1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Unsur fosfor (P) merupakan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada masa vegetatif sangat banyak dijumpai pada pusat-pusat pertumbuhan daun muda karena unsur hara ini bersifat mobil sehingga bila kekurangan P maka unsur hara langsung ditranslokasikan pada pusat-pusat pertumbuhan daun muda, sedangkan pada masa generatif unsur hara P banyak dialokasikan pada proses pembentukan biji atau buah tanaman. Kadar P pada bagian-bagian generatif tanaman (biji) tertinggi dibandingkan bagian tanaman lainnya (Novriani, 2010). Sumber P yang saat ini digunakan dalam pertanian umumnya adalah pupuk kimia seperti SP-36 dan TSP. Dengan ditiadakannya subsidi pupuk P ini maka harga pupuk meningkat di pasaran karena semua bahan baku pembuatan pupuk tersebut berasal dari impor (Pramono, 2000). Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain untuk mengatasinya, antara lain dengan menggunakan pupuk fosfat alam yang dianggap lebih murah (Raihana, 1992). Penggunaan pupuk fosfat alam mempunyai prospek yang baik di masa depan, selain biaya pengadaannya yang lebih murah fosfat alam mempunyai kandungan unsur-unsur hara lain terutama Ca dan Mg serta beberapa unsur mikro seperti
2 Fe,Cu, dan Zn yang relatif tinggi dibanding pupuk buatan, sehingga pupuk fosfat alam dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Rochayati dkk. 2009).
Fosfat alam merupakan pupuk yang banyak mengandung P dan Ca cukup tinggi, tidak cepat larut dalam air, sehingga bersifat lambat tersedia (slow release) dalam penyediaan hara P. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor menunjukkan bahwa fosfat alam mempunyai efektifitas yang sama baiknya dengan sumber P yang mudah larut seperti SP-36 dan TSP, sehingga penggunaan fosfat alam sebagai sumber pupuk bisa meningkatkan efisiensi pupuk di lahan kering masam (Rochayati dkk. 2009).
Pada dasarnya, meskipun unsur hara P memiliki peran yang besar bagi tanaman namun pemberian pupuk fosfat secara terus-menerus atau berlebihan akan menyebabkan penimbunan P sehingga menurunkan respon tanaman terhadap pemupukan fosfat. Oleh karena itu pemberian unsur hara P sebaiknya didasarkan pada kebutuhan tanaman akan P. Fosfor di alam berada sebagai batuan fosfat dengan komposisi trikalsium fosfat yang sedikit larut dalam air. Agar dapat dimanfaatkan tanaman, batuan fosfat alam harus diubah menjadi senyawa fosfat yang larut dalam air (Budi dan Purbasari, 2009).
Pupuk fosfat alam ini mempunyai kelarutan yang rendah sehingga pupuk P dalam tanah lambat tersedia, sehingga dalam penggunaannya perlu dilakukan asidulasi menggunakan limbah cair tahu yang dicampur dengan asam sulfat. Setelah dilakukan asidulasi menggunakan limbah cair tahu yang dicampur dengan asam sulfat maka akan dihasilkan pupuk.
3
Menurut penelitian Niswati (2012) diantara berbagai jenis limbah cair agroindustri, limbah cair tahu mempunyai potensi tinggi sebagai pelarut batuan fosfat. Hal ini disebabkan karena limbah cair tahu memiliki pH yang rendah yaitu 3,76 sehingga limbah cair tahu tersebut dapat dimanfaatkan untuk melarutkan fosfat dari batuan fosfat. Aini (2013) melaporkan bahwa limbah cair tahu yang dicampur dengan 15% H2SO4 mempunyai kemampuan terbaik dalam melarutkan P. Pupuk hasil penelitian tersebut merupakan pupuk baru yang dinamakan Fosfatsuper.
Pupuk Fosfatsuper belum diketahui kemampuannya dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Secara umum kualitas pupuk baru (Fosfatsuper) ditentukan oleh kehalusan dan reaktivitas kimia dari pupuk tersebut. Oleh karena itu peneliti menguji kualitas fosfat super akan diujikan terhadap tanaman, indikator tanaman yang digunakan adalah tanaman jagung. Hal ini karena jagung merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap pemupukan P.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa dosis pupuk Fosfatsuper yang terbaik dalam mempengaruhi serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung? 2. Berapa ukuran butir pupuk Fosfatsuper yang terbaik dalam mempengaruhi serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung? 3. Apakah terdapat interaksi antara dosis dan ukuran butir pupuk Fosfatsuper dalam mempengaruhi serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung?
4 1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mencari dosis pupuk Fosfatsuper terbaik terhadap serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung. 2. Mencari ukuran butir pupuk Fosfatsuper terbaik terhadap serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung. 3. Mencari interaksi antara dosis dan ukuran butir pupuk Fosfatsuper terhadap serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung.
1.4 Kerangka Pemikiran
Fosfor merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dan umumnya ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk, terutama pupuk kimia TSP dan SP-36. Hanya saja ketersediaan pupuk kimia masih dipenuhi dari impor dan juga adanya penghapusan subsidi pupuk kimia oleh pemerintah. Salah satu alternatif sumber P untuk tanaman yaitu dengan pemanfaatan fosfat alam. Pupuk fosfat alam yang digunakan secara langsung umumnya mempunyai kelarutan yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kimia, sehingga diperlukan suatu usaha untuk dapat meningkatkan kelarutannya seperti penggunaan mikroorganisme pelarut fosfat dan bahan organik, pupuk P dari batuan fosfat dengan menggunakan pelarut asam-asam konvensional cukup mahal, sehingga diperlukan alternatif pupuk P yang murah yaitu dengan memanfaatkan limbah cair tahu. Berdasarkan hasil penelitian Aini (2013) bahwa
5 limbah cair tahu yang dicampur 15% H2SO4 mampu melarutkan P pada batuan fosfat. Pupuk fosfat alam ini mempunyai kelarutan yang rendah sehingga perlu dipercepat kelarutannya dengan diberikannya limbah cair tahu yang dicampur dengan H2SO4. Pupuk yang berasal dari batuan fosfat dan diasidulasi dengan H2SO4 dan limbah cair tahu diberi nama pupuk fosfat super dengan kandungan P2O5 10,48%. Berdasarkan hasil penelitian Lastianingsih (2008), menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan fosfat alam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering brangkasan dan serapan P. Lebih lanjut Warsunata (2014) , menyatakan bahwa pemberian 200 Kg/ha fosfat alam mampu meningkatkan bobot tongkol berkelobot 21,55 ton/ha yang tinggi juga. Namun penelitian Kawulusan (2007), menunjukkan bahwa pemberian dosis fosfat alam yang rendah (251 ppm P), sudah menunjukkan bobot kering tanaman lebih tinggi.
Pemberian dosis pupuk fosfat alam harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara yang dibutuhkan, semakin tinggi dosis yang diberikan maka P ini akan mengendap dalam tanah sehingga sukar larut dan sulit diserap oleh tanaman.
Dalam memperbaiki serapan P dan pertumbuhan tanaman, secara umum kemampuan pupuk fosfat alam untuk melepaskan P dipengaruhi oleh ukuran partikel dan dosis pemupukan. Luas permukaan sangat berpengaruh terhadap reaktivitas pupuk fosfat alam. Semakin halus ukuran butir maka semakin luas permukaan dan semakin besar reaktivitas yang rendah sehingga kelarutannya
6 makin tinggi (Hartatik, 2011). Hal ini karena semakin halus ukuran partikel, maka semakin banyak kemungkinan kontak antara fosfat alam dengan tanah sehingga kelarutannya tinggi. Selain ukuran butir, dosis pupuk juga akan berpengaruh terhadap serapan P dan pertumbuhan tanaman.
1.5 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat dosis pupuk Fosfatsuper yang terbaik dalam mempengaruhi serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung. 2. Terdapat ukuran butir pupuk Fosfatsuper yang terbaik dalam mempengaruhi serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung. 3. Terdapat interaksi antara dosis dan ukuran butir pupuk Fosfatsuper dalam mempengaruhi serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung.