ikan rucah yang merupakan hasil samping tangkapan dan ikan kurang bernilai ekonomis, sehingga dapat dimanfaatkan untuk tepung ikan sebagai bahan utama pembuatan pakan ternak unggas maupun ikan. Nilai tambah per bahan baku digunakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah usaha pembuatan tepung ikan, diperoleh rata-rata Rp 19.000 artinya setelah dilakukan proses pembuatan tepung ikan, terdapat penambahan nilai sebesar Rp 19.000 untuk setiap kg ikan rucah yang diolah. Selanjutnya berdasarkan hasil survey dan observasi diketahui rata-rata secara umum masyarakat melakukan proses tepung ikan dalam satu minggu 2 - 3 kali dalam seminggu, sehingga dapat diketahui aktivitas pembuatan tepung ikan dalam satu bulan berkisar antara 8-12 kali melakukan proses pembuatan tepung ikan, hal ini bergantung kepada ketersediaan bahan baku hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari laut, dan hasil pemasaran dan permintaan dari konsumen. c. Aspek Pasar Produk Tepung Ikan Aspek pasar merupakan rantai distribusi akhir dalam menentukan produk hasil perikanan memiliki nilai tambah dan daya jual yang tinggi untuk produk tepung ikan. System pemasaran yang baik maka menentukan tingkat ekonomi yang baik terhadap nilai produk yang dihasilkan dan berimplikasi kepada pelaku kegiatan pengolahan hasil perikanan dalam bentuk tepung ikan. Ikan-ikan rucah hasil olahan menjadi tepung ikan dipasarkan di pasar lokal dan pasar-pasar luar kecamatan/kabupaten Rokan Hilir. Produk hasil perikanan berupa tepung ikan juga dipasarkan diluar wilayah Kabupaten Rokan
Halaman | 116
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Hilir seperti wilayah Mandau, Dumai, Bangkinang, dan Pekanbaru. Dalam proses pemasaran tepung ikan pedagang pengumpul dari luar daerah yang datang langsung membeli kepada pengolah yang ada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir, sehinga menjadi pesanan rutin bagi pelanggan. Selanjutnya pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang besar, dan pedagang besar mendistribusikan ke pedagang pengecer baik pasar lokal Kabupaten Rokan Hilir maupun luar daerah. Untuk mengusahakan usaha pembuatan tepung ikan dari segi modal cukup bervariasi, dan kebutuhan modal dalam pembuatan tepung ikan berkisar antara Rp 380.000 hingga Rp 3.500.000 tergantung besarnya skala usaha yang dibangun. Sementara kebutuhan biaya produksi untuk satu siklus produksi tepung ikan (per minggu 2-3 kali produksi) berdasarkan kemampuan nelayan pengolah menyediakan bahan baku ikan yang akan di proses menjadi tepung ikan yaitu berkisar antara Rp 750.000 hingga Rp 1.800.000 Biaya-biaya ini meliputi biaya untuk bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Usaha pengolahan atau pembuatan tepung ikan ini cukup menguntungkan dengan tingkat keuntungan rata-rata diatas 30% dari total penerimaan.
5.3.3. Nilai Tambah Perikanan Hasil Budidaya Berdasarkan hasil análisis kajian sebelumnya dan kajian lapangan diketahui lokasi pengembangan produk perikanan budidaya yang potensial pengembangannya yaitu di Kecamatan Bagan Sinembah, Bangko Pusako, Batu Hampar, Pujud, Rimba Melintang, Simpang Kanan dan Pekaitan. Tabel 5.17. Produksi Perikanan Budidaya Berdasarkan Jenis Sampai tahun 2011 No
Jenis Ikan
Produksi (kg)
Total Produksi (kg)
Kolam Keramba 1 Baung 5.780 6.210 11.990 2 Gabus 3 Gurami* 48.720 48.720 4 Patin* 211.870 9.420 221.290 5 Toman 8.620 4.370 12.990 6 Nila* 248.300 248.300 7 Mas 6.090 6.090 8 Bawal 20.280 20.280 9 L e l e* 47.180 47.180 10 Lain-lain Total 596,840 20.000 616.840 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Rohil, 2012 *Komoditi yang dihitung untuk nilai tambah.
Total Produksi (kg) 539,550,000 1,705,200,000 3,983,220,000 714,450,000 4,469,400,000 121,800,000 304,200,000 802,060,000 12.639.880.000
Halaman | 117
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Berdasarkan jenis komoditas yang dibudidayakan, secara umum terdapat 9 jenis ikan yang dibudidayakan oleh masyarakat, dengan jumlah terbesar jenis patin. Hasil produksi perikanan budidaya berdasarkan jenis disajikan pada Tabel 5.17. Berdasarkan jenis komoditasnya, peluang usaha peningkatan nilai tambah usaha perikanan yang potensial untuk yang dikembangkan di Kabupaten Rokan Hilir yaitu jenis ikan nila, patin, gurami, dan lele.
5.3.3.1. Nilai Tambah Usaha Budidaya Ikan Nila Perikanan Budidaya di Kabupaten Rokan Hilir merupakan salah satu komponen yang penting di sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan, penciptaan pendapatan dan lapangan kerja serta mendatangkan penerimaan daerah. Perikanan budidaya juga berperan dalam mengurangi beban sumber daya laut. Di samping itu perikanan budidaya dianggap sebagai sektor penting untuk mendukung perkembangan ekonomi pedesaan yang ada di daerah. Perikanan budidaya di perairan umum meliputi keramba dan kolam. Ikan nila merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan asli perairan Indonesia, melainkan ikan introduksi yang berasal dari Afrika (Khairuman dan Khairul Amri, 2006). Budidaya ikan nila disukai karena ikan nila mudah dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Selain dipelihara di kolam biasa seperti yang umum dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air deras, kantung jaring apung, keramba, sawah, bahkan dalam tambak (air payau) sekalipun. Untuk mengetahui besaran nilai tambah usaha budidaya ikan nila yang ada di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 5.18. Usaha budidaya pembesaran ikan nila dilakukan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir rata-rata umur panen paling cepat dilakukan adalah sekitar 5 bulan untuk satu periode budidaya, walaupun usaha budidaya ikan nila dengan kondisi yang baik dan dilakukan pada kolam air deras umur panen dapat mencapai 4 bulan. Luas kolam yang dimiliki oleh responden cukup bervariasi tergantung dari jenis skala usaha yang dilakukan. Dalam perhitungan nilai tambah untuk usaha budidaya ikan nila menggunakan perhitungan pada luas kolam yang sederhana yaitu pada luas kolam 50 m 2 (5 x 10 m) dapat ditebar benih ikan berkisar 8000 hingga 8500 ekor ikan dengan ukuran 4-7 cm (hasil observasi dan wawancara dengan responden), walaupun secara optimal padat tebar benih untuk ukuran
Halaman | 118
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
setara 50 M2 dapat mencapai 10.000 ekor benih. Tingkat kepadatan rata-rata ikan nila dalam kolam yang dimiliki pada kegiatan pembesaran ikan siap panen dapat mencapai adalah 9-11 kg/m2 (secara optimal hasil dapat mencapai 10-15 kg/m2). Dalam satu periode budidaya (5 bulan) diperoleh hasil panen rata-rata berkisar 2500 sampai 2700 kg ikan nila, dengan rata-rata harga jual per kg sebesar Rp 25.000,- di tingkat produsen. Biaya penerimaan pada setiap priode panen dari hasil usaha budidaya ikan nila berkisar antara Rp 62.500,000,sampai Rp 67.500,000 per priode (5 bulan), sedangkan biaya pengeluaran (biaya tetap dan variable) sekitar Rp 41.000.000,- dan ini diasumsikan tetap. Sehingga biaya keuntungan bersih yang diperoleh Rp adalah berkisar antara 21.500.000,sampai Rp 26.500.000,- untuk satu priode usaha budidaya dalam waktu 5 bulan, dan dapat diketahui biaya keuntungan bersih per bulannya adalah Rp 4.300.000,-. Untuk penilaian nilai tambah dari usaha budidaya ikan nilai diperoleh dari setiap M2 usaha kolam yang dilakukan, sehingga nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 430.000,-/m2 luas kolam ikan nila dalam satu priode budidaya (5 bulan). Tabel 5.18. Hasil Analisis Nilai Tambah Ikan Nila No
Uraian
1
Padat tebar benih (ekor)
2
Kepadatan ikan/m2 (pembesaran) (kg/m2)
3
Jumlah produksi / priode (kg)
4
Harga rata-rata ikan nila (Rp/kg)
5
Penerimaan kotor/priode (Rp)
6
Pengeluaran/priode (Rp)
7
Keuntungan bersih/priode (Rp)
8
Keuntungan per bulan (Rp)
9
Nilai tambah usaha budidaya ikan /m2 (Rp)
Nilai 8000 – 8500 9-11 2500 -2700 25000 62.500.000 sampai 67.500.000 41.000.000 21.500.000 sampai 26.500.000 4.300.000 430.000
Catatan: Ukuran luas kolam yang dihitung adalah 50 m2 Padat tebar ikan nila yang digunakan adalah berkisar 8000-8500 ekor benih, Benih yang ditebar ukurannya berkisar 4-7 cm dan diambil dari daerah seperti Pekanbaru, Kampar, dan Sumatera Utara. Kepadatan rata-rata ikan nila dalam kolam pada kegiatan pembesaran ikan siap panen adalah 9-11 kg/m2.
Aspek Pasar Ikan Nila Masa budidaya usaha pembesaran ikan nila di Kabupaten Rokan Hilir adalah 5 (lima) bulan. Apabila ikan berada di kolam lebih dari waktu yang sudah ditentukan maka akan memperbesar biaya pakannya. Untuk itu ikan nila setelah 5 bulan dipelihara di kolam pembesaran harus dipanen. Mengingat permintaan
Halaman | 119
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
ikan nila masih cukup baik dibandingkan penawarannya, sejauh ini pembudidaya ikan nila belum merasakan adanya kendala yang berarti dalam proses pemasaran.
5.3.3.2. Nilai Tambah Usaha Budidaya Ikan Patin Ditinjau dari aspek pembudidayaan, teknologi budidaya ikan patin relatif telah dikuasai, kemudian ketersediaan benih yang semula dianggap sebagai kendala untuk memperolehnya, namun sekarang telah banyak pembenih baik perorangan maupun perusahaan yang berhasil memproduksi benih ikan patin. Beberapa keunggulan komparatif budidaya ikan patin adalah bahwa ikan patin ukuran individunya cukup besar, pemakan segalanya dan dapat bertoleransi terhadap kondisi perairan yang kurang kurang baik karena kondisi oksigen (02) terlarut relatif lebih rendah serta dapat bertoleransi pada PH air lingkungan yang sedikit asam berkisar antara pH 3-4. Demikian juga ikan patin mau mengkonsumsi makanan buatan atau pakan yang beredar di pasaran sebagai makanannya. Untuk mengetahui besaran nilai tambah usaha budidaya ikan patin yang ada di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 5.19. Usaha budidaya pembesaran ikan patin dilakukan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir rata-rata umur panen komersil paling dilakukan adalah sekitar 8 bulan untuk satu periode budidaya. Luas kolam yang dimiliki oleh responden cukup bervariasi tergantung dari jenis skala usaha yang dilakukan. Dalam perhitungan nilai tambah untuk usaha budidaya ikan patin menggunakan perhitungan pada luas kolam yang sederhana yaitu pada luas kolam 50 m2 dengan padat tebar benih yang digunakan petani ikan yaitu berkisar 3500-4000 ekor ikan dengan ukuran berat 4050 gram/ekor. Tingkat kepadatan rata-rata ikan patin dalam kolam yang dimiliki pada kegiatan pembesaran ikan siap panen dapat mencapai adalah 12-18 kg/m2. Dalam satu periode budidaya (7 bulan) diperoleh hasil panen rata-rata berkisar 1200 kg sampai 1500 kg ikan patin, dengan rata-rata harga jual per kg sebesar Rp 20.000,di tingkat produsen. Biaya penerimaan pada setiap priode panen dari hasil usaha budidaya ikan patin berkisar antara Rp 24.000.000,- sampai Rp 30.000,000 per priode (7 bulan), sedangkan biaya pengeluaran (biaya tetap dan variable) sekitar Rp 10.500.000,- dan ini diasumsikan tetap. Sehingga biaya keuntungan bersih yang diperoleh berkisar antara 13.500.000,- sampai Rp 19.500.000,- untuk satu priode usaha budidaya dalam waktu 7 bulan, dan biaya keuntungan bersih per bulannya rata-rata Rp 1.928.571,- sampai Rp 2.785.714,-. Untuk penilaian nilai tambah dari usaha budidaya ikan patin diperoleh dari setiap M2 usaha kolam yang dilakukan dapat mencapai Rp 390.000,-/m2 luas kolam ikan patin dalam satu priode budidaya (7 bulan).
Halaman | 120
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Tabel 5.19. Hasil Analisis Nilai Tambah Ikan Patin No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian Padat tebar benih (ekor) Kepadatan ikan/m2 (pembesaran) (kg/m2) Jumlah produksi / priode (kg) Harga rata-rata ikan (Rp/kg) Penerimaan kotor/priode (Rp) Pengeluaran/priode (Rp) Keuntungan bersih/priode (Rp) Keuntungan per bulan (Rp) Nilai tambah usaha budidaya ikan /m2 (Rp)
Nilai 3500-4000 12-18 1200-1500 20000 24.000.000 sampai 30.000.000 10.500.000 13.500.000 sampai 19.500.000 1.928.571,- sampai 2.785.714 390.000
Catatan: Ukuran luas kolam yang dihitung adalah 50 m2 Padat tebar ikan patin yang digunakan petani ikan berkisar 3000-4000 ekor benih, Benih yang ditebar ukurannya berkisar 40-50 gram/ekor (8-10 cm) dan diambil dari daerah seperti Pekanbaru, Kampar. Kepadatan rata-rata ikan patin dalam kolam pada kegiatan pembesaran ikan siap panen adalah 12-18 kg/m2. Masa panen rata-rata 7-8 bulan.
Aspek Pasar Ikan Patin Masa budidaya usaha pembesaran ikan patin di Kabupaten Rokan Hilir yang dilakukan petani ikan yaitu rata-rata 7 bulan sampai 8 bulan. Apabila ikan berada di kolam lebih dari waktu yang sudah ditentukan maka akan memperbesar biaya pakannya dan semakin besar ukuran ikan harga akan semakin lebih rendah karena semakin tidak disukai oleh konsumen disebabkan ikan semakin berlemak. Untuk itu ikan patin setelah 7-8 bulan dipelihara di kolam pembesaran harus dipanen. Mengingat permintaan ikan patin masih cukup baik, sejauh ini pembudidaya ikan patin belum merasakan adanya kendala yang berarti dalam proses pemasaran, artinya nilai tambah yang diperoleh dari usaha budidaya ikan ini masih dapat menopang perekonomian keluarga.
5.3.3.3. Nilai Tambah Usaha Budidaya Ikan Gurami Ikan Gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan/keperak-perakan. Untuk mengetahui besaran nilai tambah usaha budidaya ikan gurami yang ada di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Halaman | 121
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Tabel 5.20. Hasil Analisis Nilai Tambah Ikan Gurami No
Uraian
Nilai
1
Padat tebar benih (ekor)
250 -300
2
Kepadatan ikan/m2 (pembesaran) (kg/m2)
3
Jumlah produksi / priode (kg)
120-150
4
Harga rata-rata ikan (Rp/kg)
43.000
5
Penerimaan kotor/priode (Rp)
5.160.000-6.450.000
6
Pengeluaran/priode (Rp)
2.300.000
7
Keuntungan bersih/priode (Rp)
2.860.000
8
Keuntungan per bulan (Rp)
138.333
9
Nilai tambah usaha budidaya /m2 (Rp)
83.000
10-15
Catatan: 2 Ukuran luas kolam yang dihitung adalah 50 m Padat tebar ikan gurami yang digunakan petani ikan berkisar 250-300 ekor benih, Benih yang ditebar ukurannya berkisar 10-12 cm yang berumur 1,5 bulan dan diambil dari daerah seperti Pekanbaru, Sumatera Utara. Kepadatan rata-rata ikan gurami dalam kolam pada kegiatan pembesaran ikan siap panen 2 adalah 10-15 kg/m . Masa panen rata-rata 2,5 tahun.
Usaha budidaya pembesaran ikan patin dilakukan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir rata-rata umur panen komersil paling cepat dilakukan adalah sekitar 2,5 tahun untuk satu periode budidaya. Luas kolam yang dimiliki oleh responden cukup bervariasi tergantung dari jenis skala usaha yang dilakukan. Dalam perhitungan nilai tambah untuk usaha budidaya ikan patin menggunakan perhitungan pada luas kolam yang sederhana yaitu pada luas kolam 50 m 2 dengan padat tebar benih yang digunakan petani ikan yaitu berkisar 250-300 ekor ikan dengan ukuran sekitar 10-12 cm. Tingkat kepadatan rata-rata ikan gurami dalam kolam yang dimiliki pada kegiatan pembesaran ikan siap panen dapat mencapai adalah 10-15 kg/m2. Dalam satu periode budidaya (2,5 tahun) diperoleh hasil panen rata-rata berkisar 120 kg sampai 150 kg ikan gurami, dengan rata-rata harga jual per kg sebesar Rp 43.000,-. Biaya penerimaan pada setiap priode panen dari hasil usaha budidaya ikan gurami berkisar antara Rp 5.160.000,- sampai Rp 6.450.000 per priode, sedangkan biaya pengeluaran (biaya tetap dan variable) sekitar Rp 2.300.000,- dan ini diasumsikan tetap. Sehingga biaya keuntungan bersih yang diperoleh berkisar antara 2.860.000,sampai Rp 4.150.000,- untuk satu priode usaha budidaya dalam waktu 2,5 tahun dan biaya keuntungan bersih per bulannya mencapai rata-rata Rp 138.333,-. Untuk penilaian nilai tambah dari usaha budidaya ikan gurami diperoleh dari setiap M2 usaha kolam yang dilakukan dapat mencapai Rp 83.000,-/m2 luas kolam ikan gurami dalam satu priode budidaya. Pada umumnya pembudidaya
Halaman | 122
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
melakukan usaha untuk meningkatkan nilai tambah ikan gurami ini dengan melakukan budidaya dengan system polikultur dengan jenis ikan lainnya, biasanya dilakukan pemeliharaan dengan jenis ikan lainnya misalnya dengan mas, mujair, tawes atau ikan lele. Karena pemeliharaan ikan gurami mengalami pertumbuhan yang lambat untuk bisa dipanen.
Aspek Pasar Ikan Gurami Masa budidaya usaha pembesaran ikan gurami di Kabupaten Rokan Hilir yang dilakukan petani ikan sampai bisa panen yaitu berkisar 2,5 tahun. Hal ini disebabkan pertumbuhan ikan gurami relative lambat, bahkan dibeberapa daerah masa panen ikan gurami bisa mencapai 4 tahun. Mengingat permintaan ikan gurami masih cukup baik, dinilai ikan gurami memiliki rasa yang enak dan gurih, dan permintaan sering datang dari masyarakat yang mengadakan hajatan dan pesanan dari rumah makan sebagai stok bahan baku. Sejauh ini pembudidaya ikan patin belum merasakan adanya kendala yang berarti dalam proses pemasaran, artinya nilai tambah yang diperoleh dari usaha budidaya ikan ini masih dapat menopang perekonomian keluarga, karena sebagian petani ikan melakukan dengan system polikultur dengan jenis ikan yang lain seperti ikan mas, atau dengan ikan lele.
5.3.3.4. Nilai Tambah Usaha Budidaya Ikan Lele Alasan utama sebagian besar masyarakat Riau melakukan budidaya ikan lele antara lain berpresepsi antara mengenai perputaran uang untuk usaha lebih cepat dengan rentabilitas relatif tinggi, risiko budidaya relatif kecil, serta kecenderungan pola makan masyarakat yang bergeser pada bahan pangan yang sehat, aman dan tidak berdampak negatif terhadap kesehatan menjadi stimulan bagi peningkatan permintaan ikan termasuk ikan lele sebagai sumber gizi bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya untuk kolam pembesaran yang dilakukan bisa berupa kolam tembok atau tanah dengan menggunakan plastik, fiber dan sebagainya. Tidak ada patokan yang baku untuk ukuran kolam yang akan dipakai sebagai tempat pembesaran tetapi disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir dan sekitarnya, teknologi yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan lele hampir seluruhnya dilakukan secara alami (tradisional) dan dalam pembesaran mayoritas menggunakan kolam kolam tanah.
Halaman | 123
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Usaha budidaya pembesaran ikan lele di suatu daerah tidak terlepas dari potensi dan perkembangan perikanan secara umum. Salah satu faktor penting yang menjadi pendorong adalah peningkatan konsumsi ikan masyarakat. Input yang digunakan untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan lele yang utama adalah benih ikan lele. Disamping itu juga membutuhkan berbagai jenis bahan habis pakai seperti pupuk kandang, kapur serta pakan. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan budidaya ikan lele diperlukan peralatan penunjang dan sarana produksi utama yang memadai untuk budidaya ikan lele, sehingga dapat memperoleh nilai tambah yang sesuai dari hasil budidaya lele. Untuk mengetahui besaran nilai tambah usaha budidaya ikan lele yang ada di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 5.21. Tabel 5.21. Hasil Analisis Nilai Tambah Ikan Lele No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian Padat tebar benih (ekor) Kepadatan ikan/m2 (pembesaran) (kg/m2) Jumlah produksi / priode (kg) Harga rata-rata ikan (Rp/kg) Penerimaan kotor/priode (Rp) Pengeluaran/priode (Rp) Keuntungan bersih/priode (Rp) Keuntungan per bulan (Rp) Nilai tambah usaha budidaya ikan /m2 (Rp)
Nilai 250-500 2-4 1200-1500 20000 600.000-800.000 210.000 490.000-590.000 240.000 120.416
Catatan: Ukuran luas kolam yang dihitung adalah 24 m2 (4x6 m) (kasus satu petak kolam). Padat tebar ikan lele yang digunakan petani ikan berkisar 250-500 ekor benih, Benih yang ditebar ukurannya berkisar 8-12 cm yang diambil dari daerah seperti Pekanbaru, Kampar, Sumatera Utara, dan daerah lainnya. Kepadatan rata-rata ikan lele dalam kolam pada kegiatan pembesaran ikan siap panen adalah 2-4 kg/m2. Masa panen rata-rata 3.5 bulan.
Usaha budidaya pembesaran ikan lele dilakukan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir rata-rata umur panen komersil paling cepat dilakukan adalah sekitar 3 sampai 4 bulan untuk satu periode budidaya. Luas kolam yang dimiliki oleh responden cukup bervariasi tergantung dari jenis skala usaha yang dilakukan. Dalam perhitungan nilai tambah untuk usaha budidaya ikan patin menggunakan perhitungan pada luas kolam yang sederhana yaitu pada luas kolam 24 m2 (ukuran 4 x 6 m) dengan padat tebar benih yang digunakan petani ikan yaitu berkisar 250-500 ekor ikan dengan ukuran sekitar 8-12 cm. Tingkat kepadatan rata-rata ikan lele dalam kolam yang dimiliki pada kegiatan pembesaran ikan siap panen dapat mencapai adalah 2-4 kg/m2. Dalam satu periode budidaya (3.5
Halaman | 124
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
bulan) diperoleh hasil panen rata-rata berkisar 30 kg sampai 35 kg ikan lele, dengan rata-rata harga jual per kg sebesar Rp 20.000,-. Biaya penerimaan pada setiap priode panen dari hasil usaha budidaya ikan gurami berkisar antara Rp 600.000,- sampai Rp 800.000 per priode per petak kolam ikan (24 M2), sedangkan biaya pengeluaran (biaya tetap dan variable) sekitar Rp 210.000,dan ini diasumsikan tetap. Sehingga biaya keuntungan bersih yang diperoleh berkisar antara 490.000,- sampai Rp 590.000,- untuk satu priode usaha budidaya ikan. Untuk penilaian nilai tambah dari usaha budidaya ikan lele diperoleh Rp 120.416,-/m2 luas kolam ikan lele dalam satu priode budidaya.
Aspek Pasar Ikan Lele Masa budidaya usaha pembesaran ikan lele di Kabupaten Rokan Hilir yang dilakukan petani ikan sampai bisa panen yaitu berkisar 3,5 bulan. Karena usaha budidaya ikan lele dinilai memiliki tingkat produktivitas cepat, dan pembiayaan yang relative kecil maka tingkat kontinyunitasnya juga menjadi tinggi, dan perputaran biaya hasil produksinya lebih singkat, sehingga dalam satu tahun produktivitas dapat mencapai sekurang-kurangnya 3 kali dalam setahun. Berdasarkan hasil observasi lapangan jumlah dan luas kolam rata-rata yang dimiliki oleh pembudidaya sedikitnya 4 petak kolam untuk budidaya lele, dan jenis ikan lainnya, sehingga perolehan nilai tambah dari hasil kegiatan budidaya perikanan dinilai cukup besar, bergantung bagaimana cara pengelolaannya terhadap sumberdaya perikanan budidaya. Mengenai pemasaran ikan lele di Kabupaten Rokan Hilir dan sekitarnya seluruhnya dipasarkan untuk pasar domestik, terutama di daerah Kabupaten Rokan Hilir dan sekitarnya. Secara umum jalur pemasaran ikan lele tidak jauh berbeda dengan jalur pemasaran ikan jenis lain (nila, patin, gurami,dll) yang dibudidayakan oleh petani. Kendala pemasaran ikan lele dan jenis ikan lainnya yang dialami adalah petani ikan yang belum tergabung menjadi kelompok besar sehingga pemasaran sering dilakukan melalui tengkulak yang mengambil keuntungan secara berlebihan dalam rantai pemasaran tersebut. Kendala lain adalah masih banyak petani/kelompok kecil yang belum mampu melakukan pengolahan pasca panen akibat kurangnya pengetahuan dan teknologi. Padahal pengolahan pasca panen diperlukan jika ada hasil panen ikan lele yang tidak terjual (meskipun jarang terjadi). Ikan lele tersebut bisa dilakukan pascapanen menjadi produk lain yang memiliki nilai tambah bagi pelaku usaha.
Halaman | 125
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Hal lain yang masih menjadi kendala adalah belum mampunya petani dalam menjalin networking langsung kepada konsumen/pelanggan khususnya pelanggan besar dalam rangka menjamin kontinuitas pasar. Petani juga masih lemah dalam menjalin komunikasi dengan komunitas pasar yang ada. Padahal hal tersebut sangat bermanfaat untuk mendapatkan akses informasi yang sempurna tentang kondisi pasar, baik dalam hal harga maupun besarnya permintaan pasar.
5.3.4. Nilai Tambah Bidang Ekowisata Secara konseptul ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya, ekowisata dapat didifinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat setempat. Pengembangan ekowisata di Kabupaten Rokan Hilir harus sesuai dengan visi ekowisata Indonesia yaitu untuk menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial. Prinsip dan kriteria ekowisata disajikan pada Tabel 5.22. Tabel 5.22. Prinsip dan Kriteria Ekowisata No 1
Prinsip Ekowisata Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.
Kriteria Ekowisata Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi). Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan. Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya. Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata. Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan. Mengelola usaha secara sehat. Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendahrendahnya. Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Halaman | 126
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
No 2
Prinsip Ekowisata Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat.
3
Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.
4
Peka dan menghormati nilainilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.
5
Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundangundangan baik ditingkat nasional maupun internasional.
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Kriteria Ekowisata Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata. Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan kawasan tersebut kepada masyarakat setempat. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. Membuka kesempatan keapda masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat. Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidangbidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendahrendahnya. Menetapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainya (multistakeholders) dalam penyusunan kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata. Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. Memperhatikan dan melaksanakan secara konsisten: Dokumendokumen Internasional yang mengikat (Agenda 21, Habitat Agenda, Sustainable Tourism, Bali Declaration dsb.). GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undang-undang dan peraturanperaturan yang berlaku. Menyusun peraturan-peraturan baru yang diperlukan dan memperbaiki dan menyempurnakan peraturan-peraturan lainnya yang telah ada sehingga secara keseluruhan membentuk sistem per-UU-an dan sistem hukum yang konsisten. Memberlakukan peraturan yang berlaku dan memberikan sangsi atas pelanggarannya secara konsekuen sesuai dengan ketentuan yang berlaku (law enforcement). Membentuk kerja sama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.
Halaman | 127
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Potensi alam bahari (ekowisata) yang bisa dikembangkan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain : a. Kota Bagan Siapi-api Pada masa lampau di kenal sebagai Kota Lumbung Ikan Karena kota ini merupakan Kota penghasil ikan terbesar nomor dua di Dunia. Obyek wisata tepian sungai Rokan, Batu Enam Bagansiapiapi. Nilai tambah yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan nilai ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan makanan jajanan/oleh-oleh yang dihasilkan, pemasukan bagi hotel dan penginapan, pemasukan bagi penyedia sarana transportasi, pemasukan bagi kedai/rumah makan/restoran, dan jasa lainnya. b. Sungai Rokan hingga ke Muara. Potensi wisata yang bisa dikembangkan di Sungai ini adalah Bono, yaitu suatu peristiwa alam luar biasa di bentangan aliran sungai, yang dikembangkan di dekat daerah Pujud Kabupaten Rokan Hilir. Nilai tambah yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan nilai ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan makanan jajanan/oleh-oleh yang dihasilkan, pemasukan bagi hotel dan penginapan, pemasukan bagi penyedia sarana transportasi, pemasukan bagi kedai/rumah makan/restoran, dan jasa lainnya. c. Pulau Jemur Potensi wisata yang bisa dikembangkan di Pulau Jemur diantaranya penyu hijau. Pulau Jemur memiliki pemandangan dan panorama alam yang indah. Selain itu pulau jemur ini amat kaya denag hasil lautnya, disamping itu Pulau Jemur dihuni oleh Spesies Penyu, dimana pada musim tertentu penyu-penyu itu naik kepanntai untuk bertelur satwa langka ini dapat bertelur sebanyak 100 sampai 150 butir setiap ekor. Selain iut juga di Pulau Jemur juga terdapat beberapa poten wisata lain diantaranya adalah Gua Jepang, Menara Suar, bekas tapak kaki manusia, perigi tulang, sisa-sisa Pertahanan jepang, batu panglima layar, taman laut, dan pantai berpasir kuning emas. Selanjutnya apabila dilihat dari potensi, letak dan posisi Pulau Jemur sangat cocok dikembangkan menjadi kawasan Resort, dimana berbagai kegiatan-kegiatan wisata sangat banyak untuk dapat dikembangkan di Pulau Jemur ini, diantaranya, berselancar, menyelam, dayung dan sebagainya. Nilai tambah yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan nilai ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan makanan jajanan/oleh-oleh
Halaman | 128
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
yang dihasilkan, pemasukan bagi hotel dan penginapan, pemasukan bagi masyarakat yang penyedia sarana transportasi, pemasukan bagi kedai/rumah makan/restoran, dan jasa lainnya. Nilai tambah yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan nilai ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan makanan jajanan/oleh-oleh yang dihasilkan, pemasukan bagi hotel dan penginapan, pemasukan bagi penyedia sarana transportasi, pemasukan bagi kedai/rumah makan/restoran, dan jasa lainnya. d.
Kawasan Wisata Pulau Pedamaran Jembatan Pedamaran I dan II, yang telah selesai dibangun, bukan hanya merjadi sarana transportasi yang memutus keterisolirliran daerah yang berada dipesesir Sungai Rokan, akan tetapi Jemabatan ini juga berfungsi menjadi gaya tarik dan objek wisata bagi masyarakat kabupaten Rokan Hilir. Pulau Pedamaran merupakan salah satu kawasan yang akan dijadikan objek wisata alam di Kabupaten Rokan Hilir. Lokasi kawasan teretak di kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir, tepatnya dimuara Sungai Rokan yang di lintasi oleh jembatan pedamaran I dan II. Keberadaan Pulau Pedamaran sejajar dengan jalan kolektor antara Ujung Tanjung – Bagansiapiapi. Pulau dengan luas lebih kurang 3000 Ha disebut juga Pulau Sutan, merupakan pulau asli (bukan bentukan) dan mempunyai sejarah tersendiri di Kabupaten Rokan Hilir. Selain posisinya yang strategis tersebut, Pulau Pedamaran juga memiliki sumberdaya alam yang beragam.Kondisi tanahnya yang subur, mempunyai habitat buaya.
sangat
Pengembangan Objek-objek wisata seperti halnya: Agro Turesm, Education Turism dan Pengembangan objek wisata bermain, wisata Alam serta pengembangan sarana prasarana pusat perbelanjaan ( mall dan pasar serta industry kreatif). Oleh karena itu wisata yang perlu dikembangkan haruslah dapat memanfaatkan seluruh potensi pulau ini secara optimal (sumber: http://www.produkunggulanrohil.com/2013/09/viii-potensi-sumber-dayapariwisata.html). Nilai tambah yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan nilai ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan makanan jajanan/oleh-oleh yang dihasilkan, pemasukan bagi hotel dan penginapan, pemasukan bagi penyedia sarana transportasi, pemasukan bagi kedai/rumah makan/restoran, dan jasa lainnya. e. Kepulauan Aruwah Gugusan Kepulauan Aruah ini terdiri dari 12 (dua belas) pulau yaitu : Pulau Labuhan Bilik, Pulau Jemur, Pulau Sarang Elang Pulau Batu Mandi, Pulau
Halaman | 129
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
Tukong Mas, Pulau Pasir , Pulau Batu Adang, Pulau Batu Berlayar, Pulau Batu Mandi, Pulau Tukong Pulau Tukong Perak , Pulau Pertandangan Simbang. Dalam pengembangan Kepulauan Aruah dapat ditentukan kekuatan yang dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
Posisi Yang Strategis Kepulauan Arwah ini, terletak lebih kurang 82 km dari Ibukota Rokan Hilir, Bagansiapiapi dan 100 km dari daratan Malaysia. Gugusan pulaupulau ini merupakan gugusan pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia sehingga memiliki posisi strategis sebagai penjaga kedaulatan wilayah Republik Indonesia . Pulau pulau yang ada di sekitar pulau aruah itu, membentuk lingkaran sehingga bagian tengah merupakan laut yang tenang.
Pemandangan Yang Indah Kepulauan Arwah memiliki pemandangan dan panorama alam yang indah. Permukaan atau pemandangan pada pantai dengan batu dan pasir kemasan merupakan pemandangan yang eksetik membuat Kepulauan Aruah ini memiliki potensi wisata pantai yang sangat indah.
Daerah Penghasil Ikan Yang Banyak Setiap harinya, dikawasan Kepulauan Aruah ini, dari Kabupaten Rokan Hilir saja, lebih dari 3000 nelayan mencari ikan di Kawasan tersebut. Ini belum lagi nelayan-nelayan lainnya dari Sumatra Utara. Maka aktivitas nelayan di kawasan ini, diperkirakan lebih dari 5000 nelayan.
Memiliki Habitat Penyu Hijau Yang Langka Di Kepulauan Aruah juga terdapat penyu hijau yang konon jenis satwa itu hanya satu-satunya di Indonesia. Pada musim-musim tertentu,penyupenyu hijau itu naik kepantai dan bertelur. Paling tidak sekali bertelur penyu itu menyimpan telurnya dibawah lapisan tanah antara 100 sampai 150 butir ekor penyu.
Memiliki Ekosistem Terumbu Karang Pada kepulauan Aruah teridentifikasi potensi terumbu karang. Potensi terdapat dibeberapa pulau pada gugusan kepulauan aruah. (sumber:
http://www.produkunggulanrohil.com/2013/09/viii-potensi-
sumber-daya-pariwisata.html). Nilai tambah yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan nilai ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan makanan jajanan/oleh-oleh yang dihasilkan, pemasukan bagi
Halaman | 130
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
ANALISIS POTENSI NILAI TAMBAH PERIKANAN
hotel dan penginapan, pemasukan bagi penyedia sarana transportasi, pemasukan bagi kedai/rumah makan/restoran, dan jasa lainnya. f. Pulau Tilan Wisata Permai Pulau Tilan di Kepenghuluan Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir memiliki prospek pariwisata menjanjikan. Lokasi Danau Pulau Tilan masih dalam tahap renovasi pembangunan tambatan perahu, gazebo (tempat istirahat), dan patung Ikan Tilan. Pada saat ini selain pembenahan lokasi wisata permai Pulau Tilan, keinginan dari masyarakat sekitar mengusulkan kepada pemerintah daerah dapat membangunkan jembatan gantung menuju lokasi Pulau Tilan, karena selama ini untuk mencapai lokasi ke seberang harus menggunakan perahu atau sampan, karena letak pulau ini dibelah oleh arus sungai Rokan. g. Danau Napangga Danau Napangga yang mempunyai luas sekitar 500 Ha ini, memiliki pesona alam yang sangat indah, air danaunya yang tenang, sangat sesuai untuk tempat berenang dan kegiatan lainnya. Lokasi Danau Napangga ini terletak 70 km dari Ujung Tanjung di Kecamatan Tanah Putih. Tepatnya di hulu sungai Batang Kumuh Desa Tanjung Medan berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi Sumatera Utara. Danau Napangga memiliki keunikan tersendiri karena menurut legenda Danau ini merupakan tempat persingahan Raja pada zaman dahulu Danau ini terdapat sumber ikan arwana. Akses jalan menuju lokasi Danau Napangga hampir semua sudah diaspal, sehingga sangat memudahkan kita untuk datang ke Danau Napangga. Bila dilihat dari potensi yang ada, Danau Napangga ini sangat cocok dikembangkan menjadi kawasan wisata air, dengan dibangunnya kotek-kotek dibibir danau, bermacam-macam wisata air akan dapat dikembangkan di Danau Napangga ini, seperti mendayung, parasailing, sky air, memancing dan kegiatan menyelam (sumber: http://www.produkunggulanrohil.com/2013/09/viii-potensi-sumber-dayapariwisata.html). Nilai tambah yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah peningkatan nilai ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan makanan jajanan/oleh-oleh yang dihasilkan, pemasukan bagi hotel dan penginapan, pemasukan bagi penyedia sarana transportasi, pemasukan bagi kedai/rumah makan/restoran, dan jasa lainnya.
Halaman | 131
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Pengembangan penangkapan ikan pada hakikatnya mengarah ke pemanfaatan sumber daya ikan secara optimal dan rasional bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan nelayan khususnya, tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya ikan itu sendiri maupun lingkungannya. Potensi perikanan Kabupaten Rokan Hilir tergolong lengkap mulai dari usaha penangkapan ikan di laut dan perairan umum hingga budidaya perikanan (kolam dan keramba), dan kegiatan pengolahan hasil perikanan di serta kegiatan ekowisata yang berkaitan dengan kebaharian di Kabupaten Rokan Hilir. Diperlukan suatu strategi yang cocok dengan karakteristik dan permasalahan masyarakat yang ada dalam mengembangkan sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Strategi dan arah kebijakan harus mencakup lima aspek yaitu: a. Pro poor (Keberpihakan kepada upaya pengentasan kemiskinan) Pendekatan Pro-poor dilakukan melalui pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha kelautan dan perikanan. b. Pro job (Keberpihakan kepada peningkatan tenaga kerja) Pendekatan Pro-job dilakukan melalui optimalisasi potensi perikanan budidaya yang belum tergarap untuk menurunkan tingkat pengangguran nasional. Usaha membuka lapangan kerja diiringi dengan dukungan pengembangan modal dan kepastian berusaha. c. Pro growth (Keberpihakan kepada pertumbuhan) Pendekatan pro-growth dilakukan untuk mewujudkan pertumbuhan sector kelautan dan perikanan sebagai pilar ketahanan ekonomi nasional melalui transformasi pelaku ekonomi kelautan dan perikanan, dari pelaku ekonomi
Halaman | 132
STRATEGI PENGEMBANGAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
subsisten menjadi pelaku usaha modern, melalui berbagai dukungan pengembangan infrastruktur, industrialisasi dan modernisasi. d. Pro sustainability (Keberpihakan kepada lingkungan hidup) Pendekatan pro-sustainability dilakukan melalui upaya pemulihan dan pelestarian lingkungan perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil e. Pro Environment (Keberpihakan kepada pemulihan / ramah lingkungan) Pendekatan pro-environment dilakukan melalui upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Strategi pengembangan subsector perikanan dalam kajian ini mengacu pada hasil analisis SWOT yang didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah dengan memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), serta meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi, meliputi analisis lingkungan internal dan eksternal. Analisis faktor internal bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan sedangkan analisis faktor eksternal bertujuan mengetahui peluang dan ancaman terhadap usaha pengembangan nilai tambah sektor perikanan di Kabupaten Rokan Hilir.
6.1. Analisis Strategi Pengembangan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir
Nilai
Tambah
Perikanan
Sektor perikanan tangkap Kabupaten Rokan Hilir.dapat berperan dan berpotensi sebagai prime mover (penggerak utama) perekonomian di Kabupaten Rokan Hilir, karena sampai saat ini tingkat produksivitas perikanan masih dominan dari hasil tangkapan perairan laut dan perairan umum. Akan tetapi, sampai saat ini peran dan potensi tersebut masih belum teroptimalkan dengan baik. Keunggulan komparatif sektor perikanan tangkap yang dimiliki oleh Kabupaten Rokan Hilir belum sepenuhnya mampu ditransformasikan menjadi keunggulan kompetitif. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya kinerja ekonomi berbasis sektor perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir, karena daya dukung yang belum memadai secara keseluruhan. Kegiatan perikanan tangkap dilakukan oleh nelayan-nelayan yang mempergunakan berbagai jenis alat tangkap yang sangat beragam mulai dari alat tangkap yang masih sederhana sampai pada penggunaan alat tangkap yang modern dengan hasil tangkapan multi spesies. Selanjutnya untuk merumuskan strategi pengembangan perikanan tangkap perlu dilakukan beberapa analisis
Halaman | 133
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
internal dan eksternal yang melibatkan factor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari pengembangan sector perikanan tangkap. Berikut ini beberapa analisis yang berhasil dilakukan yang memiliki relavansi dengan pengembangan perikanan tangkap, yaitu:
6.1.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis
faktor
internal
yang
menjadi
kekuatan
dalam
upaya
pengembangan nilai tambah perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir antara lain : Kekuatan 1. Potensi sumberdaya perikanan tangkap cukup tersedia Sumberdaya fisik atau alam ini menyangkut ketersedian sumberdaya perikanan yang menentukan keberlimpahan komoditas perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir. Kelimpahan sumber daya alam ini menjadi kekuatan bagi pengembangan sektor perikanan di Rokan Hilir. 2. Ketersediaan Sumberdaya Manusia (nelayan) yang masih aktif Jumlah sumberdaya manusia (nelayan) yang masih aktif dan cukup banyak dalam mencari ikan dengan hasil tangkapan ikan dilaut maupun dari hasil tangkapan di perairan umum. 3. Dukungan pemerintah Peran pemerintah sangat besar dalam upaya peningkatan produksi perikanan dari hasil tangkapan di laut maupun perairan umum. Terdapat komitmen yang besar pemerintah dalam bidang perikanan dan kelautan yang dapat menjadi kekuatan bagi Kabupaten Rokan Hilir untuk meningkatkan produktivitas perikanan. Dukungan pemerintah terkait dengan pemberian pelatihan secara berkala kepada sumberdaya manusia (nelayan) yang terlibat dalam penangkapan ikan. 4. Adanya kelompok nelayan yang aktif Terdapat sejumlah kelompok nelayan yang terbentuk yang memiliki aktifitas tinggi dalam pergi melaut untuk mencari ikan di laut dan diperairan umum. Analisis faktor internal yang menjadi kelemahan dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir antara lain:
upaya
Halaman | 134
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Kelemahan 1. Keterbatasan fasilitas penunjang Fasilitas penunjang yang dibutuhkan bagi nelayan tangkap untuk melaut dan menangkap ikan di perairan umum masih cukup terbatas, sehingga dalam aktivtas penangkapan ikan dirasakan belum memadai seperti sarana penunjang dalam penanganan ikan dikapal, dan sebagainya. 2. Keterbatasan akses permodalan Modal merupakan faktor penting yang mempengaruhi pengembangan pengolahan perikanan tangkap di Kabuapeten Rokan Hilir. Akses permodalan di perbankan untuk sektor perikanan masih relatif sulit terutama bagi para nelayan/pengusaha sehingga tidak bisa melakukan kegiatan penangkapan dan pengolahan dengan teknologi tinggi karena membutuhkan investasi yang besar. 3. Keterampilan nelayan masih rendah dalam introduksi teknologi Keterampilan sumberdaya manusia masih relative rendah dalam introduksi teknologi penangkapan ikan, yang lebih efisien dan ramah lingkungan. 4. Armada penangkapan masih skala kecil Armada penangkapan yang digunakan nelayan dalam menangkap ikan dilaut maupun di perairan umum masih skala kecil (sebagian besar), dan menggunakan sejumlah alat tangkap yang seadanya. 5.
Keterbatasan alat tangkap yang sesuai musim Keterbatasan alat tangkap yang sesuai musim penangkapan hasil tangkapan masih dirasakan nelayan, sehingga pada musim-musim ikan tertentu diperoleh hasil tangkapan yang relative sedikit, hal ini disebabkan untuk pengadaan atau memperbaiki alat tangkap yang rusak tidak tersedia cukup dalam pembiayaannya, sehingga menyebabkan nelayan menggunakan alat tangkap seadanya sesuai kondisi.
Berdasarkan faktor internal dimasukkan ke dalam Tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) yang digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif berdasarkan kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir. Nilai total yang didapatkan dari faktor internal dapat menunjukkan pengaruh dari faktorfaktor tersebut terhadap kegiatan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir.
Halaman | 135
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Tabel 6.1. Penilaian Internal Factor Analisis Summary (IFAS) Nilai Tambah Usaha Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir Faktor strategis Internal Kekuatan (Strength) No 1 Potensi sumberdaya perikanan tangkap cukup tersedia 2 Ketersediaan Sumberdaya Manusia (nelayan) yang masih aktif 3 Dukungan pemerintah 4 Adanya kelompok nelayan yang aktif dan keinginan kuat melaut Kelemahan (Weakness) No 1 Keterbatasan fasilitas penunjang 2 Keterbatasan akses permodalan 3 Keterampilan nelayan masih rendah dalam introduksi teknologi 4 Armada penangkapan masih skala kecil 5 Keterbatasan alat tangkap yang sesuai musim Total Sumber: Hasil analisis
Bobot
Rating
Bobot x rating
0.12
4
0.48
0.14
3
0.42
0.11
3
0.33
0.18
3
0.54
0.11 0.08
2 1
0.22 0.08
0.09
1
0.09
0.1
2
0.2
0.07
1
0.07
1.00
2.43
Pada faktor internal, total nilai yang diperoleh adalah 2,43. Nilai tersebut berada dibawah angka 2,5 yang merupakan nilai rata-rata. Hal ini memberikan gambaran bahwa keadaan internal di Kabupaten Rokan Hilir belum dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada di usaha perikanan tangkap di daerah tersebut.
6.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dalam upaya pengembangan sektor perikanan tangkap Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Peluang 1. Letak geografis yang menguntungkan Letak wilayah Kabupaten Rokan Hilir berada pada posisi geografis yang sangat strategis, yaitu dijalur pelayaran internasional Selat Malaka. Hal ini telah menempatkan Kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu gerbang lintas batas perdagangan regional yang cukup penting bagi Provinsi Riau. Lokasi yang strategis ini memberikan peluang yang sangat besar bagi pemasaran produk-produk perikanan. Sehingga posisi ini memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada masih belum optimal.
Halaman | 136
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
2. Pertumbuhan penduduk dan Peluang Pasar Pertumbuhan penduduk secara langsung akan berdampak terhadap peningkatan jumlah permintaan produk perikanan dan pemasaran yang tinggi. 3. Peluang kerjasama kelompok nelayan dengan investor atau stakeholder Peluang kerjasama yang cukup besar bagi nelayan dan kelompok nelayan dalam meningkatkan produksi dan mutu hasil tangkapan dengan investor atau dengan stakeholder yang ada baik dari dalam maupun luar wilayah Kabupaten Rokan Hilir. 4.
Adanya pembangunan perikanan di kawasan pesisir yang mengarah sisi positif dari pemerintah, dan peluang kerja dibidang perikanan.
5.
Lembaga pendukung Salah satu lembaga pendukung sistem agribisnis perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir adalah koperasi nelayan. Keberadaan koperasi nelayan berfungsi sebagai penyokong bagi kehidupan nelayan secara khusus dan membangkitkan perekonomian desa secara umum. Faktor-faktor
eksternal
yang
menjadi
ancaman
dalam
upaya
pengembangan sektor perikanan tangkap Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Ancaman 1. Menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan perairan Penurunan kualitas perairan dan daya dukung lingkungan akibat pencemaran oleh manusia, bencana alam dan destructive fishing menyebabkan turunnya jumlah ikan yang menjadi bahan baku kegiatan pengolahan. 2. Illegal fishing oleh nelayan asing dan persaingan Potensi sumber daya ikan yang belum tereksploitasi dengan baik menyebabkan nelayan dari luar daerah bahkan luar negeri melakukan aktivitas penangkapan ikan di perairan sekitar Kabupaten Rokan Hilir. 3. Persaingan pasar dengan daerah lain. Persaingan pasar dengan daerah lain sangat memungkin untuk persaingan antar produk yang sama atau berbeda dengan memberikan kualitas produk budidaya yang lebih baik, dan promosi yang baik. Berdasarkan faktor eksternal dimasukkan ke dalam Tabel Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) yang digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif
Halaman | 137
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
berdasarkan kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir. Nilai total yang didapatkan dari faktor eksternal dapat menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kegiatan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir. Tabel 6.2. Penilaian Eksternal Factor Analisis Summary (IFAS) Nilai Tambah Usaha Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir Faktor strategis Eksternal
Bobot
Rating
Bobot x rating
Peluang (Oportunity) No 1
Letak geografis yang menguntungkan
0.14
4
0.56
2
Pertumbuhan penduduk dan Peluang Pasar
0.12
3
0.36
3
Peluang kerjasama kelompok nelayan dengan investor atau stakeholder
0.13
3
0.39
4
Adanya pembangunan perikanan di kawasan pesisir yang mengarah sisi positif dari pemerintah,dan peluang kerja dibidang perikanan
0.18
4
0.72
Lembaga pendukung
0.09
3
0.27
5
Ancaman (Threats) No 1
Menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan perairan
0.13
2
0.26
2
Illegal fishing oleh nelayan asing dan persaingan
0.1
1
0.1
3
Persaingan pasar dengan daerah lain
0.11
2
0.11
Total Sumber: Hasil analisis
1.00
2.77
Pada faktor eksternal, total nilai yang diperoleh sebesar 2,77. Nilai yang diperoleh berada diatas 2,5 memberikan pengertian bahwa kondisi lingkungan Kabupaten Rokan Hilir mampu memberikan respon yang positif untuk pengembangan usaha perikanan tangkap. Peluang yang ada dapat dimanfaatkan dengan meminimalisir kelemahan yang ada. Penentuan alternatif strategi dapat dilakukan dengan memasukkan matriks IFAS dan EFAS ke dalam matriks SWOT. Matriks SWOT bertujuan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi yang digunakan dalam mengembangkan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Rokan Hilir. Matriks SWOT pengembangan usaha perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 6.3.
Halaman | 138
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Tabel 6.3. Matriks SWOT Pengembangan Nilai Tambah Perikanan Tangkap di Kabupaten Rokan Hilir
Internal
Eksternal
Kekuatan (S) Potensi sumberdaya perikanan tangkap cukup tersedia Ketersediaan Sumberdaya Manusia (nelayan) yang masih aktif Adanya dukungan pemerintah. Adanya kelompok nelayan yang aktif dan keinginan kuat melaut
Peluang (O) Letak geografis yang menguntungkan Pertumbuhan permintaan akibat pertumbuhan penduduk dan peluang pasar. Peluang kerjasama kelompok nelayan dengan investor atau stakeholder. Adanya pembangunan perikanan di kawasan pesisir yang mengarah sisi positif dari pemerintah,dan peluang kerja dibidang perikanan. Lembaga pendukung.
Strategi SO Mengoptimalkan sumberdaya dalam rangka memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan ekspor. Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain, baik kelompok nelayan, pemerintah dan stakeholder untuk mendukung peningkatan dan perbaikan produksi perikanan yang ramah.
Ancaman (T) Menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan perairan. Illegal fishing oleh nelayan asing dan persaingan. Persaingan pasar dengan daerah lain.
Strategi ST Mengoptimalkan peran polisi air dalam pencegahan illegal fishing dan pengawasan daerah pesisir dan lingkungan perairan. Meningkatkan peran pemerintah dalam memfasilitasi pemasaran hasil produksi. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait.
Kelemahan (W) Keterbatasan fasilitas penunjang Keterbatasan akses permodalan Keterampilan nelayan masih rendah dalam introduksi teknologi. Armada penangkapan masih skala kecil. Keterbatasan alat tangkap yang sesuai musim. Strategi WO Meningkatkan sarana dan prasarana produksi. Meningkatkan armada penangkapan yang sesuai dengan daya dukung jelajah lokasi penangkapan. Meningkatkan kualitas SDM perikanan. Menentukan alat tangkap yang sesuai dengan musim penangkapan. Melakukan kerjasama dibidang lembaga keuangan untuk kelancaran produksi. Strategi WT Meningkatkan pengelolaan usaha perikanan tangkap.
Berdasarkan matriks SWOT, didapatkan 6 alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan usaha perikanan tangkap, antara lain: 1. Meningkatkan sarana dan prasarana produksi 2. Meningkatkan armada penangkapan yang sesuai dengan daya jelajah tangkap.
Halaman | 139
STRATEGI PENGEMBANGAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
3. Meningkatkan kualitas SDM bidang perikanan 4. Menentukan alat tangkap yang sesuai dengan musim 5. Meningkatkan pengawasan daerah pesisir dan lingkungan perairan 6. Koordinasi dengan instansi terkait, stake holder dan investor.
6.2. Analisis Strategi Pengembangan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir
Nilai
Tambah
Perikanan
6.2.1. Analisis Lingkungan Internal Berdasarkan hasil analisis faktor internal, faktor-faktor yang menjadi kekuatan dalam upaya pengembangan nilai tambah sektor perikanan budidaya Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Kekuatan 1. Sumberdaya manusia dalam usia produktif Usia pelaku usaha perikanan budidaya rata-rata berada pada usia produktif (32-50 tahun) dan memiliki pengalaman dalam usaha budidaya ikan. 2. Tersedia SDA yang memenuhi kualitas budidaya air tawar Kondisi sumberdaya alam yang memenuhi kualitas budidaya air tawar, terutama dengan kondisi perairan yang masih cukup mendukung untuk aktivitas budidaya di Kabupaten Rokan Hilir. 3. Tersedianya lahan milik sendiri Sebagian besar usaha yang dilakukan untuk kegiatan budidaya, terutama budidaya kolam merupakan lahan milik sendiri, sehingga potensi ini dimanfaatkan untuk memperkecil biaya dalam aktivitas budidaya perikanan. 4. Tersedianya teknologi yang mendukung kegiatan budidaya Teknologi untuk mendukung kegiatan budidaya untuk wilayah Kabupaten Rokan Hilir telah tersedia, dengan memanfaatkan potensi yang ada, dan memanfaatkan balai benih ikan terdekat dengan wilayah pengembangan budidaya, dapat memanfaatkan transfer pengetahuan dan teknologi melalui tenaga penyuluh, dan lainnya. 5. Dukungan Pemerintah Pemerintah sebagai lembaga formal memegang peranan penting dalam pengembangan berbagai macam usaha yang ada. Pemerintah merupakan
Halaman | 140
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
pemberi subsidi, pembuat kebijakan dan pelanggan dari berbagai organisasi. Oleh karena itu, faktor politik, pemerintah dan hukum dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi suatu usaha. Kebijakan terkait dengan pengembangan perikanan oleh pemerintah pusat melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP-RI) melalui Misinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dalam rangka mencapai Visi “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015”, telah menetapkan beberapa strategi/kebijakan, yaitu : a. Memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi. b. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. c. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan. d. Memperluas akses pasar domestik dan internasional. 6. Potensi Budidaya Cukup Besar Kabupaten Rokan Hilir memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan budidaya, hal ini didukung melalui potensi penggunaan lahan untuk budidaya, dan kondisi alam yang mendukung. Sedangkan faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan dalam upaya pengembangan nilai tambah perikanan budidaya di Kabupeten Rokan Hilir antara lain: Kelemahan 1. Belum optimal pemanfaatan lahan budidaya Kabupaten Rokan Hilir memiliki lahan yang cukup untuk kegiatan budidaya, akan tetapi aspek pemanfaatannya masih rendah, sehingga kedepan hal ini dapat diperbaiki dengan strategi yang tepat, sehingga dapat memicu produktivitas hasil budidaya dan pemasarannya. 2. Kualitas SDM masih rendah dalam introduksi teknologi Jumlah sumberdaya manusia untuk mengembangkan hasil budidaya cukup baik, akan tetapi kemampuan dalam daya serap teknologi budidaya untuk perbaikan mutu dan produktivitas, serta efisiensi hasil budidaya belum berjalan secara optimal atau masih rendah. 3. Modal Terbatas Untuk pengembangan kegiatan budidaya membutuhkan modal investasi, dan produksi sebagai modal awal yang cukup besar, sehingga dengan keterbatasan ini kegiatan budidaya yang dilakukan disesuaikan dengan
Halaman | 141
STRATEGI PENGEMBANGAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
kondisi pembiayaan dan resiko yang diterima dalam menjalankan aktivitas budidaya ikan. 4. Efisiensi teknis pelaksanaan budidaya belum optimal Efisiensi teknis pelaksanaan budidaya belum optimal, hal ini terutama hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan proses yang dilakukan, terutama dalam hasil produksi, baik jumlah dan berat ikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kegiatan budidaya atau belum optimal. 5. Padat tebar masih rendah (belum seimbang dengan luas lahan). Pemanfaatan lahan dan luas kolam yang tersedian belum sebanding dengan padat tebar yang digunakan, hal ini disebabkan dengan keterbatasan modal sehingga pengadaan benih dan bibit sesuai dengan pembiayaan yang ada, dan masyarakat tidak mau menanggung resiko yang lebih besar, yang jelas dengan kondisi apa adanya kegiatan budidaya tetap berjalan. Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dimasukkan ke dalam Tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) yang digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif berdasarkan kondisi perikanan budidaya di Kabupaten Rokan Hilir. Hasil nilai total yang didapatkan dari faktor internal dapat menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kegiatan usaha perikanan budidaya di Kabupaten Rokan Hilir. Tabel 6.4. Penilaian Internal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Faktor strategis Internal Kekuatan (Strength) No 1 Sumberdaya manusia dalam usia produktif 2 Tersedia SDA yang memenuhi kualitas budidaya air tawar 3 Tersedianya lahan dan sebagian milik sendiri 4 Tersedianya teknologi yang pendukung 5 Motivasi yang tinggi untuk usaha budidaya ikan 6 Potensi budidaya cukup besar Kelemahan (Weakness) No 1 Belum optimal pemanfaatan lahan budidaya 2 Kualitas SDM masih rendah dalam introduksi teknologi 3 Modal terbatas 4 Efisiensi teknis pelaksanaan budidaya belum optimal 5 Padat tebar masih rendah (belum seimbang dengan luas lahan). Total Sumber: Hasil analisis
Bobot
Rating
Bobot x rating
0.06
3
0.18
0.13
4
0.52
0.10 0.09 0.09 0.08
3 3 3 3
0.3 0.27 0.27 0.24
0.12
3
0.36
0.09
2
0.18
0.08
1
0.08
0.09
1
0.09
0.07
1
0.07
1,00
2.56
Halaman | 142
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Pada faktor internal, total nilai yang diperoleh adalah 2,56. Nilai tersebut berada atas angka 2,5 yang merupakan nilai rata-rata. Hal ini memberikan gambaran bahwa keadaan internal di Kabupaten Rokan Hilir dapat memungkinkan untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada di usaha perikanan budidaya di daerah tersebut, sesuai dengan strategi kebijakan yang tepat.
6.2.2. Analisis Lingkungan Eksternal Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal, faktor-faktor yang menjadi peluang dalam upaya pengembangan sektor perikanan budidaya Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Peluang 1. Permintaan Pasar Relatif Baik Pemasaran merupakan kegiatan distribusi produk dari tangan produsen ke tangan konsumen. a. Luasnya permintaan pasar. Permintaan pasar yang tinggi tidak hanya berasal dari sekitar Kabupaten Rokan Hilir tetapi juga daerah diluar bahkan ekspor luar negeri. b. Pembeli mengambil langsung ke tempat sehingga dapat menekan biaya pemasaran dan menghemat waktu. 2. Peningkatan Pendapatan Masyarakat (pelaku budidaya) Melalui kegiatan budidaya perikanan dengan kondisi perekonomian yang stabil di Kabupaten Rokan Hilir selama melakukan kegiatan budidaya berdampak kepada peningkatan pendapatan masyarakat terutama bagi pelaku usaha budidaya, artinya ada nilai tambah yang dapat diraih dari kegiatan tersebut. 3. Daya Tarik Investasi Swasta Kabupaten Rokan Hilir merupakan kabupaten yang pesat dengan perkembangannya, dengan aktivitas promosi dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam berbagai bidang, hal ini memungkinkan untuk membuka peluang cukup besar dan daya tarik tersendiri dalam kegiatan budidaya perikanan, dan dalam kegiatan ini masyarakat menyambut baik jika ada investasi yang masuk dalam pengembangan budidaya perikanan.
Halaman | 143
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
4. Wadah Koperasi Kabupaten Rokan Hilir melalui kegiatan peningkatan usaha UKM bagi masyarakat, dan bekerja sama dengan instansi/lembaga lain. Hal ini sangat memungkinkan pihak koperasi sebagai wadah pendukung dalam aktivitas budidaya perikanan. Wadah koperasi dapat berperan sebagai lembaga keuangan masyarakat, dapat berperan sebagai lembaga pemasaran, dan melalui koperasi dapat berperan sebagai usaha yang memiliki legalitas tinggi untuk usaha yang berbasis kegiatan masyarakat. 5. Peningkatan Konsumsi Ikan Setiap Kurun Waktu (perkapita) Kabupaten Rokan Hilir merupakan wilayah pesisir dan daratan yang memiliki potensi perikanan cukup besar, dengan perkembangan penduduk yang tinggi baik dari angka kelahiran dan penduduk pendatang yang bertempat tinggal di wilayah tersebut, sangat memungkinkan untuk meningkatkan konsumsi protein dari ikani dari tahun ke tahun. Melihat potensi protein dari ikani merupakan sumber yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan serta untuk memenuhi selera masyarakat dalam kebutuhan sehari-hari sebagai lauk-pauk atau lainnya. Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman dalam pengembangan perikanan budidaya Kabupaten Rokan Hilir antara lain:
upaya
Ancaman 1. Persaingan Harga dan Tidak adanya jaminan harga serta Informasi pasar Persaingan harga hasil produk budidaya dengan kualitas produk, harga yang tidak stabil dan tidak adanya informasi pasar menyebabka pembudiday tidak mengetahui harga yang sebenarnya berlaku di pasaran, hal ini dapat mengurangi kemampuan tawar dengan pembeli. 2. Harga pakan yang terus meningkat Pakan merupakan kebutuhan pokok dalam usaha budidaya, harga pakan yang terus meningkat bersifat merugikan pembudidaya. Peningkatan harga pakan dapat menurunkan hasil produksi yang akibatnya dalam mengganggu rantai bahan baku (supply chain) industry pengolahan perikanan. 3. Masuknya Produk Dari Luar Daerah Selain persaingan harga sebagai ancaman, persaingan antar produk juga terjadi dan memungkinkan untuk produk luar daerah Kabupaten Rokan Hilir masuk kewilayah tersebut dengan tawaran yang mungkin sedikit lebih rendah.
Halaman | 144
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
4. Hama Penyakit Yang Menyerang Budidaya Ikan Hama penyakit merupakan ancaman yang harus mendapat perhatian bagi pelaku usaha budidaya ikan, walaupun ancaman ini bersifat sementara (dalam jangka waktu tertentu) akan tetapi dapat menyebabkan hasil produksi budidaya menjadi gagal. Berdasarkan faktor eksternal yang dimasukkan ke dalam Tabel Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) yang digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif berdasarkan kondisi perikanan budidaya di Kabupaten Rokan Hilir. Hasil nilai total yang didapatkan dari faktor eksternal dapat menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kegiatan usaha perikanan budidaya di Kabupaten Rokan Hilir. Tabel 6.5. Penilaian Eksternal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Faktor strategis Eksternal Peluang (Oportunity) No 1 Permintaan Pasar Tinggi 2 Peningkatan pendapatan masyarakat (pelaku usaha) 3 Daya tarik investasi swasta 4 Wadah koperasi 5 Peningkatan konsumsi ikan setiap kurun waktu (perkapita) Ancaman (Threats) No 1 Persaingan harga (jaminan harga tidak ada). 2 Harga pakan yang terus meningkat 3 Masuknya produk dari luar daerah 4 Hama penyakit yang menyerang budidaya ikan Total Sumber: Hasil analisis
Bobot
Rating
Bobot x rating
0.15 0.13 0.11 0.09 0.07
4 3 4 2 3
0.6 0.39 0.44 0.18 0.21
0.10 0.16 0.09 0.11 1.00
2 2 1 1
0.2 0.3 0.09 0.11 2.52
Pada faktor eksternal, total nilai yang diperoleh sebesar 2,52. Nilai yang diperoleh berada diatas 2,5 memberikan pengertian bahwa kondisi lingkungan Kabupaten Rokan Hilir mampu memberikan respon yang positif untuk pengembangan usaha perikanan budidaya. Peluang yang ada dapat dimanfaatkan dengan meminimalisir kelemahan dan kekurangan yang ada. Berdasarkan matriks SWOT, dan hasil ini dapat diketahui bahwa pengembangan usaha budidaya di Kabupaten Rokan Hilir memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kelemahan yang ada, dan memiliki peluang jauh lebih besar ketimbang dengan ancaman yang ada. Usaha budidaya di Kabupaten Rokan Hilir sebenarnya bersifat positif sehingga memungkinkan untuk dikembangkan melalui optimlisasi seluruh kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Halaman | 145
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Tabel 6.6. Matriks SWOT Pengembangan Nilai Tambah Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir
Internal
Eksternal
Peluang (O) Permintaan pasar tinggi. Peningkatan pendapatan masyarakat (pelaku usaha). Daya tarik investasi swasta. Wadah koperasi. Peningkatan konsumsi ikan setiap kurun waktu (perkapita). Ancaman (T) Persaingan harga (jaminan harga tidak ada). Harga pakan yang terus meningkat. Masuknya produk dari luar daerah. Hama penyakit yang menyerang budidaya ikan.
Kekuatan (S) Sumberdaya manusia dalam usia produktif dan punya pengalaman. Tersedia SDA yang memenuhi kualitas budidaya air tawar. Tersedianya lahan dan sebagian milik sendiri. Tersedianya teknologi yang pendukung. Motivasi yang tinggi usaha budidaya. Potensi budidaya cukup besar. Strategi SO Meningkatkan kapasitas produksi budidaya melalui optimalisasi sumberdaya yang ada. Meningkatkan motivasi SDM dalam kegiatan budidaya melalui peningkatan introduksi teknologi yang ada, dan pendapatan. Peningkatan kerjasama dan dukungan pemerintah. Strategi ST Intervensi pemerintah terhadap harga di pasar, mengenai kestabilan harga produk, pakan dan obat-obatan. Adanya kemudahan dan dukungan bagi pelaku usaha budaya lokal untuk pemasaran produk.
Kelemahan (W) Belum optimal pemanfaatan lahan budidaya. Kualitas SDM masih rendah dalam introduksi teknologi. Modal terbatas. Efisiensi teknis pelaksanaan budidaya belum optimal. Padat tebar masih rendah (belum seimbang dengan luas lahan). Strategi WO Pengelolaan potensi lahan sesuai daya dukung produksi. Peningkatan pelatihan, keterampilan dalam introduksi teknologi. Peningkatan kerjasama dan dukungan lembaga keuangan sebagai akses modal. Peningkatan akses kemudahan bantuan pengadaan benih, dan sarana prasarana pendukung. Strategi WT Perbaikan tehnis produksi budidaya, melalui keg. Pelatihan, keterampilan secara kontinyu.
Berdasarkan matriks SWOT maka didapatkan sedikitnya 6 alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan usaha perikanan budidaya, antara lain: 1. Optimilasi pemanfaatan lahan dengan daya dukung potensi produksi. 2. Meningkatkan introduksi teknologi budidaya dan pelaksanaan teknis budidaya. 3. Meningkatkan kualitas SDM bidang perikanan 4. Peningkatan kerjasama dan dukungan lembaga keuangan sebagai kemudahan akses modal.
Halaman | 146
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
5. Dukungan dan koordinasi dengan instansi terkait, stake holder dan investor, untuk peningkatan produksi dan akses pasar. 6. Peningkatan akses kemudahan bantuan pengadaan benih, dan sarana prasarana pendukung.
6.3. Analisis Strategi Pengembangan Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir 6.3.1. Analisis Lingkungan Internal Berdasarkan hasil analisis faktor internal, faktor-faktor yang menjadi kekuatan dalam upaya pengembangan nilai tambah bidang pengolahan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Kekuatan 1. Potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya cukup tersedia 2. Ketersediaan tenaga kerja usia produktif dan pengalaman usaha. 3. Motivasi kerja tinggi. 4. Mutu dan Produk sudah dikenal. 5. Harga terjangkau konsumen Faktor yang menjadi kekuatan utama adalah produk produk yang dihasilkan sudah dikenal oleh masyarakat lokal maupun luar daerah yang merupakan bentuk diversifikasi dominan produk olahan dari ikan dan udang yang sudah lama dikenal masyarakat. Masyarakat mengenal produk ini dari sisi kualitas rasa, gizi dan harga produk. Kekuatan dominan berikutnya adalah ketersediaan bahan baku yang melimpah dari hasil tangkapan dan budidaya. Para pengusaha relatif mudah dan murah dalam mendapatkan bahan baku yang berkualitas dengan kontinyuitas suplai bahan baku yang terjaga dengan baik. Memiliki motivasi kerja yang tinggi untuk peningkatan produktivitas, kekuatan lain adalah harga produk yang dihasilkan cukup terjangkau oleh masyarakat. Harga yang murah disebabkan sebagian besar produk didistribusikan melalui pasar tradisional dengan kemasan (packaging) yang sederhana, rantai distribusi yang pendek serta tingginya tingkat penyerapan konsumen terhadap produk menyebabkan tidak diperlukannya peralatan pengawet seperti freezer maupun vacuum packaging. Faktor kekuatan yang terakhir adalah pengalaman pengusaha dalam menjalankan bisnis dibidang pengolahan perikanan. Pengalaman usaha bermanfaat dalam mengatasi permasalahan penyediaan
Halaman | 147
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
bahan baku, proses produksi dan pemasaran. Pengusaha dibidang pengolahan di Kabupaten Rokan Hilir memiliki pengalaman usaha cukup lama belasan bahkan puluhan tahun. Berdasarkan hasil analisis faktor internal, faktor-faktor yang menjadi kelemahan dalam upaya pengembangan nilai tambah bidang pengolahan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Kelemahan 1. Peralatan produksi masih sederhana. 2. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran belum optimal. 3. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan pengusaha. 4. Keterbatasan akses permodalan. 5. Standarisasi produk Berdasarkan analisis internal kelemahan dapat diketahui bahwa factor peralatan produksi yang digunakan masih bersifat sederhana, tingkat pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran belum optimal terutama berkaitan dengan promosi-promosi tentang perkembangan produk yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan permintaan dan daya beli masyarakat. Factor pendidikan, kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengusaha yang bersifat statis perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak untuk melakukan kegiatan penyuluhan dan keterampilan dalam rangka menciptakan inovasi produk hasil perikanan yang dapat meningkatkan nilai tambah produk perikanan. Keterbatasan akses modal menjadi factor kelemahan terutama dalam permodalan untuk meningkatkan skala produksi hasil olahan, dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan mutu hasil seperti pengemasan, pengurusan labeling dan sebagainya. Kemudian factor standarisasi produk yang dihasilkan oleh masyarakat memang belum berjalan secara baik, hal ini sering ditemukan hasil produk olahan yang tidak konsisten dan sama dipasaran sehingga konsumen menjadi penentu utama dalam memilih dan menentukan produk olahan yang diinginkan. Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dimasukkan ke dalam Tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) yang digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif berdasarkan kondisi perikanan bidang pengolahan di Kabupaten Rokan Hilir. Hasil nilai total yang didapatkan dari faktor internal dapat menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kegiatan usaha pengolahan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir.
Halaman | 148
STRATEGI PENGEMBANGAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Tabel 6.7. Penilaian Internal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Faktor strategis Internal Kekuatan (Strength) No 1 2 3 4 5
Potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya cukup tersedia. Ketersediaan tenaga kerja usia produktif dan pengalaman usaha. Motivasi kerja tinggi Mutu dan Produk sudah dikenal Harga terjangkau konsumen Kelemahan (Weakness)
No 1 2
Peralatan produksi masih sederhana. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran belum optimal. 3 Tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan pengusaha 4 Keterbatasan akses permodalan. 5 Standarisasi produk Total Sumber: hasil analisis
Bobot
Rating
Bobot x rating
0.12
4
0.48
3
0.3
4 4 3
0.44 0.52 0.24
3
0.3
2
0.12
3
0.33
2 2
0.22 0.16 3.11
0.10 0.11 0.13 0.08 0.1 0.06 0.11 0.11 0.08 1,00
Pada faktor internal, total nilai yang diperoleh adalah 3.11. Nilai tersebut berada atas angka 2,5 yang merupakan nilai rata-rata. Hal ini memberikan gambaran bahwa keadaan internal di Kabupaten Rokan Hilir dapat memungkinkan untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada di usaha pengolahan perikanan di daerah tersebut, sesuai dengan strategi kebijakan yang tepat.
6.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal, faktor-faktor yang menjadi peluang dalam upaya pengembangan nilai tambah bidang pengolahan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Peluang 1. Dukungan program pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan (Gemarikan) dan Forikan. 2. Perluasan jaringan pemasaran produk 3. Letak geografis yang menguntungkan 4. Permintaan penduduk
produk
seiring
dengan
pertumbuhan
dan
dinamisasi
Halaman | 149
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
5. Permintaan produk olahan dari daerah luar Berdasarkan analisis eksternal melalui aspek peluang untuk pengembangan nilai tambah perikanan pengolahan maka ditemukan beberapa peluang yaitu; factor dukungan dari pemerintah dalam bentuk program peningkatan dalam konsumsi ikan baik secara nasional, provinsi hingga sampai pada tingkat kabupaten/kota serta kecamatan. Factor perluasan jaringan merupakan factor peluang yang harus diperhatikan untuk peningkatan pengembangan nilai tambah produk pengolahan perikanan, selanjutnya dengan kondisi geografis secara posisi dan letak wilayah Kabupaten Rokan Hilir memperoleh keuntungan tersendiri dan peluang dari aspek ketersediaan bahan baku hasil tangkapan ataupun dari hasil budidaya yang memungkinkan ketersediaan bahan baku dapat berjalan secara kontinyu. Faktor Permintaan produk seiring dengan pertumbuhan dan dinamisasi penduduk merupakan suatu hal yang tidak bisa dielak, dan harus jeli dalam mengambil peluang ini, dan factor selanjutnya adalah peluang permintaan produk dari luar daerah yang merupakan pesanan khusus terhadap produk olahan karena ada pertimbangan tersendiri terhadap produk yang dipasarkan. Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dimasukkan ke dalam Tabel Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) yang digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif berdasarkan kondisi perikanan bidang pengolahan di Kabupaten Rokan Hilir. Hasil nilai total yang didapatkan dari faktor eksternal dapat menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kegiatan usaha pengolahan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Tabel 6.8. Penilaian Eksternal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Faktor strategis Eksternal Peluang (Oportunity) No 1 2 3 4 5 No 1 2 3 4
Dukungan program pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan (Gemarikan) dan Forikan. Perluasan jaringan pemasaran produk Letak geografis yang menguntungkan Permintaan produk seiring dengan pertumbuhan dan dinamisasi penduduk. Permintaan produk olahan dari daerah luar. Ancaman (Threats)
Persaingan pelaku usaha Persaingan pasar dan harga Penjualan bahan baku segar ke luar daerah Kenaikan harga bahan bahan minyak untuk sarana produksi Total Sumber: Hasil analisis
Bobot
Rating
Bobot x rating
0.11
4
0.44
0.14 0.09
4 3
0.56 0.27
0.10
3
0.3
0.12
4
0.48
0.10 0.12 0.09 0.13 1.00
2 3 2 3
0.2 0.36 0.18 0.39 3.18
Halaman | 150
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Pada faktor eksternal, total nilai yang diperoleh sebesar 3.18. Nilai yang diperoleh berada diatas 2,5 memberikan pengertian bahwa kondisi lingkungan eksternal Kabupaten Rokan Hilir mampu memberikan respon yang positif untuk pengembangan usaha pengolahan perikanan. Peluang yang ada dapat dimanfaatkan dengan meminimalisir kelemahan dan ancaman yang ada. Tabel 6.9. Matriks SWOT Nilai Tambah Pengolahan Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Internal
Eksternal Peluang (O) Dukungan program pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan (Gemarikan) dan Forikan. Perluasan jaringan pemasaran produk. Letak geografis yang menguntungkan. Permintaan produk seiring dengan pertumbuhan dan dinamisasi penduduk. Permintaan produk olahan dari daerah luar.
Kekuatan (S) Potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya cukup tersedia untuk bahan baku. Ketersediaan tenaga kerja dan pengalaman usaha. Motivasi kerja tinggi. Mutu dan Produk sudah dikenal. Harga terjangkau konsumen. Strategi SO Meningkatkan produktivitas sesuai dengan memenuhi kebutuhan pasar. Peningkatan kerjasama dalam aspek pemasaran, dan pengelolaan distribusi produk. Menjaga kestabilan harga dan mutu produk.
Kelemahan (W) Peralatan produksi masih sederhana. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran belum optimal. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan pengusaha. Keterbatasan akses permodalan. Standarisasi produk
Ancaman (T) Persaingan pelaku usaha. Persaingan pasar dan harga. Penjualan bahan baku segar ke luar daerah. Kenaikan harga bahan bahan minyak untuk sarana produksi
Strategi ST Melakukan kerjasama kelompok, pemerintah dan stakeholder. Menjaga kontinyunitas ketersediaan bahan baku. Meningkatkan dan menjaga mutu produk. Kebijakan pemerintah terkait dengan penggunaan BBM untuk penggerak UKM bidang pengolahan.
Strategi WO Perbaikan dan peningkatan peralatan produksi yang lebih efisien. Melakukan perluasan jaringan pemasaran melalui berbagai promosi dan pemanfaatan teknologi informasi yang ada secara baik. Peningkatan SDM melalui pelatihan keterampilan peningkatan produksi dan teknologi informasi pemasaran. Dukungan pemerintah dan lembaga keuangan untuk kemudahan akses modal dan kredit lunak. Melakukan standarisasi produk untuk menjaga mutu tetap terjaga. Strategi WT Melakukan kerjasama dan koordinasi kelompok usaha pengolahan dalam alih teknologi, mutu produk dan pemasaran. Diperlukan standarisasi mutu produk dan harga produk terjangkau.
Halaman | 151
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal pengolahan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dapat dirangkum dalam matriks SWOT Tabel 6.9. Berdasarkan matriks SWOT, dan hasil ini dapat diketahui bahwa pengembangan usaha nilai tambah pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Rokan Hilir memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kelemahan yang ada, dan memiliki peluang lebih besar ketimbang dengan ancaman yang ada. Usaha pengolahan perikanan di Kabupaten Rokan Hilir termasuk bersifat positif sehingga memungkinkan untuk dikembangkan melalui optimlisasi seluruh kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang yang ada, dengan dibarengi perbaikan pada kelemahan yang masih ada, dan mengantisipasi ancaman yang sangat memungkinkan. Berdasarkan matriks SWOT maka didapatkan sedikitnya 8 alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan usaha nilai tambah pengolahan perikanan yaitu, antara lain: 1. Meningkatkan produktivitas hasil olahan sesuai dengan kebutuhan pasar (permintaan, harga dan mutu). 2. Peningkatan kerjasama dalam aspek pemasaran, dan pengelolaan distribusi produk. 3. Perbaikan dan peningkatan peralatan produksi yang lebih efisien. 4. Melakukan perluasan jaringan pemasaran melalui berbagai promosi dan pemanfaatan teknologi informasi yang ada secara baik. 5. Dukungan pemerintah dan lembaga keuangan untuk kemudahan akses modal dan kredit lunak . 6. Menjaga kontinyunitas ketersediaan bahan baku. 7. Melakukan standarisasi produk untuk menjaga mutu tetap terjaga. 8. Kebijakan pemerintah terkait dengan penggunaan BBM untuk penggerak UKM bidang pengolahan.
6.4. Pengembangan Nilai Tambah Ekowisata Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Pembangunan ekonomi daerah yang kuat dan berkelanjutan merupakan sebuah kolaborasi yang efektif antara pemanfaatan sumberdaya yang ada, masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks ini, pemerintah sebagai regulator berperan strategis dalam mengupayakan kesempatan yang luas bagi masyarakat lokal untuk berpartisipasi penuh dalam setiap aktivitas ekonomi. Pergeseran
Halaman | 152
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
konsep kepariwisataan ke model ekowisata, disebabkan karena kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata buatan. Oleh karena itu peluang ini selayaknya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menarik wisatawan asing mengunjungi objek berbasis alam dan budaya penduduk lokal. Salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya lokal yang optimal adalah dengan mengembangkan pariwisata dengan konsep Ekowisata. Dalam konteks ini wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upayaupaya konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi terhadap perbedaan kultur atau budaya. Tabel 6.10. Unsur dan Variabel dalam Analisis SWOT Ekowisata No 1 2 3 4 5 6
Unsur Atraksi alam Atraksi budaya Aksesibilitas Pasar Usaha jasa Informasi wisata
Variabel Lokasi, jumlah, mutu, masalah dan daya tarik. Lokasi, jumlah, mutu, masalah dan daya tarik. Daya angkut, akses, mutu, frekuensi, ongkos Daerah asal, tipe perjalanan, tipe kegiatan Mutu, kesesuaian dengan pasar, masalah lain Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan, akurasi dan autensitas informasi 7 Promosi Efektivitas advertensi, publisitas, kehumasan, insentif, moda promosi 8 Organisasi dan kelembagaan Organisasi terkait, hubungan kerja, kemitraan, teamwork pengembangan ekowisata 9 Komitmen pelaku wisata Dukungan dari berbagai sektor, sikap public dan masyarakat lokal terhadap pengembangan ekowisata. Sumber : Gunn dalam Satria, 2009
Beberapa objek wisata yang terdapat di Kabupaten Rokan Hilir sebagian telah dikelola, namun sebagian perlu mendapat perhatian dan pengelolaan secara baik agar dapat memiliki nilai tambah dalam peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah. Tabel 6.11. Lokasi Potensi Ekowisata Kabupaten Rokan Hilir No 1
3
Lokasi Pulau Tilan Desa Rantau Bais Sungai Rokan Desa Sungai Sialang Danau Napangga
4
Pulau Jemur
5
Danau Air Gatal
2
Deskripsi Delta subur di tengah sungai Rokan seluas 500 ha, dengan lingkungan yang asri dan makam keramat. Lansekap pinggir sungai Rokan yang luas dengan dataran yang berasal dari endapan lumpur sungai yang subur. Danau yang merupakan tempat persinggahan raja dan kehidupan suku Bonai di sekitar sungai Rokan menuju danau. Pemandangan pantai dan panorama alam dengan pasir putih sebagai daya tariknya. Selain itu, terdapat habitat penyu hijau, menara suar dan gua jepang. Danau alam dengan keragaman biodiversity.
Potensi wisata tersebut belum dioptimalkan, diperlukan upaya pengelolaan dari pihak-pihak terkait dan kerjasama dengan investor. Dari lokasi
Halaman | 153
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
yang berpotensi, umumnya memiliki permasalahan yang sama. Berikut analisis SWOT pengelolaan ekowisata di Kabupaten Rokan Hilir.
6.4.1. Identifikasi Lingkungan Internal Berdasarkan hasil analisis faktor internal, faktor-faktor yang menjadi kekuatan dalam upaya pengembangan nilai tambah bidang ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Kekuatan 1. Kekayaan alam dan pemandangan yang relatif alami dapat menjadi keunggulan /atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan yang datang. 2. Kehidupan masyarakat nelayan yang unik dapat menjadi daya tarik wisata tersendiri. Berdasarkan hasil analisis faktor internal, faktor-faktor yang menjadi kelemahan dalam upaya pengembangan nilai tambah bidang ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Kelemahan 1. Beberapa lokasi jauh dari pusat kota sehingga sulit dijangkau. 2. Infrastruktur belum memadai. 3. Belum adanya image tentang ekowisata terhadap masyarakat sekitar lokasi. 4. Peran pemerintah dalam upaya penerapan konservasi masih rendah. Berdasarkan faktor internal yang dimasukkan ke dalam Tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) yang digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif berdasarkan kondisi pengelolaan nilai tambah ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Hasil nilai total yang didapatkan dari faktor internal dapat menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kegiatan usaha pengelolaan nilai tambah ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Pada faktor internal, total nilai yang diperoleh adalah 3.40. Nilai tersebut berada atas angka 2,5 yang merupakan nilai rata-rata. Hal ini memberikan gambaran bahwa keadaan internal di Kabupaten Rokan Hilir dapat memungkinkan untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada di usaha pengelolaan ekowisata perikanan di daerah tersebut, sesuai dengan strategi kebijakan yang tepat.
Halaman | 154
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Tabel 6.12. Penilaian Internal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengelolaan Ekowisata Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Faktor Internal Kekuatan : 1 Kekayaan alam dan pemandangan yang relatif alami dapat menjadi keunggulan /atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan yang datang. 2 Kehidupan masyarakat nelayan yang unik dapat menjadi daya tarik wisata tersendiri. Kelemahan : 1. Beberapa lokasi jauh dari pusat kota sehingga sulit dijangkau. 2. Infrastruktur belum memadai. 3. Belum adanya image tentang ekowisata terhadap masyarakat sekitar lokasi. 4. Peran pemerintah dalam upaya penerapan konservasi masih rendah. Total
Bobot
Rating
Skor
0.20
3
0.60
0.15
3
0.45
0.20
4
0.80
0.20 0.15
4 3
0.80 0.45
0.10
3
0.30
1.00
3.40
6.4.2. Identifikasi Lingkungan Eksternal Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal, faktor-faktor yang menjadi peluang dalam upaya pengembangan nilai tambah bidang ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Peluang 1. Adanya kunjungan wisatawan pada acara bakar tongkang. 2. Banyak terdapat tempat ekowisata yang potensial. Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal, faktor-faktor yang menjadi ancaman dalam upaya pengembangan nilai tambah bidang ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir antara lain: Ancaman 1. Rendahnya kesadaran tentang konservasi alam menyebabkan kerusakan pada objek wisata. 2. Munculnya tempat wisata modern (non-alam) sebagai pesaing. Berdasarkan faktor internal yang dimasukkan ke dalam Tabel Eksternal Factor Analysis Summary (IFAS) yang digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif berdasarkan kondisi pengelolaan nilai tambah ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir. Hasil nilai total yang didapatkan dari faktor internal dapat menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kegiatan usaha pengelolaan nilai tambah ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir.
Halaman | 155
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Tabel 6.13. Penilaian Eksternal Factor Analisis Summary (IFAS) Untuk Nilai Tambah Pengelolaan Ekowisata Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Faktor Internal Peluang : 1. Adanya kunjungan wisatawan pada acara bakar tongkang. 2. Banyak terdapat tempat ekowisata yang potensial. Ancaman : 1. Rendahnya kesadaran tentang konservasi alam menyebabkan kerusakan pada objek wisata. 2. Munculnya tempat wisata modern sebagai pesaing. Total
Bobot
Rating
Skor
0.20 0.35
3 4
0.60 1.40
0.20
2
0.40
0.25 1.00
3
0.75 3.15
Pada faktor eksternal, total nilai yang diperoleh sebesar 3.15. Nilai yang diperoleh berada diatas 2,5 memberikan pengertian bahwa kondisi lingkungan eksternal Kabupaten Rokan Hilir mampu memberikan respon yang positif untuk pengembangan usaha nilai tambah pengelolaan ekowisata perikanan. Peluang yang ada dapat dimanfaatkan dengan meminimalisir kelemahan dan ancaman yang ada. Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal pengelolaan nilai tambah ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir dapat dirangkum dalam matriks SWOT Tabel 6.14. Berdasarkan matriks SWOT, dan hasil ini dapat diketahui bahwa pengembangan usaha nilai tambah pengelolaan ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kelemahan yang ada, dan memiliki peluang lebih besar ketimbang dengan ancaman yang ada. Usaha pengelolaan nilai tambah ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir termasuk bersifat positif sehingga memungkinkan untuk dikembangkan melalui optimlisasi seluruh kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang yang ada, dengan dibarengi perbaikan pada kelemahan yang masih ada, dan mengantisipasi ancaman yang sangat memungkinkan. Berdasarkan matriks SWOT maka didapatkan sedikitnya 5 alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan usaha nilai tambah pengelolaan ekowisata perikanan yaitu, antara lain: 1. Penguatan konsep ecotourism dan promosi di Kabupaten Rokan Hilir. 2. Mendorong linkage antara masyarakat, pemerintah dan travel agent. 3. Membangun infrastruktur yang menunjang ekowisata perikanan. 4. Melakukan pengelolaan secara optimal terhadap objek ekowisata yang memiliki ciri khas.
Halaman | 156
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
5. Mendorong partisipasi dan pemberdayaan masyarakat wisata, dan memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang konservasi alam dan kerjasama antara penyuluh perikanan, dinas perikanan & kelautan, dinas kehutanan. Tabel 6.14. Matriks SWOT Nilai Tambah Pengelolaan Ekowisata Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir Internal
Eksternal
Peluang (O) Adanya kunjungan wisatawan pada acara bakar tongkang dapat menjadi peluang dengan menyediakan lokasi wisata yang lain. Kurangnya objek wisata di Rokan Hilir dan Riau pada umumnya. Ancaman (T) Rendahnya kesadaran tentang konservasi alam menyebabkan kerusakan pada objek wisata. Munculnya tempat wisata modern (non-alam) sebagai pesaing.
Kekuatan (S) Kekay aan alam dan pemandangan yang relatif alami dapat menjadi keunggulan /atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan yang datang. Kehidupan masyarakat nelayan yang unik dapat menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Strategi SO Penguatan konsep ecotourism di Kab. Rokan Hilir. Menggalakkan promosi untuk mengunjungi Kab. Rokan Hilir.
Strategi ST Mendorong partisipasi dan pemberdayaan masyarakat wisata. Melakukan pengelolaan secara optimal terhadap objek ekowisata yang memiliki ciri khas.
Kelemahan (W) Beberapa lokasi jauh dari pusat kota sehingga sulit dijangkau. Infrastruktur belum memadai. Belum adanya image tentang ekowisata terhadap masyarakat sekitar lokasi. Penerapan pemerintah dalam upaya konservasi masih rendah. Strategi SW Mendorong linkage antara masyarakat, pemerintah dan travel agent. Membangun infrastruktur yang menunjang ekowisata. Strategi WT Memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang konservasi alam kerjasama antara penyuluh perikanan, dinas perikanan & kelautan, dinas kehutanan.
6.5. Analisis Strategi Pengembangan Pemasaran Pemasaran merupakan subsistem agribisnis yang sangat penting dalam pengembangan sektor perikanan. Kegiatan pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Berdasarkan tujuan penggunaannya hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan barang konsumsi. Hasil perikanan sebagai bahan mentah akan dibeli oleh pengolah sebagai input produksi yang
Halaman | 157
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
lain untuk dijadikan bahan jadi (misalnya untuk kerupuk ikan), sedangkan barang konsumsi akan dibeli oleh konsumen akhir untuk keperluan konsumsi.
6.5.1. Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses yang menjadikan suatu produk barang atau jasa yang siap untuk dikonsumsi oleh konsumennya. Semakin pendek saluran pemasaran, margin yang diterima oleh pelaku usaha semakin besar dan system pemasaran semakin efisien. Secara umum saluran pemasaran yang berlaku pada pemasaran produk perikanan di Kabupaten Rokan Hilir adalah : 1. Saluran pemasaran I : pada saluran ini, nelayan bertindak sebagai pengusaha pengolahan dan langsung menjual produk ke konsumen.
Nelayan (sekaligus pengolah)
Konsumen
2. Saluran pemasaran II : pada saluran ini nelayan sebagai pengusaha pengolahan menjual produknya kepada pedagang pengecer.
Pengolah
Pedagang pengecer
Konsumen
3. Saluran pemasaran III : pada saluran ini pengusaha perikanan menjual produknya pada pedagang pengumpul.
Pengolah
Pedagang pengecer
Pedagang pengumpul
Konsumen
6.5.2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar produk dapat sampai di tangan konsumen dengan kepuasan maksimum. Kotler (2005) menyatakan bahwa bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel, kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dikenal dengan 4P yaitu struktur produk (product), struktur harga (price), sistem distribusi (place) dan kegiatan promosi (promotion). Kajian bauran pemasaran pengolahan produk perikanan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Halaman | 158
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
1. Pengasapan ikan
Produk : mutu ikan asap cukup bagus namun belum dikemas secara menarik, sehingga belum memenuhi standar keamanan mutu pangan HACCP.
Harga : harga sangat terkait dengan segmen pasar. Segmen pasar mulai dari kalangan ekonomi bawah sampai kelangan ekonomi atas. Namun dikarenakan harga yang tinggi, produk ini lebih banyak dikonsumsi oleh kalangan ekonomi menengah ke atas.
Distribusi : dilakukan sendiri oleh pengusaha dengan menjual di pasar atau
di
tempat-tempat
tertentu
atau
melalui
pedagang
pengecer/pengumpul yang kemudian menjualnya di pasar atau dijual berkeliling oleh pedagang pengecer.
Promosi : belum ada kegiatan promosi yang dilakukan oleh pengusaha. Kegiatan promosi hanya dilakukan oleh pemerintah melalui dinas perikanan maupun dinas koperasi dan UKM.
2. Pengasinan ikan Bauran pemasaran ikan asin hampir sama dengan produk ikan asap, hanya sedikit berbeda dalam segi harga.
Produk : mutu ikan asin cukup bagus dan beragam namun belum dikemas secara menarik, sehingga belum memenuhi standar keamanan mutu pangan HACCP.
Harga : harga ikan asin sangat beragam tergantung jenis ikannya, mulai dari yang murah sampai yang mahal sehingga konsumennya mulai dari kalangan ekonomi bawah sampai atas. Namun karena image dari ikan asin yang kurang bagus, maka segmen pasar produk ini adalah kalangan menengah ke bawah.
Distribusi : dilakukan sendiri oleh pengusaha dengan menjual di pasar atau
di
tempat-tempat
tertentu
atau
melalui
pedagang
pengecer/pengumpul yang kemudian menjualnya di pasar atau dijual berkeliling oleh pedagang pengecer.
Promosi : belum ada kegiatan promosi yang dilakukan oleh pengusaha. Namun karena ikan asin sudah sangat popular, promosi untuk pasar dalam negeri tidak terlalu dibutuhkan, namun untuk pasar ekspor perlu lebih ditingkatkan.
Halaman | 159
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
3. Kerupuk Ikan/Udang
Produk : mutu kerupuk cukup bagus dan beragam dan sudah dikemas dengan baik dengan kemasan kedap udara, sehingga produk tersebut tahan lama namun belum memenuhi standar keamanan mutu pangan seperti HACCP.
Harga : harga kerupuk dapat terjangkau oleh semua kalangan ekonomi masyarakat.
Distribusi : dilakukan sendiri oleh pengusaha kerupuk atau melalui pedagang pengecer yang kemudian menjualnya di pasar atau gerai-gerai makanan.
Promosi : belum ada kegiatan promosi yang dilakukan oleh pengusaha. Kegiatan promosi hanya dilakukan oleh pemerintah melalui dinas perikanan maupun dinas koperasi dan UKM.
4. Terasi Ikan/Udang
Produk : mutu terasi cukup bagus dan sebagian sudah dikemas dengan baik dengan kemasan kedap udara, sehingga produk tersebut tahan lama namun belum memenuhi standar keamanan mutu pangan seperti HACCP.
Harga : harga terasi dapat terjangkau oleh semua kalangan ekonomi masyarakat. Sejak dulu, terasi mulai popular dan disukai oleh masyarakat.
Distribusi : dilakukan sendiri oleh pengusaha terasi atau melalui pedagang pengecer yang kemudian menjualnya di pasar.
Promosi : belum ada kegiatan promosi yang dilakukan oleh pengusaha melalui teknologi informasi. Kegiatan promosi hanya dilakukan oleh pemerintah melalui dinas perikanan maupun dinas koperasi dan UKM.
5. Tepung Ikan
Produk : mutu tepung ikan sudah cukup bagus dan sudah dikemas dengan baik dengan kemasan plastik, sehingga produk tersebut tahan lama namun belum memenuhi standar keamanan mutu tepung ikan sesuai dengan grade yang terdapat dipasaran (komersial).
Harga : harga tepung ikan dapat terjangkau oleh semua kalangan ekonomi masyarakat (harga produsen).
Distribusi : dilakukan sendiri oleh pengusaha atau melalui pedagang pengecer yang kemudian menjualnya di pasar atau gerai-gerai pakan.
Halaman | 160
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
Promosi : belum ada kegiatan promosi yang dilakukan oleh pengusaha secara khusus. Kegiatan promosi hanya dilakukan oleh pemerintah melalui dinas perikanan maupun dinas koperasi dan UKM terkait.
6. Ekowisata Hendarto (2003) memaparkan, bahwa unsur-unsur atau variabel-variabel yang terdapat dalam bauran pemasaran suatu jasa ekowisata, adalah selain produk, harga, tempat, dan promosi, juga meliputi orang, proses, serta pelayanan pelanggan. Bauran pemasaran produk ekowisata di Kabupaten Rokan Hilir secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
Produk : Kotler (2001) menyatakan bahwa produk bukan hanya berupa fisik benda tetapi juga jasa, ide, tempaat dan lain-lain yang diperlukan oleh konsumen. Dalam ekowisata produk ini dikatakan sebagai potensi atau obyek-obyek yang bernilai wisata, seperti keindahan alam, keunikan budaya masyarakat setempat, maupun situs-situs sejarah.
Harga : Penentuan harga jasa ekowisata di Kabupaten Rokan Hilir, belum ditetapkan secara baku, karena umumnya kegiatan pemasaran ekowisatanya belum jalan. Namun kedepannya, apabila pemasaran ekowisata ini hendak dikembangkan, unsur harga harus dirancang bersama-sama Pemerintah Daerah dengan stakeholder terkait. Hal ini karena unsur harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasran yang menghaslkan pendapatan.
Distribusi (place) : pemasaran jasa tempat, merupakan gabungan antar lokasi dan kepuasan atas saluran distribusi. Untuk saluran distribusi jasa ekowisata yang ada di Kabupaten Rokan Hilir, belum dilakukan kerjasama dengan biro-biro perjalanan (travel) baik yang ada di Kabupaten Rokan Hilir maupun ditempat lainnya.
Promosi : keberhasilan pengembangan ekowisata pada kawasan taman nasional sangat bergantung pada upaya promosi yang dilakukan oleh pengelola, karena dengan promosi orang akan tahu dan akhirnya akan datang untuk mengujungi. Konsumen tidak akan membeli suatu produk/jasa apabila mereka tidak pernah mendengar atau mengalami produk/jasa tersebut. Sehingga informasi mengenai objek wisata di Kabupaten Rokan Hilir dengan segala potensinya harus sampai kepada orang-orang yang memang berminat dengan wisata yang bersifat khusus ini.
Orang (people) : Orang-orang yang terkait dengan ekowisata adalah pemerintah daerah dan masyarakat sekitar serta stakeholder lain. Untuk
Halaman | 161
STRATEGI PENGEMBANGAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
masyarakat setempat, diperlukan penyadaran akan potensi wisata didaerah sekitarnya.
Proses : Untuk proses harus dibuat secara rinci dan sangat jelas, sehingga para wisatawan dapat mengetahui dan mengerti prosedur yang benar untuk melakukan wisata.
Pelayanan terhadap pelanggan : Ada 5 (lima) hal penting yang perlu diterapkan dalam memberikan layanan yang baik keapada konsumen (Hendarto, 2003) yaitu : a. Tangibles (bukti fisik), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak ekstrnal yang meliputi fasilitas fisik,perlengkapan dan penampilan personil. b. Reability (reabilitas), yaitu kemampuan melakukan layanan jasa yang diharapkan ecara meyakinkan, akurat dan konsisten. c. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kemampuan untuk memberikan layanan yang cepat, membantu pelanggan dengan tepat dan memberikan informasi yang jelas. d. Assurance
(jaminan)
meliputi
pengetahuan,
sopan
santun
dan
kemampuan seseorang dalam menyampaikan kepastian yang dapat menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepada penyedia jasa. e. Empaty, memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual kepada pelanggan, dengan berupaya memahami pelanggan.
6.5.3. Target Pasar Target pasar adalah bagian pasar yang dijadikan sebagai tujuan pemasaran. Untuk menemukan target pasar, ada empat kegiatan yang perlu dilakukan oleh yaitu : 1. Perkiraan permintaan Ada dua cara untuk memperkirakan permintaan produk perikanan dan kelautan yaitu dengan (1) pendekatan fundamental yaitu mengukur dan memperkirakan permintaan dengan cara menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, seperti pertumbuhan pasar, pendapatan, kondisi ekonomi, gaya hidup dan lain-lain; (2) pendekatan teknis melakukan pengukuran dengan melihat kecenderungan permintaan pada masa lalu, yang dianalisis secara statistik untuk mengukur besarnya permintaan saat ini dan masa yang akan datang.
Halaman | 162
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
STRATEGI PENGEMBANGAN
2. Segmentasi pasar (market segementation) Segmentasi pasar adalah proses untuk menggolong-golongkan pasar ke dalam segmen tertentu. Segmen adalah sekumpulan konsumen yang memberikan respons yang sama terhadap stimuli pemasaran tertentu. Segmentasi pasar dapat didasarkan pada (a) lokasi geografis: tempat tinggal, kota, wilayah, (b) demografis : jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendapatan, (c) psikografis : gaya hidup, kepribadian, kelas sosial, (d) perilaku : tingkat penggunaan, manfaat yang dicari, saat menggunakan. 3. Pasar sasaran (market tergeting) Setelah mensegmentasi pasar, pelaku usaha harus memilih segmen mana yang menjadi pasar sasaran. 4. Posisi pasar (market positioning) Posisi produk adalah suatu tempat yang diduduki produk secara relatif terhadap pesaing. Tabel 6.15. Target Pasar Produk Perikanan dan Ekowisata No
Produk
1
Ikan asap
2
Ikan asin
3
Kerupuk ikan/udang
4
Terasi ikan/udang
5
Ekowisata
Permintaan Pertumbuhan penduduk serta pendapatan per kapita masyarakat terus meningat sehingga meningkatkan jumlah permintaan.
Kebutuhan masyarakat terhadap wisata semakin tinggi.
Target Pasar Segmen pasar Pasar sasaran Harga ikan asap Semua tempat tergolong mahal Semua umur sehingga lebih Kelas banyak dinikmati menengah ke oleh kalangan atas menengah. Semua kalangan, Semua tempat khusus untuk ikan Orang dewasa asin mahal perlu Semua kelas dikemas menarik utk ekonomi masuk pasar modern. Semua kalangan ibu Semua tempat rumah tangga dan Semua umur pengusaha rumah Semua kelas makan. ekonomi Semua kalangan ibu Semua tempat rumah tangga dan Kelas pengusaha rumah menengah ke makan. atas Masyarakat Rokan Semua umur Hilir dan daerah dan kalangan. terdekat/sekitarnya.
Posisi pasar Ikan asap merupakan jenis olahan yang nilai komersial tinggi. Menciptakan image ikan asin bukan makanan kelas bawah dan murah. Menciptakan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi ikan. Pasar berjalan optimal.
belum secara
Halaman | 163
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PEDOMAN PENGEMBANGAN
7.1. Pedoman Umum Pengembangan Perikanan Tangkap 7.1.1. Isu Pokok Isu pokok yang berkembang pada perikanan
tangkap di Kabupaten
Rokan Hilir mengacu pada analisis sebelumnya (analisis SWOT), yaitu:
Kekuatan : Kabupaten Rokan Hilir memiliki potensi sumberdaya perikanan tangkap, cukup tersedia, ketersediaan Sumberdaya Manusia (nelayan) yang masih aktif, adanya dukungan pemerintah, adanya kelompok nelayan yang aktif dan keinginan kuat melaut.
Kelemahan : Dalam aktivitas penangkapan ikan terdapat keterbatasan fasilitas penunjang, keterbatasan akses permodalan, keterampilan nelayan masih rendah dalam introduksi teknologi, armada penangkapan masih skala kecil, keterbatasan alat tangkap yang sesuai musim.
Peluang : Kabupaten memiliki letak geografis yang menguntungkan, pertumbuhan permintaan akibat pertumbuhan penduduk dan peluang pasar, peluang kerjasama kelompok nelayan dengan investor atau stakeholder, adanya pembangunan perikanan di kawasan pesisir yang mengarah sisi positif dari pemerintah,dan peluang kerja dibidang perikanan, dan adanya lembaga pendukung.
Ancaman : menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan perairan, Illegal fishing oleh nelayan asing dan persaingan, persaingan pasar dengan daerah lain.
Halaman | 164
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PEDOMAN PENGEMBANGAN
7.1.2. Sasaran Pencapaian Sasaran yang ingin dicapai dari pengembangan nilai tambah perikanan tangkap, yaitu antara lain:
Terlaksana kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap secara optimal melalui kegiatan keberlanjutan dan ramah lingkungan untuk peningkatan perekonomian masyarakat Kabupaten Rokan Hilir.
Meningkatnya produktivitas perikanan tangkap.
Meningkatnya kualitas Sumberdaya Manusia dalam memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan tangkap.
Meningkatnya akses kerjasama, koordinasi, akses permodalan dan pengawasan.
7.1.3. Arah Kebijakan
Melaksanakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan sesuai daya dukung potensi SDA dengan kemampuan SDM dan sarana prasarana pendukung yang memperhatikan nilai keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Melakukan peningkatan produktivitas perikanan tangkap sesuai potensi yang ada, dan meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia dalam memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan tangkap.
Meningkatkan akses kerjasama, koordinasi, akses permodalan dan pengawasan antar elemen masyarakat, pemerintah dan stakeholder.
7.1.4. Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Perikanan Tangkap Tabel 7.1. Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Rokan Hilir Program 1. Program peningkatan pemanfaatan SD perikanan berkelanjutan
Sub Program/Kegiatan Pemberdayaan sumberdaya manusia berkualitas (aparatur dan masyarakat). Pengembangan teknologi pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ramah lingkungan. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan SD perikanan.
Instansi/Lembaga Dinas Perikanan dan Kelautan Bappeda. Dinas Perikanan dan kelautan
Dinas Perikanan dan Kelautan Bappeda Intansi terkait
Halaman | 165
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Program 2. Program peningkatan produktivitas perikanan.
3. Program peningkatan akses kerjasama, dan pengawasan
Sub Program/Kegiatan Peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung produksi perikanan. Peningkatan akses kerjasama produksi perikanan Tangkap. Peningkatan akses permodalan dan pasar bagi masyarakat. Peningkatan pengawasan dan pengendalian penangkapan ikan.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
Instansi/Lembaga Dinas Perikanan dan Kelautan Badan Penyuluh Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Bappeda Koperasi Lembaga keuangan. Dinas Perikanan dan Kelautan. Instansi terkait.
7.2. Pedoman Umum Pengembangan Perikanan Budidaya 7.2.1. Isu Pokok Isu pokok yang berkembang terkait dengan pengembangan nilai tambah perikanan budidaya mengacu pada hasil analisis sebelumnya (SWOT), yaitu antara lain:
Kekuatan : Sumberdaya manusia dalam usia produktif dan punya pengalaman, tersedia SDA yang memenuhi kualitas budidaya ikan, tersedianya lahan dan sebagian milik sendiri, tersedianya teknologi pendukung, motivasi yang tinggi usaha budidaya, dan potensi budidaya cukup besar.
Kelemahan : Belum optimal pemanfaatan lahan budidaya, kualitas SDM masih rendah dalam introduksi teknologi, modal terbatas, efisiensi teknis pelaksanaan budidaya belum optimal, penerapan budidaya dengan padat tebar masih rendah (belum seimbang dengan luas lahan).
Peluang : Permintaan pasar tinggi, ada peningkatan pendapatan masyarakat (pelaku usaha), adanya daya tarik investasi swasta, adanya wadah koperasi sebagai lembaga keuangan dan pemasaran, serta pola konsumsi ikan setiap kurun waktu (perkapita) selalu meningkat.
7.2.2. Sasaran Pencapaian Sasaran yang ingin dicapai pada pengembangan nilai tambah perikanan budidaya, yaitu antara lain:
Terjadinya peningkatan kapasitas produksi budidaya ikan.
Halaman | 166
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PEDOMAN PENGEMBANGAN
Terjadinya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan introduksi teknologi budidaya.
Meningkatnya kerjasama masyarakat, pemerintah dan stakeholder dalam peningkatan produksi budidaya.
Meningkatnya kemudahan akses permodalan dan pemasaran.
7.2.3. Arah Kebijakan
Meningkatkan kapasitas produksi budidaya ikan sesuai dengan daya dukung potensi lahan tersedia.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan introduksi teknologi budidaya, melalui kegiatan pelatihan keterampilan secara terpadu.
Meningkatkan kerjasama masyarakat, pemerintah dan stakeholder dalam bidang promosi, dan investasi.
Meningkatkan akses pemasaran dan permodalan dengan berbagai pihak lembaga keuangan.
7.2.4. Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Perikanan Budidaya Tabel 7.2. Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Perikanan Budidaya Kabupaten Rokan Hilir Program 1. Program peningkatan kapasitas produksi budidaya.
2. Program peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan introduksi teknologi budidaya secara terpadu. 3. Program peningkatan kerjasama bidang promosi, dan investasi.
Sub Program/Kegiatan Optimalisasi produksi budidaya dengan daya dukung lahan tersedia. Program Peningkatan sarana prasarana produksi. Peningkatan benih/bibit ikan bermutu dan terjangkau. Pengadaan pakan bermutu berbasis teknologi tepat guna. Pelatihan keterampilan SDM dalam rangka peningkatan introduksi teknologi. Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat (pembudidaya) secara terpadu Peningkatan kerjasama bidang promosi dan pemasaran melalui teknologi informasi. Peningkatan investasi dan lapangan kerja baru bidang perikanan.
Instansi/Lembaga Dinas Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan. Bappeda Dinas Perikanan dan Kelautan. Badan Penyuluh Koperasi Intansi terkait
Badan investasi Bappeda
Halaman | 167
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Program 4. Program peningkatan akses pemasaran dan permodalan
5. Program pengembangan sistem informasi perikanan
Sub Program/Kegiatan Melakukan kerjasama pemasaran dengan pihak terkait. Kemudahan dalam permodalan dan kredit lunak. Peningkatan peran serta petugas penyuluh lapangan (PPL) bagi masyarakat.
PEDOMAN PENGEMBANGAN
Instansi/Lembaga Koperasi Badan promosi Koperasi Lembaga keuangan lainnya Badan penyuluh
7.3. Pedoman Umum Pengembangan Pengolahan Perikanan 7.3.1. Isu Pokok Permasalahan Isu pokok yang berkembang di Kabupaten Rokan Hilir mengacu pada analisis sebelumnya (SWOT) yaitu antara lain:
Kekuatan: Potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya cukup tersedia untuk bahan baku, ketersediaan tenaga kerja dan pengalaman usaha cukup, motivasi kerja tinggi, mutu dan produk sudah dikenal, dan harga produk terjangkau oleh konsumen.
Kelemahan : Peralatan produksi masih sederhana, pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran belum optimal, tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan pengusaha, keterbatasan akses permodalan, belum tersedia standarisasi produk yang memadai.
Peluang : Dukungan program pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan (Gemarikan) dan Forikan, perluasan jaringan pemasaran produk, letak geografis yang menguntungkan, permintaan produk seiring dengan pertumbuhan dan dinamisasi penduduk, dan adanya permintaan produk olahan dari luar daerah.
Ancaman : Persaingan pelaku usaha, persaingan pasar dan harga, penjualan bahan baku segar ke luar daerah, kenaikan harga bahan bahan minyak untuk sarana produksi.
7.3.2. Sasaran Pencapaian
Meningkatnya produksi hasil pengolahan perikanan.
Terjaganya kestabilan harga dan mutu produk hasil perikanan.
Meningkatnya kerjasama perluasan jaringan pemasaran produk.
Halaman | 168
PEDOMAN PENGEMBANGAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Meningkatnya
kualitas
sumberdaya
manusia
dalam
keterampilan
penerapan dan adopsi teknologi tepat guna.
Meningkatnya
akses
permodalan
bagi kelancaran
pengembangan
produksi.
7.3.3. Program/Kegiatan Pokok Tabel 7.3. Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Pengolahan Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Program 1. Program peningkatan produktivitas hasil pengolahan perikanan.
2. Program pengendalian kestabilan harga dan mutu produk hasil perikanan.
3. Program peningkatan kerjasama perluasan jaringan pemasaran produk.
4. Program peningkatan kualitas sumberdaya manusia bagi pelaku usaha.
5. Program peningkatan akses permodalan bagi kelancaran pengembangan produksi.
Sub Program/Kegiatan Perbaikan dan peningkatan peralatan produksi. Peningkatan dan kontinyunitas ketersediaan bahan baku. Pembinaan kelompok usaha secara berkelanjutan. Menjaga ketersediaan bahan baku. Pengendalian dan menjaga mutu produk. Efisiensi proses produksi. Penerapan standarisasi produk yang bermutu. Peningkatan akses pemasaran melalui media promosi dan teknologi informasi. Pembinaan dan kerjasama dengan pihak terkait (koperasi, badan promosi, disprindag,dll). Pelatihan keterampilan SDM untuk peningkatan mutu produk. Pemberdayaan dan pendampingan kelompok usaha secara terpadu dan berkelanjutan. Peningkatan peran koperasi sebagai lembaga keuangan dan pemasaran. Pengembangan akses permodalan dan kredit lunak berbasis UKM.
Instansi/Lembaga Dinas Perikanan dan Kelautan. Koperasi PPL Kelompok nelayan/usaha Dinas Perikanan dan Kelautan. Disprindag Badan POM Badan promosi Dinas Perikanan dan Kelautan Koperasi Disprindag Dinas Perikanan dan Kelautan. Badan penyuluh, PPL. Koperasi Badan investasi.
7.4. Pedoman Pengembangan Ekowisata Perikanan 7.4.1. Isu Pokok Permasalahan Isu pokok yang berkembang mengenai nilai tambah pengembangan ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir mengacu pada analisis sebelumnya (SWOT), yaitu antara lain:
Halaman | 169
PEDOMAN PENGEMBANGAN
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Kekuatan : Kekayaan alam dan pemandangan yang relatif alami dapat menjadi keunggulan/atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan yang dating, kehidupan masyarakat nelayan yang unik dapat menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Kelemahan : Beberapa lokasi jauh dari pusat kota sehingga sulit dijangkau, kondisi infrastruktur yang belum memadai, belum adanya image tentang ekowisata terhadap masyarakat sekitar lokasi, dan penerapan pemerintah dalam upaya konservasi masih rendah.
Peluang : Adanya kunjungan wisatawan pada acara bakar tongkang dapat menjadi peluang dengan menyediakan lokasi wisata yang lain, kurangnya objek wisata di Rokan Hilir dan Riau pada umumnya.
Ancaman : Rendahnya kesadaran tentang konservasi alam menyebabkan kerusakan pada objek wisata, munculnya tempat wisata modern (nonalam) sebagai pesaing.
7.4.2. Sasaran Pencapaian
Meningkatnya kegiatan ekowisata perikanan di Kabupaten Rokan Hilir.
Mengoptimalkan pengelolaan ekowisata yang memiliki ciri khas.
Meningkatnya sarana infrastruktur dan prasarana yang mendukung kegiatan ekowisata.
Bertambahnya kerjasama (linkageI) antara masyarakat, pemerintah dan travel agent dalam promosi dan kegiatan investasi.
7.4.3. Arah Kebijakan
Peningkatan kegiatan ekowisata perikanan, dengan penguatan konsep ecotourism di Kabupaten Rokan Hilir.
Optimalisasi pengelolaan ekowisata yang memiliki ciri khas, sesuai dengan masing-masing potensi di setiap lokasi wisata.
Peningkatan sarana infrastruktur dan prasarana yang mendukung kegiatan ekowisata.
Peningkatan
kerjasama
(linkage)
yang
luas
antara
masyarakat,
pemerintah dan travel agent dalam promosi dan kegiatan investasi.
Halaman | 170
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
PEDOMAN PENGEMBANGAN
7.4.4. Program/Subprogram/Kegiatan Pokok Tabel 7.3. Program/SubProgram/Kegiatan Pokok Umum Ekowisata Perikanan Kabupaten Rokan Hilir Program 1. Program optimalisasi pengelolaan ekowisata yang memiliki ciri khas, sesuai dengan potensi di setiap lokasi wisata.
2. Program peningkatan sarana infrastruktur dan prasarana yang mendukung kegiatan ekowisata.
3. Program perluasan kerjasama (linkage) yang luas antara masyarakat, pemerintah dan travel agent dalam promosi dan kegiatan investasi.
Sub Program/Kegiatan Menghidupkan kembali objek wisata dengan melakukan ivent penting di Kabupaten Rokan Hilir. Peningkatan pelayanan jasa bagi wisatawan. Pengembangan objek-objek wisata baru sebagai daya tarik. Pengawasan dan pengendalian wilayah konservasi. Peningkatan sarana infastruktur memadai dilokasi wisata. Peningkatan sarana transportasi memadai di lokasi wisata. Peningkatan sarana rumah singgah/penginapan, restoran memadai dan terjangkau. Pengembangan kerjasama dan promosi bidang ekowisata dengan berbagai pihak. Pengembangan daya tarik bagi investor.
Instansi/Lembaga Dinas Perikanan dan Kelautan. Dinas pariwisata. Instansi terkait.
Dinas PU Swasta/Investor
Badan promosi Dinas pariwisata Investor/swasta
Halaman | 171
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan terhadap potensi dan nilai tambah subsektor perikanan Kabupaten Rokan Hilir, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Potensi dan unggulan pada perikanan tangkap yang dapat dikembangkan nilai tambahnya yaitu jenis ikan tenggiri, senangin, gulama, udang putih, udang swallow, udang rebon (bahan baku terasi), dan jenis ikan rucah (bahan baku terasi dan kerupuk). Lokasi sentra perikanan tangkap laut adalah di Kecamatan Bangko, Bangko Pusako, Batu Hampar, Pujud, Tanah Putih, T.P. Tj.Melawan, Rantau Kopar, Sinaboi, Pasir Limau Kapas, Kubu, Pekaitan. Perikanan tangkap memiliki kelayakan usaha sangat besar (CRC 1.75). Langkah strategi yang dapat dikembangkan untuk peningkatan nilai tambah perikanan tangkap yaitu antara lain: a. Meningkatkan sarana dan prasarana produksi b. Meningkatkan armada penangkapan yang sesuai dengan daya jelajah tangkap. c. Meningkatkan kualitas SDM bidang perikanan d. Menentukan alat tangkap yang sesuai dengan musim e. Meningkatkan pengawasan daerah pesisir dan lingkungan perairan f.
Koordinasi dengan instansi terkait, stake holder dan investor.
2. Potensi dan unggulan perikanan budidaya yang dapat dikembangkan nilai tambahnya adalah kegiatan budidaya kolam terutama pada jenis ikan nila, patin, gurami dan okan lele. Sentra lokasi budidaya Bagan Sinembah, Bangko Pusako, Batu Hampar, Pujud, Rimba Melintang, Simpang Kanan dan
Halaman | 172
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pekaitan. Potensi pengembangan budidaya memiliki potensi dari sedang hingga sangat besar untuk jenis ikan nila (CRC 1,69 sangat besar), patin (CRC 1,37 sedang ), gurami (CRC 1,31 sedang), dan lele (CRC 1,58 sangat besar). Dengan nilai tambah untuk budidaya ikan nila sebesar Rp 430.000/m2; ikan patin Rp 390.000/m 2; ikan gurami Rp 83.000/ m 2; dan ikan lele Rp 120.416 m2. Langkah strategi pengembangan budidaya untuk memperoleh nilai tambah yang optimal yaitu dengan: a. Optimilasi pemanfaatan lahan dengan daya dukung potensi produksi, b. Meningkatkan introduksi teknologi budidaya dan pelaksanaan teknis budidaya, c. Meningkatkan kualitas SDM bidang perikanan, d. Peningkatan kerjasama dan dukungan lembaga kemudahan akses modal.
keuangan sebagai
e. Dukungan dan koordinasi dengan instansi terkait, stake holder dan investor, untuk peningkatan produksi dan akses pasar. f.
peningkatan akses kemudahan bantuan pengadaan benih, dan sarana prasarana pendukung.
3. Potensi dan unggulan perikanan pengolahan yang dapat dikembangkan nilai tambahnya adalah kegiatan pengasapan ikan (ikan selais dan baung), pengasinan ikan (ikan asin senangin, dan gulama), pengolahan kerupuk ikan dan kerupuk udang, serta pengolahan terasi ikan dan udang. Lokasi sentra untuk pengolahan ikan di wilayah Kecamatan Bangko, Kubu, Sinaboi, Pasir Limau Kapas, Rantau Kopar. Potensi pengembangan pengolahan perikanan memiliki potensi dari kecil hingga sangat besar untuk jenis pengasapan ikan (CRC 1,14 kecil), ikan asin (CRC 1,52 sangat besar ), pengolahan kerupuk ikan dan udang (CRC 1,39 sedang), dan pengolahan terasi udang/ikan (CRC 1,46 sedang). Dengan nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan dari produk pengasapan ikan selais sebesar Rp 30.000/kg bahan baku; ikan asap baung Rp 26.400/kg; ikan asin senangin Rp 23.250/kg bahan baku; ikan asin gulama Rp 17.500/kg bahan baku; kerupuk ikan Rp 59.500/kg, kerupuk udang Rp 79.000/kg; terasi ikan Rp 23.500, dan terasi udang Rp 48.000/kg bahan baku. Langkah strategi pengembangan budidaya untuk memperoleh nilai tambah yang optimal yaitu dengan:
Halaman | 173
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Meningkatkan produktivitas hasil olahan sesuai dengan kebutuhan pasar (permintaan, harga dan mutu). b. Peningkatan kerjasama dalam aspek pemasaran, dan pengelolaan distribusi produk. c. Perbaikan dan peningkatan peralatan produksi yang lebih efisien. d. Melakukan perluasan jaringan pemasaran melalui berbagai promosi dan pemanfaatan teknologi informasi yang ada secara baik. e. Dukungan pemerintah dan lembaga keuangan untuk kemudahan akses modal dan kredit lunak. f.
Menjaga kontinyunitas ketersediaan bahan baku.
g. Melakukan standarisasi produk untuk menjaga mutu tetap terjaga. h. Kebijakan pemerintah terkait dengan penggunaan BBM untuk penggerak UKM bidang pengolahan. 4. Potensi dan unggulan perikanan yang dapat dikembangkan nilai tambahnya ekowisata perikanan adalah wilayah Pulau Tilan Desa Rantau Bais, Sungai Rokan Desa Sungai Sialang, Danau Napangga, Pulau Jemur. Strategi pengembangan yang dapat dilakukan yaitu antara lain: a. Penguatan konsep ecotourism dan promosi di Kabupaten Rokan Hilir. b. Mendorong linkage antara masyarakat, pemerintah dan travel agent. c. Membangun infrastruktur yang menunjang ekowisata perikanan. d. Melakukan pengelolaan secara optimal terhadap objek ekowisata yang memiliki ciri khas. e. Mendorong partisipasi dan pemberdayaan masyarakat wisata, dan memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang konservasi alam dan kerjasama antara penyuluh perikanan, dinas perikanan & kelautan, dinas kehutanan.
8.2. Rekomendasi Rekomendasi dari pelaksanaan kajian ini yaitu antara lain: 1. Kebijakan pengembangan perikanan tangkap berbasis komoditas potensi unggulan harus tetap memperhatikan aspirasi masyarakat dan daya dukung lingkungan perairan setempat sehingga diharapkan dapat mengangkat
Halaman | 174
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
kesejahteraan masyarakat, mengangkat potensi dan nilai tambah produk unggulan daerah menjadi komoditas perikanan yang mampu bersaing di pasar lokal, nasional maupun internasional. Kebijakan perikanan tangkap ditekankan pada penggunaan sarana kapal tangkap, alat tangkap, sesuai dengan lokasi penangkapan ikan. Kemudian proses pendaratan ikan dilakukan pada tempat pendaratan/tangkahan yang dikoordinir oleh kelompok, tidak dilakukan secara individu. Untuk mengetahui lebih mendalam perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang nilai ekonomi produksi perikanan tangkap berkelanjutan secara mendetail. 2.
Kebijakan pengembangan perikanan budidaya berbasis kepada potensi masyarakat, daya dukung lahan budidaya, sarana dan prasarana yang memadai serta ramah lingkungan untuk mampu bersaing di pasar domestik. Kebijakan dibidang perikanan budidaya, difokuskan kepada pengembangan budidaya ikan kolam dan keramba mengingat ketersediaan lahan masih cukup luas. Selanjutnya pertimbangan SDM untuk pembenihan perlu dilakukan agar tidak ada ketergantungan dalam proses pembenihan ikan. Perlu adanya pelatihan khusus untuk tingkat pembenihan dan pembesaran ikan budidaya baik kolam dan keramba. Penyediaan sarana prasarana untuk pembuatan pakan di sentra budidaya ikan agar kebutuhan pakan dan harga dapat dikendalikan. Kebijakan terkait dengan penyediaan bahan baku untuk pembuatan pakan.
3. Kebijakan pengembangan perikanan bidang pengolahan harus berbasis potensi masyarakat, sarana prasarana yang memadai, memenuhi standarisasi produk sehingga mampu bersaing di pasar lokal, nasional maupun internasional. Kebijakan terkait pengolahan ikan di Kabupaten Rokan Hilir dapat menfokuskan pada pengembangan produk yang sudah ada yakni peningkatan produksi dan mutu pada pengolahan ikan asin, kerupuk, terasi, ikan salai (asap), dan tepung ikan. Pengembangan diarahkan pada perbaikan mutu dan konsistensi mutu melalui penerapan teknologi kemasan yang digunakan dan perangkat lainnya seperti labeling dan lain-lain (peran Disprindag). Pengembangan komoditi lainnya berbasis diversifikasi produk, untuk memperkenalkan produk baru terhadap konsumen sekaligus dapat berperan menambah produk unggulan daerah (peran badan/lembaga penyuluh). Pengembangan produk hasil melalui perluasan jaringan pemasaran melalui lembaga promosi, koperasi, dan outlet-outlet pemasaran lainnya.
Halaman | 175
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4. Kebijakan pengembangan perikanan bidang ekowisata perikanan harus berbasis pada daya dukung sumberdaya alam, pengembangan yang berkarakter (ciri khas), daya dukung sarana prasarana dan infrastruktur memadai, dengan memperhatikan wilayah konservasi dan ramah lingkungan. Kebijakan ini dapat dikembangkan yang berfokus kepada lokasi-lokasi wisata yang telah ada, dengan melakukan perbaikan manajemen, sarana prasarana pendukung sebagai akses masuk, dan fasilitas pendukung yang memadai pada lokasi masing-masing ekowisata sesuai dengan karakter masingmasing (ciri khas).
Halaman | 176
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
DAFTAR PUSTAKA
Analisis SWOT (www.mindtools.com/swot.html). Bappeda, 2009. Kajian pemetaan dan pengembangan produk unggulan lokal Kabupaten Rokan Hilir, 2009. BPS Kab. Rohil. 2011. Kabupaten Rokan Hilir Dalam Angka. BPS-Bappeda. 2011. BPS Kab. Rohil. 2012. Kabupaten Rokan Hilir Dalam Angka. BPS-Bappeda. 2012. Basuswasta dan Irawan, 1990, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua, Cetakan Keeqapat, Penerbit Liberti, Jogjakarta. David,W.Cravens, 1998. Pemasaran Strategis, Edisi empat, Cetakan kedua, Penerbit Erlangga Dahuri. 2003. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan untuk Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia. LISPI. Diskanlut Kab. Rohil, 2011. Profil Perikanan Kabupaten Rokan Hilir. 2011. Diskanlut Kab. Rohil, 2012. Profil Perikanan Kabupaten Rokan Hilir. 2011.
Fatimah, 2010. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta. Hayami, Y. Toshihiko Kawagoe, Yoshinori Marooka and Masdjidin Siregar. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A Perspective From A Sunda Village. CGPRT Center. Bogor. 75 p. Hendayana R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotien (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informasi Pertanian 12(1):658-675. Nurhayati, P. 2004. Nilai Tambah Produk Olahan Perikanan Pada Industri Perikanan Tradisonal di DKI Jakarta. Buletin Ekonomi Perikanan Vol. V. No.2 Tahun 2004.
Halaman | 177
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
DAFTAR PUSTAKA
Pearce dan Robinson, 1997, Keunggulan Strategis, Edisi satu, Penerbit Binapura. Aksara, Jakarta. Ramli, M. 2012. Usaha Perikanan Ikan Asap Selais Di Rantau Kopar Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1 (2012) : 56-64. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Suyanto, 2010. Pembenihan dan Pembesaran Ikan, Penebar Swadaya, Jakarta.
Halaman | 178
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Administratif Kabupaten Rokan Hilir
Halaman | 179
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Lampiran 2. Peta LQ Potensi Ekonomi Perikanan Kabupaten Rokan Hilir, 2009)
Halaman | 180
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Lampiran 3. Peta LQ Potensi Ekonomi Industri Berdasarkan Kapasitas Terpasang Perusahaan Besar dan Sedang Kabupaten Rokan Hilir, 2009).
Halaman | 181
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Lampiran 4. Data Pengembangan Komoditas Prioritas Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir Kecamatan Bangko
R. Melintang
Komoditas Prioritas I Perikanan tangkap, budidaya kolam, terasi, ikan asap, dan industri galangan kapal Perikanan tangkap, terasi, ikan asap, dan industri galangan kapal Budidaya kolam
B. Pusaka
Budidaya kolam dan karamba
Kubu
Perikanan tangkap, terasi, ikan asap, dan industri galangan kapal. Perikanan tangkap, terasi, ikan asap, dan industri galangan kapal Budidaya kolam
Sinaboi
Pasir Limau Kapas Simpang Kanan
Tanah Putih Tanjung Terasi Melawan Pujud Budidaya karamba Tanah Putih Budidaya kolam dan karamba Rantau Kopar Ikan asap Batu Hampar
Budidaya kolam, ikan asap
Bagan Sinembah
Perikanan tangkap, budidaya kolam
Komoditas Prioritas II Penangkapan perairan umum, kerupuk ikan/udang, abon ikan dan kecap ikan ikan, kerupuk ikan/udang, dan kecap ikan Penangkapan perairan umum, kerupuk ikan/udang. Non-perikanan (pertanian,peternakan) Kerupuk ikan/udang, dan kecap ikan Kerupuk ikan/udang Non-perikanan (pertanian dan peternakan). Penangkapan perairan umum Penangkapan perairan umum Penangkapan perairan umum Non-perikanan (pertanian dan peternakan). Penangkapan perairan umum, kerupuk ikan/udang Non-perikanan (pertanian dan peternakan)
Sumber : Hasil Observasi Lapangan, 2013
Halaman | 182
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Lampiran 5. Gambaran Peluang Investasi Perikanan dan Dampak Terhadap Wilayah Kabupaten Rokan Hilir Sub Sektor
Peluang Investasi
Industri / Agroindustri Industri / Agroindustri Industri / Agroindustri
Olahan Udang
Perikanan
Penggilingan Terasi Produk Olahan Perikanan (ikan segar, ikan kering, kerupuk ikan/udang, dan kecap ikan). Budidaya Air Tawar
5139 ton/thn 12632 ton/thn
Potensi 7708 ton/thn 15790 ton/thn
Status U P L ■ ■
Dampak Terhadap Rokan Hilir Peningkatan ekspor industri daerah Berkembangnya industri rumah
■
45,2 Ha
659 ha
■
Budidaya Laut
40 Ha
■
Budidaya Payau
990 Ha
■
Penangkapan Ikan Laut Penangkapan Perairan Umum Pariwisata
Eksisting
54790 ton/thn 3200 ton/thn
Pengembangan Obyek Pariwisata Pulau Jemur Pengembangan Obyek Pariwisata Budaya Bakar Tongkang Pengembangan Obyek Pulau Tilan Pengembangan Obyek Pariwisata Budaya Desa Rantau Bais Sumber : Hasil Olahan Analisis Keterangan: U = Peluang Investasi Utama; P = Investasi Pendukung; L =Peluang Investasi Lainnya
65748 ton/thn 4160 ton/thn
■ ■ ■ ■
■
Berkembangnya industri rumah Produktivitas perikanan meningkat > 75% Peningkatan Pendapatan Masyarakat Peningkatan Ekonomi Wilayah Penyerapan tenaga kerja Pemingkaran keterampilan masyarakat Peningkatan produktivitas pariwisata Peningkatan Pendapatan Masyarakat Peningkatan Ekonomi Wilayah
■ Penyerapan tenaga kerja
Halaman | 183
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Lampiran 6. Usaha Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba (KJA) Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Nila dalam KJA (10 kantong = 62,5 m3) No
Komponen Biaya dan satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jaring dalam # 1,5“ dan luar # 1“ (meter) Tangguk (buah) Kantong Plastik (Kg) Ember (buah) Drum (buah) Tali pengikat (meter) Papan dan bloti (batang) Besi siku (buah) Begol (buah) Paku (Kg) Perahu Motor (unit) Rumah Jaga (unit) Baut (buah) Tabung Oksigen 75 Kg (buah) Jangkar (Unit) Timbangan Gantung (unit) Jumlah
Jumlah Fisik 500 5 10 10 60 32 50 60 20 5 1 1 250 5 4 1
Harga per Satuan (Rp) 15.000 35.000 15.000 12.000 150.000 34.000 42.000 20.000 60.000 11.000 11.500.000 1.800.000 1.000 1.000.000 70.000 350.000
Jumlah Biaya (Rp) 7.500.000 175.000 150.000 120.000 9.000.000 1.088.000 2.100.000 1.200.000 1.200.000 55.000 11.500.000 1.800.000 250.000 5.000.000 280.000 350.000 41.768.000
Umur Ekonomis (Tahun) 2 2 2 2 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Biaya Produksi Usaha Budidaya Ikan Nila dalam KJA (10 kantong = 62,5 m3) No
Komponen Biaya
I. Biaya Variabel Periode I (4 Bulan) 1 Benih ikan Nila (10 -12 cm) 2 Pakan Pellet 888 - s 3 Non pellet 4 Upah Penjaga 5 Upah Tenaga Angkut 6 Minyak Bensin 7 Minyak Tanah 8 Upah sewa sarana angkutan 9 Isi ulang oksigen 10 Panen : a. upah tenaga panen b. upah tenaga pengepakan 11 obat-obatan Jumlah Periode I Periode II (4 bulan) 1 Benih ikan Nila (10 -12 cm) 2 Pakan Pellet 888 - s 3 Non pellet 4 Upah Penjaga 5 Upah Tenaga Angkut 6 Minyak Bensin
Satuan
Jumlah Fisik
Biaya /Satuan (Rp)
ekor Kg Kg org/bln trip liter liter trip kali
31.520 7.110 3.340 1 1 150 50 5 10
150 5.500 2.000 1.350.000 100.000 4.500 11.000 250.000 70.000
4.800.000 39.105.000 6.680.000 5.400.000 100.000 675.000 550.000 1.250.000 700.000
HOK HOK paket
5 5 1
50.000 50.000 50.000
250.000 250.000 50.000 59.738.000
ekor Kg Kg org/bln trip liter
31.520 7.110 3.340 1 1 150
150 5.500 2.000 1.350.000 100.000 4.500
4.800.000 39.105.000 6.680.000 5.400.000 100.000 675.000
Biaya /periode (Rp)
Jumlah Biaya 1 Tahun (Rp)
Halaman | 184
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
7 8 9 10
Minyak Tanah Upah sewa sarana angkutan Isi ulang oksigen Panen : a. upah tenaga panen b. upah tenaga pengepakan 11 obat-obatan Jumlah Periode II Periode III (4 bulan) 1 Benih ikan Nila (10 -12 cm) 2 Pakan Pellet 888 - s 3 Non pellet 4 Upah Penjaga 5 Upah Tenaga Angkut 6 Minyak Bensin 7 Minyak Tanah 8 Upah sewa sarana angkutan 9 Isi ulang oksigen 10 Panen : a. upah tenaga panen b. upah tenaga pengepakan 11 obat-obatan Jumlah Periode III Total Biaya Variabel II. Biaya Tetap 1 Biaya perawatan jaring 2 Biaya perawatan perahu 3 Retribusi usaha perikanan 4 Biaya Listrik Total Biaya Tetap
LAMPIRAN
liter trip kali
50 5 10
11.000 250.000 70.000
550.000 1.250.000 700.000
HOK HOK paket
5 5 1
50.000 50.000 50.000
250.000 250.000 50.000 59.738.000
ekor Kg Kg org/bln trip liter liter trip kali
31.520 7.110 3.340 1 1 150 50 5 10
150 5.500 2.000 1.350.000 100.000 4.500 11.000 250.000 70.000
4.800.000 39.105.000 6.680.000 5.400.000 100.000 675.000 550.000 1.250.000 700.000
HOK HOK paket
5 5 1
50.000 50.000 50.000
250.000 250.000 50.000 59.738.000 179.214.000
HOK bulan unit/bln unit/bln
4 1 1 1
150.000 600.000 200.000 320.000
150.000 600.000 200.000 320.000
7.200.000 7.200.000 2.400.000 3.840.000 20.640.000
Kebutuhan Modal Kerja Biaya/periode 59.738.000 6.880.000 66.618.000
Biaya Produksi/Variabel Jumlah Biaya Tetap Modal Kerja 4 bulan
Biaya/tahun 179.214.000 20.640.000 199.854.000
Cash flow Analisis Finansial Usaha Budidaya Ikan dalam KJA (10 kantong = 62,5 m3) Tahun 1
2
Uraian Biaya Total Penerimaan Pengeluaran 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 199.854.000
Benefit
Cost
311.733.000
Discount Factor 14 % Benefit 273.452.188
241.622.000 311.733.000
Net Present Value
Cost
62.709.480
210.742.708 239.878.544
47.836.737
Halaman | 185
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Tahun 3
4
5
6
7
8
9
10
Uraian Biaya
Benefit
Cost
LAMPIRAN
Discount Factor 14 %
Benefit Cost Total Pengeluaran 249.567.000 192.041.807 Total Penerimaan 311.733.000 210.419.775 Pengeluaran 12.188.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran 253.810.000 171.321.000 Total Penerimaan 311.733.000 184.577.109 Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran 249.567.000 147.768.621 Total Penerimaan 311.733.000 161.914.120 Pengeluaran 21.635.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran 263.257.000 136.735.686 Total Penerimaan 311.733.000 142.025.555 Pengeluaran 7.945.000 12.188.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran 261.755.000 119.255.578 Total Penerimaan 311.733.000 124.568.507 Pengeluaran 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran 241.622.000 96.552.151 Total Penerimaan 311.733.000 124.568.507 Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran 249.567.000 99.726.973 Total Penerimaan 311.733.000 124.568.507 Pengeluaran 12.188.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran 253.810.000 101.422.476 Total Penerimaan 311.733.000 124.568.507 Pengeluaran 7.945.000 21.635.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran 271.202.000 108.372.319 Jumlah 3.117.330.000 2.535.779.000 1.710.541.319 1.383.939.319 ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV 326.602.000 IRR 24,81% BCR 1,16
Net Present Value 39.098.025
36.808.488
25.178.434
22.769.977
28.016.356
24.841.534
23.146.031
16.196.188
326.602.000
Halaman | 186
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 2% pada Usaha Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung (10 kantong = 62,5 m3). Tahun
Uraian
Benefit
1
Total Penerimaan Pengeluaran 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 12.188.000 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 21.635.000 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 12.188.000 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 12.188.000 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan
311.733.000
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Cost
Benefit (DF 14%) 273.452.188
245.619.000 311.733.000
253.564.000
44.761.046
195.117.498 210.419.775
257.807.000 311.733.000
36.400.050
174.019.725 184.577.109
253.564.000 311.733.000
34.441.865
150.135.244 161.914.120
267.254.000 311.733.000
23.102.392
138.811.728 142.025.555
265.752.000 311.733.000
20.948.944
121.076.661 124.568.507
245.619.000 311.733.000
26.419.155
98.149.352 124.568.507
253.564.000 311.733.000
Present Value 57.995.201
215.456.987 239.878.544
311.733.000
23.244.333
101.324.174 124.568.507
257.807.000 311.733.000
Cost ( DF 14 % )
21.548.830
103.019.677 124.568.507
14.598.987
Halaman | 187
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Tahun
Uraian
Benefit
Cost
Benefit (DF 14%)
LAMPIRAN
Cost ( DF 14 % )
Present Value
109.969.520 1.408.080.566
302.460.753
Pengeluaran 7.945.000 21.635.000 41.768.000 203.851.000 Total Pengeluaran 275.199.000 Jumlah 3.117.330.000 2.575.749.000 1.710.541.319 ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV 302.460.753 IRR 22,70% BCR 1,14
Analisis Sensitivitas Penurunan Penerimaan 2% pada pada Usaha Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung (10 kantong = 62,5 m3). Tahun
Uraian
1
Total Penerimaan Pengeluaran 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 12.188.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 21.635.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 12.188.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan
2
3
4
5
6
7
Benefit
Cost
305.498.340
Discount Factor 14 % Benefit Cost 267.983.144
241.622.000 305.498.340
210.742.708 235.080.973
249.567.000 305.498.340
192.041.807
253.810.000
34.890.380
171.321.000 180.885.567
249.567.000 305.498.340
33.117.246
147.768.621 158.675.838
263.257.000 305.498.340
21.940.152
136.735.686 139.185.044
261.755.000 305.498.340
43.039.166
206.211.380
305.498.340
Net Present Value 57.240.436
19.929.466
119.255.578 122.077.137
25.524.986
Halaman | 188
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Tahun
8
9
10
Uraian Pengeluaran 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 12.188.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Total Penerimaan Pengeluaran 7.945.000 21.635.000 41.768.000 199.854.000 Total Pengeluaran Jumlah ANALISIS KELAYAKAN USAHA NPV IRR BCR
Benefit
LAMPIRAN
Discount Factor 14 % Benefit Cost
Cost
241.622.000 305.498.340
Net Present Value
96.552.151 122.077.137
22.350.164
249.567.000 305.498.340
99.726.973 122.077.137
20.654.661
253.810.000 305.498.340
101.422.476 122.077.137
271.202.000 2.535.779.000
3.054.983.400
1.676.330.494
13.704.818
108.372.319 1.383.939.319
292.391.175
292.391.175 20,67% 1,13
Perhitungan Discount Factor (DF) per Tahun Rumus : (
)
Keterangan : r = Suku Bunga n = 1, 2…n (tahun) Parameter
Thn 1
Thn 2
Thn 3
Thn 4
Thn 5
Thn 6
Thn 7
N
1
2
3
4
5
6
7
R
14%
14%
14%
0,14
0,14
0
0
1+r
1,14
1,14
1,14
1,14
1,14
1
1
(1 + r)n
1,14
1,30
1,48
1,69
1,93
2,19
2,50
DF )٭ 1/(1 + r) n 0,8772 0,7695 0,6750 0,5921 0,5194 0,4556 0,3996 Ket. ) ٭Nilai DF akan berubah jika r tahun 1,2..n diganti dengan nilai r yang diinginkan/dicari.
Halaman | 189
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Lampiran 7. Budidaya Ikan Patin Dalam Kolam Jumlah dan Luas Kolam yang Diprediksi masing-masing Pembudidaya ikan Nama Pembudidaya Ikan 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
Ukuran Kolam m2 25 X 20 20 X 18 25 X 20 25 X 22 25 X 20 25 X 22 20 X 18 165 X 140
Jumlah kolam (Unit) 2 3 4 4 3 3 2 21
Luas Kolam (m2) 1.000 1.080 2.000 2.200 1.500 1.650 720 10.150
Sumber : Data Primer, 2013
Luas Kolam, Jumlah Benih, Harga Benih dan Biaya Pembelian Benih yang Dimiliki masing-masing Pembudidaya ikan Petani Ikan
Jumlah Kolam (Unit)
Luas Kolam (m)2
Jumlah Benih (ekor)
Harga Benih (Rp/ekor)
1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
2 3 4 4 3 3 2 21
1.000 1.080 2.000 2.200 1.500 1.650 720 10.150
7.000 9.000 14.000 16.000 10.500 12.000 5.000 73.500
250 225 250 200 225 200 200 1.800
Biaya Pembelian benih (Rp) 1.750.000 2.025.000 3.500.000 3.200.000 2.362.500 2.400.000 1.000.000 16.237.500
Sumber: Data primer, 2013
Jumlah Dan Biaya Pembelian Pakan Masing-Masing Pembudidaya Ikan Patin Nama Pembudidaya Ikan 1 38 2 54 3 76 4 80 5 57 6 60 7 34 Jumlah 339 Sumber: Data Primer
Jenis pakan (kg/panen) F9001
F999 781-2 781 782 58 1.800 2.200 2.800 84 2.100 3.000 3.900 116 3.200 4.400 5.600 120 3.600 4.800 6.000 87 2.400 3.300 4.200 90 2.700 3.600 4.500 54 1.200 1.800 2.400 609 17.000 23.100 29.400
Jumlah Pakan (kg/panen) Pelet 6.896 9.138 13.392 14.600 10.004 10.950 5.488 70.508
Biaya Pembelian Pakan (Rp) Non Pelet 40.482.000 53.826.000 78.764.000 85.760.000 59.073.000 64.320.000 32.386.000 414.611.000
Halaman | 190
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Jumlah Dan Upah Tenaga Kerja Usaha Budidaya Ikan Patin Kolam Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Petani Ikan
Upah Tenagakerja
Petani Ikan 1 1 3 4 2 2 1 14
1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Sumber: Data Primer
Petani Ikan 1.260.000 1.530.000 6.720.000 10.240.000 3.570.000 4.080.000 900.000 28.300.000
Hasil Panen Budidaya Kolam Ikan Patin Nama Pembudidaya Ikan
Jumlah Sumber : Data Primer
Jumlah Produksi (kg/5 bulan) 6.300 7.650 11.200 12.800 8.925 10.200 4.500 61.575
Harga Ikan (Rp/kg) 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 84.000
Nilai Produksi (Rp) 75.600.000 91.800.000 134.400.000 153.600.000 107.100.000 122.400.000 54.000.000 738.900.000
Pendapatan dan Kelayakan Usaha Rekapitulasi Usaha Budidaya Ikan Patin Kolam No 1. Biaya Tidak Tetap 1.1. Biaya tenaga kerja 1.2. Biaya Benih 1.3. Biaya Pakan 1.4. Biaya Kapur 1.5. Biaya Obat-obatan 2. Biaya Tetap 2.1. Gaji pemilik 2.2. Biaya Penyusutan Alat 2.3. Biaya Perawatan 2.4. Bunga Modal 3% 2.5. Biaya Listrik 2.6. Biaya Transportasi 2.7. Biaya sewa lahan
Uraian
Jumlah (Rp) 461.304.500 28.300.000 16.237.500 414.611.000 756.000 1.400.000 85.467.925 34.800.000 1.555.750 8.600.000 16.000.000 2.280.000 3.750.000 17.950.000
Nilai (Rp) 65.900.643 4.042.857 2.319.643 59.230.143 108.000 200.000 12.209.704 4.971.429 222.250 1.228.571 2.361.739 325.714 535.714 2.564.286
3.
Total Biaya Produksi
546.772.425
78.110.346
4. 5. 6.
Penerimaan Pendapatan bersih BCR
738.900.000 192.127.575 9.42
105.557.143 27.446.797 1,34
Halaman | 191
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Lampiran 6. Dokumentasi Lapangan
Kelompok Tani Ikan
Kolam Pembesaran
Halaman | 192
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
Kolam Pancing
LAMPIRAN
Usaha Rumah Makan Di Kolam Pancing
Budidaya Ikan Patin
Kolam Penampungan
Halaman | 193
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Pembuatan Pellet Ikan
Mesin Pengolahan Pellet
Mesin Pengering Pellet
Halaman | 194
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Sarana Pengasapan Ikan
Pengamatan Produk Ikan Asap disertai dengan wawancara
Kelompok petani ikan Abadi Desa Pasir Putih Utara
Halaman | 195
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Produk olahan ikan sepat menjadi ikan kering
Hasil tangkapan nelayan yaitu ikan bujuk
Tempat pengasapan ikan
Halaman | 196
Identifikasi Potensi Nilai Tambah dan Pengembangan Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir
LAMPIRAN
Produk ikan salai
Keramba Jaring Apung di Kolam
Gudang dan Mesin Pembuat pellet
Halaman | 197