I. 1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan
beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, maupun peternakan. Subsektor perkebunan memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian terutama dalam penyerapan tenaga kerja, kontribusi terhadap produk domestik bruto, dan sebagai kontributor devisa tertinggi diantara subsektor lainnya. Subsektor perkebunan lebih diorientasikan pada pasar ekspor daripada pasar domestik sehingga dapat memberikan devisa bagi negara Indonesia. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I – 2014 Sektor Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan
Ekspor Impor Neraca Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) 148.031 82.865 6.907.586 2.770.157 -6.759.555 -2.687.292 211.044 255.482 878.182 863.614 -667.138 -608.132 16.234.188 14.764.208 624.715 1.358.943 15.609.473 13.405.265 92.486 283.290 664.931 1.849.380 -572.445 -1.566.090
Sumber : BPS cit. Respati et al., 2014 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa subsektor perkebunan mengalami surplus perdagangan yang sangat besar. Surplus perdagangan subsektor perkebunan tersebut bahkan mampu menutupi keadaan defisit pada subsektor lainnya. Jika dilihat besaran persentase nilai ekspor komoditas pertanian selama semester I tahun 2014, ekspor pertanian didominasi oleh komoditas perkebunan yang mencapai 95,96%, sementara subsektor lainnya mempunyai kontribusi yang jauh lebih kecil. Dengan demikian, subsektor perkebunan sangat memiliki potensi untuk dikembangkan di negara Indonesia (Respati et al., 2014). Komoditi teh (Camelia sinensis) merupakan salah satu komoditi subsektor perkebunan yang penting karena khasiatnya yang sangat baik untuk kesehatan. Teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih dan telah dikenal lama oleh penduduk dalam negeri maupun luar negeri. Minuman teh banyak sekali memberikan manfaat karena teh dapat memberikan asupan mineral dan vitamin pada tubuh serta dapat mencegah dan mengobati beberapa penyakit. Bagi Indonesia teh selain bermanfaat untuk kesehatan juga merupakan salah satu 1
penghasil devisa yang diandalkan. Menurut data BPS tahun 2014, komoditi teh turut menyumbang devisa negara sebesar US$ 131.345.500. Selain sebagai salah satu penghasil devisa negara, perkebunan teh juga bersifat padat karya (labour intensive) sehingga banyak menyerap tenaga kerja misalnya pemetik teh serta mendukung pelestarian lingkungan. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang pedoman perencanaan pembangunan pertanian Republik Indonesia menyatakan bahwa teh (Camellia sinensis (L.) O.K) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan nasional atau fokus komoditas strategis yang ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian pada tahun 2010-2014. Komoditas unggulan nasional ini merupakan komoditas yang menjadi prioritas penanganan untuk dikembangkan dalam periode pembangunan pertanian di masa yang akan datang. Pengembangan komoditas ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan yaitu melalui rehabilitasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi. Pengembangan teh tersebut diharapkan dapat meningkatkan perolehan devisa atau ekspor, substitusi produk impor, serta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Anonim, 2010). Beberapa tahun terakhir ekspor teh Indonesia cenderung mengalami penurunan dari segi volume. Penurunan volume ekspor teh inilah yang mempengaruhi pangsa pasar teh Indonesia di pasar internasional. Indonesia banyak kehilangan pangsa pasar di negara-negara yang menjadi tujuan ekspornya. Menurut Suprihatini (2000), beberapa pasar utama teh yang telah dikuasai Indonesia telah diambil alih oleh negara produsen teh lainnya. Pasar-pasar yang kurang dapat dipertahankan Indonesia atau telah diambil alih tersebut adalah Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman, Irlandia, Rusia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Siria, Taiwan, Mesir, Moroko, dan Australia. Menurut Santoso dan Suprihatini (2007), jika dilihat dalam konteks pengembangan industri, industri teh curah, dan industri teh olahan menunjukkan adanya potensi untuk dikembangkan karena nilai backward dan forward linkage dari indsutri ini lebih dari satu, sehingga menyebabkan multiplier effects bagi industri teh nasional.
2
Tabel 1.2 Neraca Perdagangan Teh Indonesia 2007 – 2011 2007
2008
Tahun 2009
83.659
96.210
92.304
87.101
75.450
-2,018
Nilai (US$000) Impor Volume (ton)
126.615
158.959
171.628
178.549
166.717
3,745
8.695
6.625
7.169
10.870
19.812
29,573
Nilai (US$ 000) Neraca Perdagangan Volume (ton)
10.660
11.990
12.537
18.551
27.318
28,067
74.964
89.585
85.135
76.231
55.638
-5,734
Nilai (US$ 000)
115.955
146.969
159.091
159.998
139.399
5,672
Uraian Ekspor Volume (ton)
2010
2011
Pertumbuhan 2007-2011
Sumber : FAO, 2015 (diolah) Era perdagangan dunia saat ini telah memasuki suatu era tanpa batas (globalisasi) sehingga perdagangan dunia semakin terbuka. Kondisi demikian dapat menguntungkan karena dapat membuka peluang ekspor sebesar-besarnya, tetapi juga dapat membahayakan untuk produk dalam negeri karena membanjirnya produk impor. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa volume ekspor cenderung menurun. Penurunan volume ekspor teh berkaitan dengan jumlah produksi teh Indonesia yang juga semakin menurun karena areal perkebunan teh di Indonesia semakin banyak dialihfungsikan menjadi perkebunan komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan, sedangkan produk teh impor mulai banyak memasuki pasar domestik. Tabel 1.2 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan volume dan nilai impor teh ke Indonesia. Peningkatan kegiatan impor teh akan mengurangi perolehan devisa bagi negara sehingga fungsi teh sebagai salah satu kontributor devisa akan terganggu dan akan berimbas terus hingga ke pelaku produksi. Tabel 1.3 Ekspor Teh Dunia Menurut Negara Asal Tahun Tahun 2011 Negara Volume (Ton) Nilai (US$ 000) % Volume Dunia (Ton) China 327.650 1.016.219 16,52 India 322.548 867.143 16,26 Srilanka 321.074 1.476.881 16,19 Kenya 306.678 858.250 15,46 Vietnam 133.900 204.018 6,75 Indonesia 75.450 166.717 3,80 Dunia 1983.182 6.609.888 100,00 Sumber: FAO, 2015 (diolah)
3
Pelaksanaan ekspor komoditi teh Indonesia mendapat tantangan yang berat akibat banyaknya pesaing. Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat keenam sebagai negara pengekspor teh di dunia. Indonesia yang dulunya menduduki peringkat kelima sekarang ini telah tergusur oleh negara Vietnam. Indonesia menjadi pengekspor teh dengan menyumbang 75.450 ton pada tahun 2011, namun persentase ekspor teh Indonesia hanya sebesar 3,8% dari keseluruhan volume ekspor di dunia. Jika dibandingkan dengan negara eksportir utama, volume ekspor teh Indonesia masih tertinggal jauh. Dengan demikian terlihat bahwa negara produsen teh semakin bersaing untuk dapat memproduksi teh dengan kualitas terbaik dan kuantitas yang semakin besar sehingga dapat bertahan di pasar internasional. Sementara itu, kualitas teh Indonesia juga belum stabil karena faktor musim yang dihadapi Indonesia dan hal ini akan berdampak pada harga teh tersebut. Penurunan jumlah ekspor Indonesia perlu mendapatkan perhatian karena tingginya kontribusi ekspor teh dalam menghasilkan devisa. Terjadinya penurunan kontribusi ekspor teh Indonesia tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh lemahnya daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia. Daya saing dalam pasar yang kompetitif menjadi keharusan bagi negara-negara pelaku perdagangan bebas termasuk Indonesia. Daya saing merupakan jantung kinerja ekspor suatu negara yang sangat diperlukan oleh suatu komoditas untuk memenangkan persaingan. Jika suatu negara hanya mengandalkan keunggulan komparatif yang dimilikinya tanpa adanya daya saing yang kuat maka negara tersebut akan kalah bersaing dengan negara lain dalam beberapa waktu kemudian. Pada perdagangan internasional, persaingan merupakan inti dan penentu ketepatan aktivitas pelaku ekspor yang dapat menyokong kinerja ekspor. Oleh karena itu, keunggulan komparatif yang telah dimiliki Indonesia seharusnya lebih dimanfaatkan dengan adanya keunggulan kompetitif yang menyertainya. Kondisi persaingan ekspor teh saat ini semakin ketat dan negara-negara produsen atau eksportir teh telah mampu meningkatkan kinerja produknya, maka kinerja ekspor dan daya saing teh Indonesia di pasar internasional perlu dikaji dalam upaya pengembangan ekspor teh. Hal ini sangat diperlukan sebagai evaluasi terhadap hasil kinerja ekspor teh Indonesia agar tetap mempunyai daya saing dalam menghadapi era globalisasi yang akan datang.
4
2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut : a.
Bagaimana kinerja dan daya saing ekspor teh Indonesia di pasar internasional?
b.
Bagaimana struktur pasar teh dunia?
c.
Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komodoitas teh Indonesia di pasar internasional?
3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan
untuk: a.
Mengkaji kinerja dan daya saing ekspor teh Indonesia di pasar internasional.
b.
Menganalisis struktur pasar teh dunia.
c.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komodoitas teh Indonesia di pasar internasional.
4.
Kegunaan
a.
Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan pola pikir dan sebagai prasyarat untuk memperoleh derajad Sarjana Pertanian Universitas Gadjah Mada.
b.
Bagi perumus kebijakan, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan ekspor teh Indonesia.
c.
Bagi pelaku agribisnis teh, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi pemasaran dan manajemen usaha.
d.
Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai referensi atau informasi yang bermanfaat untuk dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut.
5