I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan pertanian pada era globalisasi seperti saat ini harus dibangun secara terintegrasi mulai dari pembangunan industri hulu, hilir dan kebijakan pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian dinilai berhasil jika mampu melibatkan petani sebagai subyek pembangunan pertanian itu sendiri. Pembangunan pertanian adalah membangun petani dan masyarakatnya. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi industri guna memenuhi kebutuhan pasar dan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan mengurangi impor hasil pertanian. Oleh karena itu sektor pertanian perlu dikembangkan menjadi sektor yang tidak sekedar berfungsi sebagai penampung tenaga kerja,melainkan dapat merangsang peningkatan produktivitas, meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan pendapatan negara. Salah satu sub sektor pertanian yang tidak kalah pentingnya adalah sub sektor perkebunan, khususnya perkebunan tebu.
Tanaman tebu (Saccharum officinarum) merupakan salah satu tanaman penting penghasil gula, karena lebih dari setengah produksi gula di dunia berasal dari tanaman tebu. Provinsi Lampung merupakan daerah industri gula terbesar di Sumatera, karena di Lampung banyak berdiri pabrik-pabrik gula baik milik swasta maupun milik BUMN. Provinsi lampung berupaya meningkatkan produksi gulanya dengan menambah areal perkebunan dan meningkatkan produktivitas tanaman. Lampung menjadi pemasok gula nasional dengan kontribusi sekitar 30% karena potensi pengembangan perkebunan tebu masih terbuka lebar. Apalagi agrolimate di Lampung sangat menunjang untuk pertumbuhan tanaman tebu. Daerah yang menjadi sentra pengembangan tebu di Lampung antara lain : Lampung Tengah, Tulang Bawang, Lampung Utara dan Way Kanan. Perkebunan tersebut milik perusahaan swasta maupun BUMN. Ada juga perkebunan tebu milik rakyat, namun dalam jumlah yang relatif kecil. Lampung memiliki banyak lahan yang bisa diubah menjadi perkebunan tebu. Pembukaan perkebunan tebu juga memberi nilai guna bagi lahan tidur yang selama ini kurang dimanfaatkan. Peningkatan produksi gula di Lampung menjadi salah satu agenda penting perkebunan ke depan. Lampung menjadi salah satu Provinsi yang akan dijadikan sentra pengembangan gula, selain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, Maluku,
Pada tahun 2009, produksi gula dalam negeri ditargetkan sebanyak 2,9 juta ton. Sedangkan produksi gula pada 2010 di proyesikan meningkat menjadi 2,96 ton. (Google, 2009)
Adanya peningkatan produksi diharapkan dapat menambah kontribusi Lampung terhadap produksi gula nasional. Peningkatan produksi dilakukan dengan menambah luas lahan perkebunan dan peningkatan produktivitas. Terlihat pada gambar 1 grafik berikut ini : Gambar 1. Grafik Peningkatan Luas Areal Perkebunan Tebu Propinsi Lampung. 120000 113784
115000 108921
110000 105915 105000
Luas Areal Tebu Provinsi Lampung
100077
100000 96258 95000 90000 85000
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber : BPS Lampung, 2009 Grafik tersebut menunjukan bahwa Provinsi Lampung mengalami perkembangan luas areal perkebunan tebu setiap tahunnya. Perkembangan ini harus memberi dampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Salah satu caranya yaitu dengan membentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan petani. Program kemitraan merupakan solusi dari masalah ketidakmampuan petani tebu dalam hal keterbatasan lahan, biaya dan teknologi dalam hal pemenuhan sistem agribisnis. Pemenuhan empat subsistem agribisnis (kelembagaan,
input, farming dan output) inilah yang membutuhkan pembinaan dari perusahaan inti, karena perusahaan inti yang memiliki kemampuan dalam sistem agribisnis. Pola kemitraan sangatlah penting. Selama ini pengembangan perkebunan tebu di Lampung di dominasi perusahaan besar tanpa melibatkan petani lokal. Adanya kemitraan diharapkan menjadi titik temu untuk melibatkan petani dalam pengembangan perkebunan tebu. Pola kemitraan memberi manfaat bagi perusahaan dan petani. Perusahaan yang menjadi pembina akan mendapat bahan baku tebu untuk meningkatkan produksi. Sedangkan petani mendapat keuntungan karena tebu hasil panennya bisa langsung terserap oleh industri gula. Maka pola ini disebut simbiosis Mutualisme atau saling menguntungkan. Sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dalam hal permodalan untuk biaya produksi da teknologi dapat teratasi serta diharapkan dapat membantu golongan ekonomi lemah dalam memecahkan masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, PT Gunung Madu Plantations menjalin kerjasama kemitraan dengan petani disekitar perusahaan melalui upaya pemanfaatan lahan yang mereka miliki untuk tanaman tebu, peningkatan produksi, dan pemasaran tebu ke perusahaan perkebunan, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. PT Gunung Madu Plantations adalah salah satu perusahaan swasta yang berperan serta aktif dalam pembangunan ekonomi yang bergerak dalam
produksi gula, dengan bahan baku utama tebu. Supaya dapat menjamin pasokan tebu yang cukup, maka perlu didukung dengan kemitraan tanaman tebu antara PT Gunung Madu Plantations dengan pemilik lahan. Program uji coba kemitraan tanaman tebu antara petani pemilik lahan dengan PT Gunung Madu Plantations telah terlaksana sejak tahun 2003. Jumlah petani peserta yang mengikuti kemitraan tersebut sampai dengan 2009 sebanyak 264 orang petani. Berdasarkan Surat Keputusan General Manajer PT Gunung Madu Plantaions No : 002.03/GM-271/VII/07 tentang Pelaksanaan Program Kemitraan Tanaman Tebu, sistem pengelolaan yang akan diterapkan adalah Sistem kerjasama Operasi (KSO) dan Sistem Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Program kemitraan sistem Kerja Sama Operasi (KSO) adalah ditujukan untuk lahan yang berbatasan langsung atau menyatu dengan lahan perkebunan Perusahaan inti. Sedangkan Sistem Tebu Rakyat Mandiri (TRM) ditujukan untuk lahan yang terpisah dengan lahan perkebunan perusahaan inti. Sistem Kerjasama Operasi (KSO) adalah pola kerjasama antara petani/kelompok petani pemilik lahan sebagai plasma dengan PT Gunung Madu Plantations dalam menyelenggarakan budidaya tanaman tebu dimana PT Gunung Madu Plantations akan menunjuk Kopersi Gunung Madu sebagai wadah/badan peyerahan lahan dari petani, kemudian lahan diubah menjadi kebun tebu dengan sumber daya yang disediakan oleh Perusahaan mulai dari tahap pembukaan, penyiapan lahan, pemeliharaan, pemanenan, penggilingan dan penjualan hasil akhir berupa gula perusahaan, dan setiap tahunnya/musim tanam, perushaan akan membagikan hasil pengelolaan dalam bentuk uang
tunai kepada pemilik lahan setelah seluruh beban biaya pengelolaan dilunasi kepada pihak-pihak terkait. Sedangkan Sistem Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah pola kerjasama antara petani/kelompok petani pemilik lahan sebagai plasma dengan PT Gunung Madu Plantations dalam menyelenggarakan budidaya tanaman tebu dimana PT Gunung Madu Plantations akan menunjuk PT Bumi Madu Mandiri sebagai wadah/badan peyerahan lahan dari petani, kemudian lahan diubah menjadi kebun tebu dengan sumber daya yang disediakan oleh Perusahaan mulai dari tahap pembukaan, penyiapan lahan, pemeliharaan, pemanenan, penggilingan dan penjualan hasil akhir berupa gula perusahaan, dan setiap tahunnya/musim tanam, perusahaan akan membagikan hasil pengelolaan dalam bentuk uang tunai kepada pemilik lahan setelah seluruh beban biaya pengelolaan dilunasi kepada pihak-pihak terkait. Adapun tujuan Program kemitraan pada PT Gunung Madu Plantations (GMP) terutama adalah untuk Meningkatkan produksi serta wujud kepedulian perusahaan kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan petani disektor perkebunan tebu. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: (1)
Apakah pendapatan petani plasma berbeda berdasarkan usahataninya pada program kemitraan?
(2)
Faktor-faktor apasajakah yang mempengaruhi pendapatan petani tebu program kemitraan agribisnis tebu?
B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Menganalisis pendapatan petani plasma berdasarkan luas lahan yang dimiliki pada program kemitraan. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani tebu program kemitraan tebu. C. Kegunaan Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi : (1) Petani plasma, sebagai sumber informasi, acuan serta bahan bacaan dalam mengelola usahatani tebu program kemitraan tebu PT Gunung Madu Plantations (2) Instansi terkait, sbg bhn informasi dlm pengambilan keputusan untuk perencanaan & peningkatan produktivitas tebu. (3) Penulis, sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai kemitraan dan pendapatan petani plasma program kemitraan PT Gunung Madu Plantations, serta bahan informasi bagi peneliti sejenis.