perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN EFEKTIVITAS STERILISASI DIALYZER ANTARA STERILISASI MANUAL DENGAN STERILISASI OTOMATIS DI RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DEZCA NINDITA G.0009057
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta commit to user 2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Perbedaan Efektivitas Sterilisasi Dialyzer antara Sterilisasi Manual dengan Sterilisasi Otomatis di Rumah Sakit Dr. Moewardi Dezca Nindita, NIM: G.0009057, Tahun: 2013
Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Jum’at, 11 Januari 2013
Pembimbing Utama Nama : Hudiyono, Drs., M.S NIP : 19580206 198601 1 001
(…………………………….)
Pembimbing Pendamping Nama : Dr. H. Endang S Sulaeman, dr, M.Kes NIP : 19560320 198312 1 002
(…………………………….)
Penguji Utama Nama : Marwoto, dr., M.Sc., Sp.MK NIP : 19590203 198601 1 004
(…………………………….)
Penguji Pendamping Nama : Wachid Poetranto, dr, Sp.PD, FINASIM NIP : 1919720226 200501 1 001 (…………………………….) Surakarta, Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes. NIP 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM commit to userNIP 19510601 197903 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 11 Januari 2013
Dezca Nindita NIM G.0009057
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Dezca Nindita, G0009057, 2013. Perbedaan Efektivitas Sterilisasi Dialyzer antara Sterilisasi Manual dengan Sterilisasi Otomatis di Rumah Sakit Dr. Moewardi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Dialyzer termasuk critical medical equipment sehingga berisiko tinggi menyebabkan infeksi apabila terkontaminasi dengan mikroorganisme. Karena alasan ekonomi, pemakaian dialyzer secara berulang merupakan pilihan pertama unit hemodialisis di Indonesia. Proses penyiapan dialyzer pemakaian berulang dimulai dari pencucian, priming test dan sterilisasi. Sterilisasi yang digunakan di Rumah Sakit Dr. Moewardi adalah sterilisasi secara manual dan otomatis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas steriliasi dialyzer antara sterilisasi manual dengan sterilisasi otomatis di Rumah Sakit Dr Moewardi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional. Sampel diambil dari air bilasan NaCl terakhir tepat sebelum dialyzer digunakan. Sampel NaCl ini diambil baik dari dialyzer yang telah melalui proses sterilisasi manual maupun otomatis masing-masing sebanyak 15 sampel. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Perbedaan secara kepositifan kuman dianalisis menggunakan uji Chi Square, sedangkan perbedaan secara jumlah koloni kuman dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, dari 15 sampel air bilasan NaCl terakhir dari dialyzer yang disterilisasi secara manual, terdapat 10 sampel positif ditemukannya pertumbuhan koloni bakteri dan 5 sampel negatif. Sedangkan pada dialyzer yang disterilisasi secara otomatis ditemukan 7 sampel positif dan 8 sampel negatif. Bakteri yang ditemukan kesemuanya merupakan bakteri Gram positif. Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara sterilisasi dialyzer secara manual dengan otomatis baik dengan perbandingan angka kepositifan kuman (p = 0,456) maupun dengan jumlah koloni kuman (p = 0,156). Simpulan: Terdapat kontaminasi bakteri sebanyak 10 sampel (66,6%) pada dialyzer yang disterilisasi secara manual dan kontaminasi bakteri sebanyak 8 sampel (53,3%) pada dialyzer yang disterilisasi secara otomatis. Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan secara statistik antara sterilisasi manual dengan otomatis.
Kata kunci :
sterilisasi, dialyzer pemakaian berulang, sterilisasi manual, sterilisasi otomatis. commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Dezca Nindita, G0009057, 2013. The Difference in Effectiveness Dialyzer Sterilization of Sterilization Manually and Sterilization Automatically in Rumah Sakit Dr. Moewardi. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Background: Dialyzer is a critical medical equipment, therefore it has high risk of microorganisms contamination. Because of economical reason, dialyzer reuse is chosen as first choice in Indonesia. The making of dialyzer reuse starts from rinsing, priming test and sterilization itself. Sterilization method that has been used in Rumah Sakit Dr. Moewardi is sterilization dialyzer manually and sterilization dialyzer automatically in Rumah Sakit Dr. Moewardi. Method: This was an observational study using cross sectional design. Samples were taken from the last rinsing of NaCl right before the dialyzer is being used. This NaCl samples were taken from dialyzer which were sterilized manually and dialyzer which were sterilized automatically, 15 samples each procedures. Samples were taken by consecutive sampling technique. The difference based on positivity on bacteria cultures were analyzed and tested by Chi Square test, yet the difference based on number of colony forming unit were analyzed and tested by independent T test. Result: based on the result of 15 samples of the last rinsing NaCl from dialyzer which were sterilized manually, there are 10 positive samples with contamination and 5 negative samples. While from dialyzer which were sterilized automatically, there are 8 positive samples with contamination and 7 negative samples. All positive samples are positive Gram bacteries. The statistical analyses showed no significant difference both based on positivity on bacteria cultures (p = 0,456) and number of colony forming unit (p = 156). Conclusion: There were bacterial contaminations as many as 10 samples (66,6%) of dialyzer which is sterilized manually and 8 samples (53,3%) of dialyzer which is sterilized automatically. There was no significant difference statistically on effectiveness between manual sterilization and automatic sterilization.
Keywords: sterilization, dialyzer reuse, manual sterilization, automatic sterilization.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Efektivitas Sterilisasi Dialyzer antara Sterilisasi Manual dengan Sterilisasi Otomatis di Rumah Sakit Dr. Moewardi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT dan melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 3. Hudiyono, Drs., M.S., selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. 4. Dr. H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, koreksi, dan motivasi mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. 5. Marwoto, dr., M.Sc., Sp.MK, selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Wachid Poetranto, dr., Sp.PD., FINASIM, selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 7. Dokter dan Staf Bagian hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi serta Staf Lab. Mikrobiologi FK UNS yang telah membantu penulis dalam pengambilan data. 8. Mamah yang rela menjadi tempat sampah segala keluh kesah dan sebagai penyemangat Kakak. 9. Papah yang telah marah marah karena skripsi Kakak engga jadi jadi 10. Dek Inda yang udah minjemin motor, Aik yang jadi selalu jadi penghibur, dan Eyang yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini 11. Keluarga besar Kastrat de Geneeskunde, CIMSA, Tutorial 8, 2, 6, Ad Dzikr atas dukungan dan pengertian yang luar biasa 12. Saudara, sahabat, rekan seperjuangan Pendidikan Dokter 2009 dan semua pihak atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Surakarta, 11 Januari 2013 commit to user
vi
Dezca Nindita
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................................................
vi
DAFTAR ISI...................................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................
xii
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................................
2
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................
3
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................................
4
A. Tinjauan Pustaka........................................ ............................................
4
1. Sterilisasi.............................................. ..............................................
4
2. Hemodialisis....................................................... ...............................
4
a. Pengertian .....................................................................................
4
b. Tujuan ...........................................................................................
4
c. Prinsip Hemodialisis…………………………………………….
5
d. Jenis Hemodialisis………………………………………………
5
e. Sistem Hemodialisis…………………………………………….
6
3. Dialyzer Pemakaian Berulang...........................................................
11
a. Pengertian .....................................................................................
11
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tujuan Pemakaian Ulang Dialyzer .............................................
11
c. Prosedur Penyiapan Dialyzer Pemakaian Berulang Secara Manual dan Otomatis ...............................................................
12
4. Perbedaan Sterilisasi Manual dan Otomatis ......................................
17
5. Standarisasi Kualitas Cairan Terapi Hemodialisis dalam bidang Mikrobiologi .....................................................................................
17
B. Kerangka Pemikiran ...............................................................................
19
C. Hipotesis .................................................................................................
19
BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................................
20
A. Jenis Penelitian .......................................................................................
20
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................
20
C. Subjek Penelitian ....................................................................................
20
D. Teknik Sampling .....................................................................................
21
E. Rancangan Penelitian .............................................................................
22
F. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................
22
G. Definisi Operasional Variabel ...............................................................
23
H. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................
24
I.
Cara Kerja ...............................................................................................
24
J.
Teknik Analisis Data ..............................................................................
25
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................................
26
BABV. PEMBAHASAN ...........................................................................................
33
BABVI. PENUTUP ......................................................................................................
40
A. Simpulan .................................................................................................
40
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran ........................................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
41
LAMPIRAN…………………………………………………………………………
45
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Sebaran Sampel Menurut Sumber Pengambilan Sampel ..........................
26
Tabel 4.2. Sebaran Sampel Menurut Pertumbuhan Koloni Bakteri ..........................
27
Tabel 4.3. Hasil Uji Chi Square ...................................................................................
28
Tabel 4.4. Jumlah Koloni Bakteri yang Ditemukan (dalam CFU/ml)........................
28
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Bakteri .................................................
29
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Uji t Tidak Berpasangan ....................
30
Tabel 4.7. Sebaran Sampel Positif Menurut Jumlah Jenis Koloni Bakteri ................
31
Tabel 4.8. Sebaran Sampel Positif Menurut Pengecatan Gram ..................................
31
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistem Sirkulasi Darah ...............................................................................
6
Gambar 2. Dialyzer .......................................................................................................
8
Gambar 3. Sistem Sirkulasi Dialisat ............................................................................
9
Gambar 4. Skema Kerangka Pikir ..............................................................................
19
Gambar 5. Skema Kerangka Penelitian .................... .................................................
22
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian Rumah Sakit Dr. Moewardi Lampiran 2. Kebijakan Penggunaan Dialiser Ulang RSUD Dr. Moewardi Lampiran 3. Prosedur Tetap Pemakaian Dialyzer Ulang (Re-Use) Lampiran 4. Prosedur Tetap: Prosedur Reuse Dialyzer dengan Menggunakan Mesin Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Air Bersih Lampiran 6. Gambar Hasil Penelitian
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejak awal penggunaannya pada tahun 1960an, dialyzer telah menjadi kontroversi para ahli ginjal sampai saat ini (Depner, 2009). Pemakaian berulang dialyzer mempunyai beberapa keuntungan antara lain ekonomis (Sullivan, 2010), menghindarkan pasien dari first-use syndrome yaitu reaksi alergi ketika pemakaian pertama dialyzer, serta kemampuan untuk digunakan sebagai dialyzer high-flux (Bond et al., 2011). Dialyzer high-flux atau dialyzer dengan efisiensi tinggi adalah dialyzer yang mempunyai pori-pori besar sehingga dapat melewatkan molekul yang lebih besar, dan mempunyai permeabilitas terhadap air yang tinggi (Davenport, 2008). Akan tetapi penggunaan dialyzer berulang juga memiliki beberapa risiko, antara lain keracunan zat pembersih (Upadhyay et al., 2007), bakterimia, hingga sepsis (Thomson, 2007). Dialyzer termasuk critical medical equipment yaitu alat medis yang berhubungan langsung dengan sistem peredaran darah pasien sehingga berisiko
tinggi menyebabkan
infeksi apabila terkontaminasi dengan
mikroorganisme (Centers for Disease Control and Prevention, 2008). Oleh karena itu, diperlukan prosedur sterilisasi yang tepat untuk menghindari adanya infeksi. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Sterilisasi dialyzer yang kurang sempurna dapat menyebabkan adanya bakterimia yang memicu proses inflamasi pada tubuh pasien (Raharjo, 2010). Pasien dengan penyakit ginjal kronis memiliki status imunitas yang rendah sehingga proses inflamasi ini dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti kelainan kardiovaskuler dan sepsis (Hannula, 2009). Oleh karena itu, sterilisasi alat yang sempurna menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh para tenaga medis yang menangani hemodialisis (Elamin et al., 2011). Rumah Sakit Dr. Moewardi menggunakan dua jenis sterilisasi dialyzer yaitu secara manual dan secara otomatis. Perbedaan jenis sterilisasi ini terdapat pada paparan manusia dan bahan antimikrobanya. Namun, baik prosedur sterilisasi manual maupun otomatis belum pernah dilakukan uji efektivitas terkait sterilisasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian uji efektivitas dan pembandingan antara keduanya sehingga dapat digunakan sebagai acuan penetapan kebijakan yang tepat untuk menjaga sterilitas dialyzer dan mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi.
B. Perumusan Masalah 1. Apakah sterilisasi dialyzer baik sterilisasi manual maupun otomatis sudah efektif? 2. Apakah terdapat perbedaan efektivitas sterilisasi dialyzer antara sterilisasi manual dan sterilisasi otomatis di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui efektivitas sterilisasi dialyzer baik sterilisasi manual maupun otomatis. 2. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas sterilisasi antara sterilisasi dialyzer manual dan sterilisasi dialyzer otomatis di Rumah Sakit Dr. Moewardi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan bukti empiris mengenai perbedaan efektivitas sterilisasi antara sterilisasi manual dan otomatis. 2. Manfaat aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi mengenai tindakan sterilisasi dialyzer di Rumah Sakit Dr. Moewardi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Sterilisasi Sterilisasi adalah proses membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri dalam suatu sediaan (Levinson, 2010). Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan, iradiasi, filtrasi, dan bahanbahan kimia baik dalam bentuk cairan maupun gas (Goering et al., 2008). Sterilisasi sangat penting untuk menjamin tidak ada bakteri patogen yang bertransmisi ke tubuh pasien (Center for Disease Control and Prevention, 2008). 2. Hemodialisis a. Pengertian Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo yang berarti darah dan dialysis sendiri merupakan proses difusi antar molekul dalam suatu larutan melewati sebuah membran permeabel (Himmelfarb dan Ikizler, 2010). b. Tujuan Tujuan utama dari terapi hemodialisis adalah untuk memulihkan keadaan cairan intraseluler dan ekstraseluler yang merupakan fungsi kerja ginjal normal (Himmelfarb dan Ikizler, 2010).
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
c. Prinsip Hemodialisis Prinsip
kerja
hemodialisis
adalah
menempatkan
darah
berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semipermeabel. Terdapat 3 peristiwa penting yang mendasari kerja hemodialisis dengan memanfaatkan sifat fisika air, yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (Daugridas dan Ing, 2000). Dalam hemodialisis terjadi difusi antara urea dalam darah ke dalam dialisat dan transpor beberapa larutan seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah. Konsentrasi larutan dan berat molekul adalah faktor penentu kecepatan difusi. Molekul kecil seperti urea dapat berdifusi secara cepat, sementara itu molekul yang lebih besar seperti fosfat, mikroglobulin β2, dan albumin akan lebih lambat kecepatan difusinya (Himmelfarb dan Ikizler, 2010). Air yang berlebihan dikeluarkan dalam tubuh melalui proses osmosis. Osmosis dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Dalam ultrafiltrasi tidak terjadi perubahan konsentrasi cairan karena tujuan utamanya adalah mengurangi kelebihan cairan tubuh (Daugridas dan Ing, 2000; Himmelfarb dan Ikizler, 2010). d. Jenis Hemodialisis Hemodialisis memerlukan sebuah mesin dialisis dan sebuah filter
khusus
yang dinamakan dialyzer (suatu membran commit to user semipermeabel) yang digunakan untuk menyaring dan membersihkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh (Daugridas dan Ing, 2000).
Berdasarkan jenis
dialyzernya, hemodialisis dibagai menjadi 2 yaitu: hemodialisis dengan dialyzer sekali pakai dan hemodialisis dengan dialyzer pemakaian berulang (Upadhyay et al., 2007). e. Sistem Hemodialisis Dari segi praktis, sistem hemodialisis dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu: 1) Sistem sirkulasi darah Sistem sirkulasi darah terdiri dari beberapa komponen, antara lain: pemantau tekanan, tabung darah (blood tubing), pompa darah, pompa heparin, detektor kebocoran, dan klem.
Gambar 1. Sistem Sirkulasi Darah Pada kebanyakan pasien, sebelum diterapi hemodialisis, dilakukan A-V Shunts terlebih dahulu. A-V shunts adalah pemasangan cannula di pembuluh darah lengan atau kaki (Scribner Shunt), darah akan masuk ke dalam sistem sirkulasi menuju ginjal commit to user buatan dengan kecepatan rata-rata 200-300 ml/menit sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
kebutuhan pasien (Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 2003). Sirkulasi dibantu oleh pompa darah yang berputar memijat pipa saluran darah (Armiyati, 2009). Sebuah pompa darah biasanya mempunyai
dua
penggulung,
penggulung
tersebut
saling
berkesinambungan menekan darah dan mendorong darah melewati pipa. Kecepatan putaran pompa dapat diatur sesuai kebutuhan kecepatan aliran darah (Misra, 2005). Selama proses hemodialisis, diinfuskan heparin untuk mencegah terjadinya pembekuan darah (Besarab dan Pandey, 2011). Setiap mesin hemodialisis juga dilengkapi oleh detektor kebocoran. Detektor ini berfungsi untuk memantau dan mencegah terjadinya emboli udara. Detektor ini diletakkan di sebelah distal pemantau tekanan vena. Komponen terakhir dari sistem sirkulasi darah adalah klem. Klem akan menutup secara otomatis ketika listrik mati atau terjadi konsleting (Misra, 2005). 2) Ginjal buatan (Dialyzer) Dialyzer adalah suatu alat berupa tabung atau lempeng, terdiri dari kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh membran semipermeabel (Singh dan Brenner, 2005). Darah dialirkan pada satu sisi dan dialisat pada sisi yang berbeda. Tekanan transmembran dapat disesuaikan dengan mengatur kecepatan aliran darah dan dialisat (Himmelfarb dan Ikizler, 2010). Di dalam dialyzer terjadi proses “pencucian” darah melalui proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
difusi dan ultrafiltrasi, sehingga dihasilkan darah yang tidak lagi mengandung zat-zat sampah. Material membran dialyzer dapat terbuat dari sellulose, sellulose yang disubsitusi, cellulosynthetic, synthetic (Locatelli et al., 2008). Spesifikasi dialyzer dinyatakan dengan
Koefisien
ultrafiltrasi
(Kuf) disebut
juga dengan
permeabilitas air (Shirazian et al., 2012). Dialyzer ada yang memiliki efisiensi tinggi atau high flux dan efisiensi rendah atau low flux. Dialyzer high flux adalah dialyzer yang mempunyai pori-pori besar yang dapat melewatkan molekul yang lebih besar dan mempunyai permeabilitas terhadap air yang lebih tinggi daripada low flux (Himmelfarb dan Ikizler 2010).
Gambar 2. Dialyzer 3) Sistem sirkulasi dialisat Dialisat adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum commit normal to yang userdipompakan melewati dialyzer ke
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
darah pasien. Cairan dialisat terdiri dari asetat dan bikarbonat. Komposisi cairan dialisat dibuat agar mirip dengan komposisi ion darah normal dan mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah (Armiyati, 2009). Fungsi dialisat adalah mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metabolisme dari tubuh, serta mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama proses hemodialisis berlangsung (Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 2003). Oleh karena itu, dialisat harus diperhatikan suhu, konsentrasi, kecepatan aliran, tekanan, serta tingkat sterilitasnya agar pasien mendapat elektrolit dan membuang zat-zat sisa dengan kadar yang tepat (DeOreo, 2009).
Gambar 3. Sistem Sirkulasi Dialisat Sistem dialisat mempunyai beberapa proses yang berguna dalam menunjang fungsi dialisat, diantaranya adalah: a) Pemanasan Pemanasan bertujuan commit to user untuk meningkatkan suhu air
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
(bukan dialisat) agar mendekati suhu tubuh manusia dan menguapkan air dingin. Pemanasan ini juga bertujuan untuk meningkatkan percampuran air tersebut dengan dialisat. b) Pencampuran Tahap ini berfungsi untuk memastikan ketepatan pencampuran antara air yang sudah dipanaskan dengan cairan dialisat sehingga tercipta cairan dialisat dengan komposisi, suhu, dan daya konduksi yang tepat. Cairan dialisat terdiri dari asam klorida dari natrium, kalium, kalsium, magnesium dan asetat serta natrium bikarbonat dan natrium klorida. c) Pemantauan (1) Pemantauan pH Alat ini memantau rasio antara HCO3- dan H2CO3 pada dialisat. Keasaman yang direkomendasikan adalah 6,8 sampai 7,6. Akan tetapi, tidak semua alat hemodialisis dilengkapi oleh pemantau keasaman. (2) Pemantauan suhu Pemantau suhu adalah sensor suhu yang berada di dekat dialyzer. Suhu yang digunakan biasanya antara 35 sampai 420C. Dialisat bersuhu rendah biasanya digunakan apabila terjadi hipotensi selama proses hemodialisis berlangsung. (3) Pemantauan kekentalan commit to user Pemantau ini memastikan bahwa dialisat berada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
dalam rasio yang tepat antara air dan konsentrat. Satuan kekentalan adalah milisiemen per sentimeter. Kisaran normalnya antara 12 hingga 16 mS/cm. (4) Desinfeksi Semua bagian dari sistem dialisat harus melalui proses desinfeksi. Waktu yang cukup untuk desinfeksi dapat membunuh bakteri secara efektif. 3. Dialyzer Pemakaian Berulang a.
Pengertian Selama proses hemodialisis berlangsung, dialyzer atau ginjal buatan dialiri oleh cairan dan zat-zat sisa metabolisme dari darah. Penggunaan dialyzer berulang berarti menggunakan dialyzer yang sama lebih dari satu kali pada pasien yang sama (AAMI, 2008).
b.
Tujuan Pemakaian Ulang Dialyzer 1) Menghindari first use syndrome pada penggunaan dialyzer baru. First use syndrome adalah reaksi anafilaksis yang terjadi pada pasien yang menggunakan dialyzer untuk pertama kalinya. Hal ini mungkin terjadi jika pasien mempunyai alergi terhadap cuprophane (bahan pembuat dialyzer) atau polyacrylonitrile (bahan pembuat membran dialisis) (Himmelfarb dan Ikizler, 2005). 2) Meringankan biaya hemodialisis Faktor ini merupakan faktor utama penggunaan dialyzer berulang masih ada. Menurut Manns et al. (2002), penggunaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
dialyzer berulang dapat menghemat hingga $729 dolar Kanada, atau jika dirupiahkan menjadi Rp6.627.339,00 untuk satu pasien setiap tahunnya menurut nilai tukar rupiah pada tanggal 9 Maret 2012. 3) Meningkatkan biokompatibilitas Penggunaan berulang pada dialyzer telah diketahui secara luas
dapat
meningkatkan
biokompatibilitas
membran
semipermiabel di dalamnya (Upadhyay et al., 2007). Dialyzer dengan biokompatibilitas yang tinggi dapat menurunkan tingkat kematian hingga 38% daripada penggunaan dialyzer dengan biokompatibilitas yang lebih hemat (Locatelli et al., 2008). c.
Prosedur Penyiapan Dialyzer Pemakaian Berulang Secara Manual dan Menggunakan Mesin Penggunaan dialyzer pemakaian berulang secara hukum telah legal. Hal ini ditandai dengan pengeluaran prosedur pembuatan dialyzer pemakaian berulang yang dikeluarkan oleh Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI) di Amerika Serikat. Perusahaan pembuat dialyzer mengklaim bahwa dialyzer produknya hanya untuk sekali pakai. Di lain pihak, perusahaan sama juga memproduksi alat pembuat reuse, sehingga sekarang tidak ada masalah lagi menggunakan dialyzer dengan label sekali pakai atau berulang kali. Program ini harus didukung dengan informed consent oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
pasien. Pasien seharusnya diberitahu secara jelas prosedur pembuatan, keuntungan, dan kerugian pemakaian dialyzer pemakaian berulang, bahkan pasien dapat dilibatkan langsung dalam pembuatannya seperti yang sudah dilakukan beberapa pusat hemodialisis di luar negeri. 1) Prosedur Pembuatan Reuse Dialyzer Secara Manual Prosedur pembuatan dialyzer pemakaian berulang terdiri dari rinsing (pembilasan), cleaning (pembersihan), pengukuran kualitas dialyzer, sterilisisasi, dan pembersihan sterilan (Gnass dan Stempliuk, 2009). a) Rinsing (pembilasan) Pembilasan dialyzer bertujuan untuk membersihkan sisa darah
setelah
proses hemodialisis
(Light, 2009).
Pembilasan dapat dilakukan dengan air yang telah diolah oleh Water Treatment, biasa disebut air Reverse Osmosi (RO) baik pada kompartemen darah maupun pada kompartemen dialisat (Hoenich et al., 2010). Setelah dialyzer dilepas dari mesin, proses pembuatan dialyzer pemakaian berulang harus dimulai (Light, 2009). b) Cleaning (pembersihan) Setelah
pembilasan, sisa-sisa darah
dari proses
pembilasan yang masih menempel dalam dialyzer dibersihkan menggunakan zat kimia. Sodium Hypoclorite 1% dan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 3-5% biasa digunakan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
melarutkan gumpalan darah dan endapan organik lainnya (Light, 2009). c) Tes kualitas dialyzer Tes ini dapat dilakukan dengan pengukuran volume priming. Volume priming diukur dengan menggunakan gelas ukur. Pertama, cairan yang berada di dalam dialyzer didorong menggunakan udara. Cairan yang didorong tadi ditempatkan di dalam gelas ukur, lalu diukur. Penurunan 20% dari volume priming akan menurunkan klirens sekitar 10%. Jika penurunan volume priming lebih dari 80%, maka dialyzer sudah tidak layak digunakan. Penurunan volume priming dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satu di antaranya adalah adanya bekuan darah yang tersisa. Apabila ditemukan bekuan darah dalam hemodialisis,
maka
pasien
yang
bersangkutan
perlu
diheparinisasi selama dialisis selanjutnya (Daugirdas dan Ing, 2000; Light, 2009). d) Sterilisasi dan penyimpanan Sterilisasi dilakukan dengan mengisi dialyzer dengan germisida baik di kompartemen darah dan kompartemen dialisiat. Germisida harus berada dalam dialyzer dalam waktu tertentu, tergantung jenis germisida yang dipakai. Di Rumah Sakit Dr. Moewardi digunakan formaldehyde cair (formalin) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
dengan konsentrasi minimal 4%. Penggunaan germisida jenis formalin memerlukan waktu 24 jam sebelum dapat dipakai kembali (Light, 2009). 2) Prosedur Pembuatan Reuse dialyzer Menggunakan Renatron II a) Lepaskan port cap untuk darah dari port vena pada dialyzer. b) Bersihkan port vena pada dialyzer dengan penghapus jenuh dengan 1% Renalin 100 Cold Sterilant Solution atau dengan Actril Cold Sterilant lalu pasang konektor untuk memproses ulang disinfektan. c) Hubungkan selang venous mesin reuse ke venous dialyzer. d) Hubungkan selang dialisis inlet (saluran masuk) mesin reuse ke dialisis inlet dialyzer. e) Hubungkan selang dialisis oulet (saluran keluar) mesin reuse ke dialisis outlet dialyzer. f)
Bersihkan port arteri pada dialyzer dengan penghapus jenuh dalam 1% Renalin 100 Cold Sterilant Solution atau dengan Actril Cold Sterilant lalu pasang konektor untuk memulai pembersihan dialyzer.
g) Hubungkan selang arteri mesin reuse dengan selang arteri dialyzer. h) Tekan tombol “ON”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
i)
Tekan tombol “RESET” dan tombol “MUTE” pada saat yang bersamaan
untuk
menampilan
program-program
yang
disediakan. Ada 3 pilihan mode pada layar pada “PROGRAM STEP”, yaitu : (1) CH : untuk Dialyzer Low dan Intermediate Flux (Kuf ≤ 15) (2) HF : untuk High Flux Dialyzer (Kuf < 15) (3) OO : untuk mode kalibrasi dan sanitasi. j)
Tekan dan tahan tombol “HOLD TO SET”.
k) Sesuaikan tombol “SET” hingga pada tampilan “VOLUME” menampilkan referensi volume kompartemen yang disarankan oleh dokter. l)
Tekan tombol “START PROCESS” untuk memulai proses mereuse dialyzer.
m) Ketika pesan “PROCESS COMPLETE” tampil, dialyzer siap untuk diangkat dari mesin reuse. n) Apabila pesan yang tampil adalah “VOLUME FAIL” atau “PRESSURE FAIL”, tekan “START PROCESS” untuk memulai kembali proses sterilisasi dialyzer (Minntech Renal System, 2007). o) Dialyzer diisi dengan Renalin 100 selama minimal 11 jam. 3) Pendokumentasian Pendokumentasian meliputi pencatuman etiket/label pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
dialyzer, mencatat dalam buku reuse : nama, berapa kali di-reuse, nama petugas, jenis dialyzer, priming volume 80%, jam, tanggal, dan penyimpanan dialyzer pada tempatnya. 4. Perbedaaan Sterilisasi Manual dan Otomatis a. Paparan Manusia Pada sterilisasi otomatis, paparan dialyzer terhadap tangan manusia lebih sedikit, sehingga dapat menurunkan tingkat resiko kontaminasi bakteri. b. Bahan anti mikroba Renalin merupakan zat pembersih khusus untuk dialyzer yang terdiri dari hidrogen piroksida, asam perasetat, dan asam asetat dan diproduksi oleh Minntech BV. Renalin digunakan untuk pembuatan dialyzer pemakaian berulang secara otomatis. Renalin diklaim memiliki efektivitas yang lebih tinggi dari formalin sebagai sterilan (zat pembersih) (Minntech Renal System, 2000). 5. Standardisasi Kualitas Cairan Terapi Hemodialisis dalam Bidang Mikrobiologi a. Tingkat Pencapaian Minimum 1) Air Dialisis (Air Reverse Osmosis [RO]) Bakteri: < 100 CFU/ml Endotoxin: < 0,050 EU/ml 2) Cairan dialisat standar Bakteri: < 100 CFU/ml commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Endotoxin: < 0,050 EU/ml 3) Cairan dialisis ultrapure Bakteri: < 0,1 CFU/ml Endotoxin: < 0,001 EU/ml (Kawanishi et al., 2009). b. Metode Tes 1) Endotoxin: Limulus amoeboctye lysate (LAL assay) (gel-clot assay, spectrophotometric kinetic assay) (Kawanishi et al., 2009). 2) Bakteri: Media pembiakan: R2A (Reasoner’s Agar No 2), TGEA (Tryptone Glucose Extract Agar), atau media sejenis (Kawanishi et al., 2009). c. Tempat pengambilan sampel 1) Air dialisis (RO): tempat keluarnya air RO 2) Cairan dialisat: tempat keluarnya air dalam dialyzer (Kawanishi et al., 2009). d. Hari pengambilan sampel Sebelum proses dialisis dimulai dan setelah penjadwalan dialisis selanjutnya (Kawanishi et al., 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir untuk penelitian ini dipaparkan pada gambar 4.
Sterilisasi dialyzer pemakaian berulang Sterilisasi secara otomatis
Sterilisasi secara manual
Kualitas Sterilisasi dialyzer
Kualitas Sterilisasi dialyzer
Efektivitas Sterilisasi
Efektivitas Sterilisasi
Efektif
Efektif
Tidak Efektif
Transmisi Mikroosrganisme
Tidak Efektif
Transmisi Mikroosrganisme
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial
Gambar 4. Skema Kerangka Pikir
C. Hipotesis Terdapat perbedaan efektivitas sterilisasi dialyzer antara sterilisasi manual dan sterilisasi otomatis di Rumah Sakit Dr. Moewardi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional yaitu variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrohman, 2008).
B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Dr. Moewardi dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian 1. Populasi Sumber Populasi sumber pada penelitian ini adalah seluruh dialyzer yang telah melalui proses sterilisasi baik sterilisasi manual maupun otomatis di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. 2. Besar Sampel Penentuan besar sampel pada analisis bivariat yang melibatkan sebuah variabel dependen dan variabel independen ditentukan berdasarkan teori “rule of thumb” menggunakan ukuran sampel sebesar minimal 30 sampel (Murti, 2010).
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah dialyzer yang sudah dipakai dan melalui proses sterilisasi ketiga. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah dialyzer baru yang belum pernah dipakai maupun melalui proses sterilisasi dan dialyzer yang sudah melalui proses sterilisasi pertama, kedua, keempat, kelima, keenam, ketujuh.
D. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan consecutive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden dapat memenuhi (Daniel, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
E. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian untuk penelitian ini dipaparkan pada gambar 5 sebagai berikut: Pemakaian dialyzer
Sterilisasi secara manual
Sterilisasi secara otomatis
Penyimpanan dengan formalin
Penyimpanan dengan Renalin 100
Pencucian dengan NaCl sebelum dipakai kembali
Sterilisasi NaCl
Sebagai kontrol
Na plate
Pengambilan sampel berupa NaCl bilasan terakhir Sebagai sampel
Hitung koloni
Gram Gambar 5. Skema Rancangan Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: Sterilisasi
2. Variabel terikat
: Efektivitas sterilisasi commit to user
Analisa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
3. Variabel luar a Terkendali
: Suhu inkubasi
b. Tidak terkendali : Kualitas udara, suhu ruangan, kelembaban udara.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Sterilisasi Sterilisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sterilisasi dialyzer yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) sterilisasi dialyzer di Rumah Sakit Dr. Moewardi. Sterilisasi tersebut dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sterilisasi menggunakan prosedur manual dan sterilisasi menggunakan prosedur otomatis. Skala
: Nominal
Kategori
: a. Dilakukan sterilisasi secara manual b. Dilakukan sterilisasi secara otomatis.
2. Efektivitas Sterilisasi Efektivitas sterilisasi ditentukan berdasarkan ada tidaknya jenis kuman pada sampel NaCl bilasan terakhir dialyzer. Sterilisasi dikatakan efektif apabila tidak terdapat pertumbuhan koloni kuman, sedangkan dikatakan tidak efektif apabila terdapat pertumbuhan koloni kuman. Skala
: Nominal
Kategori
: a. Efektif b. Tidak efektif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
H. Alat dan Bahan Penelitian Dalam penelitian ini, alat dan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1) Tabung reaksi; 2) sarung tangan steril; 3) inkubator; 4) oshe jarum; 5) Oshe kolong; 6) pipet; 7) cawan petri; 8) object glass, 9) cat Gram; 10) rak tabung; 11) mikroskop; 12) lampu spiritus; 13) NaCl; 14) Na plate.
I.
Cara Kerja 1. Pengambilan Sampel Sampel diambil NaCl bilasan terakhir dari pencucian dialyzer pasca sterilisasi dan penyimpanan. Kemudian sampel ditanam NaCl untuk penghitungan koloni dan ditanam pada kaldu pepton dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Sampel dari NaCl segera dipindah pada Na plate dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Sedangkan sampel kontrol diambil dari NaCl yang belum digunakan untuk membilas. 2. Penghitungan Koloni Kuman yang terdapat pada Na plate dihitung secara manual atau menggunakan Quebec Coloni Counter. 3. Pengecatan Gram Bila terdapat pertumbuhan kuman pada media pertumbuhan, dilanjutkan dengan pewarnaan Gram.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
J. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan efektivitas seluruh populasi sebenarnya berdasarkan pengamatan pada sampel. Analitik dilakukan menggunakan uji statistik meliputi uji Chi Square dan uji t tidak berpasangan yang diolah menggunakan program Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 17.00 for Windows untuk mengetahui perbedaan efektivitas sterilisasi antara sterilisasi manual dan otomatis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini sampel diambil dari NaCl yang digunakan untuk membilas zat disinfektan pada dialyzer tepat sebelum digunakan kepada pasien Rumah Sakit Dr. Moewardi. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30. Sampel tersebut dibedakan menjadi dua kelompok yaitu 15 sampel yang diambil dari dialyzer yang disterilisasi secara manual dan 15 sampel yang diambil dari dialyzer yang disterilisasi secara otomatis. Berikut dipaparkan sebaran sampel menurut sumber pengambilan sampel seperti disajikan pada tabel 4.1:
Tabel 4.1. Sebaran Sampel Menurut Sumber Pengambilan Sampel Prosedur sterilisasi dialyzer
N
%
Manual
15
50
Otomatis
15
50
Total
30
100
Tabel 4.1 menunjukkan sebaran sampel menurut sumber pengambilan. Perbedaan sumber pengambilan memiliki hubungan dengan pertumbuhan koloni bakteri. Sedangkan paparan mengenai sumber pengambilan sampel dan pertumbuhan koloni bakteri disajikan pada tabel 4.2:
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Tabel 4.2. Sebaran Sampel Menurut Pertumbuhan Koloni Bakteri
Efektivitas Sterilisasi Steril Prosedur Manual
Count
10
15
6,0
9,0
15,0
33,3%
66,7%
100,0%
7
8
15
6,0
9,0
15,0
46,7%
53,3%
100%
12
18
30
12,0
18,0
30,0
40,0%
60%
100%
Otomatis Count Expected Count %within Procedure Total
Count Expected Count % within prosedur
Tidak steril
5
Expected Count %within Procedure
Total
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa dari 15 sampel NaCl bilasan terakhir dialyzer yang telah disterilisasi secara manual terdapat 10 sampel positif ditemukan pertumbuhan koloni bakteri dan 5 sampel negatif. Pada sampel NaCl bilasan terakhir dialyzer yang telah disterilisasi secara otomatis dari 15 sampel yang diambil terdapat 8 sampel positif dan 7 sampel negatif. Hasil penelitian dari tabel 4.2 dianalisis menggunakan metode Chi Square dengan rancangan tabel 2 x 2 karena tidak ada nilai ekspektasi yang kurang dari 5. Uji Chi Square dilakukan untuk melihat adakah perbedaan yang signifikan seperti yang dipaparkan oleh tabel 4.3. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Tabel 4.3. Hasil Uji Chi Square Chi-Square Tests Value
Df
Asymp.
Exact Sig. Exact Sig.
Sig. (2- (2-sided)
(1-sided)
sided) Pearson Chi-Square
,556a
1
,456
Berdasarkan tabel 4.3, nilai hasil analisis Chi Square menunjukkan nilai Chi Square hitung sebesar 0,556. Nilai ini lebih kecil daripada nilai Chi Square tabel yang bernilai 5,9915. Oleh karena itu H0 diterima. Analisis yang kedua adalah berdasarkan nilai probabilitas data. Hasil analisis Chi square menunjukan nilai p > 0,05. Nilai probabilitas ini menunjukkan bahwa H0 diterima. Berdasarkan hasil analisis nilai Chi Square dan probabilitas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara prosedur sterilisasi dengan efektivitas sterilisasi dialyzer di Rumah Sakit Dr. Moewardi. Berikut dipaparkan jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada setiap sampel positif yang diambil pada tabel 4.4: Tabel 4.4. Jumlah Koloni Bakteri yang Ditemukan (dalam CFU/ml) Manual Sampel NaCl
Otomatis
Jumlah Koloni
Sampel NaCl
WA
30
GS
HTK
5 commit toPRM user
Jumlah Koloni 20 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
SPM
5
SGY
25
RCB
10
RTN
5
PL
40
HST
5
SYM
5
WRS
10
STS
60
SLM
15
WST
35
BSR
10
SLT
25
KSN
5
Pada sterilisasi manual ditemukan 10 sampel positif mengandung bakteri sedangkan pada sterilisasi manual ditemukan 8 sampel positif mengandung bakteri. Hasil ini diujikan dengan tes normalitas data, uji sterilitas dialyzer juga diikuti dengan hitung koloni bakteri dan uji cat Gram. Sebelum menguji perbedaan antara sterilisasi dialyzer manual dan otomatis, peneliti terlebih dulu menguji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk dengan hasil yang dipaparkan pada tabel 4.5: Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Bakteri Sterilisasi
Koloni bakteri
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Manual
,854
10
,065
Otomatis
,871
8
,156
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Karena sampel dianggap memiliki distribusi yang normal, maka uji perbedaan menggunakan uji t tidak berpasangan dengan hasil uji dipaparkan dalam tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Uji t Tidak Berpasangan T test for equality means t
df
Sig.
(2-
tailed) Koloni
Equal variances assumed 1,402
16
,180
Equal
12,219
,152
bakteri variances
not 1,529
assumed
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada kedua jenis sterilisasi mempunyai jumlah koloni bakteri dengan distribusi normal (p > 0,05) sehingga uji hipotesis yang digunakan untuk membandingkan antara jumlah koloni bakteri dialyzer yang disterilisasi menggunakan prosedur manual dengan prosedur otomatis adalah uji t tidak berpasangan. Hasil uji t tidak berpasangan ditunjukkan oleh tabel 4.6. Nilai p yang didapat pada uji t tidak berpasangan adalah 0,152 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Pada sampel ditemukan pertumbuhan jumlah jenis koloni bakteri yang berbeda. Sebaran sampel berdasarkan jumlah jenis koloni bakteri dapat dilihat pada tabel 4.7. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Tabel 4.7. Sebaran Sampel Positif Menurut Jumlah Jenis Koloni Bakteri Jumlah jenis
NaCl bilasan terakhir
Total
Dialyzer manual
Dialyzer Otomatis
∑
%
Tunggal
8
7
15
83,3%
Campuran
2
1
3
16,7%
18
100%
koloni bakteri
Tabel 4.7 memperlihatkan jenis koloni bakteri campuran ditemukan pada sampel dialyzer yang disterilisasi menggunakan prosedur manual yaitu sebanyak 2 sampel dan jenis koloni bakteri tunggal sebanyak 8 sampel dari total 10 sampel positif. Pada 8 sampel positif dialyzer yang sterilisasi menggunakan prosedur otomatis ditemukan jenis koloni bakteri tunggal sebanyak 7 sampel dari 8 sampel, dan jenis koloni bakteri campuran sebanyak 1 sampel dari 8 sampel. Dengan demikian dari 18 sampel positif ditemukan 15 sampel dengan jenis koloni bakteri tunggal yaitu sebanyak 83,3% dan 3 sampel dengan jenis koloni bakteri campuran yaitu sebanyak 16,7%. Selanjutnya dilakukan proses pengecatan Gram dari koloni bakteri yang ditemukan untuk mengetahui sifat Gram positif atau negatif. Sebaran sifat koloni bakteri berdasarkan pengecatan Gram dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Sebaran Sampel Positif Menurut Pengecatan Gram Pengecatan
NaCl bilasan terakhir
Total
Dialyzer manual
Dialyzer Otomatis
∑
%
Positif
10
8
18
100%
Negatif
0
0
0
0%
14
100%
Gram
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 10 sampel positif NaCl bilasan terakhir pada dialyzer dengan sterilisasi manual didapatkan hasil pengecatan Gram berupa koloni bakteri Gram positif. Pada NaCl bilasan terakhir dialyzer yang disterilisasi otomatis didapatkan 8 sampel koloni bakteri Gram positif dari seluruh sampel. Dengan demikian hasil pengecatan Gram untuk sampel positif didapatkan koloni bakteri Gram positif sebanyak 100%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Jumlah sampel tiga puluh merupakan ukuran sampel minimal untuk subjek penelitian parametrik (Murti, 2010). Sampel terbagi menjadi dua kelompok yaitu 15 sampel diambil dari dialyzer yang disterilisasi dengan prosedur manual artinya dilakukan oleh manusia dan 15 sampel diambil dari dialyzer dengan prosedur otomatis artinya dilakukan oleh mesin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 sampel NaCl bilasan terakhir dari dialyzer yang disterilisasi secara manual didapatkan 66,7% (10/15) sampel positif ditemukan koloni bakteri. Dari 15 sampel yang diambil dari dialyzer yang disterilisasi secara otomatis didapatkan 53,3% (8/15) sampel positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa sterilisasi secara otomatis lebih baik daripada sterilisasi secara manual. Secara teori, dialyzer merupakan critical medical equipment sehingga membutuhkan proses sterilisasi yang dapat menghilangkan bakteri, virus, jamur, juga spora (PIDAC, 2010). Ditemukannya koloni bakteri pada NaCl bilasan terakhir dialyzer menunjukkan bahwa proses sterilisasi belum mampu menghilangkan bakteri secara sempurna. Proses sterilisasi dikatakan efektif apabila mampu menghilangkan mikroorganisme sekaligus spora (WHO, 2012). Dengan demikian proses sterilisasi dialyzer pemakaian berulang dapat dikatakan belum efektif. Adanya bakteri pada dialyzer pemakaian berulang dapat dipengaruhi oleh commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
beberapa faktor yaitu kerapatan hollow fiber, adanya kontaminasi pada air reverse osmosis, dialisat yang terkontaminasi, mesin dialyzer yang terkontaminasi, dan kontaminasi dari kateter vena yang digunakan (Roth dan Jarvis, 2000). Dialyzer membutuhkan proses persiapan dalam pengawasan yang intensif sehingga dialyzer bebas dari berbagai macam kontaminasi sehingga aman untuk digunakan kembali. Menurut Taaffe (2001) persiapan dialyzer berulang antara lain sterilisasi untuk aspek fisik (pembersihan) dan priming test untuk aspek kualitasnya. Proses sterilisasi baik manual maupun otomatis dimulai dari pembersihan kompartemen
dengan
air reverse osmosis. Air reverse osmosis
yang
terkontaminasi bakteri dengan jumlah berlebih dapat menimbulkan resiko kontaminasi pada dialyzer (Kawanishi et al., 2009). Oleh karena itu, air reverse osmosis sebaiknya mempunyai sistem kontrol kualitas secara kontinyu dan berkesinambungan (AAMI, 2006). Di Rumah Sakit Dr. Moewardi kontrol kualitas air reverse osmosis secara mikrobiologi berada di bawah pengawasan Instalasi Sanitasi. Menurut data primer laporan bulanan saat penelitian berlangsung didapatkan hasil 0 CFU/100ml, jumlah ini memenuhi syarat arthesis. Pada saat proses pembersihan air reverse osmosis tersebut disalurkan melalui selang ke dalam tabung dialyzer. Selang ini tidak termasuk dalam pengawasan kontrol sehingga tidak ada data yang menunjang mengenai pemeriksaan mikrobiologi dari selang tersebut. Selain itu, selang ini tidak memiliki perawatan khusus seperti sterilisasi sebelum pemakaian maupun penyimpanan secara spesifik. Oleh karena itu,
masih
ada
kemungkinan
terdapat
kontaminasi
menghubungkan dialyzer dengan keran air reverse osmosis. commit to user
dari
selang
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Berdasarkan prosedur tetap Rumah Sakit Dr. Moewardi, setelah dibilas dengan air reverse osmosis, dialyzer yang disterilisasi menggunakan prosedur sterilisasi manual diisi dengan formaldehyde sebagai larutan sterilan. Unit Hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi menggunakan formaldehyde 3%. Association
for
the
Advancement
of
Medical
Instrument
(AAMI)
merekomendasikan penggunaan formaldehyde 4% selama 24 jam
sebelum
dialyzer siap untuk digunakan kembali (AAMI, 2008). Konsentrasi sterilan merupakan faktor kritis penentu terjadinya kontaminasi (Twardowski, 2006). Formaldehyde 3% ini telah digunakan sejak Unit Hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi berdiri. Penggunaan disinfektan dengan jenis yang sama dalam jangka waktu lama dapat menjadi penyebab resistensi bakteri terhadap disinfektan (Sydnor dan Perl, 2011). Unit Hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi juga menggunakan Renalin® sebagai sterilan untuk prosedur sterilisasi otomatis. Renalin® adalah merk dagang untuk asam perasetik dan hidrogen peroksida. Konsentrasi Renalin® yang digunakan adalah sebesar 1% sesuai dengan petunjuk teknis dari Minntech System, pabrik pembuat Renalin®. Renalin® dikemas dalam bentuk konsentrat, sehingga perlu pengenceran sebelum digunakan. Pengenceran dilakukan dengan mencampur Renalin® dengan air reverse osmosis yang sesuai dengan standar AAMI. Renalin® yang sudah diencerkan hanya bisa stabil selama 24 jam (Minntech Renal System, 2000). Sedangkan sistem yang berjalan saat ini, Unit Hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi tidak mengencerkan Renalin sendiri melainkan disediakan oleh bagian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
penyimpanan sebanyak kurang lebih 15 liter Renalin® yang sudah diencerkan setiap satu minggu sekali. Pengolahan sterilan yang kurang sesuai dengan petunjuk teknis dapat mempengaruhi efektivitas sterilan (Minntech Renal System, 2007). Hasil riset yang dilakukan oleh Minntech Renal System (2000) menunjukkan bahwa kadar asam perasetik dalam renalin yang telah diencerkan akan berkurang menjadi 50% setelah 7 hari. Kadar asam perasetik sebesar 50% merupakan kadar minimal yang diperbolehkan agar efek antimikroba dapat dipertahankan. Pada saat pengisian formalin dalam tabung dialyzer, dialyzer sedikit dikebaskan untuk membebaskan udara yang terperangkap dalam hollow fiber di dalam dialyzer. Udara yang tertinggal dalam dialyzer dan tidak ikut keluar saat pengisian formaldehyde dapat menjadi sumber kontaminasi dalam dialyzer. Hal yang sama berlaku pada sterilisasi menggunakan mesin. Pada sterilisasi dengan prosedur otomatis, tidak ada indikator udara, sehingga terdapat kemungkinan bahwa di dalam dialyzer yang terisi larutan sterilan tersembunyi bolus udara yang mengandung bakteri. Adanya dead space dalam dialyzer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi karena udara yang terjebak di dalam dialyzer tidak kontak dengan sterilan. Kontaminasi dari udara sangat mungkin dikarenakan ruang pencucian yang minim ventilasi sehingga dapat meningkatkan jumlah hembusan napas yang ada di dalam ruangan tersebut yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kontaminasi silang (Eames et al., 2009). Sterilisasi dilanjutkan dengan penyimpanan dialyzer, sehingga terdapat waktu
paparan
yang
cukup
antara formaldehyde commit to user
dengan
kontaminan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Penyimpanan yang tidak baik bisa menimbulkan risiko kontaminasi (AAMI, 2008). Dialyzer disimpan dalam keadaan tertutup dalam sebuah rak atau benda keras karena dalam masa penyimpanan tekanan intra dialyzer dapat meningkat dan mendorong penutup dialisat pada dialyzer. Jika terdapat penutup yang terlepas dalam tempat penyimpanan, mengindikasikan dua hal yaitu: tempat penyimpanan yang terbuka, bersuhu tinggi dan terkena sinar matahari secara langsung atau dialyzer yang kurang bersih (Minntech Renal System, 2007). Waktu penyimpanan bervariasi antara sterilan formaldehyde dengan Renalin®. Pada sterilisasi dengan sistem manual, formaldehyde membutuhkan waktu minimal 24 jam sedangkan Renalin® pada sterilisasi otomatis hanya perlu 11 jam. Waktu yang tidak adekuat dapat menyebabkan sterilisasi tidak efektif. Pada unit Hemodialisa di Rumah Sakit Dr. Moewardi, dialyzer diberi label untuk mengenali jumlah pemakaian dan dicatat tanggal pemakaiannya untuk menghindari adanya pemakaian ulang dialyzer kurang dari 24 jam. Kebijakan yang berlaku di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi adalah jika memang diperlukan hemodilialisis 2 hari berturut-turut, pasien yang bersangkutan diharuskan menyimpan dialyzer tambahan sehingga batas waktu 24 jam tidak terlewati. Setelah disimpan selama 24 jam, dialyzer telah selesai disterilisasi dan siap untuk digunakan kembali. Larutan desinfektan dibersihkan menggunakan NaCl steril sebanyak 2000 ml yang dihubungkan melalui kateter intravena. Dua ribu mililiter NaCl steril terbagi menjadi 4 kantong. Setiap kantong menggunakan kateter intravena yang sama sehingga ketika pergantian kantong dapat terjadi kontaminasi kateter vena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
terhadap udara bebas. Ruangan Unit Hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi menggunakan pendingin ruangan atau Air Conditioning (AC). Menurut Ismail (2011), jumlah bakteri dalam udara pada ruangan yang memiliki pendingin udara lebih tinggi daripada ruangan yang tidak memiliki pendingin udara. Tingkat sterilitas dialyzer yang disterilisasi secara manual dan otomatis dianalisis menggunakan uji Chi Square dan didapatkan hasil p > 0,05. Sedangkan jumlah koloni bakteri yang ada pada sampel yang tidak steril dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan dan didapatkan hasil p > 0,05. Dari hasil uji statistik, efektivitas sterilisasi pada dialyzer yang disterilisasi secara manual dan otomatis tidak terdapat perbedaan yang bermakna baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas. Hasil uji berbeda dengan teori yang disebutkan oleh Parks (2003) yang mengatakan bahwa sterilisasi secara otomatis lebih efisien, lebih konsisten, dan lebih aman daripada sterilisasi secara manual. Hal ini dikarenakan Parks (2003) meneliti dari jumlah human error yang terjadi pada sterilisasi otomatis dan manual. Sedangkan pada penelitian ini, perbedaan dilihat dari jumlah dialyzer yang steril dan tidak steril sehingga diharapkan dapat menggambarkan perbedaan dari keseluruhan proses sterilisasi dari pencucian hingga tepat akan dipakai kembali. Keseluruhan bakteri yang ditemukan merupakan Gram positif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Gomila (2005) bahwa pada hemodialisis kemungkinan terjadi kontaminasi Gram positif berupa Agracoccus
jenesus,
Brevibacterium
casei,
Mycobacterium
fortuitum,
Mycobacterium abscessus, Bacillus cereus, Bacillus megaterium, Paenibacillus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
lautus,
Staphylococcus
epidermidis,
Staphylococcus
saprophyticus,
dan
Staphylococcus wameri sebagai hasil kontaminasi dari perawatan air yang tidak adekuat. Selain itu, bakteri dalam udara yang ada pada ruangan yang memiliki pendingin udara sebanyak 84% merupakan bakteri gram positif (Ismail, 2011). Dalam penelitian ini didapatkan kontaminasi bakteri pada dialyzer baik dialyzer yang disterilisasi secara otomatis maupun dialyzer yang disterilisasi secara manual. AAMI (2003) menyebutkan bahwa kontaminasi bakteri pada dialyzer tidak dapat ditetapkan sebagai penentu kelayakan penggunaan dialyzer. Hal ini dikarenakan pemaparan kontaminasi bakteri dari dialyzer dianggap tidak sebanding dengan keseluruhan proses persiapan perangkat hemodialisa. Pada penelitian ini masih didapatkan beberapa kelemahan, yaitu 1) penghitungan angka kuman dilakukan secara manual sehingga memungkinkan adanya kesalahan dalam menghitung dan 2) hasil penelitian belum bisa digunakan sebagai penentu kelayakan penggunaan dialyzer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat kontaminasi bakteri sebanyak 10 sampel 10 sampel (66,6%) pada dialyzer yang disterilisasi secara manual dan kontaminasi bakteri sebanyak 8 sampel (53,3%) pada dialyzer yang disterilisasi secara otomatis. 2. Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan secara statistik antara sterilisasi manual dengan otomatis. B. Saran 1. Saat ini, Rumah Sakit Dr. Moewardi telah menggunakan Renalin® sebesar 3,5% sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas sterilan yang baru. 2. Diperlukan
penelitian
lebih
lanjut
mengenai
tingkat
kontaminasi
mikrobiologi pada alat-alat pendukung hemodiálisis untuk menentukan kelayakan penggunaan dialyzer di Rumah Sakit Dr. Moewardi. 3. Perlu dilakukan peninjauan ulang ruang pembuatan dialyzer pemakaian berulang dan tempat penyimpanan dialyzer dengan memenuhi syarat dirancang dengan ventilasi khusus, bersih, kering, dan diletakkan dengan tutup menjauhi pintu rak.
commit to user 40