http://www.mb.ipb.ac.id
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belaltang.
Konsumsi kedelai dan bahan pangan lainnya diproyeksikan terus meningkat. Peningkatan jumlah konsurnsi kedelai disebabkan oleh dua hal, yaitu peninglcatan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perltapita sebagai akibat peningkatan pendapatan. Industri yang menyerap kedelai dalain negeri adalal~tahu, tempe, kecap, bumbu masak, coklat, kembang gula, Iterupuk, oncom, tauco, susu, yogurt, minyalc goreng, lue, es krim, daging tiruan dan pakan temak.
Pada tahun 1997, industri makanan menyerap
hampir 1,77 juta ton kedelai (90%) dalam negeri dan sisanya 201 ribu ton (10%) diserap industri pakan temak (CIC, 1998) Produktivitas kedelai nasional mengalami peningkatan dari tahun 1996 sampai 2000, dari 11,86 kwiha menjadi 12,21 kwiha, atau dengan rata-rata pertumbuhan 0,09 kwihaltahun. Namun demikian, produksi kedelai nasional selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun. Pada t a h k 1996, produksi kedelai mencapai 1,5 juta ton dan terus menunjukkan trend menurun hingga tahun 2000 menjadi 1,Ojuta ton, atau dengan rata-rata laju
penurunan produksi
Fenomena
peningkatan
per tahun sebesar -8,71% (Deptan, 2001). produktivitas
dan
penurunan produksi
ini
lnenunjukkan adanya penurunan luas panen. Petani kedelai yang tidak dapat tneinpertahankan produksinya pada level yang menguntungkan, akan beralih Ice komoditas laimya yang dianggap secara ekonomis meguntungkan. .
http://www.mb.ipb.ac.id
Sementara itu, kebutuhan kedelai nasional terus meningkat dengan rata-rata
laju peningkatan sebesar 4,34% per tahun. Pada tahun 2000
kebutuhan kedelai diprediksikan telah hampir mencapai 2,6 juta ton (CIC, 1998). Seiring dengan pertumbuhan penduduk, permintaan kedelai
diperkiralcan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.
Sebagai
lconsekuensi dari peningkatan permintaan dan penurunan produksi kedelai, malca jumlah kedelai yang hams diimpor akan semakin besar. Kebijalcan Ketahanan Pangan akan lebih berhasil apabila semua kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi tanpa hams melakukan impor. Ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai akan menyerap devisa negara. Besamya impor ini tidak dapat dicegah oleh pemerintah, karena kedelai telah merupakan komoditas yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi seperti tersebut, memberi peluang yang besar
bagi
pengembangan kedelai dalam negeri. Faktor ekonomi seperti depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika, membuat harga kedelai dalam negeri naik tiga sampai empat kali lipat, sebenamya bisa menjadi pendorong petani untuk berproduksi lebih banyak. Namun demikian temyata produksi kedelai dalam
negeri
mengalami
penurunan.
Faktor-faktor
yang
turut
mempengaruhinya antara lain, krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997, terjadinya kemarau panjang tahun 1997 (gejala Elnino) dan terjadinya bencana alarn banjir tahun 1998 (gejala Lanina). Menurut Hermanto et.al., (1993), ada beberapa permasalahan yang berlaittan dengan peningkatan produksi pertanian, sebagai berikut :
http://www.mb.ipb.ac.id
(1). Sumberdaya alam,
(2) Sumberdaya manusia, (3) Sumberdaya kapital,
(4) Sarana dan prasarana, (5) Teknologi dan ( 6 ) Sistim insentif. Dengan demikian untulc meningkatkan produksi pertanian diperlukan upaya yang komprehensif dan terpadu dengan melibatkan berbagai sektor terkait. Permasalahan sumberdaya alam berhubungan dengan kualitas dan ltuantitas suillberdaya yang tersedia.
Dalam ha1 ini, sektor pertanian
menghadapi kelangkaan dalam penyediaan lahan yang subur. Permasalahan tersebut ditambah dengan adanya fakta tentang adanya konversi lahan sawall ke penggunaan lain dengan laju konversi rata-rata 1,15% per tahun. Produksi tanaman pangan juga berhadapan dengan masalah turunnya kualitas tanah akibat adanya erosi dan pencemaran. Semua ini akan berakibat pada inahalnya biaya produksi, karena untuk dapat meningkatkan produktivitas lahan yang kurang subur atau marginal tersebut diperlukan biaya investasi pembangunan prasarana yang lebih besar dan penggunaan input yang lebih intensif (Hermanto et.al., 1993). Ketersediaan sumberdaya manusia di sektor tanaman pangan, barangkali secara kuantitatif bukan menjadi masalah utama. Namun demikian, pertumbuhan subsektor tanaman pangan dimasa yang akan datang menuntut sumberdaya manusia yang lebii terampil dan berpengetahuan luas, agar dapat menggunakan teknologi maju dan siap menghadapi persaingan yang lebih ketat pada era globalisasi. Sumberdaya kapital
telah menjadi kendala yang penting dalam
pengembangan produksi tanaman pangan. Sekitar 54% nunah tangga petani di Indonesia menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Dengan lahan usahalani
http://www.mb.ipb.ac.id
yang se~npit, sulit diharapkan pemanfaatan modal yang efisien dalam peningkatkan produksi. Pemerintah selama ini telah membantu dalam meringanlcan modal kerja petani
melalui penyediaan kredit bersubsidi.
Tahun 199912000, realisasi Kredit Usaha Tani untuk padi dan palawija sebesar
Rp. 1,2 Trilyun (Deptan, 2001). Disisi lain, kebijakan pemerintah
menghapus subsidi pupuk pada tahun 1998 telah membuat petani harus mengeluarlcau biaya yang lebih besar untuk meningkatkan produksinya. Keadaan ini mengganggu pengelolaan usahatani dalam penyediaan sarana produksi yang sesuai dengan kriteria enam tepat (tepat jumlah, mutu, jenis, walctu, tempat dan harga). Kontribusi sarana dan prasarana pertanian, terutama saluran irigasi, sangat besar terhadap produksi
tanaman pangan. Masalahnya adalah
diperlukan biaya yang sangat besar yang merupakan beban bagi anggaran pemerintah. Sementara itu banyak lahan yang beririgasi teknis dikonversi untuk keperluan pemukiman dan industri. Penggunaan irigasi juga mengalami lcompetisi antar komoditas tanaman pertanian. Peningkatan produktivitas pertanian dapat dilakukan juga melalui pengembangan teknologi usahatani.
Pengembangan teknologi usahatani
perlu memperhatikan karakteristik lahan yang digunakan dan lingkungan agroklimat
dari kegiatan budidaya. Kenyataan menunjukkan bahwa
usasahatani tanaman pangan akan lebih menguntungkan pada lahan yang subur dan ketersediaan air (termasuk air irigasi) yang mencukupi selama pertumbuhan tanaman. Di tingkat petani, adopsi teknologi berhubungan erat dengan prilalcu petani sebagai pengelola usahatani dan keterkaitannya dengan
http://www.mb.ipb.ac.id
faltor internal (keadaan usahatani) dan faktor ekstemal (Iceadaan lingkungan usahatani). Pengen~banganusahatani harus berorientasi pada kesejahteraan petani. Ole11 karena itu yang perlu diperhatikan adalah kondisi insentif yang dapat meinpengaruhi petani untuk mengembangkan usahataninya. Masalah insentif berkaitan dengan kebijakan harga. Kebijakan harga memerlukan biaya yang besar, baik yang harus ditanggung oleh pemerintah maupun masyarakat. Disamping masalah biaya, kebijakan harga yang terlalu berpihak kepada suatu komoditas, dapat menimbulkan alokasi sumberdaya, dana dan tenaga dalam suatu proses produlcsi yang tidak efisien. Pola pengembangan usahatani kedelai selama ini dilakukan melalui empat usaha pokok, yaitu Intensifikasi, Ekstensifikasi, Diversifikasi dan F.ehabilitasi. Keempat pola pengembangan tersebut diupayakan mengikuti Sistem Agribisnis yang terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan di Propinsi Bengkulu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pembangunan Nasional dan memiliki peran penting karena turut membangun dasar yang kokoh bagi perekonomian
bangsa.
Pembangunan
subsektor tanaman
pangan
dikembangkan melalui pendekatan Agribisnis yang diarahkan untuk peningkatan
pendapatan
petani,
menyediakan kesempatan
kerja,
memantapkan struktur perekonomian pedesaan, peningkatan produk domestik, dan mendukung pemantapan ketahanan pangan dalam rangka memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan ekspor.
http://www.mb.ipb.ac.id
Visi pembangunan subsektor tanaman pangan di Propinsi Bengkulu adalah
"Pertanian modern yang berbudaya industri dalam rangka
meillbangun industri pertanian berbasis pedesaan." Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di Propinsi Bengkulu pada Repelita VII ini adalah : 1. Memberdayakan petani dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
pertanian. 2. Memantapltan swasembada beras dan mewujudkan swasembada pangan
untuk memantapltan keamanan pangan dan gizi masyarakat. 3. Meningkatkan produksi, produktivitas, hasil olahan, mutu produk, nilai
tambah, daya saing dan ekspor produksi pertanian.
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani melelui
peningkatan
produktivitas dan pendapatan. 5. Mengembangkan ekonomi dan memperluas kesempatan usaha produktif di
pedesaan. 6. Meningkatkan kemampuan kelembagaan pertanian
7. Meningkatkan usahatani yang berorientasi agribisnis serta menjalin kerjasama kemitraan. Kebijakan umum penetapan prioritas komoditi tanaman pangan di Propinsi Bengkulu dilakukan berdasarkan peluang pasar, nilai tambah dan potensi yang tersedia. Komoditas prioritas yang dikembangkan adalah padi, jagung dan kedelai. Sasaran produksi pangan selama Pelita VII ditetapkan berdasarkan potensi yang tersedia dengan bempaya untuk melestarikan swasembada beras dan mendukung pencapaian swasembada
http://www.mb.ipb.ac.id
jagung dan kedelai. Sedangkan untuk kon~oditihortikultura, prioritasnya adalah : Durian, Manggis, Rambutan, Salalc, Pisang, Sawi, Cabe dan Jahe (Dinas Pertanian Propinsi Benglculu, 1998). Luas panen dan produksi kedelai di Propinsi Bengkulu selama lima tahun teralchir mengalami penurunan yang cukup tajam, masing-masing dengan rata-rata penurunan per tahun -19,43 % dan -18,73 % , sedangkan produktivitas meningkat sangat kecil dengan rata-rata pertahun 0,03 lcwha.
Luas panen, produksi dan produlctivitas kedelai di Propinsi
Bengkulu selama lima tallun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Propinsi Bengkulu, 1996 - 2000.
Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kulha) Produksi (Ton)
8.733 9.30 8.122
9.242 8.833 5.394 3.243 -19,43 % 9.53 9.52 8.56 9.42 0,03ku/ha 8.809 8.411 4.617 3.059
-18,73 %
Sumber : Pusat Data Dan lnformasi Pertanian Deptan (2001), tampilan diolah.
Untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan usahatani kedelai di Propinsi Bengkulu, diperlukan strategi yang tepat. Dalam menetapkan strategi itu diperlukan analisis yang mendalam terhadap faktor-faktor yang berperan
baik internal maupun eksternal.
Faktor internal meliputi : potensi lahan, luasan pemilikan lahan, pengalaman berusahatani, teknologi usahatanai, ketersediaan sarana dan prasarana, tenaga kerja keluarga, subsidi serta nilai surplus usaha dan lainlain. Faktor ekstemal meliputi :permintaan pasar, lcebijakan harga kedelai,
http://www.mb.ipb.ac.id
nilai kurs rupiah, dukungan pemerintah, pengembangan agroindustri dan lain-lain.
1.2.
Identifikasi Masalah 1. Terjadinya penurunan luas panen dan produksi kedelai yang tajam serta
produktivitas yang rendah. 2. Terbatasnya permodalan 3. Ketersediaan sarana produksi yang belum sesuai dengan kriteria enam
tepat (tepat jumlah, mutu, jenis, tempat, waktu dan harga)
4. Belum diterapkannya teknologi usahatani kedelai yang tepat. 5. Lemahnya dukungan dan pembinaan pemerintah terhadap usahatani
kedelai.
1.3.
Perurnusan Masalah 1. Bagaimana meningkatkan efisiensi Usahatani kedelai di Propinsi
Bengkulu.
2. Apa faktor penyebab rendahnya produktivitas, produksi, dan pendapatan Usahatani kedelai di Propinsi Bengkulu. 3. Bagai mana formulasi strategi untuk pengembangan komoditas kedelai
di Propinsi Bengkulu.
1.4. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengembangan
koinoditas kedelai di Propinsi Bengkulu.
http://www.mb.ipb.ac.id
2. Menganalisis penyebab rendahnya Produksi kedelai per hektar (produktivitas), kapasitas produksi, dan pendapatan usahatani kedelai di Propinsi Bengkulu.
3. Memformulasikan altelnatif strategi pengembangan komoditas kedelai di Propinsi Bengkulu.
1.5.
Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan kepada pengambil kebijakanlpemerintah Daerah tentang altematif strategi pengembangan komoditas kedelai di Propinsi Bengkulu. 2. Bagi penulis, bermanfaat sebagai pengembangan wawasan dan latihan
dalam penerapan manajemen, khususnya manajemen strategi.
1.6.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam mang lingkup altematif strategi pengembangan komoditas kedelai di Propinsi Bengkulu. Penelitian dimulai dengan analisis diskriptif, analisis usahatani kedelai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditas kedelai di Propinsi Bengkulu. Selanjutnya dibuat mmus altematif strategi pengembangan komoditas kedelai di propinsi Bengkulu.