1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia.
Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu
negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Joesoef (2011) yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Tidak ada bangsa yang maju, yang tidak didukung pendidikan yang kuat. Untuk menjadi bangsa yang maju maka bangsa Indonesia harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2007: 477) yang berpendapat bahwa ciri utama yang membedakan masyarakat negara maju dengan masyarakan negara berkembang atau masyarakat miskin adalah dalam penguasaan teknologi. Masyarakat negara maju lebih menguasai teknologi dibandingkan dengan masyarakat negara berkembang atau miskin.
2 Dalam upaya mencapai kemajuan bangsa, tentunya diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek, salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih jauh lagi, Nuh (2011) menegaskan bahwa ilmu-ilmu dasar semacam matematika menjadi modal utama kemajuan suatu bangsa.
Sebab, tingkat
penguasaan ilmu-ilmu dasar tersebut salah satu indikator seberapa jauh peran suatu bangsa dalam mengembangkan iptek. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya peningkatan kualitas pendidikan matematika menjadi sorotan utama dalam perbaikan pembelajaran di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jam pelajaran matematika di sekolah yang lebih banyak dibandingkan jam pelajaran lain. Selain itu, pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Namun, hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2007) menunjukkan bahwa peringkat matematika siswa Indonesia berada di deretan 36 dari 49. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah jam pelajaran matematika di sekolah lebih banyak dibandingkan jam pelajaran lain, hal tersebut tidak sebanding dengan hasil belajar yang diraih. Hal ini pula yang terjadi pada SMP Negeri 28 Bandarlampung. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Negeri 28 Bandarlampung, diperoleh data rata-rata nilai ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 yaitu 35,5. Hal tersebut karena siswa kurang terlibat secara aktif dalam interaksi belajar, baik dengan guru maupun dengan teman. Dalam interaksi belajar dengan
3 teman, siswa cenderung duduk berdekatan dengan teman dekat yang biasanya memiliki kemampuan matematis yang homogen. Sedangkan interaksi siswa dengan guru jarang terjadi karena siswa enggan bertanya bila ada materi matematika yang belum dipahami. Guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa kurang diberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa kurang suka terhadap pelajaran matematika yang dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Kurangnya motivasi siswa juga menjadi salah satu penyebab masalah tersebut. Model pembelajaran guru yang masih berupa pembelajaran langsung mengakibatkan rendahnya aktivitas belajar siswa dan berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah adanya kerjasama dengan menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali, memecahkan masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, dengan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Sementara itu salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan pemberian penghargaan. Dengan penghargaan siswa akan merasa lebih dihargai atas usaha-usaha yang telah dilakukannya dalam mengerjakan persoalan matematika. Untuk menumbuhkan motivasi dan kerjasama yang baik tersebut dapat dijalin selama proses pembelajaran dengan memilih model pembelajaran yang tepat oleh guru.
Model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok
4 kecil yang heterogen, sehingga siswa yang kurang jelas dalam memahami materi pelajaran dapat bertanya atau berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Setiap anggota dalam kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang positif karena tugas yang diberikan guru menjadi tanggung jawab bersama. Sedangkan untuk menumbuhkan motivasi siswa salah satu diantaranya adalah dengan memberikan suatu penghargaan agar siswa merasa terpacu untuk melakukan usaha terbaiknya demi sebuah kemenangan tim. Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran koperatif yang cocok untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah STAD (Student Teams Achievement Division). Slavin (2005 : 143) menyatakan bahwa STAD merupakan model yang paling sederhana dari model pembelajaran kooperatif dan merupakan model yang cocok untuk para guru yang akan memulai model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang heterogen terutama dari segi kemampuannya. Awal pembelajaran dimulai dengan penyampaian garis besar materi pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk bekerja dengan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. Dengan adanya kerja sama di dalam kelompok, diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan termotivasi untuk mendapatkan penghargaan tim sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Kelompok harus bertanggung
jawab agar setiap individu di dalam kelompok betul-betul memahami konsep yang dipelajari karena keberhasilan dinilai dari keberhasilan kelompok, bukan individu. Untuk mengukur keberhasilan belajar kelompok, guru memberikan tes individual. Selanjutnya, hasil tes ini dibandingkan dengan rata-rata pencapaian sebelumnya. Gabungan poin sumbangan dari semua anggota kelompok menjadi poin kelompok
5 dan hasilnya dibandingkan dengan poin kelompok lainnya. Kelompok yang berhasil memperoleh poin tertinggi berhak mendapat sertifikat atau penghargaan. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian dengan judul
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap perbaikan kualitas pembelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012?
masalah tersebut dapat dijabarkan
pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut: 1. Apakah rata-rata hasil belajar siswa yang belajar matematika menggunakan pembalajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional? 2. Apakah aktivitas belajar siswa yang belajar matematika menggunakan pembalajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional? C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar mate-
6 matika siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012 khususnya materi garis singgung lingkaran dan kubus.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi siswa, memperoleh pembelajaran matematika yang lebih menarik sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya tarik terhadap matematika, meningkatkan toleransi, kerja sama, serta kemampuan komunikasi yang kuat baik dengan teman maupun dengan guru. 2. Bagi guru yaitu sebagai masukan dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai alternatif pembelajaran dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 3. Bagi sekolah yang bersangkutan yaitu memberikan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan mutu sekolah itu sendiri.
E. Ruang Lingkup
1. Efektivitas Efektivitas merupakan keadaan akibat dari pengaruh yang disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang
7 dicapai dalam suatu tindakan yang dilakukan. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan dari usaha atau tindakan pemberian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar.
Pembelajaran STAD tersebut dikatakan berhasil
apabila aktivitas dan hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran matematika kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada yang diajar dengan model konvensional. 2. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil empat sampai lima orang untuk bekerjasama dalam mempelajari materi pelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu contoh model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran STAD. 3. Pembelajaran Tipe STAD STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, pembagian siswa ke dalam kelompok, kuis individu, skor kemajuan individual, dan penghargaan tim.
4. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian garis besar materi oleh guru, diskusi kelompok, latihan soal, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan dan kesimpulan
8
5. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar yaitu kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung yang dibatasi pada memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi antara siswa dengan guru, berdiskusi antar siswa
dalam kelompok, membaca buku sumber atau
mengerjakan latihan, menanggapi/bertanya pada saat presentasi dan menyimpulkan materi pelajaran. 6. Hasil Belajar Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun konvensional yang ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes.