BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Istilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi
yang bekerja dalam skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu, hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan lainnya. Istilah “komunikasi massa” sendiri muncul pertama kali pada akhir tahun 1930 dan memiliki banyak pengertian, sehingga sulit bagi para ahli menejemahkan definisi komunikasi massa itu sendiri. Kata „massa‟ sendiri memiliki arti menggambarkan suatu (orang atau barang) dalam jumlah besar, sementara „komunikasi‟ mengacu pada pemberian dan penerimaan arti, pengiriman dan penerimaan pesan (Morrisan, 2002: 7). Perkembangan Teknologi Media Massa telah banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Banyak tayangan televisi yang menimbulkan permasalahan sosial. Secara perlahan tayangan televisi membentuk budayabudaya kekererasan, bila media massa masih menjadi sebuah industri yang mencari keuntungan maka dapat dipastikan akan terjadi perubahan besar yang akan ada di masyarakat. dan budaya kekerasan akan menjadi hal baru.
1
2
Televisi adalah Media Komunikasi yang paling banyak berpengaruh bagi kehidupan manusia, selain itu, televisi juga memiliki kelebihan dalam menarik perhatian masyarakat dibandingkan dengan media massa lainnya, karena disampaikan selain cepat dengan media yang sifatnya audio visual. dan juga dapat menjangkau ruang yang luas yang cukup tinggi. karena sifat yang audio visual ini televisi dapat ditonton dan dinikmati oleh berbagai kalangan baik tua, muda, dan anak-anak.1 Tayangan adalah sajian audio visual berupa informasi pemberitaan, acara rekayasa realita ataupun produksi cerita fiksi (mcQuail, 1996:70). dalam tayangan yang dibagi lagi menjadi beberapa bagian acara dan berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak2. Dan berita merupakan salah satu program di televisi yang menyajikan berbagai informasi. Kemudian dikutip dari buku terjemahan Here’s the News yang ditulis oleh Paul De Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru, penting, dan bermakna (signifikan), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita tersebut mengandung unsur-unsur seperti Baru dan penting, Bermakna dan berpengaruh, menyangkut hidup orang banyak, relevan dan menarik. (Sumadiria, 2005:64). Berbagai tipe berita yang disajikan, pemberitaan kriminal kekerasan,
1
Elvinaro ardianto, lukiati komala, siti karlina, komunikasi massa, september 2007
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Berita di unduh pada tgl : 5 juni 2012 pukul 08.15
3
atau bencana merupakan salah satu isi berita yang ditayangkan televisi dan mendapat perhatian yang banyak oleh masyarakat. Dalam hal ini media memegang peranan penting dalam sebuah pemberitaan kriminal yang disampaikan ke masyarakat mengenai informasi, dalam hal ini informasi tentang kriminalitas yang terjadi. Maka hal ini pun berdampak berbeda dalam memaknai pemberitaan tersebut oleh masyarakat. Karena sebuah terpaan media yang definisinya adalah kegiatan menerima (membaca, mendengar, menonton) pesan media secara pasif maupun aktif3. Rangkaian acara televisi yang salah yang beragam jenis antara lain hiburan, musik, dan berita. Dan berita merupakan program televisi yang menginformasikan kejadian ataupun peristiwa yang tengah berlangsung. Oleh karena itu berita televisi merupakan salah satu program yang penting untuk dilihat untuk masyarakat agar mengetahui informasi kekinian ataupun yang sedang ramai terjadi di masyarakat. Pemberitaan dibagi kepada beberapa bagian lagi, antara lain News Feature, Hard news, dan Soft news, dan kategori berita kriminal tergolong dengan Hard news karena merupakan sajian berita yang aktual dalam segi kejadian, dan terus di-update keberadaan beritanya di televisi, dan beberapa kasus kriminal di televisi yang diberitakan kadang memiliki pesan dan isi yang berbeda dalam penyajian beritanya walaupun dalam segi pemberitaan topik beritanya sama. Berita dalam hal ini merupakan salah satu aspek yang penting dalam membangun opini dan membantu wawasan dan informasi masyarakat,
3
http://digilib.petra.ac.id/docs/komunikasi.jurnal/197663kom.hmlt/ di unduh pada tgl 5 juni 10.00
4
berdasarkan hasil wawancara singkat tanggal 15 september 2012 dari traffic Program kompas tv mengenai informasi berita yang ditayangkan setiap harinya “..Dalam setiap stasiun televisi memiliki program berita, tapi penayangannya berita dalam setiap waktunya bisa di tayangkan lebih dari 6 kali dalam satu hari, karena di tayang ulang pada setiap breaking news, dan ditampilkan beberapa di program berita utama..”4 Oleh karena itu dalam setiap penayangan di stasiun televisi saja bisa lebih dari 6 kali penayangan, dan biasanya setiap berita di distribusikan ulang kepada stasiun televisi lain sehingga kemungkinan besar masyarakat yang melihat seringnya berita akan terkena dampak terpaan media, dan terpaan media dapat juga diartikan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi atau media secara keseluruhan (Mulyana, 2004:66). Dan terpaan media yang dalam hal ini merupakan media televisi dalam sebuah pemberitaannya tentang kriminalitas. Untuk itu sebuah terpaan media televisi dapat diukur antara lain dengan indikator frekuensi penayangan, isi berita, dan durasi penayangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Horrigan5 yang menyatakan terdapat dua hal mendasar untuk mengetahui intensitas pemanfaatan media, yakni frekuensi penayangan, isi berita, dan durasi penayangan. Intensitas penayangan adalah tingkatan seberapa sering khalayak melihat berita tersebut, karena lebih sering orang tersebut melihat maka akan berbeda makna perspektif dari orang tersebut dalam menyikapi berita tersebut, isi berita merupakan cara penyajian dan media televisi saat ditayangkan kepada khalayak,
4 5
Wawancara dengan Hardimen Koto tgl 11 agustus 2012 . http://www.peinternet.org
5
isi berita ini dipengaruhi dari budaya media sendiri, berbeda stasiun televisinya maka akan berbeda pula dalam penyajian isi berita yang disampaikan.6 Durasi dari sebuah pemberitaan juga sangat mempengaruhi dalam pemaknaan perspektif yang timbul dalam khalayak, karena dalam melihat tayangan yang sepintas dibanding tayangan lama dengan isi berita yang menarik akan menjadikan pemaknaan pemberitaan sebuah stasiun televisi yang memberikan informasi tersebut kepada khalayak. Masyarakat kota Bandung mungkin sudah mengetahui di era 1980-an nama geng motor mulai mencuat meski belum terlalu diekspos oleh media saat itu keberadaanya, akan tetapi koloni-koloni geng motor kecil mulai merayap merekrut anggotanya nya, sebut saja XTC (Exalt To Cuitus) dan MoonRaker geng motor yang pertama hadir di Bandung di tahun 1982 Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja, Kemudian XTC (Exalt To Coitus) yang diprakarsai oleh 7 pemuda Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama 6
http://kacajendela.wordpress.com/category/sosial-komunikasi-budaya/page/2/ : di unduh pada tgl 28 agustus 2012
6
semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putihbiru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela.7 Geng motor yang mempunyai prinsip “Raja Jalanan” yang saling memperebutkan daerah kekuasan di Bandung ini pada tahun 2008 mulai mencuat kepermukaan publik dan di ekspos televisi melalui tayangan pemberitaan, dan dan lebih lagi beberapa televisi tidak hanya menyangkan pemberitaan kekerasan di jalanan yang dilakukan geng motor saja akan tetapi cara perekrutan anggota geng motor. Perspektif yang timbul dalam masyarakat akan sebuah pemberitaan geng motor menimbulkan kecemasan publik, dan membuat sebuah ketakutan tersendiri dalam masyarakat khusunya kota Bandung, dan permasalahan kecemasan adalah bentuk kecemasan yang lebih berat dari perasaan cemas biasa, kecemasan ini timbul lebih kuat, lebihh sering atau lebih lama dan dapat menjadi sebuah kebiasaan yang sangat sulit dihilangkan jika terus menerus mendapatkan informasi yang ditayangkan televisi dalam hal ini pemberitaan kriminal. Selain itu data Kapolsek kota Bandung yang dilansir pada website resminya pada tahun 20118 angka kriminalitas yang terjadi pada pengguna kendaraan bermotor di kota Bandung dari bulan Maret hingga November sebanyak 26 kasus.
7 8
Sejarah singkat Geng Motor dikutip dari Majalah : Playboy Indonesia, Mulyani Hasan april 27,2007 http://www.lodaya.web.id/?p&%=573.hmlit di unduh pada tgl 5 juni 12.34
7
Jumlah kekerasan tertinggi ada pada penyerangan di jalan raya sebanyak 18 kasus, kemudian 6 kasus terjadi penyerangan pada fasilitas umum, kasus terjadi penyerangan disertasi penjambretan, dan 2 kasus terjadi pada wilayah tempat tinggal masyarakat. Angka ini terbilang cukup menurun dibanding kasus tahun 2010 lalu yang sebanyak 32 kasus penyerangan. Akan tetapi angka ini masih cukup mengkhawatirkan karena dinilai belum terjadi pengurangan signifikan dan usaha meredam perilaku kriminalitas yang dilakukan oleh Polsek kota Bandung. Angka kriminalitas oleh geng motor juga dipengaruhi oleh gender, perempuan dalam hal ini merupakan kaum yang lemah dan seringkali tidak memiliki kempampuan bertahan sangat kurang terhadap terhadap perilaku kejahatan seperti di lansir pada harian kompas dalam wawancara dengan Anggota Komisioner Sub Komisi Pendidikan Komnas Perempuan, Yustina Rostiawati, di Jakarta "Kekerasan geng motor terhadap perempuan ini tidak mudah, dan sangat sensitif. Dan, kalau kita lihat angka 21 kali kekerasan dalam tahun 2010 sekarang ini, hanya yang ke lembaga pelayanan saja diketahui. Memang seperti gunung es, yang kelihatan pucuknya saja," Beliau mengatakan, hal tersebut terjadi karena kadang aparat keamanan justru melakukan pembiaran ketika ada laporan kriminalitas oleh geng motor terhadap perempuan. "Masalahnya, ketika dia meminta pertolongan saat diserang geng motor, justru menjadi korban kembali, seperti peristiwa perkosaan, malah disangsikan dan dinyatakan salahnya sendiri mengundang untuk diperlakukan kekerasan. Kalau sudah begitu, sangat susah bagi perempuan untuk mendapat perlindungan,"9
9
di kutip dari harian kompas Rabu, 7 Maret 2012 dengan judul : 2011, Kekerasan pada Perempuan Semakin Parah
8
Pengguna sepeda motor yang seringkali menjadi korban kriminalitas saat malam hari, memang tidak bisa dihindarkan, karena sepeda motor juga merupakan kendaraan utama yang dijadikan kendaraan di masyarakat selain harganya yang tidak terlalu mahal, mudah dikendarai, dan juga irit dalam penggunaan bahan bakar minyak, karena salah satu alasan ini pula masyarakat lebih memilih untuk menggunakan sepeda motor. Dewasa ini juga pengguna sepeda motor tidak hanya didominasi kaum pria saja, akan tetapi perempuan juga menjadi hal lumrah untuk mengendarai sepeda motornya sendiri, karena di motori dengan berbagai alasan seperti mandiri, kecepatan dalam waktu tempuh perjalanan, hingga masih banyaknya pemikiran masyarakat yang kurang mempercayai transportasi umum di kota Bandung yang tersedia dari mulai masalah keamanan, hingga kenyamanan, jadi perempuan dewasa ini lebih memilih mengendarai sepeda motor. Pengguna sepeda motor beragam dan selalu ada wadah kreatif untuk mengumpulkan kegiatan tersebut, adalah Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung adalah satu club motor yang besar dan berpusat di kota Bandung, anggota club motor ini dikhususkan bagi para wanita “biker” yang mempunyai motor honda scoopy, dan hobi jalan-jalan menggunakan motor Honda Scoopynya. Wonderwoman Scoopy Indonesia tersebar luas di seluruh Indonesia dan memiliki berbagai Chapter Club antara lain Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Lampung, dan Medan. Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung seringkali mengadakan acara touring dalam kota akan tetapi acara touring ini lebih sering diadakan malam hari, yang tingkat kriminalitasnya sebenarnya cukup tinggi dan
9
berbahaya, apalagi dalam masalah gender yang seringkali menurut data yang dijelaskan tadi. Kemudian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kultivasi (cultivation theory) dari George Gerbner. Teori kultivasi adalah sebuah teori yang memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi akan pesan-pesan media, kemudian teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun
keyakinan
yang
berlebihan
bahwa
“dunia
itu
sangat
menakutkan”(morrisan:2002:106). Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”. Proses kultivasi dari penonton yang berdasarkan sebuah tayangan televisi dan penonton yang terjerumus dalam brainstorming televisi dikarenakan seringnya melihat tayangan televisi (Intensitas) dan muatan tayangan yang dibawa televisi sendiri, yang kemudian proses kultivasi yang berdampak mengubah pola pikir dan mensusgesti nilai-nilai penonton yang menyaksikan, jika dalam tayangan tersebut lebih banyak mengandung kekerasan maka akan mengubah mindset seseorang menimbulkan ketakutan berlebihan ataupun kecemasan terhadap sesuatu yang belum terjadi pada dirinya.(Satya Bharata:2011:303)10
10
Satya Bharata dalam buku Mesin pencuci otak”menggugat tayangan televisi” 2011
10
Faktor realitas imitative yang dipengaruhi televisi yang menjadi mesin pencuci otak masyarakat, dan memberikan tayangan dapat merubah sikap yang melihat tayangan tersebut baik dengan durasi beberapa detik seperti iklan, ataupun tayangan yang hanya hitungan menit seperti newsflash, ataupun berdurasi lebih berjam-jam seperti film.(Payoga, 2011:59) dan definisi Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (G.W. Allport, 1935:10). Masih menurut G.W Allport, ada 3 hal penting dalam pembentukan sikap masa adolescence: Media massa, Kelompok sebaya (peer), Kelompok yang meliputi lembaga sekolah,lembaga keagamaan, organisasi kerja, dan sebagainya. jadi faktor media massa dalam hal ini televisi tidak diragukan lagi bisa menjadi pengubah sikap masyarakat dalam melihat tayangan pemberitaan geng motor, dan bisa menimbulkan kecemasan dalam kesehariannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan dalam latar belakang di atas, maka penulis tertarik sekali untuk meneliti media massa dalam hal ini televisi yang menjadi “kotak ajaib pencuci otak manusia” yang bisa mempengaruhi sikap kecemasan masyarakat, maka penulis mengambil judul penelitian “Hubungan Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor”
11
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dirumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah ada Hubungan Signifikan dalam Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor”.
1.3
Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Adakah hubungan antara intensitas perempuan pengguna sepeda motor dalam mengkonsumi tayangan pemberitaan geng motor dengan tingkat kecemasan pengguna sepeda motor? 2. Adakah hubungan antara jenis isi berita dalam tayangan pemberitaan geng motor di televisi dengan dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor?
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hal dibawah ini: 1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas perempuan pengguna sepeda motor dalam melihat tayangan pemberitaan geng motor dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor. 2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara jenis isi berita tayangan pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
12
1.5
Kegunaan Penelitian
1.5.1
Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian ilmiah di
bidang ilmu komunikasi, khususnya di bidang komunikasi massa yaitu dalam hal terpaan media televisi yang merupakan salah satu media yang memiliki andil kuat dalam mempengaruhi sifat masyarakat, dan juga mengembangkan ilmu dalam tingkat kecemasan yang dikaji dalam ilmu komunikasi.
1.5.2
Kegunaan Praktis Diharapkan memberi menjadi referensi bagi dunia pertelevisian di
indonesia, mengenai efek dari media massa terhadap masyarakat. Agar pengemasan sebuah berita lebih menarik dan baik dari segi isi dan penyajian sebuah materi, karena media televisi pada saat ditayangkan bisa disaksikan langsung jutaan pasang mata di seluruh Indonesia.
1.6
Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini terbagi tiga yaitu kerangka teoritis, konseptual, dan
operasional dan penjabarannya seperti dibawah ini:
1.6.1
Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang
dijadikan landasan serta asumsi-asumsi teoritis yang mana dari teori tersebut yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti, dan teori yang
13
digunakan pada penelitian ini adalah Teori Kultivasi (Culitivation Theory) oleh George
Gerbner.
Adapun
Teori
kultivasi
adalah
sebuah
teori
yang
memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi akan pesan-pesan media (West & Turner: 2007: 407). Teori Kultivasi mengajukan tiga asumsi dasar untuk mengedepankan gagasan bahwa realitas yang diperantai oleh TV menyebabkan khalayak menciptakan realitas sosial mereka sendiri yang berbeda dengan realitas sebenarnya, ketiga asumsi dasar teori kultivasi ini adaah TV adalah media yang sangat berbeda, TV membentuk cara berpikir dan berinteraksi, serta pengaruh TV yang bersifat terbatas(Morrisan: 2010: 107). Asumsi teori kultivasi dibagi tiga bagian yaitu: 1. Asumsi yang pertama adalah analisis kultivasi menggarisbawahi keunikan dari keunikan dari televisi. Televisi tidak membutuhkan kemampuan untuk membaca, sebagaimana dengan media cetak. tidak seperti radio, televisi tidak membutuhkan mobilitas, sebagaimana pergi ke tempat bioskop atau teater. Televisi adalah satu-satunya medium yang pernah diciptakan yang tidak
memiliki
batas
usia,
maksudnya
adalah
orang
dapat
menggunakannya dalam tahun-tahun awal dan akhir kehidupan mereka, dan juga tahun-tahun diantaranya. 2. Asumsi yang kedua berkaitan dengan dampak televisi. Gerbner & Gros (1972) menyatakan bahwa subtansi dari kesadaran yang dikultivasi oleh TV tidak merupakan sikap dan opini yang lebih spesifik dibandingkan
14
asumsi-asumsi yang lebih mendasar mengenai fakta-fakta kehidupan dan standar penilaian yang mendasari penarikan kesimpulan. maksudnya adalah TV tidak lebih kurang meyakinkan mengenai seperti apa dunia sebenarnya. Analisis kultivasi tidak menyatakan mengenai apa yang akan kita lakukan berdasarkan menonton televisi yang penuh dengan kekerasan, melainkan teori ini mengasumsikan bahwa menonton televisi yang penuh dengan kekerasan akan membuat kita merasa takut karena televisi menanamkan di dalam diri kita gambaran dunia yang kejam dan berbahaya. 3. Asumsi ketiga menyatakan bahwa dampak dari televisi terbatas. Hal ini mungkin terdengar aneh, apalagi melihat fakta bahwa televisi tersebar sangat luas tetapi, kontribusi kepada budaya yang dapat diamati, diukur, dan independen relatif kecil. Gerbner menggunakan analogi zaman es membedakan analisi kultivasi dari pendekatan dampak yang terbatas. Analogi zaman es (ice age analogi) menyatakan bahwa “sebagaimana pergeseran
temperatur
rata-rata
sebanyak
beberapa
derajat
dan
mengakibatkan zaman es, atau hasil akhir pemilihan umum dapat ditentukan dengan batas yang tipis, demikian pula dampak yang relatif kecil namun tersebar luas dapat membuat perbedaan besar” (West &Turner, 2008:88). Jadi pernyatan tersebut posisi yang menyatakan bahwa televisi tidak memiliki suatu dampak besar, melainkan mempengaruhi dampak yang berkelanjutan dan terbatas.
15
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa bahwa pada dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak “the television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Kemudian bagaimanakah televisi memberikan kontribusi pada konsepsi penonton mengenai realitas sosial sehingga kecemasan timbul akibat dari penayangan pemberitaan tersebut?. Proses Kultivasi terjadi dalam dua cara yaitu : 1. Mainstreaming terjadi ketika, penonton kelas berat, simbol-simbol televisi mendominasi informasi lainnya
dan ide mengenai dunia. Karena
menonton televisi terlalu banyak, konstruksi realitas sosial seseorang bergerak kearah mainstream, bukan mainstream dalam artian politik, tetapi realitas ektertnal manapun yang dapat diukur dan objektif. Mainstreaming bisa juga diartikan kecenderungan para penonton kelas berat untuk menerima realitas budaya dominan yang ditampilkan di televisi walaupun hal ini sebenarnya berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya. 2. Media Resonansi, terjadi ketika hal-hal di dalam televisi, dalam kenyataan kongruen
16
1.6.2
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep
yang terkandung di dalam asumsi teoritis yang akan digunakan untuk mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep tersebut. Penurunan variabelnya berdasarkan data empiris yang diturunkan kepada variabel, dalam hal ini Gerbner dalam Ardianto (2007:7) dan teori kultivasi didasari pada penggunaan media televisi, penggunaan media dalam efek kultivasi yaitu dari penggunaan media dari jumlah waktu dalam menggunakan media, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 1989:89) maka penurunan sub-sub variabel menjadi indikator adalah sebagai berikut: Variabel X
: Tayangan Pemberitaan Geng Motor di televisi
Sub Variabel XI
: Intensitas
Tingkat mengkonsumsi media (terpaan media) berkaitan dengan seberapa sering mengkonsumsi media dan intensitas komunikasi. Indikator: 1. Frekuensi: Frekuensi yang dimaksud adalah seberapa sering Anggota Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung melihat tayangan pemberitaan geng
motor. 2. Durasi: Lamanya menonton tayangan program berita geng motor. Yang
dimaksud adalah menyaksikan tayangan pemberitaan geng motor sampai tuntas dalam setiap penayangan pemberitaan geng motor di televisi.
17
Sub Variabel X2: Isi Pesan Media Televisi -
Kejelasan informasi media televisi
-
Kelengkapan informasi media televisi
-
Keakuratan informasi media massa
Indikator: 1. Kejelasan informasi media televisi: seberapa jelas media menyampaikan topik yang diinformasikan dalam acaranya baik melalui isi, bobot, dan penggunaan bahasa yang baik dalam menyampaikannya. 2. Kelengkapan kelengkapan
informasi:
seberapa
informasi
lengkap
kepada
media
khalayak
menyampaikan 5W
1H
(what,when,who,why,where,how) menjadi tolak ukur kelengkapan berita saat disajikan kepada khalayak. 3. Keakuratan informasi media massa: seberapa akurat pemberitaan yang disampaikan kepada khalayak baik sumber didapatkan informasinya, dan pemberitaan yang ditayangkan dapat dipercaya. Variabel Y: “tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor” Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, perilaku dapat terganggu tetapi dalam batasbatas normal. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan dikategorikan dalam lima tingkatan, yaitu tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik (Hawari, 2006:56).
18
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama DASS (Depression Anxiety Stress Scales). Tingkatan cemas pada instrumen ini berupa tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik. Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan stres. Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14 item pertanyaan.(lovibond,1995:2-4)11 Instrumen ini merupakan instrumen baku yang banyak digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengukur tingkat kecemasan pada suatu populasi karena dinilai sesuai dan mewakili beberapa tolak ukur tingkat kecemasan, dan instrumen yang telah baku yang telah ditulis 42 item pertanyaan telah diuji dalam jangka waktu yang lama dan telah terbukti keabsahannya.(Hawari:2006,56-57) Pada Variabel Y indikator yang digunakan adalah DASS (Depression Anxiety Stress Scale) yaitu tingkatan cemas pada instrumen ini berupa kecemasan normal, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan sangat berat. Penjabarannya seperti dibawah ini: 1. Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele 2. Saya merasa bibir saya sering kering 3. Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif
11
(Lovibond, 1995). avaible at
: www.psy.unsw.edu.au/dass
19
4. Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya) 5. Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan 6. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi 7. Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ‟copot‟) 8. Saya merasa sulit untuk bersantai 9. Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir 10. Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan 11. Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal 12. Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas 13. Saya merasa sedih dan tertekan 14. Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu) 15. Saya merasa lemas seperti mau pingsan 16. Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal 17. Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia 18. Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung 19. Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya
20
20. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 21. Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat 22. Saya merasa sulit untuk beristirahat 23. Saya mengalami kesulitan dalam menelan 24. Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan 25. Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah) 26. Saya merasa putus asa dan sedih 27. Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah 28. Saya merasa saya hampir panik 29. Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal 30. Saya takut bahwa saya akan „terhambat‟ oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan 31. Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun 32. Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan 33. Saya sedang merasa gelisah 34. Saya merasa bahwa saya tidak berharga 35. Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan 36. Saya merasa sangat ketakutan 37. Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan
21
38. Saya merasa bahwa hidup tidak berarti 39. Saya menemukan diri saya mudah gelisah 40. Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri 41. Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan) 42. Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan stres. Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14 item pertanyaan (Lovibond, 1995). Skala DASS ini direkomendasikan berdasarkan wawancara peneliti oleh narasumber untuk skala pengukuran tingkat kecemasan yang digunakan untuk penelitian non-medik dan terbilang awam, serta penlitian ini bersifat sosial, dan narasumber memberi anjuran Pertanyaan 14 item mengenai kecemasan dari DASS selain melalui data empiris jurnal Lovibond diperoleh kembali 8 item dari tingkat kecemasan yan telah direkomendasikan, wawancara dilakukan dengan narasumber Dra. Rini Hildayani, Psi, M.Si salah satu psikolog kejiwaan di Rs. Marzoeki Mahdi Bogor.
1.6.3
Kerangka Operasional Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa saja
yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan diantara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.
22
1.6.1.1 Definisi Operasional Sesuai dengan teori kultivasi oleh George Gerbner serta berdasarkan permasalahan yang akan diteliti maka dapat dirumuskan keterkaitan konsep penelitian dengan teori yang digunakan sebagai berikut: 1. Variabel X : “Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi” Sub Variabel X1 : Intensitas Indikator: -
Frekuensi Penggunaan Media Televisi
-
Durasi penggunaan Media Televisi per-hari
Sub Variabel X2: Isi Pesan Media Televisi -
Kejelasan Informasi Media Televisi
-
Kelengkapan Informasi Media Televisi
-
Keakuratan Informasi Media Mass
2. Variabel Y: Tingkat Kecemasan Pengguna Sepeda Motor saat Malam Hari Diukur dengan DASS (Depression Anxiety Stress Scale) yaitu tingkatan cemas pada instrumen ini berupa kecemasan normal, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan sangat berat. Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan stres. Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14 item pertanyaan (Lovibond, 1995). Data hasil wawancara Dra. Rini Hildayani, Psi, M.Si pertanyaan 14 poin dari instrumen pengukur tingkat kecemasan
DASS adalah sebagai berikut:
23
No 1 2
PERNYATAAN Saya merasa bibir saya sering kering Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya)
3
Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan
4
Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi
5
Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ‟copot‟)
6
Saya merasa sulit untuk bersantai
7
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir
9
Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal
10
Saya merasa sedih dan tertekan ketika
11 12 13 14
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu) Saya merasa lemas seperti mau pingsan Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas Tabel 1.1 14 Pertanyaan untuk dimasukan ke dalam angket aturannya sudah baku
berdasar jurnal lovibond, dan ditegaskan kembali melalui wawancara empiris yang dilakukan oleh narasumber ahli yang terpecaraya di atas, kemudian dari 14 pertanyaan dikurangi kembali agar pertanyaan lebih sesuai dengan pembahasan tentang tayangan pemberitaan geng motor televisi dengan tingkat kecemasan pengendara sepeda motor perempuan, dan diperoleh 8 pertanyaan tentang tingkat kecemasan.
24
1.6.1.2 Model Penelitian Tayangan Pemberitaan
Tingkat Kecemasan
Tidak
Ya Tolak
Sesuai
Ya
Berakhir (Stop)
Tidak Bertindak
Ganti Tema Penelitian
Terapkan Prioritas
Evaluasi Umpan Balik
Lihat situasi
Tutup
Tetapkan Sumber
Cek Sumber untuk
Fokus Luas/ Sempit
Konsultasi dengan Sumber
Bertindak
25
1.6.4
Bagan Kerangka Penelitian
JUDUL PENELITIAN
TEORI YANG DIGUNAKAN
Hubungan Pemberitaan Geng Motor di televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
Teori Kultivasi (Cultivation Theory)
ASUMSI DASAR Teori kultivasi didasari pada penggunaan media televisi, penggunaan media dalam efek kultivasi yaitu dari penggunaan media dari jumlah waktu dalam menggunakan media, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 1989:89)
RUMUSAN MASALAH Apakah ada Hubungan signifikan Pemberitaan Geng Motor di televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor
VARIABEL X “Tayangan Pemberitaan Geng Motor di televisi” Sub Variabel X1 : Intensitas
Variabel Y Tingkat Kecemasan
Indikator : -
1.7 Hipotesis
Frekuensi Penggunaan Media Televisi
1.8
Durasi penggunaan Media Televisi per-hari
DASS (Depression Anxiety Stress Scale) (lovibond, 1995:2-4)
Sub Variabel X2 : Isi Pesan Media Televisi -
.
1.7 Hipotesis Kejelasan Informasi Media Televisi
-
Kelengkapan Informasi Media Televisi
-
Keakuratan Informasi Media Massa
Gambar 1.1
26
1.7 Hipotesis 1.7
Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penelitian, akan tetapi besar
kemungkinan untuk menjadi jawaban yang benar. Hipotesis ini dibutuhkan sebagai penjelasan problematik yang dicari pemecahannya (Surakhmad, 1990:63). Maka berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat diatas, maka penjabaran hipotesisnya sebagai berikut dibawah ini:
1.7.1
Hipotesis Major
H1: Ada hubungan signifikan antara pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor. H0: Tidak ada hubungan signifikan pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor. 1.7.2
Hipotesis Minor
H1: Ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor H0: Tidak ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor. H1: Ada hubungan signifikan antara isi pesan dalam pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor. H0 : Tidak ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
27
1.8
Metodologi Penelitian
1.8.1
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survey, dengan pendekatan studi
korelasional. Studi korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta ada tidak arti hubungan itu. Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini. Studi korelasional digunakan untuk mengukur hubungan diantara berbagai variabel, Meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas, , dan Meratakan jalan untuk membuat rancangan eksperimental (Azwar, 2001: 31). Dalam penelitian ini, individu-individu yang dipilih adalah mereka yang menampakan perbedaan dalam beberapa variabel penting yang sedang diteliti. Riset korelasi bertujuan untuk mencari hubungan. Jika dua variabel saja yang kita hubungkan, korelasinya disebut korelasi sederhana. Maka dari itu, penelitian ini bersifat korelasi sederhana karena variabel yang digunakan hanya dua yaitu hubungan antara pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
28
1.8.2
Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang dilakukan mengenai masalah yang ada
dalam penelitian ini, untuk mengambil data primer untuk kepentingan penelitian. Pengumpulan data dengan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Dan dengan penjelesan penelitian ini menggunakan data utama berasal dari angket (kuesioner). Namun apabila ada data khusus yang lain peneliti menggunakan pendekatan berupa wawancara, observasi, dan studi pustaka. Dan berikut ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dijelaskan secara rinci: 1. Angket Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008 : 142 ). Pertanyaan penelitian yang telah disusun berkaitan dengan pemberitaan geng motor di televisi kemudian disampaikan melalui media tayangan televisi, dengan responden anggota Wonderwoman
Scoopy
Indonesia
Bandung
yang
menyaksikan
pemberitaan geng motor di televisi. 2. Wawancara Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan narasumber yang berkaitan atau terlibat langsung dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada beberapa anggota WSI Bandung wawancara seputar topik penelitian dan mengajukan beberapa pertanyaan pendukung dari penelitian ini.
29
3. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan pencarian data penunjang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis. Data tersebut diperoleh dari studi ke perpustakaan dan mengambil buku dan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Maupun melalui media internet sebagai referensi, untuk membantu literatur pengerjaan masalah penelitian yang diteliti. 4. Observasi Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu peristiwa, gejala atau proses yang sifatnya observasi (dapat diamati) sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Karl Weick, observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuantujuan empiris (Rakhmat, 2007:83). Dalam penelitian ini, segala sesuatu yang dilakukan dengan pengamatan langsung yang diobservasi di beberapa kegiatan WSI Bandung
yang secara rutin diadakan tiap
minggu.
1.8.2.1 1.
Jenis dan Sumber Data Penelitian Data Primer Data penting atau utama yang menjadi landasan bagi peneliti. Kredibilitas pelatih adalah variabel X yang meliputi kemampuan
30
pelatih. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang sangat berhubungan dengan variabelvariabel yang diteliti kepada responden. Data tersebut dibagi menjadi dua kelompok: a. Data Responden, yaitu data yang digunakan sebagai bahan analisis pembanding pada table bebas dan terikat dalam melihat gejala-gejala diluar variabel bebas dan terikat. Data responden meliputi hal-hal sebagai berikut: Tingkat konsumsi media, usia responden, dan pendidikan terakhir responden. b. Data Penelitian, yaitu data yang berkaitan dengan variabel X, terpaan media televisi dalam tayangan pemberitaan geng motor dengan hubungan tingkat kecemasaan wanita pengguna sepeda motor. 2. Data Sekunder Data
yang didapat
melalui
sumber-sumber
lain
yang dapat
menunjukkan penelitian yang terdiri dari wawancara, observasi, dan studi pustaka.
31
1.9
Populasi dan Sampel Sebagai syarat penelitian agar valid dikumpulkan responden yang berasal
dari sebuah populasi dan dikerucutkan lagi jumplah populasi tersebut menjadi sampel, dan keterangannya dijelaskan sebagai berikut ini.
1.9.1
Populasi Menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung, karena untuk mendapat data pasti perempuan yang menggunakan sepeda motor dan berkendara di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya, adapun total anggota
yang berjumlah 78 member
aktif12,
Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung sendiri merupakan club motor yang bersifat nasional dan berkegiatan touring di seluruh indonesia. Wonderwoman Scoopy Indonesia di kota Bandung yang total membernya 78 orang di kota Bandung terbagi 3 Chapter, Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung melakukan touring lebih sering saat waktu malam berkisar di atas pukul 20.00 ke atas karena alternatif jalan lebih sepi dan lengang dipilih untuk konvoi kepada daerah yang dituju dan berikut tabel dibawah merupakan total data member Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung.
12
Data diambil dari Data Gathernas WSI Bandung, wawancara dengan Ketua WSI Bandung tgl. 17 juni
32
Jumlah anggota Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter Bandung Utara
Jumlah Member
Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter Bandung Barat Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter Cimahi Tabel 1.2
25 23 27
Data diambil dari Data Gathnas WSI Bandung, wawancara dengan Ketua WSI Bandung tgl. 17 juni 13
1.9.2 Sampel Sampel adalah sebagian unsur populasi yang dijadikan objek penelitian. Menurut Sugiyono (2008:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Digunakan apabila ukuran populasinya relatif besar. Sampel yang diambil dari sebuah populasi harus benar-benar mewakili populasinya, sehingga data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat digunakan untuk menaksir ciri-ciri karakteristik populasinya. Penarikan sampel dari populasi yang ada menggunakan teknik random sederhana, karena populasi relatif kecil dan jelas beberapa individu yang harus diambil, adapun syarat teknik random sederhana adalah sebagai apabila memenuhi persyaratan berikut: Populasinya jelas, baik dari segi scope maupun ukurannya (populasinya tidak tak terbatas). Sifat populasinya homogen dan tidak terlalu tersebar secara geografis.
13
Data yang berjumlah 75 orang tersebut telah dikurangi 3 orang yang tidak menyaksikan tayangan pemberitaan Geng
Motor di televisi, karena dilakukan pra-survey dengan sebelumnya.
33
Tersedia
Kerangka Sampling (Sampling Frame) atau memungkinkan
untuk dibuatkan Kerangka Sampling. Tidak ada unsur populasi yang terdaftar dua kali atau lebih dalam Kerangka Sampling. Kerangka sampling adalah daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling.14 Maka untuk menentukan berapa besar sampel dari populasi digunakanlah Rumus Slovin dengan ketentuan populasi < 500. Dalam 78 orang jumlah member yang ada peneliti melakukan pra survey terlebih dahulu untuk mengetahui setiap individu yang telah melihat pemberitaan geng motor di televisi, dan setelah menyebarkan kepada seluruh anggota Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung di tengah mubes yang mereka adakan pada 17 juni, di dapatkan data sebanyak 75 orang yang pernah menyaksikan langsung pemberitaan geng motor di televisi, maka populasi penelitian yang sebanyak 75 kemudian selanjutnya peneliti menggunakan rumus slovin untuk mengambil populasi penelitian sebagai sampel yaitu dijabarkan sebagai berikut : Rumus Slovin: N n= 1 + Ne² Keterangan;
14
Catatan kuliah MPK Kuantitatif dan PPT oleh dadang sugiana/materi kuliah mpk 2010
34
n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir, misalnya 5%.
Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%. 75 n= + 75 . 0,05²
1 Jadi nilai n adalah 63
Selanjutnya dilakukan pengocokan nomer sampel yang akan diteliti untuk menerima angket yang akan diberikan, adapun no.7,9, dan 39 tidak masuk dalam list karena tidak melihat tayanga pemberitaan Geng Motor ditelevisi, sehingga tidak masuk kedalam daftar pengundian. Kemudian setelah pengundian nomer sampel selesai maka hasilnya seperti ini : No.
Nama
Chapter
12
Noviyanti
Chapter Bandung Utara
46
Dwi
Chapter Bandung Barat
31
Qonita
Chapter Bandung Barat
5
Tasya
Chapter Bandung Utara
63
Febilla
Chapter Cimahi
26
Tiara
Chapter Bandung Utara
35
6
Herlinda
Chapter Bandung Utara
8
Adelina
Chapter Bandung Utara
47
Riantika
Chapter Bandung Barat
38
Arnita
Chapter Bandung Barat
57
Tyara A.
Chapter Cimahi
4
Putriyana
Chapter Bandung Utara
21
Fauziah
Chapter Bandung Utara
75
Putri
Chapter Cimahi
24
Shabrina
Chapter Bandung Utara
43
Yusifani
Chapter Bandung Barat
15
Martha
Chapter Bandung Utara
69
Ririn
Chapter Cimahi
72
Indah
Chapter Cimahi
20
Rosyati
Chapter Bandung Utara
27
Sandy
Chapter Bandung Utara
60
Putli
Chapter Cimahi
2
Amalia
Chapter Bandung Utara
35
Siska P.
Chapter Bandung Barat
55
Larasati C.
Chapter Cimahi
29
Karina Nur
Chapter Bandung Barat
28
Tiara N.
Chapter Bandung Barat
11
Nuraini
Chapter Bandung Utara
36
66
Esta
Chapter Cimahi
73
Tiara M.
Chapter Cimahi
19
Citra
Chapter Bandung Utara
40
Annisa
Chapter Bandung Barat
52
Ayu K.
Chapter Bandung Barat
71
Syifa
Chapter Cimahi
62
Riri
Chapter Cimahi
1
Ines T.
Chapter Bandung Utara
50
Inneke
Chapter Bandung Barat
54
Nindia
Chapter Cimahi
53
Dian D.
Chapter Cimahi
18
Ratna I.
Chapter Bandung Utara
70
Eliza A.
Chapter Cimahi
23
Yulia R.
Chapter Bandung Utara
61
Yunita E.K.
Chapter Cimahi
3
Istyhatono
Chapter Bandung Utara
16
Oslanda P.
Chapter Bandung Utara
41
Fujia
Chapter Bandung Barat
56
Adinda M.
Chapter Cimahi
65
Saraswati
Chapter Cimahi
30
Firdha P.
Chapter Bandung Barat
10
Anis
Chapter Bandung Utara
37
8
Adelina F.
Chapter Bandung Utara
13
Dita
Chapter Bandung Utara
58
Meulisa
Chapter Cimahi
59
Dinar P.
Chapter Cimahi
17
Herika
Chapter Bandung Utara
25
Riska
Chapter Bandung Utara
53
Dian D.
Chapter Cimahi
32
Mutiara T.
Chapter Bandung Barat
34
Dewi Y.S
Chapter Bandung Barat
48
Astri A.
Chapter Bandung Barat
51
Dhini S.
Chapter Bandung Barat
33
Ikka N.
Chapter Bandung Barat
15
1.9.3
Tabel 1.3
Validitas dan Reliabilitas Dalam penelitian ini, untuk menguji data yang dipakai dalam penelitian,
peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas:
1.9.3.1 Validitas Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin
15
Tabel lengkap anggota ada pada lampiran, daftar anggota diambil dari data WSI Bandung tgl 17 Juni 2012
38
diukurnya
(Singarimbun, 2006:
124). Validitas
menunjukkan
ketepatan
pengukuran. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan suatu instrumen. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006:168). Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk yaitu untuk mengukur sejauh mana instrumen yang dipakai mampu mengemukakan seluruh aspek yang membangun kerangka konsep penelitian. Langkah- langkah yang dilakukan adalah: 1. Mendefinisikan secara operasional konsep-konsep yang akan diukur 2. Melakukan uji coba alat ukur pada sejumlah responden 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban 4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Spearman
RUMUS : rs = 1 sama.
6 d i
2
n (n 2 1)
; …..…..…..(1) . Jika tidak terdapat nilai X dan Y yang
39
rs =
x
2
2
y2 di
x y 2
2
2
;…..(2). Jika terdapat angka yang sama pada
variabel X atau Y.
Keterangan : rs
= Nilai Koefisien Korelasi Spearman
d2
=
N
= Ukuran sampel/Jumlah responden
Selisih atau beda antara range x dan range y pada pasangan data tertentu.
1.9.3.2 Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terdapat kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2003 : 4). Menurut Rakhmat, reliabilitas berarti memiliki sifat yang dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama (Rakhmat, 2007: 17). Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur dengan skala ordinal, digunakan teknik Spearman-brown atau teknik belah dua. Langkah kerjanya sebagai berikut: 1. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitasnya
40
2. Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan 3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan 4. Mengkorelasi skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment 5. Mencari reliabilitas keseluruhan item, dengan cara mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkan kedalam rumus
Keterangan : R 11 adalah nilai reliabilitas R b adalah nilai koefisien korelasi
1.8.3
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
data kuantitatif dengan menghitung sebuah nilai statistik. Salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisa statistik inferensial. 1. Analisis deskriptif, memaparkan jawaban dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam angket ke dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang untuk memberikan gambaran situasi yang terjadi.
41
Analisis deskriptif merupakan uraian berapa penggambaran untuk menjelaskan jawaban-jawaban yang diberikan responden. 2. Analisis Statistik Inferensial merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2008:169-170). Rank Spearman dimaksud untuk mencari indeks korelasi antara dua variabel yang menggunakan skala ordinal sehingga objek atau dua variabel yang menggunakan skala ordinal sehingga obyek-obyek atau individu-induvidu yang dipelajari dapat di ranking dalam dua rangkaian berurut (Siegel, 1992:250). Rumus uji korelasional Rank Spearman
rs
x y d rs 2 x . y 2
2
2
(Siegel, 1992:256) adalah: 2
2
Dimana: t = Banyaknya data berpangkat sama pada satu ranking tertentu n = Jumlah sampel
rs
= Koefisien korelasi rank spearman
T = Faktor koreksi d d x y x x Y Y X Y X Y Karena , karena dalam rank, dapat
kita tulis:
42
N
rs 1
6 di 2 i 1 3
n n
Dimana:
rs
= Koefisien Korelasi Rank Spearman
n
= banyaknya sampel
di
= selisih antara rank X dan rank Y
Keeratan hubungan antara variabel tersebut dinyatakan dengan nilai: -1<
rs
<1
rs 1
, artinya terdapat korelasi negatif sempurna antara variabel.
rs 1
, artinya terdapat korelasi positif sempurna antara kedua variabel.
rs 0
, artinya terdapat korelasi yang lemah, atau tidak ada hubungan sama sekali antara kedua variabel.
Kriteria pengujian hipotesisnya adalah jika sampel besar, apabila N adalah 10 atau lebih, signifikansi suatu
rs
yang kita hasilkan di bawah hipotesis-
nol dapat diuji dengan N besar, harga yang didefinisikan dengan rumus:.
t rs
N 2 1 r 2s
Dimana:
t = banyaknya data berpangkat sama pada satu ranking tertentu
43
N= Jumlah populasi
rs = koefisien korelasi rank spearman Rumus ini, berdistribusi student‟s t dengan db= N-2. Dengan demikian kemungkinan yang berkaitan, dibawah seekstrem harga
H o dengan sembarang harga yang
rs observasi dapat ditentukan dengan menghitung t yang
berkaitan dengan harga itu.
1.9.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah di lakukan di basecamp YSI Bandung yang bertempat di Jl.Prof eyckman no.3 Cafe Prins. Pengamatan dilakukan selama lima bulan, terhitung mulai tanggal 10 Juni 2012 yaitu sejak pra penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian sampai pada tahap penulisan laporan dan pengambilan kesimpulan, penyebaran angket, dan penelitian yang dilakukan dengan berjangka, Senin-Jum‟at disebarkan saat anggota member berkumpul di cafe prins, dan hari Sabtu malam di sebarkan saat WSI Bandung berkumpul sebelum melakukan konvoi ke beberapa bagian kota Bandung.