BioSMART Volume 2, Nomor 1 Halaman: 7-12
ISSN: 1411-321X April 2000
Identifikasi Limbah Cair Kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta WIRYANTO, KUSUMO WINARNO, OKID PARAMA ASTIRIN, MARTI HARINI, AHMAD DWI SETYAWAN Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta ABSTRAK The aim of this experiment was to know many kinds of liquid waste materials at UNS campus in Kentingan resulted from laboratorium and research activity in laboratories located in Kentingan campus done by students and lecturer. This research was hoped become an initial step of a model of policy on waste management of all campus in Indonesia. Government regulation no 12/1995 chapter 1 part 1:” Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi”. Research activity in any campus could produce waste. As the advance of knowledge together with increasing number of active researcher, resulted in an increase of waste which in turn can resulted in environmental pollution. This research was done by collecting handout of lab activity in exact faculties (Faculty of medicine, agriculture, and technique), and Central laboratorium of mathematics and natural science (Including environmental lab), followed by grouping of the kinds of waste collected (organic and an-organic liquid waste), and then data tabulation. Based on the result of this research, it can be concluded that central lab of mathematics and natural science provide the most chemicals, including 270 chemicals (197 chemicals from enviroment / chemistry lab, and 83 chemicals of Biology lab), and 143, 22 and 38 chemicals from faculty of medicine, technique and MIPA subsequently. Key Words: liquid waste, Campus of Sebelas Maret University
PENDAHULUAN Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta didirikan pada tahun 1976. Tahun ajaran 1997/1998, UNS memiliki sembilan fakultas terdiri atas empat fakultas eksakta (Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian dan Fakultas MIPA), dua jurusan eksakta (Jurusan Pendidikan MIPA FKIP dan Pendidikan Teknik FKIP), lima fakultas non-eksakta (Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Isipol, Fakultas Sastra dan FKIP) serta dua laboratorium penunjang, yaitu Labora-torium MIPA Pusat (Biologi, Fisika, Kimia) dan Labora-torium Lingkungan. Daya tampung mahasiswa baru UNS pada tahun ajaran tersebut sebanyak 3059 orang, sedang jumlah seluruh mahasiswa sekitar 15.000 orang. Dilayani sekitar 2000 orang dosen dan karyawan. Kampus dan lingkungan memiliki keterkaitan sangat erat. Makin besar kampus, makin banyak mahasiswa, dosen dan karyawan yang beraktivitas di dalamnya, sehingga makin besar pengaruhnya terhadap lingkungan. Kegiatan administrasi membutuhkan alat tulis kantor lebih banyak. Kegiatan praktikum menggunakan hewan dan tumbuhan percobaan, mikroorganisme dan bahan kimia lebih banyak. Semakin banyak penelitian eksakta, maka jenis dan jumlah bahan yang digunakan semakin beragam, termasuk bahan beracun berbahaya (B-3). Martopo (1990) mengelompokkan limbah yang dihasilkan kegiatan kampus menjadi tiga, yaitu: • Limbah kegiatan administrasi, berupa sampah. • Limbah kegiatan eksperimen laboratorium fakultas eksakta (sains, teknologi, pertanian, medis dan
lain-lain), serta limbah laboratorium fotografi yang mengandung senyawa kimia berbahaya dan beracun. • Limbah kegiatan medis yang mengandung mikroorganisme patogen, parasit, virus, bakteri dan bahan yang menyebabkan infeksi. Sedang secara umum limbah yang hasilkan kegiatan praktikum/penelitian laboratorium di kampus terdiri atas (Martopo, 1990): • Limbah cair organik yang mengandung logam berat, merkuri, sianida, flourida, arsen dan lainlain, serta limbah cair organik yang mengandung pelarut, lemak minyak, alkohol, asam-asam organik, halogen, organofosfat, fenol, senyawa aromatis dan lain-lain. • Limbah padat berupa endapan hasil percobaan, kertas saring atau kain penyaring yang mengandung merkuri, PCB, asbes dan lain-lain. • Limbah gas yang mengandung HCN, HCl, Cl2, SO2, uap pelarut organik dan lain-lain. • Limbah cair dari larutan pencuci peralatan, seperti alat gelas, alat medis, instrumen dan lain-lain. • Limbah cair pereaksi organik dan anorganik (reagent kimia). • Limbah biologi berbahaya, misalnya sisa hewan percobaan, media kultur yang mengandung mikroorganisme patogen, sisa DNA dan lain-lain. Penelitian limbah cair di Kampus UNS Kentingan ini merupakan penelitian bertahap. Tahap pertama identifikasi jenis limbah cair kegiatan praktikum/ penelitian laboratorium, dilanjutkan meneliti jumlah jenis limbah padat dan gas. Tahap kedua meneliti © 2000 Jurusan Biologi FMIPA UNS
8
BioSMART, Vol. 1, No. 1, April 2000, hlm. 7-12
kuantitas limbah cair, padat dan gas tersebut dalam periode tertentu dengan asumsi kegiatan praktikum/ penelitian setiap tahun sama. Tahap ketiga merencanakan alternatif pengolahan limbah dan kemungkinan daur ulang. Tahap keempat membangun IPAL terpadu di Kampus UNS Kentingan, sehingga menjadi kampus yang bersih, sehat, rapi dan indah. Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain (Anonim, 1997). Lingkungan hidup merupakan suatu ekosistem terdiri dari berbagai subsistem yang memiliki aspek sosial, ekonomi dan geografi beraneka ragam sehingga daya dukung dan daya tampungnya berbeda-beda. Untuk itu pengelolaan lingkungan hidup harus terpadu (Mc Naughton dan Wolf, 1990; Resosoedarmo, 1988). Semua makhluk hidup memiliki tempat yang disebut habitat (Soemarwoto,1989). Mereka memiliki kelenturan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan habitatnya. Penyesuaian ini disebut adaptasi. Semakin besar daya adaptasi suatu organisme semakin beraneka habitat yang ditempatinya (Rosalia, 1994). Adaptasi tidak selalu berhasil, tergantung daya tahan dan pesaing (Resosoedarmo, 1988). Faktor utama permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia dengan segala kebutuhannya. Pertumbuhan populasi manusia yang cepat memerlukan pertambahan papan, pangan, bahan bakar dan kebutuhan lainnya, sehingga limbah yang dihasilkan dapat merubah kualitas lingkungan (Soemarwoto, 1989). Limbah Masyarakat kampus yang aktif melakukan kegiatan praktikum/penelitian di laboratorium memberikan andil limbah yang cukup besar terhadap kualitas lingkungan. Pembuangan limbah cair di kampus umumnya langsung ke lingkungan. Pada mulanya dalam proses ini tidak tampak dampak negatifnya, tetapi dalam jangka panjang akan terlihat dan membahayakan kehidupan di dalamnya (Anonim, 1996). Limbah cair adalah buangan cairan terdiri atas air yang melarutkan sekitar 0,1% benda-benda padat organik maupun anorganik. Misalnya tinja, urine, sisa sabun, sampah dan sisa-sisa kain buruk yang tercampur dalam larutan yang encer, kelam dan agak berbau ketika masih segar (baru) (Martopo, 1990). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 1995 antara lain menyebutkan (Anonim, 1995b):
Pasal 1 angka 1: Limbah adalah bahan sisa dari suatu kegiatan dan/atau proses produksi. Limbah dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah dapat menimbulkan pencemaran yang akan mengganggu kelestarian sumber daya alam dan kehidupan manusia. Pasal 1 angka 2: Limbah bahan berbahaya beracun, disingkat B-3, adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/ atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau membahaya-kan kesehatan manusia. Pasal 5: Setiap orang atau badan usaha dilarang membuang limbah B-3 secara langsung ke dalam air, tanah atau udara. Pasal 6 angka 1: Penghasil limbah B-3 wajib melakukan pengolahan limbah B-3. Senyawa golongan B-3, memenuhi salah satu atau semua kriteria berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, korosif dan mempunyai LD50 < 15 gram (Anonim, 1995a) Pengaruh Limbah Kimia Terhadap Lingkungan Sianida (CN). Sangat toksis sehingga pengelolaannya harus hatihati karena dengan asam dapat membentuk gas HCN yang sangat beracun. Sianida bebas (ion CN) dalam air tanah dapat bereaksi dengan besi (Fe) membentuk kompleks [Fe4{Fe(CN)6)2, Fe(Fe(CN)6)2, Fe(Fe(CN)6] yang tidak larut dalam air dan sangat stabil sehingga sulit terdegradasi (Anonim, 1996; Martopo, 1990, Wiryanto, 1996). Krom valensi 6: Cr (VI). Dapat berupa ion bebas (kromat, bikromat) atau senyawa (garam, kompleks). Sangat berbahaya karena dapat menembus membran biologi dan menimbulkan kangker. Dalam baku mutu lingkungan krom (VI) merupakan salah satu parameter yang keberadaannya sangat dibatasi. Logam krom tidak menimbulkan resiko medis, tetapi senyawa kromium yang kontak langsung dengan mata dan kulit dapat menyebabkan iritasi, bisul bernanah pada hidung dan tenggorokan diikuti kanker paru-paru (Anonim, 1996; Martopo, 1990, Wiryanto, 1996). Merkuri (Hg). Merkuri baik sebagai unsur maupun senyawa sangat berbahaya. Penyakit Minamata yang ditemukan di Jepang pada tahun 1970-an, merupakan bencana pencemaran terbesar akibat terakumulasi-nya merkuri dalam ikan dan kerang. Merkuri sangat resisten dan mudah membentuk senyawa oegano-merkuri yang larut dalam lemak tubuh. Merkuri dapat diabsorpsi melalui makanan, paru-paru dan kulit. Akumulasi yang banyak terdapat pada para pekerja yang terus menerus mendapat uap raksa. Akumulasi terbanyak terdapat di otak (Anonim, 1996; Martopo, 1990, Wiryanto, 1996). Kadmium (Cd). Dalam konsentrasi rendah kadmium sudah sangat toksis, ambang batasnya 0,005 mg/m3. Tidak dapat terdegradasi, mudah membentuk kompleks dengan protein (gugus-SH) dan akan terakumulasi dalam tubuh sehingga membahayakan tubuh. Kadmium dapat mengkontaminasi melalui makanan dan pernapasan. Ginjal akan menimbun kadmium untuk beberapa tahun lamanya dan pada usia 50 tahun, kandungan kadmium akan stabil, karena proses penuaan pada ginjal. Keracunan akut oleh kadmium menimbulkan gejala sesak
WIRYANTO, dkk. - Limbah Cair Kampus UNS napas, sakit kepala dan menggigil. Keracunan kronis mengakibatkan gangguan pernapasan, meliputi saluran paru-paru, bronkus dan terjadi proteinurea (Anonim, 1996; Martopo, 1990, Wiryanto, 1996). Timah (Pb). Timah banyak digunakan sebagai bahan antinok dalam bensin dan untuk pelapis pita, karena resisten terhadap bahan korosif. Keracunan timbal dapat disebabkan asap atau debu timbal, yang diserap aliran darah dan diakumulasikan pada sumsum tulang. Pelepasan timbal dari sumsum tulang sangat lambat sehingga dapat menimbulkan keracunan kronis (Anonim, 1996; Martopo, 1990, Wiryanto, 1996). Asam, Alkali dan Garam. Senyawa ini digunakan secara umum dan mudah mengalami degradasi. Asam nitrat akan melarutkan garam logam berat dan ikut aliran air. Oleh karena itu asam dan alkali tidak berbahaya, tetapi apabila dapat melarutkan logam berat maka yang berbahaya adalah logam berat yang terkandung di dalamnya (Anonim, 1996; Martopo, 1990). Oksidator dan Reduktor. Senyawa oksidator berbahaya karena dapat mengubah senyawa yang tidak reaktif menjadi reaktif. Oksidator dapat mengubah krom (III) yang tidak karsinogen menjadi krom (VI) yang karsinogen. Raksa (I) yaitu merkuro dengan adanya oksidator menjadi raksa (II) yaitu merkuri yang sangat toksis. Sebaliknya reduktor dapat mengubah senyawa dengan valensi tinggi menjadi senyawa dengan valensi rendah (Anonim, 1996; Martopo, 1990). Flourida dan Boron. Flourida diperlukan tubuh dalam konsentrasi rendah untuk menguatkan gigi, tetapi pada konsentrasi tinggi dapat menimbulkan keropos pada gigi dan tulang. Di perairan flour (F) akan berikatan dengan boron (B) membentuk BF4-, yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air serta tidak dapat dilunakkan dengan aluminium aktif, sehingga menyulitkan pengolahan limbah secara pengendapan (Anonim, 1996; Martopo, 1990). Formalin: senyawa ini sangat stabil, merupakan senyawa karsinogen dan dalam penggunaannya selalu dicampur dengan air, banyak digunakan sebagai bahan pengawet terutama dalam laboratorium medis dan biologi. Bila ikut bersama limbah cair dan kemudian masuk ke perairan dan diresapkan ke dalam tanah, maka akan mematikan aktivitas mikroorganisme tanah, sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Anonim, 1996; Martopo, 1990). Aseton: merupakan pelarut yang banyak digunakan di hampir semua laboratorium/eksperimen. Aseton mudah terbakar, bila dihirup dalam konsentrasi tinggi akan mempengaruhi aktivitas sistem syaraf (Anonim, 1996; Martopo, 1990). Alkohol: merupakan jenis pelarut umum yang digunakan di berbagai kegiatan, tidak berbahaya, mudah terbakar dan mudah diperoleh kembali dari limbah cair dengan distilasi(Anonim, 1996; Martopo, 1990). Benzen, Toluen, Xylene: merupakan pelarut paling berbahaya, karena secara kimiawi strukturnya sangat stabil. Bila masuk ke dalam tubuh hanya dapat keluar secara pelahan-lahan. Dapat terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan hati, kanker dan mengurangi butir-butir darah merah. Pelarut ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan maupun pori-pori kulit (Anonim, 1996; Martopo, 1990). Pelarut organik mengandung klor: pelarut jenis ini merupakan pelarut yang tidak mudah terbakar, tetapi memiliki sifat toksis karena larut dalam jaringan lemak dan menyebabkan kerusakan hati (Anonim, 1996; Martopo, 1990). Meliputi metilen klorida, kloroform, trikloroetan dan karbontetraklor. Metilen klorida: banyak digunakan untuk melunakkan plastik dan lemak, mengekstrak zat rasa dan kafein. Kloroform: pada saat sekarang kloroform tidak lagi digunakan untuk anestesi, karena diketahui dapat merusak hati dan bersifat karsinogen.
9
Trikloroetan: digunakan untuk Tipp-Ex suatu bahan yang digunakan untuk mengoreksi ketikan yang salah dan bahan dry cleaning. Bila dihirup berlebihan dapat merusakkan sistem syaraf pusat. Karbontetraklor: sifat stabil, tidak dapat terdegradasi dan bersifat karsinogen. Di dalam tubuh stabil dan akan terakumulasi, merusak hati. Aldrin dan Dieldrin: merupakan senyawa mirip dengan insektisida organoklor, berupa gugus siklodiena. Aldrin mudah berubah menjadi dieldrin dan keduanya merupakan racun yang kuat. Dieldrin merupakan senyawa karsinogen yang dapat merusak hati dan ginjal. Senyawa ini larut dan dapat terakumulasi dalam jaringan lemak. Dieldrin dapat bertahan di dalam tanah selama 20 tahun (Anonim, 1996; Martopo, 1990). PCB: mulai dikenalkan dan dipasarkan pada tahun 1930, sangat luas kegunaannya, antara lain untuk cairan pemindah panas pada transformator dan kapasitor listrik, senyawa aditif dalam zat warna, kertas karbon dan plastik (Anonim, 1996; Martopo, 1990).
Pencemaran Pencemaran memiliki beberapa makna berdasarkan kriteria yang digunakan para pemrakasanya, antara lain (Semedi, 1985): • Soemarwoto (1989): Pencemaran adalah adanya suatu organisme atau unsur lain di dalam suatu sumber daya dalam kadar yang mengganggu peruntukan sumber daya tersebut. • Makarim (1981): Pencemaran adalah suatu keadaan terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh masuk atau dimasukkan materi atau energi sampai tingkat tertentu, sehingga lingkungan tersebut tidak lagi memenuhi syarat untuk dipergunakan sesuai dengan tujuannya. • Southwick (1976): Pencemaran lingkungan adalah perubahan sama sekali atau sebagian besar yang tidak menguntungkan sekeliling kita, sebagai hasil aksi manusia melalui efek langsung atau tidak langsung meliputi perubahan pola energi, tingkat radiasi, keadaan fisik, kimia dan kemelimpahan organisme. • Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 173/Men.Kes./Per./VIII/1977 Bab I Pasal 1 butir m; Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat-zat ke dalam air yang mengakibatkan kualitas air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu/ membahayakan kesehatan masyarakat. • UU No. 4 Tahun 1982 Bab I Pasal 1 ayat (7); pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain ke dalam lingkungan dan atau perubahan tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh kegiatan alami, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
10
BioSMART, Vol. 1, No. 1, April 2000, hlm. 7-12
BAHAN DAN METODE Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis senyawa kimia yang di gunakan di laboratorium lingkungan fakultas-fakultas eksakta di kampus UNS Kentingan. Penelitian ini merupakan bagian dari keseluruhan penelitian yang bertujuan membuat IPAL yang paling sesuai dengan kondisi kampus UNS. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di laboratorium-laboratorium fakultas eksakta UNS Surakarta yang terletak di Kampus Kentingan, meliputi: Fakultas Kedokteran (13 laboratorium), Fakultas Pertanian (12 laboratorium), Fakultas MIPA (2 laboratorium), Fakultas Teknik (15 laboratorium), Laboratorium MIPA Pusat (3 labora-torium) dan Laboratorium Lingkungan (1 laboratorium). Waktu pelaksanaan adalah semester pertama tahun ajaran 1997/1998. Cara Kerja Prosedur kerja penelitian ini meliputi pencarian data jenis-jenis limbah cair kimia yang dihasilkan dari aktivitas laboratorium fakultas eksakta di Kampus UNS Kentingan (secara kualitatif) dan cara pengelolaan limbah cair tersebut. Jenis Limbah Cair Untuk mengetahui jenis-jenis limbah cair yang dihasilkan kegiatan laboratorium eksakta di Kampus UNS Kentingan maka dilakukan : 1. Pengumpulan buku-buku petunjuk praktikum/ penelitian yang digunakan di laboratorium dan pengecekan silang di lemari-lemari kemikalia. 2. Pencatatan semua bahan kimia yang digunakan. 3. Pentabulasian dalam bentuk matriks. Setiap jenis senyawa kimia diberi bobot atau nilai = 1. 4. Evaluasi dan pengelompokkan menjadi beberapa golongan. 5. Penyajian nilai yang merupakan jumlah jenis senyawa kimia yang digunakan dalam kelompok senyawa tersebut. Semua jenis senyawa kimia dikelompokkan menjadi enam golongan, merujuk model pengelolaan limbah senyawa kimia yang dilakukan di Dalhouise University dan Kyoto University (Anonim, 1996). a. Limbah cair organik yang mengandung: sianida, krom valensi 6, logam berat, asam, alkali dan garam, oksidator, reduktor, flourida, boron dan sulfida. b. Limbah cair organik yang mengandung: pelarut organik umum, pelarut organik mengandung sulfur, pelarut organik mengandung nitrogen, petroleum, minyak, lemak hewani dan nabati, halogen dan pelarut yang selalu tercampur air. c. Senyawa mudah meledak d. Senyawa berbahaya bila terdekomposisi e. Polychloridated biphenyl (PCB) f. Senyawa yang mudah terbakar.
Adapun pengelompokan data selengkapnya sebagai berikut: Kelompok
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U
Jenis Limbah Limbah Cair Anorganik Sianida (CN) Krom valensi 6 (Cr VI) Merkuri (Hg) Logam Berat (Cd, Pb, Cr, …) Asam, Alkali, Garam Oksidator Reduktor Fluorida (F) Boron (B) Sulfida Limbah Cair Organik Pelarut Organik Umum Nitrogen (N) Sulfur (S) Petroleum Minyak/lemak hewan/nabati Halogen (Cl, Br, I, F) Air Senyawa mudah meledak (Explosive substances) Senyawa berbahaya bila terdekomposisi (Hazardous subtances) Polychlorinated biphenyl (PCB) Senyawa yang mudah terbakar (Specific Inflamable Materials)
Cara Pengelolaan Limbah Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah cair yang dihasilkan kegiatan laboratorium eksakta di Kampus UNS Kentingan maka dilakukan survai dan wawancara kepada para pengelola dan pengguna laboratorium-laboratorium tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Cara Pengelolaan Limbah Setiap kegiatan tentu akan menghasilkan limbah sebagai entropinya. Laboratorium sebagai salah satu sarana penting bagi mahasiswa dan dosen untuk praktikum dan penelitan juga akan menghasilkan limbah. Limbah laboratorium umumnya dibuang langsung ke dalam tanah, begitu pula di Kampus UNS Kentingan. Limbah kegiatan laboratorium dan limbah kegiatan non-laboratorium yang dibuang langsung ke lingkungan lama-kelamaan akan terakumulasi dan merusak kondisi lingkungan kampus. Untuk itu perlu Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL), sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan, sudah tidak berbahaya. Lingkungan yang menerima limbah dalam konsentrasi rendah dapat menetralkannya, sehingga tidak menyebabkan perubahan atau kerusakan lingkungan. Tetapi apabila berlangsung lama, akan terjadi akumulasi yang tidak dapat didegradasi lingkungan, sehingga melampaui ambang batas dan
WIRYANTO, dkk. - Limbah Cair Kampus UNS
merusak kondisi lingkungan. Pencemaran sangat berpengaruh terhadap keadaan lingkungan, karena menimbulkan efek negatif terhadap faktor biologis, fisik dan kimiawi. Efek pencemar selalu drastis, sehingga terjadi perubahan. Sebagian limbah cair kimia yang diresapkan ke dalam tanah dapat tercecer atau tertahan di permukaan tanah. Limbah ini dapat terbawa air hujan ke perairan, sehingga merubah kualitas airnya. Perairan yang terkontaminasi secara periodik oleh bahan-bahan kimiawi dapat berkurang keanekaragaman jenisnya, di samping menimbulkan organisme yang berbahaya bagi manusia karena adanya akumulasi limbah berbahaya. Seperti akumulasi limbah mercuri pada ikan dan kerang di Teluk Minamata Tokyo yang menyebabkan banyak kebutaan pada penduduk yang mengkonsumsinya. Serta akumulasi kadmium pada beras di Toyama, Jepang. Dalam penelitian ini diketahui bahwa: a. Semua limbah cair dari fasilitas laboratorium di Kampus UNS Kentingan diresapkan langsung ke dalam tanah. b. Limbah padat sisa bahan kimia yang kadaluwarsa, dipendam dalam tanah di lingkungan Kampus UNS Kentingan. c. Limbah biologis bekas percobaan dipendam dalam tanah di lingkungan Kampus UNS Kentingan. Dengan semakin maju dan berkembangnya UNS Surakarta, maka jumlah dan jenis limbah yang dihasilkan semakin banyak dan bervariasi, karena bertambahnya jumlah penghuni dan penelitian, sehingga Instalasi Pengolah Air Limbah menjadi kebutuhan mendasar agar tetap dapat diciptakan kampus yang bersih, sehat dan ramah lingkungan. Rekapitulasi Limbah Cair Pada saat penelitian ini, UNS memiliki empat fakultas eksakta, yaitu Fakultas MIPA, Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian. Serta dua unit penunjang, yaitu Laboratorium MIPA Pusat dan Laboratorium Lingkungan. Pada tahun-tahun berikutnya, UNS akan terus tumbuh dan berkembang, seperti berkembangnya Fakultas MIPA, dibukanya program studi/jurusan Teknik Kimia, Mesin dan Industri di Fakultas Teknik serta bertambahnya daya tampung tiap-tiap fakultas sebanyak 15% pada tahun ajaran 1998/1999. Sehingga sarana laboratorium masih terus bertambah, termasuk bertambahnya bahan-bahan kimia yang potensial menjadi limbah. Rekapitulasi limbah kimia cair dari laboratorium di seluruh Kampus UNS Kentingan di sajikan dalam tabel 1. Fakultas MIPA Fakultas MIPA yang berdiri sejak tanggal 2 Mei 1997 memiliki empat jurusan, yaitu: biologi, kimia, fisika dan matematika. Fakultas ini memiliki dua
11
laboratorium. Yaitu Laboratorium Komputer yang menyatakan tidak menggunakan bahan kimia dan laboratorium Kimia. Nilai/bobot FMIPA adalah 38, yang berarti hanya menggunakan 38 jenis bahan kimia. Pada masa mendatang, bertambahnya mahasiswa serta berdirinya Laboratorium Biologi dan Fisika diyakini penggunaan jenis bahan kimia akan terus meningkat. Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran di Kampus UNS Kentingan memiliki 13 laboratorium, tiga diantaranya menyatakan tidak menggunakan bahan kimia, yaitu laboratorium Fisika, Laboratorium Fisiologi dan Laboratorium Ilmu Kedokteran Kehakiman. Fakultas Kedokteran hanya memiliki nilai/bobot 141. Senyawa yang banyak digunakan adalah pelarut organik umum dengan nilai/bobot 35 dan asam/ alkali/garam 27. Hal ini wajar mengingat sebagian lain laboratoriumnya terletak di luar Kampus UNS Kentingan, tepatnya di RSUP dr. Muwardi Solo, yaitu Laboratorium Rontgen, Laboratorium Bedah, Laboratorium IKA, Laboratorium Anestesi, Laboratorium Mata, Laboratorium Psikiatri, Laboratorium Kulit dan Kelamin, Laboratorium Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Fakultas Pertanian Fakultas ini memiliki sembilan laboratorium, tiga diantaranya menyatakan tidak menggunakan bahan kimia, yaitu laboratorium Peternakan, Laboratorium Statistik dan Rancangan Percobaan serta Laboratorium Geoklimatologi. Laboratorium yang paling banyak menggunakan bahan kimia adalah Laboratorium Tanah (33 jenis) dan Laboratorium Mikrobiologi (30 jenis). Senyawa kimia yang banyak digunakan adalah asam/alkali/garam 36 jenis dan logam berat 24 jenis. Nilai/bobot Fakultas Pertanian adalah 120. Banyaknya penggunaan logam berat mengharuskan penanganan khusus, berhubung tingginya tingkat toksisitas bahan ini. Sedang banyaknya asam/alkali/ garam memerlukan usaha daur ulang agar dapat dimanfaatkan kembali. Fakultas Teknik Fakultas ini terdiri dari dua jurusan, yaitu Jurusan Teknik Sipil dan Teknik Arsitektur serta memiliki lima laboratorium, dimana 4 diantaranya menyatakan tidak menggunakan bahan kimia, yaitu Laboratorium Mekanika Tanah, Laboratorium Bahan, Laboratorium Geologi dan Laboratorium Geodesi. Hanya satu laboratorium yang menggunakan bahan kimia, yaitu Laboratorium Teknik Penyehatan. Nilai/bobotnya 22, namun dengan didirikannya jurusan Teknik Mesin, Teknik Industri dan Teknik Kimia diperkirakan jumlah bahan kimia yang digunakan akan meningkat pesat, berhubung ketiga
12
BioSMART, Vol. 1, No. 1, April 2000, hlm. 7-12
jurusan tersebut, khususnya Teknik Industri dan Teknik Kimia berkait erat dengan penggunaan bahan-bahan kimia. Laboratorium MIPA Pusat Laboratorium ini memiliki tiga Sub-lab, yaitu Sub-lab Biologi, Sub-lab Fisika dan Sub-lab Kimia yang sekaligus berfungsi sebagai Laboratorium Lingkungan. Nilai/bobot laboratorium ini paling tinggi dibanding laboratorium lain, yaitu 270, dimana Sub-lab Biologi menggunakan 83 jenis bahan kimia dan Sub-lab Kimia/Laboratorium Lingkungan 197 jenis. Sedang Sub-lab Fisika menyatakan tidak menggunakan bahan kimia. Laboratorium MIPA Pusat merupakan entitas paling banyak menggunakan bahan kimia. Namun diantara bahan-bahan tersebut ada yang dihitung dua kali, misalnya HgCl2 karena sekaligus mengandung merkuri, garam dan halogen. MgSO4 mengandung garam, sulfida dan air. Bahan yang paling banyak digunakan di laboratorium ini adalah asam/alkali/garam sebesar 101 jenis dan limbah cair yang mengandung bahan organik dan air 63 jenis. Secara keseluruhan Kampus UNS Kentingan mempunyai nilai/bobot 601. Dimana Laboratorium MIPA Pusat menghasilkan paling banyak limbah, yaitu 270 jenis, sedang Fakultas Teknik menghasilkan limbah paling sedikit, hanya 22 jenis. Dari 21 kelompok jenis limbah, maka jenis asam/alkali/garam mempunyai nilai/bobot paling besar, yaitu 185 jenis, diikuti limbah cair organik yang mengandung bahan organik dan air sebanyak 92 jenis dan pelarut organik umum 83 jenis.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: laborato-rium yang paling banyak menghasilkan limbah cair secara berturut-turut adalah: Laboratorium MIPA Pusat 270 jenis, Fakultas Kedokteran 141 jenis, Fakultas Pertanian 120 jenis, Fakultas MIPA 38 jenis, dan Fakultas Teknik 22 jenis. Jenis limbah terbanyak adalah limbah cair organik yang mengandung bahan organik dan air. Limbah cair kimia di Kampus UNS Kentingan diresapkan langsung ke tanah. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. Jakarta: Kantor MENLH. Anonim. 1995b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 1995 tetang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Kantor MENLH Anonim. 1996. Identifikasi Limbah Cair UGM. Yogyakarta: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UGM. Anonim. 1997, Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Beserta Penjelasannya. Jakarta: Kantor MENLH Martopo, S. 1996. Pencemaran Limbah Industri. Yogyakarta: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UGM Resosudarmo, S., K. Kusworo dan S. Aprilani. 1988. Pengantar Ekologi. Bandung: C.V. Remaja Karya Rosalia. S.H. 1994. Penggunaan Enceng Gondok (Eichornia crassipes) dan Kayambang (Salvinia natans All..) Untuk Menurunkan Toksisitas Limbah Cair Industri Tekstil PT. Tyfountex Indonesia Kartosuro Sukoharjo. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS. Semedi, M. 1985. Beberapa Aspek Pencemaran Limbah Pabrik PT. Batik Keris di Perairan Sungai Pemulung Surakarta. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM Soemarwoto, O. 1989. Ekologi. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan. Wiryanto. 1996. Pengaruh Limbah Cair Industri Tekstil PT. Tyfountex Indonesia Kartosuro Terhadap Perubahan DO, BOD, Temperatur, pH, Kadar Logam dan Plankton di Sungai Kudusan Sukoharjo dan Premulung Surakarta. Yogyakarta: Program Paska Sarjana UGM.