I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut perlu diupayakan sejak usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan memelihara kesehatan gigi. Pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan interaksi antara anak, orangtua dan dokter gigi (Klingberg dan Broberg, 2007). Kunjungan ke dokter gigi sejak dini diharapkan dapat membiasakan anak melakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan mengatasi rasa cemas dan ketakutan anak terhadap perawatan gigi dan mulut (Horax, 2011). Menurut Finn (1994) dokter gigi mengharapkan hasil yang terbaik dalam merawat pasien anak. Orang pertama yang harus diberikan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut adalah orangtua terutama ibu. Perawatan gigi dan mulut anak akan menjadi sulit jika dokter gigi tidak berhasil memberikan pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut kepada orangtua (Finn, 1974). McDonald dan Avery (2000) mengatakan umumnya ketika orangtua diajak untuk bekerjasama dengan dokter gigi dalam merawat anak, apresiasi orangtua baik dan memberikan dukungan yang baik. Menurut Wesbury (1997) anak belajar dari orangtua khususnya ibu mengenai aspekaspek dasar kehidupan sehari-hari sehingga ibu dapat membentuk perilaku dan mengubah kebiasaan anak dalam menerapkan pola hidup sehat dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.
1
Menurut Heaton (2001) rasa cemas banyak ditemukan pada anak yang baru pertama kali ke dokter gigi. Beberapa anak mengatakan cemas terhadap pencabutan dan penambalan walaupun mereka belum pernah mempunyai riwayat pencabutan dan penambalan sebelumnya. Anak dapat mengalami rasa cemas melalui sikap yang disugestikan kepada anak oleh orang tanpa anak mengaminya sendiri (Heriandi, 2001). Perasaan cemas pada anak mengenai hal yang belum dialami dapat disebabkan
oleh
kurangnya pengetahuan dan pengertian anak (Budiharto, 2001). Kurang adanya kepercayaan diri serta fantasi anak yang sering memutarbalikkan dan membesarkan realitas, menyebabkan anak melihat bentuk bahaya yang sebetulnya tidak ada (Kartini Kartono, 1995). Menurut Hurlock (1998) anak dapat memperlihatkan reaksi emosinya secara langsung dan tidak langsung, mereka dapat belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan rasa cemas. Behrman dan Vaughan (1998) berpendapat anak dapat membedakan perasaan cemas dari kenyataan akan situasi, benda atau keadaan yang menyebabkan rasa cemas tidak mempunyai bukti yang nyata untuk mencelakakannya. Kecemasan pada anak dapat disebabkan oleh orang lain (role models) yaitu orang tua, teman sebaya atau dengan cara melihat pengalaman orang, identifikasi atau sugesti secara tidak langsung (Reni, 2001). Anak cenderung mewarisi kecemasan dari orang tua (Coleman, 1996). Orang tua terutama ibu akan mempengaruhi anak menjadi cemas terhadap prosedur perawatan gigi dan menetap sampai dewasa (Scott dan Hirschman, 1998).
2
Penelitian yang dilakukan oleh Scott dan Hirschman (1998) menunjukkan bahwa diantara pasien anak dengan rasa cemas setidaknya memiliki satu anggota keluarga yang mempunyai rasa cemas terhadap perawatan gigi dan biasanya adalah ibu. Pengaruh orangtua khususnya ibu sangat berperan dalam membentuk perilaku anak dalam memberikan pemahaman agar mampu mengatasi rasa cemas yang timbul saat bertemu dokter gigi (Reni, 1999). Menurut Schroth (2005) sikap dan perilaku orangtua terutama ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak. Blum (2007) menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku ibu berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut akan menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut agar dapat memberikan oral health education pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Krikken, dkk (2010) tentang pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan rongga mulut pada anak kelompok usia 12 dan 15 tahun di Swedia menunjukkan bahwa kelompok umur tersebut sudah mengerti dengan baik tentang kesehatan gigi dan mulut dan pentingnya gigi mereka. Pada kelompok umur yang lebih tua lebih baik pengetahuannya dibanding kelompok usia yang lebih muda. Rata-rata mereka mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dari petugas kesehatan gigi. Penelitian lain yang dilakukan Lee et.al (2005) menyatakan bahwa anak-anak yang berusia sangat muda menunjukkan
3
ekspresi kecemasan yang tinggi terhadap perawatan gigi dan mulut. Penelitian Armfield (2010) tidak mendukung pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa tingkat kecemasan pada anak tidak berkaitan dengan umur. Pengaruh umur berkaitan dengan perkembangan psikologi yang belum matang pada anak. Berk (2005) menyatakan anak usia 5-8 tahun memiliki karakter pembawaan yang menarik. Anak laki-laki dan perempuan pada usia 6-8 tahun lebih mampu mengontrol dirinya sendiri dan mengembangkan kestabilan emosinya dibanding anak usia 5 tahun. Anak laki-laki dan perempuan pada usia 5-9 tahun akan memberi tanda tentang apa yang mereka rasakaan pada saat berada di klinik dokter gigi (Armstrong dkk, 2007).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dirumuskan suatu permasalahan bagaimanakah pengaruh pengetahuan, perilaku dan sikap ibu tentang kesehatan gigi terhadap kecemasan anak di klinik gigi.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, perilaku dan sikap ibu tentang kesehatan gigi terhadap kecemasan anak di klinik gigi.
4
D. Manfaat Penelitian 1. Ilmu pengetahuan Manfaat penelitian ini bagi ilmu pengetahuan adalah memberi informasi ilmiah dibidang kedokteran gigi anak mengenai pengaruh pengetahuan, perilaku dan sikap ibu tentang kesehatan gigi terhadap kecemasan anak di klinik gigi. 2. Ilmu klinisi Manfaat penelitian bagi klinisi adalah sebagai pedoman dalam mempredksi tingkat kecemasan di klinik gigi berdasarkan pengetahuan, perilaku dan sikap ibu tentang kesehatan gigi.
E.
Keaslian Penelitian
Lee et al. (2005) melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu untuk mengatasi kecemasan terhadap kesehatan rongga mulut pada anak kelompok usia 6 dan 10 tahun dalam perawatan gigi. Penelitian Lee et al. (2005) dilakukan pada pasien anak yang didampingi oleh orangtua untuk melakukan perawatan pada kunjungan pertama ke dokter gigi. Penelitian lain dilaporkan oleh Saied-Moallemi (2008) tentang perilaku ibu yang memiliki pengetahuan luas untuk mengatasi kecemasan pada anak usia 6 dan 8 tahun dalam melakukan perawatan gigi dan mulut. Goeltom (2010) melakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan terhadap “Early Childhood Caries”.
5
tindakan
ibu
Dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang pengaruh perilaku, pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan gigi terhadap kecemasan anak usia 6-7 tahun yang melakukan kunjungan pertama kali ke dokter gigi.
6