STUDI KUALITAS AIR SUMUR DAERAH SEKITAR MUARA SUNGAI TALLO DAN POTENSI PEMANFAATNYA SEBAGAI SUMBER AIR MASYARAKAT Mirham Mauluddin Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univ. Hasanuddin Jl. P. Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea, Makassar, 90245 Ph/Fax : 0411-587636
Bambang Bakri
Farouk Maricar Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univ. Hasanuddin Jl. P. Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea, Makassar, 90245 Ph/Fax : 0411-587636/580505
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univ. Hasanuddin Jl. P. Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea, Makassar, 90245 Ph/Fax : 0411-587636/580505
Abstrak : Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius, karena air sudah banyak tercemar bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia Muara sungai yang menanggung beban limbah buangan yang cukup kompleks dari banyak sumber pencemar yang dialirkan ke sungai. Ditambah lagi dengan kondisi air yang cenderung payau karena berdekatan dengan daerah pantai. Sumur dangkal sangat berpotensi sebagai sumber air bagi masyarakat yang bermukim sekitar muara sungai tallo untuk pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-harinya. Untuk mengetahui potensi pemanfaatnnya Penelitian ini kami fokuskan terhadap lima sumur yang aktif digunakan oleh masyarakat sehari-hari dengan jarak yang variatif dari muara sungai yaitu sumur pertama (91 m), sumur kedua (102 m), sumur ketiga (154 m), sumur keempat (76 m), sumur kelima (42 m).Untuk mengetahui kualitasnya terdapat sepuluh parameter yang kami uji yaitu fisik (bau,kekeruhan, zat padat terlarut), kimia(besi, BOD, klorida, DO, Kesadahan, pH) dan mikrobiologi (total coliform). Penentuan mutu air yg telah dihasilkan dari uji laboratorium kami olah menggunakan metode storet untuk menentukan skor dan mengklasifikasikannya. Berdasarkan hasil analisis pengujian sampel air sumur dangkal sekitar muara sungai Tallo secara fisik, kimia, dan mikrobiologi diperoleh hasil dari tiap–tiap lokasi sumur yaitu dua parameter kesadahan (sumur keempat = 626 mg/L) dan total bakteri E-Coli (sumur kedua = ≥ 2400 , Sumur keempat = ≥ 2400) yang melampaui ambang batas pada daftar persyaratan kualitas air bersih yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan Metode Storet dalam mengidentifikasi tingkat pencemaran air sumur dangkal disekitar muara sungai Tallo diperoleh rata-rata hasil analisis dari lokasi titik sumur yaitu dengan nilai -2.8 yang termasuk pada kelas B (Baik) dengan kategori Cemar Ringan. Kata Kunci : Kualitas Air, Sumur Dangkal, Muara Sungai Tallo, Metode Storet.
1
air sungai yang terdapat disekitar pemukiman warga yang tinggal di bantaran sungai.
Latar Belakang Masalah Sumber daya air merupakan salah satu sumberdaya yang sangat vital dalam mendukung perkembangan suatu daerah dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Praktek pembangunan pada kota-kota besar di Indonesia menampilkan wajah ganda. Di suatu sisi terlihat perkembangan pembangunan yang mengesankan dalam wujud arsitektur modern di sepanjang tepi jalan utama kota. Dibalik semua keanggunan itu, nampak menjamurnya lingkungan kumuh dengan sarana dan prasarana yang sangat tidak memadai untuk mendukung keberlangsungan kehidupan manusia yang berbudaya, hingga tak terelakkan bantaran sungai pun menjadi pilihan yang cukup memungkinkan menjadi pemukiman bagi kalangan masyarakat menengah kebawah demi memenuhi kebutuhan primer mereka.
Jarak sumur ke sumber pencemar, konstruksi sumur dangkal serta struktur tanah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pencemaran air sumur. Makin dekat jarak horizontal dan vertikal antara sumur dan sumber pencemar makin besar kemungkinan air tanah dalam sumur mengalami pencemaran. ( Le Grand dan Todd 1983 dikutip dalam Novran. M. D, 2009 ) Dari uraian persoalan yang ada diatas, penulis ingin mencoba mengkaji lebih jauh tingkat kualitas air sumur dangkal pada daerah pemukiman penduduk sekitar muara sungai Tallo Makassar dengan mengangkat judul “Studi Kualitas Air Sumur Daerah Sekitar Muara Sungai Tallo dan Potensi Pemanfaatannya Sebagai Sumber Air Bersih Masyarakat”.
Sungai yang semula mengalir jernih dan mengemban fungsi sebagai salah satu sumber kehidupan penduduk, tidak bisa lagi melanjutkan fungsinya karena kadar pencemaranya telah melampaui ambang batas. Masyarakatpun mencoba mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan vital tersebut dengan membuat sumur galian yang memanfaatkan sumber air tanah dangkal sebagai sumber air baku dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Air tanah dangkal yang rentan akan intrusi maupun kontaminasi dari berbagai sumber kontaminan seperti septic tank, tempat pembuangapn akhir/sementara sampah maupun dari
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat kualitas air sumur masyarakat pada daerah pemukiman di sekitar muara sungai Tallo ditinjau dari parameter fisik, kimia dan mikrobiologi untuk dibandingkan dengan baku mutu air yang berlaku ? 2. Bagaimana tingkat pencemaran air sumur dengan menggunakan standar kualitas lingkungan yang berlaku ?
2
3. Bagaimana potensi pemanfaatan dan daya dukung air sumur masyarakat di sekitar muara sungai Tallo sebagai sumber air bersih masyarakat ?
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang kualitas air sumur pada daerah muara sungai Tallo dengan perbandingannya terhadap baku mutu yang berlaku, serta potensi pemanfaatan air sumur dangkal tersebut sebagai sumber air bersih masyarakat. C. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada daerah pemukiman sekitar muara sungai Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan.
METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Pemantauan dan pemeriksaan kualitas air merupakan salah satu proses pengendalian dampak lingkungan, pengendalian dampak lingkungan yang baik akan membuat umur bumi semakin panjang dan kelangsungan hidup makhluk hidup tetap terjaga. Pelaksanaan pemantauan dan pemeriksaan kualitas air harus melalui langkah yang terintegrasi dan terpadu agar memberikan hasil yang cukup representatif dan valid. Dibawah ini merupakan bagan alir pelaksanaan penelitian tentang pemantauan dan pemeriksaan kualitas air sumur. Mulai
Sumber : Google Earth Gambar 3.2 : Rencana lokasi pengambilan sampel air sumur dangkal sekitar muara sungai Tallo. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua sumur dangkal pada daerah muara sungai Tallo Kota Makassar yang menjadi sumber air bersih warga. 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah sumur dangkal yang berada pada daerah pemukiman di muara sungai Tallo. Sampel sumur dangkal diambil dari populasi dengan teknik Purposive Sampling.
Pengambilan Data Peta lokasi Titik sumur sekitar muara sungai Tallo Teknik sampling(Purpossive Sampling) PengambilanSampel AirSumur (SNI 6989.58 Tahun 2008)
Pemeriksaansifat fisik air sumur (Baku mutu air sesuai Pergub Sulsel No.69 Tahun 2010)
Pemeriksaansifat kimia air sumur (Baku mutu air sesuai Pergub Sulsel No.69 Tahun 2010)
Pemeriksaansifat biologi air sumur (Baku mutu air sesuai Pergub Sulsel No.69 Tahun 2010)
Analisis data dan pembahasan Metode Storet (Kepmen LHNo. 115 tahun 2003)
Kesimpulandan saran
Selesai
Gambar 3.1 Bagan Alir Kerangka Penelitian
3
E. Metode Pengambilan Sampel Air 1. Waktu dan Lokasi Pengambilan Sampel Pengambilan sampel air sumur dangkal dilakukan pada daerah sekitar muara sungai Tallo yang terdiri dari dua lokasi pemukiman masyarakat bantaran muara sungai Tallo, pada hari senin 22 juni 2015, mulai dari pukul 09.00–13.00 WITA. Setelah sampel diambil kemudian langsung dibawa ke Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) kelas 1 Makassar. Pengambilan sampel air sumur dangkal dilakukan pada 5 titik berbeda. 2. Alat dan Bahan yang Digunakan a. Alat 1. 5 buah botol air mineral (1500 ml) 2. 5 buah botol steril (150 ml) 3. 5 buah botol kimia (winkler 250 ml) 4. Roll meter dilengkapi pelampung 5. Timba 6. Cutter 7. GPS 8. Wadah untuk mengamankan botol steril & winkler b. Bahan 1. Sampel air sumur 2. Alcohol 95% 3. Korek api 4. Tali
3. Cara Pengambilan Sampel Air Sumur Mengingat pentingnya data hasil uji parameter kualitas air sumur dangkal, dalam proses pengambilan sampel sebagai langkah awal untuk menghasilkan data kualitas air sumur dangkal harus dipertimbangkan kaidahkaidah ilmiah dan peraturan perundang-undangan lingkuhan hidup yang berlaku. Dalam hal ini, peralatan pengukuran atau pengujian yang digunakan di laboratorium akan menghasilkan data sesuai kondisi sampel yang diuji. “GIGO” atau Garbage In Garbage Out merupakan ungkapan yang tepat untuk cara kerja peralatan di laboratorium. Dengan demikian, filosofi “benar sejak awal” harus diterapkan dalam menghasilkan data kualitas lingkungan (Hadi, A.,2005:10). A
Pengulan gan pengambi lan sampel
Ti da k
Pengambi lan Perlakuan Sampel sampel di Lapangan Transport asi Preparasi sampel sampel di laboratori Analisis um sampel di Laborator ium
Bila diperluk an Penyimpa nan sampel di Laborator ium
Sesuai perenca naan pengam Y bilan a sampel Pelapora n hasil ? pengujia
Sumber: Hadi, A.,n 2005:11 paramete Gambar 3.3 Bagan Alir Pengambilan r Sampel airlingkung dalam Pengujian an
4
Sumber: BTKL dan PPK I Makassar
Parameter Lingkungan
F. Metode Analisis Data Penentuan status air dengan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. 1. Metode Storet Metode Storet merupakan salah satu metode untuk penentuan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet ini dapat diketahui parameterparameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukan guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan
Analisis sampel air dilakukan langsung di lokasi (insitu) untuk parameter air yang tidak bisa diawetkan (pH, suhu, bau, rasa), dan dianalisis di laboratorium untuk parameter yang dapat diawetkan. Cara-cara pengambilan sampel air yang kami lakukan telah kami bahas pada sub bab dua. Setelah pengambilan sampel air sumur, ukur diameter, tinggi sumur serta tinggi muka air dengan menggunakan rollmeter. Kemudian catat di lembar data lapangan. 4. Pemeriksaan Sampel Air Sumur Suatu penelitian terhadap kualitas air, tidak semua parameter dan sifat-sifat air harus diteliti. Hal ini sangat bergantung dari tujuan penelitian tersebut. Tetapi lebih ditekankan terhadap parameter yang berhubungan dengan keamanan, penerimaan dan fungsi perairan tersebut. Untuk analisis kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung di lokasi (insitu) dan cara pengawetan yang dilakukan di Laboratorium, terutama untuk sifat-sifat air yang dapat bertahan lama dalam kondisi yang sudah diawetkan. Berikut ini adalah parameter yang diteliti:
status mutu air dengan menggunakan system nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu: Tabel 3.3 Klasifikasi Kelas Mutu Air Menurut US-EPA
Pa ram eter
Sa tuan
F isika
1
Bau
2
K ekeru han (Tu rb id ity)
NT U
Tu rbidimetrik
mg/L
SN I 0 6-6 98 9. 27 -20 05
5
Z at P adat Terlarut (TD S) Kimia
1
Besi (Fe)
mg/L
IKM/5.4 .5 /BT KL -MKS
2
BO D
3
K lo rid a (Cl)
mg/L
SN I 0 6-6 98 9. 19 -20 09
4
DO
mg/L
5
K esad ahan (h ardn es)
mg/L
SN I 0 6-6 98 9. 14 -20 04 IKM/5. 4. 10 /BBLK MK S(Titrimetri)*
p H* C.
Biolog i
1
T otal Ko lifo rm (MPN )
-
SN I 0 6-6 98 9. 11 -20 04
IKM/5.4 .9 /BT KL -MKS
Keterangan
1
A
0
Memenuhi Baku
Baik Sekali
B
-1 sampai -10
Baik Cemar Sedang
3
C
-11 sampai -30
Sedang Cemar Berat
4
D
= -31
Buruk
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
SNI 6 98 9. 72 -s2 00 9
Jumlah Per 10 0 ml sampel
Mutu Air
Cemar Ringan
-
B.
Skor
2
Spesifika si M etode
A.
Kelas
mutu
Tabel 3.1 Parameter yang Diujikan N o.
No.
5
kebutuhan air bersih sehari-hari. Dan tidak jarang pada bulan September hingga November demi memenuhi kebutuhan airnya masyarakat sekitar muara sungai tallo harus mengeluarkan biaya untuk membeli air bersih. Berikut gambaran situasi sumur yang menjadi sampel penelitian kualitas air sumur disekitar muara sungai Tallo :
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Situasi Lokasi
Gambar 4.1 : Peta Situasi Lokasi Penelitian Kelurahan Tallo Makassar (sumber : kelurahantallo.blogspot.com) Kecamatan Tallo sebagai salah satu dari 14 Kecamatan yang ada di Kota Makassar, mempunyai peranan penting dalam pengembangan kota Makassar. Dengan Luas +8,75 km2 merupakan kecamatan yang paling utara dikota Makassar, dengan jumlah penduduk + 135.000 jiwa, 15 Kelurahan serta 78 RW dan 467 RT dengan penduduk yang heterogen.
Gambar 4.2 : Peta Situasi Lokasi Sumur 1. Sumur pertama (Bungu Masigi) Sumur ini merupakan sumur dangkal (gali) yang dibuat sekitar tahun 1800-an, menurut penjelasan warga sumur ini telah ada sejak zaman kerajaan. Berada pada koordinat 5° 6'20.37 Lintang Selatan dan 119°26'34.12 Bujur Timur. Memiliki elevasi 6 m diatas permukaan laut dan jarak sumur dari bibir muara adalah 98 m. Sumur berada sangat dekat dengan rumah yaitu (± 1.5 m), sangat dekat dengan satu kuburan purbakala (± 2 m), dekat dengan tumpukan sampah (± 3 m), dekat dengan septic tank (± 4 m), berada pada pemukiman
2. Gambaran Situasi Sumur Penelitian Keadaan topografi muara yang tidak memadai, Pengaruh intrusi air laut ketika pasang maupun surut, kepadatan penduduk sehingga tidak mungkin untuk membuat banyak sumur. Hal tersebut menjadikan PDAM Makassar tumpuan bagi sebagian besar masyarakat sekitar muara sungai tallo untuk memenuhi
6
padat penduduk. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari air bersih warga sekitar muara sungai tallo. Sebagai sumur umum yang aktif air sumur ini sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci dan kakus.
koordinat 5° 6'9.12 Lintang Selatan dan 119°26'41.60 Bujur Timur. Memiliki elevasi 5 m diatas permukaan laut dan jarak sumur dari bibir muara adalah 154 m. sumur berada sangat dekat dengan gudang (± 1.5 m). banyak sampah organik yang mengapung dan beberapa sampah plastik yang terlihat didasar sumur. Jauh dari pemukiman penduduk (± 15 m). digunakan untuk memenuhi kebutuhan seharihari air bersih warga sekitar muara sungai tallo. Sebagai sumur umum yang aktif air sumur ini sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci dan kakus.
2. Sumur kedua (Sumur Ibu Sabiah) Sumur ini merupakan sumur dangkal (gali) yang dibuat sekitar tahun 1998. Berada pada koordinat 5° 6'19.85 Lintang Selatan dan 119°26'34.00 Bujur Timur. Memiliki elevasi 6 m diatas permukaan laut dan jarak sumur dari bibir muara adalah 102 m. sumur berada sangat dekat dengan rumah (± 1 m) , dekat dengan pohon pisang (± 2 m). Berada ditengah pemukiman penduduk. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan seharihari air bersih keluarga Ibu Sabiah dan warga sekitar muara sungai tallo ketika musim kemarau tiba. Sebagai sumur pribadi yang aktif air sumur ini sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci dan kakus.
4. Sumur keempat (Sumur Pak Abd. Rasyid) Sumur ini merupakan sumur dangkal (gali) yang dibuat sekitar tahun 1995. Berada pada koordinat 5° 6'9.01 Lintang Selatan dan 119°26'45.02 Bujur Timur. Memiliki elevasi 4 m diatas permukaan laut dan jarak sumur dari bibir muara adalah 76 m. sumur berada sangat dekat dengan rumah (± 1 m) , dekat dengan pohon pisang (± 2 m). Berada ditengah pemukiman penduduk. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan seharihari air bersih keluarga Pak Abd. Rasyid dan warga sekitar muara sungai tallo ketika musim kemarau tiba. Sebagai sumur pribadi yang
3. Sumur ketiga (Bungu Gampangcaya) Sumur ini merupakan sumur dangkal (gali) yang dibuat sekitar tahun 1800-an, menurut penjelasan warga sumur ini telah ada sejak zaman kerajaan. Berada pada
7
aktif air sumur ini sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci dan kakus.
dilapangan hanya terdapat sekitar sembilan sumur yang terdapat disekitar muara sungai tallo. Empat sumur yang paling aktif digunakan sebagai penyedia sumber air bersih masyarakat untuk mandi, mencuci dan kakus. Lima sumur lainnya sangat jarang digunakan oleh masyarakat karena dari segi fisik airnya terlihat sangat keruh bahkan kehitam-hitaman dan banyak bahan pencemar organik yang mengapung seperti daun kering, sampah plastik serta masih banyak lagi bahan pencemar lainnya yang membuat warga enggan mengunakan air sumur tersebut. Namun jika dalam keadaan terpaksa seperti musim kemarau atau pasokan PDAM berhenti maka air sumur tersebut akan digunakan. 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah sumur dangkal yang berada pada sekitar muara sungai tallo yang secara administrasi masuk pada wilayah Kecamatan Tallo Kelurahan Tallo. Sampel sumur dangkal pada sekitar muara sungai Tallo diambil dari populasi dengan teknik Purposive Sampling dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Tingkat aktifitas penggunaan sumur. b. Jarak sumur c. Konstruksi sumur d. Air sumur masih digunakan sebagai air minum, mandi mencuci. e. Letak sumur dari muara sungai Tallo. f. Pemilik sumur bersedia sumurnya untuk dijadikan sampel
5. Sumur kelima (Sumur Ibu Maemunah) Sumur ini merupakan sumur dangkal (gali) yang dibuat sekitar tahun 1995. Berada pada koordinat 5° 6'13.01 Lintang Selatan dan 119°26'45.19 Bujur Timur. Memiliki elevasi 4 m diatas permukaan laut dan jarak sumur dari bibir muara adalah 42 m. sumur berada dibawah kolong rumah dan berada sangat dekat dengan aliran pembuangan limbah rumah tangga (± 1,5 m), sangat dekat dengan satu kompleks pekuburan kuburan lampau (± 7 m). Tidak aktif digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari air bersih keluarga Ibu Maemunah. Karena air cenderung payau, berwarna coklat dan keruh. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua sumur dangkal berada di Kecamatan Tallo, Kelurahan Tallo, Kota Makassar. Daerah sekitar muara sungai tallo merupakan tempat pemukiman padat penduduk yang banyak dihuni oleh masyarakat kecil dan menengah kebawah. Rumah yang padat penduduk yang banyak harus ditopang oleh sumber daya air yang mapan, namun melalui survey lokasi sumur yang telah dilakukan bahwa kami melihat 8
Purposive Sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Menurut pertimbangan diatas ditentukanlah sampel dengan jumlah lima titik sumur yang akan ditentukan data kualitas airnya. Penentuan titik sumur yang masih digunakan warga di Kecamatan Tallo (populasi) berdasarkan hasil survey secara langsung yang dilakukan pada daerah sekitar muara sungai Tallo makassar pada tanggal 27 juni 2014.
harinya. Terutama sumur dangkal yang berada sangat dekat dengan muara sungai yang bahkan pemilik sumur tersebut enggan memanfaatkan airnya untuk mandi, cuci maupun kakus bahkan ketika musim kemarau sekalipun. Menindaklanjuti kondisi yang terjadi pada masyarakat tersebut untuk mengetahui kualitas air sumur sekitar muara sungai tallo secara pasti baik dari segi fisika, kimia maupun mikrobiologinya sehingga dilakukan penelitian ini. Dapat dilihat gambaran kualitas air dari hasil uji laboratorium yang akan di sajikan pada tabel dibawah ini.
C. Hasil Pengujian Sampel Air Sumur Dangkal Pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat memerlukan perhatian yang cukup serius utamanya dari segi kelayakan dan ketersediaannya. Penggunaan sumur dangkal sebagai penopang kebutuhan air bersih warga Kelurahan Tallo yang bermukim disekitar bantaran muara sungai Tallo menjadi perhatian khusus, karena selain kondisi topografi pemukiman penduduk yang berada disekitar muara sungai yang umumnya terkontaminasi oleh air laut sehingga air cenderung payau dan kurang layak digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat sehari-hari. Saat melakukan survey awal sebelum penelitian ini didapati beberapa keluhan warga tentang kualitas air sumur sekitar muara sungai yang digunakan sehari-hari. Air tersebut cenderung keruh dan berwarna kecoklatan sehingga tidak dapat digunakan sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-
Hasil Pemeriksaan No
Parameter
Batas Maksimum Yg dibolehkan
Satuan Sumur 1
Sumur 2
Sumur 3
Sumur 4
Sumur 5
Spesifikasi Metode
A.
Fisika / Physical
1
Bau
-
tidak berbau
tidak berbau
tidak berbau
tidak berbau
tidak berbau
2
Kekeruhan / Turbidity
NTU
1.39
4.91
1.58
0.868
11.3
25
Turbidimetrik
3
Zat Padat Terlarut /
mg/l
336
360
284
766
670
1500
Konduktivitimetrik
B.
Kimia / Chemical
1
Besi / Iron
mg/l
< 0.02
2
BOD / Bologycal oxygen Demand
mg/l
8.34
16.7
8.34
8.34
16.7
-
Winkler
3
Chlorida / Chloride
mg/l
61.33
92.57
68.46
337.48
173.56
600
IKM/5.4.11/BBLK-MKS(Titrimetri)*
4
DO / Disolve Oxygen
mg/l
7.27
6.91
7.27
7.27
6.91
-
Winkler
5
Kesadahan / Hardness
mg/l
226
188
207
626
229
500
IKM/5.4.10/BBLK-MKS(Titrimetri)*
-
7.07
6.97
6.9
6.95
7.52
6 -8.5
SNI 06 - 6989.11 -2004
-
= 2400
21
93
= 2400
23
**6
pH
C.
Mikrobiologi
1
Total Bakteri Coliform
0.49
0.04
0.02
0.58
tidak berbau
1
IKM/5.4.13/BBLK-MKS(AAS)*
IKM/5.4/24/BBLK-MKS
Keterangan : = Nilai Ambang Batas Yang Melebihi Baku Mutu
Pengujian Sifat Fisik a. Parameter Bau Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya mikroorganisme, bahan organik, gas terlarut dengan cara mencium aroma sampel. Pengujian ini di lakukan sescara langsung pada saat di melakukan pengambilan sampel air. Dari pengujian yang dilakukan pada sampel air sumur pertama hingga sumur kelima semua sumur tidak berbau. Sumur masyarakat kurang dirawat dengan baik
9
oleh masyarakat kebersihanya sehingga ada beberapa bahan yang masuk kedalam badan air sumur tersebut seperti daundaun, serta air sumur tetap terjaga sirkulasi airnya karena tetap dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat sekitar sebagai sumber air, kecuali sumur kelima yang digunakan sesekali saja jika terjadi krisis air. Dari kategori bau tersebut air sumur yang sekitar muara sungai tallo yang di teliti masih sesuai digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat, karena pada daftar persyaratan kualitas air bersih yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI NO. 416/MENKES/PER/IX/1990 menyatakan bahwa standar air bersih adalah tidak berbau. Maka air sumur sekitar muara sungai tallo dari parameter bau masih sesuai untuk digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat.
mikroorganisne lain. Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang menambah kekeruhan air. Air sumur sekitar muara sungai tallo masih tergolong keruh meskipun memang kekeruhannya masih belum melewati ambang batas kekeruhan yang berlaku disulawesi selatan. Kekeruhan tersebut karena dipengaruhi oleh struktur tanah sekitar muara sungai yang cukup lunak, terutama bantaran muara sungai yang merupakan tergolong tanah berlumpur. Hal ini pula dipengaruhi oleh jarak sumur terhadap muara sungai, semakin dekat sumur dari muara sungai semakin keruh air sumur tersebut. Hasil uji laboratorium yang menunjukan kekeruhan/turbidity yang dimiliki oleh lima sumur yang telah di uji yaitu, sumur pertama memiliki nilai kekeruhan yang cukup rendah dibandingkan dengan keempat sumur yang lain yaitu dengan nilai sebesar 1.39 NTU. Sumur kedua memiliki nilai kekeruhan yang masih sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sumur pertama yaitu dengan nilai sebesar 4.91 NTU. Sumur ketiga memiliki nilai kekeruhan yang masih sedikit lebih tinggi dibandingkan
b. Parameter Kekeruhan / Turbidity Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan
10
dengan sumur kedua yaitu dengan nilai sebesar 1.58 NTU. Sumur keempat memiliki nilai kekeruhan yang masih lebih rendah dibandingkan dengan sumur ketiga yaitu dengan nilai sebesar 0.868 NTU dan memiliki nilai kekeruhan yang paling rendah diantara semua sumur yang di teliti. Sumur kelima memiliki nilai kekeruhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keempat sumur yang lain yaitu dengan nilai sebesar 11.3 NTU dan memiliki nilai kekeruhan yang paling tinggi diantara semua sumur yang di teliti. Hasil dari pengujian tersebut Di bandingkan dengan daftar persyaratan kualitas air bersih yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI NO. 416/MENKES/PER/IX/1990 sebesar 25 NTU dan nilai yang didapatkan dari semua sumur masih sangat jauh dibawah ambang batas, dan dari parameter kekeruhan masih sesuai digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat.
khusus untuk upaya penjernihan air. Juga tetap dijaga dengan menutup bibir sumur ketika tidak digunakan. Dibawah ini di gambarkan grafik perbandingan antara hasil uji laboratorium parameter kekeruhan yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku.
Ambang Batas Baku Mutu
Gambar 4.3 Grafik perbandingan kekeruhan dan baku mutu. c. Parameter Zat Padat Terlarut (TDS) Zat padat terlarut (Total Dissolved Solids) merupakan padatan yang terdiri dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya (Fardiaz, 1992). Zat padat terlarut dapat dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme. Jika kandungannya berlebih maka fluktuasi kegiatan mikroorganisme mengakibatkan fluktuasi zat padat di dalam air sehingga kualitas air menjadi menurun.
Melihat hasil yang telah dijabarkan diatas bahwa tidak ada sumur yang melebihi ambang batas kekeruhan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Secara visual yang di dapatkan dilapangan saat proses sampling yaitu air masih terlihat keruh. Meskipun warga tetap menggunakan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakusnya sebaiknya air sumur tersebut tetap diberikan pengolahan
Berdasarkan hasil pengujian nilai kandungan TDS sumur pertama 336 mg/l, sumur kedua 360 mg/l, sumur ketiga 284 mg/l, sumur keempat 766 mg/l, dan sumur kelima 670 mg/l nilai diatas
11
masih di bawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan menurut daftar persyaratan kualitas air bersih yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI NO. 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah (≤ 1500 mg/L). Nilai diatas menunjukan bahwa masyarakat masih kurang memperhatikan kebersihan sekitar bibir sumur sehingga mengakibatkan masuknya bahan-bahan yang tidak diinginkan. Selain itu posisi susmur yang berada disekitar muara sungai memberikan pengaruh terhadap nilai TDS nya terbukti dengan rasa air pada sumur kelima yang payau. Namun Dari parameter TDS, air sumur dangkal pada sekitar muara sungai tallo masih sesuai dimanfaatkan warga untuk MCK dan keperluan rumah tangga lainnya. Dibawah ini di gambarkan grafik perbandingan antara hasil uji laboratorium parameter TDS yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku.
a. Parameter Besi / Iron Pengujian laboratorium yang telah di lakukan pada 5 (lima) titik sampel sumur memberikan gambaran sifat kimia yang terkandung dalam sampel air sumur tersebut. Secara visual pada saat melakukan sampling di melihat pada sumur kedua dan sumur kelima sampel air kelihatan cukup keruh dan berwarna kecoklatan, hal tersebut juga dibuktikan dengan hasil uji laboratorium menunjukan nilai kadar besi yang terkandung dalam air tersebut cukup tinggi dari sumur lainnya yaitu 0.49 mg/l untuk sumur kedua dan 0.58 mg/l untuk sumur kelima, selanjutnya untuk nilai kadar besi pada tiga sumur yang lain yaitu sumur pertama < 0.02 mg/l karena airnya cukup jernih dan tidak kecoklatan, sumur ketiga 0.04 mg/l air sumur ini pun tidak kecoklatan, sumur keempat 0.02 mg/l dan airnya masih cukup jernih dan tidak kecoklatan. Hasil dari pengujian tersebut Di bandingkan dengan daftar persyaratan kualitas air bersih yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI NO. 416/MENKES/PER/IX/1990 sebesar 1 mg/l dan nilai yang didapatkan dari semua sumur masih belum melebihi ambang batas, dan dari segi kadar kandungan besi dalam air sumur tersebut masih sesuai digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat. Dibawah ini di gambarkan grafik
Ambang Batas Baku Mutu
Gambar 4.4 : Grafik Perbandingan TDS dengan baku mutu. 2. Pengujian Sifat Kimia
12
perbandingan antara hasil uji laboratorium parameter besi yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku.
berikut yaitu pada sumur pertama 8.34 mg/l, sumur kedua 16.7 mg/l, sumur ketiga 8.34 mg/l, sumur keempat 8.34 mg/l, dan sumur kelima 16.7 mg/l. pada PERGUB SULSEL NO 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan lingkungan Hidup sebesar 3 mg/l maka dari segi kadar BOD dalam air sumur tersebut masih sesuai digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat. Dibawah ini di gambarkan grafik perbandingan antara hasil uji laboratorium parameter BOD yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku.
Ambang Batas Baku Mutu
Gambar 4.5 : Grafik Perbandingan besi dengan baku mutu. b. Parameter BOD (Biologycal Oxygen Demand) Pengujian laboratorium yang telah di lakukan pada 5 (lima) titik sampel sumur memberikan gambaran sifat kimia yang terkandung dalam sampel air sumur tersebut. Pemeriksaan BOD di lakukan karena dengan BOD yang cukup akan mengoptimalkan kerja mikrooganisme dalam mengurai bahan-bahan organik yang ada dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Sehingga kualitas air akan terjaga dari bahan organik pencemar yang masuk kedalam badan air sumur tersebut.
Ambang Batas Baku Mutu
Gambar 4.6 : Grafik Perbandingan BOD dengan Baku Mutu
c. Parameter chlorida (Cl) Pengujian laboratorium yang telah di lakukan pada 5 (lima) titik sampel sumur memberikan gambaran sifat kimia yang terkandung dalam sampel air sumur tersebut. Kandungan chlorida dalam air sumur sekitar muara sungai tallo berkisar antara 61.33 mg/l –
Hasil uji laboratorium menunjukan nilai BOD sebagai
13
337.48 mg/l. nilai tersebut masih sangat jauh dari ambang batas yang belaku sesuai dengan daftar persyaratan kualitas air bersih yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI NO. 416/MENKES/PER/IX/1990 sebesar ≤ 600 mg/L. Hasil pengukuran di laboratorium untuk semua lokasi pengamatan. Oleh karena itu, dalam hal ini air tersebut masih sesuai digunakan untuk kebutuhan air bersih masyarakat sekitar muara sungai Tallo. Dibawah ini di gambarkan grafik perbandingan antara hasil uji laboratorium parameter Cl yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku.
terdapat dalam air sumur tersebut. Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan proses difusi dari udara (Fardiaz,1992). Banyaknya oksigen yang terlarut dalam air memberikan dampak yang baik yaitu mikroorganisme dapat mengurai bahan organik yang terdapat dalam air, menyediakan oksigen yang cukup untuk biota air sehingga air terjaga kualitasnya. Pada beberapa contoh penjernihan air maupun penjernihan limbah sengaja dibiakan ikan agar dapat diketahui apakah air tersebut siap dilepas kepada badan air penerima atau tidak. Hasil uji laboratorium yang telah di lakukan menunjukan beberapa nilai DO yang masih dalam taraf cukup baik untuk digunakan sebagai sumber air masyarakat sekitar muara sungai tallo. Sumur pertama 7.27 mg/l, sumur kedua 6.91 mg/l, sumur ketiga 7.27 mg/l, sumur keempat 7.27 mg/l, dan sumur kelima 6.91 mg/l. Sesuai dengan PERGUB SULSEL NO 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan lingkungan Hidup yaitu batas minimal DO yang perlu ada didalam suatu badan air yaitu 4 mg/l. perbandingan data dengan baku mutu tersebut diatas menunjukan bahwa meskipun masih tergolong sedikit, namun
Ambang Batas Baku Mutu
Gambar 4.7 : Grafik Perbandingan Chlorida dengan baku mutu. d. Parameter Oxygen
DO
/
Disolve
Pengujian laboratorium yang telah dilakukan pada 5 (lima) titik sampel sumur memberikan gambaran sifat kimia yang terkandung dalam sampel air sumur tersebut. Pemeriksaan DO dilakukan agar di dapat melihat secara jelas kandungan oksigen yang
14
masih sesuai digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat. Dibawah ini digambarkan grafik perbandingan antara hasil uji laboratorium tentang DO yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku.
Pentingnya melakukan pengujian parameter kesadahan ini karena kegiatan MCK masyarakat pasti dilakukan dengan menggunakan sabun. Jadi semakin tinggi nilai kesadahan air maka akan semakin banyak pula jumlah sabun yang diperlukan oleh masyarakat untuk aktifitas mandi, mencuci, dan kakus. Sabun sukar berbuih karena ion Ca2+ dan Mg2+ mengendapkan sabun. Contoh reaksinya sebagai berikut :
Ambang Batas Baku Mutu
Ca2+ + 2CH3 (CH2)16 COO- (ag) --> Ca (CH3 (CH2)16 COO2) (s)
Gambar 4.8 : Grafik Perbandingan DO dengan baku mutu. e. Parameter (Hardness)
Hasil uji laboratorium yang telah di lakukan menunjukan nilai kesadahan yang cukup baik yaitu berkisar antara 188 mg/l – 626 mg/l, namun pada sumur keempat menunjukan nilai yang melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu 500 mg/l, hal tersebut terjadi karena jarak sumur keempat sangat dekat dengan pantai (53 m). Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawasenyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak. Pengaruh jarak muara sungai dari lokasi sumur cukup tinggi karena intrusi air laut
Kesadahan
Pengujian laboratorium yang telah di lakukan pada 5 (lima) titik sampel sumur memberikan gambaran sifat kimia yang terkandung dalam sampel air sumur tersebut. Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+, atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Sederhananya kesadahan merupakan kemampuan air untuk mengendapkan sabun.
15
pun menjadi salah satu penyebab kesadahan air sumur. Dibawah ini di gambarkan grafik perbandingan antara hasil uji laboratorium parameter kesadahan yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku.
berkisar antara 6 – 8.5 untuk standar air bersih. Dibawah ini di gambarkan grafik perbandingan antara hasil uji parameter pH yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku. Ambang Batas Baku Mutu
Ambang Batas Baku Mutu
Gambar 4.9 : Grafik Perbandingan Kesadahan dengan baku mutu. Gambar 4.10 : Grafik Perbandingan pH dengan baku mutu.
f. Parameter pH Pengujian laboratorium yang telah di lakukan pada 5 (lima) titik sampel sumur memberikan gambaran sifat kimia yang terkandung dalam sampel air sumur tersebut. Penentuan pH air diperlukan dalam menentukan kulitas air agar mengetahui sifat asam atau basa air sebelum digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
3. Pengujian Sifat Mikrobiologis a. Parameter Bakteri Coliform Analisis mikrobiologi dilakukan berdasarkan organisme petunjuk (indicator organism) terhadap pencemaran air. Dalam hal ini yang sering digunakan adalah bakteri. Jika dalam air ditemukan adanya bakteri, hal ini mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bakteri coliform tinja (E. coli), atau kemungkinan mengandung bakteri coliform adalah jenis bakteri coli yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu coliform fecal, yaitu bakteri yang hidup secara normal pada usus manusia dan hewan, contohnya Escherichiacoli, dan coliform non fecal yaitu bakteri yang hidup pada hewan dan tanaman yang sudah mati,
Hasil uji laboratorium yang telah di lakukan untuk parameter pH, air sumur sekitar muara sungai tallo yaitu berkisar antara 6.9 – 7.52 hal ini masih tergolong masih dalam ambang batas pH yang disyaratkan dalam PERGUB SULSEL NO 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan lingkungan Hidup yaitu dengan pH
16
contohnya Enterobacter aerogenes (Fardiaz, 1992). Hasil uji laboratorium yang di lakukan menunjukan nilai keberadaan bakteri e-coli yang banyak terdapat pada sumur pertama dan sumur keempat yaitu ≥ 2400 . hal tersebut terjadi karena lokasi sumur keempat berada sangat dekat dengan septic tank yang dimiliki warga dan lokasi sumur yang berada pada pemkiman yang padat serta sumur sangat dekat dengan kompleks pemakaman raja-raja Tallo. Dibawah ini di gambarkan grafik perbandingan antara hasil uji total Coliform yang di lakukan dengan baku mutu yang berlaku.
mutu air. Apabila hasil pengukuran mutu air memenuhi standar baku mutu airnya yaitu bila hasil pengukuran ≤ baku mutu, maka diberi skor 0, apabila hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air yaitu bila hasil pengukuran > baku mutu air, maka diberi skor sesuai tabel (2.4). Total skor dari metode storet bergantung pada jumlah parameter yang melebihi ambang batas yang ditentukan, semakin banyak parameter yang melebihi ambang batas maka semakin tinggi hasil skor yang diperoleh. Air sumur sekitar muara sungai tallo merupakan tumpuan dalam memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari bagi masyarakat kecil dan menengah yang belum mendapatkan suplai air dari PDAM makassar. Kurangnya jumlah sumur yang aktif digunakan sebagai sumber air untuk mampu menopang kebutuhan air bersih sehari-hari masyarakat, menjadikan sumur yang diteliti ini tempat yang sangat sering dimanfaatkan airnya sebagai sumber air bersih. selain itu disaat suplai air PDAM Makassar kurang atau tersendat maka sumur dangkal sekitar muara tersebut semakin ramai dikunjungi dan dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari khususnya untuk MCK. Karena sudah sejak lama menjadi kebiasaan masyarakat untuk memenuhi kebtuhan air bersih mereka dengan mendatangi sumur yang ada disekitar muara sungai tallo. Tabel dibawah ini adalah hasil analisis data dengan menggunakan metode storet.
Ambang Batas Baku Mutu
Gambar 4.11 : Grafik Perbandingan Bakteri Coliform D. Metode Storet Metode Storet merupakan salah satu metode untuk penentuan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metoda Storet ini dapat diketahui parameterparameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukan guna menentukan status
17
KESIMPULAN DAN SARAN Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Kualitas Air Sumur Dangkal Sekitar Muara Sungai Tallo Menggunakan Metode Storet Hasil Pemeriksaan No
Parameter
A.
Fisika / Physical
1
Bau
2
Kekeruhan / Turbidity Zat Padat Terlarut / Total Dissolved Solid
3
Satuan
Skor
Batas Maksimum Sumur 1
Sumur 2
Sumur 3
Sumur 4
Sumur 5
tidak berbau 4.91
tidak berbau 1.58
tidak berbau 0.868
tidak berbau 11.3
360
284
766
670
NTU
25
tidak berbau 1.39
mg/l
1500
336
-
tidak berbau
Sumur 1
Sumur 2
Sumur 3
0
0
0
Sumur Sumur 4 5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
B.
Kimia / Chemical
1
mg/l
1
< 0.02
0.49
0.04
0.02
0.58
0
0
0
0
0
mg/l
-
8.34
16.7
8.34
8.34
16.7
0
0
0
0
0
3
Besi / Iron BOD / Bologycal oxygen Demand Chlorida / Chloride
mg/l
600
61.33
92.57
68.46
337.48
173.56
0
0
0
0
0
4
DO / Disolve Oxygen
mg/l
-
7.27
6.91
7.27
7.27
6.91
0
0
0
0
0
5
Kesadahan / Hardness
mg/l
500
226
188
207
626
229
0
0
0
-2
0
-
6 - 8.5
7.07
6.97
6.9
6.95
7.52
0
0
0
0
0
2400
21
93
2400
23
-6
0
0
-6
0
-6
0
0
-8
0
2
**6 pH C.
Mikrobiologi
1
Total Bakteri Coliform
-
A. Kesimpulan Berikut Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pengamatan dan analisis terhadap data kualitas air sumur disekitar muara sungai Tallo sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis pengujian sampel air sumur dangkal sekitar muara sungai Tallo secara fisik, kimia, dan mikrobiologi diperoleh hasil dari tiap–tiap lokasi sumur yaitu dua parameter kesadahan (sumur keempat = 626 mg/L) dan total bakteri E-Coli (sumur kedua = ≥ 2400 , Sumur keempat = ≥ 2400) yang melampaui ambang batas pada daftar persyaratan kualitas air bersih yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI NO. 416/MENKES/PER/IX/1990 dan Baku Mutu Air Kelas II berdasarkan Peraturan Gubernur Sulsel No.69 tahun 2010. Delapan parameter yang masih memenuhi ambang batas dari sepuluh parameter dan lima sampel air sumur yang diujikan. 2. Dengan menggunakan Metode Storet dalam mengidentifikasi tingkat pencemaran air sumur dangkal disekitar muara sungai Tallo diperoleh rata-rata hasil analisis dari lokasi titik sumur yaitu dengan nilai -2.8 yang termasuk pada kelas B (Baik) dengan kategori Cemar Ringan. 3. Melihat potensi pemanfaatan dan daya dukung air sumur sekitar muara sungai tallo ini dari hasil uji laboratorium masih banyak parameter yang berada dibawah ambang batas yang ditentukan. Dari segi penilaian mutu air dengan menggunakan metode storet pun masih menunjukan nilai yang masuk dalam kategori cemar ringan. Sehingga air sumur disekitar muara sungai Tallo masih dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan
Jumlah Rata-Rata
-2.8
Keterangan : …= Nilai Ambang Batas Yang Melebihi Baku Mutu Nilai rata-rata penentuan kualitas air dengan menggunakan metode storet yaitu -2.8 hal itu menunjukan bahwa kualitas air sumur disekitar muara sungai tallo berada diantara -1 sampai -10 dan masuk dalam kategori B dengan mutu cemar ringan dan dengan keterangan baik. E. Pengaruh Jarak Sumur Muara sungai yang merupakan tempat yang memiliki keadaan yang cukup kompleks untuk diteliti. Ditinjau dari segi kulitas air bersihnya, banyak hal dapat mempengaruhi air sumur disekitar muara sungai. Semakin dekat jarak sebuah sumur dengan sumber pencemar maka akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap penurunan kulitas air sumur tersebut. Pada penelitian ini kualitas air sumur tidak banyak dipengaruhi oleh muara sungai, namun banyak dipengaruhi oleh pencemar yang lebih dekat dengan sumur tersebut seperti septic tank, tumpukan sampah, kuburan. Berikut grafik hubungan antara jarak sumur dari sumber pencemar yaitu muara sungai.
Gambar 4.12 : Grafik Hubungan jarak muara sungai dengan sumur
18
mandi, mencuci dan kakus sehariharinya. B. Saran 1. Diharapkan adanya studi yang dilakukan dengan menggunakan metode lain, sehingga didapatkan hasil yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya. 2. Diharapkan adanya perhatian pemerintah untuk mencari solusi untuk mengadakan sumber air yang lain agar masyarakat tidak bergantung kepada air tanah dangkal (air sumur) misalnya dengan memperluas pengadaan aliran air dari PDAM atau bak-bak penampungan air baku di setiap daerah yang belum terjangkau instalasi PDAM. 3. Pemerintah Kota Makassar perlu melakukan sosialisasi untuk mengatasi pencemaran air, khususnya air sumur dangkal, dengan item konstruksi sumur (dinding beton, lantai sumur), menjauhkan sumber pencemar lain terhadap sumur dengan menutup bibir sumur dan juga melakukan sanitasi. 4. Pemerintah Kota Makassar perlu melakukan sosialisasi dalam membuat penyaringan air yang sederhana dan murah. 5. Pemerintah Kota Makassar perlu melakukan sosialisasi pentingnya membuat sumur resapan di tiap rumah. 6. Setiap puskesmas di Kecamatan Tallo, Kelurahan Tallo perlu melakukan sosialisasi ke warganya tentang penggunaan kaporit dan batu tawas dalam menjaga kualitas air sumur warga.
19
DAFTAR PUSTAKA Asmadi, & Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Limbah. Yogyakarta. Gosyen Publishing. Badan Lingkungan Hidup Daerah Sulawesi Selatan. 2010. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup. Makassar: Pengurus Provinsi Sulawesi Selatan. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Fakhrurroja, H. 2010. Membuat Sumur Air di Berbagai Lahan. Jakarta: Griya Kreasi. Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hanafiah, A.K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Jurusan Psikologi Universitas Negeri Makassar. 2004. Panduan Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Makassar. Kurniawan, B. 2006. Analisis Kualitas Air Sumur Sekitar Wilayah Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Lestari, Ika Ayu., & Setiyono, A. 2012. Perbedaan Kandungan Mangan (Mn) dalam Air Sumur Gali Berdasarkan Syarat Fisik Sumur Gali di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Manampiring, Aaltje E. 2009. Karya Ilmiah, Studi Kandungan Nitrat (NO-3) pada Sumber Air Minum Masyarakat Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon. Manado. Universitas Sam Ratulangi. Notodarmojo. S. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Novran, M. D. 2009. Dampak Pembangunan Terhadap Sumber Daya Air. Jurnal Lingkungan Hidup (Online), (http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/24/dampakpembangunan/#more-122, diakses 2 Maret 2013 pukul 16.00 WITA) Pubalos, J. 2010. Studi Pencemaran Logam Berat Cu dan Pb pada Air Sumur Gali di Sekitar TPA Sampah Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar. Skripsi Sarjana. Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Rahadi, B., & Novia, L. 2012. Studi Kasus Kabupaten Sumenep. Penentuan Kualitas Air Tanah Dangkal dan Arahan Pengelolaan. Jurnal Teknologi Pertanian, 1(2): 97-104. Udin, Y. 2007. Studi Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali dan Kejadian Diare di Desa Labuan Panimba Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Skripsi Sarjana. Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Cetakan kedua. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Press. Warlina, L. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak, dan Penanggulangannya. Makalah disajikan untuk Pengantar ke Falsafah Sains, Pasca Sarjana (S3) Institut Pertanian Bogor, Bogor, 6 Juni 2004.
20