IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ORGANISASI YANG DOMINAN DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT TNI-AU TINGKAT-II : STUDI KASUS RS Dr. M. SALAMUN BANDUNG Evo S. Hariandja1
ABSTRACT Indonesian Air Force Hospital Level II Dr. M. Salamun, Bandung as medical services also serve the members and families of Indonesia Forces and community. This research aims to identify the dominant characteristics of organization through perception survey to personnel of that hospital by using the rules in that hospital. Data process using factor analysis that describe dominant characteristics that have unit of data observation, analyze some manifest variables, and combine into few latent variables but have significant information that needed. Keywords: factor analysis, alpha cronbach coefficient, Indonesia Forces Hospital
ABSTRAK Rumah Sakit TNI-AU Tingkat II Dr. M. Salamun, Bandung sebagai Rumah Sakit ABRI juga memiliki fungsi melayani kesehatan para anggota dan keluarga ABRI serta masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik organisasi yang dominan dengan menggali pendapat personil rumah sakit melalui beberapa variabel manifes penelitian dengan memanfaatkan unsur penelitian yang terdapat di RS TNI-AU Tingkat II Dr.M.Salamun, Bandung. Pengolahan data menggunakan analisis faktor yang dapat mengungkapkan karakteristik dominan yang dimiliki unit data observasi, manganalisis sejumlah variabel manifes, dan menggabungkan sekumpulan variabel manifes yang sudah diteliti menjadi variabel laten yang jumlahnya lebih sedikit tapi tetap memiliki nilai informasi yang dibutuhkan. Kata kunci: analisis faktor, koefisien alpha cronbach, RS ABRI
1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UBiNus, Jakarta
Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja)
175
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan dengan mengembangkan suatu sistem kesehatan nasional. Dalam rangka lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat, akan dilanjutkan dan ditingkatkan pembangunan serta kemampuan pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit (GBHN, 1988). Dalam sistem pelayanan kesehatan, rumah sakit merupakan unsur pokok yang memiliki organisasi, staf dan fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan di bidang kuratif, rehabilitasi medik dan terbatas terhadap penderita yang memerlukan rawat inap maupun rawat jalan. Sebagai fungsi sosial rumah sakit, pemerintah menetapkan aturan bahwa, 25% penggunaan tempat tidur rumah sakit diperuntukkan bagi orang yang tidak mampu. Akan tetapi pada kenyataannya saat ini, alokasi ruangan tersebut sangat sulit untuk dipenuhi oleh rumah sakit, karena orientasi yang sudah berubah. Dari segi pemilikannya rumah sakit dibagi atas: RS Pemerintah Pusat, RS Pemda Tingkat I, RS Pemda Tingkat II, RS ABRI, dan RS Swasta. Berkaitan dengan rumah sakit sebagai fungsi sosial, penelitian ini difokuskan pada rumah sakit di lingkungan ABRI Tingkat II Dr.M. Salamun Bandung yang memiliki fungsi sesuai dengan dwi fungsi ABRI dengan kemampuan: memberikan layanan pengobatan dan perawatan sampai dengan tingkat spesialisasi, memberi bimbingan atau bantuan teknis medik dalam rangka rujukan, melakukan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. Dalam SKEP/745/VI/1982, Menhankam/Pangab menetapkan suatu standardisasi jenis dan tingkat instalasi perawatan dan pengobatan kesehatan ABRI. Rumah sakit di lingkungan ABRI dibagi menjadi dua jenis yaitu: RS Wilayah dan RS Lapangan. Umumnya yang disebut RS di lingkungan ABRI adalah RS Wilayah dengan ciri umumnya yang bersifat menetap. RS Dr. M. Salamun termasuk satuan pelaksana di lingkungan TNI-AU yang berkedudukan langsung di bawah komandan pangkalan dengan tugas pokok: menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan oleh setiap operasi TNI-AU meliputi higiene, layanan gawat darurat, layanan perawatan dan perawatan umum, spesialisasi serta dukungan kegiatan rumah sakit. Aktivitas yang dilakukan rumah sakit tidak semata-mata diperuntukkan kepada ABRI dan anggota keluarganya saja tetapi berusaha melayani kesehatan masyarakat sesuai dengan dwi fungsi ABRI sebagai kekuatan hankam dan sebagai kekuatan sosial tanpa mengabaikan tugas pokoknya, tidak merugikan dinas dan tidak semata-mata mencari keuntungan. Sisi penelitian layanan kesehatan kepada ABRI dan masyarakat ditujukan untuk melihat bagaimana karakteristik organisasi RS TNI-AU Tingkat II Dr. M. Salamun sebagai suatu rumah sakit ABRI. Dalam penelitian ini setiap pendapat personil RS merupakan bahan kajian yang digunakan untuk menganalisis karakteristik organisasi yang dominan dari RS tersebut.
176
INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005: 175-187
Tujuan penelitian adalah menjelaskan permasalahan RS TNI-AU Tingkat II Dr.M.Salamun sebagai suatu organisasi RS ABRI berdasarkan karakteristik organisasinya dan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan perubahan manajemen di masa yang akan datang. Batasan analisis penelitian ini adalah sampel penelitian yang merupakan personil RS ABRI Dr. M.Salamun Bandung, data diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada anggota organisasi. Hasil penelitian ini merupakan studi kasus di mana analisis dan kesimpulannya hanya terbatas pada organisasi RS ABRI Dr. M. Salamun Bandung saja dan perlu diuji terlebih dahulu untuk organisasi RS ABRI lainnya. Landasan teori dalam penelitian ini menggunakan teori organisasi dengan menitikberatkan pada dimensi struktural dan prosedural yang menjadi ciri khas organisasi pemerintah dan militer dengan berfokus pada kedelapan faktor tersebut di atas. Dimensi organisasi berguna untuk mencerminkan karakteristik organisasi. Analisis suatu masalah dapat dirumuskan setelah diketahui bagaimana karakteristik obyek yang akan diteliti. Dimensi struktural menggambarkan hierarki otoritas yang jelas dan tegas, biasanya dinyatakan dalam struktur organisasi. Sedangkan dimensi prosedural menggambarkan prosedur kerja yang mengatur hubungan anggota organisasi, biasanya dinyatakan dalam prosedur kerja yang terperinci. Di antara dimensi struktural dan dimensi prosedural perlu ada keterpaduan. Jika kedua dimensi tersebut tidak saling mendukung, maka pelaksanaan manajemen organisasi menjadi saling tumpang tindih. Kerlinger (1964) menyatakan bahwa suatu struktur organisasi tertentu akan mempunyai dimensi organisasi tertentu yang dominan. Sentralisasi menunjukkan pembagian kekuasaan menurut tingkatan atau hirarki dalam organisasi. Formalisasi menunjukkan tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi. Fleksibilitas menunjukkan tingkat penyesuaian organisasi terhadap tuntutan lingkungan organisasi. Spesialisasi menunjukkan tingkat pembagian kerja dalam organisasi. Koordinasi menunjukkan proses mengaitkan yang digunakan untuk mengintegrasi peranan dalam proses yang berbeda dalam suatu unit kerja untuk melaksanakan sekumpulan tugas bersama. Sifat Tugas yang terdapat dalam suatu organisasi memungkinkan adanya pelaksanaan yang sesuai dengan harapan organisasi, yang dibebankan oleh masyarakat. Kepemimpinan merupakan proses dinamik yang terjadi di dalam organisasi karena menyangkut tercapainya tujuan organisasi. Standardisasi menunjukkan tingkat kesamaan atau kebakuan dalam pelaksanaan pekerjaan melalui tata cara yang ditetapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul secara teratur.
Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja)
177
METODOLOGI PENELITIAN Tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini: Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian Studi Pustaka Observasi Lapangan Penentuan Variabel Penelitian Penyusunan Kuesioner Penentuan Sampel Penelitian
Cara Pengumpulan Data Penentuan Alat Ukur Penelitian Pengumpulan Data
Pengolahan Data Dengan Analisis Faktor Analisis Hasil Pengolahan Data Analisis Keseluruhan Mengenai Karakteristik Organisasi RS TNI-AU Kesimpulan Gambar 1 Tahapan Penelitian
Penentuan variabel penelitian dikaji dengan mempertimbangkan faktor: Sentralisasi, Formalisasi, Fleksibilitas, Spesialisasi, Koordinasi, Sifat Tugas, Kepemimpinan, dan Standardisasi dengan berpedoman pada: SKEP/745/VI/1982 Menhankam/Pangab tentang jenis dan tingkat instansi perawatan ABRI, SKEP/B/560/V/1974 Menhankam/Pangab tentang pemakaian bersama RS ABRI,
178
INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005: 175-187
Instruksi Kepala RS Dr. M. Salamun No. Ins/001/VI/1985 mengenai reorganisasi RS Tingkat II Dr.M.Salamun, Pokok-pokok organisasi dan prosedur RS ABRI Tingkat II, dan Prosedur Tetap tiap bagian di RS ABRI Tingkat II Dr. M. Salamun. Melalui SKEP Menhankam/Pangab tentang standardisasi jenis dan tingkat instalasi perawatan dan pengobatan kesehatan ABRI diukur a. Standardisasi jenis dan tingkat layanan RS b. Orientasi pelaksanaan sistem manajemen RS ABRI c. Tanggung jawab dalam litbang kedokteran di RS Melalui SKEP Menhankam/Pangab tentang pemakaian bersama RS ABRI diukur a. Kerjasama dengan instansi kesehatan yang berkaitan dengan RS b. Pemanfaatan RS sebagai prasarana dengan instansi lain c. Kebutuhan integrasi sistem layanan pendidikan dan latihan
-
Melalui Instruksi Kepala RS diukur Aturan reorganisasi personil dan proses yang dibebankan kepada tiap personil
Melalui Pokok Organisasi dan Prosedur RS diukur a. Tanggung jawab dan wewenang meliputi kegiatan pelaksanaan operasional, peningkatan sarana, program dan sumber daya b. Peran pimpinan RS dan Kelompok Ahli c. Tanggung jawab pelaksanaan rencana dan kendali tahap kegiatan medik d. Manajemen Dana Kesehatan ABRI dan ketergantungan terhadap subsidi. Melalui Prosedur Tetap RS diukur: a. Kebutuhan personil dengan kualifikasi tertentu. b. Aturan pengembangan SDM. c. Sifat tugas. Sesuai dengan pedoman yang digunakan dalam penyusunan variabel penelitian, maka dapat ditetapkan variabel yang dijadikan indikator adalah sebagai berikut. X1 : Peran Komandan Pangkalan sebagai penanggung jawab RS. X2 : Pelaksanaan manajemen sendiri berorientasi pada program/sumber daya. X3 : Pengelolaan RS dengan skala prioritas. X4 : Kebebasan pengambilan keputusan mengenai peningkatan sarana RS. X5 : Wewenang dan tanggung jawab riset dan pengembangan ilmu kedokteran. X6 : Wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan operasional. X7 : Kepatuhan pelaksanaan program rutin RS. X8 : Wewenang dan tanggung jawab pengelolaan dana kesehatan ABRI. X9 : Perkembangan karir yang sesuai dari TNI-AU. X10: Beban moril dalam layanan kesehatan. X11: Pemanfaatan RS sebagai prasarana instansi lain.
Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja)
179
X12: Kebutuhan integrasi layanan dalam pendidikan dan latihan. X13: Pelaksanaan rencana dan pengendalian tahapan kegiatan medik. X14: Ketergantungan subsidi layanan kesehatan dari ABRI. X15: Peran pimpinan sebagai penentu perkembangan manajemen RS. X16: Pengelolaan RS berorientasi ABRI dan masyarakat. X17: Pergantian personil RS sesuai dengan aturan TNI-AU. X18: Kebebasan penentuan kebijakan, program rutin, dan aturan dalam RS. X19: Kebutuhan personil dengan kualifikasi yang tinggi. X20: Peran Kelompok Ahli sebagai koordinator dan penjalin kerjasama dengan instansi lain X21: Kedisiplinan tugas pelayanan kesehatan. X22: Kerjasama dengan RS umum pemerintah dan instansi kesehatan yang lengkap. Jenis pertanyaan yang diajukan yang terdapat dalam kuesioner merupakan pertanyaan tertutup di mana kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban yang lain. Alat ukur dibuat menurut skala Likert (1961) 1 sampai dengan 5 sesuai dengan keterangan berikut. 1 untuk Tidak Setuju. 2 untuk Kurang Setuju. 3 untuk Netral (Rata-rata). 4 untuk Setuju. 5 untuk Sangat Setuju. Data yang memenuhi syarat untuk diolah adalah jika kuesioner diisi dengan lengkap dan hanya satu jawaban untuk tiap pertanyaan. Kecukupan data diperoleh dengan mengacu pada aturan analisis faktor di mana jumlah sampel adalah 5 sampai 6 kali dari jumlah variabel penelitian (Hair, 1998). Data yang kurang dari jumlah aturan tersebut masih bisa diolah dengan pertimbangan penyesuaian yang dilakukan oleh peneliti dan melihat kondisi observasi. Proses pengolahan analisis faktor adalah: a. Menyusun matriks data mentah (m x n) di mana m adalah jumlah responden dan n adalah jumlah variabel b. Menyusun matriks korelasi c. Menghitung eigen value d. Menentukan jumlah variabel e. Penentuan bobot faktor, f) melakukan rotasi faktor dengan metode rotasi varimax. Setelah ditentukan variabel manifes mana yang masuk variabel laten (faktor) selanjutnya dilakukan uji keandalan alat ukur menggunakan metode Cronbach dengan rumus: Alpha () = k.r / [1 + (k-1). r]
180
INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005: 175-187
di mana r adalah rata-rata korelasi antar variabel manifes dan k adalah jumlah variabel manifes yang membentuk variabel laten. Prinsip kerja analisis faktor dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. X8 X1 X3
X2 X4
X6
X7 X5
X9
(a) 9 variabel yang berkorelasi X1
X4
X2
X6
X3
X7
(b)
X5 X8
X9
(c)
(d)
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
X1 X3 X4 X6
X2 X7
X5 X8 X9
Solusi 3 faktor Gambar 2 (a), (b), (c), dan (d) Prinsip Kerja Analisis Faktor
Analisis hasil penelitian dan keseluruhan dicoba dikaitkan dengan karakteristik organisasi yang dominan untuk dapat menjelaskan permasalahan yang sebenarnya terdapat dalam manajemen RS TNI-AU Dr. M. Salamun Bandung dan juga untuk memberikan saran perubahan yang mungkin perlu.
Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja)
181
PEMBAHASAN Responden penelitian berjumlah 187 orang mulai dari pimpinan, eselon staf pembantu pimpinan, eselon staf pelaksana, eselon pelaksana teknis, staf edukatif serta personil RS ABRI Tingkat II Dr.M.Salamun Bandung yang tersebar ke dalam 11 klinik spesialis dan klinik penunjang yang lain. Distribusi kuesioner adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Jumlah dan Asal Responden Nama Bagian Pimpinan RS Klinik Bedah Klinik Radiologi Klinik Bedah Gigi dan Mulut Laboratorium Patologi Klinik Klinik Spesialis Akupuntur Medik Klinik Spesialis Jantung Klinik Spesialis Mata Klinik Spesialis Syaraf Klinik Spesialis THT Klinik Spesialis Jiwa Klinik Spesialis Dalam (Internis) Klinik Spesialis Kulit Klinik Spesialis Kebidanan & Kandungan Klinik Spesialis Anak Klinik Spesialis Anestesi Total =
Jumlah Responden 8 26 10 9 13 5 6 9 12 17 3 14 7 22 15 11 187
Sumber: RS TNI-AU Dr.M.Salamun, Bandung
Dari 187 kuesioner yang dibagikan, kuesioner yang diterima kembali berjumlah 152 dan terdapat kuesioner yang tidak sah sebanyak 44. Kuesioner yang tidak sah bila jawaban yang diberikan untuk satu pernyataan atau pertanyaan lebih dari dua atau tidak lengkap dalam pengisiannya. Jumlah kuesioner sah yang dapat diolah adalah 108 kuesioner. Data kuesioner terdiri dari data yang bersifat umum dan data spesifik yang memuat ke 22 variabel penelitian. Data spesifik menggunakan skala Likert 1 sampai dengan 5 dengan keterangan: 1 untuk Tidak Setuju, 2 untuk Kurang Setuju, 3 untuk Ratarata, 4 untuk Setuju, dan 5 untuk Sangat Setuju. Konversi skala untuk nilai 1 s/d 1,80 untuk skala 1, nilai 1,81 s/d 2,60 untuk skala 2, nilai 2,61 s/d 3,40 untuk skala 3, nilai 3,41 s/d 4,2 untuk skala 4, dan nilai 4,21 s/d 5 untuk skala 5. Pengolahan data menggunakan metode analisis faktor dengan menggunakan software SPSS dan uji keandalan alat ukur untuk mengukur konsistensi internal dari jawaban responden menggunakan koefisien Alpha Cronbach.
182
INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005: 175-187
Dari hasil pengolahan data diperoleh pengelompokkan variabel laten sebanyak 8 buah sesuai dengan urutan nilai eigen valuenya sebagai berikut: Variabel Laten I = 4,51476, Variabel Laten II = 2,73296, Variabel Laten III = 1,82327, Variabel Laten IV = 1,51635, Variabel Laten V = 1,42371, Variabel Laten VI = 1,19118, Variabel Laten VII = 1,09537, dan Variabel Laten VIII = 1,00771. Dengan demikian dapat dikatakan pengaruh Variabel Laten I > Variabel Laten II > Variabel Laten III > Variabel Laten IV > Variabel Laten V > Variabel Laten VI > Variabel Laten VII > Variabel Laten VIII. Tingkat kumulatif persentase kedelapan variabel laten tersebut adalah 69,6%, artinya fenomena dalam penelitian sudah dapat direpresentasikan sebesar 69,6% melalui delapan buah variabel laten tersebut. Dan sisanya 30,4% belum terukur melalui delapan variabel laten tersebut atau disebabkan faktor kesalahan. Pengelompokan variabel manifes membentuk variabel laten, urutan nilai eigen value variabel laten, dan interpretasi faktor organisasi, nilai koefisien keandalan alpha Cronbach, dan nilai faktor disajikan dalam Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4 berikut ini.
Tabel 2 Pengelompokan Variabel Manifes Membentuk Variabel Laten dan Bobot Faktor Variabel Manifes
Bobot Faktor Variabel Manifes
Variabel Laten
X4 X6 X5 X16 X17 X9 X14 X8 X13 X22 X11 X19 X3 X12 X20 X10 X7 X21 X15 X2
0.94047 0.92867 0.81413 0.72802 0.72422 0.64067 0.60480 0.58510 0.50948 0.78513 0.67009 0.52856 0.76339 0.68743 0.81643 0.76823 0.56037 0.51765 0.77417 0.85946
1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 6 6 6 7 8
Sumber: penulis
Kriteria pemilihan variabel manifes dominan yang membentuk variabel laten adalah variabel yang memiliki bobot pada matriks faktor ≥ 0,5. Kriteria ini dipilih berdasarkan batas minimum bobot variabel yang masih berpengaruh membentuk variabel tertentu. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS, variabel manifes X18 dan X1 dapat
Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja)
183
direduksi karena memiliki bobot lebih kecil daripada 0,5. Oleh karena itu variabel tersebut tidak memenuhi syarat untuk dipilih membentuk salah satu variabel laten. Tabel 3 Urutan Eigen Value Variabel Laten Variabel Laten
Eigen Value
1 2 3 4 5 6 7 8
4,51476 2,73296 1,82327 1,51635 1,42371 1,19118 1,09537 1,00771
Sumber: penulis
Tabel 4 Koefisien Keandalan dan Nilai Faktor Organisasi Faktor Organisasi
Alpha
Nilai
Interpretasi
Sentralisasi: X4, X6, X5
0,92411
3,06
Formalisasi: X16, X17, X9, X14, X8, X13 Fleksibilitas: X22, X11, X19
0,76821
3,97
Responden menganggap netral atau rata-rata adanya sistem pengambilan keputusan yang sentralistik mengenai peningkatan dan pengembangan RS Setuju adanya aturan yang ketat terhadap orientasi layanan kesehatan RS yang mengarah kepada ABRI dan masyarakat
0,51146
3,65
Spesialisasi: X3, X12 Koordinasi: X20
0,51676
3,61
Tidak ada
3,89
0,55922
3,92
Kepemimpinan: X15
Tidak ada
2,75
Standardisasi: X2
Tidak ada
3,02
Sifat Tugas: X10, X7, X21
Setuju semakin ditingkatkannya kerjasama dengan instansi kesehatan yang lengkap dalam rangka introduksi tenaga medik dengan kualifikasi yang tinggi Setuju adanya pengelolaan RS dengan skala prioritas Setuju bahwa peran Kelompok Ahli sebagai alat untuk memudahkan integrasi dengan lingkungan eksternal RS dapat ditingkatkan Setuju bahwa kepatuhan dan kedisiplinan dalam melakukan tugas berperan penting dalam proses meningkatkan layanan kesehatan kepada pengguna jasa RS Responden menganggap netral atau rata-rata bahwa peran pimpinan RS tidak saja sebagai penentu perkembangan manajemen saja tetapi perlu dilakukannya peran yang mampu menjembatani proses organisasi RS terhadap lingkungan eksternalnya Responden menganggap netral atau rata-rata dilakukannya pelaksanaan program/sumber daya yang baku dengan ciri khas ABRI
Sumber: Penulis
184
INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005: 175-187
Dari hasil interpretasi analisis faktor, maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: Faktor Sentralisasi menunjukkan netral adanya keinginan dalam proses pengambilan keputusan yang sentralistik mengenai arah, pola, dan kebijakan peningkatan dan pengembangan RS. Keputusan-keputusan yang menyangkut peningkatan dan pengembangan RS merupakan keputusan strategis yang akan menentukan keberhasilan layanan RS. Faktor Formalisasi menunjukkan keinginan untuk setuju adanya pemberlakuan aturan-aturan yang ketat terhadap orientasi layanan RS yang berorientasi pada ABRI dan masyarakat. Faktor Fleksibilitas menunjukkan persetujuan responden semakin ditingkatkannya kerjasama yang erat dengan instansi kesehatan lain yang memiliki peralatan lengkap dalam rangka introduksi tenaga medik yang memiliki kualifikasi tinggi. Faktor Spesialisasi menunjukkan adanya keinginan pengelolaan RS dengan skala prioritas di mana program layanan yang tersusun dan saling mendukung satu sama lain. Faktor Koordinasi menunjukkan keinginan responden bahwa peran Kelompok Ahli semakin ditingkatkan sebagai alat untuk memudahkan integrasi dengan lingkungan eksternal RS. Faktor Sifat Tugas menunjukkan responden setuju bahwa kepatuhan dan disiplin memegang peran yang sangat penting untuk meningkatkan layanan kesehatan, tetapi juga perlu disertai sistem pengakuan dan penghargaan yang wajar atas prestasi. Hal ini akan memberi ruang gerak untuk kreativitas dan pengembangan tanggung jawab setiap personil. Faktor Kepemimpinan menunjukkan pendapat responden yang netral bahwa pimpinan RS sebaiknya mampu menjembatani proses organisasi yang menyangkut pengguna jasa, lingkungan eksternal, dan sumberdaya manusia di dalam organisasi. Faktor Standardisasi menunjukkan pendapat responden yang netral dalam pelaksanaan program/sumberdaya dengan ciri khas ABRI yang bersifat baku.
Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja)
185
PENUTUP Adapun kesimpulan penelitian yang telah dilakukan di RS TNI-AU Tingkat II Dr.M.Salamun Bandung adalah sebagai berikut: 1. Metode analisis faktor yang digunakan memungkinkannya reduksi dan pengelompokkan sejumlah variabel manifes dari 22 variabel menjadi 8 variabel laten atau faktor yang memiliki pengaruh dominan pada suatu unit observasi. 2. Variabel laten atau faktor yang dihasilkan adalah: Sentralisasi, Formalisasi, Fleksibilitas, Spesialisasi, Koordinasi, Sifat Tugas, Kepemimpinan, dan Standardisasi, merepresentasikan 69,6% fenomena penelitian yang didasarkan atas nilai eigen value (persentase kumulatif tingkat komunalitas) variabel manifes. Saran-saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor kepemimpinan sebaiknya semakin ditingkatkan dan dapat menjadi pendorong timbulnya inovasi. Kepemimpinan yang konsisten akan memberikan ruang gerak yang lebih luas dalam proses inovasi dalam organisasi. 2. Dalam melakukan reorganisasi sebaiknya RS semakin adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap memperhatikan unsur layanan kepada ABRI dan masyarakat umum. 3. Penelitian lanjutan hendaknya dapat berfokus pada keseimbangan relatif antara posisi para dokter ABRI dan para dokter sipil yang spesialis dalam menduduki jabatan yang bersemangatkan kerjasama dan perlunya mempertimbangkan faktor budaya, komunikasi, komitmen pemimpin, proses inovasi, intensitas tugas, dan otoritas dengan menggunakan analisis hubungan struktural linier (LISREL = Linier Structural Relations). Dengan mempertimbangkan dimensi kultural yang berhubungan dengan proses integrasi internal organisasi, dimensi kontekstual yang berhubungan dengan ukuran organisasi, teknologi organisasi, dan lingkungan organisasi, dan dimensidimensi lain yang saling berkaitan erat, diharapkan cakupan permasalahan menjadi lebih luas dan lebih baik lagi.
186
INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005: 175-187
DAFTAR PUSTAKA Albrecht, Karl (1983), Organization Development, Prentice Hall Inc., New Jersey Alexander, Marcus (2002), Designing Effective Organization, John Wiley, London Barnard, Chester I (1956), Organization and Management, Harvard University Press, Cambridge Dillon, William R. & Matthew Goldstein (1984), Multivariate Analysis: Methods and Application, John Wiley, New York Greiner, Larry E. (1998), “Evolution and revolution as organizations grow”, Harvard Business Review Vol.76 No.3 (May-June): 55-68 Hair et. al. (1998), Multivariate Data Analysis, John Wiley, New York Jones, Gareth (2001), Organization, John Wiley, New York Mary Ann Von Glinow (2005), Organizational Behavior, Prentice Hall, New Jersey
Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja)
187