I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemasan Kemasan memiliki pengertian umum dan khusus. Dalam pengertian umum, kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat bahan yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Dalam pengertian khusus, kemasan adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang menjelaskan tentang isi, kegunaan dan lainlainnya yang perlu atau diwajibkan. Dengan adanya kemasan, benda tersebut bisa bertahan dan terlindungi terhadap sesuatu yang dapat merusak benda yang terdapat dalam kemasan tersebut. Jenis pengemasan produk hortikultura dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan sifat kelenturannya, yaitu kemasan fleksibel dan kemasan kaku (rigid). Kemasan fleksibel merupakan kemasan yang hanya berfungsi untuk membungkus produk dan tidak untuk melindungi dari kerusakan mekanis. Contoh kemasan fleksibel seperti karung jala, kantong plastik dan karung goni yang biasanya digunakan untuk mengemas kentang, bawang merah dan cabai. Kemasan kaku adalah kemasan yang dapat menahan gaya tekan sehingga dapat melindungi keadaan fisik produk. Contoh kemasan kaku seperti kemasan karton (corrugated box), keranjang bambu dan peti kayu. Kemasan distribusi untuk produk hortikultura yang digunakan di Indonesia, antara lain karung goni, keranjang bambu, peti kayu dan peti karton (corrugated box). Kemasan karton umumnya dibuat dari kertas dengan bahan bakunya dapat diklasifikasikan menjadi dua kemasan : 1. Kemasan Kotak Karton Lipat (Folding Carton Box) Kemasan Kotak Karton Lipat (KKL) umumnya dibuat dari bahan karton dupleks dengan pengembangan dan inovasinya untuk mendapatkan mutu performa yang diminta pelanggan industri atau pemakai. Penggunaannya dapat sebagai kemasan sekunder maupun kemasan primer, disesuaikan dengan komoditas apa yang dikemas.
3
2. Kemasan Kotak Karton Gelombang (Corrugated Carton Box) Kemasan Kotak Karton Gelombang (KKG) adalah kemasan yang fungsi utamanya untuk pengangkutan, distribusi atau penyimpanan di gudang. Sesuai dari tujuan utamanya tersebut, kemasan ini sering digunakan sebagai kemasan sekunder atau primer. Penggunaan KKG sebagai kemasan untuk pengangkutan, distribusi atau penyimpanan karena ketahanan tekanan retaknya memiliki daya yang kuat. Ketahanan retak (bursting strength) menunjukkan mutu performa tahan sobek dalam pengangkutan dan penanganan produk terkemas. Dalam aplikasinya bahan kemasan karton memiliki keuntungan multi guna, artinya jenis kemasan ini dapat dipergunakan dari pengemasan primer sampai tersier, khususnya melalui pengembangan dan inovasi, baik bahan baku maupun proses pembuatannya. Bahan baku kertas karton bersifat higroskopis. Kelemahan tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan perlakuan khusus dari bahan kemasan tahan air atau lembab (Water/Moisture Resistance) dan tahan minyak atau lemak (Oil/Grease prool Resistance) (Setyowati, et al., 2000) Kemasan distribusi yang memberikan perlindungan cukup baik, memiliki sifat-sifat seperti berikut (Paine and Paine, 1983) : 1. Sesuai dengan produk yang dikemas 2. Memiliki kekuatan yang cukup agar terhindar dari berbagai resiko selama pengangkutan dan penyimpanan 3. Memiliki ventilasi yang cukup (bagi produk tertentu yang memang membutuhkan) 4. Menyediakan informasi yang memungkinkan identifikasi produk yang dikemas, tempat produsen dan tempat yang dituju 5. Mudah dibuka atau dibongkar tanpa menggunakan buku petunjuk Kemasan distribusi dirancang dan dipilih terutama untuk mengatasi faktor getaran (vibrasi) dan kejutan (shock) karena faktor ini sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya kerusakan yang terjadi. Sementara pengaruh yang lain seperti RH dan suhu dapat diatasi dengan modifikasi kecil dari rancangan yang ada (Maezawa, 1990).
4
Kemasan dari karton bergelombang memiliki banyak tipe pengemas. Tiga tipe yang umum digunakan yaitu RSC (Regular Slotted Container), HTC (Half Telescopic Container) dan FTC (Full Telescopic Container). Ketiga tipe tersebut disajikan pada Gambar 1. Dari ketiga tipe tersebut, tipe RSC (Regular Slotted Container) paling banyak digunakan untuk pengemasan buah dan sayuran segar (Peleg, 1985).
Gambar 1. Tipe kemasan distribusi (A) RSC, (B) HTC dan (C) FTC B. Karton Gelombang Kemasan karton dibuat dari karton bergelombang. Karton gelombang adalah karton yang dibuat dari satu atau beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas linier sebagai penyekat dan pelapisnya. Kertas medium adalah kertas yang digunakan sebagai lapisan bergelombang pada karton gelombang. Sedangkan kertas linier adalah kertas yang digunakan untuk lapisan datar, baik pada bagian luar maupun bagian dalam karton gelombang (Haryadi, 1994). Karton gelombang yang digunakan untuk kemasan peti karton dibuat dari paperboard. Paperboard merupakan kertas dengan ketebalan kurang lebih 0.20 mm. Paperboard dibuat dari serat selulosa alami yang terdapat pada pohon. Paperboard yang digunakan untuk karton gelombang biasanya dibuat dengan proses kraft (Peleg, 1985). Kertas yang paling kuat dan paling banyak digunakan untuk kemasan adalah kertas kraft dengan warna alami. Kertas yang biasa digunakan untuk bahan kemasan dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Jenis kertas yang biasa digunakan untuk bahan kemasan Basic Pembuatan Weight range Tensile strength Material lb/1000 kg/1000 m2 ft2
lb/in width
kN/m
Kraft papers
Dari sulphate pulp pada softwood (contoh: spruce)
14-60
70-300
Sulphite papers
Pemutihan dan terbuat dari campuran softwood dan hardwood Dari adukan kasar bubur kayu (pulp)
7-60
35-300
14-30
70-150
MD 10-25 CD 5-12
1.7-4.4 0.85-2.1
8-30
40-150
MD 8-30 CD 5-16
1.4-5.2 0.85-2.8
12-75
60-370
12-80
2.1-14.0
4-10
20-50
Greaseproff papers Glassine
Vegetable parchment
Tissue
Sama dengan Greaseproff namun lebih halus (supercalendered) Perlakuan dari kertas tidak lengket dengan konsentrasi asam sulfur Kertas ringan dari banyak bubur kayu (pulp)
MD 14-65 CD 7-30
Ciri-ciri dan kegunaan
2.4-11.3 1.2-5.2
Sangat bervariasi
Low strength
Kertas kasar, pemutihan, warna alami, tahan air. Digunakan untuk tas, corrugated board, food packaging Kertasnya bersih dan terang, digunakan untuk amplop, kertas label, dan laminating Tahan terhadap minyak dan makanan berlemak Tahan terhadap minyak dan lemak, untuk sabun, pembalut, dan bahan berminyak Tidak beracun, tahan air, untuk mentega, ikan, dan daging
Terang, pembungkus yang halus untuk perhiasan, bunga, dan kaus kaki.
Sumber : Paine, F. A. The Packaging Media (1977)
6
Bahan kemasan dari karton gelombang merupakan bahan kemasan hasil industri kertas, sehingga jenis dan tipenya sudah ada standarnya. Hal ini menyebabkan pemilihan bahan kemasan lebih mudah dibandingkan dengan kayu. Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh kemasan karton yaitu ketahanan jebol, daya tahan susun dan daya tahan air (basah). Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari kemasan karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Daya tahan terhadap air (basah) dapat dilakukan dengan menambah lapisan lilin pada permukaan kemasan karton, baik di bagian dalam maupun di bagian luar sesuai kebutuhan (Federasi Pengemasan Indonesia, 1983). Menurut Triyanto (1991), karton gelombang merupakan bahan kemasan distribusi yang paling umum dan paling banyak digunakan untuk berbagai jenis produk, mulai dari buah-buahan sampai dengan peralatan elektronik atau mesin untuk industri. Hal ini disebabkan karena harganya yang relatif murah dan daya tahan yang dapat diatur sesuai dengan jenis transportasi yang digunakan. Walaupun demikian, agar dapat berfungsi dengan maksimal, pemakaian kotak karton gelombang harus memperhatikan : -
Penggunaan bahan baku yang baik
-
Pengendalian mutu yang memadai selama proses
-
Spesifikasi kotak yang dibuat, baik dari segi ukuran, berat dan lainlain
Kelebihan kemasan karton jika dibandingkan dengan peti kayu antara lain : (1) berat yang lebih ringan untuk material dengan kekuatan yang sama, (2) permukaan yang halus, (3) sifat meredam getaran yang baik (4) mudah untuk dicetak dan pemberian label, (5) mudah untuk dirakit dan ringkas dalam penyimpanan dan (6) mudah daur ulang. Sedangkan kelemahan kemasan karton adalah ventilasi kurang dan pada kondisi lembab kekuatannya berkurang. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan pemberian lubang-lubang pada dinding kemasan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga kekuatan kemasan tidak berkurang. Kekuatan bahan pada kondisi lembab ditambah dengan pemberian lapisan lilin (Peleg, 1985).
7
Berdasarkan lapisan kertas (flat sheet) dan flute yang menyusunnya, karton gelombang diklasifikasikan menjadi single wall board (flute terletak di tengah-tengah flat sheet), double wall board (dua lapis single wall board yang saling berhadapan satu sama lain) dan triple wall board (terdiri dari 3 flute dan 4 flat sheet). Peleg (1985), membagi karton gelombang menjadi empat jenis, yaitu : single face dengan single flute, double face dengan single flute, double wall dan triple wall (Gambar 2).
Gambar 2. Penggolongan karton gelombang (a) single face dengan single flute (b) double face dengan single flute (c) double wall (d) triple wall Menurut Lott (1977), struktur flute yang digunakan pada karton gelombang komersial terdiri atas 4 ukuran (Tabel 2). Flute pada karton gelombang tipe A, B dan C banyak digunakan untuk keperluan industri,
8
misalnya
untuk
keperluan
transportasi.
Sedangkan
Peleg
(1985),
membedakan karton gelombang seperti yang ditunjukan Tabel 3. Tabel 2. Struktur flute pada karton gelombang komersiala Flute No. of flutes per Flute height Minimum flat crush configuration metre (mm) (Nm-2) A (coarse) 104-125 4.5-4.7 140 B (fine) 150-184 2.1-2.9 180 C (medium) 120-145 3.5-3.7 165 E (every 275-310 1.15-1.65 485 fine) a Lott (1977) Tabel 3. Tipe flute dan sifat dari karton gelombanga Type of flute Thickness range (mm) Edgewise compressive strength (kg/cm) Single-wall 6.8 – 7.6 4.9 – 5.5 A 5.2 – 7.3 2.9 – 3.5 B 5.4 – 7.5 3.9 – 4.5 C Double-wall A+B A+C a
7.8 – 9.0 8.8 – 10.0
9.0 – 12.1 9.1 – 12.3
Peleg (1985) Menurut Jaswin (1999), flute A memiliki sifat bantalan (cushioning)
yang baik karena ketebalannya dapat meredam daya tekan yang terjadi pada saat kemasan ditumpuk. Flute B memiliki bantalan yang tidak terlalu tinggi, sehingga cocok untuk produk yang sebelumnya telah dikemas dalam kaleng. Namun flute B memiliki ketahanan tekan datar (flat crush resistant) yang paling baik. Flute C dibuat dengan karakteristik berada diantara flute A dan flute B dengan harga lebih murah, memiliki daya bantalan yang tinggi seperti flute A dan memiliki ketahanan tekan datar yang baik seperti flute B. Sedangkan flute E banyak digunakan untuk kemasan display dengan dinding luar terbuat dari white kraft sebagai karton printed.
9
C. Ventilasi Kemasan untuk produk-produk hasil pertanian (hortikultura) perlu di lubangi sebagai ventilasi. Adanya ventilasi ini menyebabkan sirkulasi udara yang baik dalam kemasan sehingga akan menghindarkan kerusakan komoditas akibat akumulasi CO2 pada suhu tinggi (Hidayat, 1993 dalam Aspihani, 2006). Respirasi merupakan proses pembakaran zat-zat organik menjadi karbon dioksida dan terbentuknya air dengan suatu reaksi oksidasi yang melepaskan energi (Pantastico, 1986). Tipe kemasan RSC dan FTC banyak digunakan sebagai kemasan distribusi produk hortikultura. Perbedaan desain, bentuk dan ukuran dari lubang ventilasi biasanya disesuaikan dengan tipe produk, penyimpanan dan model transportasi. Biasanya pemotongan lubang ventilasi untuk kemasan distribusi banyak dilakukan di bagian samping kemasan dan bukan di bagian atas kemasan, padahal pemotongan ventilasi di bagian samping dapat mengurangi kekuatan kemasan yang lebih besar daripada pemotongan di bagian atas dan bawah kemasan peti karton (Peleg, 1985). Menurut Aspihani (2006), jika semakin besar luasan ventilasi yang diberikan kepada peti karton, maka semakin kecil compression strength peti karton tersebut. Dalam hal ini desain ventilasi harus memperhatikan letak atau posisi vertikal serta luasan ventilasi agar tercapai kekuatan kemasan yang optimal. Desain kemasan untuk komoditas hortikultura segar harus memiliki cukup lubang udara (ventilasi) untuk memungkinkan udara dapat bergerak keluar masuk kemasan. Ukuran, bentuk, dan posisi lubang ventilasi pada kemasan peti karton sangat bervariasi, terutama untuk kemasan distribusi buah dan sayur. Buah nanas dikemas dengan berat bersih antara 10-15 kg (2223 lb). Kemasan yang biasa digunakan adalah kemasan karton gelombang tipe FTC dengan karton pembagi di antara buah nanas, kekuatan tekan kemasan sebesar 275 lb/in2. Ventilasi dibuat di bagian atas dan bawah kemasan, dengan tambahan di bagian samping kemasan jika dibutuhkan, biasanya digunakan untuk pengangkutan melalui jalur laut (Garcia, et al., 2006).
10
D. Tomat Tomat merupakan sayuran buah yang banyak dikonsumsi masyarakat. Tomat biasanya digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan sayur, dikonsumsi langsung maupun dibuat sebagai minuman (Juice). Selain dikonsumsi segar, buah tomat juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri, misalnya sambal, saus, jamu dan kosmetik (Wiryanta, 2002). Buah tomat dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Buah tomat Dalam
klasifikasi
tumbuhan,
tanaman
tomat
termasuk
kelas
Dicotyledonneae (berkeping dua), bangsa (ordo) Tubiflorae, suku (famili) solanaceae (berbunga seperti terompet), marga (genus) solanum (yang kini dipisahkan dengan nama Lycopersicum, jenis (species) Lycopersicum esculentum Mill, yang dulu disebut Solanum lycopersicum L. (tomat yang enak dimakan dan banyak dijual di pasar sebagai tomat komersial). Sebagian
masyarakat
menggunakan
buah
tomat
untuk
terapi
pengobatan karena mengandung karotin yang berfungsi sebagai pembentuk provitamin A dan lycopen yang mampu mencegah kanker. Sebagai bahan makanan, kandungan gizi buah tomat tergolong lengkap. Secara rinci kandungan gizi buah tomat dapat dilihat dalam Tabel 4.
11
Tabel 4. Kandungan dan komposisi gizi buah tomat tiap 100 grama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 a
Zat Gizi Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr) Serat (gr) Abu Calsium (mg) Fosfor Zat besi (mg) Natrium (mg) Kalium (mg) Vitamin A (Karotin) (S.I) Vitamin B1 (Thiamin) (mg) Vitamin B2 (Riboflavin) (mg) Niacin (mg) Vitamin C (mg) Air (gr)
Nilai Gizi 20,00 1,00 0,30 4,20 5,00 27,00 0,50 1.500,00 0,06 40 94,00
Wiryanta (2002) Menurut SNI 01-3162-1992, tomat disajikan dalam bentuk utuh dan
segar, dikemas dengan keranjang atau bahan lain dengan berat bersih maksimal 50 kg dan ditutup dengan anyaman bambu atau bahan lain, kemungkinan diikat dengan tali rotan atau bahan lain. Tomat juga dapat dikemas dengan bahan kemasan untuk produk hortikultura pada umumnya, seperti kertas, karton gelombang, kayu, plastik, serat goni. E. Studi Pustaka yang Dilakukan Paklamjeak, et. al. (1988), membuat prototype kemasan ekspor untuk varietas durian cha-nee dan durian monthong. Dengan dimensi prototype adalah 480 x 450 x 230 mm dengan 2.5% area ventilasi. Berat kemasan kotor sebesar 13 kg. Tipe kemasan yang digunakan regular slotted container dengan compression strength sebesar 466 kgf dan full telescope half slotted container dengan compression strength sebesar 800 kgf. Tipe kemasan pertama cukup kuat untuk distribusi durian ke negara-negara tetangga Thailand, seperti Singapura dan Brunei Darussalam. Sedangkan tipe kemasan kedua dapat digunakan untuk distribusi durian ke negara-negara yang lokasinya lebih jauh (Taiwan dan Kanada).
12
Aspihani (2006), telah melakukan penelitian mengenai pengaruh tipe kemasan, bahan kemasan, dan ventilasi terhadap kekuatan kemasan peti karton (Corrugated Box) untuk distribusi. Pemberian lubang ventilasi pada kemasan peti karton menyebabkan penurunan compression strength, semakin besar presentase luasan ventilasi terhadap luasan karton maka semakin kecil compression strength peti karton tersebut. Penurunan compression strength peti karton karena pemberian luasan ventilasi dapat dinyatakan dengan nilai faktor koreksi (FK). Puspa (2006), telah melakukan penelitian mengenai pengaruh tipe kemasan dan penggunaan ventilasi terhadap kekuatan dan biaya kemasan peti kayu untuk distribusi hortikultura. Bahan yang digunakan adalah kayu jeunjing (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dengan dimensi dalam berukuran 430 × 350 × 260 mm. Kemasan dengan dimensi tersebut, dapat diisi buah berbentuk bulat berkapasitas 16 kg dengan diameter dan berat tertentu. Dari penelitian yang dilakukan Adhinata (2008), diperoleh pola grafik hubungan waktu terhadap suhu yang sama pada kemasan berventilasi lingkaran dan berventilasi oval, sedangkan pola grafik berventilasi campuran cenderung memiliki pola yang sama dengan kemasan tanpa ventilasi. Hasil simulasi penelitian menunjukkan pola sebaran suhu dipengaruhi oleh bentuk ventilasi. Keadaan suhu pada daerah yang searah dengan ventilasi menghasilkan sebaran suhu yang relatif sama dengan suhu lingkungan. Kusumah (2007), telah melakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap perubahan mutu fisik mentimun (Cucumis sativus L) selama transportasi. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kekerasan. Suhu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi respirasi. Selama proses respirasi, beberapa perubahan fisik terjadi pada buah tomat seperti proses pematangan, melunaknya daging buah tomat, susut bobot akibat kehilangan air, terbentuknya aroma dan gas-gas volatil serta perubahan tekstur dan rasa buah. Respirasi terus berlanjut dan akhirnya mengalami
13
pelayuan dan diakhiri dengan proses pembusukan dan ditandai oleh hilangnya nilai gizi dan faktor mutu buah-buahan tersebut (Eskin et al., 1971 dalam Sugiyono, 1999). Menurut Pantastico (1986) besarnya laju perombakan pati menjadi gula dipengaruhi oleh suhu dan enzim. Semakin tinggi suhu akan mempercepat respirasi yang menyebabkan perombakan pati menjadi gula yang lebih besar. Kenaikan gula ini merupakan petunjuk kimia telah terjadinya kemasakan.
14