1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang meningkat. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan (Noor, 1996). Kebutuhan bahan pangan beras di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertambahan penduduk. Akan tetapi, laju peningkatan kebutuhan beras itu tidak sebanding dengan laju penambahan produksinya di lapangan sehingga terjadi kekurangan setiap tahun. Indonesia, pada tahun 1998 pernah sebagai pengimpor beras terbesar di Asia Tenggara sebesar 5,9 juta ton atau separuh dari produksi dunia yang ada di pasaran waktu itu yaitu 12 juta ton (Sumodiningrat, 2001). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan impor beras tersebut dengan cara pengurangan volume impor dan pada tahun 2006 menjadi sebesar 210 ribu ton (Departemen Pertanian, 2006 ). Melihat kecenderungan dan fluktuasi besarnya impor beras setiap tahunnya menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan daya hasil tanaman padi per hektarnya cukup besar. Disamping itu, kebutuhan untuk meningkatkan produksi pangan juga terus diperlukan. Sementara, dukungan lahan subur cenderung berkurang, akibat kompetisi
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
2
penggunaannya dengan sektor lain seperti industri dan perumahan. Dilihat dari luas lahan memang, merupakan peluang pengembangan areal tanaman pangan cukup potensial, dengan catatan bahwa berbagai masalah yang ada seperti kesuburan tanah, penyediaan sarana irigasi dan infrastruktur lain perlu untuk dikembangkan terlebih dahulu, (Sumodingrat, 2001). Produksi tanaman padi sawah di provinsi Jambi rendah, disebabkan antara lain sebahagian besar pertanaman diusahakan pada lahan-lahan dengan tingkat kesuburan rendah, bereaksi masam, pengelolaan tanaman dan lingkungan belum sesuai dengan konsep keberlanjutan sistem usaha tani (Sugeng, 2001). Kesuburan tanah sangat mempengaruhi hasil produsi padi di Indonesia. Pada umumnya, padi pada kondisi jarak tanam yang sempit akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai lebih sedikit, panjang malai lebih pendek dan tentunya jumlah gabah per malai berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam yang potensial (AAK, 1990). Selama ini usaha petani yang sering dilakukan petani untuk meningkatkan produksi adalah dengan pemberian pupuk buatan dalam jumlah yang cenderung meningkat, pengembalian bahan organik seperti jerami. Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal (Astiningrum, 2005)
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
3
Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk kimia dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan kimia. Astiningrum (2005) menyatakan bahwa pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan residu yang berasal dari zat pembawa (carier) pupuk nitrogen tertinggal dalam tanah sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Astinigrum (2005) pemakaian pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah tidak tercapai. Potensi genetis tanaman pun tidak dapat dicapai mendekati maksimal. Selain dengan teknologi penyuluhan sistem tanam padi merupakan salah satu teknlogi dengan menetukan jarak tanam, namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya, (BPTP Jambi, 2013). Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini.
Sistem tanam jajar legowo
diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
4
ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). 1.2 Tujuan Tujuan penulisan laporan Tugas Akhir ini antara lain : 1. Mengetahui pengaruh sistem legowo 4:1 dan 5:1 terhadap pertumbuhan padi sawah. 2. Mengetahui pengaruh sistem tanam legowo 4:1 dan 5:1 terhadap produksi padi sawah.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman padi dapat diklasifikasikan (Makarim, ddk, 2009) sebagai berikut: Divisio
: Spermatophytae
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Poales
Famili
: Graminae
Genus
: Oryzae
Spesies
: Oryza sativa L.
2.2 Morfologi Tanaman Padi Padi termasuk tanaman semusim, bentuk batangnya bulat berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri tegak pada ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang. Keseluruhan organ tanaman padi terdiri atas dua kelompok, yaitu organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). Bagian vegetatif meliputi : akar, batang, dan daun. Sedangkan pada bagian generatif terdiri atas malai, gabah, dan bunga.
Dari sejak perkecambahan sampai panen,
tanaman padi memerlukan waktu 3-6 bulan (Makarim, ddk, 2009). a. Akar Padi termasuk tanaman semusim yang berakar serabut yang keluar pada saat tanaman padi sudah berumur 4-5 hari, dan pada saat umur 15 hari pertumbuhan akar Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
6
serabut sudah mulai banyak. Dengan semakin banyaknya akar-akar serabut ini, maka akar tunggang yang berasal dari akar kecambah tidak terlihat lagi. Letak susunan akar yang berada pada kedalaman 20-30 cm, menyebabkan akar lebih banyak mengambil zat-zat makanan dari bagian tanah yang berada pada lapisan atas. Akar tunggang dan akar serabut mempunyai bagian akar lagi yang disebut akar samping yang keluar dari akar serabut,
disebut akar rambut dan yang keluar dari akar
tunggang, bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut (Departemen Pertanian, 2009). b. Batang Menurut Makarim, dkk. (2009), batang padi terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Ruas-ruas tersebut kemudian memanjang dan berongga setelah tanaman memasuki stadia reproduktif. c. Daun Daun tanaman padi tumbuh pada batang dengan susunan yang berselang-seling, satu daun pada tiap buku (Makarim, dkk., 2009). Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu 7 hari dan kemudian akan muncul daun baru lainnya, tiap daun terdiri atas : helai daun merupakan bagian yang menempel pada buku melalui pelepah daun dan bentuknya memanjang seperti pita, pelepah dan helai daun merupakan bagian yang membungkus ruas di atasnya dan ruas berikutnya, telinga daun (auricle) terletak pada dua sisi pangkal helai daun, lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis yang terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih tepat di atas telinga daun, daun Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
7
bendera adalah daun teratas dan biasanya terletak di bawah malai. (Makarim, dkk 2009). d. Malai Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku yang terakhir inilah biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa mencapai 100-120 bunga (Derajad, Suwarno, Abdullah, Soewito, Ismail dan Simanullang, 2001). e. Bunga Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kantung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu (Makarim, dkk, 2009).
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
8
f. Anakan Menurut Makarim, dkk. (2009), anakan pada padi tumbuh setelah tanaman padi memiliki 4-5 daun. Perkembangan anakan berhubungan dengan perkembangan daun. Apabila daun padi pada buku telah memanjang, maka pada saat itu anakan akan muncul dari ketiak daun pada buku tanaman padi. Tanaman padi memiliki pola anakan berganda (anak-beranak). Batang utama tanaman padi akan tumbuh anakan primer yang sifatnya heterotropik sampai anakan tersebut memiliki 6 daun dengan 45 akar.
Anakan primer selanjudnya tumbuh anakan sekunder yang kemudian
menghasilkan anakan tersier. g. Gabah Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma steril, dan ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam, kulit beras, endosperm, dan embrio (Sugeng, 2001). 2.3 Syarat Tumbuh 1. Iklim Lingkungan yang baik sangat diperlukan bagi tanaman padi dalam usaha meningkatkan produktivitas. Lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan alami dan hasil buatan manusia. Lingkungan alami mencakup unsur iklim, seperti : cuaca, tanah, curah hujan, intensitas cahaya, angin, kelembaban dan lingkungan biotik. Menurut Anonim (2012) suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman padi, Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
9
yaitu 23-32°C dan kelembaban nisbi 92%. Sedangkan ketinggian > 500 m dpl. (Anonimous, 2004) Suhu mempunyai pengaruh penting terhadap pertumbuhan. Suhu yang terlalu rendah pada waktu pertumbuhan permulaan sangat menghambat perkembangan
dari
pada
kecambah,
pembentukan anakan berkurang.
sehingga
pemindahan
terlambat
dan
Suhu rendah setelah pembentukan malai akan
menyebabkan peningkatan sterilitas dan mengurangi berat biji. Perbedaan suhu yang jelas antara siang dan malam akan mempercepat pematangan biji, terutama bila suhu malam yang rendah. Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU– 450 LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata–rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500–2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Musim kemarau, produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun, karena penyerbukan kurang intensif. Menurut AAK (1990), curah hujan kurang dari 200 mm/bulan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Curah hujan harian menjadi lebih penting dibandingkan curah hujan bulanan atau tahunan. Curah hujan harian 200 mm menyebabkan tanaman mengalami stress karena kondisi lahan yang terlalu lembab (moisture stress), dan tanaman menderita kekeringan bila tidak ada hujan selama 20 hari. Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi.
Temperatur yang
dibutuhkan 220C–270C pada daratan rendah, sedangkan dataran tinggi 190C–230C. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hampa Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
10
terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman (AAK, 1990). 2. Tanah Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memilik lapisan keras 30 cm di bawah permukaan laut. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18–22 cm. Kandungan bahan organik 1-50%, kandungan garam 0-1%, dan ketersediaan nutrisi bervariasi dari defisiensi akut sampai berlimpah (AAK, 1990). Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah antara pH 4,0–7,0. Padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanah menjadi netral (7,0). Prinsip padi sawah, tanah berkapur dengan pH 8,1–8,2 tidak merusak tanaman padi. Tanah sawah mengalami penggenangan, memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Tanah sawah yang dapat memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus. 2.4 Teknologi Produksi Sistem tanam legowo 4:1 dan 5:1 adalah teknik budidaya padi sawah yang mampu meningkatkan produkuktifitas padi dengan cara mengubah pegolahan Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
11
tanaman, tanah, air dan unsur hara, termpat bukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50%, bahkan dibeberapa tempat lebih dari 100%. Cara tanam jajar legowo 4:1 dan 5:1. Pada jajar legowo 4:1, setiap empat barisan tanam terdapat lorong selebar 40 cm, jarak antar barisan 20 cm, jarak dalam barisan tengah 20 cm tetapi jarak dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm. Pada jajar legowo 5:1, jarak tanam tanaman sama tetapi memiliki lima barisan tanaman. Untuk mengatur jarak tanam digunakan caplak ukuran mata 20 cm agar mempermudah dalam penanaman. Teknologi legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir (border effect). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumpun padi yang berada di barisan pinggir hasilnya 1,5–2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan produksi rumpun padi yang berada di bagian dalam. Sistem
jajar
legowo
(TAJARWO)
merupakan
sistem
tanam
yang
memperhatikan larikan tanaman Sistem tanam jajar legowo merupakan tanam berselang seling antara 2 atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Tujuannya agar populasi tanaman dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan. Keuntungan dari sistem tanam jajar legowo ini adalah menjadikan semua tanaman atau lebih banyak tanaman menjadi tanaman pinggir, populasi tanaman padi meningkat sekitar 24% dari pada tanaman tegel, meningkatkan populasi 12-22 %, dan menguragi tingkat seragan hama dan penyakit. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari yang lebih banyak dan sirkulasi udara yang lebih baik, memperoleh Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
12
unsur unsur hara yang lebih merata serta mempermudah pemeliharaan tanaman (Imran dan Syafruddin, 2005). Sistem Tanam Legowo sebagai salah satu komponen teknologi dari Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Padi Sawah yang dapat
memberikankontribusi terhadap peningkatan produktivitas hasil padi. Pengaturan populasi tanaman dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani dengan pertimbangan tingkat kesuburan tanah dan ketinggian tempat
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
13
III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 18 Maret s.d 13 Juni 2015, berlokasi di Lahan Petani Cermin Alam Kec, VII koto Hilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan selama kegiatan yaitu: cangkul, garu, sabit, parang, ember, karung, tali rafia, penjahit karung, timbangan duduk, penjemur, Bahan yang digunakan adalah benih padi, pupuk Urea, TSP, KCl 3.3 Metode Tugas akhir merupakan penelitian terapan sederhana dengan kaidah penelitian yang akurat. Penelitian terdiri dari dua perlakuan. Perlakuan pertama adalah metode jajar legowo sistem tanam 4:1, sedangkan perlakuan kedua adalah metode jajar legowo sistem tanam 5:1. Lahan yang digunakan masing-masing 500m2. Pengamatan dilakukan dengan magambil sampel secara acak masing-masing 20 sampel. Untuk
mengetahui
perbedaan
parameter
pengamatan
masing-masing
dilakukan uji t pada taraf 5% dan 1% dengan rumus sebagai berikut: ℎ
Laporan Tugas Akhir
=
− √ −1
+
√ −1
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
14
Dimana: ,
=
∑
,
Keterangan : X
= Nilai masing–masing variabel pengamatan pada sistem legowo 4:1.
Y
= Nilai masing–masing variabel pada perlakuan sistem legowo 5:1.
Mx, My
= Rata–rata nilai variabel x dan y.
N
= Jumlah sampel tanaman.
SDx, Sdy Ho
Hi
= Standar deviasi variabel x dan y.
Hipotesis: : Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara perlakuan sistem legowo 4:1 dengan legowo 5:1 terhadap parameter pertumbuhan dan produksi (t hit < t table 5%) : Terdapat perbedaan yang tidak nyata antara perlakuan sistem legowo 4:1 dengan legowo 5:1 parameter pertumbuhan dan produksi (t hit > t table 5% dan 1%).
3.4 Prosedur Pelaksanaan a.
Pengadaan benih Benih yang digunakan adalah varietas inpari 13. Benih diseleksi dengan cara
direndam ke dalam air garam, benih yang terapung dibuang. Benih yang bernas dicuci dengan air bersih lalu diremdan 24 jam. Setelah benih direndam lalu diperam sampai berkecambah selama 48 jam. b.
Penyiapan persemaian Pesemaian dilakukan dengan pembuatan bedengan pada tanah sawah lalu diairi
sampai tinggi air sama dengan tinggi bedengan. Benih disemaikan pada media tanah Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
15
campur abu dapur 1:1 setebal 5 cm dan dibiarkan berkecambah sehingga menjadi bibit muda berumur 12 hari (2 helai daun sudah membuka penuh) serta siap untuk ditanam. c.
Pengolahan tanah Sebelum diolah tanah terlebih dahulu digenangi air sekitar 7 hari dalam
keadaan macak-macak, pengolahan lahan dilakukan dua kali. pertama dilakukan 30 hari sebelum tanam yaitu
Pengolahan tanah
dengan menggunakan
bajak
(traktor) tujuannya untuk memperbaiki tata udara tanah. Setelah 2 minggu dilakukan pengolahan tanah kedua dengan menggunakan cangkul yang tujuannya untuk menyempurnakan pelumpuran, memperkecil bongkahan tanah, dan meratakan tanah. d.
Penanaman dan Pemupukan Penanaman dilakukan dengan jarak 20x40 cm. Penentuan jarak tanam
berdasarkan pada varietas padi yang ditaman dan tingkat kesuburan tanah. Bibit yang ditanam 3 - 7 batang/lobang. Pemupukan dilakukan pada umur 2-3 minggu setelah tanam dengan cara disebar pada bagian tanaman, pemupukan kedua dilakukan pada umur 5-6 minggu setelah tanam. e.
Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
16
Penyulaman Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam dengan menggunakan bibit yang sama agar pertumbuhan dan masa panen serentak. Penyiangan Penyiangan dilakukan pada umur 3 dan 6 minggu setelah tanam yang bertujuan untuk membersihkan lahan dari gangguan gulma. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut dan membenamkan gulma ke dalam tanah. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual apabila intensitas serangan telah melewati ambang ekonomi. Hama yang ditemui di lahan adalah keong mas dan hama burung. Hama keong mas yang menyerang tanaman padi dikendalikan dengan cara memperlebar dan memperdalam saluran air di sekeliling sawah dan meletakkan talas di atas saluran drainase, kemudian keong mas diambil dan dibuang keluar.
Orang-orangan sawah juga dapat mengusur hama burung pemakan biji
dengan cara diletakan di tengah sawah. Penyakit yang ditemukan di lahan adalah penyakit bercak daun coklat disebabkan jamur Helmintosporium oryzae dan penyakit hawar daun disebabkan oleh bakteri anthomonas campestris pv oryzae. Pengendaliannya tidak dilakukan kerena tingkat seragannya masih 10 % masih tidak membahayakan tanaman. f.
Panen dan pascapanen Panen dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panen yaitu ditandai daun
bendera telah mulai kuning, malai sudah merunduk, dan gabah telah berisi penuh dan Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
17
berwarna kuning. Panen dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan sabit.Padi diletakkan di tempat yang kering untuk mencegah kerusakan akibat terendam. Padi yang telah terkumpul kemudian dirontokan dengan menggunakan lambuik dan cara diinjak. Setelah perontokan selesai maka dilakukan pembersihan gabah dari kotoran, kemudian masukkan kedalam karung. Gabah segera dikeringkan hingga kadar air 12% dengan cara dijemur. Pengeringan dilakukan secara manual yaitu menjemur pada lantai jemur dengan memanfaat cahaya matahari. g. Parameter pengamatan Variabel pengamatan yang dilakukan adalah : 1.
Tinggi tanaman (cm), yang diukur dengan cara mengatupkan seluruh daun ke atas sehingga terlihat daun yang paling tinggi kemudian diukur dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi setiap dua minggu sekali.
2.
Jumlah anakan (batang), dihitung dengan cara menghitung jumlah anakan yang tumbuh dalam satu rumpun.
3.
Jumlah malai per rumpun (buah), dihitung dengan cara menghitung jumlah malai yang terdapat dalam satu rumpun.
4.
Jumlah butir dalam satu malai (butir), dihitung dengan cara menjumlahkan jumlah butir per malai.
5.
Persentase gabah bernas dihitung setelah gabah dikeringkan hingga kadar air 12% atau pengeringan matahari selama 3 hari. Pisahkan gabah bernas dari yang hampa dalam satu rumpun. Bandingkan antara gabah bernas dengan jumlah biji per rumpun sampel x 100%.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
18
6.
Berat 1000 (butir) dihitung dari gabah bernas pada kadar air 12% setiap Perwakilan ubinan (200 g) diaduk merata dan secara acak diambil 1000 butir dari rumpun sampel lalu ditimbang dengan timbagan analitik
7.
Produksi ton/ha, dihitung dari jumlah populasi, jumlah malai/tanaman, jumlah gabah/malai, % gabah bernas, berat 1000 butir
Rumus komponen hasil Rumus : jumlah populasi x jumlah malai/tanaman x jumlah gabah/malai x % gabah bernas x berat 1000 butir/1000.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
19
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Hasil pegamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan Pertumbuhan vegetatif tanaman padi sawah (Tinggi tanaman, Jumlah anakan) dengan sistem tanam legowo 4:1 dan 5:1 pada umur 51 hari setelah tanam (hst) setehan diuji t student dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan hasil uji t dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman (Tinggi tanaman, Jumlah anakan) tanaman padi sawah dengan sistem legowo 4:1 dan 5:1 umur 51 hst. Parameter pengamatan Legowo 4:1 Legowo 5:1 t hitung Ket Tinggi tanaman 105.0 103.8 2.95 HS jumlah anakan 36.0 34.1 5.07 HS Keteragan : t tabel 5 % = Nyata t tabel 1 % = Sangat nyata NS = Berbeda tidak nyata menurut uji t S = Berbeda nyata menurut uji t HS = Berbeda sangat nyata menurut uji t Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sistem legowo 4:1 lebih tinggi dan mempuyai jumlah anakan yang lebih banyak dari sistem legowo 5:1 dan berbeda sangat nyata menurut uji t student, untuk lebih jelasnya pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah anakan mulai umur 30-51 Hst dapat dilihat pada grafik Gambar 1 dan Gambar 2.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
20
120
Tinggi tanaman (cm)
100 80 60
Legowo 4:1 Legowo 5:1
40 20 0 30
37
44
51
Umur tanaman (hst)
Gambar 1. Garafik pertambahan tinggi tanaman padi sawah sistem jajar legowo 4:1 dan 5:1 umur 30-51 hst Dari grafik diatas terlihat bahwa pertambahan tinggi tanaman sistem legowo 4:1 dan 5:1. Mulai umur 30 hst sampai 51 hst meningkat dengan cepat. 40
Jumlah anakan (malai)
35 30 25 20
Legowo 4:1 15
Legowo 5:1
10 5 0 30
37
44
51
Umur tanama (hst)
Gambar 2. Grafik jumlah anakan tanaman padi sawah sistem jajar legowo 4:1 dan 5:1 umur 30-51 hst.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
21
Dari grafik diatas terlihat bahwa laju pertambahan jumlah anakan sistem legowo 4:1 dan 5:1 meningkat dengan cepat umur 30-51 hst 4.1.3 Komponen hasil Hasil pengamatan terhadap komponen hasil dengan sistem jajar legowo 4:1 dan jajar legowo 5:1 setelah diuji t dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan uji t dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel 2. Komponen hasil padi sawah sistem tanam legowo 4:1 dan 5:1 setelah uji t. Sistem tanam Variabel pengamatan
Satuan
legowo 4:1
legowo 5:1
t-hitung
Ket
19
18.6
1.28
NS
Jumlah gabah/malai Butir 142 137.8 Gabah bernas % 113.3 116.3 Berat 1000 Butir 24 23.7 hasil/ha Ton 8.24 7.38 Keteragan : t tabel 5 % = Nyata t tabel 1 % = Sangat nyata NS = Berbeda tidak nyata menurut uji t S = Berbeda nyata menurut uji t HS = Berbeda sangat nyata menurut uji t
2.49 3.63 4.13
S HS NS
Jumlah malai/tanaman
Batang
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa komponen hasil jumlah gabah/malai padi sawah dengan sistem legowo 4:1 lebih tinggi dari legowo 5:1 dan berbeda nyata, sedangkan berat 1000 butir, % gabah bernas dan jumlah malai/tanaman berbeda tidak nyata menurut uji t studen namun % gabah bernas berbeda sangat nyata menurut uji t studen. Untuk lebih jelasnya perbedaan ini dapat dilihat pada diagram Gambar (3, 4, 5 dan 6) berikut:
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
22
Jumlah malai/tanaman (batang) 19.0 20.0 18.0 16.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0
Legowo 4:1
18.6
Legowo 5:1
Gambar 3. Diagram jumlah malai/tanaman sistem jajar legowo 4:1 dan 5:1. Dari gambar 3 dapat lihat bahwa jumlah malai/tanaman padi sawah dengan sistem legowo 4:1 lebih tinggi dari sistem legowo 5:1. Jumlah gabah/malai (Butir)
142.0
137.8
Legowo 4:1
Legowo 5:1
144.0 126.0 108.0 90.0 72.0 54.0 36.0 18.0 0.0
Gambar 4. Diagram jumlah gabah/malai sistem jajar legowo 4:1 dan 5:1. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa Jumlah gabah/malai padi sawah dengan sistem tanam legowo 4:1 lebih tinggi dari legowo 5:1. Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
23
% gabah bernas
113.3
116.3
Legowo 4:1
Legowo 5:1
117.0 108.0 99.0 90.0 81.0 72.0 63.0 54.0 45.0 36.0 27.0 18.0 9.0 0.0
Gambar 5. Diagram jumlah gabah bernas sistem jajar legowo 4:1 dan 5:1. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa % gabah bernas padi sawah dengan sistem legowo 4:1 lebih tinggi dari legowo 5:1. Komponen hasil (Ton/ha)
9
8.24 7.38
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Legowo 4:1
Legowo 5:1
Gambar 6. Diagram berat 1000 butir sistem jajar legowo 4:1 dan 5:1. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa berat 1000 butir padi sawah dengan sistem jajar legowo 4:1 lebih tinggi dari legowo 5:1 Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
24
Komponen hasil (Ton/ha)
9
8.24 7.38
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Legowo 4:1
Legowo 5:1
Gambar 6. Diagram komponen hasil (ton/ha) sistem jajar legowo 4:1 dan 51. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil (ton/ha) padi sawah sistem jajar legowo 4:1 lebih tinggi dibangdingkan dengan sistem legowo 5:1. 4.2 Pembahasan Sistem tanam legowo 4:1 mempuyai pertumbuhan vegetatif yang lebih bagus dari 5:1 dimana tanaman lebih tinggi serta jumlah anakannya lebih banyak dan berbeda sangat nyata menurut uji t student, (Tabel 1). Bagusnya pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan) sistem tanam legowo 4:1 dibandingkan legowo 5:1 ini disebabkan jumlah lorong yang lebih banyak bahkan cahaya masuk lebih banyak dan sirkulasi udara lebih bagus. Selain itu jumlah tanaman pinggir juga lebih banyak sehingga efek tanaman lebih baik. Menurut (Mujisihono dan Santoso, 2001) sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akam memiliki jumlah tanaman pinggir yang lebih banyak sehingga menigkat populasi tanaman. Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
25
Seperti diketahui bahawa sistem tanam jajar legowo menigkatkan populasi tanaman yang berada dipinggir, tanaman pinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi yang ada di barisan tengah, tanaman yang ada di pinggir akan memeperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak dan sirkulasi udara yang baik. Pada pengamatan generatif hasil gabah tertinggi terdapat pada sistem tanam legowo 4:1, hal ini sangat berkaitan dengan faktor-faktor pertumbuhan reproduktif tanaman padi. Tinggi hasil gabah pada pelakuan sistem jajar legowo 4:1 didukung oleh tingginya komponen hasil, seperti jumlah malai, jumlah biji/malai dan bobot 1000 butir. Tingginya bobot 1000 butir sehubugan dengan efektifnya pengisian biji. Menurut Sugeng (2001) produksi tanaman padi ditentukan oleh jumlah biji/malai, jumlah malai, jumlah gabah bernas dan bobot 1000 butir. Ditambahkan oleh Anonim 2012 sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat meningkatkan produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa hal yang mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi. Sistem tanam jajar legowo memberikan ruang tumbuh yang longgar sekaligus populasi lebih tinggi. Dengan sistem tanam jajar legowo 4:1, mampu meningkatkan populasinya 20% sedangkan legowo 5:1 hanya mampu meningkatkan populasinya 16,6%. Sekaligus dapat meningkatkan jumlah malai persatuan luas lahan. Keuntungan dari sistem tanam jajar legowo ini adalah menjadikan semua tanaman atau lebih banyak tanaman menjadi tanaman pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari yang lebih banyak dan sirkulasi udara yang lebih baik, Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
26
memperoleh unsur unsur hara yang lebih merata serta mempermudah pemeliharaan tanaman (Mujisihono dan Santosa, 2001). Jumlah biji permalai pada sistem tanam legowo 4:1 lebih tinggi dari legowo 5:1 dan berbeda nyata menurut uji t, demekian juga dengan persen gabah benas berbeda sangat nyata menurut uji t. Hal ini disebabkan jumlah malai pertanaman pada sistem legowo 4:1 lebih banyak dibandingkan 5:1 serta jumlah persen gabah bernas legowo 4:1 lebih tinggi. Jika dibandingkan dengan diskripsi tanaman produksi padi sawah sistem tanam legowo 4:1 lebih tinggi (8,24 to/ha) dari potensi hasil (8 ton/ha). Hal ini disebabkan pada tanam jajar legowo 4:1 menghasil populasi tanaman yang tinggi dan memiliki tanaman pinggir yang mendapatkan hasil produksi yang tinggi, tanaman pinggir juga menambah populasi tanaman sebesar 20,44 persen. Sistem tanam jajar legowo hanya mampu menabah populasi tanaman sebesar 16,6 persen (Sugeng, 2001)
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan pelaksanaan praktek lapang dengan menggunakan sistem budidaya legowo 5:1 dan legowo 4:1 dapat diambil kesimpulan : 1.
Penerapan system tanam legowo 4:1 dapat meningkat pertumbuhan vegetatif tanaman (Tinggi tanaman dan jumlah anakan) dibandingkan system legowo 5:1 dan berbeda sangat nyata menurut uji t.
2. Penerapan sistem tanam legowo 4:1 dapat meningkat jumlah biji/malai dan persentansi gabah bernas berbeda sangat nyata menurut uji t, dibandingkan legowo 5:1 akan tetapi tidak berbeda sangat nyata terhadap bobot 1000 butir. 3. Penerapan sistem tanam legowo 4:1 dapat meningkatkan produksi tanaman dibanding sistem legowo 5:1. 5.2
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem legowo bagaimana
cara meningkakan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi yang lebih baik dibandingkan dengan sistem yang lain.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
28
DAFTAR PUSTAKA AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius., Yokyakarta. Anonim. 2012.“Penerapan Jarak tanam sistem Tajarwo” Madjapahit.S. 2012. Word Press.com Astiningrum, M. 2005. Manajemen Persampahan, Majalah Ilmiah Dinamika Unive rsitas Tidar Magelang 15 Agustus 2005. Magelang 8 hal. Badan Libang Pertanian. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pendamping Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi. Badan Litbang Pertanian. BBP2TP. Kementrian Pertania. Blogspot. 2014. Hama Penyakit Tanaman Padi Sawah. Html#ixzz3hlhyikua. Diunduh Tanggal 01 Agustus 2015. Blogspot. 2014. Hara dan hubungannya dengan Tanaman. Html. Diunduh Tanggal 1 Agustus 2015. BPTP Jambi. 2013. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi. Departemen Pertanian. Jambi. Darajad, Suwarno, Abdullah, Soewito, Ismail dan Simanulang . 2001. Budidaya tanaman padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Jakarta. 117 hal. Blogspot. 2014. Hama Penyakit Tanaman Padi Sawah. Html#ixzz3hlhyikua. Imran dan Syafruddin. 2005. Kajian Pengembangan Usahatani Padi dengan Cara Tanam Jajar Legowo. Kumada, K. 1987. Chemistry of soil organic matter. Japan Scientific Societies Press. Tokyo.
Noor, M., 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya, Jakarta. PKPM. Buku kerja Praktek Mahasiswa. Politeknik Pertanian Payakumbuh. 103 hal. Sondang , Y. dan Yulensri. 2012. Teknologi produksi tanaman serealia. Buku Ajar Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Sugeng HR. 2001. Bercocok tanam padi. Penerbit CV. Aneka Ilmu, Semarang. Sumodingrat G., 2001. Menuju Swasembada Pangan, R.B.I, Jakarta.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
29
Lampiran 1. Deskripsi varietas Inpari 13. Nama varietas Tahun pelepasan Nomor seleksi Gologan Umur tanaman Bentuk tanaman Tinggi tanaman Anakan produktif Warna kaki Warna batang Warna teliga daun Warna lidah daun Warna daun Permukaan daun Posisi daun Posisi daun bendera Kerontokan Bentuk gabah Warna gabah Rata-rata hasil Pontensi hasil Bobot 1000 butir Tektur nasi Kadar amilosa Ketahana terhadap Hama Ketahanan terhadap Peyakit Abjuran tanam
Laporan Tugas Akhir
: Inpari 13 : 2009 :OM606/IR18348-36-3-3 : Cere : 103 hari : Tegak : 101 cm : 17 malai : Hijau : Hijau : Putih : Hijau : Hijau : Kasar : Tegak : Agak terkulai : Sedang : Pajang ramping : Kuning bersih : 6,59 ton/ha : 8 ton/ha : 25,2 gram : Pulen : 22,4% : Tahan wereng batang coklat : Agak rentan terhadap penyakit hawar daun, bakteri patotipe , tahan terhadap penyakit blas ras. : Cocok ditanam di ekosistem sawah tadah hujan dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
30
Lampiran 2. Hasil uji t terhadap tinggi tanaman. Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Jumlah Ʃx2,y² Mean N SD df t hitung
Nilai X 107 105 104 103 107 103 105 106 105 104 107 106 106 107 105 104 105 104 103 104 105.0
Y 102 104 103 106 104 106 105 105 103 105 103 100 103 100 103 106 105 103 105 105 103.8
36.0 105.0 20 1.34
X-rerata x 2.0 0.0 -1.0 -2.0 2.0 -2.0 0.0 1.0 0.0 -1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 0.0 -1.0 0.0 -1.0 -2.0 -1.0
Y-rerata y -1.8 0.2 -0.8 2.2 0.2 2.2 1.2 1.2 -0.8 1.2 -0.8 -3.8 -0.8 -3.8 -0.8 2.2 1.2 -0.8 1.2 1.2
x²
y²
4.00 0.00 1.00 4.00 4.00 4.00 0.00 1.00 0.00 1.00 4.00 1.00 1.00 4.00 0.00 1.00 0.00 1.00 4.00 1.00
3.24 0.04 0.64 4.84 0.04 4.84 1.44 1.44 0.64 1.44 0.64 14.44 0.64 14.44 0.64 4.84 1.44 0.64 1.44 1.44
0.00
0.0
36.0
59.2
59.2 103.8 20 1.72 38 2.99
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
2.02
2.99
<
Laporan Tugas Akhir
>
t tab 1 %
Hasil
2.71
HS
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
31
Lampiran 3. Hasil uji t terhadap jumlah anakan Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Jumlah Ʃx2,y² Mean N SD df t hitung
Nilai X 35 37 36 37 37 36 35 36 36 34 37 33 36 36 37 36 37 37 35 36 36.0
Y 35 33 34 33 35 30 34 34 35 35 35 30 36 35 35 34 34 35 36 33 34.1
23.0 36.0 20 1.07
X-rerata x Y-rerata y
x²
y²
-1.0 1.1 0.0 1.1 1.1 0.0 -1.0 0.0 0.0 -2.0 1.1 -3.0 0.0 0.0 1.1 0.0 1.1 1.1 -1.0 0.0
1.0 -1.1 0.0 -1.1 1.0 -4.1 0.0 0.0 1.0 1.0 1.0 -4.1 2.0 1.0 1.0 0.0 0.0 1.0 2.0 -1.1
0.90 1.10 0.00 1.10 1.10 0.00 0.90 0.00 0.00 3.80 1.10 8.70 0.00 0.00 1.10 0.00 1.10 1.10 0.90 0.00
0.90 1.10 0.00 1.10 0.90 16.40 0.00 0.00 0.90 0.90 0.90 16.40 3.80 0.90 0.90 0.00 0.00 0.90 3.80 1.10
0.00
0.0
23.0
51.0
51.0 34.1 20 1.60 38 5.07
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
2.02
5.07
<
Laporan Tugas Akhir
>
t tab 1 %
Hasil
2.71
HS
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
32
Lampiran 4. Hasil uji t terhadap jumlai malai/ tanaman Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Jumlah Ʃx2,y² Mean N SD Df t hitung
Nilai X 19 20 20 19 20 19 18 20 18 17 20 19 20 18 19 18 20 19 18 19 19.0
Y 16 20 20 18 18 20 17 20 20 16 17 18 20 19 19 20 20 18 16 19 18.6
16.0 19.0 20 0.89
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
0.0 1.0 1.0 0.0 1.0 0.0 -1.0 1.0 -1.0 -2.0 1.0 0.0 1.0 -1.0 0.0 -1.0 1.0 0.0 -1.0 0.0
-2.6 1.5 1.5 -0.6 -0.6 1.5 -1.6 1.5 1.5 -2.6 -1.6 -0.6 1.5 0.4 0.4 1.5 1.5 -0.6 -2.6 0.4
0.00 1.00 1.00 0.00 1.00 0.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 0.00 1.00 1.00 0.00 1.00 1.00 0.00 1.00 0.00
6.50 2.10 2.10 0.30 0.30 2.10 2.40 2.10 2.10 6.50 2.40 0.30 2.10 0.20 0.20 2.10 2.10 0.30 6.50 0.20
0.00
0.0
16.0
43.0
43.0 18.6 20 1.47 38 1.28
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2.02
>
t hitung 1.28 <
Laporan Tugas Akhir
t tab 1 %
Hasil
2.71
NS
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
33
Lampiran 5. Hasil uji t terhadap jumlah gabah/malai Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Jumlah Ʃx2,y² Mean N SD Df t hitung
Nilai X 125 118 108 116 120 140 155 150 100 121 197 167 118 112 194 160 125 186 159 169 142.0
Y 150 182 141 130 150 158 124 130 125 145 161 116 185 118 175 101 105 139 121 100 137.8
17020.0 142.0 20 29.17
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-17.0 -24.0 -34.0 -26.0 -22.0 -2.0 13.0 8.0 -42.0 -21.0 55.0 25.0 -24.0 -30.0 52.0 18.0 -17.0 44.0 17.0 27.0
12.2 44.2 3.2 -7.8 12.2 20.2 -13.8 -7.8 -12.8 7.2 23.2 -21.8 47.2 -19.8 37.2 -36.8 -32.8 1.2 -16.8 -37.8
289.00 576.00 1156.00 676.00 484.00 4.00 169.00 64.00 1764.00 441.00 3025.00 625.00 576.00 900.00 2704.00 324.00 289.00 1936.00 289.00 729.00
148.84 1953.64 10.24 60.84 148.84 408.04 190.44 60.84 163.84 51.84 538.24 475.24 2227.84 392.04 1383.84 1354.24 1075.84 1.44 282.24 1428.84
0.00
0.0
17020.0
12357.2
12357.2 137.8 20 24.86 38 2.49
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
2.02
2.49
<
Laporan Tugas Akhir
<
t tab 1 %
Hasil
2.71
S
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
34
Lampiran 6. Hasil uji t terhadap jumlah % gabah bernas Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Ʃ Ʃx2,y² Mean N SD df T hitung
Nilai X 113 118 108 110 113 100 103 107 125 121 115 111 120 124 114 114 119 106 113 112 113.3
Y 130 107 117 108 107 112 112 113 111 111 119 116 113 124 116 126 123 115 121 125 116.3
836.2 113.3 20 6.47
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
-0.3 4.7 -5.3 -3.3 -0.3 -13.3 -10.3 -6.3 11.7 7.7 1.7 -2.3 6.7 10.7 0.7 0.7 5.7 -7.3 -0.3 -1.3
13.7 -9.3 0.7 -8.3 -9.3 -4.3 -4.3 -3.3 -5.3 -5.3 2.7 -0.3 -3.3 7.7 -0.3 9.7 6.7 -1.3 4.7 8.7
0.09 22.09 28.09 10.89 0.09 176.89 106.09 39.69 136.89 59.29 2.89 5.29 44.89 114.49 0.49 0.49 32.49 53.29 0.09 1.69
187.69 86.49 0.49 68.89 86.49 18.49 18.49 10.89 28.09 28.09 7.29 0.09 10.89 59.29 0.09 94.09 44.89 1.69 22.09 75.69
0.00
0.0
836.2
850.2
850.2 116.3 20 6.52 38 3.63
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
2.02
3.63
<
Laporan Tugas Akhir
>
t tab 1 %
Hasil
2.71
HS
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
35
Lampiran 7. Hasil uji t terhadap berat 1000 butir Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Jumlah Ʃx2,y² Mean N SD df t hitung
Nilai X 24 24.5 24.9 24.9 24.9 23.1 23.3 23.1 23.5 24.3 23.6 24.4 21.4 24.7 23.6 23.9 23.1 23.5 24.8 25.9 24.0
Y 23 24.1 23 23 23.6 24.2 23.6 23.1 23.8 25.5 24.4 24.2 23.9 23.7 22.3 24.3 24.5 24.1 23.2 23.1 23.7
18.2 24.0 20 0.95
X-rerata x Y-rerata y
x²
y²
0.0 0.5 0.9 0.9 0.9 -0.9 -0.7 -0.9 -0.5 0.3 -0.4 0.4 -2.6 0.7 -0.4 -0.1 -0.9 -0.5 0.8 1.9
-0.7 0.4 -0.7 -0.7 -0.1 0.5 -0.1 -0.6 0.1 1.8 0.7 0.5 0.2 0.0 -1.4 0.6 0.8 0.4 -0.5 -0.6
0.00 0.28 0.86 0.86 0.86 0.76 0.45 0.76 0.22 0.11 0.14 0.18 6.60 0.53 0.14 0.00 0.76 0.22 0.69 3.72
0.53 0.14 0.53 0.53 0.02 0.22 0.02 0.40 0.00 3.13 0.45 0.22 0.03 0.00 2.04 0.32 0.59 0.14 0.28 0.40
0.00
0.0
18.2
10.0
10.0 23.7 20 0.71 38 0.81
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
2.02
0.81
>
Laporan Tugas Akhir
<
t tab 1 %
Hasil
2.71
NS
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan
36
Lampiran 8. Data komponen hasil Jajar legowo 4:1 Produksi/ha
= ∑ populasi x ∑ gabah/ malai x ∑ malai/ tanaman x ∑ gabah bernas x berat 1000 butir/1000 = 100 x 142.9 gr x 19.3 gr x 126.7 x 23,6/1000 = 8.246,661 kg/ha = 8.246,661 gr/ha = 8.24 ton/ha
Jajar legowo 5:1 Produksi/ha
= ∑ populasi x ∑ gabah/ malai x ∑ malai/ tanaman x ∑ gabah bernas x berat 1000 butir/1000 = 100 x 137.8 gr x 18.6 gr x 119.6 x 24.1/1000 = 7.387,719 kg/ ha = 7.387.719 gr/ha = 7.38 ton/ ha.
Laporan Tugas Akhir
Program Studi Budidaya Tanaman Pangan