I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman pangan. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk menciptakan lingkungan yang baik dengan menjamin keseimbangan antara air, udara dan suhu tanah (Suhardi, 1983). Teknologi yang selama ini digunakan untuk mengolah tanah di lahan kering secara turun menurun adalah sistem olah tanah intensif (OTI). Sistem olah tanah intensif akan menjadikan tanah menjadi lebih gembur dan lebih cepat menyerap air hujan, akan tetapi pengaruhnya bersifat sementara. Selain itu, semakin gembur tanah yang diolah juga dapat menyebabkan tanah mudah tererosi, mempercepat pelapukan bahan organik, dan meningkatkan emisi gas CO2. Menurut Utomo (1994) adanya proses degradasi menyebabkan daya dukung dan produktivitas tanah menurun, sehingga dalam jangka panjang sistem olah tanah intensif tidak tepat untuk diusahakan. Dewasa ini dikenal sistem olah tanah konservasi (OTK) yaitu pengolahan tanah yang menitik beratkan pada pertanian yang berwawasan lingkungan. Sistem OTK terdiri dari sistem tanpa olah tanah (TOT) dan sistem olah tanah minimum (OTM).
2 Pada sistem OTK tanah diolah seperlunya saja, dan serasah sisa tanaman maupun gulma tidak dibersihkan akan tetapi dikembalikan ke lahan sebagai mulsa untuk melindungi tanah.
Selain itu pemberian mulsa juga merupakan penambahan
bahan organik tanah.
Sistem OTK memberikan pengaruh positif terhadap
produktivitas tanah. Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sistem OTK dalam jangka panjang dapat memperbaiki kesuburan tanah.
Penelitian
Utomo (1994) menunjukkan bahwa sistem OTK selama 8 tahun dapat mengurangi pencucian basa-basa dan amonium; meningkatkan P-tersedia, N-total, bahan organik tanah, dan Zn; serta meningkatkan diversitas biotik tanah dan produksi jagung. Selain itu OTK juga
meningkatkan populasi mikroorganisme tanah. Utomo
(1994) menyatakan sistem tanpa olah tanah (TOT) meningkatkan total bakteri sebesar 7,14 kali pada kedalaman 0-7,5 cm dan meningkatkan populasi cacing tanah sebesar 1,95 kali pada kedalaman 0-20 cm dibandingkan sistem OTI. Pemupukan N juga diperlukan untuk meningkatkan produksi tanaman, karena unsur N merupakan unsur hara utama dalam pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar (Sutejo, 1999). Penambahan N ke tanah dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme, karena unsur N merupakan unsur yang dibutuhkan mikroorganisme untuk membentuk dan mempertahankan organisasi sel tubuhnya (Handayanto dan Hairiah, 2007).
B. Tujuan Penelitian
3
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui jumlah total bakteri tanah pada berbagai sistem olah tanah dan pemupukan N. C. Kerangka Pemikiran Tanah merupakan substrat bagi kehidupan mikroorganisme tanah yang mendukung berbagai komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik yaitu mikroorganisme dan makroorganisme, sedangkan komponen abiotik yaitu bahan organik yang berupa tumbuhan dan hewan yang telah mati, akar tanaman, dan tanah itu sendiri. Komponen biotik di dalam tanah dapat mempengaruhi proses aliran energi dalam ekosistem tanah, salah satunya adalah mikroorganisme. Kelompok ini mampu melakukan penghancuran fisik terhadap tumbuhan dan hewan yang telah mati atau disebut sebagai bahan organik. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas metabolisme organisme tanah serta meningkatkan kegiatan jasad mikro dalam membantu proses dekomposisi bahan organik. Menurut Kononova (1966) bahan organik tanah berperan sebagai sumber hara tanaman, membantu proses penghancuran mineral tanah, membentuk struktur tanah yang stabil dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Apabila bahan organik itu telah terurai sebelum digunakan oleh mikroorganisme, mikroorganisme akan menurun karena sumber kekurangan makanan (Sumintapura dan Iskandar, 1980). Sistem OTK dapat meningkatkan total bakteri tanah, karena adanya pemugaran kesuburan tanah in situ. Pengembalian serasah sisa tanaman maupun gulma yang dimanfaatkan sebagai mulsa berperan penting dalam tanah, memasok hara internal, meningkatkan agregasi tanah, meningkatkan ketersediaan air tanah,
4 mengurangi pencucian basa-basa, mengurangi keracunan unsur Al, Fe, dan Mn, dan meningkatkan diversitas biotik. Sedangkan pada sistem OTI pengolahan tanah dilakukan secara intensif dan tidak ada pengembalian serasah sisa tanaman maupun gulma ke lahan. Tidak adanya pemugaran kesuburan in situ pada sistem OTI dapat menyebabkan degradasi lahan karena proses dekomposisi bahan organik berjalan dengan cepat, sehingga mempercepat degradasi tanah (Utomo, 2006). Berbagai penelitian menunjukkan penggunaan sistem olah tanah konservasi dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, terutama sifat biologi tanah. Utomo (2006) menyatakan penggunaan OTK jangka panjang ternyata dapat meningkatkan jumlah dan keragaman biota tanah, jumlah bakteri, mesofauna, mikoriza VAM dan cacing tanah. Mikroorganisme membutuhkan N dalam bentuk ion amonium (NH4+) (Handayanto dan Hairiah, 2007).
Pemupukan N jangka panjang dapat
meningkatkan total mikroorganisme
karena unsur N dapat membantu dalam
pembentukan sel tubuh mikroorganisme. Semakin tinggi unsur N dalam tanah maka semakin tinggi total mikroorganisme tanah. Penelitian Niswati, Nugroho, dan Utomo (1995) menghasilkan bahwa pemupukan N 100 kg ha-1 pada musim pertama menurunkan populasi bakteri, tetapi sebaliknya pada musim ke-15 pemupukan N 100 kg ha-1 dapat meningkatkan populasi bakteri. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan N dalam jangka panjang dapat mempengaruhi total mikrooragnisme tanah. Hal ini dikarenakan perbedaan sistem olah tanah mempengaruhi kondisi lingkungan yang kondusif untuk habitat mikroorganisme tanah. Pemupukan N mempengaruhi ketersediaan hara untuk
5 pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme tanah. Sistem TOT dan OTM dengan pemupukan N dapat meningkatkan total mikroorganisme tanah, karena tersedianya bahan organik sebagai sumber energi untuk mikroorganisme tanah. D. Hipotesis 1. Sistem Tanpa Olah Tanah akan meningkatkan total bakteri tanah dibandingkan dengan sistem Olah Tanah Minimum dan sistem Olah Tanah Intensif. 2. Pemupukan N akan meningkatkan total bakteri tanah dibandingkan dengan tanpa pemupukan N 3. Terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan pemupukan N terhadap total bakteri tanah.