1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut 1. Usaha/Industri pariwisata ini memberikan keuntungan di berbagai pihak, antara lain masyarakat lokal, daerah bahkan negara dalam pendapatan devisanya. Keuntungan yang didapat
bagi
masyarakat
lokal
adalah penciptaan lapangan
pekerjaan,
pemberdayaan dan pengembangan kualitas individu dalam masyarakat lokal untuk dapat maju dan mandiri dalam usaha jasa pariwisata yang direncanakan penciptaannya maupun pengembangannya lebih lanjut. Salah satu pengembangan usaha swasta nasional terletak di Ambarawa. Ambarawa adalah kota kecil yang terletak di Jawa Tengah, lebih tepatnya terletak di jalur jalan raya antara Semarang dan Magelang. Usaha swasta nasional yang terdapat di Ambarawa adalah pembuatan destinasi Kampoeng Rawa yang merupakan pelopor terbentuknya Desa Wisata Bejalen. Kampoeng Rawa terbentuk dari usaha kerjasama antara beberapa anggota kelompok tani dan nelayan Rawa Pening dan anggota KSP (Koperasi Simpan Pinjam) Artha Prima 1
Via Marsono, 2010:12
2
dengan memfasilitasi dan memberdayakan petani serta nelayan di area Rawa Pening. Produk di Desa Wisata Bejalen lainnya antara lain jenang cikru, reog, wisata memancing dan sayuran genjer yang dapat dikembangkan dari Desa Wisata Bejalen. Jenang cikru merupakan makanan khas Desa Wisata Bejalen. Jenang cikru yang masih belum terkenal sebagai makanan khas Desa Wisata Bejalen
ini terbuat dari biji bunga teratai yang diambil dari Rawa Pening.
Pembuatannya masih secara tradisional oleh masyarakat lokal menjadi suatu daya tarik yang dapat dikembangkan sebagai suatu paket wisata pembelajaran bagi wisatawan. Selain itu terdapat wisata budaya yang tersedia di Desa Wisata Bejalen yaitu Reog. Reog yang dimainkan oleh penduduk lokal sekaligus dikelola secara bersama
ini
menjadi
sajian
yang
ditunggu-tunggu
apabila
wisatawan
mengunjungi Kampoeng Rawa. Kemudian terdapat juga wisata memancing di Desa Wisata Bejalen yang didukung oleh jumlah air yang melimpah merupakan faktor utama wisatawan yang hobi memancing memilih Desa Wisata Bejalen menjadi tujuan tempat untuk memancing. Kemudian teknik budidaya ikan yang sudah maju membuat jumlah ikan untuk wisata memancing tak pernah surut walaupun wisata memancing sudah semakin banyak peminiatnya di Desa Wisata Bejalen.
3
Produk yang terakhir adalah sayuran genjer, sayuran yang hidup liar di areal persawahan
sekarang sudah menjadi tanaman komoditas khas yang mahal
harganya bila dijumpai di Desa Wisata Bejalen. Tanaman genjer merupakan tanaman liar namun mengandung berbagai nutrisi untuk manfaat bagi kesehatan manusia salah satunya mengandung banyak kalsium untuk memperkuat tulang dan protein yang berguna untuk meremajakan sel – sel tubuh. Berbagai produk diatas merupakan daya tarik Desa Wisata Bejalen yang masih memiliki peluang untuk dikembangkan mengingat destinasi tersebut masih baru berdiri (tahun 2011). Pengembangan destinasi Desa Wisata Bejalen menjadi pilihan utama dan fokus penelitian mengingat kemajuan Kota Ambarawa yang merupakan kota kampung halaman, sehingga diharapkan menjadi suatu pembuktian sumbangan ilmu untuk pengembangan kota tercinta.
1.2 Rumusan Masalah Fokus masalah yang akan dibahas adalah mengenai pengembangan destinasi, pembuatan suatu perencanaan strategis yang memanfaatkan analisis SWOT sebagai pedoman pemikiran. Rumusan permasalahan yang dapat disimpulkan antara lain : a. Apa saja kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan produk Desa Wisata Bejalen ? b. Bagaimana strategi pengembangan produk Desa Wisata Bejalen?
4
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan masalah yang dapat dirumuskan berhubungan dengan rumusan diatas antara lain : a. Untuk
mengetahui
kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman
pengembangan produk Desa Wisata Bejalen. b. Untuk mengetahui strategi pengembangan produk Desa Wisata Bejalen.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dibagi menjadi 2, yaitu manfaat prakris dan manfaat teoritis. 1. Manfaat Praktis Memberikan wacana, gambaran, masukan dan evaluasi bagi masyarakat dan pengelola dalam hal pengembangan produk Desa Wisata Bejalen. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pariwisata dalam hal agrowisata dan pengembangan masyarakat. 1.5 Tinjauan Pustaka
5
Tesis A. Faidlal Rahman (2009) yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Kembang Arum” yang membahas mengenai pengembangan Desa Kembang Arum oleh pengelola dalam memberikan kesadaran dan memberdayakan masyarakat sekitar. Dalam
tesis tersebut
diketahui bahwa pada awalnya masyarakat Desa Wisata Kembang Arum tidak mengetahui adanya manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari pengembangan sumber daya dalam aspek pariwisata. Masyarakat Desa Wisata Kembang Arum mempunyai potensi yang besar berupa sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan untuk membangun suatu desa wisata namun belum mempunyai kesadaran untuk memanfaatkannya. Hal inilah yang membuat pihak pengelola melakukan kegiatan -
kegiatan sebagai upaya penyadaran dan membangun
kemandirian masyarakat, berusaha dan membangun bersama Desa Wisata Kembang Arum. Jurnal I Wayan Pantiyasa (2013) yang berjudul “Strategi Pengembangan Potensi Desa Menjadi Desa Wisata Di Kabupaten Tabanan (Studi Kasus Desa Tegal Linggah, Penebal, Tabanan)” dalam Jurnal Ilmiah Hospitality Management, membahas mengenai pengembangan potensi desa di Kabupaten Tabunan melalui analisis potensi. Selain analisis wisata, perlu dianalisis tentang sikap masyarakat dalam rencana pengembangan serta analisis SWOT sebagai pedoman strategi pengembangan Desa Tegal Linggah. 1.6 Landasan Teori
6
1.6.1 Daya Tarik Wisata Daya tarik suatu destinasi merupakan faktor yang paling penting dalam rangka mengundang wisatawan untuk mengunjunginya. Agar suatu destinasi dapat menarik wisatawan untuk mengunjunginya, paling tidak harus memenuhi tiga syarat utama (Yoeti, 1987 via Sunaryo, 2013:28), yaitu : a. Destinasi tersebut harus mempunyai apa yang disebut dengan “Something to see”. Maksudnya, destinasi tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang bisa dilihat oleh wisatawan, disamping itu juga harus mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai “entertaiments” bila orang datang untuk mengunjunginya. b. Selanjutnya destinasi tersebut juga harus mempunyai “Something to do”. Selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus juga disediakan beberapa fasilitas rekreasi atau amusements dan tempat atau wahana yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk beraktivitas seperti olahraga, kesenian maupun kegiatan yang lain yang dapat membuat wisatawan menjadi betah tinggal lebih lama. c. Kemudian destinasi itu juga harus mempunyai “Something to buy”. Di tempat tersebut harus tersedia barang-barang cinderamata (souvenir) seperti halnya kerajinan rakyat setempat yang bisa
7
dibeli wisatawan sebagai oleh – oleh untuk dibawa pulang ke tempat asli masing – masing.
1.6.2 Desa Wisata Village tourism, where small groups of tourists stay in or near traditional, often remote villages and learn abaout villagelife and the local environment (Inskeep, 1991:166) Desa Wisata adalah pengembangan suatu wilayah desa yang pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada tetapi lebih cenderung kepada penggalian potensi desa dengan memanfaatkan kemampuan unsur – unsur yang ada dalam desa (mewakili dan dioperasikan oleh penduduk desa) yang berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala kecil menjadi rangkaian aktivitas pariwisata, serta mampu menyediakan dan memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata baik aspek daya tarik maupun sebagai fasilitas pendukungnya (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, 2007:7) 1.6.3 Komponen Perencanaan Destinasi Berbagai elemen dasar yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengembangan sebuah destinasi pariwisata, paling tidak akan mencakup
8
aspek – aspek (Carter dan Fabricius(UNWTO), 2007 via Sunaryo, 2013 :172), yaitu : a. Pengembangan Atraksi dan Daya Tarik Wisata Atraksi merupakan daya tarik yang akan melahirkan motivasi dan keinginan bagi wisatawan untuk mengunjungi destinasi tadi. b. Pengembangan Amenitas dan Akomodasi Wisata Pada hakekatnya amenitas adalah merupakan fasilitas dasar seperti utilitas, jalan raya, transportasi, akomodasi, pusat informasi pariwisata dan pusat perbelanjaan yang kesemuanya perlu disediakan untuk membuat wisatawan yang berkunjung ke destinasi merasa nyaman dan senang. c. Pengembangan Aksesbilitas Yang dimaksud dengan aksesbilitas wisata dalam hal ini adalah segenap sarana yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait. d. Pengembangan Image (Citra Wisata) Pencitraan (image building) sebuah destinasi merupakan bagian dari Positioning, yaitu kegiatan untuk membangun citra atau image dibenak pasar (wisatawan) melalui desain terpadu
9
antara aspek : kualitas produk, komunikasi pemasaran, kebijakan harga, dan saluran pemasaran yang tepat dan konsisten dengan citra atau image yang ingin dibangun serta ekspresi yang tampak dari sebuah produk. 1.6.4 CBT ( Community Based Tourism ) Pada hakekatnya pembangunan kepariwisataan tidak lepas dari sumber daya dan keunikan komunitas lokal, baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi dan budaya), yang merupakan unsur penggerak utama kegiatan wisata itu sendiri sehingga semestinya kepariwisataan harus dipandang sebagai “kegiatan yang berbasis pada komunitas setempat” (Murphy, 1998 via Sunaryo, 2013:138) CBT pada hakekatnya merupakan salah satu pendekatan dalam pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal, baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak, dalam bentuk pemberian akses pada manajemen dan sistem pembangunan kepariwisataan yang berujung pada pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis,
termasuk
dalam
pembagian
keuntungan
dari
kegiatan
kepariwisataan secara lebih adil bagi masyarakat local (Hausler, 2007 via Sunaryo, 2013:139)
10
Menurut Suansri (Suansri, 2003, via Baskoro dan Rukendi, 2008 : 44) ada beberapa prinsip dari community based tourism yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut : 1. Mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam pariwisata (community ownership of tourism). 2. Melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan pariwisata dalam berbagai aspeknya, 3. Mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas bersangkutan. 4. Meningkatkan kualitas kehidupan. 5. Menjamin keberlanjutan lingkungan. 6. Melindungi ciri khas (keunikan) dan budaya masyarakat lokal. 7. Mengembangkan pembelajaran lintas budaya. 8. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia. 9. Mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara proposional kepada anggota masyarakat. 10. Memberikan kontribusi dengan persentase tertentu dari pendapatan yang diperoleh untuk proyek pengembangan masyarakat. 11. Menonjolkan keaslian (authenticity) hubungan masyarakat dengan lingkungannya.
1.7 Metode Penelitian
11
Metode penelitian menggunakan metode Kualitatif Deskriptif. Analisis data kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Selanjutnya memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi – dimensi uraian (Moleong, 2000 via Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:150). 1.7.1 Jenis Data Dalam metode penelitian ini, penulis membedakan data penelitian menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. a. Data primer, atau data tangan pertama, adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran dan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. b. Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:82).
1.7.2 Metode Pengumpulan Data a. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara
lisan.
Tanpa
wawancara
penelitian
akan
kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya
12
langsung kepada responden (Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:64). Data yang diperoleh dalam wawancara meliputi: potensi di Desa
Wisata
Bejalen;
sejarah,
perkembangan
dan
rencana
pengembangan Kampoeng Rawa; pengelolaan dan pengaturan reog; pemasaran sayuran genjer dan jenang cikru; dan perkembangan wisata memancing di Desa Wisata Bejalen. Wawancara dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih 2 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai bulan Desember. b. Observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki (Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:52). Data yang diperoleh dalam observasi meliputi: pemandangan alam, amenitas dan aksesbilitas di Kampoeng Rawa. c. Studi pustaka dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, membaca dan menggunakan teori atau bahan sebagai pedoman pemikiran yang ada di buku, jurnal, skripsi, dan web yang berkaitan dengan judul penelitian. Data yang diperoleh dalam studi pustaka antara lain tentang analisis komponen perencanaan destinasi, CBT, SWOT dan strategi pengembangan desa wisata. 1.7.3 Metode Analisis Data
13
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal, yang berupa peluang dan ancaman, dengan faktor internal, yang berupa kekuatan dan kelemahan, sehingga dari hasil analisisnya dapat diambil suatu keputusan strategis bagi perusahaan atau dianggap perusahaan (Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:150). Alat yang digunakan untuk menyusun faktor – faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategi (Rangkuti, 2002:31). Alternatif strategi yang dapat diciptakan melalui matrik SWOT antara lain (Rangkuti, 2002:31) : 1. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya. 2. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki suatu perusahaan untuk mengatasi ancaman.
14
3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan
kelemahan
yang
ada
serta
menghindari ancaman. Tabel 1.1 Matrik SWOT IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) Tentukan 5 – 10 Tentukan 5 – 10 faktor – faktor faktor – faktor EFAS kekuatan internal kelemahan internal OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang Tentukan 5 – 10 Faktor peluang menggunakan kekuatan meminimalkan untuk memanfaatkan kelemahan untuk eksternal peluang memanfaatkan peluang THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang Tentukan 5 – 10 Faktor peluang menggunakan kekuatan meminimalkan untuk mengatasi kelemahan dan eksternal ancaman menghindari ancaman (Sumber : Rangkuti, 2002:31) 1.8 Sistematika Penulisan BAB I :
Bab I adalah pendahuluan skripsi yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian.
15
BAB II : Bab II berjudul Produk Desa Wisata Bejalen Ambarawa yang memuat profil Desa Wisata Bejalen dan produk Desa Wisata Bejalen. Potensi yang terdapat di Desa Wisata Bejalen antara lain Kampoeng Rawa, reog, sayuran genjer, jenang cikru dan wisata memancing. BAB III : Bab III berjudul Strategi Pengembangan Produk Desa Wisata Bejalen Ambarawa yang memuat beberapa strategi pengembangan dengan menggunakan analisis SWOT sebagai bahan untuk pembuatan strategi pengembangan produk. BAB IV : Bab penutup memuat kesimpulan dan saran yang berguna bagi pengembangan Desa Wisata Bejalen.