I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia tanaman terung merupakan sayuran yang cukup dikenal dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Buah terung yang masih muda selain enak untuk dijadikan berbagai sayuran dan lalapan, juga mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram buah terung segar mengandung vitamin A 30,00 mg/SI, vitamin B 0,40 mg, vitamin C 5,00 mg, protein 1,10 gram, karbohidrat 5,50 gram, fosfor 37,00 mg, kalsium 15,00 mg, zat besi 0,40 mg dan air 92,70 gram (Rukmana, 2000). Berdasarkan data statistik hortikultura tahun 2011 produktivitas terung di Kalimanta Tengah adalah 40,628 kuintal/ha, sedangkan pada tahun 2012 luas area tanaman terung di Kalimantan Tengah 1.389 ha dengan produktivitas 38,982 kuintal/ha. Apabila dibandingkan dengan produktivitas terung pada tahun 2011 jumlah produktivitas terung pada tahun 2012 mengalami penurunan. Masalah utama yang menyebabkan kurang berkembangnya budidaya terung di Kalimantan Tengah yang berakibat menurunnya produktivitas terung adalah kondisi tanah yang produktivitasnya rendah, antara lain berupa tanah gambut yang memiliki beberapa kendala. Beberapa kendala tanah gambut antara lain pH rendah, kapasitas tukar kation (KTK) tingg, namun kejenuhan basanya rendah Soepardi (1988, dalam Hariyadi, 2010).
1
Untuk mengatasi permasalahan pada tanah gambut, selain dilakukan tindakan pengapuran maka upaya lain yang harus dilakukan dalam mendukung penyediaan unsur hara dapat juga dilakukan melalui pemupukan. Alternatif yang dapat digunakan yaitu menggunakan pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara. Pupuk petrobio mempunyai peranan dalam memperbaiki sifat fisik tanah melalui perubahan struktur dan permeabilitas tanah juga dapat memperbaiki kesuburan tanah, karena mengandung unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan Cl serta dapat meningkatkan kegiatan mikroorganisme tanah yang berarti meningkatkan kesuburan tanah serta melindungi tanah dari kerusakan (Sutedjo, 2000). Berdasarkan hasil penelitian Susanto (2010) diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang kotoran ayam sebesar 30 ton/ha dengan pupuk petrobio sebesar 30 kg/ha memberikan hasil tertinggi pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang, diameter buah dan bobot buah pada tanaman tomat di tanah gambut. Pupuk NPK Mutiara mengandung unsur hara makro seperti nitrogen, phospor dan kalium. Pemberian pupuk NPK Mutiara adalah untuk menunjang pertumbuhan tanaman serta merangsang terjadinya penggunaan dan pembuahan (Anonim, 2006). Berdasarkan permasalah di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara pada tanah gambut.
2
1.2.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui interaksi pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara terhadap pertumbuhan dan hasil terung pada tanah gambut. 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor tunggal pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara terhadap pertumbuhan dan hasil terung. 1.3. Hipotesis 1. Interaksi pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil terung. 2. Pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara secara tunggal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil terung.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Terung Menurut Rukmana (2000), klasifikasi tanaman terung adalah sebagai berikut : Divisio
: Spermathophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dycotyledonae
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum melongena L.
Tanaman terung termasuk satu keluarga dengan tanaman cabai (Capsicum annum), tomat (Solanum lycopersicum) dan kentang (Solanum tuberosum). Tanaman ini termasuk salah satu dari kelompok tanaman yang menghasilkan biji (Spermatophyta). Biji yang dihasilkan berkeping dan dua atau biji belah (Dicotyledonae). Letak biji berada di dalam buah (Angiopermae). Biji yang dihasilkan merupakan alat perkembangbiakan yang penting. Tinggi tanaman berkisar antara 0,4-0,9 m, tanaman ini tumbuh baik di lokasi terbuka maupun dirumah kaca (Soetasad, 1999). Tanaman terung dapat tumbuh optimal bila ditanam pada lahan terbuka (tanpa naungan). Tanaman terung tumbuh tegak hingga mencapai ketinggian tertentu dan selanjutnya akan membentuk percabangan yang disebut sebagai batang sekunder. Dalam perkembangannya, dari batang sekunder tersebut, akan 4
terbentuk banyak cabang baru. Semakin banyak cabang yang terbentuk, semakin banyak pula bunga yang akan muncul. Hal ini akan berpengaruh terhadap buahnya (Samadi, 2001).
Batang tanaman terung dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang primer) dan percabangan (batang sekunder). Perkembangan berikutnya batang sekunder ini akan mempunyai percabangan baru. Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan adalah bagian tanaman yang akan mengeluarkan bunga (Sunarjono, 2007). Daun terung terdiri atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun seperti ini lazim dikenal dengan nama daun bertangkai. Tangkai daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya berkisar antara 5-8 cm (Sunarjono, 2007). Bunga terung merupakan bunga Hermaprodit atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin dua, dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga seperti ini dinamakan bunga lengkap. Perhisan bunga yang dimiliki adalah kelopak bunga, mahkota bunga dan tangkai bunga (Soetasad, 1999). Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, namun lunak dan tidak akan pecah jika buah telah masak. Daging buah ini merupakan bagian yang enak dimakan. Biji-biji terdapat bebas dalam selubung lunak yang terlindungi oleh daging buah. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga yang telah menjelma menjadi karangan bunga. Buah menggantung tangkai buah
5
berkembang dari tangkai bunga yang letaknya berada di antara tangkai daun. Buah terung bentuknya beraneka ragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk yang dikenal meliputi : panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar dan bulat (Soetasad, 1999). 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman terung umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas, sehingga dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah. Namun, kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem draenase yang baik, merupakan syarat tumbuh yang ideal bagi pertumbuhan terung. Tingkat kemasaman (pH) tanah yang cocok bagi tanaman terung berkisar antara 5,3 - 6,0. Namun demikian masih toleran pada pH yang lebih rendah yaitu 5,0. Kisaran pH yang terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman yang akhirnya mengakibatkan rendahnya kualitas dan tingkat produksi tanaman (Samadi, 2001). Tanaman terung dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan ketinggian tempat berkisar antara 1-1.200 m di atas permukaan laut. Disarankan, usaha budidaya terung dilakukan pada lahan yang topografinya datar, sehingga dapat mempermudah proses pemanenan dan pengangkutannya. Tanaman terung menghendaki iklim yang agak kering, meskipun agak tahan terhadap hujan dan lokasi yang agak teduh (ternaungi). Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk bertanam terung adalah pada awal musim kemarau, walaupun tetap dapat tumbuh baik di musim penghujan terutama bila ditanam dipekarangan atau lahan tegalan (Ashari, 2006).
6
2.3. Karakteristik Tanah Gambut dan Pengelolaannya Tanah gambut merupakan suatu jenis tanah yang terbentuk oleh adanya penimbunan bahan organik yang lebih besar dari pada proses mineralisasinya (dekomposisi)
yang
berjalan
lebih
lambat.
Lambatnya
bahan
tersebut
terdekomposisi diakibatkan oleh sedikitnya pasokan oksigen kedalam air karena tanah terendam atau tergenang (Widjaja dan Adi, 1994 dalam Murniasih, 2004). Sedangkan gambut pedalaman adalah gambut yang terbentuk di daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi hanya dipengaruhi oleh air hujan (http://www.worldagroforestry.org/download/publication/PDFs/B16019.PDF). Sutejo (1991 dalam Yanti, 2003) menambahkan bahwa tanah gambut merupakan timbunan residu tanaman atau bahan organik yang telah mengalami pelapukan secara tidak sempurna. Gambut yang terjadi di daerah rawa kandungan unsur haranya rendah dengan pH yang rendah pula sehingga tanah menjadi tidak subur. Menurut Soepardi (1988 dalam Yanti, 2003) tanah gambut memiliki sifat kimia yang khas yaitu : kadar nitrogen dan bahan organik yang lebih serta nisbah C/N sangat tinggi, memperlihatkan nitrifikasi yang sangat giat meskipun nisbah tinggi, kandungan phospor dan kalium lebih rendah dibandingkan dengan tanah mineral, untuk tanah organik yang berasal dari kayu biasanya kaya akan kalsium, kadar magnesium biasanya lebih tinggi dan kadar besi serta mangan lebih rendah dibandingkan dengan tanah mineral. Rendahnya produktivitas tanah gambut erat kaitanya dengan rendahnya pH, tingginya kapasitas tukar kation (KTK) dan nilai kejenuhan yang rendah.
7
Kondisi demikian tidak menunjang terciptanya lingkungan tumbuh laju dan kemudahan penyediaan unsur hara dalam tanah, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik Apridson (2000 dalam Yanti, 2003). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan terhadap penyediaan hara adalah melalui peningkatan kejenuhan basa yang dapat dilakukan dengan pengapuran dan pemupukan. Sarief (1985 dalam Yanti, 2003) mengemukakan bahwa usaha lain untuk memperbaiki tanah gambut adalah mencampur atau menambahkan tanah – tanah mineral, pengapuran, pemberian pupuk terutama pupuk yang mengandung N, P, K juga unsur – unsur nitro, serta pengolahan tanah. 2.4. Pupuk Petrobio Pupuk petrobio merupakan pupuk hayati yang diformulasikan dari mikroba-mikroba yang menguntungkan bagi tanah dan tanaman, dan dicampur secara khusus dengan bahan-bahan organik alami, dan diproses berdasarkan teknologi berwawasan lingkungan. Penggunaan pupuk petrobio hayati secara kontinyu akan memberikan efek yang positif bagi kehidupan dan lingkungannya dibandingkan dengan pupuk organik maupun annorganik lainnya, disamping keuntungan-keuntungan lainnya, seperti : (1) menambah mikroorganisme bermanfaat dalam tanah sehingga mampu meningkatkan kesuburan biologi tanah, (2) menambah ketersediaan unsur hara nitrogen dari udara dalam tanah, (3) meningkatkan ketersediaan hara fosfor dalam tanah, karena mampu mengurai fosfor yang terikat dalam tanah menjadi bentuk tersedia bagi tanaman, (4) mengandung mikroorganisme yang mampu mengurai bahan organik tanah,
8
sehingga bermanfaat untuk memperbaiki agregat tanah, (5) mengandung mikroorganisme yang mampu memacu pertumbuhan tanaman, dapat merangsang perakaran dan pertumbuhan tanaman, serta meningkatkan hasil, (6) tidak meracuni tanaman dan mencemari lingkungan dan (7) formulanya berupa pupuk hayati, bukan bahan kimia sintetik (Petrokimia Gresik, 2010) . Pupuk petrobio adalah pupuk organik yang ramah lingkungan tanpa perlu pestisida dan pupuk kimia. Dari brosur pupuk petrobio dosis penggunaan untuk tanaman pangan yang terbaik adalah 2 - 5 gram/pot, ditaburkan merata ke tanah dan diulang 3 – 4 minggu sekali (PT Petrokima Gresik, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Susanto (2010), bahwa pemberian pupuk petrobio sebesar 300 kg/ha pada tanah gambut dapat meningkat pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 2.5. Pupuk NPK Mutiara Pupuk NPK Mutiara merupakan pupuk buatan (anorganik) yang mengandung unsur hara Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K) sebesar masing-masing 16 % atau bisa disingkat NPK Mutiara 16-16-16, selain itu juga mengandung 1,5 % Magnesium Oksida (MgO) dan 5,0 % Kalsium Oksida (CaO). Pupuk ini adalah pupuk majemuk yang di produksi pada setiap butiran prill, sangat mudah diaplikasikan sebagai pupuk dasar dan sebagai pupuk susulan. Pupuk ini mudah larut dalam air sehingga sangat cocok untuk cara aplikasi sistem cor dan penaburan langsung di atas permukaan tanah secara merata maupun larikan (Anonim, 2006).
9
Pupuk majemuk NPK Mutiara merupakan pupuk yang mampu menambahkan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Lingga dan Marsono (2001), pupuk majemuk NPK adalah pupuk yang mengandung tiga unsur makro sekaligus, yaitu Nitrogen, Phospor dan Kalium. Pupuk ini sangat digemari petani, karena penggunaannya relatif mudah dibanding pupuk tunggal yang penggunaannya sering harus mencampurkan pupuk tunggal mengandung N, P dan K untuk menampatkan kombinasi pupuk NPK. Pupuk ini cocok untuk semua jenis tanaman buah, hias, sayuran, pangan, palawija dan tanaman perkebunan. Dosis umum penggunaan sistem tabur antara 100-1000 kg/ha, untuk tanaman tomat diberikan 300 kg/ha seminggu sebelum tanam dan 300 kg/ha untuk susulan umur 4, 8 dan 12 MST (Anonim, 2006). Hasil penelitian Sumitro (2008), pemberian pupuk NPK Mutiara sebesar 600 kg/ha pada tanah mineral mampu meningkatkan tinggi tanaman tomat mencapai 81,67 cm, umur berbunga 48,00 HSS, diameter buah 4,99 cm dan bobot segar buah 586,70 gram/buah.
10
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik di Jalan Bukit Raya, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah terung varietas Mustang F1, pupuk petrobio (sebagai perlakuan), pupuk NPK Mutiara (sebagai perlakuan) dan tanah gambut, tanah gambut diambil dari desa hampangen kec. Katingan Hilir, dan tanah yang digunakan belum pernah ditanami. Alat yang digunakan adalah polybag dengan kapasitas 8 kg, plastik, kawat kasa, cangkul, parang, gergaji, alat ukur (meteran), timbangan analitik dan alat tulis. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Faktor I : Pemberain Pupuk Petrobio (P) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : P0 = 0 kg/ha P1 = 200 kg/ha (4,0 gram/polybag) P2 = 300 kg/ha (6,0 gram/polybag) P3 = 400 kg/ha (8,0 gram/polybag)
11
Faktor II : Pemberian Pupuk NPK Mutiara (M) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : M0 = 0 kg/ha M1 = 200 kg/ha (4,0 gram/polybag) M2 = 400 kg/ha (8,0 gram/polybag) M3 = 600 kg/ha (12,0 gram/polybag) Dari kedua perlakuan tersebut di atas, setelah dikombinasikan diperoleh 16 kombinasi perlakuan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Pupuk NPK Mutiara (M)
Pupuk Petrobio (P) M0
M1
M2
M3
P0
P0Mo
PoM1
P0M2
P0M3
P1
P1M0
P1M1
P1M2
P1M3
P2
P2M0
P2M1
P2M2
P2M3
P3
P3M0
P3M1
P3M2
P3M3
3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan Lokasi Penelitian Tempat penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari tumbuhan liar, kemudian dilanjutkan pembuatan rumah plastik yang berukuran 4 x 3 m dengan tinggi 2 m, di dalamnya dibuat bangku untuk meletakkan polybag setinggi 30 cm. Atapnya
menggunakan plastik warna
putih transparan, bagian dinding
menggunakan kain kasa agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.
12
3.4.2. Penyemaian Benih terung disemai menggunakan media tanah gambut yang telah diberi pupuk kandang dengan dosis 2 ton/ha. Kotak persemaian berukuran 100 cm x 50 cm. Benih terung ditaburkan secara merata pada media tanam di dalam kotak persemaian dan ditutup dengan tanah tipis-tipis. Selanjutnya dilakukan penyiraman secara rutin pada pagi dan sore hari. 3.4.3. Persiapan Media Tanam Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah tanah gambut. Tanah gambut sebagai media tanam terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tumbuhan maupun perakaran, kemudian diambil lapisan olah sedalam 20 cm selanjutnya dikering anginkan selama satu minggu. Setelah itu tanah diayak dengan ayakkan kawat sebesar 25 mesh agar tanah gambut yang dijadikan media tumbuh bersifat homogen. Kemudian tanah tersebut dimasukkan kedalam polybag masing-masing sebanyak 8 kg. 3.4.4. Penanaman Bibit terung yang ditanam adalah bibit yang sudah berumur 21 hari. Pemindahan bibit ke dalam polybag dilakukan secara hati-hati dengan menyertakan sedikit tanah dari persemaian dimana setiap polybag ditanam satu bibit. Penanaman dilakukan pada sore hari.
13
3.4.5. Pemupukan Pupuk petrobio diberikan satu minggu sebelum tanam dengan dosis sesuai dengan perlakuan. Pupuk NPK Mutiara diberikan tiga kali yaitu pada saat tanam, kemudian umur 2 MST dan 3 MST dengan dosis sesuai perlakuan. Pupuk NPK Mutiara diberikan dengan cara ditabur disekeliling bibit terung dengan jarak 10 cm dari batang. 3.4.6. Pemeliharaan Penyiraman tanaman terung selama pertumbuhan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore hari. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit cadangan yang umumnya sama dan telah dipindahkan kedalam polybag kecil. Pengandalian gulma bertujuan untuk untuk menghindari terjadinya persaingan dalam pengambilan unsur hara antara tanaman terung dengan tumbuhan pengganggu. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada media tanam di dalam polybag. Pengandalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara manual yaitu mengambil dan membunuh hama yang menyerang tanaman walaupun fungsi rumah plastik yang dibuat untuk melindungi tanaman dari serangga hama. Sedangkan pemberantasan penyakit dilakukan dengan cara sanitasi lingkungan dengan mencabut gulma yang tumbuh dalam rumah plastik dan pada media tanam agar tidak digunakan sebagai persembunyian dan perkembangan hama vektor pembawa penyakit dan menghindari kelembaban sehingga dapat menekan serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur.
14
3.4.7. Panen Umur terung yang dapat dipanen tergantung dari varietas yang ditanam. Namun, secara umum terung dapat dipanen sekitar 4 bulan atau 90 hari sejak semai. 3.5. Pengamatan Parameter yang diamati meliputi : 1.
Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun yang tertinggi. Pengamatan dilakukan pada umur 4 dan 6 MST.
2.
Jumlah daun, dihitung pada umur 4 dan 6 MST.
3.
Jumlah cabang produktif, dihitung dari jumlah cabang yang menghasilkan buah, dilakukan pada saat panen.
4.
Jumlah buah pertanaman, diperoleh dengan menghitung jumlah buah yang dipanen dari tiap-tiap tanaman pada saat panen, dilakukan sebanyak 2 kali panen dan dijumlahkan.
5.
Bobot buah pertanaman. Bobot buah (gram) per tanaman diperoleh dengan cara menimbang buah dalam keadaan segar selama 2 kali panen dan dijumlahkan beratnya.
3.6. Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% dan 1%. Apabila terdapat pengaruh perlakuan, maka pengujian dilanjutkan Uji BNJ 5% untuk melihat perbedaan antara perlakuan.
15
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Tinggi Tanaman Data hasil pengamatan untuk parameter tinggi tanaman umur 4 dan 6 MST disajikan pada Lampiran 3 dan 4, sedangkan hasil analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 5. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 dan 6 MST. Hasil uji beda rata-rata untuk parameter tinggi tanaman disajikan pada Tabel 2.
16
Tabel 2. Hasil uji beda rata-rata tinggi tanaman umur 4 dan 6 MST. Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm) 4 MST
6 MST
8,36 a 20,43 a P0M0 9,00 ab 21,10 a P0M1 9,27 bc 21,43 a P0M2 9,93 bcd 21,90 a P0M3 10,13 cd 26,06 d P1M0 10,80 d 26,23 b P1M1 12,00 e 27,73 bc P1M2 13,83 f 28,17 bc P1M3 15,60 g 28,67 bc P2M0 15,67 g 29,30 bc P2M1 17,00 h 30,57 c P2M2 18,00 i 31,00 c P2M3 21,17 j 36,23 d P3M0 21,70 j 36,63 d P3M1 22,00 j 43,86 e P3M2 25,30 k 44,93 e P3M3 BNJ 5 % 0,91 3,91 Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%. Pada Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada umur 4 dan 6 MST dihasilkan oleh perlakuan interaksi pemberian pupuk petrobio dengan dosis 400 kg/ha dan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 600 kg/ha (P3M3) dengan rata-rata setinggi 25,30 cm dan 44,93 cm. Pada umur 4 MST perlakuan P3M3 berbeda nyata terhadap semua perlakuan lainnya, tetapi pada umur 6 MST perlakuan P3M3 tidak berbeda nyata hanya dengan perlakuan P3M2.
17
4.1.2. Jumlah Daun Data hasil pengamatan untuk parameter jumlah daun umur 4 dan 6 MST disajikan pada Lampiran 6 dan 7, sedangkan hasil analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 8. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara berpengaruh sangat nyata tehadap parameter jumlah daun umur 4 dan 6 MST. Hasil uji beda rata-rata untuk parameter jumlah daun disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji beda rata-rata jumlah daun umur 4 dan 6 MST. Perlakuan P0M0 P0M1 P0M2 P0M3 P1M0 P1M1 P1M2 P1M3 P2M0 P2M1 P2M2 P2M3 P3M0 P3M1 P3M2 P3M3
Jumlah Daun (helai) 4 MST 3,67 a 3,67 a 4,00 ab 4,67 abc 5,00 abc 5,33 abcd 5,67 bcde 5,67 bcde 5,67 bcde 6,00 cde 6,33 cde 7,00 de 6,33 cde 7,33 e 7,33 e 9,67 f
6 MST 7,33 a 7,67 a 7,67 a 8,33 ab 9,33 abc 10,00 abcd 11,67 bcde 12,33 cde 12,67 cde 12,67 cde 13,00 de 13,00 de 13,67 e 14,00 e 17,33 f 21,00 g
BNJ 5 % 1,69 3,77 Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.
Pada Tabel 3 terlihat bahwa rata-rata jumlah daun terbanyak pada umur 4 dan 6 MST dihasilkan oleh perlakuan interaksi pemberian pupuk petrobio dengan 18
dosis 400 kg/ha dan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 600 kg/ha (P3M3) dengan rata-rata sebanyak 9,67 helai dan 21,00 helai dan berbeda nyata terhadap semua perlakuan lainnya. 4.1.3. Jumlah Cabang Produktif Data hasil pengamatan untuk parameter jumlah cabang produktif disajikan pada Lampiran 8, sedangkan hasil analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 9. Hasil analasis ragam menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif. Hasil uji beda rata-rata jumlah cabang produktif disajikan pada Tabel 4.
19
Tabel 4. Hasil uji rata-rata jumlah cabang produktif. Perlakuan
Jumlah Cabang Produktif
P0M0 P0M1 P0M2 P0M3 P1M0 P1M1 P1M2 P1M3 P2M0 P2M1 P2M2 P2M3 P3M0 P3M1 P3M2 P3M3
2,00 a 2,33 ab 2,67 ab 2,67 ab 3,67 abc 3,67 abc 4,00 bcd 4,67 cde 5,00 cdef 5,33 cdef 5,33 cdef 5,67 def 6,00 ef 6,67 f 6,67 f 9,33 g
BNJ 5 % 1,85 Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%. Pada Tabel 4 terlihat bahwa rata-rata jumlah cabang terbanyak dihasilkan oleh perlakuan interaksi pemberian pupuk petrobio dengan 400 kg/ha dan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 600 kg/ha (P3M3) dengan rata-rata sebanyak 9,33 cabang dan berbeda nyata terhadap semua perlakuan lainnya. 4.1.4. Jumlah Buah dan Bobot Buah Per Tanaman Data hasil pengamatan untuk parameter jumlah buah dan bobot buah per tanaman disajikan pada Lampiran 10 dan 11, sedangkan analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 12. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara berpengaruh nyata terhadap parameter
20
jumlah buah dan berpengaruh sangat nyata terhadap parameter bobot buah per tanaman. Hasil uji beda rata-rata untuk kedua parameter tersebut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil uji beda rata-rata jumlah buah dan bobot buah per tanaman. Perlakuan P0M0 P0M1 P0M2 P0M3 P1M0 P1M1 P1M2 P1M3 P2M0 P2M1 P2M2 P2M3 P3M0 P3M1 P3M2 P3M3
Jumlah Buah 1,00 a 1,33 ab 1,67 abc 2,00 abcd 2,00 abcd 2,00 abcd 2,00 abcd 2,67 bcde 3,00 cde 3,00 cde 3,33 de 3,33 de 3,33 de 3,67 e 3,67 e 5,67 f
Bobot Buah (gram) 85,33 a 87,00 a 92,00 a 97,00 ab 98,50 abc 100,33 abc 103,53 abc 105,17 abc 126,83 bcd 128,67 cd 138,50 de 141,83 de 142,00 de 157,20 de 161,83 e 378,33 f
BNJ 5 % 1,46 31,31 Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%. Pada Tabel 5 terlihat bahwa rata-rata jumlah buah terbanyak dan bobot buah terbesar dihasilkan oleh perlakuan interaksi pemberian pupuk petrobio dengan dosis 400 kg/ha dan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 600 kg/ha (P3M3) dengan rata-rata 5,67 buah dan 378, 33 gram dan berbeda nyata terhadap semua perlakuan lainnya.
21
4.2. Pembahasan 4.2.1. Pertumbuhan Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan terhadap parameter pertumbuhan yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun, perlakuan interaksi pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, tetapi pada parameter jumlah cabang hanya berpengaruh nyata, hal ini disebabkan karena jumlah cabang lebih dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman itu sendiri, sehingga jumlah cabang yang dihasilkan pada masing – masing tanaman tidak jauh berbeda. Suprapto (2006) menambahkan bahwa sifat – sifat khusus dari tanaman lebih dipengaruhi oleh sifat keturunan (genetik) seperti jumlah cabang dan resistensi terhadap penyakit tertentu. Lebih lanjut Crawder (1988) dalam Holil Sutapradja dan Hilman (2006) mengemukakan bahwa jumlah cabang suatu tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik (varietas) dan faktor lingkungan, seperti jarak tanam, pemangkasan tanaman dan fotoperiodesitas. Meningkatnya pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman rata – rata umur 4 MST dan 6 MST (25,30 cm dan 44,93 cm), jumlah daun rata – rata umur 4 MST dan 6 MST (9,67 helai dan 21,00 helai) dan jumlah cabang (9,33 cabang) pada perlakuan interaksi P3M3 erat kaitannya dengan kandungan unsur hara yang terdapat pada kedua pupuk tersebut. Karena seperti diketahui pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara secara bersama-sama dapat memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah, seperti menambah unsur hara dalam tanah memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya menahan air serta dapat merangsang perkembangan dan aktivitas jasad renik dalam tanah. Hal ini disebabkan karema pemberian pupuk
22
petrobio dan NPK Mutiara dapat meningkatkan pH dari 3,7 menjadi 6,1 (Lampiran 12), dan meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, K, Ca dan Mg (Lingga, 2000). Peningkatan pertumbuhan vegetatif pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang produktif sangat dipengaruhi oleh adanya peranan unsur hara seperti N, P dan K. Lingga dan Marsono (2001) menjelaskan bahwa peranan nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya cabang, batang dan daun. Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk klorofil, protein dan lemak. Nitrogen juga sebagai penyusun enzim yang terdapat dalam sel, sehingga mempengaruhi pertumbuhan karbohidrat yang sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman (Lingga, 2000). Sosrosoedirdjo (2004) menambahkan bahwa karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam pembelahan sel, perpanjangan sel, pembesaran sel dan pembentukkan jaringan untuk perkembangan batang, daun dan akar. Fosfor berfungsi mengatasi pengaruh negatif dari nitrogen, memperbaiki perkembangan akar dan memperbaiki kualitas hasil. Kemudian K berfungsi dalam mengatur keseimbangan Nitrogen dan Fosfor. Rendahnya tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang pada perlakuan P0M0 dibandingkan perlakuan lainnya karena unsur hara yang tersedia dan dapat diserap oleh tanaman hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pH tanah yang hanya 3,7 (Lampiran 12), sedangkan menurut Purwati dan Khairunisa (2008) untuk mendapatkan hasil yang baik, tanaman terung memerlukan derajat keasaman (pH tanah) 5,3 – 6,0. Menurut Sutejo (1995 dalam Indriyah 2000) unsur hara makro khusunya N, P dan K merupakan unsur hara
23
yang penting bagi pertumbuhan tanaman (fase vegetatif dan generatif). Dalam fase vegetatif unsur – unsur tersebut sangat memaju dalam pertumbuhan tanaman muda dan pembentukkan organ – oragan vegetatif. Unsur nitrogen untuk pembentuk klorofil daun, penyusun protein dan karbohidrat dalam proses fotosintesis. Phospor diperlukan untuk perkembangan perakaran tanaman muda dan proses pembelahan sel – sel meristem, sedangkan untuk kalium mendukung metabolisme tubuh tanaman. Dengan demikian, peningkatan proses – proses tersebut akan meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang. 4.2.2. Hasil Terjadinya peningkatan pertumbuhan tanaman yang optimal pada fase vegetatif akan terus berlajut sampai fase generatif. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya parameter jumlah buah rata – rata sebesar 5,67 buah dan bobot buah rata – rata sebesar 378,33 gram pada perlakuan P3M3 yaitu pemberian pupuk petrobio 400 kg/ha dan NPK Mutiara sebesar 600 kg/ha. Untuk parameter jumlah buah walaupun perlakuan P3M3 menunjukkan jumlah buah terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya namun berdasarkan hasil analisis ragam hanya berpengaruh nyata, hal ini disebabkan karena bunga mengalami kerontokan sehingga buah yang dihasilkan pada setiap tanaman tidak optimal. Sutapradja (1993, dalam Riady, 2000) mengemukakan bahwa jumlah buah per tanaman yang dihasilkan sangat berhubungan dengan gugur bunga dan buah, dengan semakin banyak bunga dan buah yang gugur maka jumlah buah yang dihasilkan akan semakin berkurang. Sedangkan lebih sedikitnya
24
jumlah buah pada perlakuan P0M0 (tanpa perlakuan) diduga karena unsur hara yang diperlukan tanaman terutama phospor tidak tersedia. Peningkatan bobot buah per tanaman khususnya pada perlakuan P3M3 merupakan akibat dari kandungan unsur hara pupuk yang tinggi dan tersedia sehingga mampu diserap tanaman untuk proses metabolisme. Sehingga buah yang terbentuk mengalami perkembangan ukuran menjadi semakin besar. Jumlah buah yang banyak dengan ukuran yang besar berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan berat buah per tanaman. Sedangkan bobot buah yang lebih ringan disebabkan kurang tersedianya unsur hara K. Bila kekurangan kalium, maka buah akan tetap kecil (Rismunandar, 2000), sehingga menurangi berat buah. Walaupun pada perlakuan P3M3 respon tanaman terung baik, namun jumlah bobot buah per tanaman terung masih rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil terung varietas Mustang F1 yang seharusnya, yakni 4 kg/tanaman. Bobot buah selama dua kali panen di dapat 378,33 gram (0,378 kg/tanaman), tidak maksimalnya bobot buah diduga karena frekuensi panen yang kurang panjang, dimana hanya dilakukan dua kali panen sehingga menyebabkan masih banyak buah terung yang belum terpanen. Selain itu, diduga karena ukuran polybag yang digunakan kurang memadai dan jarang polybag yang terlalu rapat.
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Interaksi pemberian pupuk petrobio dan pupuk NPK Mutiara berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan berat buah per tanaman, sedangkan untuk jumlah cabang dan jumlah buah hanya berpengaruh nyata.
2.
Hasil tertinggi untuk parameter tinggi tanaman umur 4 dan 6 MST (25,30 cm dan 44,93 cm), jumlah daun 4 dan 6 MST (9,67 helai dan 21,00 helai), jumlah cabang (9,33 cabang), jumlah buah (5,67 buah) dan bobot buah per tanaman (378,33 gram) dihasilkan oleh perlakuan pemberian pupuk petrobio dengan dosis 400 kg/ha pupuk NPK Mutiara dengan dosis 600 kg/ha (P3M3).
5.2. Saran Dalam membudidayakan tanaman terung pada tanah gambut disarankan untuk memakai pupuk petrobio dengan dosis 400 kg/ha dan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 600 kg/ha. Karena hasil tertinggi dicapai pada kombinasi dosis tertinggi, maka sangat mungkin dosis dari kedua pupuk tersebut dinaikkan untuk penelitian lanjutan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Pupuk NPK Mutiara (16-16-16). Brosur. PT. Meroke Tetap Jaya. Indonesia. Ashari, S. 20006. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2011 – 2012. Produksi Tanaman Hortikultura. Kalimantan Tengah. Holil Sutrapraja dan Yusdar Hilman. 1994. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Tress Terhadap Petumbuhan dan Hasil Cabe Merah Kultipar Keriting. Buletin Penelitian Hortikultura. Vol. 26. No. 24. Balai Penelitian Hortikultura. Lembang. Haryadi. 2010. Pengaruh Pemberian Dolomit dan Pupuk Super Supreme Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat (lycopersicum esculentum Mill) Pada Tanah Gambut. Skripsi. Faperta UMP. Http://www.worldagroforestry.org/download/publication/PDFs/B16019.PDF. Internet. Lingga. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Muniarsih, E. 2004. Pengaruh Pemberian Kapur Dolomit dan Pupuk Organik Super Bionik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Pada Tanah Gambut. Skripsi. Faperta Unpar. Purwati dan Khairunisa. 2008. Budidaya Terung Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. Petrokimia Gresik. 2010. Brosur Pupuk Petrobio. Gresik. Jawa Timur. Rukmana, 2000. Bertanam Terung. Kanisius. Yogyakarta. 56 hal Rismunandar. 2000. Tanaman Terung. Sinar Baru Algensindo. Bandung. Riady, T. 2000. Pengaruh Pemberian Bokasi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat di Tanah Gambut Pedalaman. Skripsi. Faperta Unpar.
27
Soetasad, A. 1999. Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutedjo. 2000. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Samadi, B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. 67 hal. Sosrosoedjirdjo, 2004. Ilmu Memupuk. Jilid I. CV. Yasaguna. Jakarta. Suprapto. 2006. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia Jakarta. Sunarjono, H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. Sumitro, S.T. 2008. Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Tomat (lycopersicum esculentum Mill) Terhadap Pemangkasan dan Pemberian Pupuk Majemuk NPK Mutiara Pada Tanah Mineral. Skripsi. Faperta Unpar. Susanto. H. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam dan Pupuk Petrobio Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat Pada Tanah Gambut. Skripsi. FapertaHut UMP. Yanti, O. 2003. Respon Phospor dan Kapur Dolomit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabe Rawit. Skripsi. Faperta Unpar.
28
Lampiran 1. Bagan Percobaan P0M0 (I)
P0M1 (III)
P0M2 (II)
P0M0 (III)
P1M3 (I)
P1M1 (II)
P1M2 (II)
P1M3 (II)
P2M0 (III)
P2M1 (I)
P2M2 (I)
P2M3 (II)
P3M0 (III)
P3M1 (III)
P3M2 (I)
P3M3 (II)
P0M3 (III)
P0M1 (II)
P0M0 (II)
P0M2 (I)
P1M3 (III)
P1M2 (III)
P1M1 (I)
P1M0 (II)
P2M3 (III)
P2M2 (II)
P2M0 (I)
P2M1 (II)
P3M2 (III)
P3M3 (III)
P3M0 (II)
P1M0 (III)
P0M2 (III)
P0M3 (II)
P0M1 (I)
P0M3 (I)
P1M1 (III)
P3M1 (II)
P1M3 (I)
P1M2 (I)
P2M1 (III)
P2M0 (II)
P2M2 (III)
P2M3 (I)
P3M2 (II)
P3M0 (I)
P3M1 (I)
P3M3 (III)
Keterangan : P = Pupuk Petrobio M = Pupuk NPK Mutiara 0,1,2 dan 3 = Dosis Masing-masing Perlakuan
U
I,II dan III = Ulangan
S 29
Lampiran 2. Data Tinggi Tanaman Umur 4 MST (cm) Ulangan Perlakuan
Total
Rata-rata
I
II
III
P0M0
8,0
8,6
8,5
25,1
8,36
P0M1
9,0
9,0
9,0
27,0
9,00
P0M2
9,2
9,0
9,6
27,8
9,27
P0M3
9,8
10,0
10,0
29,8
9,93
P1M0
10,0
10,2
10,2
30,4
10,13
P1M1
10,5
10,9
11,0
32,4
10,80
P1M2
12,0
12,0
12,0
36,0
12,00
P1M3
14,0
13,0
14,5
41,5
13,83
P2M0
15,3
16,0
15,5
46,8
15,60
P2M1
15,0
16,0
16,0
47,0
15,67
P2M2
17,0
17,0
17,0
51,0
17,00
P2M3
18,0
18,0
18,0
54,0
18,00
P3M0
21,0
21,2
21,3
63,5
21,17
P3M1
21,8
21,5
21,8
65,1
21,70
P3M2
22,0
22,0
22,0
66,0
22,00
P3M3
25,3
25,6
25,0
75,9
25,30
Total
-
-
-
719,3
-
30
Lampiran 3. Data Tinggi Tanaman Umur 6 MST (cm) Ulangan Perlakuan
Total
Rata-rata
I
II
III
P0M0
20,0
21,1
20,2
61,3
20,43
P0M1
21,2
21,0
21,1
63,3
21,10
P0M2
21,2
21,1
22,0
64,3
21,43
P0M3
22,2
22,3
21,2
65,7
21,90
P1M0
24,0
27,1
27,1
78,2
26,06
P1M1
24,3
27,2
27,2
78,7
26,23
P1M2
27,0
29,2
27,0
83,2
27,73
P1M3
27,3
28,0
29,2
84,5
28,17
P2M0
30,0
29,0
27,0
86,0
28,67
P2M1
29,4
28,2
30,3
87,9
29,30
P2M2
29,4
29,3
33,0
91,7
30,57
P2M3
30,0
30,0
33,0
93,0
31,00
P3M0
35,2
38,4
35,1
108,7
36,23
P3M1
35,4
37,2
37,3
109,9
36,63
P3M2
44,0
43,4
44,2
131,6
43,86
P3M3
45,6
43,7
45,5
134,8
44,93
Total
-
-
-
1422,8
-
31
Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Tingi Tanaman Umur 4 dan 6 MST F TABEL SK
DB
JK
KT
F HIT 5%
1%
4 MST Perlakuan
15
1326,11
88,41
982,33**
1,97
2,62
P
3
1255,14
418,38
4648,67**
2,90
4,46
M
3
60,32
20,11
223,44**
2,90
4,46
PM
9
10,65
1,18
13,11**
2,19
3,01
Galat
32
2,97
0,09
-
-
Total
47
-
6 MST Perlakuan
15
2483,92
165,59
98,13**
1,97
2,62
P
3
2274,92
758,31
449,37**
2,90
4,46
M
3
116,25
38,75
22,96**
2,90
4,46
PM
9
92,75
10,31
6,11**
2,19
3,01
Galat
32
54,00
1,69
-
-
Total
47
-
Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata.
32
Lampiran 5. Data Jumlah Daun Umur 4 MST Ulangan Perlakuan
Total
Rata-rata
I
II
III
P0M0
4,0
4,0
3,0
11,0
3,67
P0M1
4,0
3,0
4,0
11,0
3,67
P0M2
4,0
4,0
4,0
12,0
4,00
P0M3
4,0
4,0
6,0
14,0
4,67
P1M0
5,0
5,0
5,0
15,0
5,00
P1M1
6,0
5,0
5,0
16,0
5,33
P1M2
6,0
5,0
6,0
17,0
5,67
P1M3
6,0
6,0
5,0
17,0
5,67
P2M0
5,0
6,0
6,0
17,0
5,67
P2M1
6,0
6,0
6,0
18,0
6,00
P2M2
6,0
6,0
7,0
19,0
6,33
P2M3
7,0
7,0
7,0
21,0
7,00
P3M0
6,0
6,0
7,0
19,0
6,33
P3M1
7,0
8,0
7,0
22,0
7,33
P3M2
7,0
7,0
8,0
22,0
7,33
P3M3
10,0
9,0
10,0
29,0
9,67
Total
-
-
-
280,0
-
33
Lampiran 6. Data Jumlah Daun Umur 6 MST Ulangan Perlakuan
Total
Rata-rata
I
II
III
P0M0
7,0
8,0
7,0
22,0
7,33
P0M1
7,0
8,0
8,0
23,0
7,67
P0M2
7,0
8,0
8,0
23,0
7,67
P0M3
8,0
9,0
8,0
25,0
8,33
P1M0
9,0
10,0
9,0
28,0
9,33
P1M1
9,0
11,0
10,0
30,0
10,00
P1M2
11,0
13,0
11,0
35,0
11,67
P1M3
11,0
12,0
14,0
37,0
12,33
P2M0
11,0
12,0
15,0
38,0
12,67
P2M1
11,0
13,0
14,0
38,0
12,67
P2M2
12,0
13,0
14,0
39,0
13,00
P2M3
12,0
12,0
15,0
39,0
13,00
P3M0
12,0
13,0
16,0
41,0
13,67
P3M1
13,0
13,0
16,0
42,0
14,00
P3M2
17,0
17,0
18,0
52,0
17,33
P3M3
21,0
21,0
21,0
63,0
21,00
Total
-
-
-
575,0
-
34
Lampiran 7. Data Jumlah Cabang Produktif Ulangan Total
Rata-rata
2,0
6,0
2,00
2,0
3,0
7,0
2,33
3,0
2,0
3,0
8,0
2,67
P0M3
3,0
3,0
2,0
8,0
2,67
P1M0
4,0
3,0
4,0
11,0
3,67
P1M1
4,0
4,0
3,0
11,0
3,67
P1M2
4,0
4,0
4,0
12,0
4,00
P1M3
4,0
4,0
6,0
14,0
4,67
P2M0
6,0
5,0
4,0
15,0
5,00
P2M1
6,0
5,0
5,0
16,0
5,33
P2M2
5,0
6,0
5,0
16,0
5,33
P2M3
6,0
6,0
5,0
17,0
5,67
P3M0
6,0
6,0
6,0
18,0
6,00
P3M1
7,0
6,0
7,0
20,0
6,67
P3M2
6,0
7,0
7,0
20,0
6,67
P3M3
10,0
9,0
9,0
28,0
9,33
Total
-
-
-
227,0
-
Perlakuan I
II
III
P0M0
2,0
2,0
P0M1
2,0
P0M2
35
Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 4 dan 6 MST dan Jumlah Cabang Prduktif F TABEL SK
DB
JK
KT
F HIT 5%
1%
4 MST Perlakuan
15
108,67
7,24
23,35**
1,97
2,62
P
3
84,83
28,27
91,19**
2,90
4,46
M
3
7,00
2,33
7,52**
2,90
4,46
PM
9
16,84
1,87
6,03**
2,19
3,01
Galat
32
10,00
0,31
-
-
Total
47
-
6 MST Perlakuan
15
609,64
40,64
26,39**
1,97
2,62
P
3
484,40
161,47
104,85**
2,90
4,46
M
3
64,23
21,41
13,90**
2,90
4,46
PM
9
61,01
6,78
4,40**
2,19
3,01
Galat
32
49,34
1,54
-
-
-
Total
47
Jlh Cabang Perlakuan
15
169,48
11,30
30,54**
1,97
2,62
P
3
146,23
48,74
131,73**
2,90
4,46
M
3
13,23
4,41
11,92**
2,90
4,46
P
9
10,02
1,11
3,00*
2,19
3,01
Galat
32
12,00
0,37
-
-
-
Total
47
Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata. = Berpengaruh nyata.
36
Lampiran 9. Data Jumlah Buah Per Tanaman Ulangan Total
Rata-rata
1,0
3,0
1,00
1,0
1,0
4,0
1,33
2,0
1,0
2,0
5,0
1,67
P0M3
2,0
2,0
2,0
6,0
2,00
P1M0
2,0
2,0
2,0
6,0
2,00
P1M1
3,0
2,0
2,0
7,0
2,33
P1M2
2,0
3,0
2,0
7,0
2,33
P1M3
3,0
2,0
3,0
8,0
2,67
P2M0
3,0
3,0
3,0
9,0
3,00
P2M1
3,0
3,0
3,0
9,0
3,00
P2M2
3,0
4,0
3,0
10,0
3,33
P2M3
4,0
3,0
3,0
10,0
3,33
P3M0
4,0
3,0
3,0
10,0
3,33
P3M1
4,0
3,0
4,0
11,0
3,67
P3M2
4,0
4,0
3,0
11,0
3,67
P3M3
5,0
6,0
6,0
17,0
5,67
Total
-
-
-
133,0
-
Perlakuan I
II
III
P0M0
1,0
1,0
P0M1
2,0
P0M2
37
Lampiran 10. Data Bobot Buah Per Tanaman (gram) Ulangan Total
Rata-rata
85,0
256,0
85,33
85,0
85,0
261,0
87,00
95,0
85,5
95,5
276,0
92,00
P0M3
95,5
95,5
100,0
291,0
97,00
P1M0
100,0
95,5
100,0
295,5
98,00
P1M1
100,5
100,0
100,5
301,0
100,33
P1M2
100,6
110,0
100,0
310,6
103,53
P1M3
110,5
100,0
105,0
315,5
105,17
P2M0
125,0
125,5
130,0
380,5
126,83
P2M1
125,5
130,0
130,5
386,0
128,67
P2M2
130,5
150,0
135,0
415,0
138,50
P2M3
155,0
135,0
135,5
425,5
141,83
P3M0
155,0
135,5
135,5
426,0
142,00
P3M1
160,6
140,5
170,5
471,6
157,20
P3M2
170,5
175,0
140,0
485,5
161,83
P3M3
350,0
390,0
395,0
1135,0
378,33
Total
-
-
-
6432,2
-
Perlakuan I
II
III
P0M0
85,0
85,5
P0M1
90,5
P0M2
38
Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam Jumlah Buah dan Bobot Buah Per Tanaman F TABEL SK
DB
JK
KT
F HIT 5%
1%
Jlh Buah Perlakuan
15
57,17
3,81
16,50**
1,97
2,62
P
3
44,23
14,74
6,41**
2,90
4,46
M
3
7,73
2,58
11,22**
2,90
4,46
PM
9
5,19
0,58
2,52*
2,19
3,01
Galat
32
7,33
0,23
-
-
Total
47
-
Bobot Buah Perlakuan
15
219302,54
14620,17
138,04**
1,97
2,62
P
3
104282,62
34760,87
331,05**
2,90
4,46
M
3
35414,31
11804,77
111,46**
2,90
4,46
PM
9
79605,61
8845,07
83,51**
2,19
3,01
Galat
32
3389,08
105,91
-
-
Total
47
-
Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata. = Berpengaruh nyata.
39
Lampiran 12. Hasil Pengukuran pH Pada Tanah Gambut Perlakuan
pH Tanah
P0M0
3,7
P0M1
4,1
P0M2
4,2
P0M3
4,6
P1M0
4,0
P1M1
4,3
P1M2
4,7
P1M3
5,0
P2M0
4,4
P2M1
4,5
P2M2
5,0
P2M3
5,5
P3M0
5,3
P3M1
4,5
P3M2
6,0
P3M3
6,1
40
Lampiran 13. Diskripsi Tanaman Terung (Solannum melongena L.) Varietas Mustang F1. Spesifikasi
Keterangan PT. Benih Citra Asia (BCA) Jember-
Asal Indonesia Golongan/Varietas Hibrida Warna terung Ungu dan Mengkilap Panjang buah ± 25 cm Diameter buah ± 5 cm Buah Daging agak berserat, renyah dan gurih Umur panen 50 – 60 hari setelah tanam Produksi 4 kg/tanaman Ketahanan terhadap penyakit Toleran terhadap penyakit layu bakteri Kesesuaian lahan Sesuai pada dataran rendah dan tinggi Daya tumbuh 85% Kemurnian 99%
41
Gambar 1. Pupuk Petrobio.
42
Gambar 2. Benih Terung Varietas Mustang F1
43
Gambar 3. Kotak Persemaian
44
Gambar 4. Tanaman Terung.
45
46
Gambar 5. Buah terung
47
48