BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Fenomena Budaya Populer Korea saat ini telah merambah ke segala penjuru baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih aktif. Bermula dengan Budaya Populer Jepang dan Hongkong. Saat ini kebanyakan remaja sangat mengemari Budaya Populer yang berasal dari Negara Korea Selatan tersebut atau dapat dikatakan sebagai demam Korea atau “Korean Wave” atau “Hallyu” begitu istilah untuk menandai fenomena kebangkitan budaya populer Korea yang tiba-tiba menginvasi penjuru Asia, seperti China, Jepang, Malaysia Vietnam, Filipina, Thailand dan khususnya di Indonesia. Berkembangnya “Korean Wave” ditandai dengan dikenal luasnya Group music, fashion dan drama yang semuanya bercirikhas Korea. Khususnya di Indonesia sendiri tidak bisa dipungkiri saat ini tengah berlangsung demam Korea atau “Korean Wave”. Hal ini mengacu pada popularitas tayangan hiburan Korea Selatan yang meningkat secara signifikan di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Meluasnya “Korean Wave” ini tidak bisa dilepaskan dari peran media massa yang secara sadar maupun tidak telah membantu terjadinya aliran
1
budaya ini. Bisa dikatakan bahwa karena media massa-lah “Korean Wave” dapat memasuki semua sudut negara-negara Asia tak terkecuali Amerika dan Eropa.1 Salah satunya adalah media internet yang merupakan bagian dari media massa modern saat ini yang merupakan media informasi terkini untuk mereka para “Korean Lovers“ atau pecinta budaya Korea. Internet termasuk menjadi sebuah media dalam perantara komunikasi dan informasi saat ini. Media ini memberikan ruang dalam dinamika sosial masyarakat termasuk komunikasi, telematika, ilmu pengetahuan, budaya, hiburan, dan lain sebagaianya dengan berkembangan berbagai macam informasi dan variasi. Disisi lain dampak media massa dalam iklim transisional khususnya di Indonesia memberikan efek yang luar biasa bagi tatanan kehidupan bermasyarakat. Secara defenisi media massa adalah unsur komunikasi yang berguna untuk menyebarkan informasi, hiburan dan lain-lain yang melalui media cetak maupun elektronik. Dalam ruang lingkup yang lebih besar perubahan tersebut sangat terasa pada konteks budaya seperti halnya media yang mampu merubah perilaku atau sikap dari pemirsanya2. Salah satu yang paling fenomenal di dunia maya (internet) di tahun 2013 saat ini adalah rilisnya lagu baru milik penyanyi Korea Selatan Psy yang berjudul “Gentleman“. Setelah mengebrak dunia belantika music internasional dengan hits 1
. Http://www.Korea.net/Current-Affairs/Korean-Wav. Diakses pada tanggal 19 Mei 2013. Pada pukul.16.00 WIB. 2 Nurudin 2007 ,Pengantar Komunikasi Massa ,PT.Rajagrafindo.Jakarta,Hal:4.
2
lagu dan tarian “Gangnam Style“ maka pria asal Korea Selatan yang suka disapa dengan ”Psycho” ini kembali menghadirkan sebuah lagu baru yang penuh kontroversi. Pria yang bernama asli Park Jae-Sang ini memang sangat gemar menyuguhkan sebuah kontroversi untuk menaikkan citra keartisanya akan tetapi yang menjadi objek fenomena yang menarik adalah tayangan Video Klip tersebut berisikan sebuah tayangan yang penuh kotroversi dimana ulah tingkah laku sang artis Psy dianggap menyuguhkan efek pornografi dan contoh tindakan yang melecehkan bagi kaum wanita dalam video berdurasi 3,5 menit tersebut. Di lain pihak permasalahan Video Klip tersebut tidak berhenti pada itu saja dalam situs berita Korea menyatakan bahwa Video Klip tersebut mendapat protes keras di kalangan warga masyarakat Korea karena banyak mengandung kontroversi selain itu juga mengandung tontonan yang tidak pantas baik oleh wanita maupun remaja. Terlebih lagi juga video klip“Gentleman“ tersebut tidak boleh ditayangkan di Stasiun televisi KBS atau stasiun-stasiun televisi di Negara Korea.3 Video Klip yang berhasil menyedot perhatian jutaan pasang mata khususnya di dunia maya (internet) ini, memberikan warna tersendiri dalam konteks perkembangan trend Budaya Populer saat ini. Seperit dikutip dalam berita Korea bahwa Video Klip yang sejak tanggal 26 April 2013 ini di unggah di sebuah situs
Http://www.Dberita .co.id. “Berita Seputar Artis Korea”. Diakses pada tanggal 18 mei 2013 pukul 17.00WIB. 3
3
internet yaitu You tube terhitung sudah hampir ditonton 23 juta pasang mata dan tentunya pasti akan bertambah lagi4. Fakta –fakta menarik dibalik rilisnya Video Klip tersebut dengan sejumlah permasalahan dan kontroversinya menggugah rasa antusias saya sebagai peneliti untuk mengetahui, penerimaan (Resepsi) dari sebuah komunitas Korean-Lovers yaitu Komunitas Malang Runners yang berada di daerah Malang. Dalam hal ini tentu saja yang menarik adalah memiliki latar belakang (sosiokultural) yang sama sebagai fans pecinta Budaya Korean Pop dan disisi lain melalui tayangan Video Klip tersebut dapat memberikan dampak yang sama ataupun berbeda kepada mereka tergantung penerimaan (Resepsi), minat dan pemaknaan masing –masing individu. Karena setiap orang akan memiliki standar persepsi tersendiri yang sifatnya relatif dalam memaknai sesuatu. 2.1. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka Peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana penerimaan atau rsssesepsi yang diberikan oleh Komunitas Korea Malang Runners terhadap Video Klip Psy berjudul “Gentleman” tersebut.
Http://www.Dberita.co.id. baca “baru sehari di you tube, Psy “Gentleman “DIlihat 23 juta “ diakses pada tanggal 19 mei 2013.pukul 20.00WIB. 4
4
3.1. Tujuan Penelitian. Adapun tujuan ini adalah untuk mendapatkan informasi lebih mendalam yaitu dengan meneliti penerimaan atau resepsi yang diberikan oleh Komunitas Korea Malang Runners pada Video Klip PSy berjudul “Gentleman”. 4.1. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menambah literatur seklaigus juga pengetahuan mengenai penelitian kualitatif tentang bagaimana penerimaan audiens dalam hal ini adalah Komunitas Korea Malang Runers tentang suatu analisis teks media dengan mengggunakan studi Resepsi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini sangat diharapakan dapat memberikan masukan kepada pembaca dalam memaknai dan memahami suatu tayangan Video Klip di media. Serta membantu meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai audiens dan penonton terhadap analisis teks media.
5