I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan di dalam rongga mulut merupakan faktor penting yang mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam mengontrol pH plak gigi. Komposisi saliva dapat berubah-ubah dilihat dari derajat keasaman (pH), elektrolit, dan protein, yang ditentukan oleh irama siang dan malam, sifat dan kekuatan rangsangan, keadaan psikis, makanan, kadar hormon, gerak badan serta obat-obatan.
Makanan
kaya karbohidrat
menaikkan
metabolisme dan produksi asam oleh bakteri-bakteri rongga mulut sehingga dapat menurunkan pH saliva. Makanan kaya protein membangkitkan pengeluaran zatzat bersifat basa pada saliva seperti amoniak sehingga mempunyai efek menaikkan pH saliva (Amerongen, 1991). Pada saat ini banyak dijumpai jenis-jenis makanan yang bersifat manis, lunak dan mudah melekat, misalnya permen, kembang gula coklat, biskuit, dan lain-lain. Biasanya makanan jenis ini sangat disukai oleh anak-anak karena sifatnya yang lunak tidak perlu pengunyahan, makanan lengket dapat melekat pada permukaan gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka akan berlanjut pada karies gigi (Moestopo, 1993 sit. Damanik, 2010). Kembang gula coklat pada umumnya memiliki komposisi gula, cocoa butter, coklat, susu skim, lemak susu, laktosa, dan penambah rasa. (Edelstein dan Sharlin, 2009; Anonim, 2014). Menurut Suwelo, (1992) konsumsi gula yang berlebihan dapat berakibat buruk seperti penyakit yang terjadi pada rongga mulut, salah satunya adalah karies gigi.
1
2
Menurut Academy of General Dentistry (AGD), salah satu upaya pencegahan yang dapat melindungi gigi terhadap karies adalah dengan mengonsumsi keju dan produk susu lainnya (Telgi dkk., 2013). Keju adalah suatu produk pangan yang berasal dari penggumpalan (koagulasi) protein susu. Jenis keju yang banyak diproduksi dan paling populer di Indonesia adalah jenis keju cheddar. Keju cheddar adalah jenis keju dengan konsistensi yang relatif keras, berwarna kuning pucat, dan memiliki rasa yang kuat (Fox, 2004). Kebiasaan mengonsumsi keju telah berkembang dan menjadi salah satu sajian yang disukai oleh masyarakat Indonesia walaupun keju tidak berasal dari Indonesia. Berdasarkan analisis lembaga survei Nielsen, keju merupakan salah satu produk yang tingkat konsumsinya terus mengalami peningkatan baik dari masyarakat Indonesia kalangan menengah ke atas sebesar 38% serta masyarakat menengah ke bawah sebesar 28% (Anonim, 2012). Mengunyah keju dapat meningkatkan sekresi saliva. Sekresi saliva seiring dengan peningkatan kapasitas bufer, jumlah urea dan amoniak saliva, efek pembersihan rongga mulut, serta komponen-komponen antimikroba saliva yang dapat mengurangi jumlah bakteri kariogenik di dalam plak (Herod, 1991). Kandungan keju sendiri juga dapat melindungi gigi dari pembentukan asam oleh bakteri, yaitu seperti kandungan protein (kasein dan peptida bioaktif), lemak, kalsium, dan fosfat (Wilson, 2009). Menurut Amir dan Hardy (2008) protein keju (casein phosphopeptides) yang terlepas akibat proses proteolisis keju di dalam mulut menyebabkan pembentukan casein phospopeptide–amorphous calcium phosphate (CPP-ACP)
3
complexes yang dapat meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfat, sehingga meningkatkan pH di dalam rongga mulut (Wilson, 2009). Salah satu tindakan pencegahan terhadap karies yang sedang berkembang di Amerika adalah dengan mengonsumsi keju setelah makan. American of Pediatric Dentistry menganjurkan kepada orang tua untuk memilih keju sebagai makanan selingan bagi anak-anak mereka sebagai upaya perlindungan gigi terhadap karies (Anonim, 2002). Tayab dkk., (2012) membandingkan efek pengunyahan paneer dan keju olahan terhadap derajat keasaman (pH) saliva. Paneer merupakan keju olahan tradisional masyarakat India. Paneer digunakan sebagai makanan uji sedangkan keju digunakan sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengunyahan paneer dan keju. Derajat keasaman (pH) saliva setelah pengunyahan paneer dan keju mengalami penurunan tajam setelah 5 menit, namun secara bertahap nilai pH saliva mencapai nilai pH saliva awal dalam waktu 15 menit dan pH saliva masih terus mengalami kenaikan hingga 30 menit. Menurut Amerongen (1991) perubahan pH saliva dan pH plak di dalam mulut mempengaruhi proses demineralisasi dan remineralisasi jaringan keras gigi. Grafik fluktuasi pH plak setelah subyek berkumur dengan 10ml larutan gula 10% digambarkan dengan Kurva Stephan. Setelah berkumur dengan larutan gula, dalam waktu 3-5 menit pH turun dari nilai normal menjadi mendekati pH 5. Sistem bufer saliva membutuhkan waktu 30–60 menit untuk mengembalikan pH plak pada nilai pH awal (Muthu dan Sivakumar, 2009). Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal adalah pH 6,3-7,0, apabila pH saliva berada dibawah 5,5
4
maka akan sangat berbahaya bagi email gigi (Hurlbutt dkk., 2010). Pada penurunan pH saliva mencapai pH kritis demineralisasi gigi-geligi akan meningkat, sedangkan pada kenaikan pH saliva hingga melebihi batas normal dapat menyebabkan suasana basa dan meningkatkan pembentukan karang gigi (Amerongen, 1991). B. Rumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh mengunyah keju setelah makan kembang gula coklat terhadap perubahan derajat keasaman (pH) saliva pada anak usia 6–8 tahun? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mengunyah keju setelah makan kembang gula coklat terhadap perubahan derajat keasaman (pH) saliva pada anak usia 6–8 tahun. D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai efek pengunyahan keju terhadap derajat keasaman (pH) saliva sudah pernah dilakukan oleh Tayab, dkk (2012) dengan judul “Effect of Chewing Paneer and Cheese on Salivary Acidogenicity: A Comparative Study”. Telah dilakukan penelitian terhadap 30 subyek anak berusia 5–12 tahun mengenai perbandingan efek pengunyahan paneer (keju tradisional masyarakat India) dan pengunyahan keju olahan terhadap keasaman saliva. Perbedaan dengan peneliti adalah dilakukan penelitian eksperimental semu pada 20 subyek anak mengenai pengaruh pengunyahan keju setelah makan kembang gula coklat terhadap perubahan derajat keasaman (pH) saliva.
5
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi pengetahuan : Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh pengunyahan keju setelah makan kembang gula coklat terhadap derajat keasaman (pH) saliva dalam bidang kedokteran gigi anak khususnya dalam bidang pencegahan. 2. Bagi masyarakat : Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat khususnya para orang tua dalam memilih kebiasaan makan anak sebagai upaya pencegahan awal kerusakan gigi.