1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang dalam hidup bermasyarakat harus mempunyai kesediaan untuk hidup dengan orang lain yang memiliki persamaan sekaligus perbedaan dengan dirinya. Di antara anggota masyarakat mungkin saja memiliki kesamaan tertentu antara lain seperti tingkat pendidikan, suku, agama, dan lain sebagainya. Disisi lain terdapat pula perbedaan-perbedaan yang dimiliki diantara sesama warga masyarakat.
Persamaan serta perbedaan yang dimiliki oleh setiap manusia akan menimbulkan sikap untuk saling menghargai. Untuk mengembangkan sikap saling menghargai tidak mudah, karena manusia cenderung menonjolkan perbedaan yang dimiliki setiap individu dengan individu lainnya atas dasar pengamatan sepintas saja. Perbedaan-perbedaan tersebut sering kali dipergunakan untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih baik, lebih unggul, dan lebih berharga dari orang lain. Sesungguhnya manusia mempunyai derajat yang sama dimata tuhan, karena semua manusia diciptakan dan diberikan hak asasi yang sama. Oleh karena itu, sering kali merendahnya seseorang dikarenakan perbedaan status sosial, pangkat, atau kekayaan dan lain
2
sebagainya yang sebenarnya bertentangan dengan harkat dan martabat sebagai manusia.
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki akan menimbulkan kesalahpahaman, akan tetapi apabila kita sadar akan kebahagiaan dan keharmonisan maka kita harus saling menghormati antara satu dengan yang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan muncul keanekaragaman perbedaan, seperti perbedaan tingkat kepandaian, perbedaan suku, dan perbedaan agama. Dalam situasi seperti ini diperlukan kesadaran bertoleransi yang tinggi untuk saling menghargai guna menciptakan kehidupan yang tentram dan damai.
Sikap menghargai merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang. Menghargai itu sendiri memiliki arti memberi, harga, menafsir harganya, menilai, menghormati, mengindahkan, memandang penting. Sedangkan menghargai orang lain berarti menghargai dan mengindahkan hak asasi dirinya sendiri dan hak asasi orang lain. Hak asasi merupakan hak yang bersifat kodrati, artinya hak tersebut dimiliki oleh setiap orang bukan karena pemberian dari pihak lain melainkan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Landasan hak asasi manusia adalah kodrat manusia sebagai manusia dan Tuhan yang menciptakan kodrat manusia. Sikap menghargai bukan hanya ada pada lingkungan masyarakat tetapi juga pada lingkungan sekolah.
Penerapan sikap menghargai tersirat dalam pancasila, terutama di sila kedua yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab. Menurut Kansil
3
(1990:xi), sila kedua mengandung nilai-nilai yang mencerminkan sikap menghargai, yaitu: a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. b. Saling mencintai sesama manusia. c. Mengembangkan sikap tenggang rasa. d. Tidak semena-mena terhadap orang lain. e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. f. Berani membela kebenaran dan keadilan. g. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Makna sikap saling menghargai yaitu sikap toleransi sesama umat manusia, menerima perbedaan antara setiap manusia sebagai hal yang wajar, dan tidak melanggar hak asasi manusia lain. Sikap ini adalah sikap damai, dimana seseorang menganggap keberadaan orang lain sebagai bagian dari lingkungan, sama seperti dirinya. tidak saling bermusuhan atau merugikan antar sesama manusia. tidak membeda-bedakan warna kulit (ras), tidak menganggap bahwa dirinya adalah manusia yang paling hebat dibandingkan manusia lain dan tidak menganggap manusia lain itu lebih rendah dari dirinya.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan harus diutamakan, maka orang tua disini berkewajiban dan bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan pada lembaga pertama ini diarahkan kepada: a. Memelihara keutuhan dan keselamatan anggota keluarga
4
b. Menyiapkan anak atau anggota keluarga untuk menempuh dunia dewasanya agar ia dapat berdiri sendiri serta mempunyai rasa tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri, maupun keluarganya.
Pembinaan ini dilanjutkan dengan pendidikan formal, seperti sekolah, madrasah atau lembaga pendidikan lainnya. Dimana pihak sekolah memberikan pemahaman dan pengaruh tentang sikap saling menghargai kepada siswa melalui pembelajaran serta budaya disekolah. Begitu juga yang dilakukan di SMA N 15 Bandar Lampung.
Pada siswa di SMA N 15 Bandar Lampung pemahaman sikap saling menghargai merupakan salah satu dasar yang harus dimiliki dalam menjalin suatu interaksi dengan sesama. Karena menghargai merupakan suatu sikap untuk
saling menghormati hak asasi yang dimiliki oleh setiap orang.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat aspek sikap saling menghargai yang di amati, sebagaimana pada tabel berikut ini:
Tabel 1.Hasil Observasi Mengenai Sikap Saling Menghargai Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. No.
Aspek sikap yang di amati Menghargai
1. 2. 3. 4. 5.
Mendengarkan pendapat orang lain Menghargai adanya perbedaan Menghormati orang yang lebih tua ( guru/ kakak kelas) Tidak menyinggung perasaan orang lain Tidak memilih-milih dalam berteman atau bergaul
Ukuran Kurang Menghargai
Tidak Menghargai √
√ √ √ √
Sumber: Hasil Observasi di SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 Senin, 13 Februari 2012
5
Pada aspek sikap mendengarkan pendapat orang lain siswa tidak menunjukkan sikap menghargai, misalnya pada saat berdiskusi siswa tidak mau mendengarkan pendapat temannya. Sedangkan pada aspek sikap menghormati orang yang lebih tua masih ada siswa yang kurang menghargai guru ataupun kakak kelasnya. Kemudian pada aspek tidak menyinggung perasaan orang lain dirasakan masih kurang karena masih ada siswa yang menyinggung perasaan orang lain. Pada aspek tidak memilih-milih berteman atau bergaul dirasakan masih kurang karena siswa masih memilih-milih teman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan siswa yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang terdapat dari dalam pribadi siswa itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar pribadi siswa itu sendiri. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang terdapat dari luar pribadi siswa. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.
Faktor pemahaman siswa terhadap sikap saling menghargai baik secara fakta maupun secara konstitusional, hal ini tentunya berkaitan dengan kemauan siswa untuk menghargai orang lain. Berdasarkan observasi, penulis beraggapan bahwa semakin baik tingkat pemahaman siswa terhadap sikap toleransi maka akan semakin positif sikap yang berkembang dalam pribadi siswa terhadap sikap saling menghargai.
6
Faktor lain yang diduga turut mempengaruhi kurangnya sikap saling menghargai siswa adalah faktor pembinaan pribadi siswa yang kurang, baik pembinaan dari orang tua/keluarga, masyarakat (lingkungan/ teman sebaya) maupun para guru di sekolah. Peneliti berkeyakinan bahwa semakin baik pembinaan yang dilakukan oleh orang tua, lingkungan/ teman sebaya, dan guru di sekolah maka akan semakin tumbuh dan berkembang sikap saling menghargai siswa. Kemudian, faktor lain yang diduga turut mempengaruhi dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah faktor pembentukan sikap saling menghargai siswa di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara tak berstruktur dengan guru mata pelajaran BK di SMA N 15, orang tua yang kurang memperhatikan anaknya dan tidak menanamkan sikap menghargai dapat berpengaruh dalam pembentukan sikap menghargai pada siswa tersebut. Sedangkan pengaruh masyarakat ataupun teman sebaya yang masih belum mewujudkan pembentukan sikap menghargai pada siswa, contohnya tidak menghargai pendapat orang lain dan cenderung memaksakan kehendak pada saat rapat ditingkat RT. Sedangkan berdasarkan observasi, peneliti beranggapan bahwa yang mempengaruhi pembentukan sikap saling menghargai yaitu pengaruh lingkungan sekolah dalam pembudayaan sikap menghargai pada siswa.
Penjelasan di atas menunjukan bahwa, faktor intern dan ektern sangat mempengaruhi dalam tumbuh kembangnya inflementasi yang merupakan penyebab kurangnya kesadaran siswa terhadap sikap menghargai dan menghormati orang lain. Untuk itu perlunya kesadaran siswa untuk
7
menghargai dan menghormati orang yang lebih tua, menanamkan sikap toleransi didalam diri siswa, menghagai hak asasi orang lain, tidak membedabedakan teman, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan belajar siswa SMAN 15 Bandar Lampung Tahun 2011-2012. Faktor-faktornya adalah sebagai berikut : a. Faktor Intern : a. Pemahaman b. Faktor Ekstern : a. Lingkungan keluarga b. Lingkungan masyarakat c. Lingkungan sekolah
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman siswa mengenai sikap saling menghargai. 2. Kurangnya peranan orang tua terhadap pembentukan sikap menghargai pada siswa. 3. Kurangnya
peranan
lingkungan
masyarakat
yang masih
belum
mewujudkan pembentukan sikap menghargai pada siswa. 4. Pengaruh lingkungan sekolah dalam pembudayaan sikap menghargai pada siswa.
8
C. Pembatasan Masalah Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan belajar siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012.
D. Perumusan Masalah Berdasakan latar belakang, identifikasi,dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah, Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan belajar siswa SMA N 15 Bandar Lampung?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan belajar siswa SMA N 15 Bandar Lampung.
2.
Kegunaan Penelitian a. Kegunaan teoritis Penelitian ini
secara teoritis mengembangkan konsep ilmu
pendidikan khususnya pendidian kewarganegaraan kajian PKn sebagai pendidikan nilai moral Pancasila.
9
b. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan kepada semua lembaga pendidikan, khususnya pada lembaga pendidikan SMA N 15 Bandar Lampung agar dapat menumbuh kembangkan sikap saling menghargai terhadap lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, pergaulan dan masyarakat.
F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang sikap saling menghargai.
2. Ruang Lingkup Objek Ruang lingkup objek penelitian ini adalah sikap saling menghargai yang dianalisis berpengaruhnya dengan lingkungan siswa.
3. Ruang Lingkup Subjek Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012.
4. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini berada di SMA N 15 yang berada di Jalan Turi Raya Labuhan Dalam Kec. Tanjung Senang Bandar Lampung.
10
5. Ruang Lingkup Waktu Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeleluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang langsung dimandatkan kepada kepala Sekolah SMA N 15 Bandar Lampung 2011-2012, pada tanggal 08 Februari 2012 dengan nomor 1020/UN26/3/PL/2012 sampai dengan selasainya penelitian ini.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TEORITIS
1. Tinjauan Umum Tentang Sikap Mendefinisikan pengertian sikap, banyak bermunculan perbedaanperbedaan diantara para ahli. Hal itu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda diantara mereka tentang sikap. Sikap merupakan suatu hal untuk membangun psikologi. Membangun itu sendiri adalah cara-cara menkonseptualisasikan unsur-unsur yang tidak mudah dipahami oleh suatu ilmu tertentu. Dalam konsep sikap itu sendiri telah melahirkan banyak definisi-definisi dari para ahli sosial.
Sikap pada dasarnya merupakan bagian dari tingkah laku manusia, yaitu sebagai gejala atau kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperolehnya kesimpulah bahwa sikap seseorang sangat penting sekali. Sikap dapat memberikan arah kepada tingkah laku
seseorang untuk
menyenangi dan menyukai sesuatu atau sebaliknya.
Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial. Pembahasan mengenai psikologi (sosial) hampir selalu menyertakan
12
unsur sikap baik sikap individu maupun sikap kelompok sebagai salah satu bagian pembahasannya. Sikap berkaitan dengan motif yang mendasari tingkah laku seseorang yang dapat pula diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah mengetahui sikapnya. Louis Thurstone dalam Kartawidjaja (1996: 3-4), mendifinisikan ―sikap adalah jumlah seluruh kecendrungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal khusus‖. Sikap merupakan pengaruh atau penolakan, penilaian, suka atau tidak suka, serta kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis. Definisi sikap termasuk kedalam referensi perilaku atau tendensi atau ―set‖ untuk menjawab atau berperilaku adalam cara tertentu. Trow dalam Djaali (2008: 114), mendefinisikan ―sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat‖. Sedangkan Allport dalam Djaali (2008: 114), mengemukakan bahwa ―sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melali pengalaman dan memberikan pengaruh lansung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Petty Cocopio dalam Azwar (2000: 6), ‖Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. Sikap dapat diterjemahkan sebagai sikap kesediaan beraksi terhadap
13
suatu objek‖. Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar, 2000: 23): 1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. 2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. 3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Pentingnya
aspek
sikap
mendorong
para
psikologis
untuk
mengembangkan teknik dan instrument untuk mengukur sikap manusia. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diteliti.
Dari definisi-definisi sikap diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak dan bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berhubungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek.
1.1 Ciri-Ciri Sikap Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Menurut Gerungan (2004: 163) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut:
14
1. Attitude tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu, dalam hubungannya dengan objeknya. 2. Attitude dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang. 3. Attitude itu tidak berdiri sendiri, melainkan mempunyai hubungan tertentu terhadap objek. Dengan kata lain, attitude itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4. Attitude dapat berkenaan dengan suatu objek saja, juga berkenaan dengan sederetan objek serupa. 5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecapakan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
1.2 Pengukuran sikap Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku adalah masalah pengungkapan dan pengukuran. Ada beberapa metode pengukuran sikap antara lain dengan observasi prilaku, pertanyaan langsung, pengungkapan langsung, dan skala sikap.
Pengungkapan sikap dalam bentuk self report merupakan metode yang dianggap paling baik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu dan disebut sebagai skala sikap.
Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Respon subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataannya dapat berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurannya dan responden. Walaupun
15
responden dapat mengetahui bahwa skala tersebut bertujuan mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung ini biasanya sama dan mempunyai sifat proyektif. Respon individu terhadap stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap yang berupa jawaban setuju atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respon tampak yang dapat diamati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang merupakan bukti satu-satunya yang diperoleh dan itulah yang menjadi dasar untuk menyimpulkan sikap seseorang.
2. Tinjauan Tentang Sikap Menghargai Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai perbedaan. Sebagai masyarakat yang majemuk, masing-masing anggota masyarakat dituntut untuk dapat hidup dengan orang lain yang memiliki perbedaan tersebut. Perbedaan yang ada didalam masyarakat hendaknya dipandang sebagai rahmat Tuhan yang harus disyukuri. Perbedaan yang ada pada diri kita maupun orang lain dapat dimanfaatkan untuk menyempurnakan diri. Hal semacam ini hanya mungkin terjadi apabila tiap-tipa manusia memiliki sikap saling menghargai satu sama lain. Emory Bogardus dalam Kartawidjaja (1989: 4), ―sikap adalah suatu kecenderungan bertindak kearah atau menolak suatu faktor lingkungan‖. Secara
etimologi
menghargai
membumbuhi) harga,
berarti
menaksir harganya,
memberi
(menemukan,
menilai menghormati,
mengindahkan, memandang penting (bermanfaat, berguna). Menghargai
16
orang lain berarti menghargai dan mengindahkan hak asasi diri sendiri dan hak asasi orang lain. Dapat disimpulkan bahwa sikap menghargai adalah kecendrungan seseorang untuk bereaksi dalam menghormati atau memandang penting orang lain.
2.1 Toleransi Toleransi secara etimologi berasal dari kata latin, yaitu tolerare, yang artinya menahan diri, bersikap sadar, membiarkan orang lain berpendapat lain, berhati lapang terhadap orang-orang yang beraliran lain. Ralph Linton dalam Kartawidjaja (1989: 4), mengemukakan bahwa ―suatu sikap dapat ditetapkan sebagai jawaban diam-diam rahasia yang dinyatakan dengan suatu nilai‖. Sikap toleran berarti mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya. Menurut Max I Dimon dalam Amin dalam Vohaire (2008: 221) ―toleransi adalah pengakuan masyarakat yang majemuk, yang mengakui perdamaian‖.
Pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam kontekssosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
17
Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi ―kelompok‖ yang lebih luas , misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masingmasing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah sikap sadar dimana seseorang menghargai dan menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan serta menghargai dan menghormati hak-hak setiap orang.
18
2.1.1 Macam-macam Sikap Toleransi Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu sebagai berikut: a. Negatif: isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa. b. Positif: isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai. c. Ekumenis: isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena didalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk dapat memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.
Toleransi sejati didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani dan keyakinan serta keikhlasan sesame apa pun agama, suku, golongan, ideology, atau pandangannya. Seorang yang toleran berarti mengadakan wawancara atau berdialog dengan sikap terbuka untuk mencari pengertian dan kebenaran dalam pengalaman orang lain, untuk memperkaya pengalaman sendiri dengan tidak mengorbankan prinsip-prinsip yang diyakini.
2.1.2 Manfaat Toleransi Toleransi sangat bermanfaat bagi kelayakan diri, kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Adapun manfaatnya sebagai beriku:
19
a. Manfaat bagi kelayakan diri 1. Martabat dan hak asasi manusia dihormati. 2. Kebebasan memilih agama dan beribadah dihargai. 3. Ada ketenangan batin b. Manfaat bagi kehidupan bermasyarakat 1. Kerukunan hidup beragama tercipta 2. Kerjasama dalam masyarakat terbina 3. Hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang tercipta c. Manfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan
bernegara. 1. Persatuan dan kesatuan bangsa tercapai 2. Landasan spiritual, moral, dan etnik bagi pembangunan nasional diperkuat 3. Pembangunan dapat berjalan lancar
Dalam kehidupan beragama, toleransi berarti sikap meyakini kebenaran agama yang kita anut, seraya menghargai dan menghomati orang lain untuk meyakini kebenaran agamanya, disertai kesediaan untuk melakukan komunikasi dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat dengan kemajemukan agama, sikap toleransi menjadi kunci keberhasilan pembinaan kehidupan berbangsa dan beragama. Kegagalan dalam membina kerukunan antar umat beragama dapat mengakibatkan terpecahnya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita harus berusaha
20
untuk menumbuhkan toleransi antar umat beragama demi mewujudkan kerukunan antar umat beragama.
Dalam aspek budaya, toleransi berarti kebanggan terhadap budaya daerah disertai kesediaan untuk mengakui adanya budaya lain. Sikap toleransi terlihat pada saat Sumpah Pemuda 1928 diikrarkan, dimana bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sikap ini menunjukkan kemampuan setiap suku bangsa untuk mengikatkan diri sebagai satu kesatuan bangsa dengan menjauhkan diri dari kepentingan suku.
2.2 Menghargai Pendapat Menghargai perbedaan-perbedaan setiap manusia terutama untuk dapat menghargai pendapat orang lain diperlukan dalam mencapai kehidupan bersama yang damai. Menghargai orang lain berarti menghormati dan mengindahkan hak asasi sendiri. Mengalahkan ego pribadi
merupakan
sikap
dimana
membelajarkan
diri
untuk
membudayakan sikap toleran terhadap pendapat orang lain.
Pentingnya menjalankan hidup penuh toleransi ditengah-tengah kemajemukan, serta mau mendengar dan menerima pendapat orang lain, lalu mempertimbangkannya secara cermat. Manakala pendapat orang itu lebih tepat, benar, dan mendasar, sementara pendapat kita sendiri tidak demikian, maka hendaklah mengakui dan menerimanya dengan lapang dada, apa lagi pendapat tersebut didukung dengan fakta dan bukti yang kuat, sehingga tidak ada alasannya bagi kita untuk
21
tidak menerima argumentasi tersebut, disinilah dibutuhkan kebesaran hati untuk menerima pendapat orang lain.
2.3 Saling Menghormati Indonesia adalah bangsa yang majemuk, kemajemukan tersebut tercermin antara lain dari suku, agama, kepercayaan, ras, kelompok politik, dan budaya yang ada di Indonesia. Dari segi agama, warga Negara Indonesia ada yang menganut agama Islam, Krinten, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Dalam pergaulan, agama memang berperan penting.
Dimensi-dimensi
yang
perkembangannya
terutama
ditekankan oleh agama dapat dilihat oleh bidang rohaninya, sikap moral, dan tanggung jawab, serta mentalitas dan budaya.
Kualitas agama seseorang selain ditentukan oleh ketebalan keimanan dan ketakwaan yang bersangkutan, juga bergantung pada pembinaan yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Mengingat pentingnya sikap saling menghormati antar umat beragama, maka sikap tersebut harus ditumbuh-kembangkan secara dini. Sikap saling menghormati merupakan sendi utama bagi kerjasama antarsesama warga yang berbeda agama. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan oleh umat secara individu maupun secara kelembagaan melalui berbagai lembaga keagamaan.
Lembaga keagamaan adalah organisasi yang dibentuk oleh umat beragama dengan maksud untuk memajukan kepentingan keagamaan umat
yang
bersangkutan
didalam
kehidupan
bermasyarakat,
22
berbangsa, dan bernegara. Peran dari lemabaga keagamaan itu sendiri yang paling utama diarahkan untuk kehidupan umat masing-masing. Walaupun demikian lembaga keagamaan juga memiliki peran yang terkait dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sikap saling menghormati adalah prinsip moral dalam kehidupan bersama, yang menuntut agar setiap orang bersedia menunjukkan sikap hormat kepada orang lain dalam berbicara maupun membawa diri, sesuai dengan tata kkrama yang berlaku, agar kelangsungan tatanan sosial terjamin. Saling menghormati menurut Zuriah (2007: 70) adalah ―sikap dan perilaku untuk menghargai dalam hubungan antar individu dan kelompok berdasarkan norma dan tata cara yang berlaku‖.
Dari definisi tentang sikap saling menghormati, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap Saling menghormati adalah prinsip moral seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut dirinya untuk bersedia menunjukkan sikap hormat kepada orang lain.
2.4 Tenggang Rasa Hidup bersama dalam masyarakat selalui diwarnai oleh sikap saling mempengaruhi satu sama lain. Masalah akan muncul apabila orang tidak mau membedakan antara pengaruh yang baik dan yang buruk. Oleh sebab itu kita perlu memiliki sikap selektif. Sikap selektif berarti kesediaan untuk terbuka untuk hal baru, sekaligus waspada terhadap
23
kemungkinan dampak yang negatif. Sikap selektif erat kaitannya dengan sikap tenggang rasa.
Tenggang rasa artinya kesediaan untuk menghargai dan memahami pendirian, sikap dan tindakan orang lain yang mungkin saja berbeda dengan pendirian, sikap, dan tindakan kita. Menurut Ahmadi (2000: 34), menjelaskan bahwa ―Tenggang rasa adalah seseorang yang selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari‖.
Didalam tenggang rasa ada kesediaan untuk menghargai dan memahami secara kritis pendapat, sikap dan tindakan orang lain. Meskipun kita tidak setuju dengan pendapat, sikap, dan tindakan seseorang, tetapi kita harus tetap menghormatinya. Apabila pendirian tersebut harus ditolak, kita hendaknya menolak dengan sopan. Sikap semakin itu semakin relevan oleh tuntukan zaman, karena zaman sekarang diwarnai oleh perjumpaan berbagai manusia dan berbagai budaya. Dizaman sekarang, kita dapat melihat keanekaragaman pola hidup dengan segala dampak posif dan negatifnya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tenggang rasa adalah perwujudan sikap seseorang untuk menghargai pendirian serta tindakan orang lain yang mungkin berbeda dengan pendirian dan tindakannya.
24
3. Pembentukan dan Perubahan Sikap Pembentukan memiliki arti suatu proses, cara membentuk, mewujudkan sesuatu, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh seseorang melalui pendidikan, baik di dalam keluarga, masayarakat, maupun sekolah dalam rangka mewujudkan kepribadian anak.
Sikap ditimbulkan oleh stimulus yang dipengaruhi oleh rangsangan baik dari lingkungan sosial maupun kebudayaan, misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak selamanya tetap, karena seseorang dapat berkembang apabila mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun luar yang bersifat positif dan mengesankan. Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya.
3.1 Faktor-faktor Pembentukan Sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta serta faktor emosi dari dalam individu.
Apa yang ada dan telah dialami seseorang ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan
seseorang
terhadap
stimulus.
Tanggapan akan menjadi salah satu terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan
dan
penghayatan,
seseorang
harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
25
Orang lain di sekitar kita merupakan komponen yang ikut mempengaruhi
sikap.
Pada
umumnya
individu
cenderung
mempunyai sikap yang kompromis atau searah dengan sikap yang dianggap penting. Kecendrungan ini dimotifasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.
Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap individi mempunyai pola dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat penguatan dari perilaku tersebut.
Media massa sebagai sarana komunikasi yang berupa televise, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
kepercataan
dan
opini
seseorang.
Dalam
menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti dan tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adapun informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan baru bagi terbentuknya sikap terhadap landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tersebut.
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
26
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseoarang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalihan bentuk pertahanan ego.
3.2 Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sikap 1. Faktor intern, yaitu faktor dari dalam diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya. 2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. 3. Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional. 4. Kebudayaan Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan.
27
5. Media massa berupa media cetak dan elektronik, dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu. 6. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi oleh dirinya, pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, pengaruh media massa, serta lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.
4. Lingkungan Belajar Siswa Lingkungan belajar menganduk makna penting bagi siswa. Lingkungan belajar
merupakan
tempat
berlangsungnya
proses
pendidikan.
Lingkungan belajar diharapkan menciptakan manusia yang dewasa dalam berinteraksi dengan sesama teman siswa, memberikan suasana yang nyaman, aman, dan kondusif bagi kelangsungan kegiatan belajar. Lingkungan belajar diartikan sebagai kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan sosial organisme, sedangkan
28
secara umum siswa adalah sebutan untuk seseorang yang menuntut ilmu disekolah.
Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan. Menurut Hadikusumo (1996: 74) dalam, ―lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan‖. Sedangkan menurut Tirtarahardjadan La Sulo (1994: 168), ―lingkungan pendidikan adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan‖.
Dari definisi menganai lingkungan belajar dan siswa, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan belajar siswa adalah segala sesuatu yang ada disekitar siswa, baik berupa benda-benda, peristiwa yang terjadi terutama kondisi sekolah terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada siswa, yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak-anak bergaul sehari-harinya.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Menghargai Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai dilingkungan siswa, antara lain: 5.1 Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang terdapat dari dalam pribadi siswa itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar pribadi siswa
29
tersebut. Faktor yang terdapat dari dalam pribadi seseorang juga dapat disebut sebagai konsep diri. Djaali (2008: 129), ―konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain‖. Dalam teori Psikoanalisis, proses perkembangan konsep diri disebut proses pembentukan ego. Menurut teori ini, ego yang sehat adalah ego yang dapat mengontrol dan mengarahkan kebutuhan primitif (golongan libino) supaya setara dengan dorongan dari super ego serta tuntutan lingkungan.
Konsep diri menurut Erikson dalam Djaali (2008: 130) berkembang melalui lima tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Perkembangan dari sense of trust vs sense of mistrust, pada anak usia 1 ½-2 tahun. Melalui hubungan dengan orang tuanya anak akan mendapat kesan dasar apakah orang tuanya merupakan pihak yang dapat dipercaya atau tidak. 2. Perkembangan dari sense of anatomy vs shame and doubt, pada anak usia 2-4 tahun. Yang terutama berkembang pesat pada usia ini adalah kemampuan motorik dan berbahasa, yang keduanya memungkinkan anak menjadi lebih mandiri. 3. Perkembangan dari sense of initiative vs sense of guilt, pada anak usia 4-7 tahun. Anak usia 4-7 tahun selalu menunjukkan perasaan ingin tahu, begitu juga sikap ingin menjelajah, mencoba-coba. 4. Perkembangan dari sense of industry vs inferiority, pada usia 711 atau 12 tahun. Inilah massa anak ingin membuktikan keberhasilan dari usahanya. 5. Perkembangan dari sense of identity diffusion, pada remaja. Remaja biasanya sangat besar minatnya terhadap diri sendiri. Biasanya mereka ingin memperoleh jawaban tentang siapa dan bagaimana dia.
30
Apa yang ada dan telah dialami seseorang merupakan pengaruh terbentuknya penghayatan seseorang terhadap stimulus. Tanggapan akan menjadi salah satu terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan
dan
penghayatan,
seseorang
harus
mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
5.2 Faktor Ekstern Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat dari luar pribadi siswa. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar diri seseoang. Faktor ekstern dapat juga disebut sebagai faktor lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang diterima dapat diterima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga, teman, kawan sekolah, sepekerjaan, dan sebagainya. Yang tidak langsung seperti melalui radio dan televisi; dengan membaca buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya; dan dengan berbagai cara lain.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (1996: 37), lingkungan atau tempat berlangsungnya pendidikan meliputi: 1) lingkungan keluarga, 2) lingkungan sekolah, dan 3) lingkungan masyarakat. Penjelasan dari ketiga lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:
31
1. Lingkungan Keluarga Lingkungan
keluarga
memang
berperan
penting
dalam
membentuk kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai dalam kehidupan anak, tempat anak belajar, dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Comenius dalam Purwanto (2007: 79), menekankan betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang berkembang. Sedangkan J.J Rousseau dalam Purwanto (2007: 79), mengutarakan pula betapa pentingnya pendidikan keluarga, dimana pendidikan anak-anak harus disesuaikan dengan tiap-tiap masa perkembangan anak itu. C.G Salzmann dalam Purwanto (2007: 80) mengatakan bahwa kesalahan anak-anak itu adalah akibat dari perbuatan pendidik-pendidiknya, terutama orang tua. Hadikusumo (1996: 74), mendefinisikan ―lingkungan yaitu kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme‖. Sedangkan pengertian keluarga menurut Sarwono (1997: 66) adalah ―bagian dari keperibadian anak sejak saat dilahirkan, pengaruh orang tua sangatlah besar, didikan orang tua yang terlalu keras, terlalu memberikan
kebebasan
akan
mempengaruhi
timbulnya
permasalahan pada anak mudah merasakan keadaan orang lain‖.
32
Hasbullah (1996: 34) secara sederhana ―keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup yang pertama dikenal oleh anak, dank arena itu disebut primary community‖.
Dari pengertian lingkungan dan keluarga di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian ligkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga.
2. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan
sikap
seseorang.
Lingkungan
masyarakat
merupakan lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai keberadaannya. Menurut Hasbullah (1996: 117), mendefinisikan ―lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah yang akan kebiasaan,
pengetahuan,
minat
dan
sikap,
kesusilaan,
kemasyarakatan, dan keagamaan anak‖.
Lingkungan masyarakat secara umum diartikan sebagai tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dimasyarakatlah anak melakukan pergaulan yang berlangsung secara informal baik dari pergaulan dengan orang sekitar maupun pergaulan dengan teman sebayanya.
33
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang berpengaruh besar terhadapperkembangan pribadi anak-anak (siswa).
3. Lingkungan Sekolah Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Menurut Daryono (1998: 30), sekolah adalah salah satu wahana strategis untuk mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan
melalui
proses
pendidikan
yang
menyatukan
pengembangan ranah pengetahuan, keterampilan serta sikap dan nilai untuk mengembangkan kepribadian dan perwujudan diri peserta didik.
Lingkungan sekolah menganduk makna penting bagi siswa, karena lingkungan sekolah diharapkan menciptakan manusia yang dewasa dalam berinteraksi dengan sesama teman siswa, memberikan suasana yang nyaman, aman, dan kondusif bagi kelangsungan belajar dan bermain saat istrahat.
Lingkungan Sekolah Menurut Hasbullah (1996: 46) dipahami sebagai ―lembaga pendidikan formal, dimana pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan
34
ketat (mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi)‖. Gerakan Disiplin Nasional (GDN) mendefinisikan ―lingkungan sekolah
diartikan
sebagai
lingkungan
dimana
parasiswa
dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi yang dapat meresap ke dalam kesadaran hati nuraninya‖. Tri Minarni. 2006. (http://www. scribd. com/ alham_pharmacy/ d/ 42445467/ 12 -Pengertian-Lingkungan-Belajar) 27/02/2012 Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung yang para siswanya dibiasakan dengan nilai-nilaitata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
B. Kerangka Pikir Setelah dilakuan penguraian terhadap beberapa pengertian dan konsep utama yang akan membatasi penelitian ini, maka kerangka pikir merupakan instrument yang memberi penjelasan bagaimana upaya penulis untuk memahami pokok masalah dan menjadi garis pedoman penulisan proposal dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini akan diteliti hubungan antara variabel bebas (X) yaitu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung, dengan variabel terikat (Y) yaitu sikap saling menghargai.
35
Hal ini dapat dilihat dalam kerangka pikir:
Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung (X) 1. Faktor Intern a. Pemahaman 2. Faktor Ekstern a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan Masyarakat c. Lingkungan Sekolah
Sikap Saling Menghargai (Y) 1. Toleransi 2. Menghargai Pendapat 3. Saling Menghormati 4. Tenggang Rasa
C. Hipotesis Ada pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan belajar siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20011-2012.
36
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian sangat diperlukan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti untuk menentukan data dan mengembangkan suatu penetahuan
serta
menguji
suatu
kebenaran
pengetahuan,
sehingga
memperoleh hasil yang diharapkan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
korelasional,
yaitu
menjelaskan/menggambarkan
penelitian
keadaan
subyek
yang atau
berusaha obyek
untuk dengan
menitikberatkan pada penjelasan hubungan-hubungan antar variabel.
Penelitian ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Polpulasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
37
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012.
Tabel 2. Hasil Observasi Mengenai jumlah Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. No. Kelas Jumlah siswa 1. X1 30 Siswa 2. X2 38 Siswa 3. X3 39 Siswa 4. X4 39 Siswa 5. X5 38 Siswa 6. XI A1 31 Siswa 7. XI A2 36 Siswa 8. XI S1 36 Siswa 9. XI S2 40 Siswa Jumlah 327 Siswa Sumber: Data Dokumentasi SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini jumlah populasi yang akan diteliti sebanyak 327 orang siswa dari seluruh populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang akan digunakan sesuai dengan pendapat: ―Untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih‖.
38
Jumlah sampel yang akan ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 25%. Dengan demikian jumlah sampelnya adalah 10% x 327 = 32,7 dibulatkan menjadi 33 siswa. Untuk lebih jelas mengenai jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Daftar jumlah siswa yang menjadi sampel di SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011 – 2012 No. Kelas Jumlah Siswa Sampel 1. X1 30 30 x 10% = 3 2. X2 38 38 x 10% = 3.8=4 3. X3 39 39 x 10% = 3.9=4 4. X4 39 39 x 10% = 3.9 =4 5. X5 38 38 x 10% = 3.8 =4 6. XI A1 31 31 x 10% = 3.1=3 7. XI A2 36 36 x 10% = 3.6=3 8. XI S1 36 36 x 10% =3.6=4 9. XI S2 40 40 x 10% = 4 Jumlah 33 Siswa Sumber: Data Dokumentasi SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012
C. Variabel Penelitian Variabel merupakan objek penelitian/atribut atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Didalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah : 1. Variabel yang mempengaruhi atau disebut juga variabel bebas (X) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai. 2. Variabel yang dipengaruhi atau disebut dengan variabel terikat (Y) dalam hal ini adalah sikap saling menghargai.
39
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang terdapat dari dalam pribadi siswa itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar pribadi siswa itu sendiri. Adapun indikatornya sebagai berikut: a. Hubungan antara siswa dengan dirinya
b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang terdapat dari luar pribadi siswa. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Adapun indikatornya sebagai berikut: a. Hubungan antara siswa dengan lingkungan keluarga b. Hubungan antara siswa dengan lingkungan masyarakat c. Hubungan antara siswa dengan lingkungan sekolah
2. Sikap Saling Menghargai Sikap menghargai adalah sikap toleransi sesama umat manusia, menerima perbedaan antara setiap manusia, dan tidak melanggar hak asasi manusia lain. Adapun indikatornya sebagai berikut: a. Toleransi b. Menghargai Pendapat
40
c. Saling Menghormati d. Tenggang Rasa
E. Rencana Pengukuran Variabel Mengukur variabel tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di Lingkungan Belajar Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 dapat diukur dari indikator dalam penelitian ini yaitu : a. Variabel X adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai melalui indikator 1. Faktor Intern Indikatornya adalah a. Hubungan antara siswa dengan dirinya 2. Faktor Ekstern Indikatornya adalah a. Hubungan antara siswa dengan lingkungan keluarga b. Hubungan antara siswa dengan lingkungan masyarakat c. Hubungan antara siswa dengan lingkungan sekolah dengan ukuran sebagai berikut: 1) Berpengaruh 2) Kurang Berpengaruh 3) Tidak Berpengaruh
41
b. Variabel Y adalah sikap saling menghargai melalui indikator 1) Toleransi 2) Menghargai Pendapat 3) Saling Menghormati 4) Tenggang Rasa dengan ukuran sebagai berikut: 1) Menghargai 2) Kurang Menghargai 3) Tidak Menghargai
Variabel terbentuknya sikap saling menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung akan diukur dengan menggunakan angket. Teknik angket penelitian ini untuk mendapatkan data primer tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung, maka akan dilakukan dengan menyebar angket yang berisikan item-item soal.
Bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup. Item soal memiliki alternatif
jawaban yang masing-masing terdiri dari a, b, c, sehingga
responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia. Adapun pemberian nilai dengan ketentuan sebagai berikut: a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan. b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan. c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan.
42
Berdasarkan dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang diharapkan memiliki skor tertinggi yaitu dengan skor nilai 3, sedangkan yang terendah adalah jawaban yang tidak diharapkan di beri skor nilai 1.
F. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Validitas yang digunakan sebagai berikut : 1. Teknik Pokok a. Angket Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Sasaran angket adalah siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012.
2.
Teknik Penunjang a. Wawancara Teknik
wawancara digunakan untuk
mendapatkan
data-data
langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melalui angket. Wawancara secara langsung kepada responden.
43
b. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang tertulis dan tercatat baik dalam bentuk data kuantitatif dan validitasnya tidak diragukan lagi, yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas Untuk uji validitas digunakan melalui control langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator variabel yang disesuaikan dengan maksud dan isi butir soal yang dilakukan melalui koreksi angket dengan konsultasi kepada pembimbing.
2. Uji Reliabilitas Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji reliabilitas data adalah sebagai berikut: 1. Melakukan uji coba dengan menyebarkan angket kepada 10 orang diluar responden. 2. Hasil uji coba angket dikelompokkan dalam item. 3. Selanjutnya mengkolerasikan kelompok ganjil dan dengan rumus product moment, yaitu:
rxy
xy
x y N
x2 2 y 2 2 x y N N
44
Dimana: rxy : hubungan veriabel x dan y xy : product dari gejala x dan y x
: variabel bebas
y
: variabel terikat
N
: jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 2009: 72),
Kemudian dicari reliabilitas dengan menggunakan rumus Sperman Brown agar diketahui seluruh koefisien seluruh item.
rxy
2rgg 1 rgg
Dimana: rxy: Koefisien reliabilitas seluruh tes rgg: Koefisien korelasi item ganjil dan genap (Sutrisno Hadi, 1986: 37) Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi 0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah. (Manase Malo, 1989: 139)
H. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengidentifikasikan data, penyeleksi dan selanjutnya klasifikasi data kemudian menyusun data. Adapun tekniknya sebagai berikut: Pengujian keeratan hubungan dilakukan dengan menggunakan rumus yaitu:
45
B
K
X 2
Oij Eij 2
i:1 d :1
Eij
Keterangan :
2
= Chi Kuadrat
B
= Jumlah baris
I j
K
= Jumlah kolom
jI
0
ij
E
ij
= Frekuensi pengamatan
= Frekuensi yang diharapkan
Kriteria uji hipotesis= adalah H0 ditolak jika 2 hit < tab dengan signifikansi 5 % (Sudjana, 1992 : 280). Untuk menguji hipotesis yang kedua digunakan tabel kontrol Chi Kuadrat, dengan kriteria uji : H1 diterima jika 2 hit ≥ 2 tab pada taraf signifikansi 5% N: 25. Untuk mengolah dan menganalisis data, akan digunakan teknik analisis data dengan merumuskan :
I=
NT NR K
Keterangan : I
: Interval
NT : Nilai Tertinggi NR : Nilai Terendah K : Kategori (Sutrisno Hadi, 1986: 39)
46
Untuk menguji keeratan maka digunakan rumus kontigensi sebagai berikut :
C
x2 X 2 n
Keterangan : C : Koefisien Kontigensi
X 2 : Chi Kuadrat n : Jumlah Sampel
Agar C diperoleh dapat dipakai untuk derajat asosiasi antara faktor-faktor diatas maka harga C dibandingkan koefisien maksimum yang biasa terjadi maka harga maksimum ini dapat dihitung dengan rumus:
Cmaks
m 1 m
Keterangan :
Cmaks : Koefisien kontigen maksimum m
: Harga maksimum antara baris dan kolom
1
: Bilangan konstan (Sutrisno Hadi, 1986: 317)
Makin dekat harga c pada c maksimum maka makin besar derajat asosiasi antara variabel.
47
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan di lapangan, hal ini agar dalam penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis lakukan secara garis besar dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Persiapan Pengajuan Judul Langkah awal yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian pendahuluan, setelah menemukan permasalahan maka peneliti mengajukan judul kepada dosen pembimbing akademik yang terdiri dari dua alternatif judul. Setelah salah satu judul disetujui, langkah selanjutnya judul diajukan kepada ketua program studi PKn sekaligus menetapkan dosen pembimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 01 Februari 2012.
48
2. Penelitian Pendahuluan Setelah mendapatkan surat izin penelitian pendahuluan dari dekan FKIP Universitas Lampung No. 1020/UN.26/3/PL/2012 peneliti melakukan penelitian pendahuluan di SMA N 15 Bandar Lampung. Maksud dari penelitian pendahuluan ini adalah untuk mendapat gambaran secara umum tentang hal-hal yang akan diteliti dalam rangka menyusun proposal penelitian yang ditunjang dengan beberapa literatur arahan dosen pembimbing. Proposal penelitian disetujui oleh pembimbing II pada tanggal 08 Maret 2012 dan disetujui oleh pembimbing I pada tanggal 26 Maret 2012 serta disahkan oleh ketua program studi PPKn. Langkah yang selanjutnya adalah mendaftar seminar proposal yang dilaksanakan pada tanggal 14 April 2012. Seminar proposal tersebut diadakan dengan tujuan memperoleh masukan, saran, dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Pengajuan Rencana Penelitian Rencana penelitian diajukan untuk dapat persetujuan dilaksanakannya seminar proposal. Setelah melalui proses konsultasi dan perbaikanperbaikan proposal skripsi dari pembimbing I dan pembimbing II maka seminar proposal dilakukan pada tanggal 14 April 2012, setelah seminar proposal dilaksanakan, penyempurnaan dan perbaikan proposal skripsi, kemudian dilaksanakan pengesahan komisi pembimbing oleh pembimbing I dan pembimbing II, Ketua Program Studi PKn, Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Dekan FKIP Universitas Lampung.
49
4. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Administrasi Dengan membawa surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Cq. Pembantu Dekan I dengan No. 3236/UN.26/3/PL/2012 yang ditunjukkan kepada Kepala SMA N 15 Bandar Lampung. b. Penyusunan Alat Pengumpulan Data Sesuai dengan alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka penelitian mempersiapkan kisi-kisi angket yang akan disebar kepada siswa SMA N 15 yang berjumlah 33 orang dengan jumlah 25 soal item pertanyaan angket yang terdiri dari tiga alternatif jawaban. Sebelum penyebaran angket dilakukan kepada responden peneliti mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan persetujuan. Setelah soal angket disetujui oleh dosen pembimbing kemudian peneliti melakukan penyebaran angket kepada responden. Tentang isi angket terlampir. c. Penelitian di Lapangan Pelaksanaan penelitian di lakukan pada 21 Mei 2012 sampai 23 Mei 2012 dengan menyebarkan angket kepada siswa SMA N 15 berjumlah 33 orang dengan jumlah 25 butir soal angket yang telah dilengkapi dengan kemungkinan jawaban yang akan dipilh responden.
50
5. Pelaksanaan Uji Coba Soal Angket a. Analisis Validitas Soal Angket
Untuk uji coba validitas angket tidak diadakan uji coba, namun peneliti melakukan kontrol langsung terhadap indikator-indikator yang ada dalam
penelitian
ini
dengan
jalan
berkonsultasi
pada
dosen
pembimbing. b. Analisis Uji Reliabilitas Angket
Sebuah alat ukur dapat dinyatakan baik apabila mempunyai reliabilitas yang baik pula, yaitu ketepatan alat ukur. Hal ini dimaksudkan bahwa ketepatan alat ukur akan sangat berpengaruh dalam menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti mengadakan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden dengan teknik belah dua. Dalam pengolahan data digunakan rumus Product moment, yang kemudian dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown kemudian baru dikonsulkan dengan kriteria reliabilitas dari Manase Malo. Adapun langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam upaya untuk menguji reabilitas angket dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Mengadakan uji coba angket kepada 10 orang siswa di luar responden. 2. Dari hasil uji coba angket tersebut dikelompokkan kedalam item ganjil dan item genap, dimana hasil uji coba angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
51
Tabel 4. Hasil Uji Coba Angket Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di Lingkungan Belajar Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 Dari 10 Orang di Luar Responden untuk Item Kelompok Ganjil (X). No 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
5 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3
7 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
9 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
Nomor Item Ganjil 13 15 17 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 Jumlah
Skor 19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3
23 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3
25 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3
38 37 37 38 37 38 35 36 37 36 369
Sumber: Analisis Data Hasil Uji Coba Angket Penelitian Tahun 2012. Tabel 4 menjelaskan distribusi hasil uji coba angket dari 10 orang responden diluar populasi untuk item kelompok ganjil (X). Dengan jumlah soal sebanyak 25 pertanyaan . Dapat diketahui jumlah skor yang diperoleh cukup bervariasi. Selanjutnya dapat di hasil uji coba angket untuk 10 orang di luar responden ítem kelompok genap (Y), sebagai berikut: Tabel 5.
Hasil Uji Coba Angket Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di Lingkungan Belajar Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 Dari 10 Orang di Luar Responden untuk Item Kelompok Genap (Y).
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
6
8 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
Nomor Item Genap 12 14 16 2 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 Jumlah
Skor 18 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
20 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
22 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
24 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
Sumber: Analisis Data Hasil Uji Coba Angket Penelitian Tahun 2012.
34 34 33 34 34 32 35 34 35 35 340
52
Tabel 5 menjelaskan distribusi hasil uji coba angket dari 10 orang responden diluar populasi untuk item kelompok genap (Y). Dengan jumlah soal sebanyak 25 pertanyaan. Selanjutnya hasil penjumlahan masing-masing nomor item kelompok ganjil dan genap di distribusikan ke dalam tabel untuk memudahkan proses pengolahan data. Untuk lebih jelasnya data rekapan hasil uji coba angket dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Tabel Kerja Hasil antara Item Kelompok Ganjil (X) dengan Item Kelompok Genap (Y). X Y X2 XY Y2 38 34 1444 1156 1292 37 34 1369 1156 1258 37 33 1369 1089 1221 38 34 1444 1156 1292 37 34 1369 1156 1258 38 32 1444 1024 1216 35 35 1225 1225 1225 36 34 1296 1156 1224 37 35 1369 1225 1295 36 35 1296 1225 1260 2 2 Σx= Σy= Σx = Σy = Σ xy = Jumlah 369 340 13625 11568 12551 Sumber: Analisis Data Hasil Uji Coba Angket Penelitian Tahun 2012. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui informasi sebagai berikut:
X = 369 Y = 340 x2 = 13625 y2 = 11568 xy = 12551 Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka untuk mengetahui reliabilitas selanjutnya dikorelasikan dan diolah dengan rumus Product Moment dengan langkah sebagai berikut:
53
rxy
rxy
rxy
rxy rxy
xy x
x y N
y 2 2 y N N 369340 12551 10 2 369 11568 3402 13625 10 10 12551 12546
2 x
2
13625 13616,111568 11560 5 71,2 5 8,43
rxy 0,59 Langkah terakhir adalah mencari reliabilitas alat ukur ini, maka dilanjutkan dengan menggunakan rumus Sperman Brown agar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut:
rxy
2rgg 1 rgg
20,59 1 0,59 1,18 rxy 1,59 rxy 0,7421
rxy
rxy 0,74 Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
tersebut,
kemudian
penulis
mengkorelasikasikan dengan kriteria menurut Manase Malo sebagai berikut: 0,9 – 1,00 = Reliabilitas Tinggi 0,50 – 0,89 = Reliabilitas Sedang
54
0,00 – 0,49 = Reliabilitas Rendah Dari perhitungan tersebut rxy 0,74 , selanjutnya dikonsultasikan indeks reliabilitas menurut Manase Malo yaitu reliabilitas 0,50 – 0,89 temasuk dalam kategori ―sedang‖. Dengan demikian angket tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di Lingkungan Belajar Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 dapat digunakan dalam penelitian ini.
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMA N 15 Bandar Lampung
SMA Negeri 15 Bandar lampung yang berdiri berdasarkan keputusan Wali Kota Bandar Lampung, No. 503/560/02.6/2004 tanggal 27 Mei 2004 , mulai beroperasi dengan membuka pendaftaran calon siswa baru tahun pelajaran 2004/2005.
Lokasi pendaftaran pertama dilaksanakan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung dengan jumlah calon siswa pendaftar 1467 orang, dan diterima berjumlah 120 siswa (3 Kelas). Pelaksanaan KBM dilaksanakan pada sore hari menumpang lokal pada SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Guru dan Staf Tata usaha berasal dari Guru / Karyawan Mutasi dari sekolah lain di Kota Bandar lampung dan tenaga Honorer.
Pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2004/2005 , pada tanggal 17 Januari 2005 sesuai dengan instruksi Kepala Dinas Pendidikan dan Perpustakaan Kota Bandar lampung, KBM SMA Negeri 15 Bandar Lampung pindah ke Unit Gedung Baru SMA Negeri 15 yang beralamat di Jalan Turi Raya,
55
Kecamatan Tanjungsenang, Bandar Lampung dengan fasilitas seadanya (6 Lokal Kelas, 1 Ruang Guru, 1 Ruang Tata Usaha, 1 Ruang Kepala Sekolah dan 3 kamar kecil, 1 ruang perpustakaan). Lokasi tersebut berjarak kurang lebih 5 Km dari Pusat Kota Bandar Lampung, dan kurang lebih masuk 500 Meter dari jalan raya Sukarno hatta (By Pass).
Tenaga guru terus ditambah oleh pemerintah dari Guru Mutasi dan Guru PNS Baru serta guru bantu hingga jumlahnya sangat mencukupi. Sementara jumlah siswa di tahun 2011/2012 adalah 470 siswa dengan jumlah siswa kelas X = 184 siswa, kelas XI = 143 siswa dan kelas XII = 143 siswa. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah ataupun berkurang hal ini dikarenakan adanya siswa yang masuk maupun keluar dari SMA Negeri 15 Bandar Lampung.
Dari berdirinya SMA Negeri 15 Bandar Lampung sampai dengan sekarang, yang telah menjadi Kepala Sekolah sebagai berikut : 1. Dra. Hj. Masmunah tahun 2004 (Juni-November 2004) 2. Drs. Bambang Priyadi Tahun 2004-2007 (November 2004-September 2007) 3. Teguh Budi Santoso, S.Pd selaku Pejabat Pelaksana Harian (PLH) (September 2007-April 2008) 4. Imam Santoso, S.Pd selaku PLH (April 2008-Agustus 2008) 5. Sucipto, S.Pd (Agustus 2008 sampai dengan sekarang)
2. Visi da Misi Sekolah Visi
: “Asah , Asih Menuju Prestasi ―
56
Misi
:
1. Meningkatkan jiwa IMTAQ kepada Tuhan YME. 2. Meningkatkan dan mengembangkan IPTEK 3. Meningkatkan Disiplin Siswa dalam KBM menuju Prestasi. 4. Meningkatkan Siswa Dalam Prestasi Olahraga. 5. Meningkatkan Siswa dalam Bidang Kesenian.
3. Kondisi Sekolah
Pada umumnya kondisi SMA Negeri 15 Bandar Lampung dalam keadaan baik. Sekolah ini terletak di Jalan Turi Raya, Kecamatan Tanjungsenang, Bandar Lampung. Lokasi tersebut berjarak kurang lebih 5 Km dari Pusat Kota Bandar Lampung, dan kurang lebih masuk 500 meter dari jalan raya Sukarno hatta ( By Pass ). Meskipun demikian, hal ini tidak menjadi penghalang bagi peserta didik untuk menuntut ilmu maupun pendidik sendiri
yang ingin menjalankan tugas dan kewajibannya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kurikulum yang digunakan di sekolah ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) baik untuk kelas X, XI, dan XII. Di sekolah ini KBM dimulai pada pukul 07.15 – 14.00 WIB untuk hari senin sampai hari kamis, sedangkan untuk hari jumat pukul 07.15 – 11.15 WIB dan hari sabtu pukul 7.15 – 12.00 WIB. SMA Negeri 15 Bandar Lampung memiliki 33 lokal dengan rincian sebagai berikut:
57
Tabel 7. Jumlah Ruang Kelas SMA Negeri 15 Bandar Lampung. No Jenis Ruang Jumlah Ruang 1 Ruang Belajar 13 2 Ruang Kepala Sekolah 1 3 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 4 Ruang Guru 1 5 Ruang Tata Usaha 1 6 Ruang Perpustakaan 1 7 Ruang Komputer 1 8 Ruang Mushola 1 9 Ruang Laboratorium 1 10 UKS 1 11 Ruang BP / BK 1 12 WC Guru 2 13 WC siswa putri 3 14 WC siswa putra 4 15 Gudang 1 16 Kantin 2 17 Koperasi 1 Daftar Guru SMA Negeri 15 Bandar Lampung dengan rincian sebagai berikut: Tabel 8. Jumlah Guru SMA Negeri 15 Bandar Lampung. No Jabatan Jumlah 1 Kepala Sekolah 1 2 Wakil Kepala Sekolah 4 3 Guru PNS 35 4 Guru Honorer 9 5 Staf TU 5 Jumlah 54 4. Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan pendukung kegiatan intrakurikuler yang pengelolaannya melibatkan unsur-unsur yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, wali kelas, dan pihak OSIS. Kegiatan ekstrakurikuler SMAN 15 Bandar Lampung dilaksanakan di luar jam pelajaran agar tidak mengganggu kegiatan intrakurikuler di sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai minat dan bakat masing-masing siswa.
58
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di SMAN 15 Bandar Lampung diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Olahraga Kegiatan olah raga di SMAN 15 Bandar Lampung diantaranya adalah sepak bola, futsal, basket, bola voli, dan bulu tangkis 2. Kelompok Ilmiah Remaja ( KIR ) KIR di SMAN 15 Bandar Lampung meliputi penelitian yang dilakukan di dalam dan luar sekolah dan sangat diminati siswa-siswi di sekolah. Berbagai prestasi telah diperoleh dari berbagai kejuaraan KIR antar sekolah, antara lain Lomba Cepat Tepat (LCT). 3. Rohani Islam ( ROHIS ) Kegiatan kerohanian khusus bagi yang beragama islam, kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari sabtu, selain itu juga aktif untuk mempersiapkan peringatan hari-hari besar islam yang diikuti oleh seluruh siswa dan siswi sekolah ini. 4. Apresiasi dan Kreasi Kesenian
Kegiatan apresiasi dan kreasi kesenian ini antara lain seni tari dan seni musik. 5. DAKU DAKU
atau
Dunia
Remajaku
Seru.
Merupakan
salah
satu
ekstrakurikuler yang kegiatannya berkaitan dengan dunia remaja dengan berbagai permasalahannya. 6. Rohani Kristen (Rokris) Merupakan Kegiatan kerohanian khusus bagi siswa-siswi SMA Negeri 15 Bandar Lampung yang beragama kristen.
59
7. SWALIBPALA (Siswa Lima Belas Penyayang Alam) Merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang berkenaan dengan dunia pencinta alam. 8. PRAMUKA Merupakan kegiatan ekstra kurikuler yang di dalamnya berkaitan dengan dunia kepramukaan. 9. PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera) Merupakan ekstrakurikuler yang berhubungan dengan Pasukan Pengibar Bendera. 10. PMR (Palang Merah Remaja) Kegiatannya berkaitan dengan dunia kesehatan.
C. Deskripsi Data
1. Pengumpulan Data Setelah diadakan uji coba angket kemudian dianalisis reliabilitas dari alat ukur yang digunakan tersebut, maka langkah selanjutnya mengadakan penelitian yang sebenarnya. Alat ukur yang digunakan adalah angket, dengan membagikan angket penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di Lingkungan Belajar Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 dapat digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21-23 Mei 2012.
2. Penyajian Data Setelah penelitian di lapangan selesai maka langkah selanjutnya mengolah data hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari 33 responden atas 25
60
item pertanyaan skor tertinggi adalah 75 dan terendah 67 sedangkan jumlah kategori untuk masing-masing item pertanyaan sebanyak 3 kategori, maka selanjutnya dapat diketahui kelas interval faktor intern, faktor ektern, dan sikap saling menghargai sebagai berikut: Nilai Tertinggi (NT)
= 75
Nilai Rendah (NR)
= 67
Kategori (K)
= 3
Kemudian untuk mengetahui interval dari skor angket digunakan rumus interval, maka:
I = 3 (dibulatkan) Setelah itu dapat diperoleh jarak interval dari masing-masing kategori sikap sosial siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20112012 sebagai berikut: a. Skor antara 67—69 termasuk kategori tidak berpengaruh b. Skor antara 70—72 termasuk kategori kurang berpengaruh c. Skor antara 73—75 termasuk kategori berpengaruh
Kemudian di masukkan ke dalam persentase sebagai berikut:
F x 100% N 8 P= x 100%= 24,25% 33 P=
61
12 x 100%= 36,36% 33 13 P= x 100%= 39,39% 33
P=
Selanjutnya skor tersebut diinterpretasikan dalam tabel berikut ini: Tabel 9. Distribusi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di Lingkungan Belajar siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. No Interval Frekuensi Kategori Persentase 1. 67 – 69 8 Tidak Berpengaruh 24,25% 2. 70 – 72 12 Kurang 36,36% 3. 73 – 75 13 Berpengaruh 39,39% Berpengaruh 33 100% Jumlah Sumber : Analisis Data Hasil Angket Penelitian Tahun 2012. Dengan demikian intervalnya dapat dibuat sebagai berikut: a. Frekuensi faktor intern, faktor ekstern, dan sikap saling menghargai pada kelas interval 67—69 (tidak berpengaruh) yaitu 8 orang (24,25%) berdasarkan pada penyebaran angket kepada 33 responden. b. Frekuensi faktor intern, faktor ekstern, dan sikap saling menghargai pada interval70—72 (kurang berpengaruh) yaitu sebanyak 12 orang (36,36%) berdasarkan pada penyebaran angket kepada 33 responden. c. Frekuensi faktor intern, faktor ekstern, dan sikap saling menghargai pada interval 73—75 (berpengaruh) yaitu sebanyak 13 orang (39,39%) berdasarkan penyebaran angket 33 responden.
62
Untuk mengetahui penguasaan dari masing-masing variabel penelitian peneliti sajikan data dalam bentuk tabel daftar frekuensi dan besarnya persentase dari tiap-tiap variabel sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung Setelah hasil angket diperoleh dengan skor tetinggi 39 dan skor terendah adalah 31 sedangkan jumlah kategori untuk masing-masing item pertanyaan sebanyak 3 kategori, untuk lebih jelasnya peneliti paparkan
jumlah skor masing-masing responden dengan hasil penyebaran angket dengan 13 item soal mengenai kondisi keluarga adalah sebagai berikut: Nilai Tertinggi (NT)
= 39
Nilai Rendah (NR)
= 31
Kategori (K)
= 3
Kemudian untuk mengetahui interval dari skor angket digunakan rumus interval, maka:
I = 3 (dibulatkan). Setelah itu dapat diperoleh jarak interval dari masing-masing kategori sikap sosial siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20112012 sebagai berikut:
63
a. Skor antara 31—33 termasuk kategori tidak berpengaruh b. Skor antara 34—36 termasuk kategori kurang berpengaruh c. Skor antara 37—39 termasuk kategori berpengaruh
Kemudian di masukkan ke dalam persentase sebagai berikut:
F x 100% N 2 P= x 100%= 6,06% 33 13 P= x 100%= 39,39% 33 18 P= x 100%= 54,55% 33 P=
Selanjutnya skor tersebut diinterpretasikan dalam tabel berikut ini: Tabel
10.
Distribusi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung
. No Interval Frekuensi Kategori Persentase 1. 31 – 33 2 Tidak Berpengaruh 6,06% 2. 34 – 36 13 Kurang Berpengaruh 39,39% 3. 37 – 38 18 Berpengaruh 54,55% 33 100% Jumlah Sumber : Analisis Data Hasil Angket Penelitian Tahun 2012. Dengan demikian intervalnya dapat dibuat sebagai berikut: a. Frekuensi faktor intern dan faktor ekstern pada kelas interval 31—33 (tidak berpengaruh) yaitu 2 orang (6,06%) berdasarkan pada penyebaran angket kepada 33 responden. Hal ini dapat dilihat dari sebagian responden menganggap bahwa faktor intern maupun faktor ekstern tidak begitu mempengaruhi sikap saling menghargai.
64
b. Frekuensi faktor intern dan faktor ekstern pada kelas interval 34—36 (kurang berpengaruh) yaitu sebanyak 13 orang (39,39%) berdasarkan
penyebaran
angket
kepada
33
responden.
Berdasarkan hal ini dapat dilihat sebagian responden menganggap bahwa faktor intern maupun faktor ektern kurang berpengaruh terhadap sikap saling menghargai. c. Frekuensi faktor intern dan faktor ekstern pada kelas interval 37—39 (berpengaruh) yaitu sebanyak 18 orang (54,55%) berdasarkan
penyebaran
angket
kepada
33
responden.
Berdasarkan hal ini dapat dilihat sebagian responden menganggap bahwa faktor intern maupun faktor ekstern dapat mempengaruhi sikap saling menghargai, karena tanpa adanya faktor intern atau pemahaman dan faktor ekstern yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah pengaruh dari sikap saling menghargai akan menimbulkan dampak yang buruk bagi dirinya untuk menghargai orang lain.
b. Sikap Saling Menghargai Setelah hasil angket diperoleh dengan skor tertinggi 36 dan skor terendah adalah 31 sedangkan jumlah kategori untuk masing-masing item pertanyaan sebanyak 3 kategori, untuk lebih jelasnya peneliti paparkan
jumlah skor masing-masing responden dengan hasil penyebaran angket dengan 12 item soal mengenai lingkungan sekolah adalah sebagai berikut: Nilai Tertinggi (NT)
= 36
65
Nilai Rendah (NR)
= 31
Kategori (K)
= 3
Kemudian untuk mengetahui interval dari skor angket digunakan rumus interval, maka:
I = 2 (dibulatkan). Setelah itu dapat diperoleh jarak interval dari masing-masing kategori sikap sosial siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20112012 sebagai berikut: a. Skor antara 31—32 termasuk kategori tidak menghargai b. Skor antara 33—34 termasuk kategori kurang menghargai c. Skor antara 35—36 termasuk kategori menghargai Kemudian di masukkan ke dalam persentase sebagai berikut:
F x 100% N 3 P= x 100%= 9,09% 33 8 P= x 100%= 24,24% 33 22 P= x 100%= 66,67% 33 P=
Selanjutnya skor tersebut diinterpretasikan dalam tabel berikut ini:
66
Tabel 11. Distribusi Sikap Saling Menghargai. No Interval Frekuensi Kategori Persentase 1. 31 – 32 3 Tidak Menghargai 9,09% 2. 33 – 34 8 Kurang Menghargai 24,24% 3. 35 – 36 22 Menghargai 66,67% 33 100% Jumlah Sumber : Analisis Data Hasil Angket Penelitian Tahun 2012. Dengan demikian intervalnya dapat dibuat sebagai berikut: a. Frekuensi sikap saling menghargai pada kelas interval 31—32 (tidak menghargai) yaitu 3 orang (9,09%) berdasarkan pada penyebaran angket kepada 33 responden. b. Frekuensi sikap saling menghargai pada kelas interval 33—34 (kurang menghargai) yaitu 8 orang (24,24%) berdasarkan pada penyebaran angket kepada 33 responden. c. Frekuensi sikap saling menghargai pada kelas interval 35—36 (menghargai) yaitu 22 orang (66,67%) berdasarkan penyebaran angket kepada 33 responden.
3. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan belajar siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012, menggunakan rumus sebagai berikut:
B
K
X 2 i:1 d :1
Oij Eij 2 Eij
67
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan data tersebut sebagai bahan perhitungan dengan terlebih dahulu mengetahui banyaknya gejala yang diharapkan sebagai berikut: Tabel 12. Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responden mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai dengan Sikap Saling Menghargai Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Kurang Tidak Berpengaruh Menghargai berpengaruh Berpengaruh
Jumlah
Sikap Saling Menghargai Siswa 13 2 0 Baik 3 6 5 Cukup Baik 0 2 2 Kurang Baik Jumlah 16 10 7 Sumber: Analisis Data Hasil Penelitian Tahun 2012. ( 16x 15) 33 = 7,27
( 10 x 15 ) 33 = 4,54
( 7 x 15 ) 33 = 3,18
( 16 x 14 ) 33 = 6,79
(10 x 14 ) 33 = 4,24
( 7 x 14 ) 33 = 2,96
15 14 4 33
( 16x 4 ) 33 = 1,93
( 10 x 4 ) 33 = 1,21
(7x4) 33 = 0,84
68
Setelah itu dibuat daftar kontingensi sebagai berikut: Tabel 13. Daftar Kontingensi Perolehan Data Pengaruh antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai dengan Sikap Saling Menghargai Siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai Berpengaruh
Kurang Berpengaruh
13
2
Tidak Jumlah Berpengaruh
Sikap Saling Menghargai Siswa 0
Baik
15 7,27 3
6,79 6
1,93 5
Cukup Baik
14 4,54 0
4,24 2
1,21 2
Kurang Baik
4
3,18 2,96 0,84 Jumlah 16 10 7 Sumber: Analisis Data Hasil Penelitian Tahun 2012.
33
∑∑
=
+ 7,27
+ 6,79
+ 1,93
+ 4,54
69
+ 4,24
+ 1,21
+ 3,18
+ 2,96
0,84 = 4,52 + 3,38 + 1,93 + 0,52 + 0,73 + 11,87 + 3,18 + 0,31 + 1,60 = 28,04
Dengan derajat kebebasan ( DK )
Hasil
= (B – 1) (K – 1) = (3 – 1) (3 – 1) =4
hitung = 28,04 kemudian dikonsultasikan dengan table Chi
Kuadrat pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan = 4 maka diperoleh = 9,49. Dengan demikian hitung ≥
hitung lebih besar dari
tabel (
tabel ), yaitu 28,04 ≥ 9,49.
Dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung dengan sikap saling menghargai siswa SMA N 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012.
Untuk mengetahui derajat asosiasi atau ketergantungan antara faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan belajar siswa SMA N 15 Bandar Lampung tahun Pelajaran 2011-2012, digunakan rumus Koefisien Kontingensi C sebagai berikut: √ √
70
√ √ Kemudian harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum dengan rumus sebagai berikut: √ √ √ √
Dari hasil diatas kemudian dijadikan patokan untuk menentukan tingkat keeratan hubungan dengan langkah sebagai berikut: Diketahui koefisien kontingensi C = 0,68 dan
= 0,812 maka data
tersebut selanjutnya diklasifikasikan menjadi 3 kategori sehingga diperoleh jarak interval sebagai berikut: 0,812 I= 3 I = 0,27 Sehingga diperoleh klasifikasi atau pengkategorian sebagai berikut: 0,00—0,27 : Kategori rendah 0,28—0,54 : Kategori sedang 0,55—0,82 : Kategori tinggi Berdasarkan pengkategorian tersebut maka koefisien kontingensi C = 0,68 berada pada kategori tinggi, hal ini menunjukkan pengaruh antara faktor-
71
faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMAN 15 Bandar Lampung dengan sikap saling menghargai siswa SMAN 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012.
4. Pembahasan Berdasarkan analisis data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di lingkungan belajar siswa SMAN 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012,diketahui bahwa:
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Saling Menghargai di SMA N 15 Bandar Lampung
Berdasarkan data hasil sebaran angket kepada 33 responden dengan 13 item pertanyaan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMAN 15 Bandar Lampung baik faktor intern (faktor yang terdapat dari dalam pribadi siswa itu sendiri yaitu pemahaman siswa terhadap sikap saling menghargai) maupun faktor ekstern (faktor yang terdapat dari luar pribadi siswa baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah) yang berpengaruh positif terhadap sikap saling menghargai siswa. Dengan kata lain sikap saling menghargai siswa cenderung pada faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terbentuknya
sikap
saling
menghargai baik faktor intern maupun faktor ekstern yang kurang baik.
1. Terdapat 2 responden atau 6,06% siswa memiliki pendapat bahwa faktor intern maupun faktor ekstern tidak berpengaruh terhadap
72
sikap saling menghargai. Hal ini disebabkan siswa kurang memiliki pemahaman tentang sikap saling menghargai yang berkaitan dengan kemauan siswa untuk menghargai orang lain.
Selain itu, kurangnya peranan orang tua dalam pembentukan sikap menghargai siswa, misalnya saja orang tua kurang memperhatikan anaknya dan tidak menanamkan sikap saling menghargai yang dapat berpengaruh dalam pembentukan sikap menghargai pada siswa tersebut.
Selanjutnya pengaruh masyarakat yang masih belum mewujudkan pembentukkan sikap menghargai pada siswa misalnya saja tidak menghargai pendapat orang lain dan cenderung memaksakan kehendak pada saat rapat ditingkat RT. Serta kurangnya peranan pihak sekolah dalam pembudayaan sikap menghargai pada siswa.
Seharusnya siswa memahami serta menanamkan sikap untuk menghargai sesama dan mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Para orang tua, guru, masyarakat maupun teman-teman
di
lingkungan
siswa
hendaknya
memberikan
pengetahuan serta pemahaman dan pembudayaan untuk hidup saling menghormati dan menghargai sehingga terciptalah kehidupan yang tentram dan damai tanpa adanya perbedaan antara yang satu dengan yang lain.
73
2. Sedangkan 13 responden atau 39,39% siswa memiliki pendapat
bahwa faktor intern maupun faktor ekstern kurang berpengaruh terhadap sikap saling menghargai siswa. Maksudnya dari faktor intern yaitu pemahaman siswa yang masih kurang tentang sikap untuk menghargai orang lain, serta faktor ekstern yaitu dari lingkungan keluarga yakni kurangnya peranan orang tua terhadap pembentukan sikap saling menghargai, dari lingkungan masyarakat yang masih belum mewujutkan pembentukan sikap menghargai pada siswa, serta dari lingkungan sekolah yakni peranan pihak sekolah dalam pembudayaan sikap saling menghargai yang mempengaruhi siswa untuk saling menghargai.
Seharusnya siswa lebih memahami serta menanamkan sikap untuk menghargai sesama dan mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Para orang tua dan juga guru harus bisa lebih memberikan pengetahuan mengenai pemahaman dan pembudayaan untuk menerapkan sikap saling menghargai sehingga siswa memiliki pemahaman yang baik. Sedangkan masyarakat maupun teman-teman di lingkungan siswa hendaknya memberikan pengetahuan serta pemahaman dan pembudayaan untuk hidup saling menghormati dan menghargai sehingga terciptalah kehidupan yang tentram dan damai tanpa adanya perbedaan antara yang satu dengan yang lain.
3. Jumlah 18 responden atau 54,55% siswa memiliki pendapat bahwa faktor intern (faktor yang terdapat dari dalam pribadi siswa itu
74
sendiri yaitu pemahaman siswa terhadap sikap saling menghargai) maupun faktor ekstern (faktor yang terdapat dari luar pribadi siswa baik
lingkungan
keluarga,
lingkungan
masyarakat
maupun
lingkungan sekolah) berpengaruh terhadap sikap saling menghargai siswa.
Maksudnya dalam hal ini siswa mempunyai pemahaman tentang sikap saling menghargai serta baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah mempengaruhi dalam pembentukan dan pembudayaan sikap saling menghargai. Melihat dari 18 responden yang benar- benar berpendapat bahwa faktor intern dan faktor ekstern berpengaruh terhadap pembentukan sikap menghargai, dari 33 responden merupakan jumlah yang ideal untuk menandakan pengaruh tersebut berhasil. Dan responden mampu mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari- hari. Berdasarkan pembahasan tehadap variabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang berpendapat bahwa faktor intern maupun faktor ekstern berpengaruh terhadap sikap saling menghargai memiliki jumlah yang ideal dan berhasil yaitu 18 responden atau 54,55% dari 33 responden yang mampu memahami sikap
menghargai
dan
baik
lingkungan
keluarga,
lingkungan
masyarakat, maupun lingkungan sekolah yang mempengaruhi mereka untuk membentuk serta membudayakan sikap menghargai dan menghormati. Sedangkan 13 responden atau 39,39% termasuk kedalam
75
kategori kurang berpengaruh, serta 2 responden atau 6,06% termasuk kedalam kategori tidak berpengaruh.
b. Sikap Saling Menghargai
Berdasarkan data hasil sebaran angket kepada 33 responden dengan 12 item pertanyaan menunjukkan bahwa sikap saling menghargai siswa SMAN 15 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2011-2012 lebih
dominan pada kategori menghargai.
1. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus interval diperoleh hasil bahwa sebanyak 22 responden atau 66,67% siswa mempunyai kategori menghargai dalam sikap saling menghargai siswa SMAN 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. Hal ini dikarenakan siswa sudah mampu dalam mengamalkan indikator-indikator sikap saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari seperti toleransi, menghargai pendapat, saling menghormati, dan tenggang rasa.
2. Sementara itu, yang termasuk pada kategori kurang menghargai adalah 8 responden atau 24,24%, hal ini dikarenakan siswa kurang mengamalkan indikator-indikator sikap saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari seperti toleransi, menghargai pendapat, saling menghormati, dan tenggang rasa. Seharusnya siswa mengamalkan sikap untuk saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari baik
76
sikap toleransi, menghargai pendapat, saling menghormati, maupun tenggang rasa.
3. Selanjutnya, yang termasuk kedalam kategori tidak menghargai adalah 3 responden atau 9,09%, hal ini dikarenakan siswa tidak mengamalkan indikator-indikator sikap saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari seperti toleransi, menghargai pendapat, saling menghormati,
dan
tenggang
rasa.
Seharusnya
siswa
lebih
mengamalkan sikap untuk saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari baik sikap toleransi, menghargai pendapat, saling menghormati, maupun tenggang rasa.
Dari pembahasan diatas tehadap variabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang termasuk kedalam kategori menghargai sebanyak 22 responden atau 66,67%, jumlah responden yang termasuk kedalam kategori kurang menghargai sebanyak 8 responden atau 24,24%, serta jumlah responden yang termasuk kedalam kategori tidak menghargai sebanyak 3 responden atau 9,09%.
Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang dilakukan maka terdapat tingkat keeratan hubungan yang kuat antara faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMAN 15 Bandar Lampung dengan sikap saling menghargai siswa SMAN 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus chi kuadrat dimana
hitung lebih besar dari
tabel (
hitung ≥
77
tabel ), yaitu 28,04 ≥ 9,49 pada taraf signifikan 5% (0,05) dan derajat kebebasan = 4, serta mempunyai derajat keeratan hubungan antara variabel dalam kategori tinggi dengan koefisien kontingensi C = 0,68 dan kontingensi maksimum
= 0,812. Bedasarkan perhitungan tersebut
maka koefisien kontingen C = 0,68, berada pada kategori tinggi.
Sehingga dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMAN 15 Bandar Lampung dengan sikap saling menghargai siswa SMAN 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012, artinya semakin tinggi pengaruh faktor-faktor terbentuknya sikap saling menghargai baik faktor intern (pemahan) maupun faktor ekstern (lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah) seorang siswa maka semakin baik juga sikapnya untuk menghargai orang lain. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengaruh faktor-faktor terbentuknya sikap saling menghargai baik faktor intern (pemahan) maupun faktor ekstern (lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah), maka sikap saling menghargai siswa juga kurang baik.
78
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan dalam penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Faktor intern maupun faktor ekstern yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMAN 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 dominan pada kategori berpengaruh. Terbukti sebanyak 18 responden atau 54,55% siswa masuk kategori berpengaruh. Artinya siswa mempunyai pemahaman tentang sikap saling menghargai serta baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah mempengaruhi dalam pembentukan dan pembudayaan sikap saling menghargai.
Sikap saling menghargai siswa SMAN 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 dominan pada kategori menghargai. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 22 responden atau 66,67% siswa masuk kategori menghargai. Artinya sikap saling menghargai siswa di SMAN 15 sudah baik. Hal ini perlu dibina dan dipelihara dalam pembiasaan sikap terpuji di lingkungan belajar.
79
Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang dilakukan maka terdapat tingkat keeratan pengaruh yang kuat antara faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap saling menghargai di SMAN 15 Bandar Lampung dengan sikap saling menghargai siswa SMAN 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 ditunjukkan dengan 28,04 ≥ 9,49. Artinya semakin tinggi pengaruh faktor-faktor terbentuknya sikap saling menghargai baik faktor intern (pemahan)
maupun
faktor
ekstern
(lingkungan
keluarga,
lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekolah) seorang siswa maka semakin baik juga sikapnya untuk menghargai orang lain.
B. Saran Bedasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut: 1. Kepada guru agar mengajarkan PKn tentang cara menghargai lalu dipelihara dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kepada siswa agar dalam bergaul tetap menjalin hubungan yang baik dengan cara tidak memilih-milih teman serta tidak membeda-bedakan status sosial seseorang, pangkat, ras, kekayaan, dan sebagainya. 3. Kepada para orang tua agar mengajarkan tentang cara menghargai, lalu dipelihara serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Kepada
masyarakat
agar
dapat
meningkatkan
kesadaran
terhadap
pentingnya sikap saling menghargai sehingga terciptalah lingkungan yang aman, tentram dan damai.