I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting di Indonesia.
Sektor ini memegang peranan penting dalam perekonomian, seperti kontribusi terhadap peningkatan devisa negara melalui ekspor produk pertanian. Hal ini di dukung oleh tersedianya sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam yang tersedia seharusnya dapat memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia terhadap produk-produk hasil pertanian. Terdapat banyak sub sektor di bidang pertanian yang dapat dikembangkan di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan bahwa terdapat delapan sub sektor pertanian yaitu : (1) sub sektor tanaman pangan, (2) sub sektor perkebunan (hortikultura), (3) sub sektor peternakan, (4)
jasa
peternakan
dan
pertanian,
(5)
sub
sektor
kehutanan,
(6) perburuan/penangkapan dan penangkaran satwa liar, (7) sub sektor perikanan laut, dan (8) sub sektor perikanan darat. Sub sektor hortikultura seperti komoditi buah-buahan merupakan salah komoditi yang memiliki prospek cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia. Antara (2013) menyatakan bahwa dalam pembangunan ekonomi, buah-buahan mempunyai sumbangan yang tidak dapat diabaikan, karena sebenarnya banyak jenis buah-buahan yang dapat tumbuh dan berbuah baik di Indonesia. Buah-buahan merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk kebutuhan tubuh manusia. Masyarakat yang peduli terhadap kebutuhan gizi dapat menjadi target pasar yang cukup besar bagi petani penghasil
1
2
produk buah-buahan, ataupun sejumlah pedagang di pasar tradisional dan moderen yang menjual produk buah-buahan. Salah satu komuditi buah yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah buah salak. Terdapat tiga provinsi penghasil buah salak terbesar yaitu Jawa Tengah, Bali, dan Jawa Timur. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), untuk tahun 2014 produksi buah salak di tiga provinsi tersebut sebanyak 441.841 ton di Jawa Tengah, 69.271 ton di Bali, dan 66.802 ton di Jawa Timur. (BPS, 2015). Khusus di Provinsi Bali, terdapat daerah penghasil buah salak terbesar yaitu Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem. Masyarakat pada umumnya mengenal buah tersebut dengan nama buah Salak Bali. Keberadaan buah Salak Bali ditetapkan berdasarkan SK Mentan No. 585/Kpts/TP.240/7/94. Berdasarkan SK tersebut buah Salak Bali ditetapkan memiliki dua varietas yaitu varietas bali dan varietas gula pasir. Kedua varietas tersebut diminati oleh masyarakat di Bali. Dengan demikian, Desa Sibetan merupakan supplier buah salak di Bali. (BPS Provinsi Bali, 2014). Kota Denpasar dapat menjadi lokasi penerima supplier buah salak yang baik untuk Desa Sibetan karena pengeluaran makanan per kapita termasuk didalamnya buah-buahan sebesar Rp. 576.065 per bulan. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi di antara kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Bali. (BPS Provinsi Bali, 2014) Secara umum, berbagai macam buah dikonsumsi oleh rumah tangga di Kota Denpasar seperti buah apel, buah pisang, buah mangga, buah jeruk, buah anggur, buah rambutan, buah salak dan masih banyak jenis buah-buah lainnya,
3
namun di antara buah-buah tersebut, buah salak ternyata memiliki beberapa keunggulan yang lebih bagi kesehatan tubuh. Menurut Soetomo (2001), buah salak memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap, memiliki sumber serat yang baik, dan mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Buah salak juga dapat menjadi makanan diet pengganti nasi karena zat yang terkandung dalam 100 g buah salak dapat menggantikan fungsi nasi sebagai sumber karbohidrat untuk kebutuhan manusia. Selain itu, terdapat beberapa manfaat mengkonsumsi buah salak segar, antara lain menurunkan kolesterol dalam tubuh, menurunkan kadar gula dalam darah, mempertahankan kelembaban kulit, mempertahankan struktur tulang, dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (antibodi). Khusus di Kota Denpasar, buah salak tidak hanya dapat diperoleh di pasar moderen, tetapi dapat juga diperoleh di pasar tradisional. Adapun jenis-jenis buah salak yang tersedia, yaitu : (1) buah salak gondok, buah salak nenas, dan buah salak nangka yang tergolong ke dalam varietas bali, (2) buah salak gula pasir tergolong ke dalam varietas gula pasir, dan (3) buah salak pondoh merupakan buah salak asli Yogyakarta, namun pada kondisi di lapangan, masyarakat pada umumnya menyebut buah Salak Bali varietas bali dengan nama buah Salak Bali, sedangkan buah Salak Bali varietas gula pasir disebut dengan nama buah salak gula pasir. Rumah tangga dalam hal ini sebagai konsumen pada umumnya lebih dominan berbelanja di pasar tradisional karena dari segi harga lebih terjangkau dibandingkan dengan pasar moderen. Selain itu, di pasar tradisional pembeli dapat melakukan proses tawar-menawar dengan pedagang sehingga kedua belah pihak merasa puas dan tidak ada yang dirugikan.
4
Berdasarkan hasil survei ke beberapa pasar tradisional di Kota Denpasar, rumah tangga pada umumnya lebih memilih membeli buah Salak Bali daripada buah salak pondoh maupun buah salak gula pasir. Dilihat dari segi harga, buah Salak Bali dan buah salak pondoh perbedaanya tidak terlalu tinggi. Terkadang harganya sama, namun terkadang pula salah satu yang lebih mahal, tetapi yang terjadi di lapangan harga buah salak pondoh cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan buah Salak Bali varietas bali. Akan tetapi, berbeda dengan buah salak gula pasir. Buah salak gula pasir selalu lebih tinggi daripada buah Salak Bali. Harganya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari buah Salak Bali. Selain itu, buah Salak Bali memiliki rasa yang khas dan tentunya buah ini merupakan buah lokal asli Bali. Hal ini yang menjadi pertimbangan rumah tangga lebih memilih membeli buah Salak Bali. Selain itu, selera anggota rumah tangga juga merupakan salah satu pertimbangan rumah tangga lebih memilih buah Salak Bali dibandingkan dengan buah salak yang lain. Perkembangan harga buah Salak Bali di pasar tradisional tidak menentu. Terkadang harganya naik secara perlahan, terkadang naik secara drastis, dan sebaliknya. Terlihat bahwa fluktuasi harga sering terjadi di pasar tradisional. Terjadi penurunan harga dari bulan Januari ke Pebruari di tingkat grosir maupun pengecer. Namun pada bulan Pebruari sampai dengan Juni mengalami peningkatan harga secara terus menerus di tingkat grosir maupun pengecer. Melihat buah Salak Bali merupakan tanaman musiman, penurunan harga biasanya terjadi pada saat musim buah tersebut, artinya pada saat musim buah Salak Bali tiba, maka pasokan buah Salak Bali akan meningkat di pasar sehingga menyebabkan harga turun, sebaliknya apabila musim buah Salak Bali berhenti,
5
maka pasokan buah Salak Bali di pasar akan turun sehingga menyebabkan harga naik. Keadaan ini sesuai dengan teori ekonomi mikro yang menyatakan bahwa jika permintaan meningkat tetapi jumlah pasokan produk terbatas di pasar, maka harga produk akan meningkat, sebaliknya jika pemintaan menurun tetapi pasokan produk melimpah di pasar, maka harga produk tersebut akan turun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1, yaitu perkembangan harga buah Salak Bali di pasar tradisional Kota Denpasar dalam enam bulan terkhir tahun 2015. Tabel 1.1 Perkembangan Harga Buah Salak Bali dari Bulan Januari s.d. Juni Tahun 2015 Harga (Rp/kg) No Bulan Tingkat grosir Tingkat pengecer 1 Januari 10.000 13.000 2 Pebruari 6.000 9.000 3 Maret 7.000 10.000 4 April 8.000 11.000 5 Mei 15.000 18.000 6 Juni 18.000 21.000 Sumber : Dinas Pertanian Kota Denpasar (2015) Jumlah kebutuhan rumah tangga di Kota Denpasar terhadap buah Salak Bali juga tidak menentu, terkadang kebutuhan mereka menjadi sangat tinggi di atas kebutuhan biasanya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hari-hari besar keagamaan dan perilaku anggota rumah tangga. Buah Salak Bali merupakan salah satu dari sejumlah komoditi yang dimanfaatkan sebagai sarana kegiatan upacara-upacara keagamaan, sehingga hal tersebut berdampak terhadap meningkatknya harga komoditi buah Salak Bali Dalam teori ekonomi mikro, konsumen akan lebih banyak membeli produk jika harga rendah dan akan mengurangi pembelian pada harga yang tinggi. Dalam membeli suatu produk, hal yang perlu diperhatikan selain harga adalah
6
konsumen dalam menentukan jumlah dan jenis barang yang akan dibeli, pendapatan
konsumen
dan
faktor-faktor
lainnya,
termasuk
harga
barang-barang lainnya. Dilihat dari sisi pendapatan, tingkat pendapatan rumah tangga yang tinggi dapat menjadi pendukung untuk meningkatkan pembelian buah Salak Bali dan buah-buahan yang lain, dan sebaliknya pendapatan rumah tangga yang rendah cenderung mengurangi pembelian mereka terhadap buah Salak Bali dan buahbuahan yang lain. Pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi yang seimbang diperkirakan akan berdampak terhadap peningkatan konsumsi buah-buahan oleh rumah tangga khususnya konsumsi buah Salak Bali, tetapi pada kenyataanya masih banyak masyarakat yang mengira mengkonsumsi buah-buahan tidak terlalu penting. Permintaan terhadap suatu jenis buah dapat dipengaruhi oleh harga buah itu sendiri, harga buah-buahan lain, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan lain sebagainya. Sama halnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Antara dan Wirawan (2013) menyatakan bahwa fakor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah pisang ambon di Kecamatan Denpasar Selatan adalah harga buah lainnya, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan pendidikan ibu rumah tangga. Kartika (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah semangka tanpa biji di Kota Bandar Lampung secara parsial adalah harga semangka, harga apel, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. Asmidah (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jeruk manis adalah harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan. Dari penelitian-
7
penelitian tersebut, terdapat persamaan yaitu harga barang lain, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap permintaan buah-buahan khususnya Pisang Ambon, semangka, dan jeruk. Selain itu, terdapat beberapa fenomena yang dapat diamati khususnya para pedagang dan rumah tangga sebagai konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Kota Denpasar. Dari sisi pedagang, mereka menawarkan berbagai jenis komoditi buah-buahan, seperti buah apel, buah pisang, buah mangga, buah jeruk, buah anggur, buah rambutan, buah salak dan masih banyak jenis buah lainnya. Di sisi rumah tangga, mereka yang pergi ke pasar menemukan berbagai jenis komoditi buah-buahan yang dijual oleh pedagang. Keputusan masing-masing rumah tangga dalam membeli buah-buahan relatif beragam. Ada beberapa rumah tangga yang hanya memilih membeli buah Salak Bali dalam jumlah tertentu, namun ada pula rumah tangga yang membeli kombinasi berbagai jenis buahbuahan dengan membeli beberapa jenis buah yang ada di pasar termasuk didalamnya adalah buah Salak Bali. Dari uraian-uraian di atas maka menarik dikaji lebih lanjut mengenai perilaku permintaan rumah tangga terhadap berbagai jenis buah-buahan khususnya buah Salak Bali di Kota Denpasar, Provinsi Bali. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut. 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah permintaan buah Salak Bali oleh rumah tangga di Kota Denpasar, Provinsi Bali ?
8
2. Berapakah besarnya perubahan permintaan buah Salak Bali oleh rumah tangga di Kota Denpasar akibat dari perubahan harganya (elastisitas harga), perubahan harga buah lain (elastisitas silang), dan perubahan pendapatan (elastisitas pendapatan) ? 1.3
Tujuan Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan buah Salak Bali oleh rumah tangga di Kota Denpasar, Provinsi Bali. 2. Besarnya perubahan permintaan buah Salak Bali oleh rumah tangga di Kota Denpasar
akibat dari perubahan harganya
(elastisitas
harga),
perubahan harga buah lain (elastisitas silang), dan perubahan pendapatan (elastisitas pendapatan). 1.4
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut. 1. Secara teoritis, dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan bahan kepustakaan untuk peneliti lain ataupun pembaca yang ingin melakukan penelitian sejenis dengan komoditi serta lokasi yang berbeda. 2. Bagi
peneliti,
dapat
menjadi
wadah
dalam
mengaplikasikan
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah Salak Bali dan elastisitas permintaan buah Salak Bali
9
3. Memberikan tambahan informasi kepada para pedagang buah-buahan di pasar tradisional Kota Denpasar agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
permintaan buah Salak Bali oleh rumah tangga dan besarnya perubahan permintaan buah Salak Bali oleh rumah tangga akibat dari perubahan harganya (elastisitas harga), perubahan harga buah lain (elastisitas silang), dan perubahan pendapatan (elastisitas penadapatan). Buah Salak Bali yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah salak gondok, buah salak nenas, dan buah salak nangka. Pengambilan data dibatasi pada pasar yang menjadi pusat pembelian buah Salak Bali oleh rumah tangga di Kota Denpasar. Pasar-pasar yang dijadikan tempat pengambilan data adalah empat pasar tradisional yang memiliki jumlah pedagang terbanyak di masing-masing kecamatan di Kota Denpasar.