IDENTIFIKASI BAKTERI POTENSIAL PATOGEN SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN AIR DI MUARA SUNGAI DELI
Identification of Potential Pathogen Bacteria as Indicator of Polluted Water in Deli River Estuary. Eunike Saron Meliala1 , Dwi Suryanto2 , Desrita3 1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) 2 Staff Pengajar Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara 3 Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT
Deli River has been used by people for a long time for washing clothes, utensils, bathing and as latrine. The human activity in the estuary of Deli River causes the river polluted with organic and inorganic pollutant and harm microorganism. The type of waste pollution in waters is related to the type and number of microorganism in the water. The urban and rural waste is not only increase the growth of coliform bacteria but also increase the number of other pathogen bacteria. Deli River Estuary has been polluted indicated by total bacteria count in the area is (811 x 105 cfu/ml). This exceeded threshold value determined by the Regulation of Minister of Living Environment (2004). There were 9 species of potential pathogen bacteria identified using API 20 E i.e: Escherichia coli, Klebsiella oxytoca, Klebsiella ornithinolytica, Cedecea lapegei, Aeromonas hydrophyla, Aeromonas sobria, Aeromonas caviae, Ewingella americana and Vibrio fluvialis.
Keyword : Deli River, E.coli, Pathogen Bacteria. PENDAHULUAN Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, hal ini karena secara tidak langsung sungai menunjang pembangunan perekonomian. Peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan lingkungan termasuk pencemaran sungai. Aktifitas manusia di sekitar muara Sungai Deli dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran bahan organik dan anorganik sehingga dapat meningkatkan terjadinya pencemaran mikroorganisme di perairan. Daerah aliran sungai banyak dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga termasuk hasil ekskresi manusia. Banyak penduduk yang sedang berkembang membuang limbah domestik melalui kegiatan pembuangan sampah, mandi, mencuci dan kakus yang langsung
dilakukan di sungai yang akan mengalir ke laut. Limbah domestik dapat mencemari perairan sungai, baik secara fisik, kimiawi maupun mikrobiologi (Feliatra, 2002). Limbah domestik yang paling dominan adalah jenis limbah organik berupa kotoran manusia dan hewan. Jenis limbah domestik yang lain adalah limbah domestik anorganik yang diakibatkan oleh plastik serta penggunaan deterjen, sampo, cairan pemutih, pewangi dan bahan kimia lainnya. Limbah domestik yang berasal dari limbah anorganik relatif lebih sulit untuk terdegradasi. Apabila kuantitas dan intensitas limbah domestik ini masih dalam batas normal, alam masih mampu melakukan proses kimia, fisika, dan biologi secara alami. Namun, peningkatan populasi manusia telah menyebabkan peningkatan kuantitas dan intensitas pembuangan limbah domestik sehingga membuat proses penguraian limbah secara alami menjadi tidak seimbang (Sasongko, 2006). Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur dengan air khususnya pada air tanah dangkal. Mikroba yang paling berbahaya adalah mikroba yang berasal dari feses yaitu bakteri Coli. Mikroba yang berasal dari air yang tercemar dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia (Karyadi, 2010). Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri
coliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella dan Vibrio cholera. Mikroorganisme yang pada umumnya terdapat pada limbah domestik dalam jumlah banyak yaitu bakteri kelompok coliform, Escherichia coli dan Streptococcus faecalis. Beberapa bakteri yang merupakan indikator kualitas suatu perairan adalah coliform , fecal coli dan Salmonella. Terdapat tiga kelompok bakteri indikator pencemaran perairan rekreasi pantai yaitu fekal coliform, fekal streptococus dan patogen (Feliatra, 2002). Slamet (1996) menjelaskan bahwa naiknya temperatur, kelembaban dan pH pada suatu lingkungan menyebabkan mudahnya terjadinya perkembangbiakan bakteri patogen. Mengingat pentingnya peran perairan muara sungai bagi ketersediaan sumberdaya perikanan bagi masyarakat dan tingkat pencemaran yang terjadi di hulu dan hilir sungai ini yang semakin meningkat, dikhawatirkan perairan dan hasil laut dari kawasan ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Sampai saat ini, mayarakat masih menjadikan sungai sebagai tempat akhir pembuangan limbah dari daratan. Hal ini tak terkecuali bagi limbah domestik. Tentunya hal ini sangat membahayakan, karena limbah domestik sangat potensial membawa berbagai jenis patogen (virus, bakteri dan protozoa) yang membahayakan bagi manusia dan kehidupan biota akuatik. Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli terdiri atas tujuh (7) Sub DAS yakni:
Sub DAS Petani, Sub DAS Simaimai, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Deli, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar, dengan luas total 47.772,87 ha. Ditinjau dari aspek/faktor penutupan lahan, DAS Deli hanya mempunyai kondisi hutan seluas 3.533 ha atau (7,59 % dari total luas DAS Deli), sehingga sangat tidak ideal bila mengacu pada UU No. 41 Tahun 1999 yang menyatakan luas hutan idealnya adalah 30 % dari luas DAS (Hutapea, 2012). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Februari sampai April 2014 di Sungai Deli dan analisis identifikasi bakteri patogen sebagai indikator pencemaran air Muara Sungai Deli dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Alat dan Bahan Adapun alat yang dipergunakan dalam pengukuran parameter fisika kimia yaitu pengukuran parameter suhu menggunakan termometer, parameter salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer, parameter pH diukur dengan pH meter, kecerahan perairan diukur dengan menggunakan sechi disk dengan diameter 20 cm, oksigen terlarut diukur dengan alat DO meter dan kecepatan arus dengan current drogue sedangkan alat dan bahan yang dipergunakan dalam pengkuran parameter biologi dalam analisis identifikasi bakteri antara lain laminair air flow, autoklaf, neraca analitik, mikroskop, inkubator, termometer, botol sampel, coolbox,
cawan petri, tabung biak, gelas piala, oven, tabung durham, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, ose lurus dan bulat, sendok, botol steril, magnetic stirrer, pH meter, petridis, kaca objek dan penutup glass, vortex, hot plate, bunsen, colony counter, oven, kulkas, kamera digital, dan alat tulis menulis, tali, tisu, kapas, sarung tangan, masker, kertas, kertas label, aluminium foil. Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain media nutrient agar, potato dextrose agar, sulphate API agar, akuades, etanol 70%, glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, metil merah. Media Laktose Broth (LB), TSIA, larutan iodin, kristal ungu, larutan safranin, Reagen kovac, larutan alfa neftol, KOH 40%, etanol 95%, alkohol 70%, citrat, Trypton, MR, VP, Malonat, Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Manitol, Maltosa, dan akuades steril. Media kultur bakteri yang dipergunakan adalah Nutrient Agar (NA) dan Thiosulfat Citrate Bile Salts Sucrose Agar (TCBSA) untuk Vibrio cholera . Media yang digunakan bagi pertumbuhan bakteri Coliform adalah media M-Endo agar, fecal menggunakan MPN (LB dan BGLB) ; untuk bakteri fecal coli adalah EMB agar dan media untuk kultur Salmonella adalah SS agar dan metode World Health Organization. Lokasi Penelitian Stasiun I berada di kawasan hilir daerah aliran sungai DAS Deli sebagai daerah yang diduga tercemar karena merupakan daerah yang dekat dengan pemukiman dan aktif membuang limbah domestik dan stasiun II di daerah hilir sungai yang lebih dekat ke laut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei. Sampel air sungai diambil di dua stasiun. Stasiun I berada di posisi 98 o 40’31.9’’ BT dan 03 o 43’22.5’’ LU dan stasiun II berada di posisi pada 98 o41’59” BT dan 03 o45’55” LU. Isolasi Bakteri Coliform (Fekal dan non Fekal) a. Uji Dugaan (Presumptive Test) Sampel air terlebih dahulu dikocok sebanyak 25 kali dengan tujuan sampel air tersebut homogen. 9 tabung reaksi steril yang berisi tabung durham dengan medium LB dipersiapkan sebagai wadah isolasi. 10 ml sampel air diisolasikan ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi 9 ml medium LB. 1 ml dan 0,1 ml sampel air juga diisolasikan pada medium LB. Semua tabung selanjutnya diinkubasi pada suhu 35º selama 2x24 jam. Tabung durham yang menunjukkan positif ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung durham dan adanya perubahan warna. Untuk menghilangkan keraguan dapat dilakukan tes uji kepastian (Confirmed Test). b. Uji Kepastian (Confirmed Test) Tabung LB yang menunjukkan hasil positif selanjutnya diinokulasikan pada tabung berisi media BGLB dengan tabung durham. Inkubasi dilakukan pada suhu 45ºC untuk fekal, selama 2x24 jam. c. Inokulasi Bakteri Pada Medium TSI Agar (TSIA) Media TSIA merupakan medium deferensial untuk bakteri Gram-negatif. Cara pengerjaannya adalah dengan mengambil pertumbuhan bakteri sedikit dengan menggunakan ose
steril kemudian diinokulasi ke dalam dasar agar. Perubahan pH karena adanya fermentasi menyebabkan terjadinya warna kuning, dengan adanya indikator fenol red. Jika hanya dekstros yang difermentasi maka dasarnya saja yang berwarna kuning, tetapi jika dekstrosa maupun laktosa keduanya difermentasi maka dasar dan lerengnya akan berwarna kuning. Terbentuknya H2S adalah berasal dari natrium tiosulfat dan ferric ammonium citrat sebagai sumber sulfur. d. Pengamatan Morfologi Pengamatan morfologi dilakukan dengan pewarnaan Gram dari setiap koloni terduga. Pewarnaan Gram bertujuan untuk melihat bentuk atau morfologi dan sifat pewarnaan dari mikroorganisme tersebut. e. Uji Biokimia untuk Bakteri Coliform Uji biokimia dilakukan dengan menginokulasi biakan pada media TSIA ke dalam media: Citrat, Na, trypton (indol), MR (methyl red), VP (voger proskauer), Berikut adalah cara kerja dari uji biokimia:
f. Uji Utilasi Sitrat Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui jenis bakteri yang mengutilisisasi sitrat. Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, sehingga dengan adanya indikator brom thymol blue menyebabkan warna biru pada media.
Cara pengerjaannya adalah dengan mengambil koloni bakteri pada media KIA diambil dengan ose dan diinkubasi pada media simon citrat, selanjutnya diinkubasi pada suhu 35 − 37ºC selama 18 – 24 jam. Warna biru pada media menunjukkan tes positif dari warna dasar media yaitu hijau. g. Uji Mortilitas Uji Mortilitas bertujuan untuk membedakan bakteri motil dengan bakteri non motil. Pergerakan bakteri dapat dilihat dengan adanya kekeruhan di sekitar tusukan pada media karena medium dalam keadaan semi solid. Cara kerjanya yaitu pertumbuhan bakteri diambil sedikit dari media TSIA dengan ose steril dan diinokulasikan ke dalam NA semi solid dengan cara menusukkan bakteri pada ose hingga ke dasar media, kemudian diinkubasi pada suhu 35 − 370C selama 18 – 24 jam. Jika pertumbuhan yang menyebabkan kekeruhan sebagian besar dari medium menunjukkan tes positif dari warna dasar media yaitu hijau. h. Uji Indol Uji ini bertujuan untuk mendeteksi kemampuan mikroba mendegradasikan asam amino tryptophan. Pembentukan indol dari mikroorgamisme dapat diketahui dengan menumbuhkannya dalam media biakan yang kaya akan triptofan. Untuk melihat adanya indol digunakan reagen kovac yang memberikan reaksi warna apabila tes positif. Cara kerja : Bakteri biakan diambil pada media TSIA sebanyak 1 ose dan diinokulasikan pada media tripton
dan diinkubasi selama 18 − 24 jam pada suhu 35º– 37ºC. Setelah 24 jam biakan tadi ditambahkan dengan larutan kovac sebanyak 0,2 ml, dimana larutan ini digunakan untuk melihat kehadiran indol yang ditandai dengan terbentuknya cincin merah pada lapisan atas media. i. Uji Voges Proskauer (VP) Uji ini bertujuan untuk mendeteksi adanya acethyl methyl carbinol yang diproduksi oleh bakteri tertentu dalam pembenihan VP. Adanya bekteri tertentu yang dapat memproduksi acethyl methyl carbinol dapat diketahui dengan penambahan reagen voges prouskauer (reagen VP). Cara kerja : Biakan bakteri dari media TSIA diinokulasikan pada media VP dan biakan bakteri dari media TSIA diinokulasikan pada media VP dan diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 35º − 37oC. Selanjutnya 0,6 ml larutan alpha naftol dan 0,2 ml KOH 40% ditambahkan kemudian dikocok pelan hingga tercampur dan dibiarkan selama 15 menit, terjadinya warna orange berarti tes positif dari warna dasar media yaitu putih bening.
j. Uji Methyl Red Uji ini bertujuan untuk menentukan adanya fermentasi asam campuran. Beberapa bakteri memfermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media pertumbuhan menjadi 5,0 atau lebih rendah. Penambah indikator pH “methyl red” dapat menunjukkan adanya perubahan pH menjadi asam. Biakan bakteri diinokulasi dari media TSIA
pada media MR dan diinkubasi selama 18 −24 jam pada suhu 35ºC – 37ºC. Pertumbuhan bakteri pada biakan MR selanjutnya ditetesi dengan 2 − 3 tetes reagen Methyl Red. Terjadinya warna merah menunjukkan hasil tes positif dari warna dasar media yaitu putih bening. Prosedur Isolasi Bakteri Vibrio Tahapan dalam melakukan Identifikasi Bakteri Vibrio adalah persiapan alat dan bahan dan sterilisasi alat dan media, kemudian tahap pembuatan larutan Trisalt dan media kultur bakteri, tahap penanaman sampel air, tahap penghitungan bakteri, dan, interpretasi hasil penghitungan dan tahap persiapan. Bahan yang digunakan antara lain: sample air, nutrient agar, agar TCBS, larutan 3 garam (Trisalt), aquadest, alkohol 70% dan 96%. Prosedur Isolasi Bakteri Salmonella Isolasi bakteri patogen Salmonella dari sampel air dan lumpur dilakukan dengan menanamkan sampel pada media selektif Selenith broth dan penanaman sampel dilakukan dengan 3 ulangan. Isolasi selanjutnya dari media selenith broth dipindahkan ke media Xylose Lysine Desoxycholate (XLD) atau media Salmonella Shigella (SS) agar dan dilakukan uji biokimia berdasarkan World Health Organization (1977). Tahap Penghitungan Bakteri Jumlah bakteri yang muncul dihitung dengan menggunakan alat colony counter yang kemudian dicatat dan dikalikan dengan besaran pengenceran yang telah dilakukan.
Jumlah bakteri dinyatakan dalam satuan cfu/ml (colony-forming unit/ml). Uji Penentuan Jenis Bakteri Potensial Patogen Hasil isolasi bakteri yang diduga sebagai bakteri E.coli, Salmonella dan Vibrio diambil masing-masing 1 ose dan dilarutkan dalam tabung reaksi yang sudah berisi air NaCl. Uji penentuan jenis bakteri dari hasil isolasi dengan menggunakan media selektif tersebut dilakukan menggunakan API 20 E. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kualitas Air Muara Sungai Deli Hasil penelitian yang diakukan diketahui bahwa kualitas air muara Sungai Deli sudah tercemar. Hasil analisis kualitas air Sungai Deli menunjukkan hasil yang bervairiasi. Adapun pH di lokasi mangrove dan penduduk relatif sama yaitu berkisar 6,58 – 8,2. Suhu di sepanjang lokasi pengamatan Sungai Deli juga relatif sama yaitu berkisar 27 − 32oC. Fosfat di lokasi mangrove dan penduduk juga relatif sama yaitu 0,8 – 1,2 dan kandungan nitrit sebesar 0,11 − 0,18. Adapun kecerahan air sebesar 45 – 60 cm. Salinitas air Sungai Deli berkisar 8 − 18,33 (0/00). BOD5 di lokasi mangrove dan penduduk memiliki fluktuasi nilai yang berbeda yaitu terendah sebesar 3,05 dan tertinggi sebesar 16,5 mg/l. DO terendah sebesar 2 mg/l sedangkan DO tertinggi sebesar 6,3 mg/l. Kecepatan arus di sepanjang muara Sungai Deli relatif sama sebesar 0,13 – 0,20 m/dt.
Analisis Kualitas Air Muara Sungai Deli Berdasarkan Fecal coli Analisis kualitas air Sungai Deli berdasarkan mikrobiologi diperoleh hasil pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah sel Bakteri (TPC) dan uji MPN di Lokasi Pemukiman Penduduk (P) dan Mangrove (M) Kondisi Pasang I (P) Surut I (P)
Pasang II (P) Surut II (P)
Pasang I (M) Surut I (M)
Pasang II (M) Surut II (M)
Jenis TPC Coliform Fecal coli TPC Coliform Fecal coli TPC Coliform Fecal coli TPC Coliform Fecal coli TPC Coliform Fecal coli TPC Coliform Fecal coli TPC Coliform Fecal coli TPC Coliform Fecal coli
Identifikasi Patogen
Jumlah cfu / MPN 249,67 x 105 1100 11 331 x 105 1100 75 253 x 105 75 43 254,67 x 105 460 93 285,34 x 105 1100 150 374 x 105 2400 150 101,34 x 105 43 7 243 x 105 210 120
Bakteri
Potensial
Dua puluh empat sampel bakteri yang berhasil diisolasi terdapat 9 jenis bakteri potensial patogen. Koloni bakteri gram negatif yang didapat dengan metode API 20 E yaitu Escherichia coli, Klebsiella oxytoca, Klebsiella
ornithynolytica, Cedecea lapegei, Aeromonas hydrophyla, Aeromonas sobria, Aeromonas caviae, Ewingella Americana dan Vibrio fluvialis. Hasil identifikasi jenis bakteri patogen di stasiun I dan stasiun II dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Identifikasi Bakteri Patogen di Muara Sungai Deli No Jenis Stasiun Stasiun Bakteri I (P) II (M) 1. Escherichia ada Ada coli 2. Klebsiella ada Ada oxytoca 3. Klebsiella ada Ada ornithinolyti ca 4. Cedecea Tidak Ada lapegei ada 5. Aeromonas ada Ada hydrophila 6. Aeromonas ada Ada sobria 7. Aeromonas ada Ada caviae 8. Ewingella ada Ada americana 9. Vibrio Tidak Ada fluvialis ada Penyebaran bakteri K. ornithinolytica dan K. oxytoca yang paling umum juga melalui kontaminasi makanan laut (seafood) yang telah terinfeksi bakteri tersebut. Bakteri spesies ini berhubungan dengan produksi histamin yang menyebabkan keracunan pada ikan. Gejala penyakit yang diakibatkan oleh terinfeksi bakteri K. ornithinolytica pada manusia adalah terjadinya sindrom berupa demam (Hidayati dkk, 2002). Bakteri Aeromonas hydrophila, Aeromonas caviae dan Aeromonas sobria adalah spesies bakteri yang sangat umum
ditemukan di perairan tawar, payau dan laut yang dapat menginfeksi berbagai jenis spesies ikan. Bakteri Aeromonas biasanya menginfeksi ikan yang mengalami stress, mengalami penurunan imunitas atau yang mengalami luka atau borok pada tubuh. Pada umumnya, bakteri Aeromonas hydrophila dan Aeromonas sobria menginfeksi ikan yang sudah terinfeksi oleh bakteri patogen lain, sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan. Motile aeromonad septicaemia (MAS) adalah istilah penyakit pada ikan disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila (www.environment-agency.gov.uk, 2004). Bakteri Cedecea lapegei merupakan bakteri gram negatif dan termasuk ke dalam famili Enterobacteriaceae. Cedecea memiliki tiga spesies yaitu C. davisae, C. lapagei, C. neteri. Cedecea sp. biasanya diisolasi dari sampel klinis sebagai patogen dan ditemukan dari beberapa infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini yang dapat menyebabkan penyakit pneumonia pada manusia (Harun, 2011). Dari semua hasil yang diperiksa pada sampel air muara Sungai Deli, walaupun hasil hanya menemukan jenis bakteri Vibrio fluvialis masih kemungkinan terdapat bakteri Vibrio jenis lainnya seperti V .parahemolyticus dan V. cholera, V. alginolyticus, V. Mimicus. Penyebaran bakteri Vibrio seperti Vibrio fluvialis, V. parahemolyticus dan V. cholera dapat melalui seafood yang terinfeksi oleh bakteri Vibrio. Oleh sebab itu, keberadaan bakteri Vibrio ini harus diwaspadai (Widowati, 2008).
E.coli adalah mikroorganisme yang paling mengancam badan air sungai. Bakteri E.coli mengkontaminasi badan air sungai setelah tinja memasuki badan air, bahkan dalam keadaan tertentu E.coli dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh dan dapat tinggal di dalam pelvix ginjal dan hati (Yudo, 2010). Bakteri Ewingella americana pada umumnya diisolasi dari spesimen klinis. Namun dari beberapa penelitian sebelumnya juga didapati bahwa bakteri ini dapat diisolasi dari sayur-sayuran, daging, jamur dan molusca. Hal ini membuktikan bahwa bakteri ini dapat hidup di berbagai habitat. Bakteri Ewingella sp. dapat tumbuh pada kisaran temperatur 0 − 40°C, sekalipun banyak strain yang menunjukkan pengurangan aktivitas biokimia pada temperatur tersebut (Wilfried dkk, 2006). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perairan muara Sungai Deli termasuk tercemar hal ini dibuktikan dengan angka kisaran kepadatan rata-rata sel bakteri di perairan muara Sungai Deli (811x 105 cfu/ml) sudah melebihi ambang batas yang ditetapkapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (2004). Berdasarkan analisis identifikasi bakteri patogen di muara Sungai Deli diperoleh 9 jenis bakteri patogen. Bakteri gram negatif yang didapat dengan metode API 20 E yaitu Escherichia coli, Klebsiella oxytoca, Klebsiella ornithinolytica, Cedecea lapegei, Aeromonas hydrophyla, Aeromonas sobria, Aeromonas caviae, Ewingella americana dan Vibrio fluvialis.
Saran 1.
2.
Perlu perhatian, pengawasan dan penanganan yang khusus terhadap kualitas di di muara Sungai Deli Medan kecamatan bagan oleh masyarakat dan pemerintah setempat agar kondisi perairan terjaga dengan baik. Perlu adanya penambahan titik pengambilan sampel di beberapa lokasi sepanjang muara Sungai Deli untuk mengetahui kualitas air yang lebih banyak lagi di muara Sungai Deli Medan Kecamatan Bagan.
DAFTAR PUSTAKA Feliatra, 2002. Sebaran Bakteri Escherichia Coli Di Perairan Muara Sungai Bantan Tengah Bengkalis Riau. Harun, 2011. A Pneumonia Case Caused By Cedecea lapagei. Journal of Clinicaland Analytical Medicine5(2): 147-148. Hidayati, E., N.Juli dan E.Marwani. 2002. Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari Makanan Berbumbu DanTidak Berbumbu Kunyit (Curcuma longa L.) Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit(Curcuma longa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi. Jurnal Matematika dan Sains, 7(2):43 – 52. Hutapea,S. 2012. Kajian Konservasi Daerah Aliran Sungai Deli Dalam Upaya Pengendalian Banjir di Kota Medan. Disertasi Program Pascasarjana Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Karyadi, L. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Program instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di RT 30 RW 07 Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Sasongko, A.L.2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk Di Sekitar Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Serta Upaya Penanganannya (Studi Kasus Kelurahan Sampangan Dan Bendan Ngisor Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang). Tesis Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Slamet, J.S.1996. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. p 85. Yogyakarta. Widowati,R.2008.KeberadaanBakter iVibrio parahaemolyticusPadaUdang YangDijual di RumahMakanKawasanPantai Pangandaran. FakultasBiologiUniversitasN asional, Jakarta. Vis Vitalis,1(1):9-10. Wilfried,R.,M.Khan andB. Poppenberger.2006.The Natural Antibiotic Resistances of theEnterobacteriaceae Rahnella and Ewingella.Antibiotic Resistant Bacteria – A Continuous Challenge in the New Millennium. Max F.
Perutz Laboratories, University of Vienna, Austria. World Health Organization. 1977. Guidelines for health related monitoring of coastal water quality. Copenhagen. www. environmentagency.gov.uk.2004. Fisheries Technical Services Fish Health, Ageing and Species, Environment Agency, Bromholme Lane, Brampton, Huntingdon, PE28 4NE . Yudo, S. 2010. Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta Ditinjau dari Parameter Organnik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli. Jurnal 1(6): 9-10.