I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketana atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839. Sedangkan pada saat sekarang ini ketersediaan pupuk kimia juga menjadi kendala bagi para konsumen seperti sulit untuk mendapatkannya, dan harga yang sangat tinggi serta pupuk kimia tersebut juga dapat merusak lingkungan karena dapat membunuh mikroorganisme tanah. Pupuk kandang merupakan humus yang banyak mengandung unsu-unsur organik yang dibutuhkan didalam tanah. Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehinga mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar. Secara alami bahan-bahan organik akan mengelami penguraian di dalam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk memprcepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologiteknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sedrhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan
2
didasarkan pada proses penguraian bahan organik yan terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik. 1.2
Tujuan Adapun tujuan dalam pelaksanaan PKPM ini adalah mahasiswa
diharapkan mampu : 1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pembuatan pupuk kompos organik 2. Mengetahui spesifikasi bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos organik di CV. Andalas Hijau. 3. Mengetahui komposisi kandungan dalam pembuatan pupuk kompos organic di CV. Andalas Hijau 1.3
Manfaat Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek
Mahasiswa (PKPM) ini adalah sebagai berikut. 1. Mahasiwa mendapat ilmu dan pengalaman kerja sesuai dengan bidang masing-masing. 2. Mahasiswa mampu melakukan perbandingan antara teori yang dapat dibangku kuliah dengan penerapannya di lapangan atau dunia kerja 3. Dengan pengalaman yang diperoleh, mahasiswa diharapkan dapat meingkatkan keterampilan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pupuk Kompos Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk adalah pupuk organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik. Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari sebagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakainnya juga dicantumkan pada kemasan. Karena itu, sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain menetukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsure hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman. Kompos adalah hasil penuraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organic yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, aerobik atau anaerobic (Djaja, W, 2008). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organic mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses
4
ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Ratarata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ketempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi baud an lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya,
dimana
sekitar
65%-nya
adalah
sampah
organik.
Dan
dari
jumlahtersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, dimana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organic menjadi pupuk organic demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005) Pembuatan kopas adalah murni sebagai usaha petani untuk memberikan nutrisi bagi tanaman secara stabil dengan memanfaatkan limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah ternak, limbah pertanian ataupun limbah-limbah lainnya agar dapat dimanfaatkan dilahan-lahan pertanian. Untu memanfaatkan limbah bukan berarti tidak memiliki maslah Harpan menulis. Sebagai contoh limbah kotoran sapi. Kotoran sapi memiliki kandungan air yang sangat besar, dapt mencapai 60-85 persen. Kandungan air yang tinngi ini dapat memperberat kerja pengolahannya. Disamping itu limbah sapi memiliki C/N ratio yang relative rendah untuk dapat menghaslkan kompos yang baik. Dahulu dengan segala keterbatsan
5
pengetahun dan pengalaman, pemecahan masalah ini masih sulit dilakukan, tetapi sekarang dengan semakin diketahuinya pengetahuan tentang perbandingan bahan baku dan pengaturan kelembapan untuk pemrosesan kompos, ternyata, pemecahan dari permaslahan ini dapat di lakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan seperti serbuk gergaji, serutan kayu atau jerami, untuk menyerap kelebihan air maupun mengatur keseimbangan C/N. Jadi pemanfaatan dan penggabungan bahan-bahan tadi yang memiliki C/N ratio tinggi sekaligus juga dapat menaikan C/N ratio bahan baku kompo. Limbahlimbah ternak merupakan bahan organic yang menarik untuk dijadikan kompos bagi usaha pertanian bunga dan sayuran, Di new York, Amerika Serikat, telah banyak petani yang memanfaatkan kotoran kuda, kotoran ayam, kotoran sapi, untuk dijadikan kompos secara komersial. Di Amerika Serikat sudah sejak tahun1992 pemerintahnya menetapkan program budidaya organik secara Nasional, kemudian 2 (dua) tahun kemudian sudah terdapat 2.000.000 (dua juta) titik yang memproses kopos. Kompos apabila dilihat dari proses pembuatannya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
Kompos yang diproses secara alami, dan
Kompos yang diproses dengan campuran tangan manusia
Kompos yang Diproses Secara Alami yang dimaksud dengan pembuatan kompos secara alami adalah pembuatan kompos yang dalam proses pembuatannya berjalan dengan sendirinya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya membantu mengumpulkan bahan, menyusun bahan, untuk selanjutnya proses composing / pengomposan berjalan dengan sendirinya.
6
Kompos yang dibuat secara alami memerlukan waktu pembuatan yang lama, yaitu mencapai 3 – 4 bulan bahkan ada yang menjadi 6 bulan dan lebih. Kompos Yang Dibuat Dengan Campur Tangan Manusia Yang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan manusia adalah pembuatan kompos yang sejak dari penyiapan bahan (pengadaan bahan dan pemilihan bahan), perlakuan terhadap bahan, pencampuran bahan, pengaturan kosentrasi oksigen, semua dilakukan dibawah pengawasan manusia. Proses pembuatan kompos yang dibuat dengan campur tangan manusia biasanya dibantu dengan penambahan activator pengurai bahan baku kompos. Aktivator pembuatan kompos terdapat bermacam-macam merk dan produk, tetapi yang paling penting dalam menetukan aktivator ini adalah bukan merek aktivatornya, akan tetapi apa yang dikandung didalam aktivator tersebut, berapa lama aktivator tersebut terhadap organism yang ada didalam tanah atau dengan kata lain pengaruh terhadap lingkungan hidup disamping itu juga harus dilihat hasil kompos seperti apa yang diperoleh. Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat seperti sudah disinggung diatas adalah untuk mendapatkan hasil akhir kompos jadi yang memiliki standar kualitas tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai C/N ratio antara 10 – 12. Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan camour tangan manusia dan menggunakan bahan aktivator adalah proses pembuatan kompos dapat dipercai menjadi 2 – 4 minggu.
7
2.2 Bahan Baku Pembuatan Kompos Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan Pada dasarnya semua bahanbahan organik pada dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran / limbah pertenakan, limbahlimbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, dan rambut. 2.3 Cara Membuat Kompos Cara pembuatan kompos dengan mengunakan bahan baku dari kotoran ternak adalah sebagai berikut : a) Potong-potong bahan organic diatas (kecuali kotoran ternak) sehingga berukuran kecil b) Setelah itu, tumpuk dan taruh rumput di bagian atas. Buat tumpukan setebal 15 cm c) Taruh kotoran ternak yang telah dibasahi pada bagian paling atas tumpukan d) Lakukan menggunakan cara yang sama sampai semua bahan habis. e) Tumpuk semuanya sampai mencapai ketinggian maksimal 1,2 m f) Jaga kelembapan dalam tumpukan bahan agar tetap lembab dan tidak becek g) Apabila pengomposan berlangsung baik, pada minggu ke 3 – 4 akan terjadi kenaikan suhu. Gunakan tongkat kayu untuk mengetahui telah terjadi kenaikan suhu dengan cara menusukkan tongkat kayu tersebut ke dalam tumpukan kompos kemudian tarik dan lihat ujung tongkatnya,
8
apakah sudah terasa lembab dan hangat. Bila iya, berat proses pengomposan berjalan dengan normal dan baik. Jika ujung tongkat terasa kering, segera siramkan air ke dalam kompos. Bila ujung tongkat tersa dingin,
berarti
pengomposan
gagal
dan
harus
diulang kembali
pembuatannya dari awal. h) Setelah terjadi kenaikan suhu, maka suhu akan mengalami penurunan, Pada saat inilah tumpukan kompos harus dibalik. Proses pengomposan kan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegrasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH komppos, Suhu akan meningkat sehingga di atas 50o – 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofolik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi / Pada saat ini terjadi dekomposisi / penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba didalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO 2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume / bobot awal bahan.
9
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobic (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan aksigen dalam proses dekomposisi bahan organic. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak seap. Proses anaerobic akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau yang tidak sedap, seperti: asamasam organik (asam asetat, asam valerat, puttricine) ammonia, dan H2S. Tabel 1. Organisme yang terlibat dalam proses pengomposan Kelompok
Organisme
Jumlah/gr kompos
Organisme Mikroflora
Bakteri;
Aktinomicetes; 109 – 109 ; 105 108 ; 104 -
kapang
106
Mikrofanuna
Protozoa
104 - 105
Makroflora
Jamur tingkat tingi
Makrofauna
Cacing
tanah,
rayap,
semut, kutu, dll Sumber (Anonim, 1990)
Proses pengomposan tergantung pada : 1. Karakteristik bahan yang dikomposkan 2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan 3. Metode pengomposan yang dilakukan
10
2.4 Faktor Yang Mempengaruhui Proses Pengomposan Setiap organisme pendegradasi bahan organic membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya
sesuai,
makadekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya sesuai atau tidak sesuai, maka organism tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menetukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhui proses pengomposan antara lain: 1. Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses v pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa senyawa C sebagai sumber energy dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di sntsrs 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Umumnya, masalah utama pengomposan adalah rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergaji kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan khusus, misalnya menambahkan mikrooganisme selulotik (Toharisma, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen. 2.
Ukuran Partikel aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat.
11
Ukuran partikel juaga menentukan besarnya ruang antara bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperekecil ukuran partikel bahan tersebut. 3.
Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjhadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menybabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk kedalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan (kelembapan). Apabila aerasi terhambat. Maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat di tingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4.
Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas di hitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila dijenuh oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
5.
Kelembapan (Moisture content) kelmbapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolism mikroba dan secar tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila tersebut larut di dalam air. Kelmbapan 40 – 60% adalah kisaran optimum untuk metabolism mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penururnan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari
12
60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fementasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. 6.
Temperatur /Suhu Panas dihasilkan dari sktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan komsumsi oksigen. Semakin tinggi temperature akan semakin banayak komsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 – 600C menunjukan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 600C akan membunuh sebagian miikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba pathogen tanaman dan benih-benih gilma.
7.
pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan bersekitar antara 6.5 sampai 7.5 pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 sampai 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organic dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau local, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amoni dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH dan fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya omendekati netral.
8.
Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisnya terdapat di dalam kompos-kompos dari pertenakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
13
9.
Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logamlogan berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adlah bebrapa tahun yang termasuk katagori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisai selama proses pengomposan.
10. Lama
Pengomposan
Lama
waktu
pengomposan
tergantung
pada
karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompas benar-benar matang. Tabel 2. Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan Kondisi
Konsisi yang bisa diterima
ideal
Rasio C/N
20:1 s/d 40:1
25-35:1
Kelembapan
40-65%
45-62% berat
Kosentrasi
oksigen >5%
>10%
tersedia Ukuraqn partikel
1 inchi
Bervariasi
Bulk density
1000 lbs/cu yd
1000 lbs/cu yd
pH
5.5 – 9.0
6.5 – 8.0
Suhu
43 – 660C
54 – 600C
Sumber (Ryak, 1992)
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini berlangsung selama 3 bulan yang di mulai dari tanggal 02 April 2012 sampai dengan tanggal 22 Juni 2012 di CV Andalas Hijau Jln Pertanian Kelurahan Payobasung Payakumbuh. 3.2 Alat dan Bahan Table 3. Alat yang di gunakan No
Alat
Fungsi
1
Cangkul
Menggemburkan, Mencincang, Mengaduk bahan baku
2
Garu
Menggemburkan, Mengaduk bahan baku
3
Sarung Tangan
Alat pelindung diri
4
Gerobak
Membawa bahan Baku
5
Mesin Jahit
Menjahit pengepakan
6
Sekop
Memindahkan bahan ketempat ayakan
7
Ayakan
Memisahkan pori-pori besar dengan pori-pori kecil
8
Tengki Air
Tempat fermentasi
9
Ember
Mengangkut dan tempat pembuatan campuran kultur
10
Jergen
Tempat kultur
11
Teng semport
Alat pemberian kultur
Tabel 4. Bahan yang digunakan No
Alat
Fungsi
1 2 3
Bahan Arang Sekam Kultur
Bahan Baku Kompos Bahan baku kopos Bahan baku kompos
15
3.3 Proses Pembuatan Pupuk Kompos Organik Ada beberapa langkah dalam pembuatan pupuk kompos organik di CV. Andalas Hijau sebagai berikut : 3.3.1.Pengumpulan Bahan Baku Pembuatan Pupuk Kompos organic Semua bahan kompos sebaiknya dikumpulkan di dekat tempat pengomposan bahan yang harus disiapkan seperti kooran ternak sapi setengah matang, arang sekam. 3.3.2.Menyediakan Peralatan Kerja Yang di butuhkan Dalam pembuatan pupuk kompos organik sangat perlu menyediakan peralatan guna memudahkan pekrjaan serta menghemat waktu dan tenaga, alatalat tersebut harus layak di pakai agar memperoleh hasil kerja yang maksimal selain dari pada itu juga dibutuhkan alat keselamatan kerja seperti sarung tangan, Masker karena perkerjaan ini juga mempunyai resiko bagi pekerja seperti luka akibat kandungan limbah kotoran sapi tersebut yang berisis benda-benda tajam seperti pecahan kaca, paku, kaleng dll. Dan juga perlu di pakai masker karena selain melindung dari bau tak sedap juga melindungi pernafasan dari debu ketika dalam pengerjaan pembuatan pupuk kompos organik. 3.3.3.Penghalusan Ukuran Partikel Kotoran Sapi Agar proses pengomposan berjalan lebih cepat sebaiknya bahan baku kompos terutama yang berbentuk panjang dan kasar,dihaluskan terlebih dahulu seperti kotoran ternak sapi yang sudah mengeras agar mudah untuk melakukan langkah pengerjaan selanjutnya. Dalam penghalusan partikel kotoran sapi ini dibutuhkan alat cangkul dan garu.
16
3.3.4.Pencampuran Bahan Kotoran Sapi dengan Arang Sekam Perkerjaan ini dilakukan apabila ukuran dari partikel kotoran sapi tersebut sudah berkurang baru dilakukan dicampurkan arang sekam dengan cara mengaduknya secara merata dengan menggunakan alat seperti sekop, garu dan cangkul. Untuk mempengaruhi sifat fisik dan biologi dari kotoran sapi yang sudah menjadi tanah. Adapun sifat fisik yang dipengaruhinya adalah agregasi kotoran sapi, sehingga akan menghindari terjadinya kerak tanah. 3.3.5 Pengayakan Pengayakan dilakukan untuk memisahkan partikel kasar dari partikel halus, bentuk partikel kasar disebabkan oleh partikel tersebut belum sepenuhnya terfermentasi. Pengayakan ini juga mempermudah pengepakan kompos karena kantong atau karung plastic tidak mudah sobek akibat gesekan yang berasal dari benda-benda tajam atau gumpalan-gumpalan tajam. Untuk pengomposan skala kecil atau menengah bisa digunakan alat ayak sederhana yang biasa digunakan oleh tukang bangunan. Pengayakan dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan bahan kotoran sapi yang sudah bercampur arang sekam ke alat ayakan hasil yang didapat adalah bahan kotoran sapi tersebut menjadi halus, bebas dari bahan-bahan lain berupa serbuk dan mudah diolah untuk langkah berikutnya. 3.3.6 Pemberian Kultur pada Hasil Pengayakan Penyemprotan
kultur
ini
berfungsi
untuk
mempercepat
proses
pengomposan maka dengan itu penyemprotan harus mengenai pupuk secara merata. Adapun cara pembuatan kultur tersebut adalah sediakan alat dan bahan dibawah ini:
17
a) Tahi sapi mentah sebanyak 2 karung isi 40 Kg b) Tengki isi 1000 L c) Jerigen 14 buah isi 20 L d) Ember dan gayung e) Saringan f) Enzim Ekotan 1 Jerigen 20 L g) Air 45 Jerigen h) Aerator Cara Pembuatan: 1) Kotoran sapi mentah dari kandang sebanyak satu karung ± 45 Kg dimasukan kedalam ember ukuran 100 L 2) Pengambilan air disumur sebanyak 45 jerigen 3) Kemudian dicampur dengan air sampai penuh 4) Dan diaduk-aduk 5) Setelah diaduk air sudah bercampur dengan kotoran sapi baru dilakukan pemindahan tengki 6) Penyaringan air kotoran sapi pada tengki sampai tengki penuh 7) Kemudian ditambahkan dengan 20 L ekstrak akar pada tengki 8) Dilakukan proses kultur selama 7 x 24 jam Kegiatan ini dilakukan dalam sebulan jika kultur berkurang dalam tengki baru dilakukan penambahan tidak boleh habis pada proses pembuatan diperlukan satu hari 08.00 – 14. 00 WIB. Setelah pembuatan kultur sudah selesai difermentasi atau sudah siap untuk digunakan baru dilakukan
18
pengerjaan penyemprotan ke bahan yang sudah iayak tadi dengan cara sebagai berikut : 1) Pada penyemprotan pertama dilakukan pengadukan cairan kultur dengan garam dan gula tebu merah dengan perbandingan 100 liter ditabah dengan 0,5 kg dan 1 kg tebu merah (saka) 2) Pemompoan semprot sekitar 8 kali pompaan 3) Selanjutnya dilakukan penyemprotan pada permukaan pupuk secara merata 3.3.7. Peringatan Kompos Peringatan kompos dimaksudkan untuk menstabilkan berat kompos, meningkatkan kualitas kompos, karena ini apabila sudah disemprot dengan kultur, nutrisi yang terkandung dari semua bahan-bahan pembuatan kompos kotoran sapi itu bisa menyatu secara merata dan mengakibatkan juga berat dihasilkan juga seimbang apabila dimasukan kedlam kantong atau karung, perlu diingat disini proses pengeringan ini dilakukan pada daerah tertutup seperti di gudang tempat penyimpanan agar tidak terkena oleh air seperti hujan. 3.3.7. Pengepakan Kompos yang sudah matang dalam artian temperature, kelembapan, keasamannya sudah relativ tidak berubah lagi dimasukkan kedalam kantong, dan dieratkan dengan menggunakan mesin penjahit karung dengan berat yang sama antara satu karung dengan karung lainnya.
19
3.3.8. Pemasaran Pemasaran pupuk kompos organik CV Andalas Hijau dijual bukan saja ke perusahan-perusahan perkebunan tetapi juga diperjualbelikan pada semua kalangan seperti: petani, masyrakat, desa maupun kota, adapun teknik pemasaran yang dilakukan oleh CV Andalas Hijau adalah : 1) Mencari perusahan atau kelompok tani, dan pengusaha yang bisa menampung pupuk 2) Setelah ada kesepakatan kedua belah pihak baru pupuk dipacking 3) Jika permintaan banyak pupuk lansung diantar kelokasi biaya transportasi CV. Yang membiayai 4) Pupuk ini dijual dengan harga Rp 40.000-,/karung
IV.
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Hasil 4.1.1
Deskripsi Perusahan CV Andalas Hijau CV Andalas Hijau berdiri pada tahun 1990, terletak di Jalan Pertanian
Payo Basuang Payakumbuh, yang mana mempunyai seorang direktur dan dibantu oleh manager produksi pemasaran serta mempunyai beberapa orang karyawan. Struktur organisasinya dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Direktur
Maneger Produksi Pemasaran
Karyawan
Pengumpul
Keterangan : Direktur
: Pengaturan dan penetuan Jalannya Perusahan
Maneger
: Pengawasan Pemasaran Usaha
Pengumpul
: Mencari bahan Baku Kotoran Sapid an Penunjung Lainnya
Gambar 1. Struktur Organisasi CV Andalas Hijau
21
Daerah pemasaran CV Andalas Hijau adalah Provinsi Riau dan Sumatra Barat adapun mempunyai visi dan misi Perusahan adalah : VISI “ Menjadi Produsen Pupuk Kompos Organik Yang Bermutu dan Terpecaya “ MISI : 1. Menjadikan kompos sebagai pupuk andalan pengganti sebagai pupuk kimia 2.
Memanfaatkan limbah pertenakan dan pertanian sebagai bahan baku kompos
3. Memberikan sosialisasi manfaat penggunaan kompos usaha pertanian 4.1.2
Pengumpulan Bahan Baku Bahan baku yang diperoleh oleh CV Andalas Hijau sudah diantara
langsung oleh pelanggan apabila sudah ada permintaan pasar darai konsumen. Bahan yang dibutuhkan diantarany, kotoran ternak , arang sekam. Bahan tersebut langsung diantar ke pabrik dan dikumpul dalam satu gudang apabila gudang atau penuh bahan tersebut dikumpulkan lagi digudang dua.
Gambar 2. Pengumpulan bahan baku
22
4.1.3. Penyedian Alat Peralatan yang digunakaan disini adalah alat manual seperti, ayakan, cangkul, sekop, garu, ember, tengki, pompa angin . peralatan ini digunakan sebagaimana mestinya peralatan ini didesain langsung oleh pekerjaannya seperti pemasangan ayakan,pemberian tangkai cangkul dan lain sebagainya.
Gambar 3. Alat yang digunakan 4.1.4. Penghalusan Ukuran Partikel Kotoran Sapi Bahan yang sudah ada dihaluskan terlebih dahulu dengan tjuan agar partikel dari kotoran sapi ini mengecil dan bisa mempermudah untuk pengerjaan selanjutnya.
Gambar 4. Hasil dari proses penghalusan
23
4.1.5. Pencampuran Bahan Kotoran Sapi dengan Arang Sekam Perkerjaan ini dilakukan dengan maksud agar kadar air pada kotoran ternak bisa berkurang karena sudah diserap oleh sebagian dari arang sekam tersebut. Dan juga memperoleh untuk melakukan pengerjaan selanjutnya karena apabila kadar air dalam kotoran sapi ini masih dalam keadaan basah otomatis susah dilakukan pengayakan karena mengakibatkan lengket dan susah untuk diayak, apalagi dari pengayakan ini adalah memisahkan antara partikel kasar dan partikel halus. 4.1.6. Pengayakan Perkerjaan ini dilakuakan untuk mendapatkan hasil kotoran sapi tanpa ada bahan-bahan lain yang terkandung didalamnya seperti benda-benda tajam, batubatuan, plastic\, dan jenis bahan lainnya. Ukuran jaring ayakan adalah 1 CM2
Gambar 5. Proses pengayakan
24
4.1.7. Penyemprotan Kultur Perkerjaan ini berfungsi untuk mempercepat proses pengomposan makadengan itu penyemprotan harus mengenai pupuk secara merata, agar hasil yang didapat seimbang. Kegiatan ini dilakukan satu kali dalam sebulan jika kultur berkurang dalam tengkibaru dilakukan penambahan tidak boleh habis pada proses pembuatan diperlukan waktu satu hari dari 08.00 – 14.00 WIB. Dosis penyemprotan pada penyemprotan pertama dilakukan pengadukan cairan kultur dengan garam dan gula tebu merah dengan perbandingan 100 liter kultur ditambah dengan 0,5 kg garam dan 1 kg gula tebu merah (saka)
Gambar 6. Proses penyemprotan kultur 4.1.8. pengeringan Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi temperatur atau kelembapan pada pupuk kompos organik dan juga agar pupuk tersebut mengandung nutrisi secara merata. Peringatan dilakukan dengan cara menutup dengan terpal, hal ini bertujuan supaya kompos tersebut dalam keadaan panas, dan lama kelamaan kompos tersebut menjadi matang.
25
Gambar 7. Proses pengeringan pupuk organik 4.1.9 Pengepakan Pupuk kompos organik yang sudah jadi setelah didiamkan selama beberapa kemudian dimasukan kedalam karung dengan ukuran atau berat yang sama untuk menarik perhatian konsumen bungkusan pupuk kompos organik tersebut diberi logo perusahan dan disebutkan pula kandungan bahan bakunya agar konsumen tau kegunaan dari pupuk organik. 4.1.10. Pemasaran Pupuk kompos yang sudah siap untuk dipasarkan adalah yang sudah memenuhui kriteria seperti tiadak bau, dan dari bahan lain seperti benda-benda tajam plastik dan lain-lain. Pupuk ini banyak diminta oleh perusahan perkebunan besar seperti di Riau, ataupun Kalimantan. Pada umumnya digunakan untuk media pembibitan kelapa sawit.
26
4.2
Pembahasan
4.2.1. Pengumpulan Bahan Baku Bahan baku yang diperoleh dalah bahan baku yang tidak ada unsur bahan kimia. Bahan baku ini didapat dari para peternak sapi dari pabrik batu bata. Bahan tersebut sengaja dipesan melalaui media telekomunikasi. Dimana dari harga satu truk kotoran ternak dibeli Rp 70.000-,/truk sedangkan satu karung arang sekam berharga sebanyak Rp 5000, dan bahan-bahan lainnya dibeli di pasar seperti garam, gula aren, dan lain-lain 4.2.2. Penyedian Alat Alat-alat untuk pembuatan pupuk kompos organik ini mempunyai fungsi khusus seperti membalikan bahan, mengaduk, menghaluskan, mencicang, menyemprot, sebagai fermentasi bahan, menyaring, mengangkut bahan \ dan sebagainya. 4.2.3 Penghalusan Ukuran Partikel Kotoran Sapi Namanya bahan mentah pasti mempunyai bentuk yang kasar, maka perlu untuk dilakukan pengolahan dalam hal ini dilakukan perkerjaan penghalusan dengan menggunakan garu atau cangkul. Kotoran sapi ini dicincang, dibalikbalikan sampai ukuran partikel kotoran sapi tersebut mengecil dan mempermudah untuk melakukan pekerjaan selanjutnya 4.2.4. Pendcampuran Bahan Kotoran sapi dengan Arang Sekan Setelah menghaluskan selesai dilakukan maka dicampur atau diaduk kedua bahan tadi ini dimaksudkan agar kandungan air yang ada didalamnya bisa
27
berkurang apabila kandungan air sudah berkurang pasti memudahkan untuk melakukan pengayakin karena tidak menyebabkan lengket pada ayakan 4.2.5. Pengayakan Pengayakan ini dilakukan untuk memindahkan partikel kasar dengan partikel halus, yang diambil disini adalah partikel halus sedangkan partikel kasar dipisahkan atau dibuang ketempat yang lain. Setelah melakukan pengayakan semua hasil pengayakan tersebut dirapikan dengan posisi memanjang 4.2.6. penyemprotan Kultur Penyemprotan dengan kultur ini dilakukan dengan tujuan agar proses pengomposan berlangsung cepat sekaligus memberikan kandungan unsure didalam ppuk kompos organik seperti unsur. N, P, K,pemberian kultur ini dilakukan secara merata dengan cara membalik-balikan bahan dan disemprot dengan sangat teliti 4.2.7. Pengeringan Pengiringan ini dilakukan setelah pemberian kultur baru dilakukan pengeringan agar pupuk ini bisa melakukan fermentasi dengan sempuran dan semua bahan menyatu sehinga menujdai pupuk kompos organik yang layak jual 4.2.8. Pengepakan Dalm melakukan pengepakan atau pembungkusan hal yang perlu diperhatikan dalah jumlah takran atau berat bersih dari masing-masing karung mempunyai berat yang sama, dan disusn teratur guna untuk memudahkan pendistribusian atau menaikan pupuk kedalam truk atau mobil
28
4.2.9. Pemasaran Umumnya harga jual kompos tergantung jmlah biaya yang dikeluarkan untuk proses pengomposan, ongkos yang dikeluarkan meliputi : Biaya tenaga kerja, pembelian bahan baku, biaya sewa lahan, biaya pemasaran, biaya pemeliharaan alat, dan ongkos-ongkos lain yang tidak diduga.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 1. Faktor yang mempengaruhui pupuk kompos organik adalah : Rasio, ukuran partikel, aerasi, porositas, kelembapan , temperature/suhu, pH, kandungan hara, kandungan bahan berbahaya, lama pengomposan. 2. Spesifikasi dalam pembuatan pupuk kompos organik kotoran sapi adalah kotoran sapi setengah matang, arang sekam dan kultur. Dengan perbandingan 3 gerobak kotoran sapi : 1 gerobak arang sekam dan kultur sebagai bahan tambahan. 3. Komposisi unsur-unsur dalam pupuk kompos organic adalah N=0,69%, P=3,52%, K=1,79% 5.2. Saran 1. Seharusnya CV Andalas Hijau bisa berkerja sama dengan Dinas Pertanian untuk bersam-sama memasarakatkan pupuk kompos organik. 2. Seharusnya CV Andalas Hijau bisa membuat arang sekam sendiri tanpa memesan kepada yang lain. 3. Sebaiknya masyarakat menggunakan pupuk kompos organik untuk pupuk pertanaian, karena pupuk kompos dapat mempertahankan kesuburan tanah, karena pupuk kompos dapat mempertahankan kesuburan tanah, dan dapat menjaga struktur tanah. Selain itu pupuk kompos juga mudah didapatkan di CV andalas Hijau dan harganya relative terjangkau.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1990. Organisme Yang Terlibat Dalam Proses Pengomposan. Penebar Swadaya, Jakarta. Djaja, W, 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos Dari Kotoran Ternak dan Sampah. Agromedia. Jakarta. Rohendi, 2005. Limbah Untuk Pakan Ternak. Kanisius. Yogyakarta Ryak, 1992. Kondisi Optimal Untuk Mempercepat Proses Pengomposan. PT Gramedia. Jakarta. Sutanto, R, 2002. Penerapan Pertanian Organik Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.
Pemasyarakatan
Toharisman, 1991. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Dalam
dan
Proses