IDENTIFIKASI DAERAH JELAJAH ORANGUTAN SUMATERA MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DESLI TRIMAN ZENDRATO
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
IDENTIFIKASI DAERAH JELAJAH ORANGUTAN SUMATERA MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SKRIPSI
Oleh: DESLI TRIMAN ZENDRATO 041201024 / MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
IDENTIFIKASI DAERAH JELAJAH ORANGUTAN SUMATERA MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SKRIPSI
Oleh: DESLI TRIMAN ZENDRATO 041201024 / MANAJEMEN HUTAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian Nama NIM Departemen Program Studi
: Identifikasi Luas Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis : Desli Triman Zendrato : 041201024 : Kehutanan : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing,
Pindi Patana, S.Hut, M.Sc Ketua
Bejo Slamet, S.Hut, M.Si Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S. Ketua Departemen Kehutanan
Tanggal lulus: April 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
DESLI TRIMAN ZENDRATO. Identifkasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Dibawah Bimbingan Akademis PINDI PATANA dan BEJO SLAMET. Populasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) saat ini diperkirakan hanya tersisa sekitar 7.000 individu yang sebagian besar tersebar di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dan sekitar 255 diantaranya berada di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok. Dibandingkan daerah lain, informasi mengenai daerah jelajah orangutan di PPOS Bohorok sangat sedikit. Daerah jelajah orangutan betina dewasa dan jantan dewasa mungkin sulit memperkirakan daerah jelajah orangutan secara umum. Namun, informasi yang ada dapat digunakan untuk mengetahui pola pemanfaatan ruang orangutan di suatu daerah dengan mempelajari aktifitas harian orangutan. Seekor orangutan betina dewasa memiliki jelajah harian sejauh 916,4 meter/hari yang menjelajah dalam area seluas 12,4909 Ha (Metode Kernel) atau 71,549 Ha (Metode MCP). Sedangkan seekor orangutan jantan dewasa memiliki jelajah harian sejauh 651,28 meter/hari yang menjelajah dalam area seluas 46,017 Ha (Metode Kernel) atau 58,5601 Ha (Metode MCP). Daerah jelajah seekor orangutan yang sangat luas memungkinkan daerah jelajahnya saling bertautan dengan indidividu orangutan lainnya. Faktor yang mempengaruhi variasi jarak jelajah dan daerah jelajah orangutan yaitu: ketersediaan sumber makanan di hutan dan interaksi sosial. Kata Kunci: Orangutan Sumatera, aktifitas harian, jelajah harian, daerah jelajah, sumber makanan, interaksi sosial.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT
DESLI TRIMAN ZENDRATO. Identification of Sumatran Orangutan Home Range Used Geographic Information System Application. Under Academic Supervision of PINDI PATANA and BEJO SLAMET. Today Sumatran Orangutans (Pongo abelii) population is estimated just left around 7.000 individual that distributed largely at Gunung Leuser National Park and about 255 there found at Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok. Than the other site, the information about orangutans home range is too slightly. The adult male and female orangutans may difficult to estimated the orangutan home range commonly. However, the information can used to understand the orangutans spatial patterns used on an area by studied the orangutan daily activity. An adult female orangutan have a daily range by as far as 916,4 meter/day that covered area 12,4909 Ha (Kernel Method) or 71,549 Ha (MCP Method). Whereas, an adult male orangutan have a daily range by as far as 651,28 meter/day that covered area 46,017 (Kernel Method) or 58,5601 Ha (MCP Method). A wide home range of an orangutan enable the home range overlap with other orangutan home range. Factor that influence the variation of orangutans daily range and home range that is: availability of food resources in the forest and social interaction. Key Words: Sumatran Orangutan, daily activity, dailiy range, home range, food resources, social interaction.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pemantang Siantar pada tanggal 6 Desember 1986 dari ayah Atieli Zendrato dan ibu Sarifati Harefa. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga besaudara. Tahun 1998 penulis lulus dari Sekolah Dasar Swasta Sultan Agung Pematang Siantar, tahun 2001 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta Santa Maria Medan, tahun 2004 lulus dari Sekolah Menengah Atas Swasta Kristen Immanuel Medan, dan pada tahun 2004 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata Kuliah Pengantar Inventarisasi Hutan. Penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva Universitas Sumatera Utara (HIMAS USU) pada tahun ajaran 2006/2007, 2007/2008 dan pada tahun ajaran 2008/2009 menjabat sebagai Sekretaris Umum. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Balai Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) tahun 2006 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada tahun 2008/2009. Pelatihan pernah mengikuti Pelatihan Standar Survey dan Inventarisasi Flora dan Fauna bagi Staf Fungsional Balai Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Lawang (2007); Pelatihan Perlindungan Satwa Liar, Medan (2007); dan Pekan Peduli Lingkungan Indonesia/Kongres Nasional Sylva Indonesia (PPLI/KNSI), Medan (2008).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaiakan laporan Praktik Kerja Lapang ini sesuai pada waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini berjudul Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok). Penelitian ini menyajikan variasi daerah jelajah antara orangutan jantan dewasa dengan orangutan betina dewasa yang disertai pembahasan mengenai faktor yang mempengaruhinya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam terlaksananya PKL di Taman Nasional Gunung Leuser, diantaranya: 1. Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S. selaku Kepala Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara; 2. Pindi Patana, S.Hut, M.Sc. dan Bejo Slamet, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing baik dalam pelaksanaan hingga pembuatan hasil penelitian; 3. Orangtua dan Kakanda yang telah memberikan dukungan moril dan materil bagi kelancaran pelaksanaan penelitian; 4. Ir. Nurhadi Utomo selaku Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, Ir. Ari Subiantoro, M.Si selaku Kepala BPTN III Stabat, Hendra
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Wijaya, S.Hut selaku Kepala SPTN V Bohoro, dan seluruh petugas Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser; 5. Ian Singleton. Ph.D dan Nuzuar, S.Hut serta segenap staf Yayasan Ekosistem Leuser – Sumatran Orangutan Conservation Programme (YEL-SOCP) yang telah memberikan bantuan dana dan bimbingan penelitian; 6. Sindrayana dan Tumino yang telah mendampingi selama pengamatan di lapang an; dan 7. Rekan-rekan angkatan 2004 dan seluruh mahasiswa Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Penulis pun menyadari, meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, masih terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis berlapang dada atas saran dan kritik yang membangun dan menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, penulis mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.
Medan, Maret 2009
Penulis
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
i iii v vi vii
PENDAHULUN ........................................................................................ Latar Belakang ................................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................ Manfaat Penelitian ........................................................................... Hipotesa Penelitian .......................................................................... Kerangka Pemikiran ........................................................................
1 1 3 3 3 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ Distribusi Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) ........... Klasifikasi Orangutan Sumatera ...................................................... Tahapan Perkembangan Orangutan ................................................. Aktifitas Harian Orangutan .............................................................. Daerah Jelajah Orangutan ................................................................ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daerah Jelajah Orangutan ......... Sistem Informasi Geografis ............................................................. Definisi Sistem Informasi Geografis ................................................ Ekstensi Animal Movement Analyst dalam Aplikasi SIG ..................
6 6 8 10 12 14 17 22 23 24
METODE PENELITIAN ......................................................................... Waktu dan Tempat .......................................................................... Bahan dan Alat ................................................................................ Metode ............................................................................................ Pengumpulan Data ............................................................... Pencarian (Searching) Orangutan ......................................... Pengamatan Perilaku Harian Orangutan ............................... Analisa Data .................................................................................... Metode Minimum Convex Polygon (MCP) ........................... Metode Kernel Home Range ................................................. Tumpang Susun (Overlay) Peta ............................................
27 27 27 28 28 28 29 31 31 32 32
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................ 33 Luas, Letak dan Iklim ....................................................................... 33 Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera ............................................ 33
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... Pengamatan Orangutan ..................................................................... Karakteristik Orangutan Fokal .......................................................... Betina Dewasa (adult female)................................................ Jantan Dewasa (adult male) ................................................... Aktifitas Harian Orangutan Fokal ..................................................... Makan (Feeding) ................................................................... Istirahat (Resting) .................................................................. Bergerak Pindah (Moving)..................................................... Bersarang (Nesting) ............................................................... Sosial (Social) ....................................................................... Jelajah Harian Orangutan.................................................................. Daerah Jelajah Orangutan ................................................................. Metode Kernel ...................................................................... Metode Minimum Convex Polygon ........................................
36 36 37 37 38 40 43 46 48 49 50 51 56 56 58
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 61 Kesimpulan ...................................................................................... 61 Saran ................................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman 1. 2. 3. 4.
Perbandingan data penjelajahan.............................................................. Pemanfaatan waktu aktifitas harian fokal................................................ Jarak jelajah harian orangutan fokal ....................................................... Daerah jelajah orangutan jantan dan betina dewasa. ...............................
18 49 57 61
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) ................................. 2. Skema berbagai pola penjelajahan orangutan.......................................... 3. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan untuk menjelajah ..................... 4. Poligon MCP ......................................................................................... 5. Poligon kernel dengan tingkat kemungkinan 50%, 75% dan 90% ........... 6. Poligon kernel menggunakan LSCV ....................................................... 7. Fokal Minah dan bayi orangutan Chaterine ............................................ 8. Fokal Jenggot ......................................................................................... 9. Orangutan betina dewasa Suma .............................................................. 10. Variasi pemanfaatan waktu aktifitas harian fokal .................................... 11. Pemanfaatan waktu aktifitas makan (feeding) fokal ................................ 12. Pemanfaatan waktu aktifitas istirahat (resting) fokal............................... 13. Pemanfaatan waktu aktifitas gerak berpindah (moving) fokal ................. 14. Pemanfaatan waktu aktifitas bersarang (nesting) fokal............................ 15. Pemanfaatan Waktu Aktifitas Sosial Fokal Minah .................................. 16. Jelajah harian fokal Minah dan fokal Jenggot ......................................... 17. Jalur jelajah fokal Minah selama periode pengamatan tanggal 11-31 Juli 2008 ................................................................................................ 18. Jalur jelajah gokal Jenggot selama periode pengamatan tanggal 4-11 dan 16-20 Agustus 2008 ......................................................................... 19. Daerah jelajah fokal Minah menggunakan metode Kernel ...................... 20. Daerah jelajah fokal Jenggot menggunakan metode Kernel .................... 21. Daerah jelajah fokal Jenggot dan fokal Minah dengan metode MCP .......
10 17 21 25 25 26 38 39 40 42 45 47 49 50 51 53 54 55 57 57 59
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Dokumentasi Pegamatan Orangutan. Dokumentasi Aktifitas Harian Fokal Minah. Dokumentasi Aktifitas Harian Fokal Jenggot. Rekapitulasi Waktu Pengamatan Aktifitas Harian Orangutan di Stasiun Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok-TNGL: Fokal Minah. Rekapitulasi Waktu Pengamatan Aktifitas Harian Orangutan di Stasiun Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok-TNGL: Fokal Jenggot. Koordinat Titik Sampel Fokal Minah. Koordinat Titik Sampel Fokal Jenggot. Contoh Lembar Identifikasi Orangutan Contoh Lembar Pengisian Data
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang Status orangutan Sumatera (Pongo abelii) menghadapi resiko kepunahan yang sangat cepat dibandingkan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), dimana orangutan Sumatera termasuk satwa dengan status sangat genting (critically endangered) (Singleton et al., 2006). Orangutan Sumatera merupakan jenis endemik yang ada di pulau Sumatera, dan keberadaannya terbatas di seluruh hutan dataran rendah provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara. Singleton et al. (2006) mencatat populasi orangutan Sumatera saat ini diperkirakan hanya sekitar 7.000 individu (berdasarkan tampilan citra satelit tahun 2002), hidup di 13 unit kawasan terfragmentasi mulai dari utara provinsi Nangroe Aceh Darussalam hingga bagian selatan daerah Sibolga, Tarutung dan Padang Sidempuan. Sedangkan orangutan Kalimantan saat ini diperkirakan kurang dari 27.000 individu, dan beberapa orang memperkirakan hanya tersisa setengahnya saja yang masih hidup alam liar (Meijard et al., 1999 dalam Johnson et al., 2004). Dengan kondisi status keberadaan orangutan saat ini terlihat jelas resiko kepunahan yang dihadapi orangutan Sumatera lebih berat dibandingkan orangutan Kalimantan. Dan tanpa mengabaikan status orangutan Kalimantan, penelitian ini hanya dibatasi pada orangutan Sumatera. Semakin menurunnya populasi orangutan Sumatera mungkin diakibatkan berbagai faktor. Meijard et al. (2001) menjelaskan orangutan ternyata memiliki persyaratan yang cukup rumit untuk dapat bertahan hidup, terutama mengenai habitat dan daerah jelajahnya yang umumnya terbatas pada ketinggian tertentu. Lebih detail dijelaskan bahwa tekanan langsung terhadap populasi orangutan,
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
yaitu perburuan dan penangkapan ilegal dan tekanan terhadap habitat orangutan. Tekanan terhadap habitat orangutan berupa kehilangan, kerusakan dan fragmentasi habitat, yang sangat mempengaruhi kehidupan dan kemampuan untuk melakukan reproduksi, yang akhirnya akan menurunkan populasi orangutan di alam. Diluar tekanan langsung tersebut, juga ada tekanan lainnya yang mengancam kehidupan orangutan, seperti konflik dan perubahan tata guna lahan, lemahnya kerangka hukum dan penegakannya, dan berbagai kelemahan kelembagaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dari seluruh faktor yang mempengaruhi populasi orangutan di atas, yang menjadi perhatian utama penelitian ini adalah keterbatasan daerah jelajah orangutan. Luas daerah jelajah orangutan dapat diketahui dengan menggunakan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis (SIG). Sistem informasi geografis merupakan suatu teknologi baru yang saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan kembali kondisikondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial (Prahasta, 2005). Untuk mengidentifikasi luas daerah jelajah orangutan Sumatera (Pongo abelii) digunakan program Animal Movement Analysis ArcView Extension (AMAE) yang dapat diintegrasikan di dalam aplikasi sistem informasi geografis ArcView. Program AMAE memiliki banyak kegunaan untuk menganalisa fenomena titik dan juga fungsi-fungsi yang sangat berguna untuk berbagai tipe penggunaan sistem informasi geografis lainnya (Hooge dan Eichenlaub, 1997).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Tujuan Penelitian 1. Memperoleh informasi luas daerah jelajah Orangutan Sumatera dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis (SIG). 2. Membandingkan luas daerah jelajah antara orangutan jantan dan betina dewasa yang menjadi objek pengamatan.
Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi terbaru mengenai luas daerah jelajah Orangutan Sumatera yang terdapat di kawasan Pusat Rehabilitasi Orangutan Sumatera Bukit Lawang. 2. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan daerah jelajah Orangutan Sumatera. 3. Merupakan bahan kajian dalam melakukan upaya konservasi orangutan Sumatera.
Hipotesis Penelitian Luas daerah jelajah orangutan jantan dewasa lebih luas dibandingkan orangutan betina dewasa.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Kerangka Pemikiran Saat ini sebaran orangutan Sumatera terbatas hanya pada bagian utara pulau Sumatera yaitu di Propinsi Sumatera Utaran dan Nangroe Aceh Darussalam. Populasi Orangutan Sumatera diperkirakan hanya tersisa sekitar 7.000 orangutan dan 5.600 orangutan diantaranya tersebar di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Dari 5.600 orangutan tersebut, sekitar 229 orangutan terdapat di dalam kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bohorok. Sebagian besar orangutan yang hidup di PPOS Bohorok tersebut adalah orangutan semi liar hasil rehabilitasi dan terkadang dapat dijumpai orangutan liar. Orangutan rehabilitan tersebut berasal dari berbagai lokasi yang diserahkan secara sukareal maupun yang ditangkap dengan paksa dari pemiliknya. Menurut data IUCN (2007) Orangutan Sumatera merupakan salah satu spesies paling tercancam punah (Critically Endangered, sedangkan Orangutan Kalimantan masuk dalam kategori terancam punah (Endangered). Populasi Orangutan Sumatera yang semakin menurun menyebabkan daerah penyebarannya semakin sempit dan terbatas, sehingga perlu adanya peneliitian mengenai pola daerah jelajah orangutan. Penelitian daerah jelajah orangutan dilakukan berdasarkan jenis kelamin antara jantan dan betina yang masuk dalam dalam tahap kematangan seksual atau dewasa. Kerangka pemikirian penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) IUCN Critically Endangered Species Fragmentasi Habitat
Daerah Jelajah
Pusat Pengamatan Orangutan Bahorok-Bukit Lawang
Pengumpulan data lapangan (primer)
Orangutan Betina Dewasa Semi Liar Orangutan Jantan Dewasa Liar
Metode Minimum Convex Polygon (MCP)
Metode Kernel
Perbandingan Luas Daerah Jelajah Orangutan Jantan dan Betina Dewasa Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Distribusi Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang ditemukan di luar Afrika (Parsons, 2006). Sekitar dua juta tahun yang lalu orangutan tersebar di wilayah sangat luas, mulai dari Jawa hingga selatan Cina (von Koenigswald, 1982 dalam Schaik, 1996). Namun, sebaran orangutan saat ini hanya berupa kawasan terfragmentasi yang lebih kecil dari sebelumnya, dimana saat ini hanya terdapat di pulau Kalimantan dan Sumatera (Schaik, 1996). Saat ini orangutan hanya dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Sabah dan Sarawak dan lebih dari 90% habitatnya berada di wilayah Republik Indonesia (Meijard et al., 2001). Di Kalimantan orangutan tersebar dalam wilayah yang lebih luas, sedangkan orangutan yang ada di Sumatera tersebar secara terbatas pada bagian ujung utara pulau tersebut (Galdikas, 1986). Orangutan yang tinggal di pulau Sumatera saat ini hanya dapat ditemukan di kawasan hutan dataran rendah di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara (Singleton et al., 2006). Pada awal abad ke-20 orangutan diduga dapat ditemukan di hutan yang luasnya paling sedikit 82.000 km2 di Sumatera bagian utara dari khatulistiwa, dan jumlahnya tidak kurang dari 85.000 orangutan. Populasi orangutan saat itu terpusat di Suaka Margasatwa Gunung Leuser dan terpecah menjadi empat subpopulasi utama, yaitu: (1) subpopulasi di dekat Aceh, di sebelah barat Sungai Alas dan Sungai Wampu; (2) subpopulasi di hutan lindung Dolok Sembelin dan Batu Ardan di Kabupaten Dairi dan kawasan hutan yang bersambungan di sebelah timur Sungai Alas, membentang di sepanjang kaki-kaki bukit pesisir barat dan
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
menurun sampai ke pantai Sibolga; (3) subpopulasi Tapanuli bagian tenggara di antara Sungai Asahan dan Sungai Baruman; dan (4) subpopulasi di Anggolia, Angkola, dan Pasaman, semuanya di sepanjang bagian barat kaki Bukit Barisan, dari hilir Sungai Batang Toru membentang ke arah selatan di antara Padang Sidempuan dan daerah sekitar Pariaman di Propinsi Sumatera Barat, sekitar 50 km di sebelah utara Padang (Meijard et al., 2001). Setelah tahun 1997 (pasca kebakaran hutan), Meijard et al. (2001) memperkirakan bahwa populasi orangutan berada di hutan yang luasnya 26.000 km2, yaitu kira-kira setara dengan 3.500 unit daya dukung. Berdasarkan perkiraan kepadatan orangutan pada habitat yang berbeda-beda di Sumatera, jumlah orangutan yang bertahan pada populasi sekarang hanya sekitar 12.500. Tetapi, dari 12.500 orangutan yang tersisa diperkirakan telah berkurang hingga sekitar 7.000 orangutan saja (Singleton et al., 2006) Dari 7.000 orangutan Sumatera yang tersisa (berdasarkan citra satelit tahun 2002), hidup di 13 unit habitat terfragmentasi yang terbentang mulai sebelah utara Nangroe Aceh Darussalam (NAD), sebelah selatan sungai Batang Toru di Sumatera Utara. Lebih jauh dijelaskan populasi orangutan dalam jumlah yang besar, sekitar 5.600 orangutan, ditemukan di dalam ekosistem Leuser, yang merupakan sebuah daerah konservasi seluas 26.000 km2 yang ditetapkan melalui keputusan presiden dimana di dalamnya terdapat Taman Nasional Gunung Leuser (10.950 km2) dan 1.025 km2 Kawasan Reservasi Rawa Singkil (Singleton et al., 2006). Berdasarkan ketinggian tempat, orangutan terutama hidup di dataran rendah dan kepadatan tertinggi terdapat di antara ketinggian 200-400 mdpl
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
(Payne, 1988; van Schaik dan Azwar, 1991 dalam Meijard et al., 2001). Groves (1971) dalam Meijard et al. (2001) juga mencatat bahwa orangutan kadang ditemukan di lereng gunung pada ketinggian lebih dari 1.500 mdpl, khususnya jantan dewasa, dan populasi pada ketinggian di atas 500 mdpl kini semakin jarang. Di Kalimantan, batas ketinggian dimana komunitas orangutan berada adalah sekitar 500 mdpl. Sedangkan di Sumatera, Ellis (2005) mencatat bahwa populasi orangutan secara bertahap berkurang pada ketinggian 1.000 hingga 1.200 mdpl. Di dataran rendah orangutan juga tidak tersebar merata. Berdasarkan tinjauan pustaka yang tersedia, dan dari data survei orangutan dari berbagai lokasi di Sumatera dan Kalimantan, orangutan diketahui lebih umum terdapat di dekat sungai-sungai kecil atau besar dan di dekat rawa-rawa. Alasan utama orangutan lebih menyukai lingkungan ini hampir pasti karena di dekat sungai lebih banyak pohon buah yang disukai, tetapi mungkin juga karena sungai-sungai besar dan kecil merupakan tanda-tanda geografis yang terbaik untuk mengetahui arah keberadaannya. Orangutan jarang atau hampir tidak ada di hutan-hutan dataran rendah yang luas dan relatif seragam, yang tumbuh di atas tanah rata yang kering, demikian pula di jajaran pegunungan di atas ketinggian tertentu (Meijard et al., 2001).
Klasifikasi Orangutan Sumatera Orangutan Sumatera adalah salah satu dari dua spesies yang termasuk ke dalam genus Pongo (Singleton et al., 2006). Selain Orangutan Sumatera (Pongo abelii) juga dikenal Orangutan Kalimantan/Borneo (Pongo pygmaeus). Meskipun
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
awalnya kedua jenis orangutan tersebut dianggap sama dan hanya dikenal sebagai Pongo pygmaeus, tetapi Singleton et al. (2006) menjelaskan bahwa saat ini mereka dikenal sebagai spesies yang berbeda. Lebih lanjut dijelaskan bahwa orangutan Kalimantan dibagi dalam tiga subspesies berbeda yang termasuk dalam spesies Pongo pygmaeus, sedangkan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) hanya dipandang sebagai satu unit taksonomi. Secara ilmiah struktur taksonomi Orangutan Sumatera adalah sebagai berikut (IUCN, 2007; Brandon dan Jones, 2004): Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Primata
Famili
: Hominidae
Sub Famili
: Ponginae Eliot, 1912
Genus
: Pongo Lacépède, 1799
Spesies
: Pongo abelii Lesson, 1827 Meijard et al. (2001) menjelaskan bahwa perbedaan antara Orangutan
Sumatera dan Orangutan Kalimantan dapat dilihat dari perbedaan genetis dan morfologis yang dikarenakan kedua jenis tersebut terisolasi secara geografis sekitar 10.000 tahun yang lalu. Tetapi, pola-pola perilaku kedua jenis hampir seluruhnya identik, walaupun ada perbedaan dalam kemampuan sosialnya (Markham, 1980 dalam Meijard et al., 2001). Galdikas (1986) menjelaskan perbedaan morfologis kedua jenis tersebut dapat dibedakan dengan dasar warna bulunya, dimana Orangutan Kalimantan bila telah dewasa mengarah kepada
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
warna coklat kemerah-merahan, sedangkan Orangutan Sumatera biasanya berwarna lebih pucat. Meskipun perbedaan tersebut bukan merupakan sifat yang tetap tetapi dapat digunakan sebagai penuntun secara umum. Galdikas (1986) juga menemukan adanya rambut putih di bagian muka Orangutan Sumatera dan tidak pernah dijumpai pada Orangutan Kalimantan. Selain itu Orangutan Sumatera biasanya memiliki rambut yang lebih lembut dan lemas, sedangkan Orangutan Kalimantan kasar dan jarang-jarang.
Gambar 1. Orangutan Sumatera (Pongo abelii).
Tahapan Perkembangan Orangutan Menurut Rijksen (1986) dalam Mapple (1980) tahapan perkembangan orangutan di alam dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan umur, seks, morfologi dan tingkah laku, seperti dijelaskan di bawah ini: a. Bayi (infant): kisaran umur 0-2,5 tahun, berat badan 2-6 kg. Lingkaran sekitar mata berwarna merah jambu terang, mempunyai rambut yang panjang dan
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
berdiri di sekitar wajah. Selalu berpegang pada induknya selama waktu perpindahan, kebutuhan makan sepenuhnya bergantung kepada induk dan tidur juga di sarang yang sama dengan induknya. b. Kanak-kanak (juvenile): kisaran umur sekitar 2,5-5 tahun, berat badang 6-15 kg. Ciri morfologi masih sama seperti bayi. Masih sering berpegang pada induknya, tetapi telah melakukan perjalanan pendek sendiri dalam pengawasan induknya, bermain sendiri atau dengan kawan sebayanya, awalnya masih tidur bersama induknya tetapi kemudian mulai membangun sarangnya sendiri dekat induknya, akhir dari tahapan ini terkadang si induk melahirkan bayi baru dan perhatiannya terhadap si kanak-kanak mulai semakin berkurang. c. Remaja (adolescent): kisaran umur 5-8 tahun, berat badan sekitar 15-30 kg. Rambut panjang dan berdiri masih terdapat di sekitar wajahnya, warna lingkaran sekitar mata berubah gelap, gigi berubah, jantan dan betina sulit dibedakan kecuali benar-benar diperhatikan daerah genitalianya. Sering berhubungan dengan induknya, berhubungan dengan golongan sebayanya, bermain bersama mereka dan bergerak bersama-sama dalam grup remaja, berhati-hati ketika bertemu orangutan dewasa, khususnya jantan dewasa, kadang-kadang masih melakukan pergerakan bersama induknya, mulai menunjukkan perilaku sosial, kematangan seksual betina sekitar 7 tahun. d. Jantan pra dewasa (sub adult): kisaran umur sekitar 8-13/15 tahun, berat badan 30-50 kg. Keseluruhan wajah gelap, bantalan pipi (cheek pads) dan kantong suara belum berkembang; janggut mulai tumbuh, rambut di sekitar wajah pendek dan tidak berdiri tetapi merata pada tulang dahi, kemaluan tampak
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
jelas. Tahap ini kematangan seksual dimulai dan berkelanjutan sampai individu tersebut mencapai kematangan seksual, menghindari pertemanan dengan jantan dewasa. e. Betina dewasa (adult female): kisaran umur di atas 8 tahun, berat badan 30-50 kg. Betina yang sudah tua memiliki jenggot, dan sulit dibedakan dengan jantan pra-dewasa jika tidak disertai dengan anaknya, puting susu membesar. Betina dewasa biasanya disertai anaknya. f. Jantan dewasa (adult male): kisaran umur di atas 13/15 tahun, berat badan 5090 kg. Besarnya luar biasa, karakteristik seksual sekunder berkembang maksimal, memiliki bantalan pipi, janggut, kantong suara dan rambut yang panjang. Matang secara seksual dan secara sosial, melakukan penjelajahan sendiri, bergerak dengan hati-hati, menyuarakan seruan panjang (long call).
Aktifitas Harian Orangutan Seperti daerah lainnya yang ada di Sumatera dan Kalimantan, orangutan dewasa di Suaq Balimbing menghabiskan banyak waktu aktifitas hariannya untuk makan (55%), beristirahat (25%), bergerak pindah (7%), membuat sarang (2%), dan aktifitas lainnya termasuk interaksi sosial (1%). Perbandingan relatif dari kedua aktifitas yang biasa dilakukan orangutan, makan dan istirahat, menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dengan waktu yang digunakan untuk makan jauh lebih banyak dibandingkan untuk beristirahat. Periode aktifitas harian rata-rata orangutan untuk semua kelas kematangan seks adalah 11,5 jam (Fox et al., 2004).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Untuk menganalisa pemanfaatan waktu oleh orangutan, Galdikas (1986) membuat catatan mengenai individu-individu sasaran ke dalam tujuh kategori utama aktifitas orangutan, yaitu: 1. Makan, meliputi semua waktu yang digunakan orangutan untuk persiapan, pemetikan, penggapaian, pengambilan, pengunyahan atau penelanan makanan, dan juga waktu untuk bergerak di dalam sumber makanan (pohon, tanaman menjalar atau pokok kayu yang mengandung rayap). Aktifitas selipan antara aktifitas-aktifitas utama tersebut (kurang dari 1-2 menit) misalnya berupa defekasi (buang hajat besar), urinasi (buang hajat kecil), menggaruk-garuk atau “bermain-main” dengan anggota badan, mulut atau gigi selama masih ada di dalam sumber makanan. 2. Berisitirahat, meliputi semua aktifitas yang berlangsung pada waktu orangutan relatif tidak bergerak, yaitu duduk, berdiri, atau tiduran pada cabang, di dalam sarang, atau pada permukaan tanah. Saling merawat, merawat diri sendiri, bermain dengan benda atau bahan, dan menggaruk-garuk badan, semuanya dimasukkan ke dalam kategori beristirahat (kecuali apabila menggaruk-garuk tersebut dilakukan sebagai aktifitas sisipan selama makan seperti disebutkan di atas). Sasaran yang berupa hewan jantan yang sedang menerima tanggapan kesediaan seks betina, dihitung sebagai “sedang beristirahat”, kecuali apabila ia bergerak pindah dari pohon, begitu pula betina sasaran yang memperlihatkan kesediaan seksnya tanpa merangsang tanggapan yang memperlihatkan kesediaan. 3. Bergerak pindah, meliputi semua waktu yang digunakan orangutan untuk bergerak pindah pada dasar hutan atau dari satu pohon ke pohon yang lain.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Orangutan bergerak pindah secara lamban dan tidak teratur. Setiap saat tidak bergerak antara aktifitas pergerakan yang lebih lama dari satu menit dihitung sebagai beristirahat. 4. Kopulasi, dimulai semenjak jantan mulai menempatkan betina pada posisi yang memungkinkan intromisi dan berakhir dengan ejakulasi atau perpisahan secara jelas/sempurna antara pasangan yang berkopulasi itu. 5. Mengeluarkan seruan panjang, dihitung semenjak jantan mengeluarkan geraman mula-mula sampai geraman yang terakhir. Pada umumnya, seruan panjang yang kurang dari ½ menit tidak dimasukkan dalam pemanfaatan waktu untuk kategori seruan panjang. 6. Agresi, terutama menyangkut pameran kemarahan terhadap pengamat, orangutan dan hewan lain, tetapi meliputi pula perkelahian, pengejaran dan pertempuran antara individu. Pameran kemarahan terdiri atas pengeluaran suara, pematahan atau pelemparan cabang dan menjatuhkannya, serta penumbangan pohon tua. Akan tetapi bilamana suatu pohon tua ditumbangkan bersama-sama dengan dikeluarkannya seruan panjang, tidak dimasukkan ke dalam perilaku agresi tetapi ke dalam kategori seruan panjang. 7. Bersarang, meliputi pematahan dan perlakuan cabang-cabang dan/atau tanaman untuk menyusun sarang untuk tidur, bangunan alas untuk tempat makanan atau pelindung tubuh di atas kepala untuk menahan hujan.
Daerah Jelajah Orangutan Daerah jelajah adalah suatu paham abstrak yang menyatakan jumlah gerakan pindah suatu hewan selama masa tertentu (Galdikas, 1986). Singleton dan
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Schaik (2001) menjelaskan bahwa ada dua alasan utama pentingnya informasi pola jelajah dan faktor-faktor yang menentukannya. Yang pertama, adalah membuat data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai organisasi sosial, khususnya bagi spesies soliter yang organisasi sosialnya tidak begitu nyata. Yang kedua, adanya indikasi mengenai kebutuhan ruang individu dan populasi, karena itu, sepanjang adanya informasi pola keruangan tentang kaitan genetik, akan memberikan alat-alat yang penting untuk manajemen konservasi. Dari hasil penelitian jangka panjang terhadap orangutan, secara umum ada tiga kelas kegiatan jelajahnya: (1) penetap, yang selama beberapa tahun berada dengan sebagian besar waktunya dalam satu tahun di satu daerah tertentu; (2) penglaju, yang secara teratur selama beberapa minggu atau beberapa bulan setiap tahun hidup ‘nomadis’; dan (3) pengembara, yang tidak pernah, atau sangat jarang (atau hanya sekali) kembali ke tempatnya yang semula dalam waktu paling sedikit tiga tahun. Orangutan penetap umumnya adalah minoritas dalam populasi yang diteliti. Di habitat kecil yang berkualitas tinggi, seluas sekitar 2 km2, mungkin ada satu atau dua jantan penetap dan sampai tiga ekor betina dewasa (dengan anakanaknya) yang berada dalam suatu komunitas yang paling sedikit berisi 30 individu. Bagi komunitas orangutan di Ketambe, yang menikmati habitat kecil berkualitas baik (seluas sekitar 1 km2) pada awal tahun 1970-an, persentase antara penetap, penglaju dan pengembara, beruturut-turut adalah 30%, 60%, dan 10%; dan penglaju merupakan bagian terbesar populasi. Namun suatu kajian terhadap laporan-laporan penelitian lapangan lainnya menunjukkan bahwa beberapa daerah tampaknya tidak terdapat orangutan penetap sama sekali (Meijard et al., 2001).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 1. Perbandingan data penjelajahan. Peneliti
Lokasi
Luas daerah penelitian (km2)
Horr 75 Mitani 82 Rodman 73 Suzuki 87 Galdikas 78 Rijksen 78 Schurmann 82 van Schaik 94
Ko Ko Ko Ko K S* S* S
24 3 3 50 20 1 5 3
Waktu (th)
Jum. Individu
1 1 1 5 3 3 4 2
27 >15 8 30 54 28 29 45
Penetap
Bukan penetap
Daerah jelajah jantan (km2)
Daerah jelajah betina (km2)
? 6 6 12 4? 5 8 8
>9 2 18 50? 23 17 37
5,2 1 4-8 6 6-10 >8 >5
0,6 1,5 0,5 0,6-3 2-6 1-3 >3 >3
Nama-nama dengan tanda (*) melakukan penelitian di Ketambe dalam Ekosistem Leuser, Aceh; (o) di Mentoko/Sangatta di Kutai, Kalimantan Timur; Galdikas di Suaka Margasatwa Tanjung Puting (Kalimantan Tengah); dan van Schaik di Suaq-Balimbing, Aceh bagian barat. Sumber: Meijard et al., 2001.
Penelitian jangka panjang mengenai interaksi sosial mengungkapkan bahwa orangutan penetap biasanya adalah yang berstatus sosial tinggi. Seekor orangutan penetap menempati habitat berkualitas tinggi, yang dalam kasus betina dewasa penetap bersama dengan yang lainnya, luasnya mungkin hanya 0,6-1 km2 (Tabel 1). Jantan dewasa penetap umumnya menjelajah daerah yang lebih luas, diduga untuk kepentingan sosial-reproduksi, tetapi daerah jelajahnya jarang melebihi 10 km2 di habitat yang berkualitas tinggi. Para penglaju menempati daerah yang jauh lebih luas, dan memanfaatkan lebih dari satu lokasi habitat utama yang berkualitas tinggi atau cukup tinggi. Jarak antara lokasi satu dengan lainnya mungkin cukup jauh, yaitu lebih dari 5 km, dan dipisahkan oleh hutan yang berkualitas lebih buruk atau sangat buruk, atau oleh daerah jelajah orangutan lainnya sehingga kehadiran penglaju ini tidak dapat diterima (Meijard et al., 2001). Pola pertumbuhan orangutan muda sering mengikuti urutan penetap dependen (selama tahap bayi dan anakannya), ke penglaju (sosial) selama masa remaja dan pradewasanya, dan akhirnya menjadi penetap (semi soliter) dalam
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
masa dewasanya, jika habitat dan status sosial individu memungkinkannya. Mungkin ada orangutan yang tetap menjadi penglaju dan menjadi pengembara selama masa dewasanya, jika status sosialnya tetap rendah (Meijard et al., 2001).
Gambar 2. Skema berbagai pola penjelajahan orangutan (Meijard et al., 2001).
Para pengembara tampaknya tidak memiliki daerah jelajah yang tetap sama sekali, tetap terus mengembara, menjelajah sampai jarak yang jauh, untuk mencari makanan dan mungkin juga untuk kawin. Pengembara mungkin (mencoba) bergabung selama beberapa waktu dengan kelompok penglaju. Karena semua pengembara tampaknya adalah jantan dewasa atau pradewasa, mereka ini diduga telah gagal diterima oleh kelompok penglaju dan penetap, atau bahkan diusir. Dari hasil penelitian struktur komunitas orangutan, mungkin sekitar 20% dari seluruh orangutan akan bernasib menjadi pengembara (Meijard et al., 2001).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daerah Jelajah Orangutan Daerah jejalah orangutan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mapple (1980) menjelaskan ketersediaan makanan merupakan hal yang paling menentukan
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
ukuran daerah jelajah orangutan. Hal ini mungkin dikarenakan orangutan bersifat frugivora (Galdikas, 1986). Pola makan ini sangat mempengaruhi kondisi biologis dan cara hidup orangutan. Oleh karena itu, distribusi jumlah dan kualitas makanannya menurut waktu dan tempat tertentu merupakan faktor penentu utama perilaku pergerakan (Meijard et al., 2001). Di habitat yang berkualitas baik, antara 57% (jantan) dan 80% (betina) waktu makannya dihabiskan untuk memakan buah-buahan. Walaupun ada sekitar 200 jenis buah yang dimakan, beberapa jenis buah tertentu ternyata jauh lebih tinggi dalam komposisi makanan orangutan. Buah-buahan ini berdaging lembek, berbiji, termasuk buah berbiji tunggal dan buah beri. Orangutan juga lebih menyukai pohon-pohon yang berbuah lebat. Selain buah, orangutan juga memakan daun (termasuk tunas muda dan tangkai), serangga (semut, rayap, belalang, jangkrik, kutu, dan lain-lain.), lapisan di bawah kulit pohon tertentu (khususnya Ficus dan pohon lainnya dari suku Moraceae, misalnya Payena spp.), bunga, telur burung, vertebrata kecil (tokek, tupai, dan kukang), dan madu (Meijard et al., 2001). Buah merupakan sumber makanan yang tersebar dalam ruang yang terbatas dan hanya teredia untuk sementara. Oleh karena itu, hewan frugivora harus menyesuaikan keputusan jelajahnya dalam kaitannya dengan distribusi buah (Yamagiwa dan Mwanza, 1994 dalam Parsons, 1999). Dalam penelitian yang dilakukan Parsons (1999), orangutan jantan hanya melakukan perjalanan singkat pada hari-hari makanan berlimpah, orangutan juga berkecenderungan melakukan perjalanan dengan lambat dan jelajah harian yang lebih singkat. Hal ini mungkin dapat dimengerti sebagai dua hal, yaitu: orangutan jantan mungkin mengurangi
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
pergerakannya ketika buah yang menjadi makanannya berlimpah dan tidak perlu berpindah lebih jauh untuk mendapatkan sumber makanan atau alternatif lainnya, orangutan jantan meningkatkan pergerakannya ketika kelimpahan buah sangat sedikit dengan maksud mencari sumber makanannya. Selain makanan, daerah jelajah orangutan juga dipengaruhi oleh perilaku sosial (Parsons, 1999). Orangutan memperlihatkan banyak variasi ekologi dan sosial individualnya karena perbedaan seks, umur, kondisi reproduksi, status sosial dan juga keterampilannya (Meijard et al., 2001). Orangutan betina bersifat soliter dan menggunakan sebuah daerah jelajah yang terkadang tumpang tindih dengan daerah jelajah betina lainnya (Parsons, 1999). Orangutan jantan juga soliter, tetapi mereka memiliki daerah jelajah yang lebih luas yang berkaitan dengan beberapa daerah jelajah betina (Rijksen, 1975 dalam Parsons, 1999). Orangutan pada umumnya memiliki tiga kelas kegiatan jelajah, yaitu: penetap, penglaju, dan pengembara (Meijard, 2001). Penelitian jangka panjang mengenai interaksi sosial mengungkapkan bahwa orangutan penetap biasanya adalah yang berstatus sosial tinggi. Jantan dewasa penetap umumnya menjelajah daerah yang lebih luas, diduga untuk kepentingan sosial-reproduksi, tetapi daerah jelajahnya jarang melebihi 10 km2 di habitat yang berkualitas tinggi. Para penglaju menempati daerah yang jauh lebih luas, dan memanfaatkan lebih dari satu lokasi habitat utama yang berkualitas tinggi atau cukup tinggi. Jarak antara lokasi satu dengan lainnya mungkin cukup jauh, yaitu lebih dari 5 km, dan dipisahkan oleh hutan yang berkualitas lebih buruk atau sangat buruk, atau oleh daerah jelajah orangutan lainnya sehingga kehadiran penglaju ini tidak dapat diterima (Meijard et al., 2001).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Orangutan jantan memerlukan sikap tegas dan berani untuk mendapatkan statusnya sebagai penetap. Jantan dewasa penetap biasanya berstatus tinggi dalam hal dominasinya dibandingkan dengan jantan lainnya, dan kelihatannya ada kompetisi (meskipun lebih banyak tersembunyi) di antara jantan dewasa penglaju dan pradewasa calon penetap (dan/atau pengembara) yang berlangsung terusmenerus untuk memperoleh status. Jadi, status jantan dewasa penetap akan terkait dengan suatu kawasan yang meliputi habitat kecil yang berkualitas lebih baik daripada habitat lain di sekitarnya yang mencakup daerah jelajah untuk paling sedikit lima ekor penetap (Meijard et al., 2001). Yang menarik perhatian, orangutan betina tampaknya berperan aktif dalam dinamika status sosial di antara jantan dewasa penetap di daerah tersebut (Utami dan Mitrasetia, 1995 dalam Meijard et al., 2001). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, salah satu yang mempengaruhi perilaku sosial orangutan dikarenakan adanya perbedaan kondisi reproduksi (Meijard et al., 2001), seperti yang terlihat pada Gambar 2. Van Hooff (1995) dalam Meijard (2001) menjelaskan bahwa struktur sosial-ekologi orangutan terutama ditentukan oleh kepentingan reproduksi betina. Karena orangutan bukan hewan yang hidup dalam kelompok, masalah yang mula-mula menghadapi suatu individu dalam hal reproduksi ialah justru menemukan pasangan jenis kelaminnya. Masalah utama bagi jantan untuk mencapai reproduksi yang berhasil ialah menemukan atau menarik betina yang birahi. Jantan dewasa menunjukkan dua pola untuk mendapatkan betina. Jantan tertentu tetap tinggal pada daerah jelajahnya yang terbatas selama beberapa tahun, sedang yang lain agaknya mengembara lebih jauh tanpa tinggal terlalu lama pada suatu daerah jelajah
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
tertentu. Sedangkan orangutan betina tidak meninggalkan daerah jelajah umum induknya untuk kawin (Galdikas, 1986).
Kualitas makanan Bergizi
Jumlah makanan Cukup ?
EKOLOGI
Lokasi makanan Dimana ?
Ketersediaan makanan musiman Kapan ?
Siapa yang kuinginkan? Siapa yang bersedia?
Reproduksi
SOSIAL/SEKSUAL Bisakah aku pergi ke tempat yang kuinginkan? Siapa yang kutakuti?
Status Sosial
Gambar 3. Kondisi yang mempengaruhi kebutuhan untuk menjelajah (Meijard et al., 2001).
Selain status sosial dan reproduksi, Parsons (1999) menyatakan bahwa seruan panjang orangutan jantan dewasa merupakan faktor potensial yang dapat mempengaruhi perilaku jelajah. Seruan panjang adalah suara orangutan yang paling sering dikeluarkan dan satu-satunya suara yang secara tetap dapat terdengar dari jarak-jarak yang jauh. Seruan berfungsi untuk merangsang perilaku seks pada betina, dan kenyataan bahwa orangutan jantan dewasa selalu mengawali kopulasi dengan mengeluarkan seruan atau menggeram, menandakan bahwa pengeluaran
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
seruan tersebut memegang peranan penting penting dalam reproduksi. Seruan panjang juga menjadi sarana untuk menyatakan hubungan kekuasan antara jantanjantan dewasa yang jarang bertemu satu dengan lainnya (Galdikas, 1986). Meijard et al. (2001) menjelaskan seruan panjang orangutan jantan (keras dan berkepanjangan) jelas menunjukkan sifat percaya diri yang kuat, tetapi mungkin pada awalnya merupakan suatu indikasi untuik melindungi dan menunjukkan keinginan
untuk
mengawini
betina-betina
(penglaju),
daripada
untuk
menunjukkan minat seksual terhadap betina-betina penetap, atau merupakan ancaman bagi jantan pesaing. Seruan panjang ini juga mungkin mempunyai fungsi lain untuk mengumumkan ketersediaan makanan, meskipun kemungkinan isi pesan berbagai jeritan keras orangutan masih belum banyak diketahui.
Sistem Informasi Geografis Teknologi yang ada saat ini telah berkembang di berbagai bidang, khususnya di bidang komputer grafik, basis data, teknologi informasi, dan teknologi satelit penginderaan jarak jauh. Kondisi seperti ini menjadikan kebutuhan mengenai penyimpanan, analisa dan penyajian data yang berstruktur kompleks dengan jumlah besar semakin mendesak. Dengan demikian, untuk mengelola data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang secara terintegrasi mampu mengolah baik data spasial maupun data atribut secara efektif dan efisien, serta mampu menjawab dengan baik pertanyaan spasial maupun atribut secara simultan (Prahasta, 2005). Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu solusi untuk masalah tersebut. SIG menjadi suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial (grafis) (Prahasta, 2005). Lebih lanjut Nuarsa (2005) juga mengatakan bahwa SIG merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis.
Definisi Sistem Informasi Geografis Sistem informasi geografis hingga saat ini belum memiliki definisi baku yang disepakati bersama. Sebagian besar definisi yang diberikan di dalam berbagai pustaka masih bersifat umum, belum lengkap, tidak presisi, dan bersifat elastik hingga sering kali agak sulit untuk membedakannya dengan sistem-sistem informasi lainnya (Prahasta, 2005). Definisi sistem informasi geografis (SIG) selalu berkembang, bertambah dan bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang beredar. Selain itu, SIG juga merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat (Prahasta, 2005). Dikarenakan begitu banyaknya definisi yang berkembang, maka digunakan salah satu definisi yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu definisi dari ESRI (Environmental Service Researcd Institute) yang mendefinisikan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, memperbaharui (update), memanipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Ekstensi Animal Movement Analyst dalam Aplikasi SIG Ekstensi Animal Movement Analyst (dikembangkan oleh Badan Survei Geologi Amerika Serikat/USGS untuk mempelajari pola migrasi dan pergerakan satwa), telah digunakan untuk memperhitungkan dan memetakan daerah jelajah jantan dan betina, derajat tumpang tindih daerah jelajah, dan luas penggunaan habitat. Ekstensi Animal Movement Analyst, bekerja sama dengan ekstensi ArcView Spatial Analyst, bekerja dalam berbagai sistem proyeksi, menggunakan rekaman data yang terpilih (dapat menggunakan query atau pemilihan), dan terintegrasi dengan banyak tipe data spasial (ESRI, 2007). Hooge dan Eichenlaub (1997) menjelaskan bahwa ekstensi Animal Movement Analyst juga dipergunakan untuk menganalisa fenomena berupa titik dan fungsi-fungsi yang ada dapat digunakan untuk banyak tipe penggunaan sistem informasi geografis. Kebanyakan fungsi-fungsi yang ada bekerja pada tema-tema (themes) berupa titik, yang mana dapat diciptakan dengan berbagai metode yang dapat digunakan oleh ArcView. Data dapat memiliki berbagai jumlah atribut yang dapat digunakan dalam beberapa fungsi (sesuai dengan fungsi standar ArcView) (Hooge dan Eichenlaub, 1997). Ada dua metode utama dalam menentukan poligon daerah jelajah (Bajjali, 2006), yaitu: 1. Metode Minimum Convex Polygon (MCP) Metode Minimum Convex Polygon (MCP) adalah poligon terkecil (convex) yang mencakup semua titik-titik yang dikunjungi oleh kelompok satwa. Umumnya metode ini juga mencakup sebagian besar ruang kosong yang tidak pernah dikunjungi oleh satwa, seperti tampak pada Gambar 3.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
2. Metode Kernel Home Range Metode Kernel Home Range merupakan metode yang populer dalam menduga daerah jelajah, tetapi ukuran sampel dan tingkat akurasinya masih belum diketahui. Tingkat pendugaan daerah jelajah dihasilkan oleh kernel yang telah ditetapkan dan yang dapat disesuaikan (Gambar5), menggunakan ‘referensi’ dan metode least square cross validation (LSCV) untuk menentukan tingkat kehalusan poligon (Gambar 4). Simulasi daerah jelajah bervarisasi mulai dari bentuk yang sederhana hingga yang kompleks, dibentuk distribusi normal campuran.
Gambar 4. Poligon MCP (Hooge dan Eichenlaub, 1997).
Gambar 5. Poligon kernel dengan tingkat kemungkinan 50%, 75% dan 90% (Hooge dan Eichenlaub, 1997).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 6. Poligon kernel menggunakan LSCV (Hooge dan Eichenlaub, 1997).
Metode Kernel Home Range lebih kompleks dari metode Minimum Convex Polygon (MCP). Metode ini menghitung besaran setiap unit daerah dari titik-titik tanda menggunakan fungsi kernel menyesuaikan kehalusan permukaan setiap titik. Nilai tertinggi terdapat di lokasi titik tersebut berada dan semakin berkurang jika jarak dari titik tersebut semakin jauh, nilainya akan menjadi 0 pada jarak radius pencarian dari titik tersebut (Bajjali, 2006). Hasil yang diperoleh dari metode ini, yaitu: sebuah gambaran distribusi penggunaan (Utilization Distribution) berupa grid, sebuah poligon shapefile yang mencakup poligon setiap kemungkinan yang dipilih, sebuah tabel atribut yang mencakup kemungkinan dan data lapangan untuk setiap poligon, dan sebuah kotak pesan yang menyajikan perhitungan setiap kemungkinan. Perlu diketahui yaitu tingkat kemungkinan awal dengan menggunakan metode ini adalah 50% dan 95%, dan tampilan tema harus diperbesar secukupnya hingga daerah dengan kemungkinan terbesar dapat terlihat untuk membentuk poligon (95% dan lainlain.) (Hooge dan Eichenlaub, 1997).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai dengan selesai. Sedangkan penelitian lapangan akan dilaksanakan dari bulan Juni-Agustus 2008. Lokasi penelitian dilakukan di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bohorok Taman Nasional Gunung Leuser.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: -
Peta Studi Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
-
Perangkat komputer dengan aplikasi ArcView 3.2
-
Global Positioning System (GPS) Garmin 60CSx
-
Kamera digital
-
Binokular
-
Jam tangan digital
-
Clinometer
-
Kompas
-
Alat tulis menulis
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Metode Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer yang dikumpulkan berdasarkan hasil observasi di lapangan yang dicatat dalam tabulasi data. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku teks, artikel, jurnal, laporan dan sumber-sumber pustaka lainnya.
Pencarian (searching) Orangutan Pencarian dilakukan dengan menelusuri jalan-jalan setapak yang ada di kawasan penelitian dan penelusuran diarahkan ke daerah-daerah jelajah inti dan daerah-daerah sumber pakan yang diperkirakan adanya kehadiran orangutan di tempat tersebut. Daerah yang dipilih tersebut memiliki sifat-sifat sebagai berikut (mengacu pada Galdikas, 1986): -
Seluruh daerah jelajah dari sekurang-kurangnya beberapa orangutan taraf dewasa baik jantan maupun betina termasuk dalam daerah inti;
-
Suatu contoh populasi orangutan yang representatif terdapat dalam daerah penelitian itu, yang memungkinkan untuk mengamati interaksi berbagai individu dari berbagai golongon umur/jenis kelamin yang ada. Dalam penelitian ini yang diamati hanya orangutan jantan dan betina yang sudah masuk dalam taraf dewasa (adult dan subadult). Selama pencarian, diperhatikan beberapa hal sebagai indikasi adanya
orangutan, seperti pergerakan pohon, vokalisasi (seruan panjang atau long call,
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
kiss queek, dan lain-lain.), memperhatikan buah-buah yang jatuh serta bau urin dan kotoran orangutan.
Pengamatan Perilaku Harian Orangutan Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk mengetahui perilaku harian orangutan adalah focal animal sampling (Altman, 1974 dalam Drickamer et al., 2002). Focal animal sampling merupakan metode yang dilakukan dengan mencatat semua kegiatan dan interaksi suatu satwa selama periode waktu yang telah ditentukan. Dengan menggunakan metode ini, memungkinkan bagi seorang pengamat untuk dapat mengamati satwa dalam jumlah yang besar, dan mencatat perilaku setiap satwa untuk periode waktu yang singkat (misalnya 5 atau 10 menit per satwa), atau pengamat mungkin hanya merekam beberapa satwa fokal, yang diamati dengan periode waktu yang lebih panjang (beberapa jam per satwa). Dalam penelitian ini juga digunakan metode ad libitum sampling, yaitu mengamati satu individu orangutan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak secara sistematis terdapat pada interval waktu pengamatan. Data yang dicatat untuk perilaku harian terhadap orangutan dewasa tersebut dilakukan sesuai dengan batas yang telah ditentukan, yaitu: 1. Bergerak pindah atau Moving (M): yaitu kegiatan bergerak biasanya diantara pohon yang berlangsung lebih dari 5 detik dan tidak sedang makan. Kegiatan ini terbagi menjadi berjalan dengan tangan dan kaki (Mq), berjalan bergantung pada tangan saja atau berayun-ayun dari satu cabang pohon ke pohon lain
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
(Mb), berjalan dengan memanjat (Mc), berjalan melalui menggoyangkan pohon atau membengkokkan pohon (Mt). 2. Istirahat atau Resting (R): termasuk kegiatan duduk atau tidur dalam sarang (Rs). 3. Makan atau Feeding (F): termasuk mengambil, mengerjakan makanan sebelum masuk ke dalam mulut. Kegiatan ini terbagi menjadi makan buah (Ffr) catat buah matang (M) dan mentah (m) di kolom item, makan biji (Fsd) catat buah matang (M) dan mentah (m) di kolom item, makan bunga (Fft), makan daun muda (Fyl), makan daun tua (Flv), makan bahan tumbuhan lain seperti anggrek, lumut, dan lain sebagainya (Fveg), makan serangga termasuk rayap (Fins), makan kulit kayu (Fbk), makan yang lain, misalnya: tanah (Foth), minum air dan catat caranya (Fw), hanya untuk anak (infant/bayi) yang masih menyusui atau pura-pura makan dan catat item makanan (TF). 4. Membuat sarang atau Nesting (N): yaitu seluruh waktu yang digunakan individu target dalam membuat sarang, yaitu mematahkan daun/dahan, membawa dan menyusun daun/dahan sampai menjadi bentuk sarang. Perilaku bersarang, seperti ‘nyeletok’, dan lain sebagainya. 5. Sosial atau Social (Soc): yaitu interaksi sosial, yang terbagi menjadi kategori bermain sosial termasuk bergulat (SP), bermain sendiri atau main-main sambil bergerak (agak cepat, sering diulang yang sama, dan biasanya tidak pergi kemana-mana) (APO), bermain sendiri termasuk main-main dengan objek (cabang, makanan) (APM).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Dalam melakukan pengamatan perilaku harian orangutan dicatat posisi orangutan fokal setiap 30 menit. Data posisi orangutan fokal direkam menggunakan global positioning system (GPS). Perekaman data posisi orangutan fokal dilakukan selama mengikuti orangutan fokal mulai dari keluar sarang pagi hingga membuat sarang malam.
Analisa Data Data posisi orangutan yang dikumpulkan dari hasil pengamatan perilaku harian orangutan dianalisa dengan menggunakan tools Animal Movement ArcView Analisys Extensions 2.0 (AMAE 2.0) yang terintegrasi dengan aplikasi sistem informasi geografis ArcView 3.2. Metode yang digunakan yaitu Minimum Convex Polygon (MCP) dan Kernel Home Range, yang terdapat dalam AMAE 2.0.
1. Metode Minimum Convex Polygon (MCP) Metode Minimum Convex Polygon (MCP) adalah metode yang menghasilkan poligon terkecil (convex) yang mencakup semua titik-titik yang dikunjungi oleh kelompok satwa. Umumnya metode ini juga mencakup sebagaian besar ruang kosong yang tidak pernah dikunjungi oleh satwa.
2. Metode Kernel Home Range Metode Kernel Home Range merupakan metode yang populer dalam menduga daerah jelajah, tetapi ukuran sample dan tingkat akurasinya masih belum diketahui. Tingkat pendugaan daerah jelajah dihasilkan oleh kernel yang telah ditetapkan dan yang dapat disesuaikan, menggunakan ‘referensi’
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
dan metode least square cross validation (LSCV) untuk menentukan tingkat kehalusan poligon. Simulasi daerah jelajah bervarisasi mulai dari bentuk yang sederhana hingga yang kompleks, dibentuk distribusi normal campuran.
Tumpang Susun (Overlay) Peta Peta daerah jelajah orangutan sumatera yang dihasilkan dengan menggunakan metode Minimum Convex Polygon (MCP) dan Kernel, selanjutnya masing-masing ditumpangsusunkan terhadap peta kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Bohorok Bukit Lawang. Dalam menumpangsusun masing-masing peta akan digunakan ekstensi Geoprocessing. Dimana dengan menggunakan ekstensi tersebut dapat dihasilkan data baru melalui manipulasi theme pada view. Metode tumpangsusun yang digunakan yaitu intersect two themes (interseksi dua theme). Dengan menggunakan fasilitas tersebut, tumpangsusun dua peta atau lebih dengan batas daerah yang sama dapat dilakukan. Dimana atribut peta hasil interseksi tersebut akan saling berinteraksi.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak, Luas dan Iklim Kecamatan Bohorok secara geografis terletak pada posisi koordinat 03o-11o Lintang Utara dan 59o-78o Bujur Timur, serta berada 75 km dari Stabat ibu kota Kabupaten Langkat. Suhu minimal dan maksimal di daerah ini adalah 24-34oC, dengan suhu rata-rata harian 27oC. Luas wilayah kecamatan ini adalah 955,10 km2. Adapun batas wilayah kecamatan ini: -
Sebelah Utara dengan Kecamatan Padang Tualang
-
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo
-
Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara
-
Sebelah Timur dengan Kecamatan Salapian
Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok Keberadaan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok merupakan salah satu upaya pemerintah dan pemerhati orangutan dalam upaya penyelamatan Orangutan Sumatera dari perburuan, perdagangan, dan hidup di luar habitat alaminya. Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) sebelumnya merupakan Pusat Rehabilitasi Orangutan yang didirikan sejak tahun 1973 dan diprakarsai oleh World Wild Fund for Nature (WWF) dan perkumpulan Ilmu Hewan Frankfurt Jerman (FZS). Orangutan yang diterima oleh Balai Besar TNGL hingga saat ini sebanyak 229 ekor. Orangutan tersebut diterima dari berbagai daerah, antara lain Singkil, Banda Aceh, Aceh Selatan, Langkat, Medan, Tanah Karo,
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Riau, Lubuk Pakam, Kalimantan, Kuala Simpang, Sibolga, Aceh Tenggara, Aceh Timur, dan dari berbagai instansi pemerintah. Pengambilan atau penyerahan orangutan dari masyarakat ke Pusat Rehabilitasi diperoleh secara sukarela oleh pihak yang memelihara dan juga melalui hasil sitaan secara paksa. Dari 229 ekor orangutan yang telah diterima oleh Balai Besar TNGL, sejumlah 200 ekor orangutan yang memiliki data lengkap (umur, jenis kelamin, dan tanggal lahir). Sementara 29 ekor lainnya tidak didukung oleh data yang lengkap. Namun demikian, seluruh orangutan ini telah diberi nama untuk identifikasi individu (seperti Jekie, Pesek, Cepi, Fitri, Sasa, dan seterusnya). Sejak tahun 1973 sampai sekarang, jumlah orangutan yang mati dalam proses rehabilitasi sebanyak 52 ekor. Kematian ini antara lain disebabkan oleh penyakit, dimakan harimau, hanyut di sungai, abortus, terkena sengatan listrik, dan lainnya. Beberapa penyakit yang mengakibatkan kematian antara lain jantung, paru-paru, diare, hepatitis, dan bakteri ecoli. Sesuai dengan tujuan rehabilitasi orangutan, sejumlah 25 ekor orangutan telah berhasil diliarkan kembali ke habitatnya, dan 134 ekor liar sendiri. Beberapa lokasi tempat pelepasliaran orangutan adalah Sungai Bohorok, Sungai Musam, Sungai Landak, Sungai Jambur Batang, dan Sungai Kerapuh. Sejak tahun 1998, tercatat beberapa ekor orangutan telah mempunyai keturunan baru selama di Pusat Rehabilitasi. Jumlah anak orangutan yang lahir sampai saat ini adalah 26 ekor. Dari 26 ekor ini sebanyak 9 ekor tetap bersama induknya, 8 ekor mati, 4 ekor anak orangutan liar, dan 7 ekor anak orangutan misterius. Pencatat seluruh populasi dan perkembangannya secara rutin masih
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
dilakukan. Menurut data pada bulan Maret 2005 di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera tercatat 24 ekor Orangutan yang masih rutin datang ke feeding site pada saat jam pemberian makan. Sementara 2 ekor lainnya (Sasa dan Muni) harus dikandangkan (karantina) karena perilakunya yang dianggap membahayakan manusia. Namun, saat ini hanya Sasa yang masih di kandangkan dan sesekali dilepaskan ke hutan. Selain orangutan hasil sitaan dan pemberian secara sukarela dari masyarakat, di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera juga terdapat populasi orangutan asli yang sejak dulunya telah ada di lokasi tersebut. Namun sejak ramainya kunjungan wisata ke kawasan ini, orangutan tersebut mulai bermigrasi lebih jauh ke dalam kawasan hutan dan tidak diketahui berapa jumlah populasinya. Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 280/KptsII/1995 tentang Pedoman Rehabiltasi Orangutan dan adanya kerjasama dengan Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP), maka Pusat Rehabilitasi Orangutan Bohorok tidak lagi menerima orangutan hasil sitaan/pemberian sukarela untuk direhabilitasi. Pusat Rehabilitasi Orangutan Bohorok saat ini sudah beralih status menjadi Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok, dimana aktifitas utama yang ditawarkan adalah pengamatan orangutan dan satwa liar lainnya.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Orangutan Pengamatan orangutan dilakukan selama dua bulan yaitu Juli hingga Agustus 2008 yang dilaksanakan di kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok. Pengamatan dimulai dari pukul 5.30 sampai 18.30 setiap hari selama 42 hari pengamatan. Selama pengamatan hanya mengikuti satu orangutan betina dewasa dan satu orangutan jantan dewasa. Pada bulan pertama pengamatan fokal yang diamati adalah orangutan betina dewasa bernama Minah yang diperkirakan berumur sekitar 31 tahun dan saat pengamatan fokal selalu menggendong bayinya Chaterine yang berumur 3 bulan. Fokal Minah merupakan orangutan semi liar hasil rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan Sumatera Bohorok yang sekarang statusnya menjadi Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok. Lama pengamatan terhadap fokal Minah yaitu 9.290 menit atau 15 hari pengamatan penuh. Selama pengamatan sering dijumpai kehadiran orangutan Juni anak kedua fokal Minah yang diperkirakan berumur sekitar 6 tahun dan mulai hidup mandiri. Sedangkan pada bulan kedua pengamatan, fokal yang diamati adalah orangutan jantan dewasa yang diidentifikasi sebagai Jenggot. Orangutan tersebut merupakan orangutan liar dan belum pernah ada data penelitian yang mencatat kehadiran orangutan tersebut di sekitar kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bohorok. Untuk memudahkan pengamatan maka orangutan jantan dewasa tersebut diidentifikasi sebagai Jenggot dikarenakan fokal memiliki jenggot yang panjang. Fokal Jenggot diperkirakan berumur sekitar 28 tahun dengan
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
bantalan pipi (check pad) dan kantong suara fokal terlihat jelas, namun bantalan pipi fokal belum tumbuh sempurna. Lama pengamatan yang dijalani terhadap fokal Jenggot yaitu 8.022 menit atau 15 hari pengamatan. Hampir seluruh waktu pengamatan yang dijalani untuk pengamatan fokal Jenggot termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, namun dalam suatu hari pengamatan fokal pernah memasuki perbatasan kebun karet masyarakat dengan Taman Nasional Gunung Leuser.
Karakteristik Orangutan Fokal 1. Betina Dewasa (adult female) Orangutan betina dewasa yang diamati yaitu Minah yang berusia sekitar 31 tahun dan memiliki bayi berumur sekitar 3 bulan bernama Chaterine yang merupakan anak ketiga Minah. Secara umum karakteristik fisik fokal Minah tidak jauh berbeda dengan kebanyakan orangutan betina dewasa lainnya. Minah memiliki tinggi badan sekitar 1,2-1,4 meter dengan berat badan diperkirakan mencapai 45-55 kg. Ciri fisik khusus yang menjadi pengenal fokal Minah yaitu terdapat bekas luka di bagian wajah pelipis kiri. Berdasarkan penjelasan petugas TNGL, luka tersebut dikarenakan fokal Minah pernah dilukai dengan senjata tajam oleh pemandu wisata yang sedang memandu wisatawan asing yang melakukan tracking. Fokal Minah merupakan orangutan semi liar hasil rehabilitasi. Fokal Minah cenderung terbiasa dengan kehadiran manusia. Bahkan, fokal Minah termasuk orangutan yang sering kontak atau berjumpa dengan manusia. Hal ini dikarenakan daerah jelajah yang sering dilalui fokal Minah merupakan kawasan
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
wisata jelajah hutan (tracking) yang sering dilalui oleh wisatawan mancanegara terutama pada bulan Juli-Agustus. Selama pengamatan fokal Minah sering mengikuti kelompok wisatawan tracking. Perilaku tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya jelajah harian fokal Minah dibandingkan fokal Jenggot. Fokal Minah juga sering melakukan aktifitas bergerak pindah menyusuri permukaan tanah.
Gambar 7. Fokal Minah dan bayi orangutan Chaterine.
2. Jantan Dewasa (adult male) Orangutan jantan dewasa yang menjadi fokal yaitu Jenggot. Fokal Jenggot memiliki ciri karakteristik yang biasa seperti orangutan lainnya. Berdasarkan kenampakan secara umum, fokal Jenggot diperkirakan memiliki tinggi badan sekitar 1,3-1,5 m dan berat badan mencapai 65-75 kg. Umur fokal Jenggot diperkirakan sekitar 28-30 tahun dan telah memasuki taraf dewasa. Fokal Jenggot memiliki bantalan pipi (check pad) yang belum tumbuh sempurna yang
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
merupakan indikator untuk memperkiraan umur fokal. Fokal Jenggot merupakan orangutan liar yang pada dasarnya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bergerak di antara cabang-cabang pohon yang rapat daripada bergerak menyusuri permukaan tanah. Fokal Jenggot juga tidak terbiasa dengan kehadiran manusia. Perilaku tersebut diindikasikan dengan kebiasaan fokal Jenggot yang cenderung menghindar jika merasakan kehadiran manusia.
Gambar 8. Fokal Jenggot.
Seperti orangutan jantan dewasa lainnya, fokal Jenggot juga memiliki kantong suara yang biasa digunakan untuk melakukan berbagai komunikasi dan salah satunya adalah seruang panjang (long calls) yang mampu mencapai radius 1 km dari pusat seruan. Seruan panjang oleh Jenggot biasanya terjadi apabila fokal merasakan kehadiran atau menjumpai orangutan jantan dewasa lain yang mungkin menjadi kompetitor dalam usaha reproduksi. Kebiasaan mengeluarkan seruan panjang juga sering terjadi pada saat fokal telah menjatuhkan pohon mati yang
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
dijumpai fokal di sepanjang jalur penjelajahannnya. Pada saat-saat tertentu juga dijumpai fokal mengeluarkan seruang panjang pada saat berjumpa dan mendekati orangutan betina dewasa lainnya yang diperkirakan sebagai seruan untuk menunjukkan kekuasaan atau ketertarikan reproduksi. Selama pengamatan fokal Jenggot sering dijumpai mengikuti orangutan betina dewasa Suma (Gambar 8).
Gambar 9. Orangutan betina dewasa Suma.
Aktifitas Harian Orangutan Fokal Aktifitas harian orangutan fokal meliputi bergerak pindah (moving), makan (feeding), istirahat (resting), bersarang (nesting) dan sosial (social). Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata waktu aktifitas harian fokal Minah adalah 619,33 menit/hari dan fokal Jenggot adalah 534,8 menit/hari. Variasi pemanfaatan waktu aktifitas harian fokal Minah dan Jenggot dikarenakan berbagai faktor, yaitu: ketersediaan pakan, perilaku sosial, dan seruan panjang yang dikeluarkan orangutan jantan dewasa. Selain itu, lama pengamatan terhadap fokal juga menjadi salah satu faktor adanya perbedaan rata-rata waktu aktifitas harian fokal.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Ketersediaan pakan merupakan faktor yang paling mempengaruhi pola aktifitas harian orangutan dibandingkan kedua faktor lainnya. Orangutan fokal memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk mencari makan yang juga turut mempengaruhi jelajah hariannya. Orangutan yang merupakan frugivora (Galdikas, 1986), akan menghabiskan sebagian besar aktifitas hariannya untuk mencari buah yang disukai. Pada saat musim berbuah lebat, orangutan cenderung menjelajah lebih singkat dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk makan. Sedangkan saat musim berbuah jarang, aktifitas jelajah harian akan lebih banyak dihabiskan untuk bergerak pindah mencari sumber pakan yang dibutuhkan. Variasi pemanfaatan waktu aktifitas harian akibat perilaku sosial dapat dijelaskan melalui kondisi umur dan jenis kelamin orangutan. Kehadiran orangutan yang lebih tua dan dominan cenderung mempengaruhi aktifitas orangutan yang lebih muda. Fokal Minah sering dijumpai menghindari keberadaan orangutan Suma yang lebih tua (berumur sekitar 32 tahun) dan Fokal Minah juga menghindari keberadaan orangutan jantan dewasa seperti fokal Jenggot. Perilaku tersebut dikarenakan fokal Minah memiliki bayi orangutan dan berusaha melindunginya dari berbagai gangguan, seperti perampasan bayi oleh orangutan betina dewasa lain dan ancaman pembunuhan oleh orangutan jantan dewasa (Parsons, 1999). Seruan panjang oleh jantan dewasa juga dapat mempengaruhi aktifitas orangutan lainnya. Fokal Minah terkadang akan menghentikan aktifitas makannya di suatu pohon dan berpindah ke pohon lainnya ketika mendengar seruan panjang dari jantan dewasa yang berjarak sekitar kurang dari 50 meter dari fokal.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Lama Aktivitas (menit)
6000
5596
Minah
Jenggot
5000 3874
4000 3262 3000 2000
1530
1404 758
1000
516 244 128
0
0 Gerak Pindah
Makan
Istirahat Aktivitas Harian
Bersarang
Sosial
Gambar 10. Variasi pemanfaatan waktu aktifitas harian fokal.
Tabel 2. Pemanfaatan waktu aktifitas harian fokal. Aktifitas Harian (menit) Gerak Istirahat Bersarang Sosial Pindah M J M J M J M J
Hari Pengamatan
M
J
1
116
146
110
314
78
40
2
16
46
0
352
516
967,98
443,76
2
116
286
244
436
204
40
16
12
32
0
612
774
2.027,25
712,31
3
100
182
302
458
246
98
12
12
24
0
684
750
2.113,70
898,82
4
64
200
482
116
104
28
32
8
20
0
702
352
479,42
498,14
5
96
260
374
394
88
62
22
12
0
0
580
728
565,97
751,49
6
118
240
358
340
114
46
10
10
44
0
644
636
1.105,80
939,77
7
160
252
252
250
174
46
18
2
44
0
648
550
1.125,70
933,83
8
52
106
434
150
112
26
8
4
0
0
606
286
914,37
356,14
9
88
104
418
54
66
6
22
8
52
0
646
172
522,12
138,48
10
56
214
510
402
38
8
14
12
4
0
622
636
396,08
193,59
11
110
250
444
236
42
96
26
10
34
0
656
592
424,73 1.216,03
12
94
320
446
232
60
64
24
12
60
0
684
628
438,01
778,50
13
64
374
444
54
76
70
8
0
82
0
674
498
1.291,50
516,59
14
68
108
376
108
58
24
14
6
66
0
582
246
417,96
233,76
15
102
220
402
330
70
104
16
4
8
0
598
658
955,42 1.157,98
Makan
∑
1.404 3.262 5.596 3.874 1.530 758 244 128 516
0
%
15,1
0
40,7
60,2
48,3
16,5
9,4
2,6
1,6
5,6
Jarak Jelajah (meter)
Total M
J
M
J
9.290 8.022 13.745,99 9.769,19 100
100
Keterangan: M = Minah (betina dewasa) J = Jenggot (jantan dewasa) ∑ = Jumlah % = Persentase aktifitas harian Sumber: Data Primer, 2008.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Fokal minah menghabiskan waktu aktifitas hariannya untuk beristirahat (60,2%), bergerak pindah (16,5%), makan (15,1%), interaksi sosial (5,6%) dan bersarang (2,6%). Waktu aktifitas harian fokal Minah sangat berbeda dengan pernyataan Fox et al. (2004) dimana dijelaskan pada umumya orangutan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk makan (55%) dan istirahat (25%). Perbedaan tersebut mungkin dikarenakan rendahnya ketersediaan sumber pakan yang ada di hutan, sehingga fokal Minah lebih sering menjelajah mencari sumber pakan. Jika sumber pakan tidak dapat dijumpai, fokal Minah akan lebih banyak beristirahat untuk memulihkan tenaga sampai siap untuk menjelajah lagi atau beristirahat dan menunggu waktu pemberian makan (feeding time) oleh petugas perawat orangutan di lokasi tempat pemberian makan (feeding site). Fokal Jenggot menghabiskan waktu aktifitas hariannya untuk beristirahat (48,3%), makan (40,7%), bergerak pindah (9,4%) dan bersarang (1,6%). Fokal Jenggot lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat beristirahat dan makan. Aktifitas makan fokal Jenggot yang jauh lebih tinggi dari fokal Minah dikarenakan pada bulan Agustus beberapa pohon pakan berbuah lebat, sehingga fokal Jenggot hanya menjelajah dalam waktu yang singkat dan pendek. Aktifitas istirahat fokal Jenggot yang lebih banyak dari aktifitas makan dikarenakan fokal sering mengikuti orangutan Suma yang juga lebih sering beristirahat dibandingkan mencari sumber makanan.
1. Makan (Feeding) Aktifitas makan (feeding) fokal Minah adalah 15,1% dan fokal Jenggot adalah 40,7% dari seluruh aktifitas hariannya. Fokal Minah jauh lebih sedikit
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
menghabiskan waktu untuk makan dibandingkan fokal Jenggot. Faktor yang menyebabkan perbedaan waktu aktifitas makan adalah ketersediaan sumber makanan yang dibutuhkan fokal. Fokal Minah lebih sedikit melakukan aktifitas makan daripada fokal Jenggot karena pada bulan Juli banyak pohon pakan yang belum berbuah matang. Sedikitnya sumber makanan yang tersedia di hutan menyebabkan fokal Minah lebih banyak menjelajah untuk mencari sumber makanan alternatif lainnya, sehingga jelajah harian fokal Minah juga lebih panjang. Bahkan, fokal Minah mampu menjelajah hingga 2 km (Tabel 2) untuk mendapatkan makanan dengan rata-rata jelajah hariannya 916,4 meter/hari. Penelitian yang dilakukan Magnolia (1999) menunjukkan orangutan betina dewasa liar di Suaq Balimbing mampu menjelajah sejauh 800,7 meter/hari dengan menghabiskan waktunya pada 38 pohon yang berbeda. Fokal Jenggot jauh lebih banyak menghabiskan waktu untuk memenuhi kebutuhan makannya dibandingkan fokal Minah, seperti tampak pada Gambar 10. Fokal Jenggot cenderung lebih menyukai jenis makanan yang tersedia di hutan. Di lapangan dijumpai beberapa pohon pakan orangutan yang sedang berbuah lebat pada bulan Agustus, seperti ara martubung (Ficus aurentiaceae), meranti bunga (Shorea teysmanniana), darah-darah (Knema laurina), dan kandis gajah (Garcinia sp.). Melimpahnya sumber pohon pakan yang sedang berbuah menyebabkan fokal Jenggot hanya menjelajah dalam waktu yang singkat dan pendek. Dibandingkan fokal Minah, jarak jelajah fokal Jenggot paling jauh hanya 1,2 km dengan ratarata jelajah hariannya 651,28 meter/hari (Tabel 2). Penelitian yang dilakukan Magnolia (1999) menunjukkan bahwa orangutan jantan dewasa di Suaq
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Balimbing mampu menjejalah hingga 784,2 meter/hari dengan menghabiskan waktunya pada 26 jenis pohon yang berbeda. 400
Minah
Jenggot
Aktivitas Makan (menit)
350 300 250 200 150 100 50 0 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10 Hari Pengamatan
11
12
13
14
15
Gambar 11. Pemanfaatan waktu aktifitas makan (feeding) fokal.
Jenis makanan yang paling banyak dimakan fokal Minah adalah buahbuahan (39,2%). Jenis buah-buahan yang sering dimakan fokal Minah bukan merupakan buah yang ada di hutan, tetapi buah yang berasal dari tempat pemberian makan atau dari pemandu wisata yang sedang treking seperti: pisang, rambutan, jeruk, manggis, nenas, dan timun. Selain memakan buah-buahan, fokal Minah juga memakan berbagai jenis makanan lainnya, yaitu: daun muda (26,5%), daun tua (11,7%), kulit kayu (8,3%), minum air (6,8%), rotan (2,8%), serangga (2,6%), dan jenis makanan lain seperti tanah (2,1%) (Lampiran 4). Fokal Jenggot beberapa kali dijumpai menghabiskan waktu yang sangat lama melakukan aktifitas makan pada suatu pohon pakan yang sedang berbuah lebat dan matang, seperti pada pohon ara martubung (Ficus aurentiaceae) dan meranti bunga (Shorea teysmanniana). Aktifitas makan tersebut berlangsung sekitar 3-5 jam. Perbandingan jenis makanan yang dimakan fokal Jenggot, yaitu
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
buah (58,2%), daun muda (22,2%), daun tua (7,6%), rotan (4,2%), kulit kayu (4%), dan rayap (3,7%) (Lampiran 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangutan betina dewasa akan menjelajah lebih jauh dibandingkan orangutan jantan dewasa untuk menemukan sumber makanan yang dibutuhkan. Kegiatan makan orangutan fokal sangat tergantung ketersediaan sumber makanan yang ada di hutan. Dimana orangutan akan berusaha memilih makanan yang disukai yaitu buah yang berdaging dan memiliki kandungan nilai gizi yang tinggi. Kebutuhan menjejalah untuk mencari makanan yang disukai akan mempengaruhi jarak jelajah harian dan daerah jelajah orangutan.
2. Istirahat (Resting) Aktifitas istirahat (resting) fokal Minah mencapai 59,52% dan merupakan aktifitas yang paling sering dilakukan oleh fokal. Waktu aktifitas istirahat fokal Minah adalah 266,48 menit/hari. Fokal Minah lebih banyak beristirahat karena aktifitas bergerak pindah fokal Minah untuk mencari sumber makanan sangat tinggi. Rendahnya ketersediaan sumber makanan di hutan menyebabkan fokal Minah lebih sering bersitirahat setelah melakukan perjalanan yang jauh untuk memulihkan tenaga. Sumber makanan yang jarang dijumpai oleh fokal Minah menyebabkan fokal lebih sering beristirahat dan menunggu waktu pemberian makan (pukul 8:30 dan 15:00). Selain itu, fokal Minah juga sering menunggu kehadiran kelompok wisatawan treking yang sering membawa buah-buahan seperti pisang, rambutan dan jeruk. Perilaku tersebut dikarenakan sering dijumpai pemandu wisata yang memberikan buah-buahan kepada orangutan yang dijumpai
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
sebagai salah satu atraksi yang ditawarkan pemandu kepada wisatawan. Aktifitas beristirahat fokal Minah dilakukan pada cabang-cabang pohon, sarang lama dan baru, serta pada permukaan tanah. Dibandingkan fokal Minah, aktifitas istirahat (rersting) fokal Jenggot mencapai 48,29% dan merupakan aktifitas yang paling banyak dilakukan fokal Jenggot dari seluruh aktifitas harian fokal. Waktu rata-rata aktifitas istirahat fokal Jenggot adalah 258,27 menit/hari. Banyaknya waktu yang dihabiskan fokal Jenggot untuk beristirahat dipengaruhi perilaku orangutan Suma yang sedang diikuti fokal Jenggot (selama 8 hari pengamatan). Namun, ketika fokal Jenggot tidak lagi mengikuti orangutan Suma, maka waktu istirahat fokal Jenggot lebih sedikit. Orangutan Suma cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat. Namun, Aktifitas beristirahat fokal Jenggot dilakukan pada cabangcabang pohon, sarang baru dan sarang lama.
600
Aktivitas Istirahat (menit)
Minah
Jenggot
500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10 Hari Pengamatan
11
12
13
14
15
Gambar 12. Pemanfaatan waktu aktifitas istirahat (resting) fokal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas beristirahat orangutan dalam melakukan penjelajahan akan bertambah pada saat musim buah jarang dan akan
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
berkurang pada saat musim buah berlimpah. Tingginya aktifitas beristirahat pada saat musim buah jarang dilakukan untuk mengimbangi kegiatan bergerak pindah, karena kegiatan bergerak pindah merupakan kegiatan yang menghabiskan energi. Banyaknya waktu yang dilakukan untuk beristirahat akan mempengaruhi jelajah harian dan luas daerah jelajah orangutan.
3. Bergerak Pindah (Moving) Fokal Minah melakukan aktifitas bergerak pindah (moving) 16,5% dari seluruh aktifitas harian fokal (Tabel 2). Aktifitas bergerak pindah biasanya dilakukan fokal untuk mencari makanan. Aktifitas bergerak pindah fokal sering dilakukan diantara cabang-cabang pohon yang rapat, tetapi juga sering dijumpai di permukaan tanah mengikuti trail. Fokal Minah melakukan aktifitas bergerak pindah lebih banyak dari fokal Jenggot (9,45%). Hal ini menyebabkan fokal Minah memiliki jarak jelajah yang lebih panjang dalam satu hari dibandingkan fokal Jenggot, dimana rata-rara jarak jelajah harian fokal Minah adalah 916,4 meter/hari dan fokal Jenggot 651,28 menit/hari. Selain mencari makanan, perilaku mengikuti kelompok wisatawan treking menjadi salah satu faktor yang menyebabkan fokal Minah lebih sering bergerak pindah (Gambar 13). Fokal Jenggot hanya menghabiskan 9,45% waktu aktifitas bergerak pindah (moving) dari seluruh aktifitas harian fokal. Fokal Jenggot lebih sering bergerak pindah secara cepat dan pendek. Perilaku ini membuat aktifitas bergerak pindah fokal Jenggot lebih rendah daripada fokal Minah. Pada bulan Agustus banyak pohon sedang musim berbuah dan matang, sehingga fokal Jenggot hanya bergerak pindah antara pohon-pohon pakan yang sedang berbuah lebat dan matang. Banyaknya makanan yang tersedia menyebabkan aktifitas bergerak pindah fokal
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Jenggot berkurang. Berkurangnya aktifitas bergerak pindah fokal menyebabkan
Aktivitas Bergerak Pindah (menit)
jarak jelajah fokal lebih pendek.
300 Minah
Jenggot
250 200 150 100 50 0 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10 Hari Pengamatan
11
12
13
14
15
Gambar 13. Pemanfaatan waktu aktifitas gerak berpindah (moving) fokal.
4. Bersarang (Nesting) Aktifitas bersarang fokal Minah adalah 2,6% dan fokal Jenggot hanya 1,6% dari seluruh aktifitas hariannya. Fokal Minah biasanya bersarang pada sarang-sarang lama dan telah diperbaiki fokal atau pada sarang-sarang baru yang lebar. Aktifitas bersarang fokal Minah dapat berlangsung 3-5 kali dalam satu hari pengamatan. Fokal Jenggot biasanya bersarang pada sarang-sarang baru yang lebih kecil dan sederhana, kecuali sarang malam. Sarang malam fokal Jenggot biasanya lebih besar dan lebih tebal. Aktifitas bersarang fokal Jenggot dapat berlangsung 2-5 kali dalam satu hari pengamatan. Aktifitas bersarang merupakan aktifitas yang biasa dilakukan orangutan sebelum beristirahat dalam waktu yang cukup lama. Fokal Minah lebih banyak membuat sarang untuk beristirahat dan memulihkan energinya setelah menjelajah
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
mencari makanan. Sedikitnya makanan yang tersedia di hutan menyebabkan orangutan lebih sering beristirahat dan membuat sarang. Sedangkan saat makanan berlimpah aktifitas bersarang orangutan akan berkurang.
35
Aktivitas Bersarang (menit)
Minah
Jenggot
30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10 Hari Pengamatan
11
12
13
14
15
Gambar 14. Pemanfaatan waktu aktifitas bersarang (nesting) fokal.
5. Sosial (Social) Fokal Minah memanfaatkan 5,6% waktu dari seluruh aktifitas hariannya untuk melakukan aktifitas sosial. Aktifitas tersebut meliputi bermain bersama bayi Chaterine (76%), bermain dengan alat seperti batang kayu (7,8%), dan bermain sendiri (16,3%). Fokal Minah juga memiliki anak Juni yang berumur sekitar 6 tahun yang mulai mandiri. Orangutan Juni juga terkadang mengikuti fokal Minah dan ikut bermain bersama orangutan Chaterine dan fokal Minah. Fokal Jenggot tidak pernah dijumpai melakukan aktifitas sosial seperti bermain bersama orangutan lain atau dengan alat. Namun, sering dijumpai kehadiran orangutan lain dalam radius 50 meter dari fokal Jenggot. Aktifitas sosial berbeda dengan pada saat terjadi kelompok sosial (social party). Aktifitas
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
sosial merupakan aktifitas yang dilakukan fokal dengan berinteraksi atau kontak bersama orangutan lainnya. Sedangkan keaadaan kelompok sosial merupakaan keadaan adanya kehadiran orangutan lain dalam radius 50 meter dari fokal.
90
Aktivitas Sosial (menit)
80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Hari Pengamatan
Gambar 15. Pemanfaatan waktu aktifitas sosial fokal Minah.
Jelajah Harian Orangutan Jelajah harian orangutan sangat tergantung dari ketersediaan sumber makanan di hutan. Pada saat musim buah melimpah, jelajah harian orangutan akan lebih pendek dibandingkan pada saat musim buah berkurang. Seperti yang dijelaskan Mapple (1980) bahwa ketersediaan makanan merupakan hal yang menentukan daerah jelajah. Pada pengamatan fokal Minah di bulan Juli pohon pakan yang berbuah matang masih jarang dijumpai, sehingga fokal menjelajah lebih jauh untuk mencari jenis buah yang disukai. Namun, pada pengamatan fokal Jenggot di bulan Agustus terdapat banyak pohon pakan yang sudah berbuah matang seperti ara martubung (Ficus aurentiaceae) dan meranti bunga (Shorea teysmanniana).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Sehingga fokal Jenggot sering diamati hanya menjelajah diantara pohon buah tersebut secara bergantian. Perilaku jelajah harian yang lebih singkat dibandingkan fokal Minah sesuai dengan penjelasan Parsons (1999) bahwa orangutan jantan hanya melakukan perjalanan singkat pada hari-hari makan berlimpah, dengan kecenderungan melakukan perjalanan lambat dan jelajah harian yang lebih singkat. Perilaku fokal Jenggot tersebut dapat diartikan fokal mengurangi pergerakannya dan tidak perlu berpindah lebih jauh untuk menemukan sumber makanan alternatif lainnya.
Tabel 3. Jarak jelajah harian orangutan fokal.
Hari Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total Jarak Jelajah Rata-rata Jelajah Harian
Orangutan Fokal Minah (betina dewasa) Jenggot (jantan dewasa) (meter) (meter) 967,98 443,76 2.027,25 712,31 2.113,70 898,82 479,42 498,14 565,97 751,49 1.105,80 939,77 1.125,70 933,83 914,37 356,14 522,12 138,48 396,08 193,59 424,73 1.216,03 438,01 778,50 1.291,50 516,59 417,96 233,76 955,42 1.157,98 13.745,99 9.769,19 916,40 651,28
Sumber: Data Primer, 2008.
Fokal Minah menjelajah sejauh 916,4 meter/hari untuk mencari makanan yang disukai. Jelajah harian fokal yang tinggi dikarenakan fokal Minah
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
meningkatkan pergerakannya untuk menemukan buah yang disukai. Bahkan, fokal Minah sanggup menjelajah hingga 2 km untuk menemukan sumber makanan alternatif lainnya apabila fokal tidak menemukan buah yang disukai. Sedangkan fokal Jenggot menjelajah sejauh 651,28 meter/hari tanpa perlu menambah pergerakan untuk menemukan sumber makanan lain. Jelajah harian fokal Jenggot yang lebih rendah dari fokal Minah dikarenakan selama pengamatan fokal jenggot sedang berlangsung musim buah. Namun, ketika musim buah berlalu fokal Jenggot diamati akan menambah pergerakannya hingga lebih dari 1 km. Sebagai perbandingan dengan daerah lain, Magnolia (1999) mencatat orangutan betina dewasa di Suaq Balimbing mampu menjelajah hingga 800,7 meter/hari untuk menemukan sumber makanan danorangutan jantan dewasa mampu menjelajah sejauh 784,2 meter/hari untuk menemukan makanan yang disukai
2250
Minah
Jenggot
Jarak Jelajah (meter)
2000 1750 1500 1250 1000 750 500 250 0 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10 Hari Pengamatan
11
12
13
14
15
Gambar 16. Jelajah harian fokal Minah dan fokal Jenggot.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Variasi jelajah harian fokal juga cenderung dipengaruhi keberadaan manusia di hutan dan interaksi sosial dengan orangutan lainnya. Fokal Minah sering dijumpai mengikuti wisatawan tracking dan bergerak pindah di atas permukaan tanah. Perilaku mengikuti wisatawan tracking menyebabkan jelajah harian fokal Minah lebih panjang dari fokal Jenggot. Sedangkan fokal Jenggot tidak tertarik mengikuti wisatawan tracking dan lebih sering bergerak pindah melalui cabang-cabang pohon yang rapat.
Gambar 17. Jalur jelajah fokal Minah selama periode pengamatan tanggal 11-31 Juli 2008.
Variasi jelajah harian fokal Jenggot lebih cenderung dipengaruhi interaksi sosial dengan orangutan lain. Selama 8 hari pengamatan pertama, fokal Jenggot sering dijumpai mengikuti orangutan Suma yang diperkirakan sedang dalam masa
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
siap kawin. Fokal Jenggot selalu mengikuti pergerakan orangutan Suma. Orangutan Suma cenderung bergerak pindah dalam waktu yang lebih singkat sehingga jarak jelajah harian yang dihasilkan fokal Jenggot juga lebih singkat dan pendek. Namun pada 7 hari pengamatan terakhir, fokal Jenggot dijumpai tidak mengikuti orangutan Suma yang diperkirakan bersama orangutan jantan pra dewasa lain. Kehadiran orangutan jantan pra dewasa menyebabkan fokal Jenggot tidak tertarik untuk mengikuti orangutan Suma, sehingga fokal Jenggot lebih sering bergerak pindah. Aktifitas bergerak pindah yang semangkin sering dilakukan fokal Jenggot menjadikan jarak jelajah harian fokal lebih panjang.
Gambar 18. Jalur jelajah fokal Jenggot selama periode pengamatan tanggal 4-11 dan 16-20 Agustus 2008.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Daerah Jelajah Orangutan 1. Metode Kernel Hasil analisis daerah jelajah fokal Minah menggunakan Metode Kernel menunjukkan 95% aktifitas jelajah yang pernah dilakukan fokal Minah meliputi area seluas 12,4909 Ha, dimana 50% diantaranya berlangsung dalam area seluas 1,8988 Ha yang tersebar di sekitar tempat pemberian makan (feeding site) (Gambar 19).
Pola penyebaran titik sampel fokal Minah menunjukkan fokal
sering beraktifitas disekitar trail yang sudah ada dan sebagian besar merupakan kawasan hutan lahan kering sekunder yang lebih jarang tutupan vegetasinya. Hal ini disebabkan perilaku semi liar fokal Minah yang terbiasa dengan kehadiran manusia dan sering dijumpai mengikuti kelompok wisatawan yang sedang melakukan treking di dalam hutan. Meskipun jarak jelajah harian fokal Minah lebih panjang daripada fokal Jenggot (Tabel 3), daerah jelajah fokal Minah yang dihasilkan menurut metode Kernel jauh lebih kecil daripada fokal Jenggot (Tabel 4). Hal tersebut dikarenakan 95% aktifitas jelajah fokal Minah hanya dilakukan dalam area yang lebih sempit yaitu 12,4909 Ha. Hasil analisis daerah jelajah fokal Jenggot menunjukkan 95% aktifitas jelajahnya berada dalam area seluas 46,0170 Ha, dimana 50% diantaranya berada dalam area seluas 5,4092 Ha (Gambar 19). Aktifitas jelajah fokal Jenggot lebih banyak dihabiskan pada lokasi-lokasi yang terdapat pohon pakan yang sedang berbuah lebat, yaitu ara martubung (Ficus aurentiaceae) yang terdapat di trail 1, trail 1 B, dan trail 11, serta meranti bunga (Shorea teysmanniana) yang terdapat di trail 8. Dibandingkan fokal Minah, pola pemanfaatan daerah jelajah fokal Jenggot lebih tersebar merata dan tidak mengikuti trail. Aktifitas jelajah fokal Jenggot
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
tersebar di dalam kawasan hutan lahan kering sekunder yang tutupan vegetasinya lebih jarang yang lebih banyak dijumpai beberapa pohon pakan yang sedang berbuah lebat.
Tabel 4. Daerah jelajah orangutan jantan dan betina dewasa. No.
Fokal
Metode Kernel 95% (Ha)
75% (Ha)
50% (Ha)
Metode MCP (Ha)
1
Minah
12,4909
3,7401
1,8988
71,5490
2
Jenggot
46,0170
12,9999
5,4092
58,5601
Keterangan: 95% = Poligon 95% aktifitas jelajah fokal 75% = Poligon 75% aktifitas jelajah fokal 50% = Poligon 50% aktifitas jelajah fokal MCP = Minimum Convex Polygon Sumber: Data Primer, 2008.
Gambar 19. Daerah jelajah fokal Minah menggunakan metode Kernel.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 20. Daerah jelajah fokal Jenggot menggunakan metode Kernel.
2. Metode Minimum Convex Polgyon (MCP) Hasil analisis menggunakan metode MCP, daerah jelajah fokal Minah lebih luas dibandingkan daerah jelajah fokal Jenggot. Poligon MCP fokal Minah seluas 71,549 Ha, sedangkan poligon MCP fokal Jenggot seluas 58,5601 Ha. Poligon fokal Minah lebih luas dibandingkan poligon fokal Jenggot karena titiktitik sampel terluar fokal Minah yang saling berhubungan memiliki jarak yang saling berjauhan. Sedangkan titik-titik sampel terluar fokal Jenggot saling terhubung dalam jarak yang relatif lebih pendek. Daerah jelajah menggunakan metode MCP memungkinkan daerah yang belum pernah dikunjungi oleh kedua fokal termasuk dalam daerah jelajahnya (Gambar 21).
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 21. Daerah jelajah fokal Jenggot dan fokal Minah dengan metode MCP.
Analisis daerah jelajah menggunakan metode MCP menghasilkan daerah jelajah fokal Jenggot dan fokal Minah yang saling bertautan. Daerah jelajah yang saling bertautan mungkin dikarenakan kelas kegiatan jelajah dari kedua fokal yang bebeda. Fokal Minah merupakan betina dewasa yang berstatus sebagai penetap, sedangkan fokal Jenggot diperkirakan berstatus sebagai penglaju. Status fokal Jenggot sebagai orangutan penglaju diindikasikan adanya informasi bahwa fokal Jenggot memasuki areal pengamatan sekitar 3 bulan sebelum pengamatan dilakukan. Sebelumnya fokal Jenggot diperkirakan datang dari arah Sungai Landak (sebelah selatan lokasi studi) dan memasuki areal pengamatan untuk kepentingan sosial-reproduksi. seperti dijelaskan Galdikas (1986), orangutan jantan dewasa menunjukkan dua pola dalam kepentingan reproduksi terhadap
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
betina dewasa, salah satunya adalah dengan mengembara lebih jauh tanpa tinggal terlalu lama pada suatu daerah jelajah tertentu. Sedangkan betina dewasa tidak akan meninggalkan daerah jelajahnya untuk kawin, meskipun fokal Minah tidak dalam masa siap untuk kawin. Fokal Jenggot yang berstatus sebagai penglaju sepertinya cenderung bersikap untuk menjadi penetap, meskipun waktu pengamatan yang singkat tidak dapat
memastikan perubahan status kegiatan jelajah tersebut.
Namun,
kecenderungan tersebut terlihat dari sikap fokal Jenggot yang masih menetap di areal pengamatan meskipun fokal sudah tidak lagi mengikuti orangutan Suma. Fokal Jenggot juga cenderung bertindak sebagai penguasa, dimana fokal akan bertindak agresif jika merasakan kehadiran orangutan jantan pra dewasa lainnya.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Daerah jelajah metode Kernel fokal Jenggot meliputi area seluas 46,017 Ha dan lebih luas dibandingkan daerah jelajah fokal Minah yang meliputi area seluas 12,4909 Ha. 2. Daerah jelajah metode Minimum Convex Polygon fokal Minah meliputi area seluas 71,5490 Ha dan lebih luas dibandingkan daerah jelajah fokal Jenggot yang meliputi area seluas 58,5601 Ha. Dimana daerah jelajah orangutan betina dewasa saling bertautan dengan daerah jelajah orangutan jantan dewasa. 3. Fokal lebih banyak menghabiskan aktifitas jelajahnya pada lokasi yang terdapat sumber makanan. 4. Faktor yang mempengaruhi aktifitas jelajah orangutan adalah ketersediaan sumber pakan dan interaksi sosial.
Saran Pengamatan yang lebih singkat mungkin kurang menggambarkan daerah jelajah orangutan jantan dan betina dewasa yang sebenarnya, sehingga diperlukan pengamatan lanjutan jangka panjang dan periodik dengan jumlah orangutan yang lebih banyak.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Bajjali, W. 2006. Advance Training Course in GIS Using Spatial Analyst, Geostatistical, and 3-D Analyst of ArcGIS. Department of Biology and Earth Sciences University of Wisconsin System. http://frontpage.uwsuper. edu/bajjali/train/usa/AC.pdf [4 April 2008]. Ellis, S., Singleton, I., Andayani, N., Traylor-Holzer, K. dan Supriatna (Eds). 2006. Sumatran Orang utan Conservation Action Plan. Brastagi, 20-23 September 2005. Conservation International. www.primatesg.org/PDF/ SOCAP.2006.pdf [24 Januari 2008]. [ESRI] Environmental Systems Research Institute. 2007. GIS Best Practice: GIS for Wildlife Conservation. ESRI. www.esri.com/library/bestpractices/ wildlife-conservation.pdf [20 Januari 2008]. Hooge, P. N. dan B. Eichenlaub. 1997. Animal Movement Extension to Arcview version 1.1. Alaska Biological Science Center, U.S. Geological Survey, Anchorage, AK, USA. www.absc.usgs.gov/glba/gistools/animal_mvmt.htm [22 Februari 2008]. Fox, E. A., C. van Schaik, A. Sitompul, dan D. N. Wright. 2004. Intra and Interpopulational Differences in Orangutan (Pongo pygmaeus) Activity and Diet: Implications for the Invention of Tool Use. American Journal of Physical Anthropology 125:162-174. www.umass.edu/nrc/students/ Fox_etal_2004.pdf [24 Maret 2008]. Galdikas, B. M. F. 1986. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Magnolia. 1999. Kajian Pergerakan Orangutan dalam Pencarian Pakan pada Stasisun Penelitian Suaq Balimbing Taman Nasional Gunung Leuser. Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Banda Aceh. Banda Aceh. Mapple, T. 1980. Orangutan Behavior. Van Nostrand Reinhold Ltd. New York, USA. Meijard, E., H. D. Rijksen, dan S. N Kartikasari. 2001. Di Ambang Kepunahan: Kondisi Orangutan Liar dai Awal Abad ke-21. The Gibbon Foundation. Jakarta.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Nuarsa, I. W. 2005. Belajar Sendiri Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3 untuk Pemula. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Parsons, S. 1999. Adult Male Orangutan Ranging Behaviours in Gunung Palung National Park, West Kalimantan, Indonesia. Department of Anthropology Universtiy of Calgary. https://dspace.ucalgary.ca/bitstream/1880/25233/1/ 38546Parsons.pdf [19 Maret 2008]. Prahasta, E. 2005. Konsep-konsep Dasar Informatika: Bandung.
Sistem Informasi Geografis.
Singleton, I., S. Ellis dan M. Leighton. 2006. Sumatran Orangutan (Pongo abelii Lesson, 1827). Di dalam: Mittermeier, R. A. et al. 2007. Primates in Peril: the World’s 25 Most Endangered Primates 2006-2008. IUCN/SSC Primate Specialist Group (PSG), International Primatological Society (IPS), dan Conservation International (CI). www.conservation.org.br/noticias/ arquivos/relatorio20062008.pdf [20 Januari 2008]. Singleton, I. Dan C. P. van Schaik. 2001. Orangutan Home Range Size and Its Determinants in a Sumatran Swamp Forest. International Journal of Primatology Vol. 22 No. 6:877-911. Suhud, M. dan C. Saleh. 2007. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Habitat Orangutan. WWF Indonesia. Jakarta.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
LAMPIRAN
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 1: Dokumentasi Pengamatan Orangutan
Kegiatan Pengamatan Aktifitas Harian Orangutan.
Kegiatan Pencatatan Titik Sampel Orangutan.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 2: Dokumentasi Aktifitas Harian Fokal Minah
Aktifitas Bergerak Pindah Fokal Minah Pada Cabang-Cabang Pohon.
Aktifitas Makan Rayap Fokal Minah.
Aktifitas Bermain Fokal Minah Bersama Bayi Chaterina.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 3: Dokumentasi Aktifitas Harian Fokal Jenggot
Aktifitas Bergerak Pindah Fokal Jenggot Pada Cabang-Cabang Pohon.
Aktifitas Makan Fokal Jenggot
Fokal Jenggot Mengikuti Orangutan Suma.
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 4: Total Waktu Pengamatan Aktifitas Harian Fokal Minah Focal Status
: Minah + B (Chaterine) : Betina Dewasa
Bulan Pengamatan Pengamat
: Juli 2008 : Desli T. Zendrato Dalam satuan menit
TANGGAL 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 JUMLAH RATA-RATA % Aktifitas
MQ 64 198 236 96 82 110 168 106 60 34 42 56 68 56 70 1446 96.40 15.6%
BERGERAK MB MC 0 8 0 4 0 10 0 8 0 4 0 2 0 4 0 2 0 6 0 4 0 0 0 4 0 8 0 2 0 0 0 66 0.00 4.40 0.0% 0.7%
MT 6 2 0 0 2 2 2 4 0 0 0 0 0 0 0 18 1.20 0.2%
FFR 62 48 68 6 14 40 88 30 16 28 30 30 24 34 32 550 36.67 5.9%
Keterangan MQ = bergerak dengan keempat tangan dan kaki MB = bergantun dengan menggunakan kedua tangan MC = bergerak dengan memanjat MT = bergerak dengan menggoyang/membengkokkan cabang pohon FFR = makan buah FYL = makan daun muda FLV = makan daun tua FB = makan kulit kayu
FYL 34 14 8 16 60 46 16 6 24 12 32 44 18 14 28 372 24.80 4.0%
FLV 14 16 18 10 6 16 12 4 18 8 32 6 0 4 0 164 10.93 1.8%
MAKAN FVEG FB 4 2 6 4 6 0 0 0 4 4 0 0 2 42 2 10 6 2 0 0 2 4 0 0 8 10 0 0 0 38 40 116 2.67 7.73 0.4% 1.2%
FW 0 10 0 12 4 10 0 0 16 8 10 8 4 14 0 96 6.40 1.0%
FINS 0 18 0 0 4 0 0 0 6 0 0 6 0 2 0 36 2.40 0.4%
FOTH 0 0 0 20 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 4 30 2.00 0.3%
ISTIRAHAT RS 110 244 302 482 374 358 252 434 418 510 444 446 444 376 402 5596 373.07 60.2%
FW = minum air FINS = makan serangga FOTH = makan jenis makan lain, misalnya: tanah RS = istirahat, termasuk kegiatan duduk atau tidur dalam sarang N = membuat sarang SP = bermain, termasuk bergulat APO = bermain sendiri atau bermain sambil bergerak APM = bermain sendiri termasuk main-main dengan objek (cabang, makanan, dll.)
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
BERSARANG N 2 16 12 32 22 10 18 8 22 14 26 24 8 14 16 244 16.27 2.6%
SP 46 32 24 20 0 44 28 0 52 4 34 20 56 24 8 392 26.13 4.2%
SOSIAL APO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 0 18 0 40 2.67 0.4%
APM 0 0 0 0 0 0 16 0 0 0 0 18 26 24 0 84 5.60 0.9%
TOTAL 352 612 684 702 580 644 648 606 646 622 656 684 674 582 598 9290 619.33 100.0%
Lampiran 5: Total Waktu Pengamatan Aktifitas Harian Fokal Jenggot Fokal Status
: Jenggot : Jantan Dewasa
Bulan Pengamatan Pengamat
: Agustus 2008 : Desli T. Zendrato Dalam satuan menit
TANGGAL 4 5 6 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 19 20 JUMLAH RATA-RATA % Aktifitas
MQ 36 36 96 28 56 42 38 24 6 8 94 64 68 22 94 712 47.47 8.9%
BERGERAK MB MC 0 4 0 4 0 2 0 0 0 4 0 4 0 6 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 8 0 38 0.00 2.53 0.0% 0.5%
MT 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0 2 8 0.53 0.1%
FFR 110 252 70 84 134 144 136 18 10 196 66 192 294 94 100 1900 126.67 23.7%
Keterangan MQ = bergerak dengan keempat tangan dan kaki MB = bergantun dengan menggunakan kedua tangan MC = bergerak dengan memanjat MT = bergerak dengan menggoyang/membengkokkan cabang pohon FFR = makan buah FYL = makan daun muda FLV = makan daun tua FB = makan kulit kayu
FYL 2 10 88 76 46 46 84 44 38 8 154 36 42 8 42 724 48.27 9.0%
FLV 28 16 8 0 14 0 6 20 56 0 28 10 10 2 50 248 16.53 3.1%
MAKAN FVEG FB 2 0 6 0 2 0 38 0 26 22 14 8 14 0 22 0 0 0 2 0 0 0 10 54 0 20 0 0 0 28 136 132 9.07 8.80 1.7% 1.6%
FW 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.0%
FINS 4 2 14 2 18 28 12 2 0 8 2 18 8 4 0 122 8.13 1.5%
FOTH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.0%
ISTIRAHAT RS 314 436 458 116 394 340 250 150 54 402 236 232 54 108 330 3874 258.27 48.3%
FW = minum air FINS = makan serangga FOTH = makan jenis makan lain, misalnya: tanah RS = istirahat, termasuk kegiatan duduk atau tidur dalam sarang N = membuat sarang SP = bermain, termasuk bergulat APO = bermain sendiri atau bermain sambil bergerak APM = bermain sendiri termasuk main-main dengan objek (cabang, makanan, dll.)
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
BERSARANG N 16 12 12 8 12 10 2 4 8 12 10 12 0 6 4 128 8.53 1.6%
SP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.0%
SOSIAL APO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.0%
APM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.0%
TOTAL 516 774 750 352 728 636 550 286 172 636 592 628 498 246 658 8022 534.80 100.0%
Lampiran 6: Koordinat Titik Sampel Fokal Minah TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 11-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 12-JUL-08 13-JUL-08
NAME Mina001 Mina002 Mina003 Mina004 Mina005 Mina006 Mina007 Mina008 Mina009 Mina010 Mina011 Mina012 Mina013 Mina014 Mina015 Mina016 Mina017 Mina018 Mina019 Mina020 Mina021 Mina022 Mina023 Mina024 Mina025 Mina026 Mina027 Mina028 Mina029 Mina030 Mina031 Mina032 Mina033 Mina034 Mina035 Mina036 Mina037 Mina038 Mina039
LATITUDE LONGITUDE 3.54579843 98.11037318 3.54484683 98.10973783 3.54579583 98.11035591 3.54604167 98.11035658 3.54696552 98.11080493 3.54698941 98.11084818 3.54693619 98.11191285 3.54758536 98.11362502 3.54758520 98.11388670 3.54836144 98.11372225 3.54846748 98.11435576 3.54850058 98.11440135 3.54809582 98.11435014 3.54809850 98.11430982 3.54811451 98.11434193 3.54831945 98.11440152 3.54834996 98.11436665 3.54836664 98.11439993 3.54836664 98.11436665 3.54834996 98.11434997 3.54913325 98.11456664 3.54864073 98.11474878 3.54840511 98.11473562 3.54820353 98.11453806 3.54793732 98.11423338 3.54837536 98.11357959 3.54740926 98.11304399 3.54624694 98.11062405 3.54504171 98.10960984 3.54672572 98.10557907 3.54689629 98.10552970 3.54681917 98.10392121 3.54673292 98.10401006 3.54732066 98.10431767 3.54852296 98.10437961 3.54976089 98.10388542 3.54968897 98.10388064 3.54953231 98.10397971 3.54842934 98.10429906
ALTITUDE 317.37 317.37 317.85 332.75 389.47 385.14 337.56 336.59 329.86 362.07 343.80 301.02 301.51 279.40 272.19 272.67 272.67 273.63 256.32 258.25 252.48 277.95 291.89 302.47 355.34 332.75 375.53 399.56 383.70 393.31 391.39 357.74 348.13 360.63 387.06 376.97 248.15 180.86 195.76
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 13-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
NAME Mina040 Mina041 Mina042 Mina043 Mina044 Mina045 Mina046 Mina047 Mina048 Mina049 Mina050 Mina051 Mina052 Mina053 Mina054 Mina055 Mina056 Mina057 Mina058 Mina059 Mina060 Mina061 Mina062 Mina063 Mina064 Mina065 Mina066 Mina067 Mina068 Mina069 Mina070 Mina071 Mina072 Mina073 Mina074 Mina075 Mina076 Mina077 Mina078
LATITUDE 3.54842582 3.54836312 3.54841593 3.54808157 3.54672723 3.54542552 3.54502394 3.54595768 3.54599314 3.54596674 3.54593304 3.54582625 3.54494071 3.54503676 3.54637678 3.54828550 3.54924657 3.54900593 3.54906796 3.54896000 3.54902244 3.54899327 3.54894248 3.54900266 3.54884299 3.54881817 3.54888028 3.54893661 3.54892714 3.54914993 3.54927759 3.54938814 3.54927650 3.54902772 3.54902714 3.54898908 3.54904901 3.54889965 3.54854702
LONGITUDE 98.10425665 98.10423595 98.10425791 98.10440107 98.10552190 98.10839522 98.10979508 98.10797721 98.10802616 98.10808064 98.10776272 98.10777873 98.10964102 98.10978024 98.11051835 98.11413548 98.11443119 98.11452440 98.11486454 98.11487979 98.11492229 98.11485029 98.11465700 98.11451887 98.11475893 98.11473286 98.11447822 98.11445718 98.11441678 98.11459992 98.11439465 98.11430681 98.11437495 98.11451493 98.11440613 98.11436531 98.11440772 98.11436431 98.11449632
ALTITUDE 366.88 381.30 358.70 374.57 372.64 369.28 349.09 365.91 381.78 343.32 332.75 334.19 334.19 333.23 335.15 333.71 332.75 267.86 269.78 254.40 236.62 227.96 245.27 250.56 244.31 246.71 245.27 247.19 262.09 287.57 261.61 260.65 254.40 256.80 256.80 257.77 260.17 276.51 287.57
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 14-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 15-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08
NAME Mina079 Mina080 Mina081 Mina082 Mina083 Mina084 Mina085 Mina086 Mina087 Mina088 Mina089 Mina090 Mina091 Mina092 Mina093 Mina094 Mina095 Mina096 Mina097 Mina098 Mina099 Mina100 Mina101 Mina102 Mina103 Mina104 Mina105 Mina106 Mina107 Mina108 Mina109 Mina110 Mina111 Mina112 Mina113 Mina114 Mina115 Mina116 Mina117 Mina118 Mina119
LATITUDE LONGITUDE 3.54807453 98.11412475 3.54758419 98.11407052 3.54768553 98.11423690 3.54766902 98.11417504 3.54778033 98.11413506 3.54797898 98.11410598 3.54814083 98.11413053 3.54891172 98.11448618 3.54869446 98.11442910 3.54847837 98.11459774 3.54855968 98.11456832 3.54865355 98.11457779 3.54831979 98.11419256 3.54848231 98.11373667 3.54844920 98.11346878 3.54846823 98.11345043 3.54851064 98.11357884 3.54850863 98.11369250 3.54841115 98.11388025 3.54903661 98.11450898 3.54902093 98.11437847 3.54872514 98.11444159 3.54858072 98.11444729 3.54858021 98.11446330 3.54860854 98.11443496 3.54898732 98.11458366 3.54899403 98.11443983 3.54891490 98.11446346 3.54880912 98.11444662 3.54891205 98.11447352 3.54871214 98.11450336 3.54710466 98.11236539 3.54703585 98.11226816 3.54699067 98.11168981 3.54717155 98.11258399 3.54765242 98.11398670 3.54764521 98.11406490 3.54817864 98.11415727 3.54859823 98.11455114 3.54918170 98.11445458 3.54896905 98.11439423
ALTITUDE 292.85 294.78 219.31 192.40 258.25 262.57 263.53 264.01 296.70 299.58 295.74 301.02 299.58 299.10 295.26 293.33 252.00 274.11 194.32 196.24 195.76 196.24 198.64 261.13 288.53 253.92 253.92 249.11 251.52 256.80 281.80 337.07 344.77 336.59 319.29 304.39 299.10 275.55 271.70 254.40 254.88
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 16-JUL-08 16-JUL-08 16-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 17-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 18-JUL-08 19-JUL-08
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
NAME Mina120 Mina121 Mina122 Mina123 Mina124 Mina125 Mina126 Mina127 Mina128 Mina129 Mina130 Mina131 Mina132 Mina133 Mina134 Mina135 Mina136 Mina137 Mina138 Mina139 Mina140 Mina141 Mina142 Mina143 Mina144 Mina145 Mina146 Mina147 Mina148 Mina149 Mina150 Mina151 Mina152 Mina153 Mina154 Mina155 Mina156 Mina157 Mina158 Mina159 Mina160
LATITUDE 3.54907827 3.54908589 3.54895195 3.54893435 3.54928999 3.54932821 3.54894759 3.54877258 3.54854719 3.54876076 3.54828903 3.54779290 3.54742091 3.54708354 3.54705974 3.54698623 3.54513718 3.54499544 3.54488011 3.54493182 3.54467835 3.54470509 3.54462479 3.54538126 3.54608777 3.54668741 3.54727783 3.54853445 3.54976466 3.54975234 3.54976064 3.54972828 3.54974940 3.54939208 3.54938261 3.54940256 3.54938622 3.54947180 3.54899612 3.54901683 3.54884223
LONGITUDE 98.11519420 98.11513410 98.11533191 98.11524935 98.11554708 98.11554062 98.11435651 98.11434084 98.11450009 98.11440068 98.11422382 98.11394974 98.11379266 98.11239841 98.11099679 98.11078632 98.10995794 98.10967958 98.10969274 98.10973448 98.10947816 98.10932846 98.10946072 98.11014821 98.11092362 98.11150943 98.11307450 98.11448165 98.11462071 98.11463169 98.11466429 98.11457427 98.11455600 98.11463110 98.11464200 98.11457494 98.11462364 98.11463144 98.11445542 98.11475373 98.11468181
ALTITUDE 240.46 234.69 235.17 261.13 304.39 299.10 275.55 271.70 254.40 254.88 240.46 234.69 235.17 264.49 243.35 284.68 311.12 324.10 340.92 348.61 350.53 378.41 386.58 261.13 336.59 319.29 304.39 299.10 275.55 271.70 254.40 254.88 240.46 234.69 235.17 264.49 243.35 284.68 311.12 324.10 173.17
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 19-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08 20-JUL-08
NAME Mina161 Mina162 Mina163 Mina164 Mina165 Mina166 Mina167 Mina168 Mina169 Mina170 Mina171 Mina172 Mina173 Mina174 Mina175 Mina176 Mina177 Mina178 Mina179 Mina180 Mina181 Mina182 Mina183 Mina184 Mina185 Mina186 Mina187 Mina188 Mina189 Mina190 Mina191 Mina192 Mina193 Mina194 Mina195 Mina196 Mina197 Mina198 Mina199 Mina200 Mina201
LATITUDE LONGITUDE 3.54884642 98.11473235 3.54886578 98.11477368 3.54894206 98.11441669 3.54885145 98.11433279 3.54894675 98.11415249 3.54899084 98.11417169 3.54895237 98.11420840 3.54889814 98.11415300 3.54858700 98.11441191 3.54816221 98.11419130 3.54812642 98.11406231 3.54817092 98.11408418 3.54832691 98.11414830 3.54827008 98.11423447 3.54898724 98.11440722 3.54899336 98.11445332 3.54912546 98.11497669 3.54911917 98.11535253 3.54901574 98.11569686 3.54905060 98.11601378 3.54907366 98.11602308 3.54908723 98.11597673 3.54910123 98.11485037 3.54898036 98.11448492 3.54904071 98.11443689 3.54907290 98.11441594 3.54909880 98.11437612 3.54902370 98.11441518 3.54908539 98.11447453 3.54909436 98.11438568 3.54904843 98.11445860 3.54908422 98.11442231 3.54898883 98.11439180 3.54900727 98.11452842 3.54896134 98.11449464 3.54899495 98.11441904 3.54892194 98.11443362 3.54858038 98.11455298 3.54828576 98.11420522 3.54824133 98.11408158 3.54829288 98.11399760
ALTITUDE 236.14 243.35 243.35 253.92 249.11 258.25 257.29 258.25 265.46 276.99 302.47 303.91 256.80 299.10 282.28 268.34 250.08 257.29 244.79 250.56 266.90 177.50 252.96 240.94 242.38 242.38 250.08 254.40 260.17 242.38 222.68 228.45 255.36 249.59 255.84 255.84 253.44 262.09 279.88 297.18 248.63
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 21-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08 22-JUL-08
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
NAME Mina202 Mina203 Mina204 Mina205 Mina206 Mina207 Mina208 Mina209 Mina210 Mina211 Mina212 Mina213 Mina214 Mina215 Mina216 Mina217 Mina218 Mina219 Mina220 Mina221 Mina222 Mina223 Mina224 Mina225 Mina226 Mina227 Mina228 Mina229 Mina230 Mina231 Mina232 Mina233 Mina234 Mina235 Mina236 Mina237 Mina238 Mina239 Mina240 Mina241 Mina242
LATITUDE 3.54821661 3.54826396 3.54898925 3.54898942 3.54891130 3.54885011 3.54862371 3.54857150 3.54847125 3.54839279 3.54840034 3.54839028 3.54840537 3.54844761 3.54876579 3.54900878 3.54900593 3.54862019 3.54841123 3.54826044 3.54819079 3.54838257 3.54836354 3.54888431 3.54865758 3.54849790 3.54858818 3.54855934 3.54846479 3.54848307 3.54854861 3.54829255 3.54830948 3.54832230 3.54890451 3.54895815 3.54915362 3.54926853 3.54945939 3.54946224 3.54940466
LONGITUDE 98.11398326 98.11408217 98.11456262 98.11448224 98.11459824 98.11471635 98.11485808 98.11471626 98.11480503 98.11480855 98.11477686 98.11473504 98.11481860 98.11470369 98.11460855 98.11442658 98.11448886 98.11457402 98.11445215 98.11439180 98.11444972 98.11439549 98.11440873 98.11445039 98.11471383 98.11472816 98.11479597 98.11477611 98.11458232 98.11452809 98.11451652 98.11400497 98.11402844 98.11400975 98.11450277 98.11443664 98.11450336 98.11431787 98.11417353 98.11404739 98.11393498
ALTITUDE 188.07 292.37 251.04 254.88 240.46 241.90 255.36 254.88 256.80 262.09 258.73 260.17 265.94 258.73 260.65 251.52 253.44 276.03 274.59 274.59 278.43 178.46 269.78 274.11 241.90 242.87 247.67 249.59 251.52 252.96 266.42 267.86 260.65 298.62 298.62 254.40 250.56 253.92 258.25 258.25 287.09
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 22-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 23-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 24-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08
NAME Mina243 Mina244 Mina245 Mina246 Mina247 Mina248 Mina249 Mina250 Mina251 Mina252 Mina253 Mina254 Mina255 Mina256 Mina257 Mina258 Mina259 Mina260 Mina261 Mina262 Mina263 Mina264 Mina265 Mina266 Mina267 Mina268 Mina269 Mina270 Mina271 Mina272 Mina273 Mina274 Mina275 Mina276 Mina277 Mina278 Mina279 Mina280 Mina281 Mina282 Mina283
LATITUDE LONGITUDE 3.54940658 98.11391093 3.54939351 98.11387656 3.54931145 98.11383700 3.54888624 98.11446556 3.54870762 98.11445290 3.54824586 98.11434017 3.54792793 98.11450864 3.54783054 98.11464703 3.54766717 98.11470981 3.54750272 98.11336535 3.54723148 98.11277568 3.54699109 98.11126577 3.54700651 98.11084659 3.54688916 98.11075095 3.54698841 98.11084508 3.54683535 98.11138932 3.54681021 98.11141782 3.54655464 98.11165058 3.54709058 98.11232314 3.54861994 98.11449632 3.54898196 98.11434394 3.54926887 98.11452163 3.54921665 98.11484995 3.54920475 98.11445642 3.54932888 98.11443312 3.54898263 98.11442901 3.54897232 98.11409131 3.54913308 98.11390498 3.54900417 98.11372317 3.54905270 98.11373516 3.54904222 98.11378847 3.54900015 98.11375427 3.54835608 98.11430387 3.54828634 98.11442306 3.54895581 98.11448920 3.54917499 98.11430915 3.54894055 98.11440370 3.54889814 98.11439515 3.54884709 98.11393289 3.54844920 98.11378956 3.54856940 98.11376877
ALTITUDE 287.57 178.46 269.78 274.11 241.90 242.87 247.67 249.59 251.52 252.96 266.42 267.86 260.65 298.62 298.62 254.40 250.56 253.92 258.25 258.25 287.09 287.57 188.55 239.50 245.75 254.40 255.36 293.82 287.57 295.26 301.02 294.78 284.68 284.20 258.25 263.05 188.55 239.50 245.75 254.40 255.36
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 25-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 26-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
NAME Mina284 Mina285 Mina286 Mina287 Mina288 Mina289 Mina290 Mina291 Mina292 Mina293 Mina294 Mina295 Mina296 Mina297 Mina298 Mina299 Mina300 Mina301 Mina302 Mina303 Mina304 Mina305 Mina306 Mina307 Mina308 Mina309 Mina310 Mina311 Mina312 Mina313 Mina314 Mina315 Mina316 Mina317 Mina318 Mina319 Mina320 Mina321 Mina322 Mina323 Mina324
LATITUDE 3.54855968 3.54855557 3.54802139 3.54702470 3.54509032 3.54497407 3.54386137 3.54391015 3.54396204 3.54394410 3.54391485 3.54391241 3.54392599 3.54425557 3.54438473 3.54489318 3.54514137 3.54568678 3.54758771 3.54886713 3.54897441 3.54860544 3.54863293 3.54861961 3.54878892 3.54880460 3.54875355 3.54881038 3.54959962 3.54937473 3.54928429 3.54944330 3.54945260 3.54943416 3.54916619 3.54905086 3.54875514 3.54859270 3.54834963 3.54845113 3.54843630
LONGITUDE 98.11370272 98.11374145 98.11339796 98.11097936 98.10987739 98.10964982 98.11022742 98.11030839 98.11041425 98.11037846 98.11054157 98.11050762 98.11052699 98.11041023 98.11038776 98.10965074 98.10985342 98.11029674 98.11345386 98.11438316 98.11450060 98.11447897 98.11442524 98.11442876 98.11452717 98.11446112 98.11452800 98.11446564 98.11452105 98.11453722 98.11449515 98.11432399 98.11430136 98.11430412 98.11446472 98.11466228 98.11473981 98.11456128 98.11399282 98.11357439 98.11365436
ALTITUDE 293.82 287.57 295.26 301.02 294.78 284.68 284.20 258.25 263.05 263.05 226.04 219.31 227.00 188.55 239.50 245.75 254.40 255.36 293.82 287.57 295.26 301.02 294.78 284.68 284.20 258.25 263.05 263.05 226.04 219.31 227.00 188.55 239.50 245.75 254.40 255.36 293.82 287.57 295.26 301.02 294.78
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 27-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 28-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08 29-JUL-08
NAME Mina325 Mina326 Mina327 Mina328 Mina329 Mina330 Mina331 Mina332 Mina333 Mina334 Mina335 Mina336 Mina337 Mina338 Mina339 Mina340 Mina341 Mina342 Mina343 Mina344 Mina345 Mina346 Mina347 Mina348 Mina349 Mina350 Mina351 Mina352 Mina353 Mina354 Mina355 Mina356 Mina357 Mina358 Mina359 Mina360 Mina361 Mina362 Mina363 Mina364 Mina365
LATITUDE LONGITUDE 3.54744011 98.11338689 3.54493878 98.10964513 3.54499821 98.10967589 3.54351411 98.11038600 3.54215624 98.11131899 3.54225690 98.11118832 3.54236335 98.11111146 3.54249856 98.11125009 3.54261976 98.11106561 3.54503442 98.10959995 3.54477533 98.10979801 3.54660988 98.10603839 3.54685337 98.10538393 3.54789617 98.10652035 3.54776432 98.10655950 3.54798728 98.10647937 3.54940684 98.10580747 3.54941480 98.10549659 3.54934104 98.10534144 3.54935336 98.10520297 3.54945285 98.10530473 3.54934699 98.10515502 3.54584855 98.10810126 3.54572249 98.10838147 3.54554186 98.10891096 3.54554714 98.10895831 3.54554445 98.10894717 3.54500156 98.10976298 3.54495856 98.10970036 3.54496686 98.10969668 3.54487969 98.10973037 3.54489662 98.10972651 3.54515076 98.10957748 3.54505663 98.10959894 3.54491875 98.10970849 3.54609707 98.11044786 3.54690928 98.11075975 3.54828928 98.11410472 3.54891448 98.11466186 3.54859111 98.11539545 3.54850939 98.11556753
ALTITUDE 284.68 284.20 258.25 263.05 263.05 226.04 219.31 227.00 172.69 306.79 365.91 341.88 329.86 313.04 339.96 339.96 370.72 380.81 375.05 403.41 401.48 333.71 187.59 334.67 372.16 364.47 371.68 376.49 374.57 381.78 383.70 383.70 378.41 376.01 382.74 384.18 381.78 383.22 342.84 354.86 250.08
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
DATE 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 30-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08 31-JUL-08
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
NAME Mina366 Mina367 Mina368 Mina369 Mina370 Mina371 Mina372 Mina373 Mina374 Mina375 Mina376 Mina377 Mina378 Mina379 Mina380 Mina381 Mina382 Mina383 Mina384 Mina385 Mina386 Mina387 Mina388 Mina389 Mina390 Mina391 Mina392 Mina393 Mina394 Mina395 Mina396 Mina397 Mina398 Mina399
LATITUDE 3.54889101 3.54893854 3.54862003 3.54847334 3.54743642 3.54743457 3.54752485 3.54764907 3.54761621 3.54765795 3.54769944 3.54774730 3.54771788 3.54844074 3.54883972 3.54864894 3.54830948 3.54815206 3.54813094 3.54829699 3.54868909 3.54878297 3.54825776 3.54821434 3.54826581 3.54824284 3.54845759 3.54820630 3.54748109 3.54746416 3.54892823 3.54969995 3.54973909 3.54918748
LONGITUDE 98.11445382 98.11451367 98.11453572 98.11446749 98.11344741 98.11343115 98.11346367 98.11356870 98.11371714 98.11375511 98.11373650 98.11372669 98.11372477 98.11364790 98.11443958 98.11451895 98.11439884 98.11435031 98.11440839 98.11474836 98.11464518 98.11457821 98.11433740 98.11438509 98.11429088 98.11438467 98.11354087 98.11356015 98.11340399 98.11342545 98.11443614 98.11467402 98.11462054 98.11434352
ALTITUDE 235.17 239.98 245.27 256.32 263.05 264.01 316.41 317.85 318.81 314.00 314.96 314.00 307.75 303.91 297.66 288.05 256.32 273.63 235.17 264.01 316.41 317.85 318.81 314.00 314.96 314.00 307.75 303.91 297.66 288.05 256.32 273.63 278.91 184.71
Lampiran 7: Koordinat Titik Sampel Fokal Jenggot TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
IDENT 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 04-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08
NAME Jgt001 Jgt002 Jgt003 Jgt004 Jgt005 Jgt006 Jgt007 Jgt008 Jgt009 Jgt010 Jgt011 Jgt012 Jgt013 Jgt014 Jgt015 Jgt016 Jgt017 Jgt018 Jgt019 Jgt020 Jgt021 Jgt022 Jgt023 Jgt024 Jgt025 Jgt026 Jgt027 Jgt028 Jgt029 Jgt030 Jgt031 Jgt032 Jgt033 Jgt034 Jgt035 Jgt036 Jgt037 Jgt038 Jgt039
LATITUDE LONGITUDE ALTITUDE 3.54753130 98.11568521 275.00 3.54752124 98.11562679 348.00 3.54747229 98.11579451 314.00 3.54754136 98.11576811 275.00 3.54752535 98.11589308 252.00 3.54734941 98.11575226 260.00 3.54755360 98.11562645 293.00 3.54759760 98.11552914 254.00 3.54752200 98.11552411 293.00 3.54795794 98.11527810 289.00 3.54788619 98.11519562 297.00 3.54793439 98.11529227 246.00 3.54855674 98.11554599 299.00 3.54853336 98.11564011 293.00 3.54826472 98.11581505 292.00 3.54805157 98.11533736 283.00 3.54803329 98.11533325 287.00 3.54754379 98.11551816 258.00 3.54755452 98.11556878 246.00 3.54753516 98.11548589 295.00 3.54793330 98.11519998 290.00 3.54791662 98.11523326 284.00 3.54793330 98.11524994 288.00 3.54761219 98.11571128 242.00 3.54752510 98.11578722 290.00 3.54741437 98.11551405 247.00 3.54757019 98.11560214 300.00 3.54753465 98.11583298 263.00 3.54760339 98.11591940 276.00 3.54754077 98.11576190 287.00 3.54786448 98.11574170 297.00 3.54796666 98.11526662 292.00 3.54794998 98.11524994 310.00 3.54791662 98.11523326 302.00 3.54799993 98.11521666 250.00 3.54831845 98.11568563 287.00 3.54845004 98.11538422 269.00 3.54844778 98.11541171 260.00 3.54863863 98.11516897 237.00
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
IDENT 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 05-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 06-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
NAME Jgt040 Jgt041 Jgt042 Jgt043 Jgt044 Jgt045 Jgt046 Jgt047 Jgt048 Jgt049 Jgt050 Jgt051 Jgt052 Jgt053 Jgt054 Jgt055 Jgt056 Jgt057 Jgt058 Jgt059 Jgt060 Jgt061 Jgt062 Jgt063 Jgt064 Jgt065 Jgt066 Jgt067 Jgt068 Jgt069 Jgt070 Jgt071 Jgt072 Jgt073 Jgt074 Jgt075 Jgt076 Jgt077 Jgt078
LATITUDE LONGITUDE 3.54886453 98.11474375 3.54883703 98.11474828 3.54885614 98.11470905 3.54902269 98.11469212 3.54794998 98.11526662 3.54793330 98.11526662 3.54791662 98.11519998 3.54794998 98.11523326 3.54798325 98.11526662 3.54801661 98.11524994 3.54803329 98.11523326 3.54800605 98.11530517 3.54841266 98.11513335 3.54897751 98.11451359 3.54867635 98.11470025 3.54834988 98.11458735 3.54838332 98.11456664 3.54836664 98.11456664 3.54836664 98.11458332 3.54839992 98.11459992 3.54841660 98.11461660 3.54838332 98.11459992 3.54806364 98.11462322 3.54809021 98.11472833 3.54880929 98.11445517 3.54905228 98.11437361 3.54908112 98.11436171 3.54825416 98.11184471 3.54818618 98.11187429 3.54811250 98.11226112 3.54794394 98.11200161 3.54759433 98.11184906 3.54715085 98.11166181 3.54551730 98.11325664 3.54546701 98.11321280 3.54536458 98.11320383 3.54549735 98.11331355 3.54514154 98.11384069 3.54502344 98.11407396
ALTITUDE 257.00 273.00 270.00 252.00 257.00 270.00 264.00 251.00 242.00 241.00 252.00 266.00 253.00 252.00 264.00 260.00 255.00 268.00 317.00 279.00 279.00 238.00 285.00 303.00 315.00 329.00 266.00 329.00 318.00 351.00 334.00 317.00 288.00 307.00 265.00 244.00 263.00 273.00 274.00
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
IDENT 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 07-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 08-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08
NAME Jgt079 Jgt080 Jgt081 Jgt082 Jgt083 Jgt084 Jgt085 Jgt086 Jgt087 Jgt088 Jgt089 Jgt090 Jgt091 Jgt092 Jgt093 Jgt094 Jgt095 Jgt096 Jgt097 Jgt098 Jgt099 Jgt100 Jgt101 Jgt102 Jgt103 Jgt104 Jgt105 Jgt106 Jgt107 Jgt108 Jgt109 Jgt110 Jgt111 Jgt112 Jgt113 Jgt114 Jgt115 Jgt116 Jgt117 Jgt118 Jgt119
LATITUDE LONGITUDE ALTITUDE 3.54466519 98.11480888 275.00 3.54552987 98.11597908 269.00 3.54560187 98.11604504 238.00 3.54554110 98.11609341 265.00 3.54571528 98.11588227 255.00 3.54593455 98.11578630 241.00 3.54613345 98.11585100 239.00 3.54620721 98.11581077 235.00 3.54627997 98.11550617 262.00 3.54628474 98.11549502 250.00 3.54681884 98.11580968 254.00 3.54685664 98.11580666 256.00 3.54686502 98.11583692 261.00 3.54688154 98.11582376 251.00 3.54695840 98.11588093 250.00 3.54694759 98.11587439 249.00 3.54652514 98.11603323 251.00 3.54615977 98.11679330 244.00 3.54638122 98.11708306 251.00 3.54649161 98.11714936 248.00 3.54630210 98.11705875 251.00 3.54575803 98.11774079 279.00 3.54547262 98.11793533 252.00 3.54565862 98.11788948 276.00 3.54617754 98.11775562 273.00 3.54680425 98.11760115 276.00 3.54790513 98.11736444 275.00 3.54789348 98.11739772 270.00 3.54788519 98.11741976 252.00 3.54787856 98.11735807 242.00 3.54786113 98.11726185 222.00 3.54784286 98.11727484 243.00 3.54784579 98.11739386 273.00 3.54794411 98.11733846 283.00 3.54793447 98.11731205 230.00 3.54817847 98.11606265 244.00 3.54814167 98.11589199 251.00 3.54716971 98.11589409 276.00 3.54651256 98.11576702 262.00 3.54563590 98.11583365 284.00 3.54561067 98.11600246 255.00
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
IDENT 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 09-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 10-AUG-08 11-AUG-08 11-AUG-08 11-AUG-08 11-AUG-08 11-AUG-08 11-AUG-08 11-AUG-08 11-AUG-08 11-AUG-08
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
NAME Jgt120 Jgt121 Jgt122 Jgt123 Jgt124 Jgt125 Jgt126 Jgt127 Jgt128 Jgt129 Jgt130 Jgt131 Jgt132 Jgt133 Jgt134 Jgt135 Jgt136 Jgt137 Jgt138 Jgt139 Jgt140 Jgt141 Jgt142 Jgt143 Jgt144 Jgt145 Jgt146 Jgt147 Jgt148 Jgt149 Jgt150 Jgt151 Jgt152 Jgt153 Jgt154 Jgt155 Jgt156 Jgt157 Jgt158 Jgt159 Jgt160
LATITUDE LONGITUDE 3.54553255 98.11617211 3.54546508 98.11615191 3.54550472 98.11619139 3.54560556 98.11608779 3.54593547 98.11645978 3.54566197 98.11593977 3.54566834 98.11594815 3.54573146 98.11599207 3.54571712 98.11586953 3.54498521 98.11666019 3.54446453 98.11701894 3.54401300 98.11720678 3.54376255 98.11723284 3.54308889 98.11730091 3.54305905 98.11734634 3.54370714 98.11608293 3.54518093 98.11577599 3.54570321 98.11589182 3.54565216 98.11586240 3.54555225 98.11616633 3.54549299 98.11621067 3.54558041 98.11606483 3.54582273 98.11619156 3.54596036 98.11617102 3.54586557 98.11623422 3.54604485 98.11548849 3.54603329 98.11544993 3.54600940 98.11492028 3.54574612 98.11471769 3.54579189 98.11446497 3.54588878 98.11419038 3.54633462 98.11271542 3.54599004 98.11169769 3.54587286 98.11167187 3.54573053 98.11184353 3.54531856 98.11197580 3.54507758 98.11240990 3.54499871 98.11245751 3.54498329 98.11244996 3.54436210 98.11210647 3.54422263 98.11220563
ALTITUDE 267.00 270.00 223.00 222.00 312.00 260.00 262.00 254.00 273.00 270.00 244.00 245.00 268.00 282.00 261.00 275.00 245.00 268.00 270.00 261.00 274.00 269.00 279.00 274.00 270.00 280.00 264.00 266.00 266.00 283.00 281.00 280.00 266.00 263.00 281.00 278.00 274.00 285.00 288.00 297.00 283.00
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
IDENT 11-AUG-08 11-AUG-08 14-AUG-08 14-AUG-08 14-AUG-08 14-AUG-08 14-AUG-08 14-AUG-08 14-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 15-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08
NAME Jgt161 Jgt162 Jgt163 Jgt164 Jgt165 Jgt166 Jgt167 Jgt168 Jgt169 Jgt170 Jgt171 Jgt172 Jgt173 Jgt174 Jgt175 Jgt176 Jgt177 Jgt178 Jgt179 Jgt180 Jgt181 Jgt182 Jgt183 Jgt184 Jgt185 Jgt186 Jgt187 Jgt188 Jgt189 Jgt190 Jgt191 Jgt192 Jgt193 Jgt194 Jgt195 Jgt196 Jgt197 Jgt198 Jgt199 Jgt200 Jgt201
LATITUDE LONGITUDE ALTITUDE 3.54423218 98.11196348 247.00 3.54353590 98.11181621 275.00 3.54792240 98.11733971 243.00 3.54789365 98.11731876 241.00 3.54830772 98.11736871 239.00 3.54854627 98.11674661 252.00 3.54857518 98.11670453 259.00 3.54855691 98.11670126 261.00 3.54849958 98.11668023 254.00 3.54790740 98.11737685 283.00 3.54785040 98.11740115 235.00 3.54785451 98.11732898 320.00 3.54782995 98.11732722 348.00 3.54765996 98.11746175 293.00 3.54774454 98.11744357 298.00 3.54766608 98.11737760 296.00 3.54769995 98.11744994 268.00 3.54771663 98.11743326 255.00 3.54774999 98.11743326 299.00 3.54773331 98.11741666 357.00 3.54772551 98.11723980 347.00 3.54768402 98.11729034 317.00 3.54768880 98.11727400 346.00 3.54766943 98.11717853 240.00 3.54768327 98.11721658 268.00 3.54769995 98.11721658 247.00 3.54791394 98.11743602 252.00 3.54794998 98.11741666 276.00 3.54788384 98.11738447 279.00 3.54785149 98.11742127 261.00 3.54774521 98.11733368 349.00 3.54789994 98.11741666 350.00 3.54794998 98.11739998 351.00 3.54859429 98.11634663 347.00 3.54853210 98.11553777 285.00 3.54894876 98.11444217 338.00 3.54901398 98.11412861 342.00 3.54843713 98.11364338 364.00 3.54793363 98.11325010 379.00 3.54719695 98.11281667 364.00 3.54721664 98.11283327 343.00
TYPE TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK TRACK
IDENT 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 16-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 17-AUG-08 18-AUG-08 18-AUG-08 18-AUG-08 18-AUG-08 18-AUG-08 18-AUG-08 18-AUG-08
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
NAME Jgt202 Jgt203 Jgt204 Jgt205 Jgt206 Jgt207 Jgt208 Jgt209 Jgt210 Jgt211 Jgt212 Jgt213 Jgt214 Jgt215 Jgt216 Jgt217 Jgt218 Jgt219 Jgt220 Jgt221 Jgt222 Jgt223 Jgt224 Jgt225 Jgt226 Jgt227 Jgt228 Jgt229 Jgt230 Jgt231 Jgt232 Jgt233 Jgt234 Jgt235 Jgt236 Jgt237 Jgt238 Jgt239 Jgt240 Jgt241 Jgt242
LATITUDE LONGITUDE 3.54685228 98.11125579 3.54655121 98.11070384 3.54686913 98.11073938 3.54670518 98.11064584 3.54673477 98.11059413 3.54667434 98.11057694 3.54675011 98.11059454 3.54744757 98.10956751 3.54770229 98.10974236 3.54756609 98.10967404 3.54726593 98.10941865 3.54723332 98.10938328 3.54670811 98.11057761 3.54670216 98.11058206 3.54667517 98.11063302 3.54667232 98.11060846 3.54668305 98.11056345 3.54674818 98.11065766 3.54672446 98.11054300 3.54674357 98.11075489 3.54679830 98.11173867 3.54686318 98.11172811 3.54680266 98.11174714 3.54708329 98.11131665 3.54772509 98.11070787 3.54850142 98.11029816 3.54851249 98.11026304 3.54851517 98.10956843 3.54910584 98.10903526 3.54906661 98.10813328 3.54921665 98.10811660 3.54913325 98.10813328 3.54885832 98.10801795 3.54892211 98.10796170 3.54748269 98.10915638 3.54649974 98.10907457 3.54637611 98.10931077 3.54635239 98.10936844 3.54645289 98.10980237 3.54669998 98.11056663 3.54678330 98.11061659
ALTITUDE 247.00 348.00 346.00 341.00 346.00 356.00 358.00 350.00 324.00 266.00 261.00 257.00 245.00 265.00 279.00 277.00 267.00 268.00 258.00 322.00 324.00 257.00 242.00 324.00 294.00 312.00 265.00 258.00 240.00 246.00 345.00 298.00 300.00 205.00 288.00 261.00 339.00 317.00 334.00 258.00 258.00
TYPE IDENT NAME LATITUDE LONGITUDE ALTITUDE TYPE IDENT TRACK 18-AUG-08 Jgt243 3.54674994 98.11056663 281.00 TRACK 20-AUG-08 TRACK 18-AUG-08 Jgt244 3.54678330 98.11058331 252.00 TRACK 18-AUG-08 Jgt245 3.54678330 98.11058331 259.00 TRACK 18-AUG-08 Jgt246 3.54676662 98.11056663 320.00 TRACK 18-AUG-08 Jgt247 3.54673326 98.11059999 290.00 TRACK 18-AUG-08 Jgt248 3.54673326 98.11061659 234.00 TRACK 18-AUG-08 Jgt249 3.54704414 98.11122201 268.00 TRACK 18-AUG-08 Jgt250 3.54721664 98.11155000 265.00 TRACK 18-AUG-08 Jgt251 3.54783330 98.11199994 254.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt252 3.54903325 98.11469992 252.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt253 3.54901666 98.11469992 251.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt254 3.54901322 98.11442214 291.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt255 3.54892798 98.11463680 290.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt256 3.54899998 98.11449992 294.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt257 3.54911665 98.11451660 343.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt258 3.54872329 98.11380917 272.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt259 3.54851659 98.11361664 352.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt260 3.54850000 98.11339997 352.00 TRACK 19-AUG-08 Jgt261 3.54850000 98.11339997 351.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt262 3.54826665 98.11386659 351.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt263 3.54826421 98.11406574 349.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt264 3.54833328 98.11408326 321.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt265 3.54889998 98.11448333 327.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt266 3.54902236 98.11434628 290.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt267 3.54916661 98.11461660 224.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt268 3.54943332 98.11509999 248.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt269 3.54921665 98.11589995 250.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt270 3.54906661 98.11599995 266.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt271 3.54859999 98.11679992 236.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt272 3.54851659 98.11679992 311.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt273 3.54848332 98.11681660 317.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt274 3.54854995 98.11671660 357.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt275 3.54863327 98.11688332 349.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt276 3.54834996 98.11614999 353.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt277 3.54838374 98.11599123 358.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt278 3.54837796 98.11553174 362.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt279 3.54899998 98.11461660 362.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt280 3.54878331 98.11438333 263.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt281 3.54834996 98.11426666 302.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt282 3.54733332 98.11379995 355.00 TRACK 20-AUG-08 Jgt283 3.54813329 98.11238333 306.00 Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan USU Repository © 2009
NAME Jgt284
LATITUDE LONGITUDE 3.54809993 98.11234997
ALTITUDE 277.00
Lampiran 8. Contoh Lembar Identifikasi Orangutan
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 9. Contoh Lembar Pengisian Data
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009
Desli Triman Zendrato : Identifikasi Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis, 2009. USU Repository © 2009