1
Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dengan Variasi Fraksi Mol Ni – Zn, dan Temperatur Sintering Dengan Metode SolGel Auto Combustion Rizky Dekatama Kristiputra dan Widyastuti Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia E-mail:
[email protected] Abstrak—Barium Heksaferrit termasuk dalam material magnetik yang diteliti untuk penggunaan Radar Absorbing Material (RAM). Barium heksaferrit termasuk hard magnetik dengan memiliki ciri-ciri koersivitas dan magnetisasi yang tinggi. Sedangkan RAM memiliki sifat magnetisasi yang tinggi dan koersivitas yang rendah. Oleh karena itu, maka diperlukan adanya substitusi ion pada barium heksaferrit agar digunakan untuk aplikasi RAM. Substitusi ion Fe dengan Ni, Zn, Co, Mn, Cu dan lain lain. Adanya efek substitusi tersebut mempengaruhi sifat kemagnetan berupa magnetisasi saturasi, koersivitas dan temperatur Curie. Pada penelitian ini dilakukan penambahan unsur paduan Ni – Zn pada Barium Heksaferrit sehingga dapat diaplikasikan sebagai RAM. Barium Heksaferrit disintesa menggunakan metode Sol Gel autocombustion dengan dopan Ni – Zn dan variasi fraksi mol sebesar 0,2; 0,4; dan 0,6. Kemudian diberikan perlakuan Sintering pada temperatur 750, 850 dan 950 oC selama 3 jam. Analisa mengenai sifat kemagnetan dan struktur mikro dari Barium Heksaferrit dilakukan dengan pengujian SEM, XRD, dan VSM. Hasil Pengujian VSM menunjukkan adanya doping Ni dan Zn dapat menaikan saturasi magnetik hingga 95emu/gr dan menurunkan koersivitas hingga 0,05 tesla. Dengan adanya doping Ni dan Zn menyebabkan morfologi serbuk berupa poligonal dan sponge dengan ukuran 12 μm . Dengan kenaikan temperatur sinter menghasilkan barium heksaferrit yang murni tanpa adanya fasa pengotor. Kata Kunci : Barium Heksaferrit, Doping Ni Zn dan Temperatur Sintering.
I. PENDAHULUAN
B
erbagai macam jenis dari dielektrik dan material magnetik secara luas diteliti untuk penggunaan Radar Absorbing Material (RAM). Radar Absorber Material (RAM) merupakan bahan yang digunakan dalam teknologi stealth untuk menyamarkan kendaraan atau struktur dari radar. Kemampuan menyerap dari RAM bergantung dari komposisi dari material tersebut. Salah satu dari material absorber radar adalah barium heksaferrit. Secara Teori sifat dari Barium Heksaferrit adalah memiliki magnetisasi yang tinggi (Ms = ±70 emu/gr), dan Medan Koersifitasnya yang tinggi pula (Hc= 6,7 KOe).[1]. Karena memiliki Magnetisasi dan koersivitas yang tinggi, Barium Heksaferrit digolongkan sebagai Material Hard Magnetik. Sedangkan RAM memiliki magnetisasi saturasi yang tinggi tetapi nilai koersivitasnya rendah. Untuk
memperoleh sifat tersebut, maka perlu adanya inovasi material pada Barium Heksaferrit. Biasanya sejumlah tertentu ion Fe dalam komposisi heksaferrit bisa diganti dengan unsur-unsur lain Seperti Ti, Zn, Mn, Ni, Co, dll. Substitusi seperti memberikan menimbulkan beberapa perubahan pada fisik sifat material, yang telah digunakan untuk tujuan yang berbeda. Mg - Ti mensubstitusi barium heksaferrit telah dilaporkan memiliki efisiensi yang lebih baik untuk menyerap gelombang elektromagnetik dari pada yang lain. [2]. Ukuran partikel ini sangat menentukan karakteristik magnet dari barium heksaferrit. Selain itu dinyatakan bahwa nilai koersivitas magnet meningkat sebanding dengan ukuran partikel yang semakin kecil. Hal ini dikarenakan kecenderungan terbentuknya single domain pada partikelnya. Pengaruh dari Ni dan Zn pada ferrit juga menjanjikan sebagai material penyerap radar, karena memiliki sifat resistivitas yang tinggi, permeabilitas yang tinggi serta dielektrik loss yang rendah. Adanya perbandingan fraksi mol untuk mengetahui komposisi optimum barium heksaferrit dengan sifat kemagnetan sesuai dengan aplikasi RAM. Ukuran partikel sangat dipengaruhi oleh temperatur sintering. Semakin tinggi temperatur maka akan memperbesar ukuran partikel pada penelitian sehingga dicari temperatur sintering optimum untuk menghasilkan partikel dengan ukuran nanometer[3]. Penelitian barium heksaferit banyak dilakukan dengan berbagai metode seperti kristalisasi gas, aerosol, presipitasi hidrotermal, sol-gel, kopresipitasi dan pemaduan mekanik. Pada penelitian ini Barium Heksaferrit disintesa menggunakan metode Sol Gel autocombustion. Perhatian pada penelitian ini yaitu pada pengaruh fraksi mol dan temperatur sintering terhadap sifat magnetik dan struktur mikro. Sintesa Barium heksaferrit dengan sol gel autocombustion adalah metode terbaru dari sol gel, dengan sesuatu hal yang baru pada proses sol gel dan proses combustion, berdasar gel dan kemudian combustion pada solution yang mengandung garam, dan menghasilkan produk yang melimpah dan berbentuk bulu bulu halus. Proses sol gel ini memiliki keuntungan membutuhkan prekursor dengan biaya yang murah, metode preparasi yang mudah dan serbuk yang dihasilkan berukuran nano.[4]
2 II METODOLOGI PENELITIAN
III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan Pembuatan larutan merupakan tahap awal untuk metode sol gel. Proses pembuatan larutan dimulai dengan menimbang bahan – bahan yang diperlukan menggunakan neraca analitik. Kemudian, pengukuran aquades sebagai pelarut bahan. Selanjutnya, melarutkan serbuk barium nitrat dan besi (III) nitrat hidrat menggunakan aquades dalam gelas beaker kemudian dicampur dengan menggunaka ratio mol Fe/Ba 11. Dengan penamaan disebut larutan A. Larutan A dianduk dengan magnetic stirrer selama 15 menit. Larutan A kemudian ditambahkan dengan asam sitrit dengan perbandingan mol rasio 3 : 1 terhadap besi. Lalu menambahkan larutan A dengan unsur paduan Zn dan Ni dengan variasi mol 0,2 0,4 dan 0,6. Larutan amoniak ditambahkan dengan konsentrasi 5M kedalam larutan A menggunakan pipet sambil di aduk hingga mencapai pH yang diiinginkan yaitu 7 kemudian disebut larutan B. Selanjutnya, mengaduk larutan B selama 1 jam agar homogen.
A. Hasil Uji VSM Pengujian VSM dilakukan untuk mengetahui sifat magnetik dari pengaruh subtitusi unsur Ni-Zn pada material barium heksaferrit. Hasil dari pengujian VSM ini diperoleh sebuah kurva histerisis yang menunjukkan magnetik sampel. Nilai dari koervitas, saturasi magnetik dan nilai remanensi magnetic dari sampel akan dapat diketahui. Besar kecilnya nilai koersivitas ini akan mempengaruhi dari kesesuaian untuk diaplikasikan sebagai material penyerap radar. Pengujian ini dilakukan pada semua sampel yang ada
B. Proses Heat Treatment Proses Heat Treatment merupakan proses dimana reaksi sol gel akan terbentuk dan terjadi perubahan wujud dari larutan cair menjadi gel basah hingga menjadi gel kering (solid). Tahapan yang dilakukan yaitu dengan memberikan perlakuan panas pada larutan dengan temperatur 80 OC dan tetap mengaduk selama 3 jam, hasil proses ini akan terjadi gel basah. Kemudian Pemanasan larutan pada temperatur 250 0C selama 3 jam, hasilnya akan terbentuk gel kering. Gel yang sudah terbentuk mengembang kemudian diambil dan digerus dengan penumbuk. Gel yang sudah digerus dengan ukuran sangat halus dan siap untuk disintering. Proses sintering dilakukan dengan furnace pada temperatur 750OC, 850OC dan 9500C dan ditahan selama 3 jam. C. Karakterisasi Spesimen Serbuk yang telah selesai proses sintering, akan dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui karakteristik serbuk tersebut dan mengetahui sifat magnetik yang terjadi. Hasil dari proses sintesis tersebut untuk mengetahui sifat magnetik dilakukan pengujian menggunakan alat pengujian VSM. Pengujian VSM ini akan menghasilkan sebuah kurva histerisis. Kurva histerisis ini akan menggambarkan bagaimana sifat magnetik yang terjadi. Nilai sifat magnetik yang dapat diketahui dari pengujian VSM ini diantaranya, nilai dari koersivitas, saturasi magnetic, dan remanensinya. Pengujian struktur permukaan dari sampel dilakukan dengan menggunakan alat SEM FEI S50 dengan pembesaran maksimum sebesar 50000 kali, dengan pengujian ini akan didapatkan morfologi dari permukaan sampel uji. Kemudian, pengamatan dengan menggunakan XRD dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi unsur atau senyawa yang terbentuk, penentuan komposisi, penentuan struktur kristal, dan lainlain. Data hasil pengujian ini berupa grafik puncak intensitas terhadap sudut 2theta (2θ). Data XRD dapat digunakan sebagai penentuan unsur atau senyawa major maupun minor, perhitungan ukuran kristal, penentuan struktur kristal dan penentuan komposisi unsur atau senyawa
Gambar 1. Hasil VSM untuk Temperatur Sinter 750oC pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6
Pada Gambar 1 terlihat bahwa dengan penambahan Ni Zn pada temperatur Sinter 750oC paling baik terjadi pada x = 0,6 karena pada penambahan Ni/Zn x = 0,6 memiliki nilai koersivitas paling kecil sebesar 0,05T dari pada dengan penambahan x = 0,2 dan x = 0,6. Tetapi nilai saturasi magnetik yang paling besar terjadi pada x = 0,2 sebesar 82 emu/gr dengan berturut – turut selanjutnya yaitu x = 0,4 dan x = 0,6. Jika dilihat dari penelitian Li Jun Liang [6] yang mensintesa Barium Heksaferrit tanpa doping dengan metode sol gel yang menggunakan microwave ovenuntuk proses heating. Didapatkan nilai Ms terbesar yaitu 64,1emu/gr dan koersivitas dibawah 1000 Oe atau 0,1 T. Dibandingkan dengan Barium Heksaferrit yang didoping Ni dan Zn memiliki nilai saturasi magnetik lebih besar dari Barium Heksaferrit tanpa doping yaitu sebesar 82emu/gr. Hal ini menyatakan doping Ni sangat membantu dalam meningkatkan nilai saturasi magnetik, dan doping Zn sangat membantu dalam menurunkan nilai koersivitas. Pada Gambar 2 Menunjukkan bahwa penambahan Ni-Zn pada x = 0,6 sebesar 94 emu/gr memiliki saturasi magnetik yang paling tinggi dari pada x = 0,2 dan 0,4 dengan Temperatur Sinter 850oC dan menjadi saturasi magnetik terbesar dari seluruh variasi. Dari kurva histerisis Temperatur Sinter 850oC dapat dilihat bahwa x = 0,6 memiliki nilai koersivitas paling rendah dengan nilai 0,15 T. Sehingga pada temperatur Sinter 850oC hasil terbaik untuk radar absorber didapat dengan variasi x=0,6 yang memiliki nilai saturasi yang terbesar dan koersivitas yang paling kecil.
3 heksaferrit terlihat bahwa kurva histerisis yang terbentuk lebih lebar yang menandakan nilai koersivitas yang tinggi dan termasuk dalam jenis hard magnetic.
Gambar 2. Hasil VSM untuk Temperatur Sinter 850oC pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6 Gambar 4. Grafik hubungan antara fraksi mol penambahan Ni-Zn dengan besar nilai Saturasi Magnrtik dan Koersivitas pada Temperatur Sinter 850oC
Gambar 3. Hasil VSM untuk Temperatur Sinter 950oC pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6
Pada Gambar 3 memperlihatkan bahwa penambahan NiZn pada x = 0,2 dan 0,4 memiliki saturasi magnetik yang paling tinggi sebesar 95 emu/gr dari pada x = 0,6 dengan lingkungan Temperatur Sinter 950oC. dan nilai terkecil untuk koersivitasnya pada x=0,6 sebesar 0,12T. Untuk material radar absorber dari kurva histerisis Temperatur Sinter 950oC, x = 0,6 adalah yang paling cocok digunakan karena memiliki nilai koersivitas paling kecil dari pada x = 0,2 dan x = 0,4. Dari Gambar 1 , Gambar 2 , dan Gambar 3 yang menggambarkan kurva histerisis dari serbuk barium heksaferrit dengan subtitusi unsur Ni-Zn pada Temperatur Sinter 750, 850, 950oC dengan x = 0.2, 0.4, dan 0.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan fraksi mol Ni-Zn pada barium heksaferrit dapat menurunkan nilai saturasi magnet (Ms) dan koersivitas (Hc). Dapat dibandingkan juga dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh H. Sozeri, 2012 [5] dengan pembentukan barium heksaferrit tanpa penambahan unsur paduan dengan Temperatur Sinter 800oC hingga 1200oC. Terlihat bahwa dengan penambahan unsur paduan NiZn menurunkan nilai koersivitas tanpa menurunkan nilai saturasi , bahkan meningkat dari standar barium heksaferrit sebesar 70 emu/gr [1]. Dari hasil kurva histerisis yang didapatkan oleh H. Sozeri dkk, pada penelitian barium
Gambar 4 merupakan grafik yang hubungan antara nilai koersivitas dan Saturasi magnetik dengan fraksi mol yang digunakan. Pada grafik terlihat bahwa nilai saturasi magnetik meningkat dengan meningkatnya fraksi mol. Nilai saturasi tertinggi pada x=0,6 dengan nilai 94 emu/gr. Karena semakin meningkatnya fraksimol, maka komposisi doping menjadi lebih banyak untuk mensubstitusi Fe, sehingga dengan substitusi yang meningkat tersebut sifat kemagnetan berupa saturasi magnetik meningkat. Selain itu kemurnian dari barium heksaferrit yang fasa tunggal tanpa ada pengotor menyebabkan terjadinya kenaikan saturasi magnetik. Untuk koersivitas secara umum terjadi penurunan, karena anisotropik magnetik terjadi penurunan, sehingga anisotropik tertinggi (berisfat hard magnetic) berada pada fraksi mol kecil. Sehingga dengan sifat hard magnetik pada fraksi mol terkecil memiliki koersivitas paling tinggi
Gambar 5. Grafik hubungan antara Temperatur Sinter dengan besar nilai Saturasi Magnetik dan Koersivitas dengan Fraksi Mol X=0,4
Gambar 5 merupakan merupakan Grafik hubungan antara Temperatur Sinter dengan besar nilai Saturasi Magnetik dan Koersivitas dengan Fraksi Mol X=0,4. berdasarkan grafik terlihat memiliki tren kenaikan pada koersivitas dan saturasi magnetik. Kenaikan Temperatur Sinter menyebabkan
4 terjadinya kenaikan Saturasi magnetik. Hal ini karena proses sintering meningkatkan fasa barium heksaferrit dan juga menghilangkan fasa pengotor pada barium heksaferrit. Pada koersivitas terjadi peningkatan dengan kenaikan temperatur sinter. Karena domain yang terdapat pada fraksi mol x=0,4 dari temperatur sinter 750-950oC berupa single domain sehingga memiliki koersivitas yang tinggi. Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh H. Sozeri bahwa jika koersivitas meningkat dengan meningkatnya temperatur sinter karena pada temperatur hingga 1100oC memiliki domain tunggal.
tertentu pada pesebaran partikel sehingga didapatkan secara umum komposisi yang terbentuk. Gambar dari hasil SEMEDX pada kondisi Temperatur Sinter 750oC terlihat pada Gambar 4.7 di bawah ini. A
B. Hasil Uji SEM Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh morfologi dan kompisisi dari barium heksaferrit yang telah ditambahan unsur paduan Co-Zn dengan variasi fraksi mol (x) pada kondisi pH 7, 9 dan 11 dilakukan pengujian menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan EDX. Pada penelitian kali ini digunakan alat SEM FEI tipe Inspect S50. A
B
B
C
C
Gambar 6 Bentuk permukaan partikel barium heksaferrit dengan Temperatur Sinter 750oC pada masing – masing penambahan unsur Ni-Zn a) x = 0,2 b) 0,4 c) dan 0,6 pada perbesaran 5000x
Pada Gambar 6 merupakan penampakan permukaan dari material barium heksaferrit yang telah ditambahankan unsur paduan Ni-Zn dengan perbedaan fraksi mol x = 0,2 ; 0,4 dan 0,6 pada Temperatur Sinter 750oC dengan perbesaran 5000x. Terlihat bahwa semua hasil dari morfologinya berbentuk seperti polygonal dan sponge atau berpori. Gambar SEM menunjukan, semakin bertambahnya unsur paduan Ni-Zn menyebabkan permukaan semakin tidak teratur dan semakin membesar pori yang ada. Dan bentuk butir Barium heksaferrit yaitu poligonal. Hal ini juga sama disampaikan pada penelitian oleh L.Junliang [6] dengan sintesa barium heksaferrit tanpa doping. Gambar SEM serbuk barium heksaferrit yang memiliki bentuk spherical atau elipsoidal dan juga berbentuk heksagonal. Bentuk ini juga memiliki kesamaan bentuk serbuk dengan gambar SEM Barium heksaferrit dengan doping Ni dan Zn. Untuk pengetahui distribusi komposisi yang terjadi pada partikel dan meyakinkan bahwa penambahan unsur paduan Ni-Zn berhasil disubtitusi pada barium heksaferrit sesuai dengan tujuan awal maka dilakukan EDX pada area
Gambar 7. Hasil SEM-EDX pada kondisi Temperatur Sinter 750oC dengan variasi a) x = 0,2 b) 0,4 dan c) 0,6
Dari Gambar 7 hasil SEM EDX diatas terlihat bahwa ada penambahan unsur paduan Ni-Zn telah berhasil mensubtitusi Fe pada barium heksaferrit ini dibuktikan dengan munculnya komposisi unsur Ni dan Zn pada hasil SEM-EDX. Komposisi Ni dan Zn pada hasil SEM-EDX juga semakin meningkat dengan bertambahnya fraksi mol, serta menurunnya komposisi Fe yang disebabkan bertmbahnya Ni dan Zn. Hal ini menguatkan bahwa telah terjadinya subtitusi pada Fe dengan Ni dan Zn. Dari hasil XRD pada Gambar 8 dapat diamati perubahan yang terjadi akibat dari pada temperatur Sinter 750, 850, 950oC dengan penambahan fraksi mol x = 0.2 unsur paduan Ni-Zn pada barium heksaferrit. Pada hasil gambar XRD diatas terlihat bahwa puncak yang dominan berada pada sudut 2θ
5 adalah 34.1120, 32.1959, 30.3140 yang berupa puncak dari BaFe12O19. Pada kartu pdf (ICDD 01-074-1121) bergeser ke arah kanan sebesar 0,01. Pada grafik diatas variasi fraksi mol terdiri puncak utama yaitu BaFe12O19 dan puncak BaFe2O4 menjadi pengotor pada sampel tersebut yang memiliki posisi 2theta pada 28,344. Karena pada temperatur Sinter 750 oC belum mengurangi dampak dari pengotor. Karena tujuan dari sintering untuk memurnikan dari fasa barium heksaferrit, dan juga menghilangkan fasa pengotor. Sehingga disimpulkan pada temperatur sinter 750oC belum menghasilkan barium heksaferrit secara murni.[3]
kemudian secara berurutan pada fraksi mol x=0,4 dan x=0,6. Sehingga dari sini juga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya fraksi mol maka pembentukan BaFe12O19 semakin bertambah.
Gambar 10. Hasil XRD untuk variasi fraksi mol x= 0,2; 0,4; 0,6 pada Temperatur Sinter 950oC
Gambar 8. Hasil XRD untuk variasi fraksi mol x= 0,2; 0,4; 0,6 pada Temperatur Sinter 750oC
Ketinggian dari puncak mengalami kenaikan dari kenaikan fraksi mol x=0,2 hingga x=0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya Fraksi mol maka pembentukan BaFe12O19 semakin bertambah.
Gambar 9. Hasil XRD untuk variasi fraksi mol x= 0,2; 0,4; 0,6 pada Temperatur Sinter 850oC
Pada Gambar 9 terlihat puncak yang dimiliki dari hasil XRD pada variasi Temperatur Sinter 750, 850, 950 oC dengan fraksi mol x= 0,4 unsur paduan Ni-Zn pada barium heksaferrit memiliki kesamaan pada letak peak yang terjadi. Tiga peak tertinggi yang dapat diamati yaitu pada sudut 2θ adalah 34.1120, 32.1959, 30.3140 yang berupa puncak dari BaFe12O19 . Semua peak yang terjadi menunjukkan peak yang dimiliki oleh BaFe12O19. Sehingga dapat disimpulkan untuk temperatur Sinter 850oC terjadi single fase BaFe12O19. Menurut (ICDD 01-0874-0757) puncak tertinggi bergeser ke kanan 0,01. Perbedaan yang terjadi adalah pada ketinggian puncak dimana pada kenaikan Fraksi mol x=0,2 mengalami kenaikan
Hasil XRD pada Gambar 10 dapat diamati perubahan yang terjadi akibat dari pada kenaikan Temperatur Sinter pada barium heksaferrit terlihat bahwa puncak yang dominan berada pada sudut 2θ adalah 34.1120, 32.1959, 30.3140 yang berupa puncak dari BaFe12O19 (ICDD 01-084-0757). Dengan pergesran pada puncak tertinggi ke arah kanan sebesar 0,01. Ketinggian dari puncak mengalami Kenaikan dari Temperatur Sinter 750, 850, 950oC secara berturut – turut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya Temperatur Sinter maka pembentukan BaFe12O19 murni semakin bertambah. Selain itu terdapat pengotor BaFe2O4 pada sampel x=0,6. Sama halnya dengan Gambar 8 dan Gambar 9, pada Gambar 10 dari hasil XRD dapat dilihat terjadi perubahan akibat adanya temperatur sinter sebesar 750, 850, 950 oC pada barium heksaferrit. Hasil gambar XRD diatas memperlihatkan puncak yang terdeteksi dominan berada pada sudut 2θ adalah 34.1120, 32.1959, 30.3140 yang berupa puncak dari BaFe12O19 dan tidak ditemukan kembali fase lainnya, sehingga terjadi single fase BaFe12O19 Ketinggian dari puncak mengalami kenaikan dari temperatur sinter dari 750oC kemudian meningkat 850oC dan juga 950oC. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya temperatur sinter maka pembentukan BaFe12O19 semakin bertambah. Hasil dari beberapa grafik XRD di atas, dapat diamati bahwa Fraksi mol berhasil memperbesar ukuran partikel barium heksaferrit, menyebabkan peak barium heksaferrit murni semakin meningkat. Dan pada semua temperatur, fase yang terbentuk adalah fase BaFe12O19 single fase. Ini membuktikan bahwa sintesis yang dilakukan berhasil. V. KESIMPULAN 1. Semakin banyak penambahan Ion doping Ni-Zn akan menyebabkan penurunan nilai koersivitas dan peningkatan saturasi magnet dari barium heksaferrit tanpa doping. Penurunan nilai koersivitas paling signifikan terjadi pada x = 0,6 pada Temperatur Sinter 750oC dengan nilai koersivitas 0,05 Tesla
6 2. Temperatur Sinter semakin tinggi maka akan menyebabkan semakin naiknya nilai koersivitas dan saturasi magnet dari barium heksaferrit yang telah didoping Ni dan Zn 3. Peningkatan nilai koersivitas dan saturasi magnetik secara signifikan terjadi pada Temperatur Sinter 850 oC dengan fraksi mol x=0,6 yaitu sebesar 0,1 Tesla dari temperatur Sinter 750oC, peningkatan saturasi magnetik signifikan terjadi pada fraksi mol x=0,2 dengan temperatur sinter 950oC yaitu sebesar 27emu.gr dengan fraksi mol x=0,2 temperatur sinter 850oC 4. Pada temperatur sinter 850oC dan x = 0,6 penambahan ion dopan Ni-Zn merupakan komposisi paling sesuai untuk material penyerap radar . Karena memiliki saturasi magnetik yang lebih tinggi dari teoritical barium heksaferrit yaitu sebesar 94 emu/gr dan koersivitas yang lebih rendah dari teoritical barium heksaferrit yaitu sebesar 0,15 tesla atau 1500 Oe atau 1,5KOe. DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9] [10]
[11]
[12]
[13]
Zainuri M. Laporan Akhir Studi Absorbsi Elektromagnetik pada MHexaferrites untuk Aplikasi Anti Radar”, Ristek, ITS Surabaya (2010). M. Jazirehpour, M.H. Shams, dan O. Khani. Modified sol–gel synthesis of nanosized magnesium titanium substituted barium hexaferrite and investigation of the effect of high substitution levels on the magnetic properties. Journal of Alloys and Compounds 545 : 32–40 (2012). Z. Mosleh, P. Kameli, M.Ranjbar, H. Salamati. “Effect of Annealing temperature on Structural and magnetic properties of BaFe 12O19 hexaferrite nanoparticles”. Ceramics International (2014) 40: 72797284 A. Mali, A. Ataie. “Structural characterization of nano-crystalline BaFe12O19 powders synthesized by sol-gel combustion route”. Scripta Materiala (2005)53:1065-1070 (2005) H.Sozeri, Z Durmus, A Baykal, E Uysal. :Preparation of High Quality, Single Domain BaFe12O19 particles by citrate sol-gel combustion route with an initial Fe/Ba Molar Ratio of 4”. Materials Science and Engineering B (2012) B 177: 949-955 (2012) Liu Junliang, Zeng Yanwei, Guo Cuijing , Zhang Wei, Yanh Xiaowei. “One Step synthesis of Barium Hexaferrite nano-powder via microwave-assited sol-gel auto-combustion”. European Ceramics Society (2010) 30:993-997 (2010) Dharma, Putu Indra Wirya. “Pengaruh Unsur Paduan Zn dan Ni Serta Variasi Waktu Milling Pada Proses Mechanical Alloying Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Magnetik Barium Hexaferrite Sebagai Radar Absorbent Material (RAM)”. Skripsi S1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS (2011). P Kharismawati, Endah..Pengaruh pH dan Waktu Stirring Terhadap Sifat Magnetik dan Strukturmikro Barium Heksaferit Pada Radar Absorber Material (RAM) Dengan Metode Sol Gel Auto Combustion. Skripsi S1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI – ITS (2012) Q.Mohsen.”Barium Hexaferrite synthesis by oxalate prcursor route” Journal of Alloys and Compound (2010) 500:125-128 (2010). P.Wartewig, M.K Krause, P.Esquinazi, S.Rosle, R. Sonntag. “Magnetic Properties of Zn- and Ti- substituted Barium Hexaferrite”. Journal Magnetism and Magnetic Materials (1999) 192:83-99 (1999) A. Gonzalez_Angeles, G Mendoza Suarez, A Gruskova, M.Papanova, J Slama. “Magnetic studies of Zn-TI- substituted Barium Hexaferrite prepared by mechanical milling” Material Letters (2005)59:26-31 (2005) Youwen Li, Qin Wang, Hua Yang. “Synthesis, Characterization ang magnetic properties on nanocrystalline BaFe12O19ferrite”. (2009) 9:1375:1380 Nobuyoshi Koga, Takanori Tsutaoka. “Preparation of Substituted barium ferrite BaFe12-x(Ti0,5Co0,5)xO19 by citrate precursor method and compositional dependence of their magnetic properties”. (2007) 313:168-175 (2007)