I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari
keterkaitannya
terhadap
lingkungan.
Lingkungan
memberikan
berbagai
sumberdaya kepada manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Adanya interaksi antara aktivitas ekonomi dan eksistensi sumberdaya alam menimbulkan masalah yang berdampak pada degradasi lingkungan. Aktivitas ekonomi yang dilakukan tanpa memikirkan keseimbangan lingkungan dapat menurunkan atau bahkan merusak kualitas lingkungan dan sumberdaya alam itu sendiri (Slamet, 2007). Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia menjadi salah satu pemicu terjadinya kerusakan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang terkait dengan aktivitas penduduk adalah sampah. Semua manusia melakukan kegiatan konsumsi dalam proses memenuhi kebutuhannya. Kegiatan konsumsi ini akan menghasilkan sisa-sisa bahan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Sisa-sisa bahan yang dihasilkan dari proses konsumsi masyarakat tersebut dikenal sebagai limbah domestik. Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis 1. Aktivitas manusia akan menghasilkan sisa-sisa buangan. Sisa-sisa buangan yang dianggap tidak memiliki nilai guna akan dibuang dan menjadi sampah. Sebagian besar sampah berasal dari aktivitas industri, rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar dan sebagainya. Hampir semua produk industri
1
www.jala-sampah.com/pengertian-sampah (diakses September 2008)
akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang sama dengan jumlah konsumsi. Jumlah penduduk dan pola hidup menjadi faktor utama yang mempengaruhi kadar buangan sampah. Penduduk yang banyak dan memiliki pola hidup yang tidak teratur, akan menimbulkan kadar buangan sampah yang tinggi. Faktor selanjutnya adalah keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang semakin banyak sampah yang akan dibuang. Kenaikan kesejahteraan ini akan meningkatkan berbagai aktivitas dengan konsekuensi bertambahnya volume dan frekuensi membuang sampah. Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini juga menambah jumlah pasokan sampah karena pemakaian bahan baku dalam industri semakin beragam. Gaya hidup masyarakat juga mempengaruhi kadar buangan sampah. Perubahan gaya hidup masyarakat yang konsumtif meningkatkan kadar buangan sampah. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengelolaan dan memperhatikan sampah yang dibuang makin memperparah kondisi timbunan sampah. Perubahan gaya hidup yang diiringi ketidakpeduliannya masyarakat terhadap sampah semakin membuat jumlah buangan sampah meningkat 2. Meningkatnya
sampah
perkotaan
telah
menimbulkan
berbagai
permasalahan, yaitu lingkungan, kesehatan, sosial dan ekonomi. Sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat mencemari lingkungan, bukan hanya pemandangan yang kumuh atau bau busuk yang ditimbulkannya tetapi juga ancaman terhadap berubahnya ekosistem perairan biologis yang ditimbulkan dari rembesan cairan sampah yang masuk ke sistem drainase atau sungai yang
2
www.jala-sampah.com/permasalahan-sampah (diakses September 2008)
mengakibatkan pencemaran air. Berbagai organisme termasuk ikan akan mati sehingga beberapa spesies akan lenyap (Hadiwiyoto, 1983). Sampah memiliki berbagai macam jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah berbahaya. Sampah organik adalah sampah yang dapat mengalami pembusukan secara alami tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami, sehingga perlu dibantu oleh manusia dalam pemusnahannya. Sampah berbahaya merupakan sampah yang tergolong anorganik, tetapi keberadaannya dapat membahayakan manusia maupun lingkungan 3. Dibutuhkan penanganan khusus untuk mengurangi pasokan maupun dampak dari sampah berbahaya tersebut. Tempat pengelolaan yang jauh dari pemukiman penduduk dan terpencil akan memperkecil dampak dari sampah berbahaya tersebut. Ketiga jenis sampah tersebut memerlukan pengelolaan lebih lanjut agar nantinya dapat menghasilkan nilai ekonomi atau dapat dimanfaatkan lagi untuk keperluan lain. Pengelolaan sampah bisa melalui cara pengumpulan, pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, pembakaran, atau Sanitary Landfill (Hadiwiyoto, 1983). Pengelolaan sampah yang tidak baik akan mengakibatkan pencemaran tanah, air dan udara, selain itu juga menjadi tempat berkembang biak bagi serangga, tikus, dan kuman-kuman penyakit yang membahayakan kesehatan. Pengelolaan sampah yang kurang baik juga akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk, sehingga menimbulkan kesan kumuh. Dampak lain yang ditimbulkan dari sampah yang penanganannya kurang adalah rendahnya
3
www.jala-sampah.com/jenis-sampah (diakses September 2008)
tingkat kesehatan masyarakat yang menyebabkan meningkatnya biaya pengobatan dan turunnya kinerja masyarakat (produktivitas menurun), selain itu sampah padat yang dibuang ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak negatif bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan dan drainase 4. Dibutuhkan pengelolaan sampah yang baik untuk penanggulangan dampak dari sampah tersebut, sehingga nantinya bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi pihak-pihak tertentu. Sampah organik yang dijadikan kompos akan berguna dalam pertanian dengan menjadikannya sebagai pupuk. Sampah anorganik akan dipilah terlebih dahulu sebelum dilakukan pembakaran. Apabila ada sampah yang masih bisa dimanfaatkan atau untuk daur ulang maka akan diolah untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai jual. Botol-botol air mineral bekas, koran dan majalah-majalah bekas, besi bekas dan barang lain yang bisa didaur ulang akan dikumpulkan yang nantinya akan dijual ke tempat pengumpulan barang bekas. Di Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor, dilakukan kerjasama dalam pengelolaan sampah dengan PT. Indocement. Sampah yang dihasilkan dari pemukiman penduduk sekitar diolah dengan dikeringkan kemudian digiling sehingga menghasilkan sampah kering, yang pada akhirnya sampah kering tersebut akan digunakan oleh PT. Indocement sebagai bahan bakar dalam proses produksinya. Adanya proses pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah Kecamatan Citeureup dengan PT Indocement dapat dilihat bahwa sampah yang tidak berguna dapat diubah menjadi bahan yang berguna.
4
www.jala-sampah.com/dampak-sampah (diakses September 2008)
1.2
Perumusan Masalah Sampah yang dihasilkan dari segala macam aktivitas manusia kurang
mendapatkan perhatian. Orang-orang beranggapan bahwa sampah yang mereka buang sudah tidak berguna lagi. Anggapan tersebut membuat sampah tidak mendapatkan pengelolaan yang baik dan hanya mengandalkan pihak terkait dalam pengelolaannya. Di Kecamatan Citeureup, sampah yang dibuang warga menumpuk di pinggir jalan. Tempat sampah yang tersedia tidak mampu menampung sampah yang dibuang masyarakat, kemudian kurang teraturnya jadwal pengambilan sampah mengakibatkan sampah makin menumpuk dan membuat lingkungan yang kumuh. Masing-masing rumah tangga memiliki tingkat buangan sampah yang berbeda. Tingkat pendapatan dan pola hidup menjadi variabel yang menentukan perbedaan tingkat buangan dari masing-masing rumah tangga, selain itu dipengaruhi juga dari tingkat kepedulian masyarakat (Slamet, 2007). Pendapatan yang tinggi membuat tingkat konsumsi meningkat, dengan begitu sampah yang dihasilkan dari aktivitas konsumsi juga meningkat. Masyarakat yang memiliki pola hidup yang buruk dan tidak teratur akan membiarkan sampah yang tidak terolah dan menyerahkan pengelolaannya kepada Dinas Kebersihan, yang mana Dinas Kebersihan pun tidak mampu mengelola sampah yang semakin banyak dan jadwal pengambilan sampah pun menjadi tidak teratur. Ketidakmampuan Dinas Kebersihan dalam mengelola sampah yang semakin banyak mendorong PT Indocement dan pemerintah Kecamatan Citeureup bekerja sama membangun instalasi pengelolaan sampah yang disebut Unit Pelayanan Kebersihan Kecamatan Citeureup. Penambahan tempat sampah
dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang menumpuk. Namun, penambahan tempat sampah tersebut tidak diiringi dengan kepedulian masyarakat. Masyarakat hanya membuang sampah begitu saja dan menyerahkan pengelolaan kepada pihak Unit Pelayanan Kebersihan Kecamatan Citeureup tanpa ada kontribusi terhadap sampah yang mereka buang. Ada nilai ekonomi yang dihasilkan dari sampah ketika dilakukan pengelolaan yang baik dari sampah. Sampah yang menumpuk dikumpulkan dan diolah menjadi bahan bakar yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi PT. Indocement. Unit Pelayanan Kebersihan yang dibangun masih belum bisa mengurangi jumlah sampah yang ada di Kecamatan Citeureup. Setiap harinya Unit Pelayanan Kebersihan tersebut hanya mampu mengolah 10 ton sampah yang akan menghasilkan 4 ton sampah kering yang siap untuk digunakan untuk proses pembakaran PT Indocement, sedangkan setiap harinya sampah di Kecamatan Citeureup mencapai 15 sampai 20 ton yang sebagian besar berasal dari sampah pasar dan sampah rumah tangga. Kurangnya Unit Pelayanan Kebersihan untuk pengelolaan sampah tersebut mendorong PT Indocement untuk menambah Unit Pelayanan Kebersihan di daerah Gunung Putri dan Klapanunggal. Penambahan unit ini dalam rangka pengalihan bahan bakar pada proses produksi dari penggunaan batu bara ke energi alternatif lain. Saat ini, PT Indocement mentargetkan 95 persen dari pemakaian batubara per hari, dan sisanya menggunakan energi lain dalam proses pembakaran. Oleh karena itu, setidaknya dibutuhkan 150 ton dari energi lain yang bisa didapat dari produk akhir Unit Pelayanan Kebersihan (UPK) 5.
5
UPK Kecamatan Citeureup
Dari perumusan masalah di atas, maka menimbulkan pertanyaan penelitian yang perlu dijawab, yakni : 1. Bagaimana kelayakan proyek pengelolaan sampah tersebut baik dari aspek finansial maupun ekonomi ? 2. Bagaimana kondisi kelayakan investasi proyek tersebut ketika terjadi perubahan pada harga input dan output ? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai :
1. Menganalisis kelayakan proyek sampah tersebut dilihat dari aspek finansial dan ekonomi. 2. Menganalisis kondisi kelayakan proyek ketika terjadi perubahan pada harga input atau output. 1.4
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Masyarakat, sebagai informasi bahwa jika sampah diolah selain mengurangi masalah pencemaran lingkungan juga akan memberikan manfaat ekonomi. 2. Akademisi, sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan. 3. Instansi, sebagai sumber informasi bagi instansi khususnya PT Indocement dalam membuat kebijakan yang memungkinkan pendayagunaan potensi sampah. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor yang
mengambil tempat di sebuah instalasi pengelolaan sampah yang dinamakan Unit
Pelayanan Kebersihan (UPK) Kecamatan Citeureup, dimana UPK tersebut merupakan hasil kerja sama antara PT Indocement dan pemerintah Kecamatan Citeureup. Penelitian ini menganalisis kelayakan UPK Kecamatan Citeureup dari segi finansial dan ekonomi. Analisis kelayakan finansial didapat dari penghitungan NPV, IRR, Nett B/C, Payback Periode, sedangkan untuk aspek non-finansial seperti aspek teknis, aspek sosial, institusi-organisasi-manjerial, aspek komersial tidak dilakukan penelitian secara mendalam. Pada analisis kelayakan ekonomi juga menghitung NPV, IRR, Nett B/C dan Payback Period, namun ada sedikit pembeda dari analisis finansial, yaitu subsidi dan pajak. Harga sampah dan akibat penggunaan dari produk UPK ini tidak dilakukan penghitungan.