BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan Berdasarkan
hasil
analisis
temuan
lapangan
dan
pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan Ahmad Yani. JALAN SUDIRMAN Karakter arsitektural ruang jalan pada koridor ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Fisik bangunan Bangunan dengan fungsi komersial sangat dominan. Massa
bangunan
tersusun
berderet
memanjang
khas
bangunan ruko/kios dengan ketinggian lebih dari dua lantai. Karena banyak bangunan baru, pada koridor ini langgam arsitektur yang dominan adalah bangunan modern Transparansi
relatif
tinggi
dengan
penggunaan
warna
bangunan yang cerah. 2. Sempadan bangunan (setback) Sempadan bangunan (set back) tergolong luas ( >6 meter ) dengan D/H=1.5, hal ini sebagai konsekuensi dari bangunan komersial yang harus menyediakan area parkir yang luas bagi pengunjungnya.
117
Kesegarisan setback yang terbentuk cukup teratur. 3. Signage Signage jenis advertising sangat mendominasi dengan bentuk maupun warna yang tidak teratur. Dari sisi perletakannya, sebagian besar menempel pada bangunan yang tentunya menyebabkan fasade bangunan tertutupi. 4. Street Furniture Street furniture berupa lampu jalan, tiang reklame, pot bunga dan bak sampah terkonsentrasi di median jalan dengan perletakan cukup teratur. Terdapat satu elemen penanda kawasan yang berbentuk tugu Tabot. 5. Vegetasi
Seperti halnya street furniture, vegetasi juga terkonsentrasi di median jalan. Dari vegetasi besar, sedang dan kecil tertanam cukup teratur di median jalan.
Cukup kontras dengan kondisi di median jalan, vegetasi pada sisi jalan dekat bangunan sangat minim dengan kondisi yang tidak teratur.
JALAN AHMAD YANI Karakter arsitektural ruang jalan pada koridor ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Fisik bangunan
118
Bangunan rumah tinggal dan perkantoran cukup berimbang mendominasi. Satu hal yang menarik bahwa bangunan dengan fungsi komersial pada penggal jalan ini turun drastis jumlahnya. Massa bangunan secara umum terdiri dari blok massa tunggal dengan
beberapa
variasi
akibat
dari
pengembangan
bangunan dengan ketinggian 1 (satu) lantai. Bangunan
dengan
langgam
tradisional banyak ditemui
walaupun secara persentase masih lebih dominan bangunan dengan langgam vernakular. Namun, yang menjadi catatan disini adalah bangunan dengan langgam vernakular tersebut sebenarnya adalah pengembangan dari bangunan lama dengan langgam tradisional. Transparansi sedang dengan penggunaan warna bangunan yang cerah. 2. Sempadan bangunan (setback) Sempadan bangunan (set back) sedang ( 3-6 meter), dengan D/H=2. Kesegarisan setback yang terbentuk cukup teratur. 3. Signage Signage didominasi oleh jenis identification dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan jumlah yang sedikit. Dari sisi perletakannya, sebagian besar menempel pada bangunan tetapi tidak terpengaruh secara signifikan terhadap fasade bangunan.
119
4. Street Furniture Street furniture berupa lampu jalan, tiang reklame, pot bunga dan bak sampah terkonsentrasi di median jalan dengan perletakan cukup teratur. Terdapat tugu pada bundaran di ujung jalan A Yani dengan desain modern. 5. Vegetasi Vegetasi juga terkonsentrasi di median jalan, vegetasi besar, sedang dan kecil tertanam cukup teratur di median jalan. Vegetasi besar dan sedang juga terdapat pada rumah tinggal dan lahan yang masih kosong dengan persebaran yang tidak merata. VI.2 Rekomendasi VI.2.1 Rekomendasi Makro Berdasarkan kesimpulan pada sub bab sebelumnya dapat disebutkan bahwa karakter arsitektural ruang jalan pada koridor jalan Sudirman dan jalan Ahmad Yani sudah tidak berpegang pada kaidah penataan
yang
terbentuk
dari
bangunan
lama
dan
tidak
dapat
diidentifkasi secara spesifik. Hal ini tentunya menyebabkan karakter visual dengan nilai-nilai sejarah dan budaya yang kuat tidak tercermin, karena mengingat posisi dari kedua Jalan ini yang merupakan akses utama menuju kawasan-kawasan bersejarah di Kota Bengkulu.
120
Untuk itu perlu adanya suatu penataan pada dua koridor jalan ini. Penataan ini dimaksudkan agar nantinya kesan visual terhadap elemen fisik/arsitektural koridor dapat mencerminkan nilai-nilai budaya dan sejarah sehingga akan memperkuat posisinya sebagai akses penghubung antara
beberapa
kawasan
bersejarah
di
Bengkulu. Rekomendasi
yang
dapat
diupayakan
adalah
proses
pengembangan elemen fisik yang dilakukan dengan pendekatan kesinambungan kontekstual terhadap penataan bangunan-bangunan baru yang akan terbentuk kedepan. Dengan
mempertimbangkan
peruntukkan
lahan
yang
berdasarkan Perda RTRW kota maka rekomendasi penataan pada koridor dapat direncanakan seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar VI.1 Rekomendasi Konsep Penataan Makro Sumber : Analisis, 2014
121
VI.2.2 Rekomendasi Mezzo Secara mezzo rekomendasi konsep arahan penataan koridor amatan dijelaskan sebagai berikut : a) Bangunan lama yang mempunyai nilai sejarah dan berkarakter tradisional dan/atau kolonial dipertahankan karena merupakan identitas kawasan. Implementasinya adalah dengan menetapkan massa bangunan yang bersejarah dan berkarakter tradisonal dan/atau kolonial pada kawasan. Bangunan dengan karakter bersejarah ini dapat berupa bangunan dengan langgam arsitektur tradisional murni yang belum ada perubahan terhadap fasade maupun bangunan secara keseluruhan dan bangunan dengan langgam arsitektur vernakular yang berangkat dari konsep arsitektur tradisonal maupun kolonial.
Gambar VI.2 Rekomendasi Konsep Penataan Mezzo 1 (Langgam Arsitektural) Sumber : Analisis, 2014
Gambar di atas menunjukkan persebaran bangunan bersejarah dalam kawasan yang harus dipertahankan yaitu massa dengan warna biru dan coklat. Pada gambar VI.2 terlihat 122
semakain kearah kawasan bersejarah Benteng Marlborough (sebelah kiri) jumlah bangunan bersejarah semakin banyak jika dibandingkan dengan di sebelah kanan. b) Untuk menciptakan kualitas visual ruang jalan yang lebih baik berdasarkan kepada kecenderungan eksisting kawasan maka secara mezzo rekomendasi konsep penataan dapat dilakukan dengan menerapkan ketinggian bangunan secara sekuensional, artinya setiap zona memiliki dominasi ketinggian tertentu sehingga membentuk sekuen yang menarik.
Gambar VI.3 Rekomendasi Konsep Penataan Mezzo 2 (Ketinggian Bangunan) Sumber : Analisis, 2014
Zona A yang merupakan kawasan komersial yang didominasi oleh bangunan-bangunan ruko direkomendasikan ketinggian bangunan 2 (dua) lantai atau lebih. Zona B dengan fungsi dominan sekolah/universitas (sosial) dan bangunan
123
komersial direkomendasikan ketinggian bangunan tidak lebih dari 2 lantai. Sedangkan zona C, dengan dominasi rumah tinggal/hunian direkomendasikan ketinggian bangunan 1 (satu) lantai. Selain akan tercipta suasana dan kualitas visual yang menarik konsep ini juga sebagai penanda atau pengarah bahwa semakin rendah ketinggian bangunan pada kawasan berarti semakin dekat dengan kawasan benteng Marlborough begitu juga sebaliknya semakin tinggi bangunan di kawasan berarti semakin jauh dari kawasan bersejarah. c) Konsep sekuensional ini juga direkomendasikan dalam penataan atau pengaturan set back kawasan. Semakin mendekat dengan kawasan Benteng Marlborough setback diatur semakin sempit (gambar VI.4). Hal ini ditujukan untuk menciptakan kesan yang lebih kuat terhadap nilai-nilai atau karakter sejarah.
Gambar VI.4 Rekomendasi Konsep Penataan Mezzo 3 (Setback) Sumber : Analisis, 2014
124
Pada Zona A, setback diatur lebih luas (6m atau lebih) karena terkait fungsi sebagai bangunan komersial yang dituntut untuk memiliki ruang parkir luas. Selain itu, faktor ketinggian bangunan juga mempengaruhi ruang yang tercipta. Pada Zona B, setback diatur sedang ( 3 - 6 m ), sedangkan pada Zona C yang didominasi oleh hunian/rumah tinggal, setback diatur lebih sempit karena menyesuaikan dengan ketinggian bangunan yang hanya 1 (satu) lantai. d) Penataan terhadap vegetasi juga harus dilakukan, terutama terhadap pengaturan jarak antar pohon di sisi jalan.
Gambar VI.5 Rekomendasi Konsep Penataan Mezzo 3 (Vegetasi) Sumber : Analisis, 2014
125
Hal ini terkait dengan penciptaan kesan yang lebih baik terhadap
ruang
jalan
dan
penguatan
terhatap
karakter
bersejarah kawasan. Jarak antar pohon diatur semakin sempit jika semakin dekat dengan kawasan Benteng Marlborough (Zona A > Zona B > Zona C). VI.2.3 Rekomendasi Mikro Secara mikro arahan penataan pada setiap Zona adalah sebagai berikut : ZONA A : 1. Secara fisik bangunan, zona ini tetap dipertahankan sesuai identitas utamanya sebagai kawasan komersial dengan tetap mempertahankan karakter sejarah yang ada. Namun, penataan minor juga tetap dilakukan, mengingat posisi lain koridor sebagai akses menuju kawasan bersejarah. Rekomendasi penataan terhadap fisik bangunan pada zona A sebagai berikut : Bangunan baru disyaratkan ketinggian ≥ 2 lantai Bentuk dasar fasade bangunan persegi, dengan massa berderet memanjang. 2. Setback bangunan dipertahankan kesegarisannya, > 6 meter. 3. Penataan
signage
disesuaikan
dengan
fungsi
dan
penempatannya dan mempertimbangkan proporsinya terhadap bangunan. 4. Elemen street furniture sangat memungkinkan untuk ditata sebagai penguat atau pemberi kesan sebagai bagian dari
126
kawasan sejarah. Tugu, tiang lampu dan reklame, pot bunga dan bak sampah didesain dengan konsep budaya lokal. ZONA B : 1. Secara
fisik
bangunan,
penataan
dilakukan
terhadap
elemen-elemen sebagai berikut : Bangunan baru disyaratkan ketinggian tidak lebih dari 2 lantai Bentuk dasar fasade bangunan tidak mengikat. Bangunan baru disaratkan mengikuti tatanan bangunan lama yang sudah ada 2. Setback bangunan dipertahankan kesegarisannya, 3 - 6 m. 3. Penataan
signage
penempatannya
dan
disesuaikan
dengan
mempertimbangkan
fungsi
dan
proporsinya
terhadap bangunan. 4. Elemen street furniture berupa tugu, tiang lampu dan reklame, pot bunga dan bak sampah didesain dengan konsep budaya lokal. ZONA C : 1. Rekomendasi penataan fisik bangunan pada zona C sebagai berikut : Bangunan lama dengan langgam arsitektur tradisional atau kolonial dipertahankan. Bangunan baru harus berkonsep budaya lokal atau kolonial.
127
Bentuk dasar fasade bangunan harus menyesuaikan dengan tatanan bangunan lama (langgam tradisonal). Bangunan baru disyaratkan ketinggian tidak lebih dari 1 lantai. 2. Setback bangunan dipertahankan kesegarisannya tidak lebih dari 3 meter. 3. Penataan
signage
disesuaikan
dengan
fungsi
dan
penempatannya. Dan harus diminimalisir agar fasade bangunan tidak terganggu. 4. Elemen street furniture berupa tugu, tiang lampu dan reklame, pot bunga dan bak sampah didesain dengan konsep budaya lokal.
128