IDEN WILDENSYAH
JALAN JALAN BELAJAR
Penerbit www.nulisbuku.com
Jalan jalan Belajar
ISI
#1 Memulai Perjalanan Belajar [halaman 6]
Melalui
Inspirasi
#2 Menulis Dari Satu Tempat Ke Tempat Lain [halaman 17]
#3 Merefleksikan [halaman 109]
Sebagai
Pembelajaran
2
Jalan jalan Belajar
Menulis dan Bertualang Menulis dan bertualang adalah dua hal yang menyenangkan. Catatan ini kisah dibalik perjalanan ke Kampung Dukuh, sebuah kesempatan yang sangat berharga dan saya syukuri karena bisa merasakan lebih dekat dengan penduduk yang jauh dari teknologi, penduduk yang sangat ekologis, penduduk yang ramah, penduduk yang selalu berbagi kebaikan, penduduk yang lebih maju berpikir tentang alam dan lingkungan hidup, penduduk yang membuat saya bersyukur bisa belajar banyak dari mereka.
Rumah di Kampung Dukuh (dok.pribadi) Saya suka menulis, saya juga suka bertualang, walaupun rasanya capek tapi saya sangat menyukai. Bagi saya menulis adalah perlawanan, 3
Jalan jalan Belajar
setidaknya melawan malas, berpetualang adalah hobi supaya badan tetap segar karena menghirup udara yang bersih. Nah saya yakinlah anda yang kuliah di kota pasti sudah menghirup gas karbon monoksida dari asap knalpot bis kota yang hitam pekat atau dari sepeda motor yang makin merapat menghabiskan ruas jalan hingga melewati trotoar. Kalau saya bepergian ke alam terbuka maka zatzat beracun dalam tubuh saya itu sedikitnya akan terkuras oleh udara yang bersih di pegunungan. Kalau tidak, mungkin saja racun tumbuh subur di tubuh saya. Beberapa bulan yang saya ke kampong dukuh, kampung adat yang dilindungi cagar budaya, sebuah daerah yang berada di kabupaten Garut sebelah selatan, berada di wilayah Cikelet mungkin lebih tepatnya dekat wilayah Cimari. Dari jalan raya Cikelet ke lokasi sejauh 9 km, kalau tidak membawa mobil sekelas jeep jangan berharap bisa menuju lokasi, sebuah jalan pedesaan yang belum teraspal rapi, hanya berupa jalan perkebunan yang biasa dipakai untuk menganggkut hasil kebun atau kayu. “Taringgul” Dalam bahasa sunda berarti kondisi yang memperlihatkan jalan tidak rata.
4
Jalan jalan Belajar
Di Depan Gerbang Kampung Dukuh (dok.pribadi) Sepanjang perjalanan, ide saya berputar-putar merangkai tulisan. Dalam bayangan saya bercerita , tentang topik, jalan cerita, main idea, dan kesimpulan. Rangkaian ini yang akhirnya saya tuliskan di komputer setelah matang saya kirimkan ke media. Sangatlah disayangkan jika ide liar yang berkejaran dalam pikiran saya tentang petualangan ini saya biarkan menguap, hilang ditelan angin. Buku catatan kecil kadang saya gunakan untuk mencatat fakta, biasanya juga pakai recorder agar bisa di ulang barangkali ada yang saya lupa. Tentunya juga saya tidak lupa membawa kamera, wah sangat disayangkan jika melewatkan momen menarik tanpa merekamnya dalam foto. Lengkaplah sudah menulis, fotografi dan petualangan. Selanjutnya belajar dari sana, 5
Jalan jalan Belajar
saya belajar dari tulisan saya, dari pemikiran orang-orang yang temui, dari lingkungan saya lewati dan dari pengalaman yang alami. Jadi, mari kita menulis dan bertualang, agar kita belajar banyak!
Kampung Dukuh (dok.pribadi)
Petunjuk Sunda Ini pengalaman atau mungkin saja bisa menjadi panduan bagi anda yang hendak berkunjung ke daerah-daerah di wilayah sunda. Orang sunda di daerah, akan memberikan pengalaman positif bagi pendatang yang bertanya. Contoh saja di Garut Selatan, sewaktu melancong ke kampung dukuh 6
Jalan jalan Belajar
saya mendapatkan pengalaman tentang bagaimana orang sunda berpikir positif. Ketika itu saya bertanya: ”bu, punteun dupi kampung dukuh masih jauh?”. Si ibu yang dimaksud menjawab: ” sakeudap deui, caket da mung sabelokan deui ka palih kaler”. Jawab si ibu meyakinkan dengan telunjuk diarah kedepan seolah sudah didepan mata. Tapi coba bayangkan, yang dimaksud cakeut sabelokan itu bagaimana, jaraknya berapa jauh?, lalu kaler itu dimana? Sebelahmananya mana? Kidulnya dimana, kulon dan wetan juga dimana?. Rumit memang kalau dipikir dengan ilmu navigasi kompas tetapi memang itu kenyataan, itu terjadi didaerah sunda. Jalan tengahnya adalah membawa kompas, minimal kita tahu arah utara atau kaler. Patokan selanjutnya adalah arah matahari tenggelam atau kulon dan kidul atau selatan. Sementara wetan adalah arah matahari terbit. Kalau sudah mengetahui rumus ini, sepertinya saya tidak akan disorientasi medan. Tapi tunggu dulu, teori oke saja kenyataannya sulit ditebak. Sakedap deui versi si ibu ternyata berarti bisa sejam atau dua jam atau bahkan lebih dari tiga jam dari dugaan sakedap versi saya sekitar 7
Jalan jalan Belajar
tigapuluh menit paling lama atau limabelas menitan paling cepat. Rumit dan bisa bikin dongkol memang, tetapi saya melihatnya lain, saya melihat hal itu positif. Mungkin saja arahannya agar saya meneruskan perjalanan dan tidak balik arah. Mungkin saja jika disebutkan lokasi itu sangat jaug, dikhawatirkan mental jadi down ketika mengetahui jarak yang masih jauh. Jalan keluarnya dengan menyemangati bahwa lokasi yang dimaksud sudah dekat. Walaupun hati menggerutu tapi melihat indahnya alam kampung dukuh semua jarak jauh pun tidak terasa, terbayar lunas.
8
Jalan jalan Belajar
Rumah Tahan Gempa di Kampung Dukuh
Kampung Dukuh Foto by Iden Wildensyah Salah satu laporan yang menarik setelah peristiwa Gempa mengguncang Jawa Barat Selatan adalah rumah adat Kampung Dukuh yang tahan gempa. Saya bersyukur pernah mengunjungi Kampung Dukuh tiga tahun yang lalu. Kampung adat ini dilindungi sebagai cagar budaya, sebuah daerah yang berada di Kabupaten Garut sebelah selatan, berada di wilayah Cikelet mungkin lebih tepatnya dekat wilayah Cimari. Dari jalan raya Cikelet ke lokasi sejauh 9 km, kalau tidak membawa mobil 9
Jalan jalan Belajar
sekelas Jeep jangan berharap bisa menuju lokasi, sebuah jalan pedesaan yang belum teraspal rapi, hanya berupa jalan perkebunan yang biasa dipakai untuk menganggkut hasil kebun atau kayu. Taringgul Dalam bahasa sunda berarti kondisi yang memperlihatkan jalan tidak rata. Bagi mereka yang terbiasa atau setidaknya pernah melakukan long march yaitu perjalanan jauh yang tempuh dengan jalan kaki semacam perjalanannya pasukan siliwangi ke Jogjakarta waktu jaman perjuangan kemerdekaan, maka jarak 9 kilometer itu bisa ditempuh sekitar 1,5 – 2 jam. Tapi jangan berkecil hati, bagi yang belum pernah long marh ada angkutan ojeg, angkutan rakyat ini sudah menunggu di pinggir jalan raya Cikelet. Untungnya, saya ke Kampung Dukuh di antar oleh ketua pemuda di daerah itu menggunakan kendaraan semi trail yang bisa melewati medan terjal, itupun tetap mengacu adrenalin karena jalan yang tidak menentu, ada tanjakan ada turunan dan licin jadi harus pilih-pilih medan yang bisa dilewati. Perjalanan petualangan ini adalah perjalanan untuk kesekian kalinya setelah saya keluar dari kampus, sementara dulu hanya melakukan ketika observasi desa atau ekspedisi. Perjalanan kali ini sangat berkesan, saya hanya sendirian ditemani oleh penduduk setempat. 10