IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO PADA UNIT INCINERATOR, INSTALASI STERILISASI SENTRAL, RUANG LAUNDRY DAN HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2013 Gumelar Indra Wibawa1 dan Fatma Lestari2
1. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (email:
[email protected] ) 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (email:
[email protected])
Abstrak RS X dalam aktivitas kerjanya memiliki bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, bahaya lingkungan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan. Pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi, tertusuk jarum suntik, dan risiko yang berhubungan dengan listrik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja incinerator, instalasi sterilisasi sentral, unit laundry, dan ruang hemodialisa di Rumah Sakit X tahun 2013. Analisis penelitian ini bersifat semi-kuantitatif berdasarkan pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko adalah Job Hazard Analysis (JHA) dan untuk penentuan tingkat risiko dengan menggunakan Skoring Fine (1971). Berdasarkan hasil penelitian, tingkat risiko yang didapat pada pekerja di unit Incinerator Prioritas 1 sebanyak 8 risiko, dan substansial sebanyak 11 risiko. Instalasi Sterilisasi Sentral tingkat risiko prioritas 1 sebanyak 2, dan substansial sebanyak 4 risiko. Pekerja di Instalasi Laundry didapat prioritas 1 sebanyak 12, dan subtansial sebanyak 4 risiko. Ruang Hemodialisa tingkat risiko yang didapat substansial sebanyak 2 risiko. Pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh pihak rumah sakit yakni penyediaan alat-alat pelindung diri untuk bekerja, standar operasional prosedur, dan engineering control. Kata kunci ; identifikasi, analisis risiko, evaluasi, pengendalian risiko
Abstract Activities in the hospitals could poses a physical, chemical, biological, ergonomic, and also environmental hazard to workers. Amongst the risk to workers include infectious blood and bloody fluids, needle stick injuries and electric shock related. The purpose of this study was to identify and conducting risk assessment at incinerator, CSSD, laundry and hemodialysis unit at X Hospital in 2013.This study was semi-quantitative study which was conducted based on AS/NZS 4360:2004 Standard. Risk identification methods used was Job Hazard Analysis (JHA) and Risk level was determined based on Skoring Fine (1971). The result of this study shows that the level of risk was obtained by worker at incinerator Unit who had risk level priority 1 was 8 and risk level substantial was 11. The level of risk was obtained by worker at CSSD unit who had risk level priority 1 was 2 and Substantial Risk level was 4. At laundry unit, workers obtained risk level priority 1 was 12 and substantial risk level was 4. Level of risk contained in the hemodialysis unit is as much as 2 substantial risk. Risk controls that have been implemented by the hospital is to provide personal protective equipment for work, standard operating procedures, and engineering control. Keywords ; identification, risk analysis, evaluation, risk treatment.
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Pendahuluan Undang-undang No. 36 tahun 2009 pasal 164 menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja baik formal maupun informal, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan dan mudah terjangkit penyakit. Rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan adalah suatu tempat kerja dengan kondisi seperti tersebut di atas sehingga harus menerapkan upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Bahaya-bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri, jamur, dll), faktor kimia (antiseptic, gas anestesi), faktor ergonomi (cara kerja yang salah), factor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi, dll), faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja akibat kerja. Penyakit akibat kerja di rumah sakit umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati), faktor ergonomi (cara duduk yang salah, cara mengangkat pasien yang salah), faktor fisik (panas pada kulit, radiasi pada system produksi sel darah), faktor psikologis ( ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat) (Depkes, 2009). Menurut WHO, secara global didapat 35 juta pekerja kesehatan mengalami gangguan kesehatan diantaranya 3 juta terpajan patogen darah : 2 juta terpaja virus HBV, 0,9 juta terpajan virus HBC, 170.000 terpajan virus HIV/AIDS. Dapat terjadi 15.000 HBC, 70.000 HBV dan 1000 kasus. Lebih dari 90% terjadi di Negara berkembang, dan 8-12% pekerja rumah sakit, sensitive terhadap lateks (Depkes RI, 2009). Data yang didapat dari pekerja kesehatan di lima pelayanan kesehatan baik klinik maupun rumah sakit di Zambia, diperoleh petugas penunjang pelayanan kesehatan (petugas kebersihan, laundry, analis lingkungan) 2 kali pertahun perpetugas mengalami cedera karena benda tajam. Frekuensi alat/benda yang paling banyak menyebabkan cedera pada petugas pelayanan kesehatan yaitu jarum suntik sebanyak 60% (Phillips et al, 2012) Petugas pembersih suatu rumah sakit di Jakarta menderita dermatitis kontak iritan pada tangan tercatat 65,4% pada tahun 2004. Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka kecelakaan akibat kerja NSI (needle stick injury) mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan (Depkes RI, 2009).
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Risiko bahaya biologis di rumah sakit, tidak hanya dimana memberikan pelayanan medis pada pasien seperti di unit perawatan atau ruang rawat jalan, tetapi juga di laboratorium, laundry, unit rumah tangga, penanganan sampah atau limbah. Sumber bahaya yang ada di rumah sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Depkes, 2009). Rumah sakit X merupakan fasilitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan ini juga tidak terlepas dari bahaya di dalam proses pelaksanaan kegiatannya itu sendiri. Potensi-potensi bahaya yang ada pada fasilitas kesehatan, perlu adanya upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakan bahaya yang dapat timbul didalam pelayanan kesehatan. Keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dapat dikelola dengan baik untuk pelaksanaan di pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau klinik yang tujuannya adalah melindungi pasien, pengunjung, pekerja dan masyarakat sekitar ditempat kerja. Rumah sakit X sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti akreditasi internasional yang akan dilakukan oleh Joint Committee International. Salah satu manfaat akreditasi disini adalah menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien yang berkontribusi dalam memotivasi dan memberikan kepuasan kerja pada karyawan. Dalam menghadapi akreditasi tersebut, dan dalam melindungi pekerjanya dari risiko bahaya di tempat kerja, perlu di lakukan pengidentifikasian awal berupa identifikasi risiko bahaya ditempat kerja. Identifikasi risiko awal yang dilakukan oleh RS X yaitu identifikasi pada fasilitasfasilitas pendukung medis, seperti pengolahan limbah, laundry, laboratorium, instalasi sterilisasi sentral, apotik, rongten, hemodialisa. Melalui pertimbangan dan perundingan dengan petugas Instalasi Keselamatan Pasien dan Tenaga Kerja (IKPTK) RS X maka ditetapkanlah unit-unit untuk mengidentifikasi tersebut berdasarkan laporan kecelakaan kerja. Berdasarkan hal tersebut penulis membuat penelitian identifikasi risiko di beberapa tempat pendukung medis yakni di incinerator, instalasi sterilisasi sentral, laundry dan hemodialisa. Berdasarkan observasi awal dan dari dari hasil wawancara dengan petugas IKPTK Rumah Sakit X didapat bahwa masih tingginya kecelakaan kerja berdasarkan laporan secara langsung dari pekerja
ke IKPTK yang tertusuk jarum medis, khususnya di unit-unit
pendukung rumah sakit seperti unit incinerator (pembakaran sampah medis), dan ditemukan kegiatan tidak aman seperti pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja, bekerja dengan postur janggal. IKPTK menugaskan penulis sebagai mahasiswa yang membantu dalam proses identifikasi menunjuk unit-unit yang akan diteliti risiko bahayanya
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
yakni di unit incinerator, instalasi sterilisasi sentral, laundry dan hemodialisa. Identifikasi dan analisis risiko diperlukan dengan tujuan untuk mencegah dan meminimalisir risiko yang ada di tempat kerja dengan cara melakukan pengendalian bahaya yang bersifat efektif sesuai dengan tingkat risikonya. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja incinerator, instalasi sterilisasi sentral, unit laundry, dan ruang hemodialisa di Rumah Sakit X tahun 2013. Tinjauan Teoretik Menurut AS/NZS 4360:2004 manajemen risiko adalah budaya, proses dan struktur yang terhubung secara lagsung, menyadari kesempatan yang potensial dalam mengatur efek yang merugikan. Manajemen risiko adalah mengidentifikasi variasi potensial dari apa yang kita rencanakan atau inginkan dan mengelola untuk memaksimalkan peluang, meminimalkan kerugian dan meningkatkan keputusan dan hasil. Mengelola risiko berarti mengidentifikasi dan mengambil kesempatan untuk meningkatkan kinerja serta mengambil tindakan untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadi sesuatu yang salah. Proses manajemen risiko merupakan aplikasi secara sistematik kebijakan manajemen, prosedur dan praktik terhadap komunikasi tugas, menetapkan konteks, identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, pemantauan serta tinjau ulang risiko ( AS/NZS 4360:2004). Komponen utama dalam proses manajemen risiko berdasarkan AS/NZS 4360: 2004 terdiri dari : 1.
Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan stakeholder internal dan eksternal yang tepat pada setiap tahapan dari proses manajemen risiko dan proses secara keseluruhan. 2.
Penetapan konteks
Penetapan konteks eksternal, konteks internal dan konteks manajemen risiko dimana proses manajemen risiko akan diterapkan. Kriteria yang digunakan pada saat risiko akan dievauasi hatus disusun dan struktur analisis didefinisikan. 3.
Identifikasi risiko
Identifikasi dimana, kapan, mengapa dan bagaimana peristiwa dapat mencegah, menurunkan, menunda atau meningkatkan pencapaian tujuan. 4.
Analisis risiko
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Analisis risiko merupakan proses yang sistematis untuk memahami sifat dan menyimpulkan tingkat risiko. Analisa risiko menyediakan dasar untuk evaluasi risiko dan keputusan dalam pengendalian risiko (AS/NZS 4360:2004). Inti dari analisis risiko adalah mengenai pengembangan pemahaman risiko. Dalam analisis risiko terdapat data pendukung yang digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan tentang cara pengendalian yang paling tepat dan keefektifan pengeluaran biaya. Tipe analisis risiko sebagai berikut : a. Analisis kualitatif Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya dapat dikategorikan dalam risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi. Analisis kualitatif digunakan untuk kegiatan skrining awal pada risiko yang membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam. Analisis kualitatif digunakan saat: -‐ Penilaian secara kuantitatif tidak diperlukan -‐ Pelaksanaan skrining awal sebagai dasar untuk melaksanakan analisis yang lebih detail -‐ Level risiko tidak terdapat batasan waktu dan data numerical untuk analisis -‐ Tidak terdapat data numerical atau data tidak mencukupi untuk meakunan Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau probability diberi rentang antara risiko yang jarang terjadi (rare) sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat (almost certain). Sedangkan untuk keparahan atau consequence dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cidera atau kerugian kecil sampai dampak yang paling parah yaitu menimbulkan kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap asset perusahaan. Berikut merupakan tabel konsekuensi dan kemungkinan menurut standar AS/NZS 4360 : Tabel 1. Ukuran Kualitatif untuk Likelihood Level
Deskripsi
A Almost Certain B Likely C Possible D Unlikely E Rare Sumber : HB 4360:2004
Uraian Dapat terjadi setiap saat Kemungkinan terjadi sering Dapat terjadi sekali-sekali Kemungkinan terjadi jarang Dapat terjadi hanya dalam keadaan luar biasa
Tabel 2. Ukuran Kualitatif untuk Concequences Level 1 2 3 4
Deskripsi Insignificant Minor Moderate Major
Uraian Tidak terjadi cedera, kerugian finansial kecil Cedera ringan, kerugian finansial sedang Cedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian finansial besar Cedera berat lebih dari satu orang, kerugian besar, gangguan produksi
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Level
Deskripsi
5
Catstrophic
Uraian Fatal lebih satu orang, kerugian sangat besar dan dampak luas yang berdampak panjang, terhentinya seluruh kegiatan
Sumber : HB 4360:2004
Tabel 3. Matrix Kualitatif Level of Risk Likelihood A (Almost certaint) B (Likely) C (Moderate) D (Unlikely) E (Rare) Sumber : HB 4360:2004
Insignificant H M L L L
Minor H H M L L
Consequences Moderate E H H M M
Major E E E H H
Catastrophic E E E E H
Keterangan: E : Sangat berisiko dibutuhkan tindakan secepatnya H : Berisiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak M : Risiko sedang, tanggung jawab manajemen harus spesifik L : Risiko rendah, menangani dengan prosedur rutin b. Analisis semi-kuantiatif Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan di atas diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan analisis semikuantitatif, karena nilai yang dibuat belum tentu mencerminkan kondisi objektif dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan tergantung dari pengetahuan para ahli dari berbagai disiplin ilmu terhadap proses terjadinya sebuah risiko. (AS/NZS 4360:2004) Salah satu metode analisis semi-kuantitatif adalah kalkulasi risiko berdasarkan formula matematika Fine (Dickson, 2001). Metode tersebut terdiri dari tiga faktor utama yaitu consequence, exposure dan likelihood yang telah ditentukan rating atau nilainya. Nilai dari ketiga faktor tersebut dikalikan untuk mengetahui tingkat risikonya. 1) Konsekuensi (consequences), merupakan dampak yang paling mungkin untuk terjadi dari suatu potensi kecelakaan, termasuk cedera dan kerusakan properti. Tabel 4. Tingkat Konsekuensi untuk Analisis Semi Kuantitatif Kategori Catastrophe Disaster Very Serious
Deskripsi Bencana Besar: kerusakan fatal/dari beragam fasilitas, aktifitas dihentikan, terjadi kerusakan lingkungan yang parah. Bencana: kejadian yang berhubungan dengan kematian, kerusakan permanen yang bersifat kecil terhadap lingkungan. Sangat serius: Cacat permanen/penyakit parah, kerusakan lingkungan
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Rating 100 50 25
Kategori
Deskripsi tidak permanen. Serious Serius : terjadi dampak yang serius tapi bukan cidera dan penyakit parah dan permanen, sedikit berakibat buruk bagi lingkungan Important Penting: membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi buangan tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan Noticeable Dampak : terjadi cedera atau penyakit ringan memar bagian tubuh, kerusakan ringan dan terhentinya proses kerja sementara waktu tetapi tidak menyebabkan dampak pencemaran diluar lokasi Sumber : Dickson, 2001
Rating 15 5 1
2) Frekuensi terpajan (eksposure), merupakan frekuensi pajanan terhadap hazard. Tabel 5. Tingkat Pajanan (Eksposure) Analisis Semi Kuantitatif Exposure Deskripsi Continously Sering sekali : sering terjadi pemaparan dalam sehari Frequently Sering : terjadi dalam sehari Occasionally Kadang-kadang: kadang-kadang, 1x seminggu, 1x sebulan Infrequent Satu kali dalam sebulan sampai sekali dalam setahum Rare Jarang diketahui kapan terjadinya Very rate Sangat jarang : tidak diketahui kapan terjadinya Sumber : Dickson, 2001
Rating 10 6 3 2 1 0,5
3) Tingkat kemungkinan (likelihood), merupakan peluang terjadinya suatu kecelakaan mulai dari pajanan terhadap hazard hingga menimbulkan suatu kecelakaan dan dampaknya. Tabel 6. Tingkat Kemungkinan untuk Analisis Semi Kuantitatif Kategori Almost certain Likely Unsually but possible Remoty possible Conceireable
Deskripsi Sering terjadi: Kejadian kecelakaan yang paling sering terjadi . Cenderung terjadi:Kemungkinan terjadinya kecelakaan 50% Tidak biasa: tidak biasa terjadi namun mempunyai kemungkinan terjadi . Kemungkinan kecil:kejadian yang kecil kemungkinannya terjadi . Jarang terjadi : tidak pernah terjadi kecelakaan selama bertahun-tahun pemaparan namun mungkin saja terjadi . Hampir tidak mungkin terjadi: sangat tidak mungkin terjadi.
Practically impossible Sumber : Dickson, 2001
Rating 10 6 3 1 0,5 0,1
Penentuan tingkat risiko dilakukan setelah ketiga komponen risiko (Konsekuensi, paparan, dan kemungkinan) telah ditentukan besarannya. Nilai dari ketiga faktor tersebut dikalikan untuk mengetahui tingkat risikonya berdasarkan rumus berikut ini : Risk = Consequences x Exposure x Probability Gambar 1. Formula Penilaian risiko W.T Fine, 1971
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Dari hasil perhitungan level of risk di atas kemudian dikelompokkan sesuai kriteria tingkat risiko Fine. Tabel 7. Tingkat Risiko pada Analisis Semi-Kuantitatif Tingkat Risiko >350
Kategori
Tindakan
Very high
Aktifitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi hingga mencapai batasan yang di bolehkan atau diterima 180 – 350 Priority 1 Perlu pengendalian sesegera mungkin 70 – 180 Substantial Mengharuskan adanya perbaikan secara teknis 20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan < 20 acceptable Intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin Sumber : Cross, dalam Johari 2012
a. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif menggunakan nilai numerik untuk nilai konsekuensi dan likelihood dengan menggunakan data dari berbagai sumber. Kualitas dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada, serta validitas model yang digunakan. Konsekuensi dapat dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau dengan memperkirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/data terdahulu. Konsekuensi gigambarkan dalam lingkup keuangan, teknikal atau efek pada manusia (AS/NZS 4360:2004). 5.
Evaluasi risiko
Membandingkan estimasi level risiko dengan kriteria yang telah disusun lebih dahulu dan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat potensial dan hasil yang tidak menguntungkan. Hasilnya berupa keputusan untuk menentukan luas dan sifat perlakuan risiko yang diperlukan dan menentukan prioritas risiko. 6.
Pengendalian risiko
Mengembangkan dan melaksanakan strategi tertentu yang efektif dan efisien serta rencana aksi untuk meningkatkan manfaat potensial dan mengurangi biaya potensial 7.
Monitor dan review
Penting untuk memonitor efektivitas seluruh tahapan proses manajemen risiko. Hal ini penting untuk perbaikan berkelanjutan. Risiko dan efektivitas perlakuan risiko perlu dimonitor untuk meyakinkan bahwa perubahan situasi tidak mengubah prioritas risiko.
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Gambar 1. Detail Proses Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004 (Sumber : http://www.scotland.gov.uk/Resource/Img/247049/0072148.gif, 2013)
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan AS/NZS 4360: 2004 tentang Risk Management. Metode yang digunakan untuk penilaian risiko adalah semi kuantitatif untuk menentukan tingkat risiko K3 pada unit incinerator, instalasi sterilisasi sentral, ruang laundry dan hemodialisa. Untuk mengidentifikasi bahaya dan risiko K3 digunakan metode JHA (Job Hazard Analysis) untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei tahun 2013 saat dilakukan proses kegiatan pada unit incinerator, instalasi sterilisasi sentral, ruang laundry dan hemodialisa. Populasi dari penelitian ini adalah pekerja pada masing-masing area tersebut. Sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 14 orang dengan rincian 1 total sampel pada incinerator, 4 orang instalasi sterilisasi sentral, 5 orang di instalasi laundry, dan 4 orang di hemodialisa. Pengumpulan data dilakukan melalui pengambilan data primer dan sekunder, yaitu;. Data primer diambil dengan cara observasi dan wawancara tidak terstruktur kepada petugas incinerator, instalasi sterilisasi sentral, instalasi laundry, dan ruang hemodialisa, serta pengambilan data pada saat proses kerja. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
mengenai metode dan langkah-langkah kerja, bahaya dan risiko apa saja yang diketahui pekerja dan kecelakaan apa saja yang sering terjadi. Data sekunder yang digunakan yaitu SOP yang tersedia RS X, profil RS X dan penunjang lainnya. Data tersebut bermanfaat sebagai data penunjang dalam penilaian probabilitas, eksposure, dan konsekuensi tingkat risiko. Instrumen yang digunakan pada saat pengambilan data yaitu dengan menggunakan, pedoman wawancara, form JHA, tabel analisis risiko pekerjaan, dan kamera. Pengolahan data pada tahap awal data wawancara dicatat langsung oleh peneliti sambil dilakukan pendokumentasian dengan ijin responden. Setelah data dikumpulkan dan lengkap, maka dilakukan pengolahan data. Dalam hal ini pengolahan data dilakukan secara manual yang berdasarkan hasil observasi, wawancara dan data pendukung lainnya. Kemudian dihitung dengan menggunakan analisa semi kuantitatif. Hasil Penelitian Tabel 8. Analisis Risiko pada Petugas Incinerator Basic Level No. 1.
2.
3.
4.
Aktivitas Penyortiran sampah medis
Memasukan sampah ke dalam incinerator
Menghidupkan incinerator dengan menyalakan panel listrik
Mengeluarkan sampah medis
Risiko Pajanan Terpajan debu dari sampah medis Tangan tertusuk, atau tergores jarum medis Fakor postur janggal posisi badan batang tubuh menunduk Tertusuk, atau tergores jarum medis Terbentur pengunci pintu penutup incinerator Terpajan debu dari sampah medis Terjepit pintu penutup incinerator Faktor postur janggal, posisi badan menunduk Tersengat aliran listrik Terpajan panas Terpajan bising Api keluar dari celah bagian belakang celah incinerator Terpajan partikulat debu , asap dan gas Terbentur pengunci pintu penutup incinerator Terpajan debu abu, asap, gas dari sisa pembakaran Terpajan panas dari dalam ruang incinerator Terkena pacul Faktor posisi janggal
Nilai Risiko
Existing Level C E P
Nilai Risiko
Level Risiko
Risk Reduc tion 50%
C
E
P
5
10
6
300
5
10
3
150
5
10
10
500
5
10
6
300
Substantia l Priority 1
5
10
6
300
5
10
6
300
Priority 1
0%
5
10
10
500
5
10
6
300
Priority 1
40%
1
10
3
30
1
10
1
10
66.7%
5
10
6
300
5
10
3
150
5
10
1
50
5
10
0.5
25
Acceptabl e Substantia l Priority 3
5
10
6
300
5
10
6
300
Priority 1
0%
15 5 15 50
10 10 10 10
1 6 1 3
150 300 150 1500
15 1 15 25
10 10 10 10
0.5 3 0.5 0.5
75 30 75 125
Priority 3 Priority 3 Priority 3 Substantia l
50% 90% 50% 75%
5
10
6
300
5
10
3
150
50%
1
10
3
18
1
10
1
10
5
10
10
500
5
10
3
150
5
10
10
500
5
10
6
300
Substantia l Acceptabl e substantia l Priority 1
5 5
10 10
6 6
300 300
5 5
10 10
1 6
50 300
Priority 3 Priority 1
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
40%
50% 50%
66.7% 40% 40% 83,3% 0%
5.
6.
7.
Membawa sampah medis ke tempat pembuangan akhir sampah
Menimbun sampah medis
Pengisian bahan bakar Incinerator
Faktor beban berat, membawa drum tempat sampah.
5
3
6
90
5
3
6
90
Substantia l
0%
Faktor postur janggal, posisi batang tubuh membungkuk saat mengangkat drum sampah Terjatuh dari tangga menuju tempat pembuangan sampah Terkena pacul
5
3
6
90
5
3
6
90
Substantia l
0%
15
3
6
270
15
3
3
135
Priority 1
50%
5
3
6
90
5
3
1
15
81,4%
Terpajan debu Terkena pecahan puing
5 5
3 3
6 6
90 90
5 5
3 3
3 1
45 15
Faktor janggal , posisi membungkuk saat mencangkul Faktor beban berat, menganggat drum tempat sampah Terpajan cahaya matahari Terpajan solar
5
3
6
90
5
3
6
90
Acceptabl e Priority 3 Acceptabl e Substantia l
5
3
6
90
5
3
6
90
Substantia l
0%
5 5
3 3
3 6
45 90
5 5
3 3
3 3
45 45
Priority 3 Priority 3
50% 50%
Faktor postur janggal saat mengangkat derigen solar Faktor beban berat saat mengangkat derigen solar Terjatuh dari tangga tower
5
3
6
90
5
3
6
90
0%
5
3
6
90
5
3
6
90
25
3
6
450
25
3
3
225
Substantia l Substantia l Priority 1
50% 81,4% 0%
0% 50%
Tabel 9. Analisis dan Evaluasi Risiko pada Petugas Instalasi Sterilisasi Sentral Basic Level No. 1.
Aktivitas Dekontaminasi
Risiko Pajanan
Nilai Risiko
Existing Level
Level Risiko
Risk Redu ction
C
E
P
Nilai Risiko
500
5
10
6
300
Priority1
40%
10
500
5
10
1
50
Priority 3
40%
10
10
500
5
10
3
150
Substantia l Substantia l
70%
C
E
P
Tertusuk atau instrument medis, tergores instumen medis Terpajan darah, cairan lain dari tubuh manusia yang mengandung virus, bakteri menular Terpajan cairan klorin
5
10
10
5
10
5
2.
Pencucian instrumen medis
Terpajan dengan detergen pencuci alat medis
5
10
10
500
5
10
3
150
3.
Membungkus instrumen dalam bak instrumen untuk di sterilisasi Mempersiapkan kassa dan linen steril Sterilisasi dengan menggunakan autoclave
Tertusuk instrumen medis, tergores instumen medis
5
10
10
500
5
10
6
300
Priority1
40%
Terpajan debu kassa Tergores gunting Terpajan debu dari linen Terkena sengatan listrik Terpajan panas dari autoclave Terpeleset dari lantai
5 5 5 15 5
10 10 10 6 10
10 6 10 3 10
500 300 500 270 500
1 5 1 5 5
10 10 10 6 10
6 0,5 6 1 3
60 25 60 30 150
40% 91,6% 40% 88,8% 70%
1
10
6
60
1
10
1
10
Faktor beban berat, mengangkat ember berisi air
5
10
6
300
5
10
3
150
Priority 3 Priority 3 Priority 3 Priority 3 Substantia l Acceptabl e Substantia l
4.
5.
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
70%
83,3% 50%
6.
Penyimpanan instrumen medis yang telah disterilisasi
Faktor postur janggal
5
10
6
300
5
10
1
50
Priority 3
83%
Nilai Risiko
Level Risiko
Risk Redu ction
Tabel 10. Analisis Risiko pada Petugas Laundry Basic Level No.
Aktivitas
1
Pengambilan linen dari ruangan
2.
3.
Pemilahan linen kotor
Dekontaminasi
4.
Pembilasan linen
5.
Pencucian linen
6.
7.
8.
Pengeringan linen
Penjemuran linen
Penyetrikaan linen
Risiko Pajanan Terpajan debu dari linen Terpajan darah feces, cairan lain yang mengandung virus, bakteri, parasit dan jamur pada linen Kaki tersandung roda troli Faktor postur janggal, posisi batang tubuh menunduk Faktor beban berat, mendorong troli Faktor beban berat, mendorong troli Terpajan debu dari linen Terpajan darah feces, cairan lain yang mengandung virus, bakteri, parasit dan jamur pada linen Faktor postur janggal, posisi membungkuk Terpajan darah, cairan lain dari tubuh manusia yang mengandung virus, bakteri menular Terpajan cairan klorin Faktor postur janggal, posisi membungkuk Faktor postur janggal, posisi membungkuk Kontak dengan alkali (Arcoil Alkali) Kontak dengan detergen (HD I) Kontak dengan pengemulsi (HD II) Kontak dengan bahan kimia penetral (Rinse Milky Fluid) Kontak dengan pewangi (Risoft) Terpajan bising Faktor postur janggal Terpajan panas Faktor postur janggal, posisi tubuh menunduk Faktor beban berat, mengangkat linen ke tempat penjemuran Faktor postur janggal Terpajan cahaya matahari Terpajan debu kain linen
Nilai Risiko
Existing Level C E P
C
E
P
5
10
3
150
1
6
0,5
3
Acceptabl e
98%
5
10
6
300
5
6
1
30
Priority 3
90%
1
6
6
36
1
6
6
36
Priority 3
0%
5
10
6
300
5
10
6
300
Priority 1
0%
5
10
3
150
5
10
0,5
25
Priority 3
83,3%
5
10
3
150
5
10
0,5
25
Priority 3
83,3%
5
10
3
150
1
6
0,5
3
Acceptabl e
98%
5
10
6
300
5
6
1
30
Priority 3
90%
5
10
6
300
5
10
6
300
Priority 1
0%
5
10
6
300
5
6
1
30
Substansia l
90%
5
10
6
300
1
10
3
30
Priority 3
90%
5
10
6
300
5
10
6
300
Priority 1
0%
5
10
6
300
5
10
6
300
Priority 1
0%
5
10
3
150
1
10
0,5
5
5
10
3
150
1
10
0,5
5
5
10
3
150
1
10
0,5
5
5
10
3
150
1
10
0,5
5
5
10
3
150
1
10
0,5
5
25
6
3
450
25
6
1
150
5
10
6
300
5
10
6
300
5
6
6
180
1
6
1
6
5
10
6
300
5
10
6
300
Priority 1
0%
5
10
6
300
5
10
6
300
Priority 1
0%
5
10
300
5
10
6
300
6
3
1
6
0.5
3
5
10
150
1
6
0,5
3
Priority 1 Acceptabl e Acceptabl
0%
1
6 0, 5 3
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Acceptabl e Acceptabl e Acceptabl e Acceptabl e Acceptabl e Substansia l Priority 1 Acceptabl e
83,3% 83,3% 83,3% 83,3% 83,3% 66.7% 0% 96,7
0% 98%
bersih dengan roller iron press
9
10. 11.
Penyetrikaan dengan setrika manual
Penyimpanan linen ke lemari linen Pendistribusiaan linen ke ruangan Alat/bahan : troli
e Tangan terjepit mesin roller iron press Terpajan panas dari roller press Faktor postur janggal Faktor postur statis Terpajan panas dari setrika Tersengat aliran listrik Terpajan debu linen Faktor postur statik Faktor postur janggal Terkena roda troli Faktor beban berat saat mendorong troli
25
6
6
900
15
6
3
270
Priority 1
15
6
3
270
5
6
3
90
5 5 15 15
10 10 6 6
6 6 6 3
300 300 540 270
5 5 15 15
10 10 6 6
6 1 3 0,5
300 50 270 45
5
10
3
150
1
6
0,5
3
5
10
6
300
5
10
6
300
5
10
6
300
5
10
3
150
Substansia l
50%
1
6
6
36
1
6
1
6
Acceptabl e
83,3%
5
10
3
150
5
10
0,5
25
Priority 3
83,3%
Nilai Risiko
Level Risiko
Risk Redu ction 93%
Substansia l Priority 1 Priority 3 Priority 1 Priority 3 Acceptabl e Priority 1
70% 66,7% 0% 83,3% 50% 83,3% 98% 0%
Tabel 11. Analisis Risiko pada Petugas Hemodialisa No. 1.
Aktivitas Melakukan pengkajian dan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien
2.
Inisiasi (memulai punksi cimino)
3.
Terminasi
4.
Reuse dialyzer
Risiko paparan
Basic Level
Existing Level C E P
C
E
P
Nilai Risiko
Kontak dengan raksa pada tensimeter Faktor posisi janggal, posisi batang tubuh menunduk Kontak dengan pasien yang terindikasi berpenyakit hepatitis, TBC Tertusuk jarum suntik Tertusuk jarum abocath Terpajan darah dari pasien Terpajan cairan alkohol 70% Faktor posisi janggal Terpajan darah Tergores gunting Terpajan bahan formalin
5
10
3
150
1
10
1
10
5
10
6
300
1
10
3
30
Acceptabl e Priority 3
5
10
10
500
5
10
1
50
Priority 3
90%
5 5 5 5
10 10 10 10
6 6 10 6
300 300 500 300
5 5 1 5
10 10 10 10
1 1 3 1
50 50 30 50
Priority 3 Priority 3 Priority 3 Priority 3
83,3% 83,3% 94% 83,3%
5 5 5 5
10 10 10 10
6 10 3 10
300 500 150 500
1 1 5 5
10 10 10 10
3 3 0,5 3
30 30 25 150
90% 94% 83% 70%
Terpajan H2O2
5
10
10
500
5
10
3
150
Terpajan darah pasien Terpeleset
5 1
10 10
10 6
500 60
1 1
10 10
3 1
30 10
Priority 3 Priority 3 Priority 3 Substantia l Substantia l Priority 3 Acceptabl e
Pembahasan Pembahasan dikhususkan kepada level risiko yang tingkat risikonya priority 1, dan substantial. Tinggat risiko dari masing pekerjaan adalah sebagai berikut : 1. Unit Incinerator a. Terhirup debu Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (important), dengan asumsi dapat menimbulkan gangguan pernafasan seperti ISPA, memerlukan penangan medis.
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
90%
70% 94% 83%
§ Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 6 (likely), cenderung terjadi gangguan pernafasan dengan asumsi tidak adanya alat pelindung diri masker, sehingga debu terinhalasi langsung ke saluran pernafasan. Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 300 (priority 1) perlu pengendalian sesegera mungkin. Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan menyediakan masker, SOP penggunaan masker saat bekerja. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 3 (unusual but possible). Sehingga nilai risiko turun menjadi 50 % menjadi 150 (substantial). Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan penyediaan dust respirator, pengawasan dan teguran pada pekerja hal ini dikarenakan perilaku pekerja terkadang tidak menggunakan masker. Promosi mengenai JHA perlu diberikan agar pekerja mengetahui risiko bahaya dan konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan setiap harinya. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 0,5 (conceivable) jarang terjadi dan consequence dapat berkurang menjadi 1 (noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 5 (acceptable). b. Tertusuk jarum Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (importan), Karena dapat menimbulkan cedera luka tusuk, atau sobek dan jika jarum medis tersebut sudah terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh yang mengandung virus, bakteri, parasit atau jamur dapat menyebabkan infeksi sehingga diperlukan penanganan medis. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 10 (almost certain), sering terjadi cedera akibat tertusuk jarum medis dan terjadi infeksi penyakit dengan asumsi tidak adanya penyortiran pemisahan antara sampah plastik atau kertas medis dengan jarum suntik atau jarum suntik lainnya seperti abocath, alat pelindung diri sarung tangan. Total penilaian risiko sebesar 500 (very high) aktifitas dihentikan sampai risiko bias dikurangi. Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah pemisahan limbah jarum medis dengan sampah plastik atau kertas medis tiap-tiap ruangan/instalasi/unit, menyediakan sarung tangan, SOP penggunaan sarung tangan saat bekerja, dan penanggulangan pencegahan infeksi jika terjadi kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
suntik. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 6 (likely). Sehingga nilai risiko turun menjadi 40 % menjadi 300 (priority 1), hal ini terjadi karena faktor pemisahan sampah di ruangan masih belum efektif, dan sampah medis kiriman dari klinik dan puskesmas masih terdapat jarum suntik yang dibuang ke tempat sampah plastik. Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan penyediaan menggunakan alat bantu hook/ alat penyapit , promosi JHA, penyediaan safety shoes agar terhindar dari jarum yang berada di lantai. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 (remotely possible) kemungkinan kecil dapat terjadi sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 50 (priority 3). c. Postur janggal Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (importan), dengan asumsi dapat gangguan musculoskeletal sehingga perlu mendapatkan penanganan medis. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 6 (likely), cenderung terjadi gangguan pada otot, nyeri pinggang, dsb dengan posisi membungkuk yang terlalu sering. Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 300 (priority 1) perlu pengendalian sesegera mungkin. Rumah Sakit X abelum menyediakan pengendalian risiko. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh masih sama dengan yang sebelumnya. Upaya untuk menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan posisi terdekat saat mengambil samapah dari bak sampah, penggunaan hook, promosi mengenai JHA perlu diberikan agar pekerja mengetahui risiko bahaya dan konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan setiap harinya dan peregangan otot . Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 0,5 (conceivable) jarang terjadi dan nilai risiko turun menjadi 25 (priority 3). d. Terpajan Panas Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (importan), dengan asumsi dapat menimbulkan heat stress, kelelahan. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 10 (almost certain), kejadian yang sering terjadi.
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 500 (very high). Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan menyiram sisa pembakaran dengan air sebelum dianggakat, SOP, sarung tangan. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 6 (likely). Sehingga nilai risiko turun menjadi 40 % menjadi 300 (priority 1). Untuk dapat menurunkan risiko ketingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan penyediaan pakaian khusu pelindung panas, pengawas K3, promosi JHA. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 3 (unusually but possible) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 150 (substantial). e. Beban berat Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences
memiliki
nilai
5
(important),
dengan
asumsi
dapat
gangguan
musculoskeletal sehingga perlu mendapatkan penanganan medis. § Exposure memiliki nilai 3 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan seminggu sekali. § Probability memiliki nilai 6 (likely), kemungkinan terjadinya kecelakaan 50% Total nilai risiko yang diperoleh sebesar 90 (substantial). Rumah Sakit X belum menyediakan pengendalian risiko. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh masih sama dengan yang sebelumnya. Upaya untuk menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan, promosi mengangkat beban yang benar, penambahan orang/meminta bantuaan pekerja lain saat akan mengangkat drum sampah, promosi mengenai JHA perlu diberikan agar pekerja mengetahui risiko bahaya dan konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan setiap harinya dan peregangan otot . Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 (remotely possible) jarang terjadi dan nilai risiko turun menjadi 15 (acceptable). f. Terjatuh dari tangga Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 15 (serious), terjadi dengan dampak yang serius dengan asumsi bisa menimbulkan luka sobek, cedera kepala, keseleo § Exposure memiliki nilai 3 (occationaly), karena pekerjaan mengisi bahan bakar tersebut dilakukan seminggu sekali pada hari sabtu/minggu. § Probability memiliki nilai 6 (likely), kemungkinan terjadinya peluang 50:50 karena tidak adanya pengamanan apapun saat melewati tangga bambu.
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Total nilai risiko yang diperoleh sebesar 270 (priority 1) perlu penanganan secepatnya. Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan kehati-hatian si pekerja, SOP pekerjaan incinerator. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 15, exposure 3 dan probabilitas 3 (unusual but possible). Sehingga nilai risiko turun menjadi 50 % menjadi 135 (substantial) perlu untuk perubahan teknis. Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan perbaiki jalan/tangga akses menuju TPS, pasang pengaman pada sisi tangga, promosi mengenai JHA. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 0,5 (conceivable) dan consequence dapat berkurang menjadi 1 (noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 3 (acceptable). g. Terjatuh dari tower Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 25 (important), dengan asumsi bisa menimbulkan cedera kepala berat, patah tulang sehingga memerlukan penanganan medis yang serius. § Exposure memiliki nilai 3 (occationaly), karena pekerjaan mengisi bahan bakar tersebut dilakukan seminggu sekali pada hari sabtu/minggu. § Probability memiliki nilai 6 (likely), kemungkinan terjadinya peluang 50:50 karena tidak adanya pengamanan apapun saat menaiki tangga tower. Total nilai risiko yang diperoleh sebesar 450 (very high) penghentian aktivitas sampai batas risiko yang bisa diterima. Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan SOP pekerjaan incinerator, pekerja berpegangan pada anak tangga tower. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 25, exposure 3 dan probabilitas 3 (unusual but possible). Sehingga nilai risiko turun menjadi 50 % menjadi 225 (priority 1). Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan penyediaan pemasangan kurungan tangga pada tangga tower, penyediaan safety body harness, pengawasan sebelum mengerjakan pekerjaan diketinggian. Promosi mengenai JHA perlu diberikan agar pekerja mengetahui risiko bahaya dan konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan setiap harinya. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 (remotely possible) kemungkinan terjadinya kecil dan consequence dapat berkurang menjadi 1 (noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 3 (acceptable). 2. Instalasi Sterilisasi Sentral a. Tertusuk instrumen medis
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (important), memerlukan penangan medis dengan asumsi dapat menimbulkan luka tusuk, atau luka sobek, hepatitis, HIV § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 10 (almost certain), kejadian yang paling sering terjadi disumsikan tidak adanya alat pelindung diri, petugas melakukan pekerjaannya secara tergesa-gesa. Total nilai risiko yang diperoleh sebesar 500 (very high). Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan menyediakan sarung tangan, SOP. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 6 (likely). Sehingga nilai risiko turun menjadi 40 % menjadi 300 (priority 1). Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan JHA, pengecekan status kesehatan pekerja secara berkala, rotasi kerja, sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 (remotely possible), exposure berkurang menjadi 3 (occasionally) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 15 (acceptable). b. Terpajan cairan klorin Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (important), memerlukan penanganan medis. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 10 (almost certain), kejadian sering terjadi dengan asumsi petugas tidak menggunakan alat pelindung diri. Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 500 (very high). Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan menyediakan masker, sarung tangan, pelindung rambut, apron, kacamata safety, face shield, SOP penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 1 (remotely possible). Sehingga nilai risiko turun menjadi 40 % menjadi 50 (priority 3). Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan pengecekan kesehatan secara berkala kepada petugas, promosi mengenai JHA, promosi universal precaution, rotasi kerja. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 0,5 (conceivable) dan exposure
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
berkurang menjadi 3 (Occasionally) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 7,5 (acceptable). c. Terpajan detergen Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (important), memerlukan penanganan medis. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 10 (almost certain), kejadian sering terjadi dengan asumsi petugas tidak menggunakan alat pelindung diri. Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 500 (very high). Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan menyediakan masker, sarung tangan, pelindung rambut, apron, kacamata safety, face shield, SOP penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 3 (unusual but possible). Sehingga nilai risiko turun menjadi 70 % menjadi 150 (substantial). Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan pengecekan kesehatan secara berkala kepada petugas, promosi mengenai JHA, rotasi kerja, pemasangan exhaust. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 (remotely possible), exposure berkurang menjadi 3 (Occasionally), dan consequence menjadi 1 (noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 3 (acceptable). d. Terpajan panas dari autoclave Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (important), memerlukan penangan medis dengan asumsi bisa terjadi luka bakar. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 10 (almost certain), kejadian yang paling sering terjadi. Total nilai risiko yang diperoleh sebesar 500 (very high). Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan menyediakan sarung tangan, SOP, menggunakan cunam untuk menjangkau alat, menggunakan sarung tangan khusu anti panas. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 3 (unusual but possible). Sehingga nilai risiko turun menjadi 70 % menjadi 150 (substantial). Nilai risiko masih tinggi karena petugas jarang menggunakan sarung tangan saat mengambil alat yang sudah sterilkan. Untuk dapat menurunkan risiko ke
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan, pengawas instalasi khusus K3, JHA, safety sign. Sehingga diharapkan probability dapat berkurang menjadi 1 (noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 50 (priority 3). e. Faktor beban berat Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (important), memerlukan tindakan medis dengan asumsi dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 6 (likely),kemungkinan terjadinya kecelkaan 50% . Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 300 (priority 1) perlu pengendalian sesegera mungkin. Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah SOP. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 3. Sehingga nilai risiko turun menjadi 70 % menjadi 150 (substantial) perbaikan teknis. Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan penggunaan selang atau keran, JHA. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 (remotely possible) dan consequence menjadi 1 (noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 5 (acceptable). 3. Laundry a. Postur janggal Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (Penting), low back pain dan MSD § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 6 (likely), mengangkat linen dengan posisi membungkuk saat memisahkan linen dan memindahkan ke bak Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 300 (Priority 1) sehingga perlu pengendalian sesegera mungkin. Belum ada pengendalian terhadap potensi bahaya tersebut. Sehingga untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan pembuatan SOP, JHA dan desain tempat kerja. Promosi mengenai JHA perlu diberikan agar pekerja mengetahui risiko bahaya dan konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan setiap harinya.. Pembuatan SOP berfungsi agar pekerja dapat bekerja dengan benar. Desain tempat kerja yang ergonomis diharapkan mampu untuk mengurangi konsekuensi terjadinya MSD dan
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
low back pain. Berdasarkan rekomendasi tersebut, diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 yaitu kemungkinan kecil dan consequence dapat berkurang menjadi 1 (Noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 10 (Acceptable). b. Terpajan panas mesin roller Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 25 (Serious) dengan asumsi luka bakar dan fraktur lengan § Exposure memiliki nilai 6 (frequently), karena pekerjaan tersebut dilakukan setiap hari. § Azasx Probability memiliki nilai 6 (Unsure but Possible), dengan asumsi Saat hendak memasukan linen pada roller iron. Tangan tidak sengaja terbawa masuk pada roller. Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 900 (very high) sehingga perlu penghentian aktivitas sampai risiko bias dikurangi hingga mencapai batasan yang diperbolehkan. Pengendalian yang ada untuk menurunkan tingkat risiko diantaranya Emergency stop dan menjaga jarak saat memasukan linen ke roll setrika. Untuk menurunkan tingkat risiko tersebut, maka pengendalian yang sudah ada diantaranya emergency stop dan menjaga jarak saat memasukkan roll ke setrika. Setelah dievaluasi, pengendalian ini mampu menurunkan tingkat konsekuensi menjadi 15 (serious) dan probability (menjadi 3) sehingganilai risiko turun menjadi 270 (priority 1) yang masih memerlukan pengendalian sesegera mungkin. Untuk menekan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan pembuatan SOP, Penggunaan sarung tangan anti panas, JHA, pemeriksaan kondisi mesin. Promosi mengenai JHA perlu diberikan agar pekerja mengetahui risiko bahaya dan konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan setiap harinya. Pembuatan SOP berfungsi agar pekerja dapat bekerja dengan benar. Pemeriksaan kondisi mesin secara berkala diharapkan mampu untuk menurunkan tingkat probability dan penggunaan sarung tangan anti panas diharapkan mampu untuk menurunkan konsekuensi. Berdasarkan rekomendasi tersebut, diharapkan tingkat probability turun menjadi 0,5 yaitu kemungkinan kecil dan consequence dapat berkurang menjadi 5 (Noticeable) sehingga nilai risiko turun menjadi 15 (Acceptable). 4. Hemodialisa a. Terpajan formalin Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (important), memerlukan penanganan medis diasumsikan dapat mengiritasi saluran pernafasan dan iritasi pada mata. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari.
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
§ Probability memiliki nilai 10 (almost certain), kejadian sering terjadi dengan asumsi petugas tidak menggunakan alat pelindung diri. Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 500 (priority 1). Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan menyediakan masker, sarung tangan, apron, kacamata pelindung, pelindung wajah (face shield) SOP penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 3 (unusual but possible). Sehingga nilai risiko turun menjadi 70 % menjadi 150 (substantial). Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan penggunaan alat reuse otomatis, pengecekan kesehatan secara berkala petugas hemodialisa, promosi mengenai JHA, promosi MSDS, ventilasi ruangan. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 (remotely possible) dan consequence dapat berkurang menjadi 1 (noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 10 (acceptable) b. Terpajan H2O2 Hasil analisis risiko sebelum dilakukan pengendalian adalah sebagai berikut: § Consequences memiliki nilai 5 (important), memerlukan penanganan medis diasumsikan dapat mengiritasi kulit, saluran pernafasan dan iritasi pada mata. § Exposure memiliki nilai 10 (continuously), karena pekerjaan tersebut dilakukan lebih dari sekali setiap hari. § Probability memiliki nilai 10 (almost certain), kejadian sering terjadi dengan asumsi petugas tidak menggunakan alat pelindung diri. Total penilaian risiko yang diperoleh sebesar 500 (priority 1). Pengendalian yang dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah dengan menyediakan masker, sarung tangan, apron, kacamata pelindung, pelindung wajah (face shield) SOP penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. Evaluasi risiko berdasarkan pengendalian tersebut diperoleh nilai consequences 5, exposure 10 dan probabilitas 3 (unusual but possible). Sehingga nilai risiko turun menjadi 70 % menjadi 150 (substantial). Untuk dapat menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah lagi, penulis merekomendasikan penggunaan alat reuse otomatis, pengecekan kesehatan secara berkala petugas hemodialisa, promosi mengenai JHA, promosi MSDS, ventilasi ruangan. Sehingga diharapkan tingkat probability turun menjadi 1 (remotely possible) dan consequence dapat berkurang menjadi 1 (noticeable) sehingga diasumsikan nilai risiko turun menjadi 10 (acceptable).
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian identifikasi dan penilaian risiko pada pekerja incinerator, instalasi sterilisasi sentral, pekerja laundry, dan petugas hemodialisa adalah sebagai berikut : Tingkat risiko tertinggi pada pekerja incinerator tertusuk jarum medis, terpajan panas, faktor janggal dan beban berat. Risiko tertinggi pada instalasi sterilisasi sentral yakni tertusuk instrumen medis. Risiko tertinggi pada petugas laundry yaitu postur janggal, beban berat dan postur statik. Sedangkan risiko tertinggi pada petugas hemodialisa adalah terpajan cairan formalin, terpajan H2O2. Saran Saran berikut ini dibuat berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan penelitian dan berdasarkan teori atau pemahaman yang diketahui oleh penulis, antara lain, melakukan promosi Job Hazard Anlysis pada masing-masing pekerjaan, meningkatkan pengawasan pada pekerja terkait dalam hal K3, melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala, mempromosikan mengenai universal precautions pada pekerja, sosialisasikan pada pekerja tentang pelaporan jika terjadi kecelakaan kerja, melakukan promosi pencegahan dari bahaya ergonomik pada pekerja contohnya cara mengangkat yang benar, peregangan otot, menyediakan alat-alat bantu manual handling seperti hook atau pencapit untuk mempermudah mengakses jangkauan, mnyediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan risiko bahayanya. Daftar Referensi Budiono, Sugeng,(2003). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Business and Legal Resources (BLR). (1 Februari 2012). Hospital Laundry Safety: Reducing Lifting and Pushing Hazards.. 20 Februari 2013. http://safety.blr.com/workplace-safety-news/equipment-andprocess-safety/healthcare-safety/Hospital-Laundry-Safety-Reducing-Lifting-and-Pushi/ Dickson, Tracey J. (2001). Risk management (Models). Australian Journal of Outdoor Education. Outdoor Council of Australia http://www.freepatentsonline.com/article/Australian-Journal-OutdoorEducation/159791018.html CDC . (2008). Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare Facilities http://www.cdc.gov/hicpac/pdf/guidelines/Disinfection_Nov_2008.pdf Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2009). Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Jakarta : Departemen Kesehatan RI. _____. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. 6 Mei 2013.
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201405%20ttg%20Persyaratan%2 0Kesehatan%20Lingkungan%20Kerja%20Perkantoran%20Dan%20Industri.pdf EPA.(n.d). Medical Waste Incinerator. 20 Februari 2012. http://www.epa.gov/ttnchie1/ap42/ch02/final/c02s03.pdf EPA.(n.d). Worker Health and Safety; Occupational Concerns of Medical Waste Treatment. 20 Februari 2013. http://www.epa.gov/osw/nonhaz/industrial/ medical/mwpdfs/rti3/7.pdf ILO. (1999). International Hazard Datasheets on Occupation; Operator, Incinerator. 20 Februari 2013. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/--safework/documents/publication/wcms_192395.pdf Johari, Riki. (2012). Kajian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Petugas Analis Kesehatan Bagian Mikrobiologi Di Laboratorium X Tahun 2012. Skripsi Program Sarjana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Kolluru, Rao V, et.al. (1996). Risk assessment and management handbook for environmental, health and safety professionals. New York : McGraw-Hill Kurniawidjaja, L Meily. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Occupational Health and Safety Agency for Healthcare in BC (OHSAH). (2003). An Ergonomics for Hospital Laundry. 20 Februari 2013. http://www.mtpinnacle.com/pdfs/LaundryHandbook.pdf OHSA. (n.d.). Central Suply. 20 Februari 2013. http://www.osha.gov/SLTC/ etools/hospital/central/central.html#bloodbornepathogens OSHA. (n.d.). Laundry. 20 Februari 2013. http://www.osha.gov/SLTC/etools/hospital/ laundry/laundry.html Phillips, Elayne Kornblatt et al. (2012). Risk Bloodborne Pathogen Exposure among Zimbian Healthcare Workers. Journal of Infection and Public Health 5, 244 -249. Ramli, Soehatman (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3. Jakarta : Dian Rakyat ______(2009). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat SK Rektor UI. (2008). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia. Standards Australia/Standards New Zealand.(2004). Handbook Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004. Sydney : Standards Australia International Ltd Standards Australia/Standards New Zealand.(2004). Risk Management AS/NZS 4360:2004. Sydney : Standards Australia International Ltd Thomson, Jeremy & Honor Anthony. (2008). The Health Effects of Waste Incinerators ; 4th Report of the British Society for Ecological Medicine. (6 Mei 2013). http://www.ecomed.org.uk/content/IncineratorReport_v3.pdf Trimpop, Rьdiger M. & Bernhard M Zimolong.(2011). Risk Perception. Safety Policy and Leadership, in 59. Geneva : International Labor Organization http://www.ilo.org/oshenc/part-viii/safety-policy-andleadership/item/986-risk-perception
Identifikasi dan ..., Gumelar Indra Wibawa, FKM UI, 2013