Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Nisfi Sasmita1, Rina Reida1, Ida Parida Santi1, Daratun Nurahmah1, Neny Kurniawati1 dan Ichsan Ridwan2 Abstrak: Martapura sebagai kota yang banyak terdapat pemukiman mempunyai kerentanan kebakaran yang cukup tinggi, dilihat dari variabel kepadatan, pola bangunan, kualitas bahan bangunan, lebar jalan, dan kualitas jalan. Daerah pusat kota, memiliki kepadatan tinggi, dengan pola bangunan tidak teratur sehingga daerah tersebut rawan kebakaran. Varibel kepadatan dan kualitas bangunan paling berpengaruh pada kerawanan kebakaran di Martapura. Sedangkan variabel jalan dan kualitas jalan berperan dalam kelancaran penanguulangan bahaya kebakaran di Martapura. Penyajian data daerah rawan kebakaran ini disajikan dalam Sistem Informasi Geografis (SIG). Kata Kunci: Martapura, rawan kebakaran, SIG
PENDAHULUAN
yang kompleks. Salah satu bencana
Perpindahan penduduk desa
yang
relatif
sering
mengancam
ke kota atau yang lebih sering
adalah kebakaran, dan Martapura
disebut urbanisasi sudah hampir
sebagai kota ”BERINTAN ” (slogan
merata dilakukan di seluruh Indone-
kota bersih, indah, tentram, aman,
sia. Hal ini baik untuk meningkatkan
agamis dan nyaman.) juga tak luput
taraf hidup masyarakat yang ada di
dari bencana kebakaran tersebut.
desa. Namun, permasalahan yang timbul
adalah
yang
bersifat
daerah
Frekuensi
perkotaan
dinamis
tingginya
akan
diakibatkan
tingkat oleh
kebakaran
dan
kerugian
yang
kebakaran
di
memunculkan permasalahan yang
Martapura Kabupaten Banjar Kali-
dinamis pula.
mantan Selatan perlu perhatian dari
Martapura
sebagai
ibukota
pemerintah daerah. Daerah yang
Kabupaten Banjar dan merupakan
rentan terhadap bahaya kebakaran
kawasan terpadat. Martapura seba-
biasanya dicirikan adanya kondisi
gai daerah yang berkembang telah
fisik bangunan yang padat, pola
menjadi salah satu daerah tujuan
bangunan yang tidak teratur, dan
urbanisasi. Sebagi akibat dari arus
kualitas bangunan rendah, ditambah
urbanisadi ini adalah pemukiman
dengan minimnya fasilitas untuk
menjadi tidak terkontrol dan akan
pemadam kebakaran. Kondisi fisik
mendapat
yang
tekanan
permasalahan
1
rentan
terhadap
) Mahasiswa Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat ) Staf Pengajar Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat
2
113
bahaya
114
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (113 – 119)
kebakaran perlu diketahui penyebar-
Kepadatan suatu daerah dapat
annya agar dapat dipantau untuk
menyebabkan
mengurangi bahaya yang timbul dari
rentan terhadap kebakaran. Keba-
kebakaran.
karan dapat menimbulkan kerugian
Untuk
meminimalkan
akibat
buruk bencana kebakaran, maka perlu
dibuat
peta
daerah
tersebut
warga setempat baik dari segi materi maupun fisikis.
kerentanan
Permasalahan ini difokuskan
kebakaran, dan dapat digunakan
pada
sebagai sarana untuk mewaspadai
kawasan
wilayah
Martapura Kabupaten Banjar Kali-
yang
rentan
terhadap
bencana kebakaran. Langkah
awal
penyajian
mantan yang
paling
kongkret untuk menuju penanganan
rawan
Selatan
data
identifikasi
kebakaran
dengan
di
meng-
gunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
yang efektif adalah pembuatan peta
Tujuan penulisan ini adalah
kerentanan kebakaran yang dapat
mengetahui
diturunkan dari data yang disadap
menyebabkan kerentanan kebakar-
dari citra penginderaan jauh. Bentuk
an, menentukan
pemodelan yang dilakukan dengan
kebakaran, mengetahui efektivitas
pendekatan kualitatif dengan mem-
unit pemadam kebakaran dalam
berikan nilai atau harkat terhadap
penanganan kebakaran dan menya-
variabel yang dianggap mempenga-
jikan
ruhi kerentanan kebakaran.
rawan
Sistem
Informasi
Geografis
merupakan sistem infomasi berbasis komputer
yang
faktor-faktor
data
kawasan rawan
identifikasi
kebakaran
Kabupaten
yang
di
Banjar
kawasan Martapura Kalimantan
Selatan.
menggabungkan
antara unsur peta (geografis) dan informasinya tentang peta tersebut
TINJAUAN PUSTAKA Sistem
Informasi
Geografis
(data atribut) yang dirancang untuk
merupakan sistem infomasi berbasis
mendapatkan, mengolah, memani-
komputer
pulasi, analisa, memperagakan dan
antara unsur peta (geografis) dan
menampilkan
untuk
informasinya tentang peta tersebut
menyelesaikan perencanaan, meng-
(data atribut) yang dirancang untuk
olah
mendapatkan, mengolah, memani-
dan
yang ada.
data
meneliti
spatial
permasalahan
yang
menggabungkan
pulasi, analisa, memperagakan dan
Sasmita, N dkk, Identifikasi Kawasan Rawan..............
menampilkan
data
spatial
untuk
115
cukup serius terhadap keselamatan
menyelesaikan perencanaan, meng-
warga
olah dan meneliti permasalahan.
tersebut. Dengan adanya permukim-
Dengan definisi ini, maka terlihat
an
bahwa
dilapangan
dengan fasilitas aksesbilitas maka
cukup luas terutama bagi bidang
daerah terbangun tersebut rawan
yang
akan terjadinya bahaya kebakaran
sistem
aplikasi
SIG
memerlukan adanya suatu informasi
menyimpan,
tidak
menampilkan,
hanya
yang
yang
tinggal
padat
di
tanpa
daerah
didukung
(Aryadi, 2000)
dan
Kerentanan fisik bangunan
menganalisa data atribut saja tetapi
tersebut
juga unsur geografisnya.
tinggi, apabila pada daerah tersebut
Perkembangan yang terjadi
tidak
akan
menjadi
disediakan
semakin
fasilitas
untuk
di daerah perkotaan dapat dipilah
mencegah bahaya kebakaran yang
menjadi dua, yaitu: perkembangan
mungkin
yang berpengaruh positif terhadap
pemadam kebakaran antara lain,
kenyamanan warga masyarakat, dan
hidran air, pemadam kebakaran, dan
perkembangan yang berpengaruh
mobil pemadam kebakaran.
terjadi.
Fasilitas
untuk
negatif terhadap kenyamanan warga
Kondisi fisik bangunan yang
masyarakat. Untuk perkembangan
ada di daerah perkotaan dapat
yang mempunyai dampak negatif
dipetakan secara akurat dengan
terhadap keselamatan dan kenya-
memanfaatkan citra penginderaan
manan perlu dipantau sejak awal
jauh yang berupa orhto-foto. Citra
agar dampak yang timbul dapat
orhto-foto menyajikan secara leng-
diminimalkan. Salah satu contoh
kap kenampakan muka bumi pada
perkembangan
waktu
yang
berdampak
pemotretan.
Karena
yang
negatif adalah adanya densifikasi
disajikan adalah kenampakan muka
pada daerah terbangun yang tidak
bumi secara lengkap, maka kondisi
terkontrol. Proses densifikasi pada
fisik bangunan yang berkaitan de-
umumnya terjadi pada permukiman
ngan kerentanan bahaya kebakaran
dengan pola tidak teratur .
dapat
Proses
densifikasi
dan
pembangunan
perumahan
yang
disidik
dari
pengamatan
ataupun pengukuran orhto-foto. Data spasial hasil interpre-tasi
tidak terencana dengan baik dapat
orhto-foto
akan
semakin
efisien
menimbulkan permasalahan yang
apabila pengolahan datanya me-
116
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (113 – 119)
manfaatkan fasilitas sistem informasi
2. Survey Lapangan
geografis. Sebab sistem tersebut akan
memberikan
Survey
yang
dilakukan
di
beberapa
lapangan adalah pengumpulan data
kemudahan dalam pengolahan data
letak BPK dan fasilitas air hidran
spasial,
yang digunakan BPK di daerah
khususnya
analisisnya
apabila
dilakukan
cara
secara
kualitatif (Suharyadi, 2000).
Martapura
dengan
menggunakan
GPS. Dimana koordinat letak BPK dan fasilitas air hidran yang didapat ,
METODE PENDEKATAN Pelaksanaan dibagi
di transfer ke dalam bentuk UTM
penelitian
menjadi
tiga
ini
metode
pendekatan, yaitu digitasi, survey lapangan, dan analisa spasial.
Transformasi
Koordinat. 3. Analisa Spasial spasial
dilakukan
di
dalam software ArcView, dengan
Tahap-tahap
yang
dilakukan
peta
Martapura
Builder. Variabel potensi kebakaran
dikumpulkan
yang digunakan adalah kepadatan,
pendigitan
adalah
software
Analisa
1. Digitasi
pada
dengan
data
berdasarkan
yang
interpretasi
menggunakan
extension
Map
secara
pola bangunan, dan kualitas bahan
visual IKONOS digital terdiri dari
bangunan. Dimana variabel dima-
beberapa
variabel
sukkan berdasarkan harkat, yang
bangunan
yang
kerentanan
kondisi
fisik
mempengaruhi
terhadap
merujuk
pada
sumber
pustaka
bahaya
(Suharyadi, 1991). Pada analisa ini,
kebakaran. Data tersebut diperoleh
didapatkan analisa potensi kebakar-
dari
an dari hasil pemetaan yang telah
hasil
dilakukan
interpretasi kerja
memperbaiki
dan
lapangan
hasil
juga untuk
interpretasi.
Secara umum data yang disadap
dilakukan
berdasarkan
variabel
kepadatan, kualitas bangunan, dan pola bangunan.
secara visual dari citra IKONOS adalah:
blok
satuan
bangunan
pemetaan,
sebagai
kepadatan
bangunan, pola bangunan, kualitas bahan
bangunan,
aksebilitas.
dan
internal
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan
hasil
serta pengolahan data spasial
dalam
software
digitasi secara Arcview
dengan menggunakan extensiaon
Sasmita, N dkk, Identifikasi Kawasan Rawan..............
Map Builder
117
dan variabel yang
karan khususnya daerah Martapura
digunakan adalah Kepadatan, pola
Kabupaten Banjar Kalimantan Sela-
bangunan,
bahan
tan. Seperti yang terlihat pada gam-
bangunan, maka diketahui daerah-
bar 1 perbedaan warna menunjukan
daerah yang rawan terhadap keba-
tingkat kerawanan kebakaran.
dan
kualitas
Gambar 1. Peta Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Pembahasan
cara memasukkan theme variabel
Permodelan yang dibuat dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.
Untuk
Kepadatan di daerah Martapura
tingkat
sebagian besar berada pada 21% -
kerentanan kebakaran berdasarkan
60%, hanya pada daerah tertentu
kondisi fisik bangunan, kepadatan,
yang memiliki kepadatan 5% - 20 %
pola bangunan, lebar jalan, dan
dan > 60% .
kualitas
jalan
menentukan
potensi kebakaran dan harkatnya.
dilakukan
dengan
Kerawanan terhadap kebakar-
menggunakan Model Builder yang
an, warna paling gelap menunjukan
terdapat pada software ArcView.
tingkat
Pendekatan ini dilakukan dengan
tinggi.
kerawanan
yang
paling
118
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (113 – 119)
Pola
bangunan
di
daerah
bangunan. Dimana kepadatan dan
Martapura sebagian besar wilayah-
kualitas
nya berupa perumahan, sehingga
presentasi
daerah ini memiliki pola bangunan
kebakaran yaitu 35%, untuk pola
yang teratur. Namun, daerah pusat
bangunan hanya 30%.
kota
Martapura
memiliki
bangunan besar
mempunyai
dalam
potensi
tingkat
Sedangkan variabel lebar jalan,
kerentanan kebakaran cukup besar
kualitas jalan, fasilitas pemadam
karena wilayah tersebut merupakan
kebakaran, dan fasilitas air hidran
wilayah yang sangat padat dengan
adalah
tingkat
prasarana
keteraturan
yang
sangat
variabel
sarana
dalam
dan
penangulangan
kurang. Hal ini disebabkan wilayah
bahaya kebakaran. Variabel jalan
tersebut
yang sangat mempengaruhi daerah
juga
sebagai
pusat
perdagangan dan transportasi.
Martapura
Kualitas bahan bangunan di daerah
Martapura
cukup
bagus,
rawan
menjadi
akan
daerah
kebakaran.
yang
Karena
akses yang sulit dijangkau oleh
dimana bahan bangunan didominasi
mobil
dengan bahan yang tidak mudah
berukuran
terbakar, kecuali di daerah-daerah
pemadam yang kecil saja yang
tertentu.
pola
dapat menjangkau daerah tersebut.
yang
Untuk
bangunan
Sesuai di
dengan
wilayah
ini
pemadam besar,
data
kebakaran hanya
fasilitas
mobil
pemadam
kebanyakan merupakan perumahan.
kebakaran, Martapura memiliki 44
Jalan yang ada di Martapura,
unit pemadam kebakaran dan 29
sebagian besar lebarnya 3–6 meter,
unit fasilitas air hidran. Dilihat dari
yang mana hanya mobil pemadam
persebaran unit pemadam kebakar-
kebakaran berukuran kecil dapat
an
dengan leluasa melintas di dalam-
Martapura adalah kawasan yang
nya, sedangkan mobil pemadam
mempunyai fasilitas pemadam keba-
yang berukuran besar tidak dapat
karan yang mencukupi.
melaluinya. Untuk kualitas jalan di dominasi pengerasan 40%- 75%. Dari beberapa variabel di atas, yang
menjadi
kebakarannya
berpotensi adalah
dan
air
hidran
Berdasarkan
ini,
analisa
maka
spasial
dengan Model Builder pada ArcView kawasan yang rawan kebakaran di
rawan
Martapura berada di pusat kota dan
kepadatan,
fasilitas pemadam kebakaran sangat
pola bangunan, dan kualitas bahan
mencukupi di daerah Martapura.
Sasmita, N dkk, Identifikasi Kawasan Rawan..............
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Kesimpulan
Dengan berakhirnya penelitian
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Citra
119
foto
ini dapat disarankan antara lain: 1. Sebaiknya citra foto udara yang
udara
dapat
digunakan dengan resolusi ting-
dimanfaatkan untuk menyadap
gi, akan memberikan kemudah-
variabel
an dalam proses digitasi.
kondisi
permukiman
yang berkaitan dengan potensi kebakaran,
seperti
kepadatan
permukiman, pola pemukiman,
2. Proses analisa yang lebih banyak variasi dengan menggunakan software ArcGIS.
kualitas bahan bangunan, lebar DAFTAR PUSTAKA
jalan, dan kualitas jalan. 2. Kepadatan di Martapura umumnya berkisar antara 21% - 60% dengan pola bangunan yang teratur. 3. Kualitas Martapura
bahan
bangunan
didominasi
di
bahan
tidak mudah terbakar. 4. Variabel jalan sangat mempengaruhi daerah Martapura rawan akan kebakaran. 5. Fasilitas
hidran
dan
unit
Suharyadi, 1991. Population Absort ion Capacity in Existing Housing Areas. Yogyakarta: Puspics. Suharyadi, 2000. Pemodelan Zonasi Kerentanan Kebakaran dengan Memanfaatkan Kebakaran dengan Memanfaatkan OrthoFoto digital, Kasus Di Sebagian Kecamatan Gondokusuman .Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Suharyadi, 2001. Pengideraan Jauh untuk Studi Kota, Bahan Ajar. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
berupa kepadatan dan kualitas
Wisnu Aryadi, 2000, Penggunaan Foto Udara dan Sistem Informasi Geografi untuk Pewilayahan Tingkat Rawan Terhadap Bahaya Kebakaran Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi.
bangunan yang paling berpe-
http:// www.martapura.com
ngaruh dalam kerawanan keba-
http:// ilmu computer.com/2006/08/ 23/pengantar GIS
pemadam kebakaran mencukupi di daerah Martapura. 6. Variabel
potensi
kebakaran
karan di Martapura. 7. Variabel lebar jalan dan kualitas jalan sangat mempengaruhi dalam kelancaran penanggulangan kebakaran di Martapura.
http:// ilmu computer .com/2006/12/ 22/konsep dasar SIG http://ilmucomputer.com/2006/09/06/ sekilas-tentang-Sistem Informasi Geografis Yogyakarta