IDENTIFIKASI KENYAMANAN TROTOAR DI JALAN KAPTEN MUSLIHAT, JALAN H DJUANDA DAN JALAN SUDIRMAN BOGOR TENGAH, DI KOTA BOGOR Mohammad Bilal Muslim1);Indarti Komala Dewi2);Gede Ngurahrai2). 1) 2)
Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan Email:
[email protected]
Abstrak Pertumbuhan Kota Bogor mempunyai kecendrungan pertumbuhan penduduk relatif tinggi hal ini berdampak terhadap kebutuhan akan adanya fasilitas untuk memeperlancar kegiatan manusia.Berjalan Kaki merupakan media transportasi penunjang kegiatan masyarakat yang bebas polusi dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk:a) mengidentifikasi kondisi eksisting trotoar di Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman. Dengan metode Tabulasi angket, b) mengedentifikasi persepsi pejalan kaki terhadap kenyamanan fasilitas jalur trotoar di ruas jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan jalan Sudirman dengan metode perhitungan tingkat kenyamanan pejalan kaki terhadap trotoar berdasarkan dari 6 variabel yaitu Sirkulasi, ukuran dan Bentuk, Keamanan, Keteduhan dan keindahan,c)Identifikai Kebijakan Pemerintah terkait trotoar yang ada di ruas jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman dengan metode analisis deskriftif di dapat dari hasil survei lapangan dan foto selain itu ddengan memakai peraturan pemerintah sebagai acuan standarisasi metode analisis kebijakan yang dilakukan dengan cara membandingkan kesesuaian kondisi eksisting trotoar dengan beberapa kebijakan yaitu RDTR Kota Bogor WP A, Perda Kota Bogor No 8 Tahun 2006 dan Dirjen Binamarga Tahun 1990. Kata kunci: Trotoar, Kenyamanan, Pejalan Kaki
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan ruang terkonsentrasinya manusia dengan aktivitasnya yang plural. Tempat tinggal dan tempat kegiatan penduduk kota menyebar pada lokasi-lokasi yang berbeda sehingga timbul jaringan interaksi di dalamnya. Interaksi yang intens menyebabkan mobilitas mereka menjadi tinggi. Dalam konteks ini, eksistensi sarana dan prasarana transportasi menjadi sangat penting. Transportasi tidak lagi sebatas pada memindahkan barang dan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. Lebih jauh lagi, transportasi merupakan unsur utama pembentuk kota yang berkaitan erat dengan banyak hal, termasuk dengan kegiatan perekonomian, kesehatan manusia, bahkan lingkungan hidup. Disadari atau tidak, pengaruh kualitas lingkungan terhadap terjadinya outdoor activities secara umum mendasari penciptaan area pejalan kaki di perkotaan. .
Kota Bogor seperti pada umumnya kota-kota di negara berkembang mempunyai kecenderungan pertumbuhan penduduk relatif tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak terhadap kebutuhan akan adanya fasilitas untuk memperlancar kegiatan manusia saat pertumbuhan fisik dan kehidupan sosial ekonomi di perkotaan meningkat. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
1
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Sirkulasi pejalan kaki adalah ekspresi elemen transportasi yang penting dari pusat kota dan akan melibatkan berbagai aktivitas lainnya. Semua aktivitas transportasi akan saling mempengaruhi satu sama lain Dewar, 1992. Sedangkan besar kecilnya potensi akan timbulnya pejalan kaki sangat tergantung pada faktor lokasi penggunaan lahan sekitar trotoar. Timbulnya potensi pejalan kaki di suatu lokasi akan berdampak pada berkembangnya aktivitas-aktivitas baru di antaranya adalah pedagang kaki lima (untuk selanjutnya disebut PKL) dan mobilitas kendaraan. Kawasan studi yang berada di ruas Jalan Kapten Muslihat, Jalan H. Djuanda dan Jalan Sudirman sebagai pusat perdagangan dan jasa juga menggantungkan sepenuhnya kebutuhan fasilitas pejalan kaki pada trotoar dan tepi jalan. Meskipun trotoar merupakan pelengkap prasarana jalan, namun pelengkap ini mutlak dibutuhkan di jalan-jalan urban apalagi yang memiliki karakteristik perdagangan dan jasa, sebab pelengkap ini mampu mewadahi sirkulasi pejalan kaki. Kenyataan di lapangan, fasilitas pejalan kaki ini tidak hanya digunakan oleh pejalan kaki, tetapi juga oleh sektor informal (PKL, penjual majalah, dsb.) dan toko-toko untuk menggelar barang dagangan. Bahkan penggunaan oleh sektor informal dan toko-toko menyita banyak lebar trotoar, sehingga lebar efektifnya tinggal beberapa sentimeter, pejalan kaki harus bejalan lambat dan mengalah untuk berjalan di tepi jalan. Pergerakan tersebut sangat berbahaya, karena pejalan kaki dapat menimbulkan konflik dengan kendaraankendaraan yang melaju pada jalan yang sama. . 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Identifikasi kondisi eksisting trotoar di ruas jalan Kapten muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman. 2. Identifikasi persepsi pejalan kaki terhadap kenyamanan fasilitas jalur trotoar di ruas jalan kapten Muslihat, jalan H Djuanda dan jalan Sudirman. 3. Menganalisis kebijakan pemerintah terkait trotoar yang ada di ruas jalan Kapten
Muslihat, jalan H Djuanda dan jalan Sudirman, 1.3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan merupakan bahan masukan bagi kalangan pemerintah daerah Kota Bogor dan kalangan akademisi yang terkait keselamatan dan kenyamanan pemanfaatan trotoar bagi pajalan kaki. 1.4. Kebijakan Kota Bogor Terhadap Pelayanan Pejalan Kaki Rencana pengembangan Pedestrian Kota Bogor diarahkan melalui strategi peningkatan dan penyediaan Fasilitas pejalan kaki, yang meliputi : 1. Memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta mengarahkan pola pergerakan menjadi lebih menyebar dan terstruktur (terdesentralisasi); 2. Melayani kebutuhan kehidupan masyarakat yang mendasar seperti perumahan, tempat bekerja (perdagangan jasa, perkantoran, industri);tempat rekreasi, olah raga, fasilitas pelayanan (pendidikan, kesehatan, peribadatan) dan infrastruktur pendukungnya 3. Memenuhi kwbutuhan pelayanan yang khusus/khas, dapat memanfaatkan fasilitas/kagiatan yang lainnya di WP tertentu. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian dalam kegiatan identifikasi kenyamanan trotoar bagi pejalan kaki terdapat di Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman karena tiga jalan ini berada pada beberapa pusat kegiatan diantaranya pusat perbelanjaan, perkantoran, Pendidikan dan pusat pemerintahan serta dekat dengan kebun raya Bogor berada dalam lingkup adminIstrasi kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor Jalan tersebut cukup bervariatif baik di hari libur maupun di hari kerja memiliki luas total sepanjang 2,476 Km. Untuk lebih Jelas nya dapat di lihat di gambar 1 di bawah ini,
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
2
Gambar 1 Peta Wilayah Studi
2.2. Lingkup Materi Pada penelitian ini akan dibahas mengenai kondisi eksisting trotoar, pendapat para pengguna trotoar terhadap kenyamanan trotoar di empat Koridor dan mengkaji kebijakan- kebijakan penataan ruang dan kebijakan transpotasi Kota Bogor khususnya mengenai trotoar serta arahan pengembangan fasilitas pejalan kaki. Menurut Hakim dan Utomo (2003:105) dalam Dwicahyani (2012) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain sirkulasi, ukuran dan bentuk, keamanan, kebersihan, keindahan, dan keteduhan. Setelah melakukan pengamatan terhadap berbagai variabel yang ada, ditetapkan 6 variabel (Sirkulasi, Ukuran dan Bentuk, Keamanan, Kebersihan, Keindahan dan keteduhan) yang perlu untuk di konfirmasi kepada para pejalan kaki terkait kondisi kenyamanan pejalan kaki di Trotoar Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman. 2.3. Metode Pengumpula Data 1. Data Primer a. Observasi Observasi merupakan pengamatan langsung ke lapangan terhadap objek
studi yang diteliti dengan mengamati kondisi eksisting trotoar berupa video dan foto, menghitung volume pejalan kaki, melihat kenyamanan pejalan kaki, estetika trotoar, desain trotoar serta potensi permasalahan yang terdapat di wilayah studi guna memperoleh kondisi aktual dan data-data primer lainnya. b. Kuesioner Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi untuk mendapatkan data dari responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan. Kuesioner ini diajukan kepada pengguna trotoar untuk mengetahui tingkat kenyamanan pejalan kaki dan mengurutkan variabel kenyamanan pejalan kaki yang telah ditentukan dengan menjawab angket yang telah disediakan. 2. Data Sekunder a. Studi Literatur Studi literatur ini diambil dari referensi buku bacaan, dokumen, skripsi, jurnal tata ruang, perundangan dan peraturanperaturan maupun pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan tema dan objek penelitian. b. Survey Instansi Pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan survey instansional yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui survey sekunder pada instansi terkait. Tujuan penggunaan metode pengumpulan data ini adalah : - Mendapatkan data-data peraturan, pedoman pelaksanaan dan aturan-aturan standar yang telah dikeluarkan oleh instansi-instansi yang terkait dengan ruang lingkup penelitian. - Data mengenai kondisi eksisting dari buku-buku laporan baik tabel maupun peta-peta. 2.4. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi tingkat kenyamanan pejalan kaki di jalan Kapten Muslihat, Jalan H DJuanda dan Jalan Sudirman yang belum terlaksana. Tujuan yang akan dicapai adalah: 1. Identifikasi Kondisi Trotoar di ruas Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
3
A. Volume Pejalan Penghitungan volume pejalan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan pejalan terhadap trotoar. Dari volume pejalan kaki yang telah dihitung maka akan di dapat rata-rata pejalan kaki/menit/meter. B. Standar Tingkat Pelayanan (LOS) Standar Tingkat Pelayanan trotoar digunakan untuk mengetahui seberapa besar kapasitas trotoar yang dibutuhkan pejalan kaki yang bergerak di atasnya, semakin padat pejalan kaki yang berjalan di atas trotoar semakin rendah Standar Tingkat Pelayanan trotoar, begitu juga sebaliknya semakin sedikit pejalan kaki yang berjalan di atas trotoar semakin tinggi Standar Tingkat Pelayanan trotoar tersebut. C. Lebar Efektif Trotoar Lebar efektif trotoar dapat diketahui setelah melakukan penghitungan volume pejalan, sehingga seberapa besar kebutuhan pejalan kaki terhadap trotoar dapat ditentukan. Dengan menggunakan
w
B.Tingkat Kenyamanan Mengetahui tingkat kenyamanan dilakukan dengan cara menghitung Rata-rata persentase hasil akhir melalui pembobotan yang terbagi menjadi empat kelas, yaitu : n(1)+ n(2)+n(3)+n(4) /
1+2+3+4 0-25= Tidak Nyaman,
75-100 =Sangat Nyaman. 3. Identifikasi Kebijakan Terkait Trotoar di Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman A. Kebijakan RTRW Dalam RTRW Kota Bogor Tahun 20112031 juga mengatur tentang kebijakan mengenai penyediaan dan pemanfaatan prasanan dan sarana fasilitas pejalan kaki. Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan jalan Sudirman yang merupakan jalan arteri primer yang terletak di pusat kota/WP A B. Kebijakan Bina Marga Pedoman Teknik Direktorat Jendral Bina Marga No.032/T/BM/1999 tentang Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum (Dep. PU, 1999), selain menyangkut penentuan kriteria kelayakan suatu pembangunan fasilitas pejalan kaki, dalam pembuatan fasilitas
A.Perhitungan Hasil Tabulasi Angket. Tabulasi adalah system pengolahan data langsung yang ditabulasi oleh kuisioner. Ini metode paling sederhana bila dibandingkan dengan metode yang lain. Tabulasi ini dilakukan dengan memasukan data dari kuisioner ke dalam kerangka tabel yang telah disiapkan, tanpa proses perantara yang lainnya. Tabulasi biasanya dikerjakan dengan system tally yaitu cara menghitung data kuisioner dikelompokan menurut jawaban yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu dimasukan ke dalam tabel yang telah disiapkan. Dengan cara ini kemungkinan salah karena lupa diatasi.
1/Ʃ B
50-75= Nyaman dan
kaki
Identifikasi Persepsi Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Fasilitas Jalur trotoar di Jalan Kapten Musihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman.
= 1/Ʃ n
25-50= Kurang Nyaman,
p 1,5 35
rumus: Keterangan : P = volume pejalan (orang/menit/meter) W = lebar Jalur pejalan kaki 2.
Kelemahannya adalah pengaturannya menjadi rumit bila klasifikasi dan sampelnya besar.
C. Kebijakan Peraturan Daerah No 8 Tahun 2006 Kota Bogor Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor guna mengatasi berbagai permasalahan trotoar yang ada di Kota Bogor. Salah satunya adalah dengan menerbitkan Perda No. 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum. D. Analisis Deskriptif
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
4
Pada identifikasi kebijakan terkait dilakukan dengan analisis deskriftif terhadap kebijakan yang mengatur tingkat kenyamanan trotoar di jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan jalan Sudirman. , dalam hal ini WP A 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kondisi Eksisting Trotoar di Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Sudirman. 1. Analisis Kondisi Eksisting Berdasarkan Variabel Kenyamanan Koridor 1 Kondisi eksisting untuk koridor I terdapat 6 variabel yaitu sirkulasi,ukuran dan bentuk, keamanan, kebersihan, keindahan, dan keteduahan.Dari variabel tersebut yang paling tinggi berada pada variabel Sirkulasi dan keteduhan dengan tingkat kenyamanan yaitu nyaman dan untuk nilai pembobotan nya memliki nilai 3 karena untuk variabel tersebut sudah memenuhi kriteria atau standar, Selanjutnya untuk Variabel yang lain nya tingkat kenyamanan nya yaitu kurang Nyaman dengan nilai pembobotan nya yaitu 2,.Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel Kondisi Eksisting Koridor 1 No
Variabel Kondisi
Tingkat Kenyamanan
1
Sirkulasi
Nyaman
2
Ukuran dan Bentuk
Kurang Nyaman
3
Kemanan
Kurang Nyaman
4
Kebersihan
Kurang Nyaman
5
Keindahan
Nyaman
6
Keteduhan
Nyaman
Rata-Rata
Kurang Nyaman
Analisis Kondisi Eksisting Berdasarkan Variabel Kenyamanan Koridor 2 Kondisi eksisting untuk koridor II terdapat 6 variabel yaitu sirkulasi,ukuran dan bentuk, keamanan, kebersihan, keindahan, dan keteduhan. Variabel tersebut yang paling tinggi berada pada variabel Kebersihan dan sirkulasi dengan tingkat kenyamanan yaitu nyaman karena Kebersihan di koridor II cukup baik dengan di dukung sarana dan prasarana kebersihan seperti tempat sampah, Sedangkan untuk Variabel yang lain tingkat kenyamanan nya rata-rata Kurang Nyaman.
Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel Kondisi Eksisting Koridor 2 No
Variabel Kondisi
Tingkat Kenyamanan
1
Sirkulasi
Nyaman
2
Ukuran dan Bentuk
Kurang Nyaman
3
Kemanan
Tidak Nyaman
4
Kebersihan
Nyaman
5
Keindahan
Kurang Nyaman
6
Keteduhan
Kurang Nyaman
Rata-Rata
Kurang Nyaman
3.
Analisis Kondisi Eksisting Berdasarkan Variabel Kenyamanan Koridor 3 Kondisi eksisting untuk koridor III terdapat 6 variabel yaitu sirkulasi,ukuran dan bentuk, keamanan, kebersihan, keindahan, dan keteduhan .Dari variabel tersebut yang paling tinggi berada pada variabel Keamanan,keindahan dan keteduhan dengan tingkat kenyamanan yaitu nyaman dan memiliki bobot 3 karena Keamanan di koridor III mempunyai adanya jalur taman sebagai pembatas dengan jalan raya sedangkan untukvariabel yang lain rata-arat tingkat kenyamanan nya yaitu Kurang Nyaman, Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel Kondisi Eksisting Koridor 3 No
2.
Variabel Kondisi
Tingkat Kenyamanan
1
Sirkulasi
Kurang Nyaman
2
Ukuran dan Bentuk
Kurang Nyaman
3
Kemanan
Nyaman
4
Kebersihan
Kurang Nyaman
5
Keindahan
Nyaman
6
Keteduhan
Nyaman
Rata-Rata
Kurang Nyaman
4.
Analisis Kondisi Eksisting Berdasarkan Variabel Kenyamanan Koridor 4 Kondisi eksisting untuk koridor IV terdapat 6 variabel yaitu sirkulasi,ukuran dan bentuk, keamanan, kebersihan, keindahan, dan keteduahan .Dari variabel tersebut yang paling tinggi berada pada variabel Sirkulasi dan
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
5
kebersihan dengan tingkat kenyamanan yaitu nyaman, Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel Kondisi Eksisting Koridor 4 Variabel Kondisi
Tingkat Kenyamanan
No 1 Sirkulasi Ukuran dan 2 Bentuk 3 Kemanan 4 Kebersihan 5 Keindahan 6 Keteduhan Rata-Rata
Nyaman Kurang Nyaman Tidak Nyaman Tidak Nyaman Kurang Nyaman Tidak Nyaman Kurang Nyaman
3.2. Analisis Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kenyamanan Pejalan Kaki di Jalan Kapten
Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman Kota Bogor. Tingkat kenyamanan pejalan kaki pada koridor I dari 6 variabel yang paling tinggi yaitu pada variabel Sirkulasi, Sementara tingkat kenyamanan terendah adalah variabel Keamanan, Tingkat Kenyamanan pejalan Kaki pada Koridor II dari 6 Variabel yang paling tinggi yaitu pada variabel Keindahan, Sementara tingkat kenyamanan terendah adalah variabel. Tingkat kenyamanan pejalan kaki pada Koridor III dari 6 variabel yang paling tinggi yaitu pada variabel Kebersihan, sementara tingkat kenyamanan paling terendah adalah variabel keteduhan. Tingkat kenyaman pejalan kaki pada Koridor IV dari 6 variabel yang paling tinggi yaitu variabel keindahan, sementara tingkat kenyamanan yang paling terendah adalah variabel keamanan. Untuk Lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5 Tingkat Kenyamanan Pejalan Kaki Pada Koridor 1, Koridor 2, Koridor 3, Koridor 4.
Koridor I
Variabel
Koridor II
Koridor III
Koridor IV
% Persentasi
Tingkat Kenyamanan
% Persentasi
Tingkat Kenyamanan
% Persentasi
Tingkat Kenyamanan
% Persentasi
Tingkat Kenyamanan
Sirkulasi
26,90%
Kurang Nyaman
27,50%
Kurang Nyaman
29,10%
Kurang Nyaman
26,70%
Kurang Nyaman
Ukuran dan Bentuk
26,70%
Kurang Nyaman
26,30%
Kurang Nyaman
26,50%
Kurang Nyaman
26,70%
Kurang Nyaman
Keamanan
26%
Kurang Nyaman
26,20%
Kurang Nyaman
28,60%
Kurang Nyaman
26,80%
Kurang Nyaman
Kebersihan
25,40%
Kurang Nyaman
26,30%
Kurang Nyaman
30%
Kurang Nyaman
27,20%
Kurang Nyaman
Keindahan
26,70%
Kurang Nyaman
28,40%
Kurang Nyaman
28,70%
Kurang Nyaman
28,60%
Kurang Nyaman
Keteduhan
24,90%
Kurang Nyaman
25,20%
Kurang Nyaman
24,40%
Tidak Nyaman
23,50%
Kurang Nyaman
3.3. Analisi Kebijakan Penataan Ruang Terkait Trotoar dan Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman. Berbagai kebijakan pemerintah Bogor yang mengatur berbagai kegiatan di Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan jalan Sudirman Kota Bogor yang sangat berkaitan erat dan mempengaruhi tingkat aktivitas dikawasan ini. Berbagai kebijakan tersebut
diantaranya tertuang dalam Rencana Tata Ruang (RTRW) Kota Bogor Tahun 20112031 dan beberapa keputusan kepala daerah Kota Bogor. Keterkaitan Analiss Kebijakan Penataan Ruang Terkait Penyediaan Sarana Pejalan Kaki dalam RDTR Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel 6 di bawah ini.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
6
Tabel 6 Keterkaitan analisis kebijakan penataan ruang terkait Penyediaan sarana pejalan Kaki dalam RDTR Variabel Ukuran dan Bentuk
Sirkulasi
Arahan kebijakan RDTR dan Perda - 2,1 m dari permukaan trotoar/jalur pedestrian
-
-
-
-
Lebar Sudriman kanan 2m, kiri 2m
-
-
Lebar Djuanda kanan 1,5 kiri 1,5
-
-
Permukaan trotoar harus stabil, kuat, Tahan cuaca, berstektur halus dan tidak licin
-
- permukaan maksimal 5⁰ dan disarankan setiap 9 meter terdapat pemberhentian untuk istirahat
-kewajiban masyarakat agar tertib memanfaatkan fasilitas trotoar yang ada di Kota Bogor. -Lahan parkir harus memiliki hubungan dengan jaringan sirkulasi pedestrian secara langsung;
Kebersihan
Implementasi (Eksisting)
Dirjen Bina Marga, 1999
-
Kesimpulan
Secara Umum setiap jalan memliki lebar lebih dari 2,1 m
-Sesuai dengan ketentuan yang ada dalam RDTR WP A Kota Bogor.
Secara Umum lebar jalan Sudirman memliki lebar lebih dari 2,1 m - Secara umum lebar Djuanda memiliki lebih dari 1,5 kiri dan 1,5 kanan
Sesuai dengan ketentuan yang ada dalam RDTR WP A Kota Bogor Sesuai dengan ketentuan yang ada dalam RDTR WP A Kota Bogor
-
Secara umum trotoar di Jalan Kapten Muslihat, jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman sudah memiliki trotoar yang kuat, tahan cuaca berstektur halus dan tidak licin,
-
Sesuai dengan Ketentuan Dirjen Bina Marga 1999
Secara Umum kemiringan yang berada di trotoar jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan Jalan Sudirman mempunyai permukaan maksimal 5⁰
-
Sesuai dengan ketentuan Dirjen Bina Marga 1999
Masih terdapat PKL yang berjualan di trotoar
-
Tidak sesuai dengan Perda No. 8 Tahun 2006 Kota Bogor
-Secara umum setiap lahan parkir tidak memiliki hubungan dengan sirkulasi pedestrian secara langsung Secara umum trotoar setiap koridor memiliki di sisi dalam saluran drainase Secara umum keindahan di setiap koridor sudah cukup
-
Tidak sesuai dengan ketentuan RDTR WP A
-
Sesuia dengan peraturan Bina Marga 1990
-
Tidak ada aturan yang mengatur tentang variabel Keindahan Tidak ada aturan yang mengatur tentang variabel Keindahan Sesuai dengan Ketentuan Dirjen Bina Marga 1999
-
-
-
-
-
Keindahan
-
-
-
Keteduhan
-
-
-
Secara umum keteduhan di setiap koridor sudah cukup
-
Keamanan
-
Tepi pengaman. Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area berbahaya. Tepi Pengaman 10 cm dan 15 cm sepanjang jalur trotoar
-
ada nya pembatas yang dapat berupa creb atau batas penghalang
-
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
7
Dari semua tujuan dapat dilihat untuk semua koridor tingkat kenyamanan yang paling nyaman atau paling tinggi berada pada koridor I,II dan koriodr III (Jalan Kapten Muslihat, Jalan H Djuanda dan jalan Sudirman), karena di lihat dari tiga tujuan terdiri dari kondisi eksisting, persepsi masyarakat dan kebijakan. Sedangkan untuk koridor yang paling rendah berada pada koridor IV (Jalan Sudirman) karena di lihat
dari tiga tujuan terdiri dari kondisi eksisting, persepsi masyarakat dan kebijakan jauh mendakati standar dan pemanfaatan trotoar tersebut jauh dari kata layak dan nyaman kurang di gunakan secara maksimal yang mengakibatkan masyarakat berjalan kaki sangat terhabat dan berbahaya.untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Penilaian Tingkat Kenyamanan Koridor
Peneliti/Kondisi Persepsi Kebijakan Eksisting Masyarakat
I
15/6= 2,5
26,3 %
Sesuai
II
13/6=2,1
26.50%
Sesuai
III
15/6=2,5
28,7 %
Sesuai
IV
10/6=1,6
26,7 %
Tidak Sesuai
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan
Kondisi eksisting trotoar pada koridor 1 terdapat penghalang sirkulasi, pada koridor II terdapat penghalang sirkulasi, ukuran dan bentuk yang membahayakan pejalan kaki, Koridor III ukuran trotoar terlalu kecil, Koridor IV di dominasi oleh PKL dan terdapat kerusakan dan ukuran trotoar yang kecil dan trotoar di pakai untuk lahan parkir. Hasil perhitungan analisi deskriptip prosentase yang telah dilakukan memberikan keterangan bahwa persepsi pejalan kaki di koridor I responden mengatakan 26,90% kurang nyaman, Koridor II responden mengatakan kurang nyaman 28,40, pada koridor III responden mengatakan 29,40% kurang nyaman dam untuk koridor IV responden mengatakan 26,70 mengatakan kurang nyaman. Bedasarkan hasil analisa terhadap berbagai kebijakan yang terkait dengan kenyaman pejalan kaki di dalam RTRW Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
Kesimpulan Koridor I tingkat kenyamanan nya kurang nyaman Koridor II tingkat kenyamanan nya kurang nyaman Koridor III tingkat kenyamanan nya kurang nyaman Koridor IV tingkat kenyamanan nya Tidak nyaman
kota Bogor tahun 2009-2029 mengatur lebar trotoar adalah 4 meter . 1
4.2. Saran
Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut : 5. Koridor I dari 6 variabel sirkulasi yaitu dengan Merolokasi PKL yang berjualan di trotoar, ukuran dan bentuk Penambahan lebar trotoar agar sesuai sampai 1,5 m di trotoar sebelah kiri yaitu 0,09m.Keamanan memberi rambu dan sangsi atau teguran terhadap kendaraan roda dua dan roda empat agar tidak parkir di trotoar, Kebersihan penyediaan sarana dan prasarana kebersihan di sepanjang trotoar dan menambah jumlah pekerjaan kebersihan. 6. Koridor 2 Variabel Sirkulasi Merolokasi PKL yang berjualan di 8
trotoar, Keamanan Penyediaan batas trotoar dengan badan jalan berupa jalur hijau dan meninggikan batas creb lwbih daari 10cm, Kebersihan kondisi drainase, penyediaan sarana dan prasaran kebersihan. Keindahan pembersihan spanduk-spanduk yang berada di sepanjang jalan trotoar. 7. Koridor 3 Sirkulasi Merelokasi PKL yang mendominasi Trotoar, Ukuran dan Bentuk Penyediaan trotoar sepanjang koridor 3 penambahan lebar trotoar menjadi sesuai standar yaitu 4m.Keamanan penyediaan jalur hijau yang menjadi batas antara trotoar dan badan jalan, Kebersihan penyediaan jalur hijau yang menjadi batas antara trotoar dan badan jalan,Kebersihan Penyediaan sarana dan prasarana kebersihan dan petugas kebersihan di area trotoar, Keindahan,Pembersihan spanduk-spanduk yang berada di sepanjang jalan trotoar 8. Koridor 4 variabel Sirkulasi Merelokasi PKL yang mendominasi trotoar dan tersedianya rambu di larang parkir ditrotoar, Ukuran dan Bentuk Penyediaan trotoar sepanjang koridor 4 1,21 harus penambahan trotor menjadi sesuai standar yaitu 0,45 m. Kebersihan Penyediaan sarana dan prasaran Kebersihan, Keindahan Pembersihan spanduk-spanduk yang berada di jalan.
DAFTAR PUSTAKA Agustin R D. 2012. Identifijasi Kenyamanan Pejalan Kaki di Sepanjang Jalan Padjajaran Di Kota Bogor .: Universitas Pakuan [2] Irawan,Ade. 2009. Identifikasi Permasalahan Fasilitas Pejalan Kaki (studi kasus Jalan Margonda Raya Kota Depok, (Tugas Akhir). Bogor : Fakultas Teknik Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan. [3] [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor,
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[1]
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
[11] [12]
[13]
2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2009-2029, Bogor. [Dephub] Departemen Perhubungan, 1993, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 1993 Tentang Penggunaan Trotoar, Jakarta . [Dephub] Departemen Perhubungan, 1993, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas jalan, Jakarta . [Dep. PU] Departemen Pekerjaan umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik, 1995, NO. 011/T/BT/1995 Tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Jakarta. [Dep. PU] Departemen Pekerjaan umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. NO, 004/T/BNK/1990 Tentang Petunjuk Tertib Pemanfaatan jalan, Jakarta. Dep. PU] Departemen Pekerjaan umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik. 1999. NO, 032/T/BM/1999 Tentang Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, Jakarta. Hakim, R, dan Hardi, U, 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanseka, Jakarta: Bumi Aksara. Riza R. 2008 Penataan Fisik Jalan, (Tugas Akhir) Jakarta: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Sugiyono. 2004,Teknik Accedental Sampling, Jakarta. Wikipedia Indonesia, trotoar. http://id,wikipedia.org/wiki/Trotoar, di akses 15 Mei 2012 Wikipedia Indonesia, Kebersihan, http://id.wikipedia.org/wiki/kebersi han, di akses 15 Mei 2012
9
PENULIS: 1.
Muhammad Bilal Muslim, ST (Alumni) 2014 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FTUnpak.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak
2.
3.
Dr. Ir. Indarti Komaladewi, M.Si. Staf PengajarProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FTUnpak. Ir. Gde Ngurah P.J, MT. Staf PengajarProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak.
10