11 1
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat
melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan pegunungan muda sehingga menyebabkan terbentuknya berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk dimanfaatkan. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia, yang di dalam lautannya terkandung berbagai kekayaan alam lainnya seperti ikan laut, rumput laut, mineral garam terlarut, mutiara serta tambang minyak bumi. Indonesia dapat memanfaatkan semua kekayaan alam tersebut sebagai bahan baku produksi, salah satu contohnya adalah produksi garam. Garam merupakan kebutuhan pokok yang tidak kalah pentingnya dibandingkan gula. Hampir setiap rumah tangga dan industri membutuhkan garam setiap harinya. Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida (Cl−), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO−), ion monoatomik seperti fluorida (F−), ion poliatomik seperti sulfat (SO42−) dan Natrium klorida (NaCl) yang biasanya digunakan untuk bahan utama garam dapur (Kurlansky, 2002). Bentuk garam yang beredar di pasaran Indonesia ada 3 jenis yaitu garam halus, bata/briket dan curai/krosok. Garam halus adalah garam yang bertekstur halus seperti gula pasir, garam briket/bata adalah garam yang berbentuk seperti
1
2
bata dan garam curai/krosok adalah garam yang kristalnya kasar-kasar/kasar (Depkes RI, 2004). Keberadaan garam dalam kehidupan sehari-hari pun tidak dapat diabaikan begitu saja. Selain untuk memberikan identitas rasa pada makanan, garam konsumsi yang mengandung yodium dapat mencegah berbagai penyakit seperti gondok dan kemungkinan terjadinya keterbelakangan mental yang disebabkan karena sel otak tidak dapat berkembang dengan baik. Kebutuhan akan garam dalam kehidupan sehari-hari tak sekedar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi semata, namun sektor industripun memerlukan garam sebagai salah satu bahan campuran dalam industrinya, seperti pengawetan dan campuran bahan kimia. Hal ini disebabkan karena garam mengandung zat-zat yang diperlukan oleh beberapa industri tertentu untuk mendukung produksi mereka. Pada umumnya pembuatan garam di Indonesia cukup rumit yaitu dengan sistem penguapan air laut menggunakan sinar matahari (solar energy) di atas lahan tanah dan kemudian diproses lagi, salah satu daerah di Indonesia penghasil garam adalah di Pulau Bali. Pembuatan garam memerlukan proses yang cukup lama dan memerlukan kadar garam air laut yang baik untuk membuat butiranbutiran garam kasar, yang kemudian diolah kembali menjadi garam halus. Sebelumnya di Bali banyak yang berprofesi sebagai petani garam, tetapi kini dengan berubahnya lingkungan dan berkurangnya kadar garam air laut di pesisir pantai serta penghasilan yang tidak pasti menyebabkan jumlah petani garam di Bali semakin berkurang (BRKP, 2001). UD. Petasikan merupakan salah satu perusahaan berskala kecil yang memproduksi garam yang masih bertahan hingga kini, bertempat di daerah
3
Pesanggaran, Denpasar Selatan, Provinsi Bali. UD. Petasikan didirikan sejak 1950 dan satu-satunya usaha dagang yang memproduksi garam halus beryodium di Daerah Benoa, Pesanggaran, Denpasar Selatan. Sebelumnya UD. Petasikan membuat garam mentah (garam kasar) dan menjadikannya garam halus beryodium siap konsumsi, karena adanya masalah dalam lingkungan yang disebabkan berkurangnya kadar garam air laut serta pencemaran air, maka UD. Petasikan harus mendatangkan bahan baku kristal garam dari Madura, kemudian UD. Petasikan memproduksi garam halus beryodium dengan cara memasak secara tradisional. Proses produksi garam kasar menjadi garam halus pada UD. Petasikan meliputi dari perebusan garam kasar dengan campuran air payau, pengendapan garam, pengepakan dan pemasaran. Kelangsungan proses produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: modal, teknologi, bahan baku, persediaan barang jadi dan tenaga kerja. Bahan baku dianggap penting pada saat proses produksi, oleh sebab itu diperlukan pengawasan persediaan bahan baku supaya persediaan bahan baku yang diperlukan selalu tersedia. Dengan dilakukan pengawasan persediaan bahan baku maka perusahaan dapat lebih mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan dan mampu mengatur persediaan bahan baku agar tidak menumpuk, memperbesar penyusutan karena rusak, kualitas menurun, dan usang. Pada UD. Petasikan ini, pengawasan persediaan bahan baku adalah salah satu hal yang harus diperhatikan karena berpengaruh langsung terhadap kelancaran proses produksi. Pengawasan dalam penelitian ini difokuskan pada persediaan bahan baku garam kasar (bahan mentah). Adanya bahan baku yang sesuai dengan jumlah kebutuhan proses produksi, tersedia tepat waktu saat
4
dibutuhkan dan memiliki kualitas tinggi, tentunya sangat mendukung proses produksi agar dapat berjalan dengan lancar. Penentuan besarnya persediaan bahan baku sangat penting bagi perusahaan, karena jumlah persediaan bahan baku yang berlebih maupun berkurang akan berdampak buruk terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah biaya untuk persediaan seperti biaya pemesanan (ordering costs) dan biaya penyimpanan (carrying costs), serta kemungkinan terjadinya keusangan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga semuanya ini dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Tabel dibawah ini merupakan jumlah kebutuhan bahan baku di UD. Petasikan dari tahun 2012 s.d 2014. Tabel 1.1 Data Kebutuhan Bahan Baku UD.Petasikan Tahun 2012 s.d 2014
Tahun 2012 2013 2014
Kebutuhan Bahan Baku (ton) 816 936 1.056
Produksi Garam Halus (ton) 530,4 608,4 686,4
Sumber: Data Kebutuhan Bahan Baku UD. Petasikan, 2015 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kebutuhan bahan baku UD. Petasikan dari tahun ke tahun terus meningkat. Oleh sebab itu maka UD.Petasikan memerlukan adanya pengawasan persediaan bahan baku guna menghindari terjadinya kelebihan akan bahan baku dan dapat lebih mengefisienkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku.
5
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini ingin melihat sistem Pengawasan Persediaan Bahan Baku Garam Kasar Pada UD. Petasikan Pesanggaran, Denpasar Selatan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut. 1.
Bagaimana proses produksi garam kasar menjadi garam halus beryodium yang terjadi pada Industri Garam skala kecil yaitu pada UD. Petasikan?
2.
Bagaimana analisis persediaan bahan baku garam pada UD. Petasikan agar efisien apabila ditinjau dari EOQ, Safety Stock, Reorder Point, dan Maximum Inventory?
3.
Bagaimana efisiensi pengawasan persediaan bahan baku garam kasar pada UD. Petasikan?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut: 1.
Mengetahui proses produksi dari garam kasar menjadi garam halus yang beryodium pada UD. Petasikan.
2.
Menganalisis persediaan bahan baku pada UD. Petasikan yang terdiri dari EOQ, Safety Stock, Reorder Point, dan Maximum Inventory.
3.
Efisiensi pengawasan persediaan bahan baku garam kasar dalam menerapkan sistem pengawasan persediaan bahan baku yang efektif di UD. Petasikan.
6
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Sebagai tambahan informasi kepada pihak perusahaan dalam menentukan persediaan yang efektif dan efisien.
2.
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan maupun pihak lain yang berkepentingan dalam menjalankan pengendalian persediaan bahan baku secara efektif dan efisien.
3.
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan dengan membandingkan antara yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di perusahaan.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup mengenai analisis persediaan
bahan baku pada Industri Garam Iodium skala kecil dengan tujuan mengetahui kegiatan proses produksi, menganalisis persediaan bahan baku dan efisiensi biaya persediaan berdasarkan data tahun 2014. Metode yang digunakan meliputi Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SS), Maximum Inventory (MI), Reorder Point (ROP), dan Total Inventory Cost (TIC).