SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran)
Yudi Rusdianto A34203020
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran)
Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Bidang Arsitektur Lanskap Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
OLEH : YUDI RUSDIANTO A34203020
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
YUDI RUSDIANTO. SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Untuk mengetahui tingkat usaha pemantauan pengelolaan pohon maka harus diketahui data seperti inventarisasi pohon di jalur hijau jalan, prasarana dan saran jalur hijau jalan serta tingkat intensitas kegiatan pemeliharaan serta data lain yang terkait. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha pengendaliaan faktor pembatas yaitu ketersediaan informasi. Pohon yang diamati adalah pohon tepi jalan yang berada di bawah pengelolaan PEMDA Bogor yang letaknya di tepi jalan dan trotoar. Secara umum penelitian dibagi menjadi dalam 4 tahap: (1) Pengumpulan data pohon di lapang, (2) Pemetaan data pohon, (3) Pengelolaan data pohon, dan (4) Penyajian akhir. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan merancang Sistem Informasi Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor Kususnya Jalan Pajajaran. Dalam pengambilan data di lapang dilakukan kegiatan berupa inventarisasi atau pendataan jenis pohon serta pengambilan titik kordinat pohon dengan mengunakan GPS, Pengukuran terhadap fisik pohon berupa tinggi pohon, diameter batang, lebar tajuk serta keseimbangan batang dan tajuk. Serta dilakukan penilaian terhadap kerusakan hama penyakit dan kerusakan mekanik individu pohon. Hasil yang diperoleh dari pengamatan di lapang kemudian dipetakan menggunakan software ArcView melalui titik kordinat pohon yang diambil dengan GPS. Untuk pengolahan data spasial yang dilakukan dengan menggunakan ArcView sedangkan pengelolaan data atribut berupa angka dan huruf dengan program MS Excel XP dan Penyajian akhir secara digital di kemas dengan mengunakan MS4W (MapServer for Windows). Berdasarkan studi yang dilakukan pada Jalan Pajajaran di Kota Bogor diperoleh data pohon sebanyak 965 pohon meliputi pedestrian kiri, median jalan, dan pedestrian kanan. Dari penilaian kondisi fisik pohon didapatkan kondisi pohon di Jalan Pajajaran termasuk dalam kategori peringkat 1 dengan persentase sebesar 80.0 % dimana kerusakan sangat sedikit atau dapat dikatakan tidak ada (0 – 15%). Sistem Informasi Pemeliharaan Pohon Tepi Jalan di Jalan Pajajaran dengan menggunakan metode SIG (Sistem Informasi Geografi) dapat menyajikan informasi spasial berupa peta sebaran pohon yang mempunyai hubungan dengan informasi (atribut). Informasi yang diberikan dapat berupa informasi posisi pohon dengan informasi ciri fisik dan rekomendasi terhadap pemeliharaan yang akan dilakukan. Penyajian basisdata pohon dilakukan dengan menggunakan program MS Excel XP. Serta diharapkan Penyajian akhir yang di kemas dengan mengunakan MS4W (MapServer for Windows) dapat memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi.
LEMBAR PENGESAHAN Judul skripsi
: SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran).
Nama
: Yudi Rusdianto
NRP
: A 34203020
Disetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr NIP. 131 578 797
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Sistem Informasi Pohon Pada Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor Studi Kasus Jalan Pajajaran. Diharapkan penelitian ini dapat berguna. 1. Terima kasih kepada keluarga yang selalu mendukung saya, kepada Bapak Rusdi Djanan dan Ibu Rosmiati selaku kedua orang tua saya, saudara-saudara dan seluruh keluarga yang saya cintai dan saya banggakan. Permohonan maaf atas kesalahan dan kekhilafan serta beban yang telah saya berikan kepada keluarga semuanya, 2. Ucapan terima kasih tulus kepada Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan tenaga, membimbing dan selalu membantu sehingga penelitian dan tulisan ini dapat saya selesaikan, 3. Kepada Ir. Marietje Wungkar, MSi sebagai Pembimbing Akademik, terima kasih atas bantuan dan saran-sarannya, 4. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan, yang siap membantu dalam kesusahan, menasehati disaat aku melakukan kesalahan, dan selalu bisa berbagi cerita bahagia dan sedih, 5. Kepada semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih, Penulis tidak bisa mengingkari kalau penulisan ini belumlah sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT, sehingga penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan ini dan sangat berharap bila tulisan ini bisa bermamfaat untuk kita semua.. amin
Bogor, 14 Febuari 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis terlahir 22 tahun silam, tepatnya pada tanggal 22 Oktober 1985 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, dari seorang ibu yang bernama Rosmiati dan bapak yang bernama Rusdi Djanan. Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh sebelumnya, yaitu Sekolah Dasar pada SDN 16 Surau Gadang Siteba Padang, dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah tingkat menengah pada SLTPN 3 Bayang, dan menyelesaikannya pada tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Bayang, alhamdulillah menyelesaikan tepat waktu pada tahun 2003, dan berkat rahmat-Nya, penulis diizinkan untuk mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan, karena pada tahun yang sama penulis diterima pada Jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanaian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Suatu nikmat dan rahmat yang tidak terhingga penulis rasakan dapat mengenyam pendidikan, sehingga penulis memamfaatkan masa pendidikan semaksimal mungkin. Selama itu, baik masa di bangku sekolah maupun di bangku perkuliahan, penulis mengisi waktu kosong dengan aktif pada beberapa organisasi.
DAFTAR ISI No
Teks
Halaman
DAFTAR ...................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v I. PENDAHULUAAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2 1.3. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 2 1.4. Ruang Lingkup Studi ...................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Hijau ..................................................................... 3 2.2. Jalan .............................................................................................. 4 2.3. Jalur Hiaju Jalan ............................................................................. 5 2.4. Karakteristik Pohon ......................................................................... 6 2.5. Pemeliharaan Pohon ....................................................................... 8 2.6. Sistem Informasi ............................................................................. 8 III. METODA 3.1. Tempat dan Waktu .......................................................................... 10 3.2. Alat dan Bahan ............................................................................... 10 3.3. Metoda ............................................................................................ 11 3.3.1. Pengumpulan Data Pohon di Lapang ................................... 11 3.3.2. Penilaian Kondisi Fisik Pohon ............................................ 13 3.3.3. Pemetaan Data Pohon ........................................................ 16 3.3.4. Pengolahan Basis Data Pohon ............................................ 16 3.3.5. Penyajian Hasil ...................................................................... 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi ........................................................................ 19 4.1.1. Lokasi ..................................................................................... 19 4.1.2. Klimatologi .............................................................................. 19 4.1.3. Panjang Jalur Jalan ............................................................... 19 4.1.4. Tata Guna Lahan .................................................................... 20 4.1.5. Tata Hijau Jalan ...................................................................... 20 4.2. Pengumpulan Data ............................................................................. 21 4.3. Penomoran ......................................................................................... 21
4.4. Hasil Inventarisasi Pohon .................................................................. 22 4.4.1. Pengukuran Fisik Pohon ........................................................ 22 4.4.1.1. Jalur Hijau Pedestrian Kiri ........................................ 22 4.4.1.2. Jalur Hijau Median ................................................... 25 4.4.1.3. Jalur Hijau Pedestrian Kanan.................................... 28 4.4.2. Pengukuran Kondisi Fisik ........................................................ 31 4.4.2.1. Kerusakan Hama dan Penyakit ................................ 31 4.4.2.2. Kerusakan Mekanik .................................................. 34 4.5. Manajemen Pemeliharaan .................................................................. 36 4.5.1. Pemangkasan Tinggi............................................................... 36 4.5.2. Pemangkasan Lebar Tajuk .....................................................37 4.5.3. Pengendalian Kerusakan Hama dan Penyakit ....................... 38 4.5.4. Penambalan Pada Pohon Berlubang ......................................38 4.5.5. Penebangan Pohon................................................................. 40 4.5.6. Pemupukan ............................................................................ 40. 4.6. Pengolahan Data .................................................................................41 4.6.1. Pengolahan Database Dengan Excel ..................................... 41 4.6.2. Pengolahan Database Dengan ArcView …………………….. 42 4.7. Penyajian Hasil …………………………………………………………... 47 4.7.1. Instalasi MS4W…………………………………………………... 48 4.7.2. Penggunaan MS4W MapServer for Windows ……………….. 45 V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 52 5.2. Saran................................................................................................... 52 VI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 53 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL No
Teks
Halaman
1. Klasifikasi Diameter Batang Pohon .................................................................. 11 2. Klasifikasi Kelas Tinggi Pohon .......................................................................... 12 3. Klasifikasi Kelas Lebar Tajuk Pohon ................................................................. 12 4. Skoring Kerusakan pada Pangkal Akar dan Batang ........................................... 13 5. Skoring Kerusakan pada Cabang dan Daun ...................................................... 13 6. Kerusakan Mekanik pada Pohon ...................................................................... 15 7. Penyebaran Jumlah dan Jenis Pohon ............................................................... 22 8. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kiri ........................................................... 22 9. Jenis dan Jumlah Pohon Di Median .................................................................. 25 10. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kanan .................................................... 28 11. Peringkat Kerusakan Hama dan Penyakit Di Jalan Pajajaran ......................... 31 12. Peringkat Kerusakan Mekanik Di Jalan Pajajaran ........................................... 34 13. Peringkat Total Kerusakan Pohon Di Jlan Pajajaran ....................................... 36
DAFTAR GAMBAR No
Teks
Halaman
1. Bagan-bagan jalan ........................................................................................... 4 2. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................... 10 3. Tampilan Arsitektur Aplikasi Web-GIS dengan MapServer ................................ 17 4. Bagan Kerangka Kerja ...................................................................................... 18 5. Penomoran Pada Pohon ................................................................................... 21 5. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di PL ...................................................... 23 7. Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di PL ....................................................... 23 8. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di PL ..................................................... 24 9. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Di PL ....................................................... 24 10. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di Median ............................................. 26 11. Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di Median .............................................. 26 12. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di Median ............................................ 27 13. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Di Median .............................................. 27 14. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di PR .................................................... 29 15. Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di PR .................................................... 29 16. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di PR ................................................. 30 17. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Pohon Di PR ........................................ 30 18. Pohon Yang Ditumbuhi Epifit ......................................................................... 32 19. Pohon Yang Ditumbuhi Benalu ...................................................................... 32 20. Gerowong Pada Pohon ................................................................................... 33 21. Kerusakan Mekanik Akibat Vandalisme Yang Ditemui Di Lapang .................. 33 22. Sayatan Pada Pohon ...................................................................................... 35 23. Tahap Pemotongan Pada Dahan Pohon.......................................................... 38 24. Metode Cavity Treatment ................................................................................ 39 25. Database Jalur Hijau Jalan ............................................................................. 41 26. Tampilan Add Theme Pada ArcView .............................................................. 42 27. Tampilan Extension Pada ArcView ................................................................. 43 28. Tampilan Peta Bogor dan Titik Pohon ............................................................. 43 29. Informasi Yang Ditampilkan Dengan Mengklik Identify Pada Salah Satu Titik Pohon .............................................................................................. 44
30. Informasi Yang Ditampilkan Dengan Open Theme Table ............................... 45 31. Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Median dan Identify Results ................ 45 32. Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Pedestrian Kiri dan Identify Results ............................................................................................................ 46 33. Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Pedestrian Kanan dan Identify ........................................................................................................... 46 34. Tampilan Posisi MS4W dan Tampilan Sub-direktori ........................................ 47 35. Tampilan Browsing pada Localhost ................................................................. 48 36. Tampilan MapServer Saat Browsing pada localhost ....................................... 49 37. Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Median ......................................................................................... 50 38. Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian kiri .............................................................................. 50 39. Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kanan ......................................................................... 51 40. Tampilan dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kanan dengan Detail Informasi .................................. 51
I. PENDAHULUAAN
1.1. Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk dengan pusat aktivitasnya seperti industri, perdagangan, pendidikan dan jasa. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Kebutuhan akan sarana dan prasarana dapat terpenuhi dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus meningkat. Pesatnya pembangunan di kota Bogor semakin memicu peningkatan populasi penduduk. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah maupun ragam kegiatan masyarakat. Sekarang ini kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau atau RTH meningkat, disebabkan oleh adanya penurunan kualitas lingkungan perkotaaan sebagai akibat tidak langsung dari aktifitas yang dilakukan masyarakat itu sendiri. Selain mengalami berbagai pencemaran, dampak lainnya adalah menurunnya kualitas serta ketersediaan air. Di satu pihak, pembangunan di perkotaan telah meningkatkan kesejahteraan manusia, tetapi di lain pihak terjadi degradasi mutu lingkungan hidup dan pada gilirannya kesehatan manusia dan mahkluk hidup lainnya terganggu. RTH mempunyai peran yang penting dalam suatu kawasan perkotaan, terutama karena fungsi serta manfaatnya yang tinggi dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan alami perkotaan ini. Fungsi dan manfaat yang didapatkan dari RTH ini terutama untuk kawasan perkotaan adalah dalam bentuk kenyamanan fisik, ekologis, sosial, dan arsitektural (Nurisjah, 1997). Salah satu bentuk hutan kota menurut Dahlan (1992) adalah jalur hijau jalan dengan elemen utama pohon tepi jalan. Kehadiran pohon tepi jalan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi pengguna jalan karena memiliki sifat fisiologis antara lain kemampuan menyerap polusi dan penghasil oksigen. Selain itu pohon memiliki sifat fisik yang dapat memberikan nilai estetika dari bentuk, testur, warna, aroma dan bagian lainnya. Pembangunan yang lebih mengarah pada pembangunan fisik telah menyampingkan keberadaan ruang terbuka hijau, khususnya jalur hijau jalan. Hal ini mempengaruhi kondisi fisik yang ada pada pohon dengan terlihatnya berbagai gejala kerusakan secara fisik dan visual. Dengan gejala kerusakan yang ada dapat mempengaruhi kualitas lingkungan kota. Oleh sebab itu pengembangan,
2 penggelolaan, dan pemeliharaan jalur hijau harus ditangani dengan serius terutama pada lingkungan perkotaan. Untuk mengetahui tingkat usaha pemantauan penggelolaan pohon maka harus diketahui data seperti inventarisasi pohon di jalur hijau jalan, prasarana dan sarana jalur hijau jalan serta tingkat intensitas kegiatan pemeliharaan serta data lain yang terkait. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha pengendaliaan faktor pembatas yaitu ketersediaan informasi. Sehingga sistem informasi mengenai penggelolaan jalur hijau khususnya pohon terutama di jalan protokol yang ada di kota Bogor, dapat dijadikan pedoman dalam
pertimbangan untuk Penggelolaan, pemanfaatan dan
pengembangan jalur hijau dan dapat memberikan teknik penggelolaan pemeliharaan yang lebih efisien.
1.2. Tujuan Penelitian Menyusun dan merencanakan sistem informasi yang berbasis komputer dengan menampilkan data base yang terhimpun dari lapang dan dikemas dalam bentuk aplikasi program MS4W (MapServer for Windows) serta rekomendasi teknik pemeliharaan pohon di jalur hijau jalan di kota Bogor.
1.3. Manfaat Penelitiaan Diharapkan dapat memberikan informasi dan pedoman terhadap semua pihak baik itu pemerintah daerah Kota Bogor, masyarakat umum serta akademisi. Bagi pemerintah daerah tersedianya data base pohon jalan Pajajaran, dan tersedianya rekomendasi sebagai pertimbangan pemeliharaan pohon. Masyarakat umum dapat mengakses dan mengetahui informasi yang ada pada data base pohon, dan bagi akademisi memperoleh pengetahuan mengenai penyusunan basis data berbasis komputer dan dapat dijadikan sebagai pedoman terhadap penelitian lebih lanjut.
1.4. Ruang Lingkup Studi Penelitian dibatasi pada Jalan Pajajaran karena jalan ini merupakan jalan utama dengan intensitas kendaraan yang melaluinya cukup tinggi di kota Bogor.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka (open space) dalam Daftar Istilah Dinas Pertamanan DKI (2001) adalah lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan dengan jarak bangunan yang saling berjauhan; ruang terbuka ini dapat berupa pertamanan, tempat olahraga, tempat bermain anak, perkuburan, dan daerah hijau pada umumnya. Selain itu Simonds (1983) mengemukakan bahwa ruang terbuka memiliki
kekuatan
untuk
membentuk
karakter
kota
dan
menjaga
keberlangsungan hidupnya. Ruang terbuka hijau pada dasarnya adalah ruang terbuka baik dalam bentuk area kawasan maupun dalam bentuk memanjang atau jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka tanpa bangunan. Ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertaniaan, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988). Selanjutnya Ruang Terbuka Hijau disebutkan sebagai ruang-ruang dalam kota baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang Terbuka hijau ditinjau dari segi tujuan, yaitu (1) untuk tujuan konservasi; (2) untuk keindahan kota; (3) sebagai fungsi untuk kegiatan tertentu; (4) pengaturan lalu lintas; (5) sarana olahraga bagi kepentingan lingkungan perumahan; (6) untuk kepentingna flora dan fauna seperti kebun binatang; (7) untuk halaman bangunan. Menurut Carpenter et all. (1975) lingkungan hijau adalah sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, menolong manusia mengatasi tekanantekanan kebisingan, udara yang panas, dan polusi udara di sekitarnya, serta sebagai pembentuk kesatuan ruang. Tanaman merupakan elemen dari RTH. Menurut Grey dan Deneke (1978) tanaman memiliki empat fungsi utama yaitu : (1) fungsi memperbaiki iklim yaitu yang berperan dalam modifikasi suhu dan kelembaban udara sebagai pelindung dari pengaruh udara, (2) fungsi teknis yaitu tanaman berperan dalam mencegah erosi, melindungi ketersediaan air, meredam suara, mengurangi populasi udara, mengurangi silau pantulan cahaya matahari dan mengontrol lalu lintas, (3) fungsi arsitektur, (4) fungsi keindahaan.
4 2.2. Jalan Jalan merupakan sarana penting untuk transportasi barang dan penumpang, keberadaan kendaraan di jalan memberikan beragam dampak negatif seperti polusi udara, bising, kabut asap, kemacetan, dan kecelakaan lalu lintas.
Oleh
karena
itu
pengembangan
RTH
jalan
akan
memberikan
kenyamanan, keindahan, dan mengurangi dampak negatif dari kendaraan bermotor. Jalan
yang baik
memiliki perlengkapan dan
kelengkapan jalan.
Perlengkapan jalan dapat berupa : (1) jembatan; (2) gorong-gorong; (3) terowong; (4) guard rel; (5) retaining wall. Sedangkan kelengkapan jalan diantaranya : (1) rambu jalan; (2) lampu penerang jalan; (3) pagar pinggir jalan; (4) jam jalan. Menurut Haris dan Dines (1988), jalan dikelompokkan berdasarkan peranannya yaitu: 1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, volume satuaan angkutan rata-rata besar dan jalan masuk dibatasi secara efisien. 2. Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagiaan dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang dengan volume satuan angkutan dan kecepatan rata-rata sedang, serta jumlah kendaraan yang masuk dibatasi. 3. Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek dengan kecepatan rata-rata rendah dan volume satuan angkutan rata-rata kecil serta jumlah jalan masuk dibatasi.
Gambar 1. Bagan jalan
Peratauran Pemerintah Republik Indonesia No. 26 tahun 1985 membagi jalan menjadi tiga bagian :
5 1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan. 2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukan bagi damaja dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengguna jalan. 3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja), merupakan ruang sepanjang jalan di luar damija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukan untuk pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 tahun 1985 tentang penempatan tanaman pada sistem jaringan jalan
dapat dilakukan di luar
Damaja, di batas damaja , atau median jalan. Tanaman sebagai salah satu elemen lanskap yang mempunyai fungsi tertentu dalam lanskap. Tujuan penanaman jalur tepi jalan adalah untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapis jalur lalu lintas, dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pandangan tidak menarik, menghilangkan kesilauaan, serta mengurangi polusi udara dan polusi suara (Simonds,1983). RTH jalan dapat memberikan keselamatan, kenyamanan bagi pemakai jalan serta meningkatkan kualitas fisik dan visual di sekitar jalan. Elemen tanaman di sepanjang jalan harus dapat pula mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor di jalan dan memberikan komposisi keindahan dan kenyamanan terhadap lingkungan di sekitar jalan.
2.3. Jalur Hijau Jalan Salah satu bentuk jalur hijau adalah jalur hijau jalan. Terdapat beberapa struktur pada jalur hijau jalan yaitu daerah sisi jalan, median jalan, maupun pulau lalu lintas (traffic islands). Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi bentukan alam.
6 Simonds (1983) menyatakan bahwa karakter dan tingkat kelayakan untuk hidup dari sebuah kota sangat ditentukan oleh kondisi alamnya dan pengaturan ruang-ruang terbukanya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bentuknya berupa tepi laut, jalur biru, jalur hijau, taman kota dan area rekreasi dan lain-lain. Bentuknya jalur hijau dapat berupa jalan raya lintas, jalan raya yang berumput tengahnya, koridor transportasi, lereng, jalan setapak, jalur jogging dan jalur sepeda. Jalur hijau merupakan daerah hijau sekitar lingkungan pemukiman atau sekitar kota, yang bertujuan mengendalikan pertumbuhan pembangunannya, mencegah dua kota atau lebih menyatu, mempertahankan daerah hijau, rekreasi ataupun daerah resapan hujan, di daerah ini tidak diperbolehkan ada bangunan apapun (Daftar Istilah Dinas Pertamanan, 2001). Menurut Arifin (1993) jalur hijau jalan merupakan ruang terbuka hijau yang memanjang baik yang berada di sisi jalan maupun sebagai pemisah atau median jalan. UU No. 23/1997 tentang penggelolaan lingkungan hidup menyebutkan bahwa jalur hijau diperuntukan sebagi resirkulasi udara sehat bagi masyarakat guna mendukung kenyamanan lingkungan dan sanitasi yang baik. Penanaman jalur hijau jalan merupakan hal penting dalam merancang dan mengelola ruang serta memecah masalah (Booth, 1983). Vegetasi merupakan faktor penting dalam lingkungan sehingga pemilihan vegetasi harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan karakteristik vegetasi yang ditanam, terutama untuk penanaman jalur hijau di lingkungan perkotaan yang berada di lingkungan yang penuh polusi dan keadaan yang kurang mendukung. Pemilihan tanaman untuk suatu lanskap harus memperhatikan aspek agronomis, arsitektural tanaman dan nilai identitas tertentu, misalnya tanaman langka, unik, eksklusif dan lainnya (Nurisjah, 1991).
2.4. Karakteristik Pohon Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lanskap jalan (Ditjen Bina Marga, 1996), antara lain: (1) perakaran tidak merusak konstruksi jalan. (2) mudah dalam perawatannya. (3) batang/percabangannya tidak mudah patah. (4) daun tidak mudah rontok atau gugur. Menurut Sulistyantara (2006) dasar pemilihan tanaman yaitu: 1) sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. 2) toleran terhadap polusi udara/ mempunyai kemampuan tinggi dalam mengurangi polusi udara. 3) pemeliharaan
7 minimum. 4) sesuai dengan fungsi yang ingin dimunculkan apakah keselamatan, konversi lingkungan atau estetika. Pohon yang normal memiliki 3 karakteristik standar yaitu sistem percabangan yang simetris dan rimbun, bentuk daun yang menarik dan perakaran yang sehat (Pirone, 1972). Kriteria tanaman jalan dalam kota adalah 1) pohon penaung dengan tinggi sedang atau tinggi < 15 m. 2) bentuk tajuk pohon bulat atau kolumar. 3) tinggi cabang paling bawah 5 m. 3) tidak membahayakan pengguna jalan : tidak berduri, berbiji besar dan percabangan kuat. 4) perakaran tidak ektensif, sehingga tidak merusak trotoar dan saluran drainase (Sulistyantara, 2006). Tanaman pohon tua akan layak hidup dan dipertahankan bila dilihat dari 2 aspek yaitu, (1) tingkat kerusakan pada akar atau pada tajuk (batang dan cabang) pohon, (2)
lingkungan tumbuh, baik tanah maupun space yang masih
cukup untuk pohon berdiri tegak dan optimum untuk pertumbuhan. Kerusakan yang parah pada akar atau tajuk, dan lingkungan tumbuh khususnya space bagi akar yang tidak cukup bagi pohon tua/besar menyebabkan pohon tua tersebut tidak layak lagi dipertahankan. Namun bila space untuk akar masih tersedia cukup, bila tidak terdapat kerusakan yang parah (tidak akan tumbang), sedang pertumbuhan tidak optimum, maka pohon tersebut masih layak dipertahankan dengan memperbaiki lingkungan tumbuh pohon tua tersebut (Nasrullah, 2005). Pohon yang tumbuh sehat pada jalur hijau kota menampilkan sifat fisik yang diinginkan sesuai desain penanaman, ditentukan oleh faktor (1) pemilihan tanaman, (2) metode penanaman, dan (3) pengelolaan pemeliharaan tanaman pasca penanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh
lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang
diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).
8 2.5. Pemeliharaan Pohon Pemeliharaan
pohon
dibedakan
dalam
dua
bagian,
yaitu
pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus terhadap pohon yang tidak normal. Pemeliharaan umum mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon, kontrol hama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya (Pirone, 1972).
Tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan
intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hujau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan
tanah,
pengaerasian
tanah,
3)
penyiraman,
irigasi,
4)
pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin Hadi, 2002).
Menurut Internasional Society Of Arboriculture (2003) kerusakan pada pohon menggambarkan kondisi pohon dan potensi kerugian yang akan diterima, yaitu (a) potensi kegagalan hidup pohon, (b) potensi kehilangan serius akibat kegagalan
hidup
pohon.
Penggelolaan
kerusakan
pada
pohon
dapat
menurunkan atau mengurangi tingkat kerusakan. Penggelolaan dilakukan melalui pemeriksaan dan pemeliharaan kondisi pohon secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pemetaan, pengukuran dan penilaian kondisi fisik pohon, serta dokumentasi. Komponen yang termasuk dalam sistem penilaian tingkat kerusakan antara lain: (a) kerusakan yang
tampak misal pohon mati,
percabangan, (b) penyakit, misal busuk, luka dan retak, (c) kecenderungan, terbagi menjadi dua yaitu kecenderungan alami dan tidak alami.
2.6. Sistem Informasi Informasi didefinisikan sebagai data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerima dan mempunyai nilai nyata atau bermanfaat bagi pengambilan keputusan pada masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Informasi ini memberikan manfaat jika sesuai dengan kebutuhan penerima, memiliki ketelitian dalam mengolah data, tidak kadaluarsa (up to date), dan dapat digunakan secara efektif. Model dasar sistem informasi terdiri dari tiga komponen masukan, pengolahan data dan keluaran. Fungsi pengolahan data sering memerlukan data
9 yang dikumpulkan dan yang telah diolah sebelumnya. Oleh karena itu pada model dasar sistem informasi ditambahkan media penyimpan data (database), sehingga kegiatan pengolahan mempunyai data, baik buruk maupun sudah disimpan sebelumnya. Salah satu bentuk dari sistem informasi adalah Sistem Informasi Geografi. Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi geografi (Arnoff, 1989). Sedangkan menurut Borrough (1983) dalam Scholten dan Stillwel (1990), sistem informasi geografi merupakan alat untuk mengumpulkan,
menyimpan,
menyajikannya
kembali
data
spasial
dari
permukaan bumi. Teknologi
SIG
mengintegrasikan
pengoperasian
database
seperti
pertanyaan analisis statistika dengan cara menampilkan secara khas dan menganalisis sacara geografi dari suatu peta. Ada 4 komponen dalam menggunakan SIG, yaitu: 1. Perangkat keras (hardware) merupakan komputer sebagai wadah untuk mengoperasikan SIG 2. Perangkat lunak (software) dari SIG berfungsi menganalis informasi geografi 3. Data, berupa data geografi dan data tabular yang dapat diperoleh melalui pengukuran langsung di lapang 4. Manusia, yang dapat mengatur sistem dan membangun rencana untuk mengaplikasikan masalah-masalah yang ada
III. METODA
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2007 sampai dengan Juli 2007. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Bogor dengan lokasi studi di Jalan Pajajaran. Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106º 48’ BT dan 6º 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
3.2. Alat dan Bahan Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat untuk mendukung dalam pengelolahan data, yang terdiri dari perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunak (software) -
Microsoft office excel
-
ArcView GIS
-
MS4W (MapServer for Windows)
Perangkat keras (hardware) -
Komputer
-
Kompas
-
Kamera digital
-
GPS (Global Positioning System)
-
Rollmeter
-
Hagameter
11 Selain itu data penggelolaan jalur hijau jalan juga diperoleh dari Suku Dinas Pertamanan Kota Bogor berupa data inventarisasi prasarana dan sarana jalur hijau Kota Bogor serta ditampilkan data primer yang meliputi : foto-foto jalur dan data inventarisasi pohon pada jalur hijau jalan Kota Bogor.
3.3. Metoda Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode survei dan studi pustaka. Metode survey dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon tepi jalan di kota Bogor, sedangkan studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai standar kondisi fisik pohon tepi jalan dan memperoleh informasi mengenai standar pemeliharaan pohon. Pohon yang diamati adalah pohon tepi jalan yang berada di bawah penggelolaan Pemda Bogor yang letaknya di tepi jalan dan trotoar. Secara umum penelitian dibagi menjadi dalam 4 tahap: (1) pengumpulan data pohon di lapang, (2) pemetaan data pohon, (3) pengolohan data pohon, dan (4) penyajian akhir. 3.3.1. Pengumpulan Data Pohon di Lapang Inventarisasi pohon dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah pohon serta letak geografi titik pohon dengan menggunakan GPS dan pengukuran fisik pohon dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut: 1. Diameter Batang Setinggi Dada atau Diameter at Breast Height (DBH) Pengukuran DBH batang pohon 140-145 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan DBH meter
pada batang
pohon dengan menggunaan rollmeter. Data DBH yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kelas (Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi Diameter Batang Pohon Kelas
Kualifikasi
Diameter (cm)
D1
Semai
DBH < 10
D2
Tiang (kecil)
10 ≤ DBH < 30
D3
Hampir dewasa (sedang)
30 ≤ DBH < 60
D4
Dewasa (besar)
DBH ≥ 60
Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995)
2. Tinggi Pohon
12 Pengukuran tinggi pohon menggunakan Hagameter untuk memperoleh sudut bawah dan sudut atas pohon (gambar 2). Tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan sebagi berikut: T = (TAN (α) + TAN (β))* d Keterangan : T : tinggi pohon (meter); α: sudut atas (º); β: sudut bawah (º); d: jarak pengmatan (meter) Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan dalam 4 kategori : semai, pohon muda, tiang dan pohon tua / dewasa (Tabel 2) Tabel 2. Klasifikasi Kelas Tinggi Pohon Kelas
Kualifikasi
Tinggi (m)
T1
Semai (rendah)
T<1
T2
Pohon muda (sedang)
1≤T<6
T3
Tiang (tinggi)
6 ≤ T < 28
T4
Pohon tua / Dewasa (sangat tringgi)
T ≥ 28
Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995)
3. Lebar Tajuk Lebar tajuk mengunakan rollmeter. Pengukuran tajuk dilakukan dengan menentukan 2 titik terluar tajuk yang memiliki jarak yang paling lebar (diameter tajuk) dari pohon tersebut. Data tajuk yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 4 kelas (Tabel 3). Tabel 3. Klasifikasi Kelas Lebar Tajuk Pohon Kelas
Kualifikasi
Lebar (m)
L1
Semai
L<2
L2
Pohon muda
2≤L<5
L3
Tiang
5≤L<9
L4
Besar
L ≥9
Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995)
13 3.3.2. Penilaian Kondisi Fisik Pohon Berdasarkan studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003) pengamatan kondisi fisik pohon berdasarkan 2 cara yaitu menggunakan skoring/nilai dan secara deskriptif. Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan penekanan pada bagian pangkal akar yang berada dipermukaan tanah, batang, daun, dan percabangan. Penilaian kondisi fisik berdasarkan 2 kerusakan yaitu kerusakan dan penyakit tanaman, dan
kerusakan mekanik. Pengamatan kondisi fisik pohon
yang dilakukan secara deskriptif berdasarkan keadaan visual di lapang. Sistem penilaiaan pohon berdasarkan sistem skoring/nilai, sebagai berikut:
1. Kerusakan dan penyakit tanaman Pengamatan kerusakan dan penyakit tanaman dibagi menjadi 2 bagian pengamatan pada pohon, yaitu: (a) Kerusakan pada pangkal akar di permukaan tanah dan batang (tabel 4); (b) Kerusakan pada cabang dan daun (Tabel 6).
Tabel 4. Skoring Kerusakan pada Pangkal Akar dan Batang No
Kerusakan dan Penyakit
Nilai
1
Tidak ada kerusakan hama dan penyakit
0
2
Adanya kerusakan hama dan penyakit
1
3
Adanya tumbuhan parasit (jamur, benalu)
2
4
Batang kering/ lapuk; akar kering/ lapuk
3
5
Batang busuk; akar busuk
4
6
Gerowong/ keropos yang tampak
5
Sumber : studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003)
Tabel 5. Skoring Kerusakan pada Cabang dan Daun No
Kerusakan dan Penyakit
Nilai
1
Tidak ada kerusakan hama dan penyakit
0
2
Adanya kerusakan hama dan penyakit
1
3
Adanya tumbuhan parasit (jamur, benalu)
2
4
Klorosis
3
5
Nekrosis
4
6
Percabangan lapuk
5
Sumber : studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003)
14 Untuk menghitung tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang digunakan rumus: Tab = Σ (ni . .Pi) x 100% ∑ ni Keterangan : Tab : Tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang Pi : Skala nilai intensitas kerusakan ni : Nilai ∑ni : Jumlah total nilai dari kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang Sedangkan tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Tcd = Σ (ni . .Pi) x 100% ∑ ni
Keterangan : Tcd Pi ni ∑ni
: Tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun : Skala nilai intensitas kerusakan : Nilai : Jumlah total nilai dari kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun
Untuk menghitung total tingkat kerusakan dan penyakit menggunakan rumus: TPT = Tab + Tcd 2 Keterangan : TPT Tab Tcd
: Tingkat kerusakan dan penyakit pohon : Tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang : Tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun
Tingkat kerusakan dan penyakit yang telah diperoleh kemudian dikategorikan dalam peringkat sebagai berikut: a. Peringkat 1 (tidak ada)
: serangan 0% ≤ TPT < 15%
b. Peringkat 2 (sedikit)
: serangan 15% ≤ TPT < 30%
c. Peringkat 3 (banyak)
: serangan 30% ≤ TPT < 50%
d. Peringkat 4 (sangat banyak)
: serangan TPT > 50%
2. Kerusakan mekanik
15 Kerusakan mekanik merupakan kerusakan pada pohon yang disebabkan oleh kontak dengan benda-benda fisik (corat-coret, gesekan, goresan, benturan dan sebaginnya) yang dapat menimbulkan luka dan merusak visual dari pohon tersebut. Pengamatan yang dilakukan juga berdasarkan sistem nilai (Tabel 6). Tabel 6. Kerusakan Mekanik pada Pohon No
Kerusakan Mekanik
Nilai
1
Tidak ada kerusakan mekanik
0
2
Vandalisme
1
3
Goresan
2
4
Sayatan
3
5
Patah cabang
4
6
Tersambar petir
5
Sumber : studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003)
Untuk menghitung tingkat kerusakan digunakan rumus, sebagai berikut: TM = Σ(pi . ni) x 100% Σ ni Keterangan : TM : Tingkat kerusakan yang diamati; ni : Nilai; pi : Skala nilai intensitas serangan kerusakan Σni : Jumlah total nilai dari kerusakan yang diamati Tingkat kerusakan yang telah diperoleh kemudian dikategorikan dalam peringkat sebagi berikut: ≤ TM < 15%
a. Peringkat 1 (tidak ada)
: serangan 0%
b. Peringkat 2 (sedikit)
: serangan 15% ≤ TM < 30%
c. Peringkat 3 (banyak)
: serangan 30% ≤ TM < 50%
d. Peringkat 4 (sangat banyak)
: serangan TM > 50%
persentase kerusakan dan penyakit serta kerusakan mekanik kemudian digunakan
untuk
memperoleh
tingkat
kerusakan
total
menggunakan rumus:
T = TPT + TM 2 Keterangan : T tot : Total tingkat kerusakan pohon TPT
: Tingkat kerusakan dan penyakit pada pohon
pohon
dengan
16 TM Data tingkat
: Tingkat kerusakan mekanik pada pohon
kerusakan
pohon
yang diperoleh kemudian
dikategorikan
berdasarkan peringkat sesuai dengan metode Grey dan Deneke (1978) yang dimodifikasi: a. Peringkat 1 (sangat baik) Pohon sehat dan vigor. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik 0% ≤ T tot < 15%. Sedikit atau tidak memerlukan tindakan perbaikan. b. Peringkat 2 (baik) Pohon cukup baik. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik 15% ≤ T tot < 30%. Memerlukann perbaikan. c. Peringkat 3 (buruk) Pohon kurang baik dan kurang sehat. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik 30%≤ T tot <50%. Memerlukan banyak tindakan perbaikan. d. Peringkat 4 (sangat buruk) Pohon dengan rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik T tot > 50% atau terancam mati atau mati. 3.3.3. Pemetaan Data Pohon Data hasil pengukuran lapang dan data dari GPS dimasukkan ke dalam sistem SIG. Data spasial untuk plotting menggunakan sistem koordinat dalam UTM (Universal Tranverse Mercator) yang sesuai dengan koordinat peta rupa bumi digital dari BAKOSURTANAL. Hasil yang diperoleh dari pengamatan di lapang kemudian dipetakan menggunakan software ArcView melalui titik pohon yang diambil menggunakan GPS. Pengemasan hasil pengamatan dalam SIG ini untuk memudahkan pengguna dalam mencari informasi.
3.3.4. Pengolahan Basis Data Pohon Pengolahan data spasial dilakukan dengan menggunakan ArcView sedangkan pengolahan data atribut berupa angka dan huruf mengunakan MS Excel.
17 3.3.5. Penyajian Hasil Penyajian hasil basis data informasi penggelolaan jalur hijau kota Bogor dalam bentuk digital yang ditampilkan melalui program MS4W atau MapServer for Windows. Tujuan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna dalam mengakses atau mengetahui dalam penggelolaan jalur hijau jalan di Kota Bogor.
MapServer MapServ CGI Or MapScrip + PHP
Internet
HTTP Server (apache)
MapFile HTML Template (app.scripts)
Map Data Browser
External Data
Gambar 3. Tampilan Arsitektur Aplikasi Web-GIS dengan MapServer
18 Gambar 4. Bagan Kerangka Kerja
Menentukan Lokasi Jalur Hijau Penelitian
Survei Lapang
Pengumpulan Data Pohon (Inventarisasi Titik Letak dan Jenis Pohon)
Pengolahan Basis Data
Analisis Pemeliharaan Pohon
Pemetaan Data Pohon
Penyajian Hasil Akhir
Penilaian Kondisi Pohon (Penilaian Kerusakan Hama Penyakit dan Mekanik)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Lokasi 4.1.1. Lokasi Jalan Pajajaran memiliki panjang 6,4 km yang membentang dari utara ke selatan melalui dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Timur serta meliputi 5 kelurahan. Wilayah Kecamatan Bogor Utara terdiri dari Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Babakan. Wilayah Bogor Timur terdiri dari Kelurahan Tegal Lega, Kelurahan Baranangsiang dan Kelurahan Sukasari. Secara umum Kota Bogor merupakan perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi antara 0 s/d > 350 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0 – 2 % (datar), 2 – 15 % (landai), 15 – 25 % (agak curam), 25 – 40 % (curam), dan > 40 % (sangat curam). Jalan Pajajaran terletak diatas dataran yang relatif datar dan berombak. Berada pada ketinggian 350 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan berkisar antara kelompok 0 - 8 %, 8 – 15 %, dan 15 – 25 % (Pemda Bogor).
4.1.2. Klimatologi Jumlah curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3000 sampai 4000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 250 – 335 mm dengan curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 345 mm. temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 260 C. Temperatur tertinggi sekitar 30,40 C dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70 % (Pemda Bogor).
4.1.3. Panjang Jalur Jalan Jalan Pajajaran memiliki panjang keseluruhan 6,4 Km dan damija 40 m dengan jenis jalan beraspal. Jalan Pajajaran memiliki trotoar pada sisi kiri dan kanan jalan dengan lebar kurang lebih 3 m dengan jenis conblock/rumput (C/R). Jalan Pajajaran termasuk kedalam kategori jalan nasional dengan fungsi sebagai jalan arteri (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007). Berdasarkan UU No 13 tahun 1980 dan PP no 25 tahun 1985 tentang jalan yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan
21 Umum, jalan arteri memiliki karakteristik dimensi sebagai berikut : 1) jalan arteri dirancang berdasarkan kecepatan rencana minimal 30 Km/jam dengan lebar jalan tidak kurang dari 20 m, 2) mempunyai kapasitas yang sama atau lebih dari volume lalu lintas rata-rata, 3) lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat dan 4) persimpangan pada jalan arteri dan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan yang termasuk di atas. Jalan Pajajaran merupakan jalan dua arah dengan kondisi jalan sedang (bergelombang atau berlubang) serta tingkat kepadatan ramai, yang dilalui berupa angkutan berat maupun angkutan umum (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007).
4.1.4. Tata Guna Lahan Tata guna lahan di sepanjang Jalan Pajajaran adalah pemukiman, perkantoran pemerintahan/swasta, perdagangan/jasa, pendidikan, rumah ibadah, rumah sakit dan terminal. Jalur pedestrian tepi jalan Pajajaran pada sisi kiri dan kanan digunakan sebagai jalur sirkulasi utama pejalan kaki. Jalan
Pajajaran
dilengkapi
oleh
fasilitas
pelengkap
jalan
dan
perlengkapan jalan. Fasilitas pelengkap jalan berupa jembatan penyeberangan, saluran drainase, pagar pembatas, dan halte bus, sedangkan perlengkapan jalan terdiri dari rambu-rambu lalu lintas yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran.
4.1.5. Tata Hijau Jalan Tata hijau jalan Pajajaran berupa jalur hijau tepi jalan dan jalur hijau median jalan. Jalur hijau median hanya terdapat beberapa bagian ruas jalan yaitu dari arah Warung Jambu sampai depan MAB IPB serta dari Baranangsiang sampai dengan Ekalokasari. Jenis pohon yang terdapat di sepanjang Jalan Pajajaran adalah akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), damar (Agathis dammara), Glodongan (Polyalthia longifolia) Jambu biji (Syzygium guajava), kamboja (Plumeria rubra), ketapang (Terminalia catappa), mangga (Mangifera indicai), Mahoni (Swietenia mahagoni), Nangka (Artocarpus integra), palm (Roystonea regia), pinus (Pinus merkusii), pete cina (Laucaena glauca), saga (Adenanthera precatorius), sawit (Elaeis guinuensis), tanjung (Mimusops elengi), bintaro (Cerbera manghas), dan kapuk (Ceiba pentadra).
22 4.2. Pengumpulan Data Pengumpulan data pohon dilakukan dengan cara turun lapang dengan inventarisasi kondisi fisik individu pohon yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran. Mengetahui letak geografis titik pohon mengunakan GPS (Global Positioning System) dengan cara menitik sebaran pohon di sepanjang Jalan Pajajaran sehingga menghasilkan peta sebaran jalur hijau jalan. Inventarisasi pada Jalan Pajajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama adalah pedestrian kanan dari Warung Jambu sampai ekalokasari pemberian ID (PR), Bagian kedua merupakan median jalan dengan pemberian ID (M), dan Bagian ketiga pedestrian kiri dari Warung Jambu sampai Ekalokasari dengan pemberian ID (PL). Untuk inventarisasi pohon, seluruh pohon diamati baik tua maupun muda. Penyusunan database pohon pada jalur hijau dilakukan dengan mengamati aspek tanaman : nama tanaman, koordinat tanaman dengan GPS, tinggi pohon dengan hagameter, diameter tajuk yang diukur dengan rollmeter, diameter batang setinggi dada diukur dengan rollmeter, dan pengambilan gambar dengan kamera digital.
4.3. Penomoran Dalam melakukan pengamatan pohon dilakukan pemberian nomor pohon. Pohon diurut dari ujung jalan Warung Jambu dan diberi nomor 1 dan seterusnya sampai ujung jalan Ekalokasari.
Gambar 5. Penomoran Pada Pohon di Jalan Pajajaran Label nomor pohon hanya diberi pada pohon ke 1, 10, 20, dan seterusnya setiap kelipatan 10. Pada jalur pedestrian kiri diberi inisial A, pada jalur pedestrian kanan diberi inisial B, sedangkan pada median jalan diberi inisial M.
23 Label nomor pohon ditulis pada lembaran plastik tebal yang kaku dan dipaku pada batang pohon (gambar 5). 4.4. Hasil Inventarisasi Pohon 4.4.1. Pengukuran Fisik Pohon Berdasarkan data yang didapat pada Jalan Pajajaran di Kota Bogor terdapat 965 pohon yang terdiri dari 20 jenis. Jumlah dan jenis pohon terbanyak terdapat pada pedestrian kanan (PR) dan paling sedikit terdapat pada median jalan.
Tabel.7. Penyebaran Jumlah dan Jenis Pohon Jalan Pajajaran ID
Keterangan
Spesies Pohon
Jumlah Pohon
PL
Pedestrian Kiri
10
330
M
Median
10
294
PR
Pedestrian Kanan
13
341 965
Jumlah
4.4.1.1. Jalur Hijau Pedestrian Kiri Pedestrian kiri jalan Pajajaran (PL) memiliki jumlah pohon 330 dari 10 jenis pohon. Pohon yang tumbuh di PL adalah akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), mahoni (Swietenia mahagoni), mangga (Mangifera indica), nangka (Artocarpus integra), palm (Roystonea regia), pinus (Pinus merkusii), kapuk (Ceiba pentadra), dan saga (Adenanthera precatorius). Tabel 8. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kiri ID
PL
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Akasia
Acasia auriculiformis
1
Angsana
Pterocarpus indicus
33
Beringin
Ficus benjamina
4
Mahoni
Swietenia mahagoni
Kapuk Mangga
Ceiba pentadra Mangifera indica
Nangka
Artocarpus integra
1
Palm
Roystonea regia
2
Pinus
Pinus merkusii
1
Saga
Adenanthera precatorius Jumlah
275 3 1
9 330
24 Berdasarkan data yang didapat pada PL pohon yang memiliki jumlah terbanyak adalah mahoni (Swietenia mahagoni), dan yang jumlah pohon yang paling sedikit adalah akasia (Acasia auriculiformis), mangga (Mangifera indica), nangka (Artocarpus integra), dan pinus (Pinus merkusii). Hasil data pohon pada PL dapat dilihat pada tabel 10.
0.6%
0.3% 2.7% 0.3% 10.0% 0.3% 1.2% 0.3% 0.9%
Akasia 1 Angsana 33 Beringin 4 Kapuk 3 Mahoni 275 Mangga 1 Nangka 1 Palem Raja 2 Pinus 1 saga 9
83.3%
Gambar 6. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon di PL
Dari jumlah dan persentase jenis pohon di PL, diperoleh bahwa pohon mahoni sekitar 83,3 %, dan diikuti oleh angsana sekitar 10,0 %.
Data ini
menunjukkan bahwa pohon mahoni merupakan jenis pohon yang paling banyak tumbuh di pedestrian kiri dan dapat dilihat pada gambar 6. Ket : 16.1%
0.0%
D1 : DBH < 10 cm 29.1%
D2 : 10 ≤ DBH < 30 cm D1 0 D2 96 D3 181
D3 : 30 ≤ DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm
D4 53 54.8%
Gambar 7. Jumlah dan Persentase DBH Pohon di PL Berdasarkan hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di pedestrian kiri (PL) diperoleh DBH kelas D3 memiliki jumlah yang paling banyak , yaitu pohon yang memiliki 30 ≤ DBH < 60 cm sebesar 54,8 % ini menunjukkan
25 bahwa pohon yang ada di PL merupakan termasuk kelas pohon hampir dewasa atau sedang, sedangkan pada DBH kelas D1 tidak terdapat pada PL (gambar 7). Hasil pengukuran tinggi pohon di PL didapatkan hanya dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di PL. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 ≤ T < 28 m sebesar 87,6 %, untuk kelas T2 (1 ≤ T < 6 m) memiliki persentase sebesar 12,4 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan bahwa pada daerah PL merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang, dapat dilihat pada gambar 8. Ket : T1 : T < 1 m
0.0% 12.4%
T2 : 1 ≤ T < 6 m T1 0 T2 41
T3 : 6 ≤ T < 28 m T4 : T ≥ 28 m
T3 289 T4 0 87.6%
Gambar 8. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di PL Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada PL diperoleh bahwa kelas L3 memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 74,2 %, kemudian kelas L2 sebesar 18,8 % dan kelas L4 sebesar 7,0 % sedangkan untuk kelas L1 tidak ditemukan pada PL. Ini menunjukkan bahwa untuk di PL termasuk kualifikasi L3 atau tiang, dapat dilihat pada gambar 9. Ket :
0.0% 7.0%
L1 : L < 2 m
18.8%
L2 : 2 ≤ L < 5 m
L1 0 L2 62
L3 : 5 ≤ L < 9 m L4 : L ≥ 9 m
L3 245 L4 23 74.2%
Gambar 9. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk di PL
26 4.4.1.2. Jalur Hijau Median Median jalan atau M memiliki jumlah 294 pohon dari 10 jenis pohon, yang tersebar di sepanjang Jalan Pajajaran. Pohon yang tumbuh di median yaitu akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), bintaro (Cerbera manghas), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), glodongan (Polyalthia longifolia), jambu (Syzygium guajava), Kamboja (Plumeria rubra), ketapang (Terminalia catappa), mahoni (Swietenia mahagoni), dan sawit (Elaeis guinuensis).
Tabel 9. Jenis dan Jumlah Pohon di Median Jalan ID
M
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Akasia
Acasia auriculiformis
Jumlah Pohon 8
Angsana
Pterocarpus indicus
33
Bunga Kupu-kupu
Bauhinia purpurea
22
Glodongan
Polyalthia longifolia
5
Jambu biji
Syzygium guajava
1
Kamboja
Plumeria rubra
7
Ketapang
Terminalia catappa
1 210
Mahoni
Swietenia mahagoni
Sawit
Elaeis guinuensis
1
Bintaro
Cerbera manghas
6
Jumlah
294
Bersdasarkan data yang didapat pada median pohon yang memiliki jumlah paling banyak yaitu mahoni (Swietenia mahagoni), dan yang jumlah pohon yang paling sedikit terdapat pada median adalah jambu biji (Syzygium guajava), ketapang (Terminalia catappa), dan sawit (Elaeis guinensis), hasil data pohon pada median dapat dilihat pada tabel 11. Dari jumlah dan persentase jenis pohon di median, didapatkan bahwa pohon mahoni merupakan pohon yang banyak terdapat pada median jalan dengan jumlah 210 pohon (71,4 %). Kemudian diikuti oleh angsana dengan jumlah 33 pohon (11,2 %) dan sisanya pohon yang ada pada median jalan persentasenya tidak mencapai 10 %.
Data ini menunjukkan bahwa pohon
mahoni merupakan jenis pohon yang paling banyak tumbuh di median jalan dan dapat dilihat pada gambar 10.
27
0.3%
2.7%
A kasia 8 11.2%
A ngsana 33 2.0% 7.5% 1.7% 0.3% 2.4% 0.3%
71.4%
B intarao 6 B unga Kupu-kupu 22 Glo do ngan 5 Jambu 1 Kambo ja 7 ketapang 1 M aho ni 210 Sawit 1
Gambar 10. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon di Median Jalan
Berdasarkan hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di median (M) diperoleh DBH kelas D2 (10 ≤ DBH < 30 cm) yang memiliki jumlah yang paling banyak yang terdapat pada 172 pohon yang ada di median jalan dengan persentase sekitar 59 %. Diikuti dengan kelas D3 (30 ≤ DBH < 60 cm) dengan persentase 40 % dari 118 pohon, sedangkan untuk kelas D4 DBH ≥ 60 % hanya 1 % dari 4 pohon yang ada pada median. Dari data menunjukkan bahwa pohon yang ada di median jalan merupakan termasuk kelas pohon hampir tiang dapat dilihat pada gambar 11. Ket : 1%
0%
D1 : DBH < 10 cm D2 : 10 ≤ DBH < 30 cm D1 0
40%
D2 172
D3 : 30 ≤ DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm
D3 118 59%
D4 4
Gambar 11 . Jumlah dan Persentase DBH Pohon di Median Jalan
Hasil pengukuran tinggi pohon di median didapatkan hanya memilki dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di median. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 ≤ T < 28 m sebesar 79,3 %, untuk kelas T2 (1 ≤T< 6 m) memiliki persentase sebesar 20,7 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan
28 bahwa pada daerah median jalan merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang, dapat dilihat pada gambar 12. Ket : 0.0%
T1 : T < 1 m 20.7%
T2 : 1 ≤ T < 6 m T1 0
T3 : 6 ≤ T < 28 m
T2 61
T4 : T ≥ 28 m
T3 233 T4 0
79.3%
Gambar 12. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di Median Jalan
Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada median diperoleh bahwa kelas L2 (2 ≤ L < 5 m) memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 43,2 %, kemudian kelas L3 (5 ≤ L < 9 m) sebesar 42,2 % dan kelas L1 (L < 2) sebesar 11,9 % sedangkan untuk kelas L4 sebesar 2,7 %. Ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di median jalan termasuk kualifikasi L2 atau pohon muda, dapat dilihat pada gambar 13. Ket : 2.7%
11.9%
L1 : L < 2 m L1 35 L2 127
42.2%
L3 124 43.2%
L2 : 2 ≤ L < 5 m L3 : 5 ≤ L < 9 m L4 : L ≥ 9 m
L4 8
Gambar 13. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk di Median Jalan
29 4.4.1.3. Jalur Hijau Pedestrian Kanan Pedestrian Kanan atau PR memiliki jumlah pohon 341 dari
13 jenis
pohon, yang tersebar di sepanjang Jalan Pajajaran. Pohon yang tumbuh di PR yaitu akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), damar (Agathis damara), glodongan (Polyalthia longifolia), ketapang (Terminalia catappa), mahoni (Swietenia mahagoni), mangga (Mangifera indica), palm (Chamadedorea spp), pete cina (Laucaena glauca), saga (Adenanthera precatorius), dan tanjung (Mimusops elengi).
Tabel 10. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kanan ID
PR
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Jumlah Pohon
Akasia
Acasia auriculiformis
2
Angsana
Pterocarpus indicus
61
Beringin
Ficus benjamina
6
Bunga Kupu-kupu
Bauhinia pupurea
1
Damar
Agathis damara
3
Glodongan
Polyalthia longifolia
5
Ketapang
Terminalia catappa
4
Mahoni
Swietenia mahagoni
199
Mangga
Elaeis guinensis
4
Palm
Chamadedorea spp
14
Pete cina
Laucaena glauca
11
Saga
Adenanthera precatorius
1
Mimusops elengi
30
Tanjung Jumlah
341
Berdasarkan data yang didapat pada PR pohon yang memiliki jumlah paling mayoritas yaitu mahoni (Swietenia mahagoni) dengan 199 pohon, dan jumlah pohon yang paling sedikit terdapat pada PR adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dan saga (Adenanthera precatorius) yang hanya terdapat 1 pohon saja di sepanjang PR. hasil data pohon pada PR dapat dilihat pada tabel 12. Jumlah dan persentase jenis pohon di PR, didapatkan pohon mahoni memilki jumlah dan persentase yang terbayak dari jenis pohon yang lain. mahoni memiliki jumlah 199 pohon (58,4 %) dan angsana memilki jumlah 61 pohon (17,9 %). Sedangkan jenis pohon lainnya yang ada di PR persentase yang ada tidak mencapai 10 %. Data ini menunjukkan bahwa pohon mahoni merupakan
30 jenis pohon yang paling banyak tumbuh di pedestrian kiri dan dapat dilihat pada gambar 14. 8.8%
Akasia 2
0.6%
0.3%
Angsana 61
17.9% 4.1% 3.2%
Beringin 6
1.8%
Bunga Kupu-Kupu 1
0.3% 0.9%
1.2%
Damar 3 Glodongan 5
1.5% 1.2%
Ket apang 4 M ahoni 199 M angga 4 Palm 14 Pet e Cina 11 Saga 1
58.4%
Tanjung 30
Gambar 14. Jumlah dan Persentase Pohon di PR
Hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di PR diperoleh DBH kelas D3 (30 ≤ DBH < 60 cm) yang memiliki jumlah yang paling banyak yang terdapat pada 179 pohon (52,5 %). Diikuti dengan kelas D2 (10 ≤ DBH < 30 cm) dengan persentase 39,9 % dari 136 pohon, dan kelas D4 DBH ≥ 60 % terdapat pada 26 pohon (7,6 %). Sedangkan untuk kelas D1 tidak terdapat pada PR ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di PR merupakan termasuk kelas pohon hampir dewasa atau tiang dengan diameter antara (30 ≤ DBH < 60 cm) dapat dilihat pada gambar 15.
7.6%
0.0%
39.9%
D1 0 D2 136 D3 179 D4 26
52.5%
Ket : D1 : DBH < 10 cm D2 : 10 ≤ DBH < 30 cm D3 : 30 ≤ DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm
Gambar 15. Jumlah dan Persentase DBH Pohon di PR Hasil pengukuran tinggi pohon di PR didapatkan hanya memilki dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di PR. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 ≤ T < 28 m sebesar 71,8 %, untuk kelas T2 (1 ≤ T < 6 m)
31 memiliki persentase sebesar 28,2 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan bahwa pada daerah PR merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang dapat dilihat pada gambar 16. 0.0% 28.2% T1 0 T2 96 T3 245 T4 0
71.8%
Ket : T1 : T < 1 m T2 : 1 ≤ T < 6 m T3 : 6 ≤ T < 28 m T4 : T ≥ 28 m
Gambar 16. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di PR
Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada PR diperoleh bahwa kelas L3 (5 ≤ L < 9 m) memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 48,1 % dari 164 pohon, kemudian kelas L2 (2 ≤ L < 5 m) sebesar 43,4 % dari 148 pohon dan kelas L1 (L < 2) sebesar 7,0 % sedangkan untuk kelas L4 sebesar 1,5 %. Ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di PR termasuk kualifikasi L3 atau tiang dapat dilihat pada gambar 17.
1.5%
7.0%
Ket : L1 24 L2 148 48.1% 43.4%
L3 164 L4 5
L1 : L < 2 m L2 : 2 ≤ L < 5 m L3 : 5 ≤ L < 9 m L4 : L ≥ 9 m
Gambar 17. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Pohon di PR
\
32 4.4.2. Pengukuran Kondisi Fisik Pohon Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan menekankan pada bagian pangkal akar yang ada di permukaan tanah, batang, daun, dan percabangan. Penilaian kondisi fisik berdasarkan 2 kerusakan yaitu kerusakan dan penyakit tanaman, dan mekanik.
4.4.2.1. Kerusakan dan Penyakit Tanaman Dari data yang diperoleh persentase kerusakan dan penyakit pada pohon di Jalan Pajajaran secara umum termasuk sangat sedikit atau tidak ada. Ini terlihat kerusakan dan penyakit berada pada peringkat 1 dengan persentase sebesar 87,5 %, peringkat 2 sebesar 4,7 %, peringkat 3 sebesar 3,3 % dan peringkat 4 sebesar 4,4 % dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 11. Peringkat Kerusakan dan Penyakit Di Jalan Pajajaran ID
Hama dan Penyakit 1
2
3
4
PL
260
22
24
24
M
271
13
0
10
PR
313
10
10
8
Jumlah
844
45
34
42
%
87,5
4,7
3,5
4,4
Ket : Peringkat 1 : tidak ada/sangat sedikit (0 % ≤ TPT < 15%) Peringkat 2 : sedikit (15% ≤ TPT < 30%) Peringkat 3 : banyak (30% ≤ TPT < 50%) Peringkat 4 : sangat banyak (TPT ≥ 50%)
Bentuk kerusakan yang terjadi pada pohon yang ada di Jalan Pajajaran ini sebagian disebabkan oleh tumbuhan pengganggu yang tumbuh pada pohon seperti epifit dan benalu. Epifit yang banyak ditemui yang ada pada pohon seperti jenis paku-pakuan dan anggrek. Epifit merupakan tumbuhan yang tumbuh di atas tanaman lain yang dapat memproduksi makanan sendiri dan tidak mengambil sari makanan dari tanaman inangnya. Epifit pada umumnya tumbuh pada pohon inangnya dan dapat memenuhi dari tubuh inangnya, disebabkan oleh teduh dan kelembaban yang tinggi terdapat pada bagian bawah tajuk. Untuk mengatasi hal ini, pihak pengelola sebaiknya melakukan pembersihan pada epifit yang ada secara rutin.
33
Gambar 18. Pohon yang Ditumbuhi Epifit
Tumbuhan pengganggu yang banyak ditemui adalah benalu, benalu merupakan tumbuhan pengganggu yang banyak ditemui pada pohon. Benalu merupakan tumbuhan yang semi parasit yang hidupnya menempel pada tanaman inangnya dan mengambil sari makanan yang ada pada inangnya juga. Benalu merupakan tumbuhan yang dapat mudah berkembang biak, benalu dapat membuat tanaman inangnya merana karena kekurangan makanan bahkan dapat
menimbulkan
kematian
pada
tanaman
inanngnya
(Najiyati
dan
Danarti,1999). Untuk memberantas benalu, dengan melakukan pembersihan terhadap pohon yang ditumbuhi oleh benalu dan membersihkan semua akarnya karena akar benalu yang tinggal dapat berkembang biak lagi (Najiyati dan Danarti,1999).
Gambar 19. Pohon yang Ditumbuhi Benalu
34 Bentuk kerusakan yang ditemui adalah berupa luka-luka pada pohon, mengelupasnya kulit pohon atau lubang-lubang alami yang ada pada pohon. Hal ini dapat menimbulkan pohon terjangkit jamur yang dapat mengambil makanan dari tanaman inang untuk hidup dan berkembang. Jamur juga dapat tumbuh karena kondisi sekitar pohon yang lembab dan memungkinkan berkembangnya jamur. Cara mengatasi tumbuhnya jamur dengan menjaga kondisi tanah supaya tidak terlalu lembab dan tidak basah atau dengan cara kimia dengan pemberian fungisida pada pohon yang terkena jamur (Arifin dan Nurhayati, 2000). Kerusakan atau penyakit yang dapat mengakibatkan kefatalan adalah gerowong atau rongga yang ada pada pangkal akar dan batang. Gerowong terbentuk karena timbulnya luka pada kulit pohon dan tidak langsung ditangani sehingga kulit pohon tersebut terserang oleh hama atau penyakit yang menimbulkan rongga pada batang. Gerowong juga dapat terjadi oleh vandalisme yang dilakukan oleh manusia seperti melakukan pembakaran sampah pada pangkal akar pohon yang dapat menimbulkan lubang pada batang (gambar 20).
(a)
(b)
Gambar 20. a. Gerowong yang disebabkan oleh luka pada batang yang tidak langsung ditangani, b. Gerowong yang disebabkan oleh kerusakan mekanik
Gerowong pada pohon dapat mengancam pohon itu sendiri atau menggangu keselamatan pengguna jalan. Pihak pengelola yang berwenang dapat melakukan pengendalian atau penebangangan dan dilakukan penggantian pohon. Menurut Dahlan (1992) pohon-pohon yang perlu ditebang adalah pohonpohon
yang memiliki kriteria antara lain mati, membahayakan, saling
35 berhimpitan, pohon terkena penyakit dan mengancam pohon lain, atau mengganggu jalur listrik dan telepon.
4.4.2. 2. Kerusakan Mekanik Persentase kerusakan mekanik pada pohon di Jalan pajajaran termasuk kedalam peringkat 1 dengan persentase 95,5 %, peringkat 2 sebesar 3,3 %, peringkat 3 sebesar 0,5 % dan peringkat 4 sebesar 0,6 %. Ini menunjukkan bahwa pada jalur hijau jalan di Jalan Pajajaran merupakan tidak ada atau sangat sedikit kerusakan mekanik (tabel 14). Tabel 12. Peringkat Kerusakan Mekanik Di Jalan Pajajaran ID
Kerusakan Mekanik 1
2
3
4
PL
309
16
4
1
M
294
0
0
0
PR
319
16
1
5
Jumlah
922
32
5
6
0.5
0.6
%
95.5 3.3 Ket: Peringkat 1 : tidak ada/sangat sedikit (0 % ≤ TM < 15%) Peringkat 2 : sedikit (15% ≤ TM < 30%) Peringkat 3 : banyak (30% ≤ TM< 50%) Peringkat 4 : sangat banyak (TM ≥ 50%)
(a)
(b)
Gambar 21. a. Kerusakan mekanik oleh tindakan vandalisme pencoretan pada Pohon (grafiti), b. Kerusakan mekanik penempelan iklan pada pohon
36 Dilihat dari kondisi yang ada di lapang kerusakan mekanik pada pohon pada umumnya di sebabkan oleh vandalisme, sayatan, dan patah cabang. Vandalisme seperti penempelan papan iklan di pohon, spanduk, pencoretan terhadap pohon, dan adanya warung di sekitar pohon. Hal ini dapat menimbulkan kesan kurang terawat dan mempengaruhi visual pada pohon tersebut (gambar 21). Selain itu vandalisme terjadi akibat letak pohon berada berdampingan pada jalur pedestrian dan sebagian warga membuang atau membakar sampah pada pangkal akar yang dapat menimbulkan kebakaran sehingga batang pohon menjadi berongga (gambar 20). Sayatan oleh benda tajam, merupakan dapat menimbulkan kerusakan pada pohon. Sayatan yang terjadi pada pohon yang ada di Jalan Pajajaran masih dalam taraf relatif sedikit, tetapi sayatan pada pohon dapat menimbulkan luka pada kulit pohon dan dapat menimbulkan kematian pada pohon apabila sayatan yang terjadi mencapai pada lapisan kambium (gambar 22).
Gambar 22. Sayatan Pada Pohon
Dari data yang diperoleh persentase kerusakan dan penyakit tanaman serta kerusakan mekanik yang ada pada pohon di Jalan Pajajaran secara umum masih sangat sedikit, maka kondisi pohon di Jalan Pajajaran termasuk dalam kategori peringkat 1 dengan persentase sebesar 80.0 % dimana kerusakan sangat sedikit atau dapat dikatakan tidak ada (0 – 15%). Pada peringkat 2 terdapat 9,8 %, Peringkat 3 terdapat 5,6 %, dan peringkat 4 memiliki jumlah yang sedikit 4,6 %. Besarnya jumlah pohon pada peringkat 1 menunjukkan bahwa kondisi pohon di Jalan Pajajaran kondisi pohon sebagian besar masih baik atau sedikit mengalami serangan penyakit, dapat dilihat pada tabel 15.
37 Tabel 13. Peringkat Total Kerusakan Pohon di Jalan Pajajaran Penyakit Tanaman dan Kerusakan Mekanik
ID
1
2
3
4
PL
229
41
35
25
M
257
20
7
10
PR
286
34
12
9
Jumlah
772
95
54
44
80,0 9.8 5.6 Ket: Peringkat 1 : tidak ada/sangat sedikit (0 % ≤ TPT/TM < 15%) Peringkat 2 : sedikit (15% ≤ TPT/TM < 30%) Peringkat 3 : banyak (30% ≤ TPT/TM < 50%) Peringkat 4 : sangat banyak (TPT/TM ≥ 50%)
4.6
%
4.5. Teknik Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan tindakan atau usaha yang dilakukan untuk mengurangi kerusakan melalui pengawasan dan perbaikan. Kunci suatu keberhasilan tergantung pada pemeliharaan. Konsep pemeliharaan fisik adalah pemeliharaan ideal atau rutin, pencegahan,
pemeliharan fisik meliputi diantaranya
pertahanan/pengendalian,
dan
perbaikan
atau
pengobatan.
Pemeliharan fisik mencakup pemeliharaan elemen lunak dan elemen keras, pemeliharan elemen lunak meliputi 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan
tanah,
pengaerasian
tanah,
3)
penyiraman,
irigasi,
4)
pemupukan, 5) penyulaman tanaman, serta 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin dan Nurhayati, 2000). Sedangkan tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hujau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin Hadi, 2002).
4.5.1. Pemangkasan Tinggi Pemangkasan
tinggi
pohon
atau
topping
perlu
dilakukan
untuk
menyeimbangi tinggi pohon dengan daya dukung perakaran. Dalam keadaan normal perakaran dapat berkembang sejauh lebar tajuk. Dilihat dari kondisi di lapang posisi tumbuh pohon sangat sempit dibatasi oleh perkerasan dan bangunan
sehingga
penyeimbang
dalam
perkembangan luasan
akar.
tinggi
pohon
Pohon
yang
harus
dibatasi
sebaiknya
untuk
mengalami
38 pemangkasan tinggi adalah pohon yang berada pada kelas T3 dan T4 dengan tinggi di atas 15 m. Dari data yang didapat pada kelas T3 terdapat 712 pohon dari semua pohon yang ada di Jalan Pajajaran. Dari 712 pohon yang memiliki ketinggian lebih dari 15 m disarankan untuk ditopping. Selain untuk aspek keamanan seperti tumbang apabila ada angin kencang dan hujan deras, pemotongan juga dapat untuk mendapatkan keseragaman tinggi pohon (Arifin dan Nurhayati, 2000).
4.5.2. Pemangkasan Lebar Tajuk Pohon Pemangkasan
lebar
tajuk
pohon
dilakukan
berdasarkan
dua
pertimbangan, yaitu keamanan dan kesehatan. Tajuk yang terlalu lebar pada pohon dikhawatirkan tidak kuat menahan angin dan hujan besar dan hal ini dapat membahayakan pengguna jalan. Pohon pada kedua sisi jalan yang memiliki tajuk saling bersinggungan dan menutup jalan dapat menghalangi sinar matahari dan sirkulasi udara pada bagian jalan tersebut kurang baik bagi kesehatan. Jarak tanam untuk pohon sebesar 5 – 7 m searah jalur jalan dengan lebar jalur antara 2 – 5 m tergantung pada jenis dan bentuk tajuk (Dahlan, 1997). Pohon yang terlalu dekat dapat menimbulkan persaingan dalam penguasan sinar matahari dan dapat menimbulkan tumbuh tidak normal. Jarak tanam yang terlalu dekat juga dapat menimbulkan kesan gelap. Pohon yang sebaiknya dilakukan pemangkasan lebar tajuk adalah kelas L4 yang tajuknya lebih besar dari 9 meter. Dari data yang didapat di lapang pohon yang memiliki lebar tajuk kelas L4 sebanyak 29 pohon atau 2,9 % dari total pohon yang ada di Jalan Pajajaran.
Menurut Arifin dan Nurhayati (2000) untuk pemangkasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Potong dahan dari atas ke bawah. Untuk mencegah kerusakan kulit batang, bagian bawah lebih dahulu dipotong sebagian. 2. Potong sisa dahan hingga bersih dan rata. Cara ini dapat mempercepat penyembuhan dan mencegah kerusakan kayu. 3. Bersihkan dan potong secara melingkar bekas potongan/luka yang menonjol dengan pisau yang tajam. 4. Semprot atau olesi semua bagian yang luka dengan desinfektan untuk mencegah jamur dan hama.
39
Gambar 23. Tahap Pemotongan Pada Dahan Pohon
4.5.3. Pengendalian Kerusakan Dari Tanaman Penumpang Pembersihan pohon dari tanaman penumpang yang paling banyak ditemui di lapangan adalah tumbuh pada pohon diantaranya benalu, benalu merupakan tumbuhan penganggu yang banyak ditemui pada pohon. Benalu merupakan tumbuhan yang semi parasit yang hidupnya menempel pada tanaman inangnya dan mengambil sari makanan yang ada pada inangnya juga. Benalu merupakan tanaman yang dapat mudah berkembang biak, benalu dapat membuat tanaman inangnya merana karena kekurangan makanan bahkan dapat menimbulkan kematian pada tanaman inangnya. Untuk memberantas benalu, dengan melakukan pembersihan terhadap pohon yang ditumbuhi oleh benalu dan membersihkan semua akarnya karena akar benalu yang tinggal dapat berkembang biak lagi (Najiyati dan Danarti,1999).
4.5.4. Penambalan pada Pohon Berlubang Pohon yang mengalami kerusakan akibat berlubang dan gerowong dapat diatasi dengan mengunakan metode cavity treatment. Dari data yang didapat pohon yang berlubang dan gerowong yang mengalami kerusakan lebih dari 40 % di jalan Pajajaran sebanyak 29 pohon atau 2,9 % dari jumlah pohon yang ada di Jalan Pajajaran. Tindakan penanganan pohon ini berupa perlakuan menutupi atau mengisi dengan adukan semen pada lubang yang terbentuk pada batang yang disebabkan oleh serangan rayap, jamur atau terbakar untuk menghentikan kerusakan yang lebih lanjut, menambah kekuatan batang dan membantu
40 pertumbuhan kalus menutupi lubang pada batang. Material yang diisikan pada lubang batang pohon tersebut adalah adukan semen dan pasir serta batu kali atau batu bata.
(b)
(b)
(c)
Gambar 24. a. Pohon angsana yang mengalami kerusakan akibat gerowong, b. Teknik dan material yang diisikan kedalam lubang yang ada pada pohon, c. Hasil dari metode cavity treatment. Foto b dan c Bambang Sulistyantara
Dalam melakukan cavity treatment beberapa prosedur harus diikuti : 1) Lubang pada batang dibersihkan dari sisa kayu yang lapuk, sisa kebakaran, atau rayap yang ada 2) Memasang beberapa angkur/paku yang ditancap pada batang yang utuh untuk memperkuat pertautan semen dengan batang bagian dalam
41 3) Mengisi lubang dengan adukan semen sampai pada batas lingkaran kayu, tidak memberi adukan semen sampai rata dengan kulit. Dengan kata lain semen hanya diberikan sampai pada permukaan dalam kulit pohon, dengan tujuan agar kalus yang tumbuh dapat menjalar dan menutupi seluruh permukaan lubang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam dalam penambalan pada pohon antara lain ukuran gerowong, umur pohon (menentukan kekuatan pohon dalam menahan beban isi tambalan), vitalitas pohon, daya hidup pohon dan daya tahannya terhadap penyakit (Pirone, 1972).
4.5.5. Penebangan Pohon Penebangan pohon yang dilakukan berdasarkan atas, yaitu pertama karena keamanan. Keamanan yang dimaksudkan adalah pohon yang telah mengalami kerusakan yang sangat berat atau mati, kedua penebangan dilakukan apabila pohon menganggu keindahan karena penanaman pohon yang terlalu rapat satu sama yang lain. Pada jalan Pajajaran penebangan hanya terdapat 2 pohon berada pada pedestrian kanan.
4.5.6. Pemupukan Pohon dewasa diberi pupuk untuk menjaga pohon tetap vigor, bukan untuk mempercepat pertumbuhannya karena space pada jalur hijau sudah terbatas. Pada tanaman pohon yang muda pupuk diberikan untuk mempercepat pertumbuhannya. Oleh karena itu pohon tua diberi pupuk lebih sedikit dibanding pohon muda. Pohon pada jalur hijau memerlukan unsur makro nitrogen, posfor dan kalium. Jumlah pupuk yang diberikan mengacu kepada diameter proyeksi tajuk pohon dengan perbandingan N:P:K=5:3:2 dengan dosis 1 kg pupuk tiap 100 m2 atau 5 gram nitrogen, 3 gram pospor dan 2 gram kalium tiap m2. Pemupukan dilakukan dengan membuat lubang-lubang di sekitar batang yang dibuat pada trotoar atau pada bahu jalan yang masih berupa tanah. Lubang dibuat dengan menggunakan linggis atau lubang dibor menggunakan bor listrik, dengan dalam lubang 45 - 60 cm. Lubang dibuat menyebar di bawah tajuk. Lubang-lubang yang terdekat ke batang berjarak 1.5 m dari batang, sedang
42 jarak antar lubang adalah 60 cm. Jumlah pupuk yang diberikan dibagi dengan jumlah yang sama banyak pada setiap lubang. Setelah lubang diisi dengan pupuk, lubang harus disiram dengan air. Pemupukan diberikan satu kali dalam setahun, yaitu pada saat awal atau akhir musim hujan (Nasrullah, 2005).
4.6. Pengolahan Data 4.6.1. Pengolahan Database Dengan Excel Database pohon dirangkum dengan menggunakan program MS Excel yang dapat memberikan kemudahan dalam penggunaan. Tabel yang dibuat dalam bentuk MS Excel diklasifikasikan mulai dari field letak/posisi dengan nama seperti No Pohon, Nama Pohon, Nama Ilmiah, Diameter Batang, Kelas, Tinggi Pohon, Kelas, Lebar Tajuk, Kelas, Kerusakan, Keseimbangan Batang, Keseimbangan Tajuk, Bentuk Tajuk, Status Pohon, dan Tindakan (gambar 25)
Gambar 25. Database Jalur Hijau Jalan Pengolahan data pada MS Excel dilalakukan per-bagian atau segmen, bagian Pedestrian Kiri (PL), Median (M), Pedestrian Kanan (PR). Ini bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data. Dalam penyaringan informasi dapat mengunakan fasilitas AutoFilter sehingga data yang ditampilkan sesuai
43 dengan data yang dipilih. Untuk mengoperasikannya dengan membuat blok pada setiap judul pada kolom kemudian pilih menu Data > Filter > AutoFilter, dan akan muncul pada setiap kolom tombol pilihan.
4.6.2. Pengolahan Database dengan ArcView Pengolahan data dengan ArcView dimulai dari pemindahan titik kordinat pohon yang diambil dengan GPS yang datanya disimpan dalam bentuk DXF. Untuk menampilkan data dari GPS pada ArcView dengan langkah sebagai berikut mengklik View pada menu utama kemudian klik Add Theme dan mencari sumber data yang akan dimasukan (gambar 26 )
Gambar 26. Tampilan Add Theme Pada ArcView Setelah muncul data digital tersebut belum bisa dijalankan untuk keperluan informasi maka perlu dilakukan konversi dari bentuk DXF kedalam bentuk shape file (convert to shape file). Untuk konversi kedalam bentuk shape file terlebih dulu harus mengaktifkan extension CADRG Image Support pada File > Extension > CADRG Image Support sehingga akan muncul tool Cad pada ArcView selanjutnya CAD > Make CAD Layer > Yes sehingga data DXF akan berubah menjadi bentuk shape file.
44
Gambar 27. Tampilan Extension Pada ArcView Setelah data dikonversikan dari DXF menjadi bentuk shape file maka data digital pohon sudah dapat digunakan (gambar 28)
Gambar 28. Tampilan Peta Bogor dan Titik Pohon Untuk mendapatkan informasi dari tampilan Peta Bogor dan titik pohon dapat mengklik
atau identify pada salah satu titik yang ada pada tampilan
45 peta digital dan akan mengeluarkan informasi yang ada per individu pohon (gambar 29)
Gambar 29. Informasi yang Ditampilkan dengan Mengklik Identify pada Salah Satu Titik Pohon
Selain dengan cara mengklik langsung pada titik pohon, pengguna juga dapat mengakses dan mendapatkan informasi dengan mengklik
atau open
theme table dan akan menampilkan tabel seperti gambar 30. Dalam view tabel juga dapat melakukan editing
data dengan mengklik menu > Tabel > Start
editing dan setelah editing data dapat melakukan penyimpanan melalui menu > Tabel > Save edits. Pada open theme table akan menampilkan informasi yaitu, posisi_x, Posisi_y, zona, atitude, no pohon, nama lokal, nama ilmiah, diameter, kelas, tinggi pohon, kelas, lebar tajuk, kelas, kerusakan akar, nilai, persentase kerusakan, kerusakan batang, nilai, persentase kerusakan, kerusakan cabang dan daun, kelas, persentase kerusakan, kerusakan mekanik, nilai, persentase kerusakan, keseimbangan batang, keseimbangan tajuk, total kerusakan, dan tindakan.
46
Gambar 30. Informasi yang Ditampilkan dengan Open Theme Table
Gambar 31. Tampilan Titik Pohon Jalur Median dan Identify Results
47
Gambar 32. Tampilan Peta Titik Pohon Jalur Pedestrian Kiri dan Identify Results
Gambar 33. Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Pedestrian Kanan dan Identify Results results
48 4.7. Penyajian Hasil Penyajian hasil data informasi pemeliharaan jalur hijau jalan di Jalan Pajajaran dalam bentuk digital ditampilkan melalui MS4W atau MapServers for Windows yang dikemas didalamnya. Tujuan dari penyajian hasil dengan mengunakan MS4W adalah agar pengguna dapat mengakses informasi yang diperlukan dengan mudah. MapServer merupakan salah satu perangkat lunak open-source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi internet-based yang melibatkan atau tampilan spasial (peta digital) (Prahasta, 2006).
4.7.1. Instalasi MS4W Untuk mengakses penggunaan MS4W, pengguna terlebih dahulu harus melakukan instalasi program dengan melakukan langkah sebagai berikut: 1. Memindahkan atau mentransfer program MS4W hingga terletak di root (“c:\ms4w”) seperti gambar 33. 2. Lakukan instalasi amplikasi web-server-nya dalam hal ini (Apache) dengan cara men-dauble-click file “apache-install.bat” yang terdapat dalam sub direktori “ms4w”, seperti gambar 34.
Gambar 34. Tampilan Posisi MS4W dan Tampilan Sub-direktori
49 3. Setelah
melakukan
instalasi
pada
“apache-install.bat”
selanjutnya membuka Internet Explorer Browser atau icon
sukses
.
Selanjutnya panggillah program ini dengan melakukan browsing dengan mengetik
http://localhost/,
jika
berhasil
atau
sukses
maka
PHP/MapScript pendukung MapServer telah terintalasi dengan baik dan siap untuk digunakan seperti gambar 35.
Gambar 35. Tampilan Browsing pada Localhost
4.7.2. Penggunaan MS4W MapServer for Windows MS4W dapat diakses langsung dengan melakukan browsing pada http://localhost/gmap/gmap75.phtml dan akan muncul tampilan seperti pada gambar 36. Pada tampilan ini terdapat field legend, field peta, keymap dan field informasi . Field legend terdiri dari layer jalan > layer titik pohon pedestrian kiri (phn_pl) > layer titik pohon median (ttk phn median) >
layer titik pohon
pedestrian kanan (phn_pr). Field peta menampilkan peta bogor yang dapat di akses dengan melakukan zoom in dan zoom out, pengeseran letak peta dan icon informasi. Field keymap merupakan peta orientasi yang menjelaskan posisi atau lokasi pada saat field peta dilakukan zoom in atau zoom out. Field informasi
50 menampilkan informasi yang sedang diakses berupa no pohon, nama lokal, elevasi, deskripsi, posisi x, posisi y, nama ilmiah, diameter batang, kelas, tinggi pohon, kelas, lebar tajuk, kelas, kerusakan akar, nilai, persentase kerusakan, kerusakan batang, nilai, persentase kerusakan, kerusakan cabang dan daun, kelas, persentase kerusakan, kerusakan mekanik, nilai, persentase kerusakan, keseimbangan batang, keseimbangan tajuk, total kerusakan, status pohon, tindakan dan gambar.
Gambar 36. Tampilan MapServer Saat Browsing pada Localhost
51
Gambar 37.
Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Median
Gambar 38.
Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kiri
52
Gambar 39.
Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kanan
Gambar 40.
Tampilan dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kanan dengan Detail Informasi
V. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan Dari studi yang dilakukan dan informasi yang diperoleh jumlah pohon pada jalur hijau jalan Pajajaran diperoleh data jumlah pohon sebanyak 965 pohon yang terdiri dari 20 jenis pohon yang terbagi pada jalur pedestrian kiri, median, dan pedestrian kanan. Penyusunan database pohon yang ada di Jalan Pajajaran yang dapat menyajikan informasi jenis pohon yang ada serta kondisi fisik yang ada pada pohon yang meliputi yaitu, no pohon, nama lokal, elevasi, deskripsi, posisi x, posisi y, nama ilmiah, diameter batang, kelas, tinggi pohon, kelas, lebar tajuk, kelas, kerusakan akar, nilai kerusakan akar, persentase kerusakan, kerusakan batang, nilai kerusakan batang, persentase kerusakan, kerusakan cabang dan daun, nilai kerusakan batang dan daun, persentase kerusakan, kerusakan mekanik, nilai kerusakan mekanik, persentase kerusakan, keseimbangan batang, keseimbangan tajuk, total kerusakan, status pohon, tindakan dan gambar. Berdasarkan studi yang dilakukan diperoleh bahwa pohon di Jalan Pajajaran tergolong pada pohon hampir dewasa memiliki kelas tinggi tiang (tinggi) dan kelas lebar tajuk pohon tiang. Jalur hijau jalan Pajajaran memiliki peringkat kerusakan HPT dan kerusakan mekanik yang masih sangat sedikit ini terlihat pada total kerusakan HPT dan kerusakan mekanik dengan persentase tidak ada/sangat sedikit kerusakan adalah sebesar 80,0 %.
5.2. Saran Dari kondisi yang ada dilapang secara umum pohon yang ada di Jalan Pajajaran masih tergolong baik. Untuk meningkatkan kualitas terhadap pohon dan menjaga kenyamanan terhadap pengguna jalan perlunya dilakukan pemeliharaan
rutin
terhadap
pohon
yang
ada
seperti
pemangkasan,
pengendalian hama yang ada, pemupukan, penyiraman serta pengawatan atau penguatan terhadap pohon yang mengalami kerusakan. Perlu adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah Kota Bogor dengan masyarakat untuk mendukung dan menjaga kelestarian terhadap pohon yang ada di sepanjang Jalan Pajajara.Upaya pembaharuan informasi data inventarisasi dan pengukuran pohon juga sangat
53 diperlukan untuk peng-update-an data, dan diharapkan pembaharuan data dilakukan minimal satu kali dalam setahun.
VI. DAFTAR PUSTAKA Ariffin, H. S. 2002. Bahan Kuliah Penggelolaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.tidak Dipublikasikan. Arifin, H. S. dan Nurhayati, H. S. A, 2000. Pemeliharaan Taman, Penebar Swadaya. Jakarta. Aronoff, S, 1989. GIS: A Management Perspective. WDL Publications, Ottawa, Canada. Baros, B. Dan U.S. Wiradisastra. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen Sumberdaya. Laboratorium Pengindraan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 253 Hal. Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Waveland Press, Inc. Illinois.315 p. Carpenter, P.L., T.D. Walker and F.O. Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. W.H. Freeman and Co. New York 175 p. Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota: Untuk Penggelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta. 92 hal. Daniel T. W., J.A. Helms, F.S. Baker. 1995. Prinsip-prinsip Silvikultur. Marsono D, Penerjemah; Soesono OH, editor. Gajah Mada University Press. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Terjemahan dari: Principlies Of Silvikulture. 596 hal. Depdagri. 1988. Intruksi Mendagri No.14. Jakarta. 20 hal. Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota DKI Jakarta. 2001. Daftar Istilah. Jakarta. Tidak dipublikasikan. 11 Hal. Direktorat Jedral Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Direktorat Jendral Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. 52 Hal. Fakultas Pertanian IPB dan Pemerintah Daerah Kota Bogor. 2003. Penelitian dan Pengamatan Pohon di Jalur Hijau Kota Bogor dan Rekomendasi Tindakan. Bogor. Tidak dipublikasikan. Grey, G. W. And F. J. Deneke. 1978. Urban Forestry. John Willey and Sons. New York. 279 p. Najiyati, S dan Danarti. 1999. Memilih dan Merawat Tanaman Buah Di Pekarangan Sempit: Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.129 hal. Nasrullah, Nizar. 2005. Bahan Kuliah Tanaman Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. tidak Dipublikasikan.
55 Nurisjah, S. 1991. Tanaman Untuk Taman dan Lansekap Kota. Kerjasama Lembaga Pengabdian pada Masyarakat IPB dengan Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 17 hal. Pirone, P. P. 1972. Tree Maintenance. Oxford University Press. New York. 574 Hal. Prahasta, Eddy. 2006. Sistem Informasi Geografis: Membangun Amplikasi Web Berbasis GIS Dengan MapServer, Informatika. Bandung. 735 Hal. Purnamasari, E. 2003. Studi Keberadaan dan Kondisi Fisik Pohon Kenari (Canarium commune l). Sebagai Pohon Tepi Jalan di Jalan Pemuda dan Jalan Ahmad Yani. Kota Bogor. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. 54 Hal. Simonds, J. L. 1983. Landscape Architecture. Mc. GrawHill Co. New York. 331 p. Sulistyantara, Bambang. 2006. Bahan Kuliah Ruang Terbuka Hijau. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.tidak Dipublikasikan.
LAMPIRAN
DATA JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN BOGOR DATA POHON MEDIAN LOKASI MEDIAN JALAN (M) No
Nama Pohon
Nama Imiah
Diameter Batang <ela; Tinggi Pohon Kelas Lebar Tajul Kelas (cm)
(m)
Kerusakan Akar Batang
(m)
(eseimbangan
Cabang dan Mekani 3atang Tajuk l Daun 0 0 1 1
Bentuk
Tot
Tajuk
Kerusakan
Simetris
(%) 0
Status
Tindakan
1 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
6
L3
0
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
2 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
3 Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
4 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
5 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
6 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
7 Akasia
Acasia auriculiformis
35
D3
12
T3
8
L3
0
0
5
0
2
2
Asimetris
50
Pangkas Berat
8 Sengon
Albizzia chinensis
25
D2
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
kurang aman Aman
9 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
10 Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
11 Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
10
T3
6
L3
0
2
2
0
1
2
Asimetris
30
Aman
Pemeliharaan Rutin
12 Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
12
T3
8
L3
0
2
2
0
2
2
Asimetris
30
Aman
Pemeliharaan Rutin
13 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
14 Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
10
T3
6
L3
0
5
0
0
2
2
Asimetris
50
Cavity Tratment
15 Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
12
T3
8
L3
0
2
2
0
1
1
Simetris
30
kurang aman Aman
16 Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
30
Aman
Pemeliharaan Rutin
17 Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
8
T3
6
L3
0
0
2
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
18 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
19 Angsana
Pteropcarpus indicus
40
D3
12
T3
8
L3
0
2
2
0
2
2
Asimetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
20 Angsana
Pteropcarpus indicus
35
D3
12
T3
6
L3
0
5
0
0
1
1
Simetris
50
Cavity Tratment
21 Angsana
Pteropcarpus indicus
40
D3
12
T3
8
L3
0
2
2
0
2
2
Asimetris
30
kurang aman Aman
22 Angsana
Pteropcarpus indicus
45
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
23 Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
24 Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
2
1
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
25 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
6
T3
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
26 Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
8
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
27 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
28 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
6
T3
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
29 Akasia
Acasia auriculiformis
35
D3
12
T3
8
L3
0
5
2
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
30 Akasia
Acasia auriculiformis
25
D2
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
No
Nama Pohon
Nama Imiah
Diameter Batang <ela; Tinggi Pohon Kelas Lebar Tajul Kelas (cm)
(m)
Kerusakan Akar Batang
(m)
(eseimbangan
Cabang dan Mekani 3atang Tajuk l Daun 0 0 1 1
Bentuk
Tindakan
Tot
Tajuk Kerusakan
31
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
10
T3
6
L3
0
0
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
32
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T3
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
33
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
34
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
35
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
8
T3
6
L3
0
2
2
0
1
1
Simetris
30
Aman
Pemeliharaan Rutin
36
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
8
T3
6
L3
0
2
0
0
2
1
Asimetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
37
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T3
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
38
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T3
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
39
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
5
T2
2
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
40
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
5
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
41
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
42
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
43
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
44
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
45
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
46
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
47
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
48
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
49
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
50
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
51
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
52
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
53
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
54
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
55
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
56
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
8
L3
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
57
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
58
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
59
Akasia
Acasia auriculiformis
40
D3
8
T3
6
L3
0
3
5
0
2
2
Asimetris
50
Cavity Tratment
60
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
kurang aman Aman
61
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
62
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T3
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
63
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T3
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
64
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T3
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
No
Nama Pohon
Nama Imiah
Diameter Batang <ela; Tinggi Pohon Kelas Lebar Tajul Kelas (cm)
(m)
Kerusakan Akar Batang
(m)
(eseimbangan
Cabang dan Mekani 3atang Tajuk l Daun 0 0 1 1
Bentuk
Tindakan
Tot
Tajuk Kerusakan
65
Angsana
Pteropcarpus indicus
40
D3
12
T3
6
L3
0
0
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
66
Angsana
Pteropcarpus indicus
40
D3
12
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
67
Angsana
Pteropcarpus indicus
35
D3
12
T3
6
L3
0
0
0
0
2
1
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
68
Angsana
Pteropcarpus indicus
40
D3
12
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
69
Angsana
Pteropcarpus indicus
40
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
70
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
12
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
71
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
72
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
6
L3
0
0
2
0
1
1
Simetris
30
Aman
Pemeliharaan Rutin
73
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
6
L3
0
0
2
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
74
Akasia
Acasia auriculiformis
30
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
75
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
76
Akasia
Acasia auriculiformis
40
D3
6
T3
4
L2
0
3
5
0
2
2
Asimetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
77
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
6
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
78
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
12
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
79
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
80
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
81
Sawit
Elaeis guinensis
45
D3
3
T2
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
82
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
12
T3
6
L3
0
0
2
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
83
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
6
L3
0
0
2
0
2
1
Asimetris
30
Aman
Pemeliharaan Rutin
84
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
12
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
85
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
3
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
86
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
87
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
88
Bunga Kupu-kupu
Bauhinia purpurea
20
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
89
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
12
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
90
Bunga Kupu-kupu
Bauhinia purpurea
15
D2
3
T2
2
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
91
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
92
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
93
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
8
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
94
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
95
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
96
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
97
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
98
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
DATA JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN BOGOR DATA POHON PEDESTRIAN LOKASI PEDESTRIAN KIRI (PL) No
Nama Pohon
Nama Imiah
Diameter Batang
Kelas
(cm)
Tinggi Pohon
Kelas Lebar Tajuk Kelas
(m)
(m)
Kerusakan Akar
Batang
Keseimbangan
Cabang dan Mekanik
Bentuk
Tot
Batang
Tajuk
Tajuk
(erusakan
Status
Tindakan
1 Mahoni
Swietenia mahagoni
50
D3
10
T3
7
L3
4
4
Daun 0
4
2
2
Asimetri
30
Swietenia mahagoni
55
D3
10
T3
8
L3
0
2
0
4
1
2
Asimetri
23
kurang aman Aman
Cavity Treatment
2 Mahoni 3 Mahoni
Swietenia mahagoni
65
D4
12
T3
10
L4
0
2
2
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
4 Mahoni
Swietenia mahagoni
55
D3
12
T3
10
L4
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
5 Mahoni
Swietenia mahagoni
45
D3
8
T3
7
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
6 Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
10
T3
9
L4
0
5
0
4
2
2
Asimetri
40
Cavity Treatment
7 Mahoni
Swietenia mahagoni
50
D3
10
T3
8
L3
0
2
2
0
1
1
Simetri
15
kurang aman Aman
8 Mahoni
Swietenia mahagoni
45
D3
8
T3
6
L3
0
0
2
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
9 Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
10
T3
5
L3
0
2
0
0
1
1
Simetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
10 Mahoni
Swietenia mahagoni
50
D3
8
T3
6
L3
0
2
2
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
11 Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
12 Mahoni
Swietenia mahagoni
65
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
13 Mahoni
Swietenia mahagoni
50
D3
10
T3
7
L3
0
2
5
0
1
1
Simetri
33
Cavity Treatment
14 Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
12
T3
8
L3
0
2
2
0
2
2
Asimetri
15
kurang aman Aman
15 Mahoni
Swietenia mahagoni
70
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
16 Mangga
Mangifera indicai
30
D2
6
T2
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
17 Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
10
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
18 Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
8
T3
4
L2
0
0
5
0
2
2
Asimetri
50
Pangkas Berat
19 Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
8
T3
4
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
kurang aman Aman
20 Angsana
Pteropcarpus indicui
75
D4
12
T3
10
L4
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
21 Angsana
Pteropcarpus indicui
50
D3
8
T3
7
L3
0
2
0
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
22 Angsana
Pteropcarpus indicui
50
D3
6
T2
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
23 Mahoni
Swietenia mahagoni
70
D4
12
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
24 Mahoni
Swietenia mahagoni
100
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
25 Mahoni
Swietenia mahagoni
55
D3
10
T3
7
L3
0
0
2
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
26 Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
11
T3
7
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
27 Mahoni
Swietenia mahagoni
50
D3
8
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
28 Mahoni
Swietenia mahagoni
80
D4
14
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
29 Mahoni
Swietenia mahagoni
70
D4
14
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
30 Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
14
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
No
Nama Pohon
Nama Imiah
Diameter Batang
Kelas
(cm)
Tinggi Pohon
Kelas Lebar Tajuk Kelas
(m)
(m)
Kerusakan Akar
Batang
Keseimbangan
Cabang dan Mekanik
Bentuk
Total
Batang
Tajuk
Tajuk
(erusakan
Tindakan
31
Mahoni
Swietenia mahagoni
65
D4
14
T3
8
L3
0
0
Daun 0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
32
Mahoni
Swietenia mahagoni
65
D4
14
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
33
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
8
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
34
Mahoni
Swietenia mahagoni
65
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
35
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
10
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
36
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T2
4
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
37
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T2
4
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
38
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T2
4
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
39
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
10
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
40
Mahoni
Swietenia mahagoni
100
D4
13
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
41
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T2
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
42
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
6
T2
5
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
43
Mahoni
Swietenia mahagoni
55
D3
10
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
44
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D2
8
T3
4
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
45
Mahoni
Swietenia mahagoni
45
D3
8
T3
5
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
46
Mahoni
Swietenia mahagoni
55
D3
10
T3
7
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
47
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
48
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
8
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
49
Mahoni
Swietenia mahagoni
65
D4
10
T3
6
L3
0
0
2
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
50
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
7
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
51
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
7
T3
4
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
52
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
12
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
53
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
54
Mahoni
Swietenia mahagoni
70
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
55
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
8
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
56
Mahoni
Swietenia mahagoni
70
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
57
Angsana
Pteropcarpus indicut
64
D4
10
T3
8
L3
0
0
5
0
2
2
Asimetri
50
Pangkas Berat
58
Angsana
Pteropcarpus indicui
55
D3
10
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
kurang aman Aman
59
Mahoni
Swietenia mahagoni
70
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
60
Mahoni
Swietenia mahagoni
70
D4
12
T3
10
L4
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
61
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
10
T3
7
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
62
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
10
T3
8
L3
0
0
2
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
63
Mahoni
Swietenia mahagoni
55
D3
10
T3
8
L3
0
0
2
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
64
Mahoni
Swietenia mahagoni
45
D3
8
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
No
Nama Pohon
Nama Imiah
Diameter Batang
Kelas
Tinggi Pohon
Kelas Lebar Tajuk Kelas
(m)
(cm)
Kerusakan Akar
(m)
Batang
Keseimbangan
Cabang dan Mekanik
Batang
Tajuk
Bentuk
Total
Tajuk
kerusaka
0
2
2
Asimetri
n 0
Tindakan
65
Mahoni
Swietenia mahagoni
50
D3
10
T3
8
L3
0
0
Daun 0
Aman
Pemeliharaan Rutin
66
Mahoni
Swietenia mahagoni
75
D4
14
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
67
Mahoni
Swietenia mahagoni
65
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
68
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
10
T3
6
L3
0
0
2
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
69
Angsana
Pteropcarpus indicui
40
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
70
Mahoni
Swietenia mahagoni
50
D3
12
T3
7
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
71
Mahoni
Swietenia mahagoni
55
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
72
Mahoni
Swietenia mahagoni
55
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
73
Angsana
Pteropcarpus indicui
50
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
74
Angsana
Pteropcarpus indicui
50
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
75
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
76
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
77
Mahoni
Swietenia mahagoni
75
D4
14
T3
10
L4
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
78
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
10
T3
4
L2
0
0
2
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
79
Mahoni
Swietenia mahagoni
50
D3
12
T3
8
L3
0
0
3
0
2
2
Asimetri
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
80
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
81
Mahoni
Swietenia mahagoni
60
D4
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
82
Beringin
Ficus benjamina
60
D4
12
T3
5
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
83
Beringin
Ficus benjamina
15
D2
6
T2
3
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
84
Angsana
Pteropcarpus indicui
50
D3
12
T3
6
L3
0
0
5
0
2
2
Asimetri
50
Pangkas Berat
85
Saga
Adenanthera precak
40
D3
6
T2
2
L2
0
0
0
4
2
2
Asimetri
30
kurang aman kurang
86
Angsana
Pteropcarpus indicui
45
D3
10
T3
6
L3
0
0
5
0
2
2
Asimetri
50
Pangkas Berat
87
Angsana
Pteropcarpus indicui
50
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
aman kurang aman Aman
88
Angsana
Pteropcarpus indicui
120
D4
18
T3
12
L4
0
0
0
0
2
2
Asimetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
89
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
8
T3
5
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
90
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
8
T3
5
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
91
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D2
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
92
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
93
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
10
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
94
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
10
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
95
Mahoni
Swietenia mahagoni
40
D3
12
T3
8
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
96
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
6
T2
5
L3
0
4
0
0
1
1
Simetri
30
Cavity Treatment
97
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D2
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
kurang aman Aman
98
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
8
T3
5
L3
0
0
0
0
1
1
Simetri
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
Cavity Treatment Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
DATA JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN BOGOR DATA POHON PEDESTRIAN LOKASI PEDESTRIAN KANAN (PR) No
Nama Pohon
Nama Imiah
ameter Batan
Kelas
(cm)
Tinggi Pohon
Kelas
(m)
Lebar
Kelas
Tajuk (m)
Kerusakan Akar
Batang
Keseimbangan
Cabang dan
Mekanil-
Batang
Bentuk Tajuk Tajuk
Tot
Status
Tindakan
Kerusakan
1 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T3
4
L2
0
0
Daun 0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
2 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
6
T3
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
3 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
4 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
5 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
5
T2
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
6 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
1
1
1
Simetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
7 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
1
1
1
Simetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
8 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
8
T3
4
L2
0
0
0
1
1
1
Simetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
9 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
10 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
11 Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
12 Akasia
Acasia auriculiformis
20
D2
5
T2
4
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
13 Akasia
Acasia auriculiformis
30
D3
6
T3
4
L2
0
5
0
4
2
2
Asimetris
50
14 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
15 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
16 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
17 Beringin
Ficus benjamina
10
D1
3
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
18 Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
19 Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
3
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
20 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
2
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
21 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
22 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
23 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
24 Palm
Chamadedorea spp
30
D3
12
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
25 Palm
Chamadedorea spp
30
D3
12
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
26 Palm
Chamadedorea spp
30
D3
12
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
27 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
28 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
29 Palm
Chamadedorea spp
30
D3
10
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
30 Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
No
Nama Pohon
Nama Imiah
ameter Batan
Kelas
(cm)
Tinggi Pohon
Kelas
(m)
Lebar
Kelas
Kerusakan Akar
Tajuk (m)
Batang
Keseimbangan
Cabang dan
Mekanil-
Batang
Bentuk Tajuk Tajuk
Tot
Status
Tindakan
Kerusakan
31
Palm
Chamadedorea spp
20
D2
6
T3
3
L2
0
0
Daun 0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
32
Palm
Chamadedorea spp
20
D2
5
T2
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
33
Palm
Chamadedorea spp
25
D2
6
T3
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
34
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
3
T2
1
L1
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
35
Palm
Chamadedorea spp
15
D2
5
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
36
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
37
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
38
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
5
T2
3
L2
0
3
5
0
2
2
Asimetris
33
39
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T3
3
L2
0
0
0
1
2
2
Asimetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
40
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
6
T3
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
41
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
3
T2
2
L2
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
42
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
43
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
44
Beringin
Ficus benjamina
40
D3
10
T3
6
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
45
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
5
T2
2
L2
3
0
0
0
1
1
Simetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
46
Angsana
Pteropcarpus indicus
60
D4
14
T3
8
L3
0
0
5
4
1
3
Asimetris
50
47
Angsana
Pteropcarpus indicus
55
D3
14
T3
8
L3
0
0
0
4
1
3
Asimetris
0
48
Angsana
Pteropcarpus indicus
50
D3
14
T3
6
L3
0
0
5
4
1
3
Asimetris
50
49
Angsana
Pteropcarpus indicus
60
D4
10
T3
6
L3
0
0
0
4
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
50
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
8
T3
4
L2
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
51
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
52
Angsana
Pteropcarpus indicus
50
D3
14
T3
8
L3
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
53
Angsana
Pteropcarpus indicus
50
D3
12
T3
6
L3
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
54
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
55
Angsana
Pteropcarpus indicus
50
D3
14
T3
8
L3
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
56
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
8
T3
4
L2
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
57
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
8
T3
5
L3
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
58
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
8
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
59
Mahoni
Swietenia mahagoni
35
D3
8
T3
5
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
60
Angsana
Pteropcarpus indicus
25
D2
7
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
61
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
62
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
1
1
2
Asimetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
63
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
6
T3
4
L2
0
0
0
1
1
2
Asimetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
64
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin
No
Nama Pohon
Nama Imiah
ameter Batan
Kelas
(cm)
Tinggi Pohon
Kelas
(m)
Lebar
Kelas
Tajuk (m)
Kerusakan
Keseimbangan
Akar
Batang
Cabang dan
Mekanil-
Batang
Bentuk Tajuk Tajuk
Tot
Status
Tindakan
Kerusakan
65
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
Daun 0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
66
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
67
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
68
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
69
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
70
Mahoni
Swietenia mahagoni
10
D1
4
T2
1
L1
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
71
Mangga
Mangifera indica
25
D2
5
T2
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
72
Mangga
Mangifera indica
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
73
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
74
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
75
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
76
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
77
Mangga
Mangifera indica
20
D2
4
T2
3
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
78
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
79
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
5
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
80
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
5
T2
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
81
Mahoni
Swietenia mahagoni
25
D2
6
T3
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
82
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
3
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
83
Mahoni
Swietenia mahagoni
30
D3
6
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
84
Angsana
Pteropcarpus indicus
45
D3
10
T3
5
L3
0
2
2
0
1
1
Simetris
15
Aman
Pemeliharaan Rutin
85
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
86
Angsana
Pteropcarpus indicus
35
D3
8
T3
5
L3
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
87
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
88
Pete Cina
Laucaena glauca
60
D4
14
T3
6
L3
5
0
0
0
1
1
Simetris
50
89
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
90
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
4
T2
2
L2
0
0
0
0
2
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
91
Mahoni
Swietenia mahagoni
15
D2
5
T2
2
L2
0
0
0
0
1
2
Asimetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
92
Mahoni
Swietenia mahagoni
20
D2
5
T2
3
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
93
Palm
Chamadedorea spp
35
D3
14
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
94
Palm
Chamadedorea spp
35
D3
14
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
95
Palm
Chamadedorea spp
35
D3
14
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
96
Palm
Chamadedorea spp
35
D3
14
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
97
Palm
Chamadedorea spp
35
D3
14
T3
4
L2
0
0
0
0
1
1
Simetris
0
Aman
Pemeliharaan Rutin
98
Ketapang
Terminalia cattapa
35
D3
12
T3
5
L3
5
0
0
0
2
2
Asimetris
50